atsiri.4.fix

24
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam, baik flora maupun fauna. Sumber daya alam ini merupakan salah satu faktor pendukung dan penggerak dalam pembangunan bangsa Indonesia. Di Indonesia dikenal beberapa flora penghasil minyak atsiri yang salah satunya adalah berasal dari tanaman sedap malam, mawar, lemon, kenanga, nilam, pala, akar wangi, daun kayu putih, kayu manis, dan sebagainya. Minyak atsiri memiliki banyak aplikasi baik penggunaan dalam rumah tangga, seperti untuk kosmetik, penyedap makanan, desinfektan, pewangi pakaian, ataupun untuk aromaterapi penggunaan minyak atsiri banyak digunakan pada bidang kecantikan dan kesehatan, seperti pembuatan sabun transparan, lulur aromaterapi, massage oil, krim perawatan kulit, lilin aromaterapi, aromatik lamp, dan lain-lain. Parfum sering dimanfaatkan oleh manusia sebagai pewangi badan atau ruangan. Kini, parfum menjadi suatu kebutuhan bagi manusia untuk menunjang kesempurnaan penampilannya. Parfum pun memiliki wujud yang bermacam-macam, yaitu cair, gas, dan gel. Parfum yang berwujud cair dibuat dari campuran minyak atsiri yang terdiri dari biang parfum, minyak fiksatifnya dan alkohol. Pembuatan parfum sangat sederhana sesuai dengan selera. Adapun minyak atsiri yang dapat digunakan untuk parfum adalah, minyak mawar, minyak melati, minyak lavender, minyak lemon, minyak kenanga dan sedap malam, minyak sereh, minyak nilam,minyak cengkeh, dan lain sebagainya. Penggunaan jenis minyak tersebut dalam pembuatan minyak atsiri sesuai dengan selera. Biang dan minyak fiksatifnya pun sesuai dengan yang diinginkan. Peracik parfum haruslah mahir dalam mencampurkan bahan-bahan tersebut, karena parfum untuk anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua tentunya tidak bisa disamaratakan. Sabun juga merupakan kebutuhan sehari-hari bagi setiap manusia. Sabun yang dibuat tidak hanya sekedar membuat badan menjadi bersih dan wangi, tetapi juga sebagai pelembut bagi kulit. Sabun yang dicoba dibuat pada praktikum kali ini adalah sabun transparan dengan memanfaatkan bahan pewarna dan 1

Upload: kayyis-assegaf

Post on 01-Dec-2015

92 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Atsiri.4.Fix

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangIndonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam, baik flora maupun fauna.

Sumber daya alam ini merupakan salah satu faktor pendukung dan penggerak dalam pembangunan bangsa

Indonesia. Di Indonesia dikenal beberapa flora penghasil minyak atsiri yang salah satunya adalah berasal

dari tanaman sedap malam, mawar, lemon, kenanga, nilam, pala, akar wangi, daun kayu putih, kayu

manis, dan sebagainya.

Minyak atsiri memiliki banyak aplikasi baik penggunaan dalam rumah tangga, seperti untuk

kosmetik, penyedap makanan, desinfektan, pewangi pakaian, ataupun untuk aromaterapi penggunaan

minyak atsiri banyak digunakan pada bidang kecantikan dan kesehatan, seperti pembuatan sabun

transparan, lulur aromaterapi, massage oil, krim perawatan kulit, lilin aromaterapi, aromatik lamp, dan

lain-lain.

Parfum sering dimanfaatkan oleh manusia sebagai pewangi badan atau ruangan. Kini, parfum

menjadi suatu kebutuhan bagi manusia untuk menunjang kesempurnaan penampilannya. Parfum pun

memiliki wujud yang bermacam-macam, yaitu cair, gas, dan gel. Parfum yang berwujud cair dibuat dari

campuran minyak atsiri yang terdiri dari biang parfum, minyak fiksatifnya dan alkohol. Pembuatan

parfum sangat sederhana sesuai dengan selera. Adapun minyak atsiri yang dapat digunakan untuk parfum

adalah, minyak mawar, minyak melati, minyak lavender, minyak lemon, minyak kenanga dan sedap

malam, minyak sereh, minyak nilam,minyak cengkeh, dan lain sebagainya.

Penggunaan jenis minyak tersebut dalam pembuatan minyak atsiri sesuai dengan selera. Biang dan

minyak fiksatifnya pun sesuai dengan yang diinginkan. Peracik parfum haruslah mahir dalam

mencampurkan bahan-bahan tersebut, karena parfum untuk anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua

tentunya tidak bisa disamaratakan. Sabun juga merupakan kebutuhan sehari-hari bagi setiap manusia.

Sabun yang dibuat tidak hanya sekedar membuat badan menjadi bersih dan wangi, tetapi juga sebagai

pelembut bagi kulit. Sabun yang dicoba dibuat pada praktikum kali ini adalah sabun transparan dengan

memanfaatkan bahan pewarna dan minyak atsiri dari bunga dan buah sebagai pewangi sabun transparan

tersebut.

1.2. TujuanPraktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan dan fungsinya terhadap tubuh pada

beberapa produk minyak atsiri, seperti parfum tradisional dan sabun transparan.

.

1

Page 2: Atsiri.4.Fix

Uji mutu parfum yang dihasilkan

Tetesi dengan sedikit biang parfum

Campurkan biang parfum 5 ml ke dalam campuran fiksatif dan etanol p.a

Campurkan fiksatif ke dalam etanol

Sebanyak 5 ml biang parfum , 1 gram fiksatif, dan 45 ml etanol,disiapkan

Parfum tradisional dihasilkan

II. METODOLOGI2.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu biang parfum, ethanol, fiksatif, vaselin, parafin, menthol, minyak permint, minyak kayu putih, sedangkan untuk enfleurasi menggunakan minyak sedap malam dan melati. Sedangkan alat yang digunakan yaitu pipet ukur, gelas ukur dan pada pada uji enfleurasi adalah casis, rotary evaporator, gelas piala, spatula, dan neraca analitik.

2.2. Metode

2.2.1. Parfum tradisional

2

Page 3: Atsiri.4.Fix

Bahan dan alat dipersiapkan

Tuang campuran dalam cetakan, didiamkan selama 2 jam hingga sabun mengeras. Lalu keluarkan sabun transparan dari cetakan

Asam stearat dicairkan 60°C

Tambahkan minyak kelapa, aduk rata

Ketika suhu 70°-80°C tambahkan NaOH, aduk selama 2-4 menit hingga terbentuk sabun

Tambahkan gliserin, gulapasir, asamsitrat, etanol, coco-DEA, NaCl, dan air. Aduk selama 7-10menit hingga homogen

Setelah agak dingin (40°C) tambahkan minyak atsiri

Sabun transparan

2.2.2. Sabun Transparan

3

Page 4: Atsiri.4.Fix

2.2.3. Balsem

Vaselin dan parafin Menthol, minyak permint, minyak kayu putih

Dilelehkan Dicampur tanpa pemasakan

Turunkan dari pemanas

Larutan campuran

Cetak

Pengujian organoleptik (aroma, tektur, efek setelah dioleskan

2.2.4. Lilin aromaterapi

Sampel

Stearin Panaskan dalam gelas piala 1 pada suhu 55 C

Parafin Panaskan dalam gelas piala 2 pada suhu 50 C

Tambahkan bubuk pewarna

Campurkan bahan tersebut

Panaskan kembali pada suhu 65-70 C

4

Page 5: Atsiri.4.Fix

Bahan dan alat dipersiapkan

Semua bahan dicampurkan

Campuran bahan diaduk rata dan didiamkan beebrapa

saat

Massage oil

Dilakukan uji hedonik terhadap aroma, warna, kekentalan, kelembutan dan

kesan lengket pada kulit

Minyak melati 2% Tambahkan dan campurkan dalam campuran lilin

Minyak nilam tambahkan

Lilin aromaterapi

2.2.5. Massage oil

5

Page 6: Atsiri.4.Fix

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. Hasil Pengamatan

[Terlampir]

3.2. Pembahasan

3.2.1. Parfum

Penggunaan minyak atsiri dalam berbagai macam produk rumah tangga mengalami peningkatan,

seperti desinfektan, penyegar ruangan, pewangi pakaian dan produk kosmetik. Selain itu, minyak atsiri

juga dapat dijadikan produk kesehatan, seperti pembuatan sabun aromaterapi, lulur aromaterapi, massage

oil, krim perawatan kulit, lilin aromaterapi, aromatic lamp, dan lain-lain. Dalam praktikum ini dilakukan

pembuatan parfum tradisional dan sabun transparan berbahan baku minyak atsiri.

Parfum tradisional ini dibuat dengan cara sederhana, yaitu dengan mencampurkan bahan-bahan,

seperti biang parfum, etanol atau alkohol, dan bahan fiksatif. Biang parfum atau zat pewangi merupakan

minyak atsiri yang diperoleh dari tumbuhan maupun hewan yang menghasilkan wangi yang pertama kali

muncul atau sebagai top notes pada parfum. Biang parfum biasanya memiliki daya menguap yang lebih

tinggi sehingga wangi yang dihasilkan tidak tahan lama. Biang parfum terdiri dari persenyawaan kimia

yang menghasilkan bau wangi yang diperoleh dari minyak atsiri atau dihasilkan secara sintetis.

Persenyawaan tersebut terdiri dari alcohol, ester, aldehid, keton, asam organik, lakton, amin, dan oksida

yang berbau wangi. Umumya parfum mengandung zat pewangi 2% (weak parfume) sampai 10% (strong

parfume) dan selebihnya adalah bahan pengencer dan zat pengikat (Ketaren 1985).

Biang parfum dapat berasal juga dari proses sintetis kimia yang menghasilkan aroma yang sama

dengan aroma yang dihasilkan oleh tumbuhan maupun hewan. Biang parfum sering dicampur dengan

minyak yang berfungsi sebagai pengikat. Biang parfum yang digunakan pada praktikum pembuatan

parfum tradisional ini adalah minyak lemon, minyak mawar,dan minyak sedap malam.

Bunga mawar dikenal mempunyai banyak varietas sehingga disebut Rosaceae atau keluarga

mawar - mawaran. Kemajuan teknologi semakin membuat keluarga tanaman ini beraneka ragam dengan

warna - warninya mulai dari merah, ungu, hitam dan bahkan campuran beberapa warna. Disamping itu

kelopak bunganya juga semakin variatif, dari yang berkuntum tunggal, ganda sampai yang bertumpuk.

Secara tradisional, minyak mawar telah digunakan untuk kulit. Minyak mawar yang kaya omega-3 dan

omega-6, serta asam lemak sangat bermanfaat untuk kulit kering, kasar, pecah-pecah, sensitif, terbakar,

atau penuaan kulit. Minyak mawar juga kaya akan antioksidan vitamin A dan vitamin C, serta memiliki

efek tonik dan zat pada kapiler yang terletak persis di bawah permukaan kulit.

Aroma mawar memberikan sensasi santai untuk sistem syaraf dan dikenal untuk mengurangi stres

emosional, psikologis dan depresi. Minyak atsiri pada mawar mengandung geraniol dan limonene yang

berfungsi sebagai antiseptik, pembunuh jamur Candida albican penyebab keputihan dan menambah daya

tahan tubuh. Harum aroma bunga mawar juga sering digunakan sebagai aromaterapi yang bersifat

menenangkan juga meningkatkan mood.

Hampir semua kelompok tanaman mawar bisa digunakan untuk keperluan bahan baku parfum

(yaitu dengan mengekstraksi minyak mawar) maupun untuk bahan baku obat dengan memenuhi syarat

harus berbau wangi cukup kuat (untuk bahan baku parfum) dan mengandung zat antibiotika atau senyawa

kimia penting yang dibutuhkan seperti sitral, sitronelol, geraniol, linalol, nerol, eugenol, fenil etil alkohol,

farnesol, dan nonilaldehid (untuk bahan baku obat ataupun jamu tradisional).  Untuk bahan baku parfum

6

Page 7: Atsiri.4.Fix

biasanya digunakan mawar jenis mawar teh (Tea Roses), sedangkan untuk bahan baku obat hampir semua

jenis mawar bisa digunakan.

Minyak atsiri lemon adalah minyak atsiri dengan getaran tinggi. Minyak atsiri dengan getaran

tinggi mendorong semangat, terutama untuk seseorang yang mungkin merasa kelelaham psikologis.

Lemon memberikan rasa hangat dan menyenangkan untuk intelektual. Meskipun minyak atsiri lemon ini

bermanfaat baik secara fisik dan psikologis, minyak ini banyak merangsang pikiran, meningkatkan

konsentrasi dan kemampuan menghafal.

Tanaman sedap malam termasuk ke dalam daftar salah satu jenis flora dari meksiko yang telah

menyebar dan beradaptasi dengan baik di daerah beriklim panas. Tanaman sedap malam membutuhkan

kondisi iklim yang cukup lembab dengan suhu antara 13-27°C. Daerah paling ideal untuk pengembangan

sedap malam yaitu pada ketinggian 600-1500 m dpl. Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan baku

minyak mawar adalah mahkota bunga. Bahan baku terbaik berasal dari bunga mawar dengan tingkat

kemekaran 50-75 %. Dilihat dari varietasnya, varietas tunggal (single hybrid) menghasilkan rendemen

lebih tinggi dibandingkan varietas ganda (double hybrid) (Armando, 2002).

Menurut Ketaren (1985), pada umumnya parfum mengandung 3 macam komponen yaitu, zat

pewangi (odoriferous substance), zat pengikat (fixatives), dan bahan pelarut atau pengencer (diluent). Zat

pengikat adalah suatu persenyawaan kimia yang memiliki daya menguap yang lebih rendah dari zat

pewanginya atau minyak atsiri dan dapat menghambat atau mengurangi kecepatan penguapan zat

pewangi. Karakteristik zat pengikat yang memiliki daya ikat persenyawaan yang lebih baik adalah yang

memiliki titik uap lebih tinggi dari titik uap zat pewanginya, tidak berbau atau berbau wangi. Penambahan

zat pengikat ini dapat mengikat bau dan mencegah agar komponen yang dapat menguap dapat ditahan

dalam jangka waktu yang lebih lama. Zat pengikat tersebut dapat berasal dari bahan nabati, bahan hewani,

dan zat pengikat yang dibuat secara sintetis. Pada praktikum ini zat pengikat yang digunakan adalah

minyak nilam.

Minyak nilam dihasilkan dari proses penyulingan pada bagian daun kering tanaman. Minyak

tersebut berfungsi sebagai bahan baku fiksatif dari komponen kandungan utamanya yaitu patchouli oil

(C15H26) dan sebagai bahan pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian (parfum) agar aroma

keharumannya bertahan lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai bahan dalam industri

parfum, sabun, dan tonik rambut serta digunakan dalam pembuatan kosmetik. Minyak nilam menciptakan

bau yang khas dalam suatu campuran, karena bau minyak nilam yang enak dan wangi.

Minyak nilam diproduksi dengan cara penyulingan, baik dengan uap (kukus) maupun uap

bertekanan tinggi. Komponen utama dalam minyak nilam adalah PA yang kadarnya sebesar 30%.

Komponen inilah yang biasanya dijadikan dasar penentuan mutu minyak nilam yang diinginkan pembeli

selain minyak bebas cemaran besi (Fe). Oleh karena itu penyulingan sebaiknya dilakukan dengan

menggunakan ketel berbahan bebas karat (stainless steel) bukan dari besi atau baja yang bersifat korosif.

Dalam industri parfum, minyak nilam tidak dapat digantikan oleh zat sintetik lainnya karena sangat

berperan dalam menetukan kekuatan, sifat dan ketahanan wangi. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang

dapat mengikat bau wangi dari bahan pewangi lain dan sekaligus dapat membentuk bau yang harmonis

dalam suatu campuran parfum (Guenther, 1948).

Alkohol dalam parfum berfungsi sebagai pelarut bahan-bahan esensial yang menghasilkan aroma

tertentu. Banyak sekali bahan aroma parfum tersebut yang tidak larut di dalam air, tetapi hanya larut di

dalam alkohol. Oleh karena itu, alkohol menjadi salah satu alternatif terbaik dalam melarutkan bahan

tersebut. Bahan penyusun parfum sendiri sebenarnya cukup banyak. Secara umum parfum didapatkan dari

7

Page 8: Atsiri.4.Fix

dua kelompok besar, yaitu bahan alami (yang diekstrak dari alam) dan bahan sintetis (bahan buatan yang

berasal dari bahan kimia sintetis) (Brady, 1994).

Intensitas suatu parfum sebenarnya dipengaruhi oleh biang yang digunakan dan bahan fiksatif yang

digunakan. Parfum yang menggunakan minyak nilam sebagai fiksatif cenderung lebih intensif baunya,

hal ini dikarenakan memang minyak nilam merupakan fiksatif yang baik untuk parfum dibandingkan

fiksatif-fiksatif lainnya. Minyak nilam merupakan base notes yang mana baunya tidak mudah hilang. Pada

saat praktikum dan tepatnya saat uji intensitas, rata-rata bau yang tercium adalah top notes dan middle

notes, sehingga apabila pada saat melakukan uji tepat setelah diracik parfumnya, bau parfum tersebut akan

tercium sangat intensif. Setelah kelamaan didiamkan apabila dicium kembali baunya sudah tidak

seintensif waktu awal, hal ini karena biang yang digunakan yang rata-rata merupakan minyak atsiri yang

diperoleh dari bunga dan buah menguap, dan bau yang tersisa adalah nilamnya.

Dari praktikum pembuatan parfum tradisional, setelah parfum tersebut didiamkan terdapat bagian

yang terpisah. Bagian yang terpisah ini adalah bagian minyak atsiri yang berfungsi sebagai biang parfum

maupun bahan tambahan yang tidak larut dalam alkohol. Minyak atsiri dapat larut dalam alkohol pada

perbandingan dan konsentrasi tertentu. Dengan demikian, jumlah dan konsentrasi alkohol yang

dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah minyak atsiri secara sempurna dapat diketahui. Umumnya, minyak

atsiri yang mengandung persenyawaan oxygenated terpene lebih mudah larut daripada yang mengandung

terpen. Pencampuran bahan minyak atsiri dengan bahan-bahan lain dapat mempengaruhi kelarutan

(Guenther, 1987). Sebagai contoh, pencampuran minyak sereh wangi dengan petroleum akan menurunkan

nilai kelarutan minyak tersebut dalam alkohol 80% dan akhirnya bahan pencampur tersebut terpisah dari

minyak atsiri. Hal ini disebabkan adanya polimerisasi selama penyimpanan. Senyawa polimer yang

terbentuk akan menurunkan daya larutnya dalam alkohol. Proses polimerisasi mudah terjadi terutama

dalam minyak yang mengandung sejumlah besar terpen yangdisebabkan oleh pengaruh cahaya, sinar, dan

air dalam minyak.

Selain itu juga membuat parfum tradisional, komponennya yaitu EDC, EDT, dan EDP ketiga

komponen ini adalah jenis minyak wangi dengan pemformulasian yang telah ditetapkan, seperti kelompok

4 dengan menggunakan jenis parfum EDT dengan alkohol 9,2 ml; minyak nilam 1 ml, sedap malam 0,4

ml, dan minyak mawar 0,4 ml. Penggunaan dan pemformulasian yang berbeda menyebabkan hasil yang

berbeda pula.

Kemudian setelah dilakukan formulasi pembuatan produk, pengujian harus dilaksanakan.

Pengujian produk pada parfum dilakukan dengan menguji sprebilitasnya, uji spot, uji lekat, uji daya tahan

wangi, dan uji intensitas bau. Pada uji spraebilitas sample parfum yang dibuat diteteskan diatas kertas

saring kemudian diamati diameter, warna dan baunya. Uji ini bertujuan melihat kualitas dari parfum

tersebut, parfum yang bagus jika diteteskan akan menyebar, sedangkan parfum yang mempunyai kualitas

yang kurang bagus, pada saat diteteskan penyebarannya kurang luas. Pada kelompok 2 didapatkan

diameternya 2 cm dengan warna yang masih jelas terlihat dan bau yang cukup tercium hal ini menandakan

kualitas dari parfum kelompok 2 mempunyai kualitas yang bagus sedangkan pada kelompok 1

menghasilkan produk dengan diameter 1,5 cm dengan warna yang kurang terlihat namun mempunyai bau

yang menyengat, hal ini menandakan produk yang dibuat cocok untuk parfum yang tahan lama. Kemudian

uji selanjutnya yaitu uji spot. Uji spot bertujuan untuk mengetahui ketahanan parfum setelah terkena sinar,

dalam hal ini sinar matahari. Hasil dari uji spot pada kelompok 4 yaitu diameter 2 cm, warna masih

terlihat dan bau normal. Hal ini menanadakan kualitas dari kelompok 4 masih layak untuk digunakan

sebagai parfum. Uji berikutnya yaitu uji lekat, uji ini dilakukan untuk mengetahui ketahanan produk saat

8

Page 9: Atsiri.4.Fix

produk terkena air. Uji ini dilakukan seperti uji spot, kemudian dimasukan kelam air. Pada kelompok 6

menghasilkan warna yang masih terlihat dan bau yang masih menyengat. Dalam uji ini diindikasikan

ketahanan produk kelompok 6 tinggi. Kemudian uji berikutnya adalah uji daya tahan wangi, uji ini

bertujuan untuk mengetahui daya tahan parfum selama beberapa waktu atau ketahanan saat dipakai.

Kelompok 3 dan kelompok 6 mempunyai daya tahan wangi yang paling lama, dari jam ke 0 sampai jam

ke 9 wangi yang dihasilkan masih terasa, dan menghilang pada jam ke 10. Uji terakhir dari pengujian

kualitas parfum adalah uji intensitas bau. Kelompok 5 mempunyai bau yang sangat intensif dengan nilai 5.

Pada uji ini bertujuan mengetahui bau yang tajam dari produk parfum yang dibuat.

Pada parfum dikenal istilah Eau de parfume (EDP), Eau de toilette (EDT), ataupun Eau de cologne

(EDC) menunjukkan level konsentrasi wewangian yang terkandung dalam sebuah wewangian/fragrance.

Semakin tinggi konsentrasinya, semakin lama wanginya bertahan. Urutan konsentrasi wewangian dalam

sebuah parfum dimulai dari perfume, eau de parfume, eau de toilette, cologne, dan eau de cologne.

Perfume merupakan jenis wewangian yang memiliki konsentrat paling tinggi dan paling halus diantara

keempat golongan lainnya. Parfum memiliki harga yang lebih mahal dan paling keras aromanya karena

kandungannya terdiri dari 20-40% konsentrat bahan wewangian. Kandungan essencenya yang tinggi,

cenderung original alias tanpa minyak tambahan, menyebabkan parfum lebih tahan lama aromanya dan

tidak cepat menguap. Hanya dengan sedikit olesan (bukan disemprotkan) pada titik-titik tertentu, misal

dibelakang telinga, di leher dekat dagu dan dekat siku tangan, maka aromanya bisa tahan sangat lama

sampai 2-3 hari. Bahkan setelah terkena air atau mandi, aromanya masih kuat tercium karena serasa

mengalir dalam darah. Biasanya dikemas dengan botol-botol eksklusif nan cantik agar terlihat elegan dan

keharumannya tersimpan lebih lama. Eau de Perfume (EDP) jenis golongan ini memiliki wewangian yang

memiliki kadar alkohol sedikit, dengan konsentrat bahan wewangian sebanyak 8-16%. Sehingga wanginya

akan cukup tahan lama hingga 4-6 jam. Jenis Eau de Perfume sangat cocok untuk yang bekerja atau

beraktifitas seharian. Aromanya sama memikat seperti parfum, harganya juga lebih terjangkau.

Eau de Toilette (EDT) jenis wewangian dengan aroma yang ringan, dengan waktu tahan lama 3-4

jam. EDT juga merupakan jenis yang sangat umum di pasaran industri wewangian dan memiliki kadar

alkohol yang tinggi dengan konsentrat bahan wewangian berkisar 4-8%. Wewangian ini pada umumnya

hadir dalam bentuk spray. Harganya terjangkau untuk anda yang memang ingin selalu tampil wangi. Jenis

ini cocok digunakan untuk segala suasana yang tidak membutuhkan waktu yang lama seperti pergi ke

acara pesta atau hanya untuk nongkrong di café atau bioskop. Eau de Cologne (EDC) merupakan jenis

wewangian yang paling ringan dengan wangi yang hanya bertahan sekitar 2-3 jam. Mengandung 2-4%

konsentrat bahan wewangian dan kadar alkohol yang paling tinggi dibanding keempat golongan lainnya.

EDC dipasaran biasa dikenal sebagai Body Mist, Body Spray atau Body Splash. Selain itu ada juga After

Shave (A/S), yaitu jenis wewangian untuk pria dengan campuran konsentrasi minyak 3% atau kurang, dan

dapat bertahan kurang lebih 2-3 jam dan cukup umum dijumpai pada berbagai merk perfume. Biasanya

pada after shave mengandung balm atau aloe (lidah buaya) yang digunakan untuk menenangkan pori-pori

setelah bercukur bagi para pria, dan kandungan alkoholnya juga berfungsi untuk menutup kembali pori-

pori.

Dari uji organoleptik yang dilakukan pada aroma parfum, dapat disimpulkan bahwa tingkat

kesukaan panelis terhadap parfum yang dibuat oleh kelompok 6 sama dengan parfum yang dibuat oleh

kelompok 1, 2, 3 dan 5. Namun parfum yang dibuat oleh kelompok 6 berbeda dengan parfum yang dibuat

oleh kelompok 4 pada taraf nyata 5%. Selain itu, dapat disimpulkan pula parfum yang dibuat oleh

kelompok 6 lebih disukai oleh panelis dari pada parfum yang dibuat oleh kelompok lainnya karena parfum

9

Page 10: Atsiri.4.Fix

kelompok 6 memiliki nilai paling tinggi yaitu 3.23333. Akan tetapi uji berikutnya juga dilakukan

pembandingan dengan parfum yang dibuat oleh kelompok 3 dengan nilai kesukaan tertinggi kedua. Hasil

yang diperoleh menunjukkan bahwa parfum kelompok 3 memiliki kesamaan dengan parfum kelompok 1,

2, dan 5. Sama halnya dengan parfum kelompok 6, parfum kelompok 3 juga berbeda dengan parfum yang

dibuat oleh kelompok 4.

3.2.2. Massage Oil

Massage Oil dibuat dari bahan - bahan tradisional yang bermanfaat sebagai minyak pijat/urut,

menyegarkan kulit dan memberi efek relaksasi. Didalamnya mengandung pelembab terapi sehingga dapat

menghaluskan, melembabkan dan mengharumkan kulit. Pada bagian formulasi Massage oil ditentukan

bahwa komponennya harus bervolume 20 ml dengan presentasi masing-masing. Minyak kelapa, minyak

sereh, gandapura, cengkeh merupakan komponen komponen yang digunakan, dan telah ditetapkan bahwa

minyak kelapa harus 19,4 ml dan komponen lainnya menyesuaikan, sesuai dengan keinginan kelompok

masing masing, contohnya kelompok 3 menggunakan komponen, minyak kelapa, minyak sereh, minyak

gandapura, dan minyak cengkeh dengan berat masing masing, 19, 4 ml; 0,3 ml; 0,1 ml dan 0,2 ml.

Komponen yang berbeda menyebabkan aroma, rasa dan bau yang berbeda dibandingkan dengan formulasi

kelompok lainnya.

Pada massage oil dilakukan uji organoleptic untuk beberapa indicator, yaitu warna, aroma,

kelembutan, kekentalan dan kesan lengket. Berdasarkan analisa yang dilakukan pada hasil uji organoleptik

pada warna massage oil, disimpulkan bahwa massage oil yang paling disukai oleh panelis adalah massage

oil yang dibuat oleh kelompok satu. Selain itu, warna yang dimiliki oleh massage oil kelompok 1 memiliki

perbedaan yang nyata dengan massage oil yang dibuat oleh kelompok 3, 4 dan 5 pada taraf nyata 5%.

Hasil pengolahan data uji organoleptik yang dilakukan pada aspek aroma massage oil, disimpulkan tingkat

kesukaan panelis tertinggi dimiliki oleh massage oil yang dibuat oleh kelompok 1. Massage oil yang

dibuat oleh kelompok 1 juga memiliki perbedaan yang nyata dengan massage oil kelompok 4 pada taraf

nyata 5%. Selain itu, dapat pula disimpulkan massage oil yang dibuat oleh kelompok 2, 3 , 5 dan 6

memiliki tingkat kesukaan panelis yang sama.

Berdasarkan hasil pengolahan data uji organoleptik pada aspek kelembutan massage oil,

disimpulkan massage oil yang dibuat oleh kelompok 4 paling disukai oleh panelis. Namun, tidak

ditemukan perbedaan yang nyata antara massage oil yang dibuat oleh kelompok 4 dengan kelompok

lainnya dari segi kekentalan. Sehingga dapat dikatakan, kelembutan massage oil yang dibuat oleh semua

kelompok memiliki tingkat kesukaan panelis yang sama pada taraf nyata 5%. Hasil pengolahan data uji

organoleptik pada aspek kekentalan massage oil, disimpulkan massage oil yang dibuat oleh kelompok 2

paling disukai oleh panelis. Namun, tidak ditemukan perbedaan yang nyata antara massage oil yang dibuat

oleh kelompok 2 dengan kelompok lainnya dari segi kekentalan. Sehingga dapat dikatakan, kekentalan

massage oil yang dibuat oleh semua kelompok memiliki tingkat kesukaan panelis yang sama pada taraf

nyata 5%. Dari analisa yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa massage oil yang dibuat oleh kelompok 6

memiliki tingkat kesukaan panelis tertinggi. Namun, tidak didapati adanya perbedaan yang nyata antara

massage oil yang dibuat oleh kelompok 6 dengan massage oil dari kelompok lain pada taraf 5%.

10

Page 11: Atsiri.4.Fix

3.2.3. Lilin

Berkaitan dengan aromaterapi ada 2 jenis lilin yang digunakan, lilin untuk pemanas tungku dan

lilin aromaterapi. Lilin yang digunakan untuk memanaskan tungku aromaterapi tidak memiliki wangi

aroma karena fungsinya adalah memanaskan tungku yang berisi aromaterapi essential oil. Sedangkan lilin

aromaterapi adalah lilin yang jika dibakar akan mengeluarkan wangi aromaterapi.

Lilin telah digunakan secara luas sepanjang sejarah tidak hanya sebagai alat penerang tetapi juga

sebagai cara untuk mengatur suasana hati (mood). Lilin biasa tidak dapat mengatur suasana hati. Lilin

pewangi hanya mengandung bahan pewangi saja. Sedangkan lilin aromaterapi dibuat dari minyak esensial

(minyak atsiri) alami sehingga memiliki efek menyembuhkan dan menenangkan. Lilin aromaterapi dapat

digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk menghilangkan stres dan kecemasan. Lilin aromaterapi

beraroma lavender yang cocok untuk tujuan ini. Lilin lavender sempurna untuk dinyalakan saat pulang ke

rumah setelah lelah bekerja sepanjang hari.

Jika  menderita insomnia, pertimbangkan untuk menyalakan lilin aromaterapi sage. Lilin sage akan

membantu Anda menjadi rileks sehingga bisa mendapatkan tidur malam yang baik. Pastikan untuk

memadamkan lilin sebelum Anda benar-benar terlelap. Lilin aromaterapi chamomile juga merupakan

pilihan yang sangat baik jika Anda perlu rileks dan ingin mengurangi stres serta kecemasan. Pada

penderita hidung tersumbat atau flu dapat menyalakan lilin aromaterapi eucalyptus. Minyak esensial dari

lilin ini tidak hanya akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, tetapi juga meringankan masalah

pernapasan. Lilin aromaterapi lain yang dapat membantu masalah kesehatan adalah lilin peppermint yang

dapat meringankan nyeri otot, sakit kepala, dan masalah pencernaan.

Untuk seorang wanita lilin aromaterapi geranium dapat membantu meningkatkan mood dengan

memperbaiki keseimbangan hormon. Lilin aromaterapi jeruk akan menyegarkan sementara lilin lemon

dapat membantu untuk membuat rileks panca indera. Lilin aromaterapi bisa membuat atmosfer rumah

menjadi lebih nyaman serta baik untuk memperbaiki mood dan meringankan berbagai penyakit. Selain

untuk penenang, lilin aromaterapi juga dapat digunakan untuk pengobatan asma, menyembuhkan

bronkitis, sinusitis, dan rinitis kronik.

Pada formulasi lilin aromaterapi komponen yang digunakan adalah stearin, parafin, minyak nilam

sebagai bahan fiksatif dan minyak atsiri tambahan seperti minyak sedap malam, minyak lemon, dan

minyak jeruk. Parafin adalah salah satu hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi dengan rumus

empiris CnH2n+2 yang dapat memiliki bentuk berupa gas tidak berwarna, cairan putih, atau padatan putih

dengan titik cair rendah. Dalam parafin normal terdapat komponen-komponen, antara lain normal

oktadekana (C20H42), normal heksakontana (C60H122), iso-parafin, dan sedikit siklo-parafin dari

persenyawaan aromatik. Berdasarkan titik cairnya, parafin (wax) dibagi menjadi 3 jenis, yaitu soft paraffin

wax (30°-42°C), medium paraffin wax (44°-46°C), dan hard paraffin wax (50°-65°C) (Gruse 1960).

Umumnya parafin yang diperdagangkan memiliki rumus empiris di atas C23H48 yang dibagi menjadi tiga

jenis berdasarkan ukuran kristalnya, yaitu parafin wax, mikrocrystalin wax, dan parafin sintetik.

Menurut Bennet (1963), parafin wax memiliki sifat fisik, antara lain kristalnya berbentuk lempeng

dengan warna jernih/putih, tidak berbau dan menimbulkan rasa, titik cairnya antara 42°-60°C, dengan

indeks bias pada suhu 80°C antara 1,430-1,433 dan spesifik gravity antara 0,880-0,915 serta larut dalam

benzena, eter, khlorofom, alkohol panas, dan karbon tetraklorida. Bahan parafin pada lilin aromaterapi

adalah sebagai pemicu agar lilin dapat dibakar karena sifat senyawa hidrokarbonnya yang dapat bereaksi

dengan oksigen saat pembakaran dan menghasilkan gas CO2.

11

Page 12: Atsiri.4.Fix

Selain parafin, bahan utama lainnya yang digunakan dalam pembuatan lilin aromaterapi ini adalah

stearin. Stearin adalah lemak hewani atau nabati yang memiliki rumus empiris C 57H110O6 dan berbentuk

serbuk berwarna putih dengan titik cair sekitar 55°C. Stearin juga dapat diperoleh dengan mereaksikan

asam stearat dengan gliserol pada kondisi tertentu (Djanaka, et al 1984). Stearin merupakan komponen

yang tersusum dari campuran asam lemak jenuh dan tidak jenuh yang didominasi oleh asam palmitat.

Penambahan stearin dan parafin akan menyebabkan kekerasan dari lilin yang berbeda, misalnya

pada kelompok 2 stearin sebanyak 2,5 gr dan parafin sebanyak 22,5 gr akan menyebabkan lilin menjadi

keras, sedangkan penambahan sedap malam, dan minyak lemon menambah aroma lilin menjadi lebih

wangi. Sama halnya dengan pembuatan massage oil, penambahan dan pemformulasian yang berbeda dan

komposisi yang berbeda menyebabkan aroma dan hasil yang berbeda.

Pada lilin aromaterapi dilakukan 2 uji yaitu uji kekerasan dan uji titk leleh. Kekerasan adalah salah

satu syarat mutu lilin. Semakin keras lilin, semakin baik mutu lilin tersebut. Kekerasan lilin ini

berhubungan dengan waktu bakar lilin. Semakin keras lilin, waktu bakar lilin akan semakin lama. Waktu

bakar lilin ini bergantung pada perbandingan komposisi bahan parafin dan stearin yang digunakan. Uji

kekerasan bertujuan mengetahui kepadatan dan kekerasan dari lilin yang menentukan kualitas lilin.

Kelompok 6 mempunyai lilin dengan kekerasan dari tiga titik yang diuji, bernilai 10, 14, dan 13 yang

menandakan lilin sangat sulit ditembus atau sangat sulit di tusuk sehingga kekerasan produk lilin dari

kelompok 6 sangat tinggi. Uji berikutnya yaitu titk leleh, tujuan titik leleh ini adalah mengetahui seberapa

tinggi lilin bertahan pada suatu suhu. Pada kelompok 3 mempunyai lilin yang mempunyai titik leleh yang

tinggi yaitu sekitar 70°C, dengan data seperti ini dapat dikatakan bahwa lilin sangat sulit meleleh.

3.2.4. Balsem

Bahan aktif balsam terdiri atas berbagai macam minyak atsiri yang sangat mudah menguap. Oleh

karena itu, pengolahannya haruslah hati-hati agar bahan-bahan tersebut tidak menguap selama proses

berlangsung. Formula balsam terdiri atas menthol crystal, parafin spadat, minyak atsiri, minyak permint

dan vaselin putih. Semua bahan tersebut dapat dibeli di toko kimia dan minyak atsiri dapat diperoleh dari

hasil ekstraksi sendiri. Cara pengolahannya, mula-mula parafin dipanaskan sampai mencair untuk

memudahkan pekerjaan.Selanjutnya memanaskan asam stearat atau paraffin hingga mencair pada tempat

yang berbeda. Kemudian menambahkan minyak atsiri, menthol Kristal dan minyak papermint dimasukkan

kedalam larutan tadi dengan cara berurutan. Minyak atsiri yang mempunyai efek kerja yang sama akan

meningkatkan daya kerja. Sinergi yang timbul ketika dua atau lebih komponen minyak atsiri disatukan

akan menghasilkan aktivitas ekstra yang lebih besar daripada aktivitas yang dihasilkan oleh masing-

masing komponen minyak atsiri tersebut.

Pada pembuatan balsam, komponen-komponen yang digunakan antara lain vaselin, asam stearat,

menthol dan papermint serta minyak atsiri. Vaselin digunakan untuk menjadikan balsem licin saat

digunakan, menthol dan papermint digunakan untuk menambah aroma mint dan panas ketika digunakan.

Minyak yang digunakan dalam pembuatan balsem seperti minyak gandapura, minyak kayu putih dan

sereh. Seperti halnya keempat formulasi diatas setiap komposisi yang berbeda akan menghasilkan kualitas

dan produk yang berbeda pula.

Pengujian organoleptic secara hedonic pada balsem dilakukan pada aspek aroma, kehangatan dan

kesa lengket. Berdasarkan analisa statistik dengan metode uji Duncanpada aroma balsam dapat

disimpulkan bahwa aroma balsem yang dibuat oleh kelompok 2, 4, dan 6 memiliki tingkat kesukaan

panelis yang sama. Namun aroma balsem kelompok 5 berbeda dengan balsem kelompok 1 dan 3. Selain

12

Page 13: Atsiri.4.Fix

itu, dapat disimpulkan pula balsem kelompok 5 lebih disukai oleh panelis dibandingkan dengan balsem

lainnya dari segi aroma pada taraf nyata 5%.

Analisa statistik dengan metode Duncan yang dilakukan pada aspek kehangatan balsem

memebrikan hasil bahwa balsem kelompok 4 dan 1 memiliki tingkat kesukaan panelis yang berbeda

dengan balsem kelompok lain. Balsem yang dibuat oleh kelompok 4 lebih disukai oleh panelis

dibandingkan dengan balsem yang dibuat oleh kelompok yang lain. Di samping itu, dapat disimpulkan

pula balsem kelompok 1 dan 4 memiliki perbedaan kehangatan yang nyata dengan balsem kelompok

selain keduanya. Dari pengolahan data hasil uji organoleptik yang telah dilakukan dengan 30 0rang

panelis, diperoleh hasil bahwa balsem yang dibuat oleh kelompok 2 paling disukai oleh panelis.

Sedangkan kelompok lainnya memiliki tingkat kesukaan yang sama pada taraf nyata 5%. Salain itu, dapat

disimpulkan pula balsem yang dibuat oleh kelompok 2 memiliki perbedaan yang nyata dalam segi kesan

lengket pada kulit dengan balsem yang dibuat oleh kelompok 3.

3.2.5. Sabun Transparan

Sabun adalah garam alkalikarboksilat (RCOONa). Gugus R bersifathidrofobik karena bersifat non polar dan COONa bersifat hidrofilik (polar). Proses yang terjadi dalam pembuatan sabun disebut sebagai saponifikasi (Girgis 2003). Ada 2 jenis sabun yang dikenal, yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair (Hambali et al. 2005). Sabun padat dibedakan atas 3 jenis, yaitu sabun opaque, translucent, dan transparan. Sabun transparan merupakan salahsatu jenis sabun yang memiliki penampilan menarik karena penampakannya. Selain itu, sabun transparan bisa menjadi alternatif sediaan obat dengan penampakan yang lebih menarik.

Menurut Paul (2007) sabun transparan merupakan sabun yang memiliki tingkat transparansi paling tinggi. Sabun jenis ini memancarkan cahaya yang menyebar dalam partikel-partikel kecil, sehingga objek yang berada diluar sabun akan kelihatan dengan jelas (tembus pandang). Objek dapat terlihat hingga berjarak sampai panjang 6 cm .Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara yang berbeda. Salah satu metode yang tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam alkohol dengan pemanasan lembut untuk membentuk larutan jernih, yang kemudian diberi pewarna dan pewangi. Warna sabun tergantung pada pemilihan bahan awal dan bila tidak digunakan bahan yang berkualitas baik, kemungkinan sabun yang dihasilkan akan berwarna sangat kuning (Butler 2001).

Proses pembuatan sabun diawali dengan mereaksikan asam stearat dengan fase asam lemak dengan NaOH. Asam stearat dilelehkan dengan pemanasan (70ºC) sampai mencair. Setelah asam stearatdan minyak homogen, kemudian ditambahkan larutan NaOH 30% pada suhu 60-70oC. Pada saat penambahan NaOH ini, adonan akan menjadi kerasdan lengket yang menunjukan terbentuknya stok sabun. Pengadukan terus dilakukan sampai homogen kemudian dilakukan penambahan gliserin sehingga pengadukan lebih mudah dilakukan. Penambahan sukrosa dilakukan secara bertahap sambil terus dilakukan pengadukan hingga sukrosa larut sempurna. Setelah larutan menjadi homogen, selanjutnya ditambahkan coco- DEA, NaCl, ekstrak lengkuas, dan air. Selanjutnya sabun dituangkan dalam cetakan dan didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang. Satu adonan akan menjadi 6-7 unit sabun transparan masing-masing seberat 14-15,5 g (Hernani et al. 2010).

Faktor lain yang mempengaruhi transparansi sabun adalah kandungan alkohol, gula, dan glyserin dalam sabun. Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling essensial adalah kualitas gula, alkohol dan glyserin. Oleh karena itu pemilihan material mempertimbangkan dengan warna dan kemurniannya. Parfum berperan penting dalam warna sabun seperti adanya tincture, balsam dan infusi yang digunakan agar sabun menjadi wangi, adanya bahan tersebut dapat menjadikan spotting (bintik hitam). Apabila sabun sengaja diwarna dipilih pewarna yang tahan alkali. Air distilasi adalah air terbaik

13

Page 14: Atsiri.4.Fix

untuk sabun transparan glyserin dipilih yang murni, alkohol juga yang terbaik prosentasi tertinggi. Untuk minyak dan lemak digunakan yang asam lemak bebas rendah dan warna yang baik.

Penambahan glyserin atau gula yang banyak menyebabkan sabun menjadi lengket dan manis, oleh karena itu mengotori pembungkus. Untuk memperoleh transparansi sabun berikut ini adalah metode yang umum digunakan: transparan karena gula, transparan karena glyserin dan alkohol, digabung dengan menggunakan minyak castor, transparansi karena asam lemak dalam sabun dan seberapa kali sabun dimill.

Saat melakukan percobaan, ketika NaOH dilarutkan maka akan menjadi keruh. Namun setelah diaduk berkali- kali akan menjadi bening. Hal ini menunjukkan bahwa NaOH telah larut. Pada saat NaOH dimasukan ke dalam minyak, minyak akan mendidih karena proses safonifikasi.

Pada sabun membutuhkan suhu sekitar 80–100 °C untuk menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa,menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali (basa yang sangat kuat) yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu.

Pembuatan produk sabun transparan menggunakan komponen seperti minyak mawar, minyak

nilam, sedap malam, dan minyak jeruk. Tujuan dari pemformulasian adalah mencari komponen terbaik

untuk menghasilkan produk yang terbaik pula. Sehingga dari beberapa kelompok akan menghasilkan

produk dengan aroma yang berbeda-beda. Kelompok 1 misalnya menggunakan minyak mawar 6 tetes dan

minyak nilam 2 tetes akan menghasilkan produk dengan cita rasa yang berbeda dibandingkan dengan

kelompok 2 yang menggunakan minyak jeruk 6 tetes sebagai tambahannya.

Pengujian yang dilakukan terhadap sabun transparan, yaitu uji kekerasan dan pH. Pada uji

kekerasan sabun yang mempunyai kekerasan yang tinggi adalah kelompok 4 dengan nilai 38, 40 dan 41.

Pada uji pH tidak ada kelompok yang memenuhi standar sabun yang dapat digunakan, standar sabun yang

dapat digunakan jika pH mempunyai nilai 14 sedangkan pada semua sabun yang di uji mempunyai nilai

pH 12 yang dapat dikatakan bahwa kualitas sabun berada diluar range yang diperbolehkan untuk

digunakan.

14

Page 15: Atsiri.4.Fix

IV. PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

Minyak atsiri dapat digunakan untuk bahan dasar maupun tambahan pembuatan berbagai macam

produk bernilai jual tinggi. Adapun produk yang dibuat pada praktikum ini adalah parfum, lilin

aromaterapi, massage oil, sabun transparan dan balsem. Setiap produk dibuat dengan komposisi yang

berbeda untuk masing-masing kelompok sesuai selera. Pengujian setiap produk pun berbeda-beda.

Pada lilin aromaterapi dilakukan pengujian terhadap kekerasan dan titik leleh. Adapun tingkat

kekerasan mempengaruhi waktu leleh. Semakin tinggi kekerasan lilin maka semakin lama waktu leleh lilin

tersebut. pada praktikum ini, lilin aromaterapi yang dibuat oleh kelompok 6 yang paling keras maka lilin

tersebutlah yang akan paling lama habis saat dibakar. Pada sabun transparan yang diuji adalah kekerasan

dan pH. Sabun yang memiliki kekerasan paling baik adalah sabun yang dibuat oleh kelompok 4. Namun

dari nilai pH sabun yang dibuat semua kelompok belum memenuhi standar yang berlaku, dimana pH

sabun harus bernilai 14 sedangkan pH sabun yang dibuat semua bernilai 12.

Pada parfum, balsem dan massage oil dilakukan uji organoleptik hedonik (kesukaan), dimana

pengujian ini sifatnya subjektif bergantung selera panelis. Hasil uji organoleptik pada parfum,

menunjukkan bahwa parfum yang paling disukai oleh para panelis adalah yang dibuat oleh kelompok 6.

Pada produk balsem dilakukan beberapa uji hedonik, yaitu terhadap warna, kehangatan dan kesan lengket

pada kulit. Hasil perhitungan menunjukkan, aroma balsem kelompok 5 paling disukai dibanding kelompok

lain. Aspek kehangatan yang paling disukai adalah balsem kelompok 4, sedangkan balsem yang dibuat

oleh kelompok 2 paling disukai dari aspek kesan lengket pada kulit.

Uji organoleptik yang dilakukan pada massage oil adalah warna, aroma, kelembutan, kekentalan

dan kesan lengket. Massage oil yang dibuat oleh kelompok 1 paling disukai oleh panelis dari aspek warna

dan aroma. Dari aspek kelembutan yang paling disukai adalah massage oil kelompok 4. Massage oil yang

dibuat kelompok 2 paling disukai dari aspek kekentalan, sedangkan aspek kesan lengket yang paling

disukai adalah massage oil kelompok 6.

IV.2. Saran

Saran yang tepat untuk praktikum teknologi penambahan jumlah alat-alat penting. Dengan jumlah

alat yang memedai maka waktu praktikum akan berjalan lebih efisisen. Selain junmlah alat, faktor yang

perlu diperbaiki adalah system pembagian tugas dalam masing-masing kelompok. Dengan pembagian

tugas yang jelas maka tidak akan ada praktikan yang merasa tugasnya lebih berast dari prakrikan lain,

begitu juga sebaliknya.

15

Page 16: Atsiri.4.Fix

DAFTAR PUSTAKA

Armando, Rochim. 2002. Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Bennet, H. 1963. Industrial Waxes Vol 1. Natural and Synthetic Waxes. Chemical Publishing Company,

Inc., New York.

Brady, J., 1994, Kimia Universitas Asas dan Struktur: Jilid satu, Edisi Kelima. Binarupa Aksara, Jakarta.

Butler. 2001. Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soap. Kluwer Academic Publisher. London.

Djanaka, R.S, et al. 1984. Peningkatan Mutu dan Diversifikasi Produk Stearin. Laporan Hasil Penelitian

dan Pengembangan. Proyek Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian. Bogor.

Girgis, A.Y. 2003. Production of High Quality Castile Soap from High Rancid Olive Oil. Gracas y

Aceites.54(3):226-233.

Gruse, W.A dan S. Donald. 1960. Chemical Technology of Petroleum Third ed. Mc Graw-Hill Book

Company Inc., New York.

Guenther, E., 1948. The Essensial Oils Vol.1. D. Van Nostrand Compay. Inc., New York.

Guenther Ernest, 1987. Minyak Atsiri. Universitas Indonesia, Jakarta.

Hambali, E., A. Suryani, dan M. Rifai.2005. Membuat Sabun Tranparan untuk Gift dan

Kecantikan.Penebar Swadaya, Jakarta : 19-23.

Hernani , Tatit K. Bunasor dan Fitriati.2010.Formula Sabun Transparan Anti Jamur dengan Bahan Aktif

Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.Swartz.).Bul. Littro. Vol. 21 No. 2.

Ketaren, S., 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta.

Paul, S. 2007. Fatty Acid and Soap Making. http://www.soap-makingresource . com/fatty-acid-soap-

making.html [5 Mei 2013].

16