azas_adaptasi

24
AZAS ADAPTASI & PROSEDUR PELAKSANAANNYA DISUSUN OLEH FITRIA ARIANTY, S.Sos, M.Si 1

Upload: dwi-wahyuni

Post on 21-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

AZAS ADAPTASI & PROSEDUR PELAKSANAANNYA

DISUSUN OLEH FITRIA ARIANTY, S.Sos, M.Si

2

PENGERTIAN AZAS ADAPTASI• Dalam rangka menjalankan tugas pemerintahan yang baik atau

good governance di bidang perpajakan, apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan yang bersifat manusiawi (human error) di dalam suatu keputusan atau ketetapan yang diberikan/diterbitkan, Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya dapat membetulkan atau membatalkan surat ketetapan atau keputusan yang tidak benar tersebut

• Sifat kesalahan atau kekeliruan tersebut tidak mengandung persengketaan antara fiskus dengan wajib pajak. Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan baik oleh fiskus maupun atas permohonan Wajib Pajak, maka kesalahan atau kekeliruan tersebut harus dibetulkan.

DisebutAZAS ADAPTASI

3

PENERAPAN AZAS ADAPTASI

Penerapan Azas Adaptasi dalam UU KUP diatur dalam Pasal 16 & Pasal 36, antara lain dalam bentuk :

a. Membetulkan surat ketetapan/keputusan

b. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi

c. Mengurangkan atau membatalkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) atau Surat Tagihan Pajak (STP)

4

PASAL 16 UU KUP :MEMBETULKAN SURAT KETETAPAN/ SURAT KEPUTUSAN YANG

SALAH

SURAT KETETAPAN PAJAK/ SURAT KEPUTUSAN

DAPAT DIBETULKAN

SECARA JABATAN ATAU ATAS PERMOHONAN WP

APABILA TERDAPAT KESALAHAN ATAU KEKELIRUAN DALAM

PENERBITANNYA

5

SURAT KETETAPAN / SURAT KEPUTUSAN YANG DAPAT DIBETULKAN

• SKP : SKPKB, SKPKBT, SKPN, SKPLB• STP• Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan

Kelebihan Pajak (SKPPKP)• Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga• Surat Keputusan Pembetulan• Surat Keputusan Keberatan• Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi• Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi• Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak• Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak

6

Bentuk kesalahan/kekeliruan yang dapat dibetulkan

a. Kesalahan tulis :– Nama– Alamat– NPWP– Nomor surat ketetapan– Jenis pajak– Masa pajak, atau Tahun Pajak, dan Tanggal jatuh tempo

b. Kesalahan hitung :kesalahan yang berasal dari penjumlahan/ pengurangan/perkalian/pembagian suatu bilangan

c. Kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu :– Penerapan tarif– Penerapan Norma– Penerapan PTKP– Penerapan sanksi administrasi– Penghitungan PPh dalam tahun berjalan– Pengkreditan pajak

7

PENGERTIAN “MEMBETULKAN”

Pengertian “Membetulkan”Dapat berupa

Menambahkan

Mengurangkan

Menghapuskan

Tergantung pada sifat kesalahan /kekelliruannya

8

PEMBETULAN ATAS PERMOHONAN WAJIB PAJAK

Permohonan pembetulan oleh Wajib Pajak atas suatu SKP atau STP atau Surat Keputusan lain dilakukan dengan syarat :

a. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai dengan alasan yang mendukung permohonannya.

b. 1 surat permohonan diajukan untuk 1 SKP, STP, atau surat keputusan lainnya

c. Surat permohonan ditandatangani oleh wajib pajak atau oleh kuasanya (harus disertai dengan surat kuasa)

Permohonan tersebut harus diberikan keputusan dalam jangka waktu paling lama 6 bulan sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima oleh fiskus

Apabila lewat dari 6 bulan tidak ada keputusan, maka permohonan dianggap dikabulkan

9

PASAL 36 AYAT 1a UU KUP : MENGURANGKAN ATAU MENGHAPUSKAN SANKSI ADMINISTRASI

• Dalam praktek, dapat ditemukan sanksi administrasi yang dikenakan kepada Wajib Pajak tidak tepat karena ketidaktelitian fiskus yang dapat membebani Wajib Pajak yang tidak bersalah atau tidak memahami peraturan perpajakan.

• Dalam hal demikian, sanksi administrasi berupa denda, bunga, dan kenaikan yang telah ditetapkan, dapat dihapuskan atau dikurangkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

• Sanksi tersebut dapat juga dikurangkan atau dihapuskan berdasarkan permohonan wajib pajak

10

Pengertian Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi

Dasar hukum : Pasal 36 ayat (1) huruf a

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya.

Karena ketidaktelitian petugas pajakWP Tidak memahami peraturan perpajakan WP tidak bersalah

aturan…

11

peraturan pelaksanaan

PMK 21/PMK.03/2008 (6 Februari 2008)

TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI,

PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT KETETAPAN PAJAK ATAU SURAT TAGIHAN

PAJAK YANG TIDAK BENAR, DAN PEMBATALAN HASIL PEMERIKSAAN

Sanksi…

12

Sanksi administrasi yang dapat dikurangkan atau dihapuskan yang dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya meliputi sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan/atau kenaikan, yang tercantum dalam:•a> Surat Tagihan Pajak•b> Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB); atau•c> Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).

batasan…

13

Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi yang tercantum dalam SKPKB atau SKPKBT, hanya dapat dilakukan dalam hal surat ketetapan pajak tersebut:i. tidak diajukan keberatan;ii. diajukan keberatan tetapi telah dicabut

olehWajib Pajak; atauiii. diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan.

syarat…

14

Syarat permohonan pengurangan/ penghapusan sanksi adminsitrasi

• Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan memberikan alasan yang mendukung permohonannya

• 1 permohonan diajukan untuk 1 STP, SKPKB, atau SKPKBT

• Permohonan disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar

• Wajib Pajak telah melunasi pajak yang terutang• Surat permohonan ditandatangani oleh WP, atau

kuasanya (disertai surat kuasa khusus)

15

PASAL 36 AYAT 1 HURUF (B & C) : MEMBATALKAN ATAU MENGURANGKAN SKP/STP

• Begitu pula dengan SKP atau STP yang tidak benar, dapat dibatalkan atau dikurangkan oleh Dirjen Pajak

• Direktur Jenderal Pajak berlandaskan unsur keadilan dapat mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar, misalnya Wajib Pajak yang ditolak pengajuan keberatannya karena tidak memenuhi persyaratan formal (memasukkan surat keberatan tidak pada waktunya) meskipun persyaratan material terpenuhi.

16

Kondisi : Permohonan untuk memperoleh pengurangan atau

pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar dapat diajukan oleh Wajib Pajak dalam hal:

i. Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan; ii. Wajib Pajak mengajukan keberatan tetapi

kemudian mencabut pengajuan keberatan tersebut; atau

iii. Wajib Pajak mengajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan.

17

Persyaratan :

• Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:a) 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;b) Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;c) Mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang

menurut penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung permohonannya; d) Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan e) Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak surat permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.• Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat dipertimbangkan;• Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali;• Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan kedua, permohonan tersebut harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal keputusan Dirjen Pajak atas permohonan yang pertama dikirim;

18

Pengurangan/Pembatalan STP

• Pasal 36 ayat (1) huruf c UU KUP yang berbunyi; “Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang tidak benar.”

syarat…

19

Persyaratan :

• Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:a) 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;b) Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;c) Mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang

menurut penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung permohonannya; d) Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan e) Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak surat permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.• Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat dipertimbangkan;• Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali;• Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan kedua, permohonan tersebut harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal keputusan Dirjen Pajak atas permohonan yang pertama dikirim;

20

PASAL 36 AYAT 1 HURUF D UU KUPPembatalan hasil pemeriksaan atau SKP hasil pemeriksaan

Pasal 36 ayat (1) huruf d, yang berbunyi: ”Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:

1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan;

atau 2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan

Wajib Pajak.

21

kondisi Permohonan untuk memperoleh pembatalan

hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan dapat diajukan oleh Wajib Pajak dalam hal:

i. Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan;

ii. Wajib Pajak mengajukan keberatan tetapi kemudian mencabut pengajuan keberatan tersebut; atau

iii. Wajib Pajak mengajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan.

22

Persyaratani. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;ii. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;iii. Mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung permohonannya;iv. Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; danv. Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak surat permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

23

Hal penting lainnya

• Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dianggap telah dilaksanakan apabila pemeriksa pajak telah memberikan kesempatan untuk hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka pembahasan akhir dan Wajib Pajak tidak menggunakan hak tersebut sesuai dengan batas waktu yang ditentukan;

• Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat dipertimbangkan;

• Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 1 (satu) kali.

• Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan diterima, harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan;

24

Hal penting lainnya

g. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan Dirjen Pajak harus menerbitkan keputusan sesuai dengan permohonan yang diajukan;h. Keputusan yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak dapat berupa mengabulkan sebagian atau seluruhnya, atau menolak permohonan Wajib Pajak;i. Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian permohonan WP.