atau kecukupan isi prospektus ini. setiap ... put iii pt bank...atau sertifikat bukti hmetd atau...
TRANSCRIPT
Tanggal Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPSLB)
: 6 Juli 2017 Tanggal Pencatatan Pemegang Saham yang berhak atas HMETD
Tanggal Distribusi HMETD, Prospektus dan Formulir
:
:
27 Desember 2017
28 Desember 2017
Tanggal Efektif Pernyataan Pendaftaran : 13 Desember 2017 Tanggal Pencatatan HMETD di PT Bursa Efek Indonesia : 29 Desember 2017
Tanggal Permohonan Pencatatan Saham Tambahan : 12 Desember 2017 Periode Perdagangan HMETD : 29 Desember 2017- 5 Januari 2018
Tanggal CUM HMETD Periode Pendaftaran, Pemesanan, Pelaksanaan dan Pembayaran
HMETD
: 29 Desember 2017- 5 Januari 2018
- Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi
- Pasar Tunai
:
:
20 Desember 2017
27 Desember 2017
Tanggal Distribusi Saham Hasil Pelaksanaan HMETD Secara
Elektronik
: 3 Januari 2018 – 9 Januari 2018
Tanggal Akhir Pembayaran Pemesanan Saham Tambahan : 9 Januari 2018
Tanggal Ex-HMETD : Tanggal Penjatahan Pemesanan Saham Tambahan : 10 Januari 2018
- Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi : 21 Desember 2017 Tanggal Pengembalian Uang Pesanan Saham Tambahan : 12 Januari 2018
- Pasar Tunai : 28 Desember 2017 Laporan Hasil Penjatahan : 9 Februari 2018
OTORITAS JASA KEUANGAN (“OJK”) TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI, TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN
ATAU KECUKUPAN ISI PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM.
PROSPEKTUS INI PENTING DAN PERLU MENDAPAT PERHATIAN SEGERA. APABILA TERDAPAT KERAGUAN PADA TINDAKAN YANG AKAN DIAMBIL, SEBAIKNYA
BERKONSULTASI DENGAN PIHAK YANG KOMPETEN.
PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK (“PERSEROAN”) BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA KETERANGAN, DATA ATAU LAPORAN DAN
KEJUJURAN PENDAPAT YANG TERCANTUM DALAM PROSPEKTUS INI.
PT BANK OF INDIA INDONESIA Tbk.
Kegiatan Usaha Utama:
Bergerak dalam bidang usaha Jasa Perbankan
Berkedudukan di Jakarta Pusat, Indonesia
PENAWARAN UMUM TERBATAS III (“PUT III”) KEPADA PEMEGANG SAHAM
DALAM RANGKA PENERBITAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU (HMETD)
Sebanyak-banyaknya sebesar 347.200.000 (tiga ratus empat puluh tujuh juta dua ratus ribu) Saham Baru atas nama dengan nilai nominal Rp200,- (dua ratus Rupiah) per
saham yang merupakan 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah saham yang beredar setelah PUT III. Setiap pemegang 3 (tiga) saham Perseroan yang namanya tercatat
dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 27 Desember 2017 pukul 16.15 WIB berhak atas 1 (satu) HMETD dimana 1 (satu) HMETD berhak untuk membeli
1 (satu) Saham Baru dengan harga penawaran sebesar Rp1.890,- (seribu delapan ratus sembilan puluh Rupiah) per saham. Jumlah dana yang akan diterima Perseroan
dalam Penawaran Umum Terbatas III ini adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp656.208.000.000,- (enam ratus lima puluh enam miliar dua ratus delapan juta Rupiah).
Saham yang ditawarkan dalam rangka PUT III dengan menerbitkan HMETD ini seluruhnya adalah Saham Baru yang akan dikeluarkan dari portepel Perseroan. Saham yang
berasal dari pelaksanaan HMETD akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Setiap HMETD dalam bentuk pecahan akan dibulatkan kebawah (rounded down). Dalam hal
pemegang saham mempunyai HMETD dalam bentuk pecahan, maka hak atas pecahan Efek tersebut wajib dijual oleh Perseroan dan hasil penjualannya dimasukkan ke
dalam rekening Perseroan.
Pemegang saham Perseroan yakni Bank of India akan melaksanakan seluruh haknya dalam PUT III ini sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya, yang diperhitungkan
sebagai bagian dari setoran modal PT Bank of India Indonesia Tbk. Pernyataan pemegang saham ini sesuai dengan Surat Pernyataan tertanggal 22 September 2017.
Apabila Saham Baru yang ditawarkan dalam PUT III ini tidak seluruhnya diambil oleh Pemegang HMETD, maka sisanya akan dialokasikan kepada Pemegang HMETD
lainnya yang melakukan pemesanan tambahan, secara proporsional berdasarkan hak yang telah dilaksanakannya. Apabila setelah alokasi tersebut masih terdapat sisa
HMETD yang tidak dilaksanakan, maka terhadap seluruh HMETD yang tersisa tersebut tidak akan dikeluarkan saham dari portepel.
HMETD DAPAT DIPERDAGANGKAN BAIK DI DALAM ATAU DI LUAR BURSA DALAM WAKTU SEKURANG-KURANGNYA 5 (LIMA) HARI KERJA, SEJAK TANGGAL 29
DESEMBER 2017 SAMPAI DENGAN TANGGAL 5 JANUARI 2018. HARI TERAKHIR PELAKSANAAN HMETD ADALAH 5 JANUARI 2018. SETIAP HMETD YANG TIDAK
DILAKSANAKAN SAMPAI DENGAN TANGGAL TERSEBUT MENJADI TIDAK BERLAKU LAGI. PENCATATAN SAHAM BARU HASIL PELAKSANAAN HMETD AKAN
DILAKUKAN DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TANGGAL 29 DESEMBER 2017.
PENTING UNTUK DIPERHATIKAN OLEH PARA PEMEGANG SAHAM
SEMUA SAHAM PERSEROAN YANG TELAH DITEMPATKAN DAN DISETOR PENUH TERMASUK SAHAM BARU YANG AKAN DITERBITKAN DALAM PUT III INI MEMILIKI
HAK YANG SAMA DAN SEDERAJAT DALAM SEGALA HAL DENGAN SAHAM YANG TELAH DIKELUARKAN SEBELUMNYA OLEH PERSEROAN, TERMASUK HAK ATAS
DIVIDEN. PEMEGANG SAHAM PERSEROAN YANG TIDAK MELAKSANAKAN HAKNYA UNTUK MEMBELI SAHAM BARU YANG DITAWARKAN DALAM PUT III INI SESUAI
DENGAN HMETD-NYA AKAN MENGALAMI PENURUNAN PERSENTASE KEPEMILIKAN SAHAMNYA (TERDILUSI) DALAM PERSEROAN SAMPAI DENGAN MAKSIMUM
25,00% (DUA PULUH LIMA PERSEN).
RISIKO UTAMA YANG DIHADAPI OLEH PERSEROAN ADALAH RISIKO KREDIT, YAITU RISIKO YANG TERJADI AKBIAT KEGAGALAN PIHAK LAWAN (COUNTER PARTY)
MEMENUHI KEWAJIBANNYA DAN JIKA JUMLAHNYA CUKUP MATERIAL, MAKA DAPAT MENURUNKAN KINERJA PERSEROAN YANG PADA AKHIRNYA DAPAT
MENURUNKAN TINGKAT KESEHATAN DAN PENDAPATAN PERSEROAN.
RISIKO TERKAIT DENGAN KEPEMILIKAN ATAS SAHAM PERSEROAN YAITU TIDAK LIKUIDNYA SAHAM YANG DITAWARKAN PADA PENAWARAN UMUM TERBATAS III
INI, TERDAPAT KEMUNGKINAN PERDAGANGAN SAHAM PERSEROAN DI BURSA EFEK INDONESIA AKAN MENJADI TIDAK LIKUID. DENGAN DEMIKIAN, PERSEROAN
TIDAK DAPAT MEMPREDIKSI APAKAH PERDAGANGAN SAHAM PERSEROAN DI BURSA EFEK AKAN AKTIF ATAU LIKUIDITAS SAHAM PERSEROAN AKAN TERJAGA.
RISIKO USAHA PERSEROAN SELENGKAPNYA DICANTUMKAN PADA BAB VI MENGENAI RISIKO USAHA DALAM PROSPEKTUS INI.
PERSEROAN DALAM PUT III INI TIDAK AKAN MENERBITKAN SURAT KOLEKTIF SAHAM. SAHAM-SAHAM TERSEBUT AKAN DIDISTRIBUSIKAN SECARA ELEKTRONIK
YANG AKAN DIADMINISTRASIKAN DALAM PENITIPAN KOLEKTIF PT KUSTODIAN SENTRAL EFEK INDONESIA (KSEI).
Prospektus ini diterbitkan di Jakarta pada tanggal 13 Desember 2017
KANTOR PUSAT
Jl. H. Samanhudi No.37
Jakarta Pusat 10710 Indonesia
Telp: 021-3500007, Faksimili: 021-3808178
Website: www.boiindonesia.co.id
Email: [email protected]
KANTOR CABANG
Perseroan memiliki 7 Kantor Cabang, 6 Kantor Cabang Pembantu dan 2
Kantor Kas yang tersebar di wilayah Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali,
Medan dan Makassar.
PR
OS
PEK
TU
S
PT Bank of India Indonesia Tbk
i
Perseroan telah menyampaikan Pernyataan Pendaftaran Emisi Efek sehubungan dengan Penawaran Umum Terbatas
III Kepada Para Pemegang Saham dalam rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (selanjutnya disebut
sebagai “PUT III”) kepada Otoritas Jasa Keuangan (“OJK”) dengan surat No. 184/KP-BD/OJK/IX/2017 pada tanggal 20
SEPTEMBER 2017, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan OJK No. 32/POJK.04/2015 tanggal 16
Desember 2015 tentang Penambahan Modal Perusahaan Terbuka dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (“POJK No. 32/2015“) dan Peraturan OJK No. 33/POJK.04/2015 tanggal 16 Desember 2015 tentang Bentuk dan
Isi Prospektus Dalam Rangka Penambahan Modal Perusahaan Terbuka Dengan Memberikan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (“POJK No. 33/2015“) yang merupakan pelaksanaan dari Undang-undang Republik Indonesia No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 64 Tahun 1995, Tambahan No. 3608
(“UUPM”) dan peraturan pelaksanaannya.
Perseroan, Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal, dalam rangka PUT III ini bertanggung jawab sepenuhnya atas
kebenaran semua informasi atau fakta material, keterangan atau laporan serta kejujuran pendapat yang disajikan
dalam Prospektus ini sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia serta kode etik dan standar profesinya masing-masing.
Sehubungan dengan PUT III ini, semua pihak, termasuk pihak terafiliasi tidak diperkenankan untuk memberikan
keterangan atau membuat pernyataan apapun mengenai data atau hal-hal yang tidak diungkapkan dalam Prospektus
ini tanpa sebelumnya memperoleh persetujuan tertulis dahulu dari Perseroan.
Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal dalam PUT III ini tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Perseroan
baik secara langsung maupun tidak langsung sebagaimana didefinisikan dalam UUPM.
Dalam proses PUT III, PT Royal Investium Sekuritas telah ditunjuk sebagai arranger oleh Perseroan yang bertugas
untuk membantu proses pendokumentasian dan administrasi registrasi/Pernyataan Pendaftaran dalam rangka PUT III.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1999 (“PP No. 29”) tentang Pembelian Saham Bank Umum sebagai
pelaksanaan dari Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan (“Undang-undang Perbankan”) ditetapkan bahwa:
a) Jumlah kepemilikan saham bank oleh Warga Negara Asing dan/atau Badan Hukum Asing yang diperoleh
melalui pembelian secara langsung maupun melalui Bursa Efek sebanyak-banyaknya 99% (sembilan puluh
sembilan persen) dari jumlah saham bank yang bersangkutan (Pasal 3 PP No. 29);
b) Pembelian oleh Warga Negara Asing dan/atau Badan Hukum Asing melalui Bursa Efek dapat mencapai 100%
(seratus persen) dari jumlah saham bank yang tercatat di Bursa Efek ( Pasal 4 ayat 1 PP No. 29);
c) Bank hanya dapat mencatatkan sahamnya di Bursa Efek sebanyak-banyaknya 99% (sembilan puluh sembilan
persen) dari jumlah saham bank yang bersangkutan (Pasal 4 ayat 2 PP No. 29);
d) Sekurang-kurangnya 1% (satu persen) dari saham bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2 yang
tidak dicatatkan di Bursa Efek harus tetap dimiliki oleh WNI atau Badan Hukum Indonesia (Pasal 4 ayat 3 PP
No. 29).
Sesuai dengan PP No. 29, Perseroan atas nama pemegang saham akan mencatatkan sejumlah 99% (sembilan puluh
sembilan persen) dari jumlah saham yang ditempatkan dan telah disetor penuh. Apabila seluruh HMETD yang
ditawarkan dalam rangka PUT III dilaksanakan menjadi Saham Baru oleh pemegang saham maka jumlah saham yang
akan dicatatkan oleh Perseroan di Bursa Efek Indonesia menjadi sebanyak-banyaknya 1.374.912.000 (satu miliar tiga
ratus tujuh puluh empat juta sembilan ratus dua belas ribu) saham biasa atas nama atau setara dengan 99%
(sembilan puluh sembilan persen) dari modal ditempatkan dan disetor penuh sesudah PUT III ini. Adapun saham yang
tidak dicatatkan adalah sebanyak-banyaknya 13.888.000 (tiga belas juta delapan ratus delapan puluh delapan ribu)
saham biasa atas nama atau setara dengan 1% (satu persen) dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh
setelah pelaksanaan PUT III, yang dimiliki oleh PT Panca Mantra Jaya.
PUT III INI TIDAK DIDAFTARKAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NEGARA LAIN, SELAIN
YANG BERLAKU DI INDONESIA. BARANG SIAPA YANG BERADA DI LUAR INDONESIA MENERIMA PROSPEKTUS INI
ATAU SERTIFIKAT BUKTI HMETD ATAU DOKUMEN-DOKUMEN LAIN YANG BERKAITAN DENGAN PUT III INI, MAKA
DOKUMEN-DOKUMEN TERSEBUT TIDAK DIMAKSUDKAN SEBAGAI DOKUMEN PENAWARAN UNTUK MEMBELI
SAHAM YANG DITAWARKAN PADA PUT III INI ATAU MELAKSANAKAN HMETD, KECUALI APABILA PENAWARAN
DAN PEMBELIAN SAHAM YANG DITAWARKAN PADA PUT III INI ATAU PELAKSANAAN HMETD TERSEBUT TIDAK
PT Bank of India Indonesia Tbk
ii
BERTENTANGAN ATAU BUKAN MERUPAKAN PELANGGARAN TERHADAP SETIAP PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG BERLAKU DI MASING-MASING NEGARA TERSEBUT.
PROSPEKTUS DITERBITKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG DAN/ATAU PERATURAN YANG BERLAKU DI
INDONESIA. TIDAK SATUPUN YANG TERCANTUM DALAM DOKUMEN INI DAPAT DIANGGAP SEBAGAI SEBUAH
PENAWARAN EFEK UNTUK MENJUAL DI WILAYAH YANG MELARANG HAL TERSEBUT. SETIAP PIHAK DILUAR
WILAYAH INDONESIA BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA UNTUK MEMATUHI KETENTUAN YANG BERLAKU DI
NEGARA TERSEBUT.
PERSEROAN TELAH MENGUNGKAPKAN SEMUA INFORMASI YANG WAJIB DIKETAHUI OLEH PUBLIK DAN TIDAK
ADA LAGI INFORMASI YANG BELUM DIUNGKAPKAN SEHINGGA TIDAK MENYESATKAN PUBLIK.
PT Bank of India Indonesia Tbk
iii
DAFTAR ISI
DEFINISI DAN SINGKATAN iv
RINGKASAN ix
I.PENAWARAN UMUM TERBATAS III 1
II.PENGGUNAAN DANA YANG DIPEROLEH DARI PENAWARAN UMUM TERBATAS III 9
III.PERNYATAAN UTANG 10
IV.IKHTISAR DATA KEUANGAN PENTING 15
V.ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN 18
VI.RISIKO USAHA 57
VII.KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL LAPORAN AKUNTAN 60
VIII. A. KETERANGAN TENTANG PERUSAHAAN TERBUKA, KEGIATAN USAHA, SERTA KECENDERUNGAN
DAN PROSPEK 60
1. RIWAYAT SINGKAT PERSEROAN 60
2. PERKEMBANGAN KEPEMILIKAN SAHAM PERSEROAN 61
3. KETERANGAN SINGKAT MENGENAI PEMEGANG SAHAM BERBENTUK BADAN HUKUM63
4. STRUKTUR ORGANISASI PERSEROAN 65
5. SUMBER DAYA MANUSIA 78
6. HUBUNGAN KEPEMILIKAN, KEPENGURUSAN DAN KEPENGAWASAN PERSEROAN DENGAN
PEMEGANG SAHAM BERBENTUK BADAN HUKUM 80
7. KETERANGAN MENGENAI ASET TETAP 81
8. TRANSAKSI DENGAN PIHAK AFILIASI 83
9. PERJANJIAN-PERJANJIAN PENTING DENGAN PIHAK KETIGA 84
10. PERKARA YANG DIHADAPI PERSEROAN 84
VIII. B. KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN 85
1. UMUM 85
2. JARINGAN DISTRIBUSI 85
3. STRATEGI USAHA 86
4. KEUNGGULAN KOMPETITIF 88
5. KEGIATAN USAHA 88
6. PROSPEK USAHA 93
7. PERSAINGAN DAN PEMASARAN 94
8. MANAJEMEN RISIKO 95
9. TATA KELOLA PERSEROAN 101
10. PRINSIP-PRINSIP PERBANKAN YANG SEHAT 102
11. FUNGSI KEPATUHAN PERSEROAN 107
12. ASURANSI 110
13. HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL 111
14. TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERSEROAN/CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)111
IX. EKUITAS 112
X.KEBIJAKAN DIVIDEN 114
XI. PERPAJAKAN 115
XII.LEMBAGA DAN PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL 117
XIII. PERSYARATAN PEMESANAN PEMBELIAN SAHAM 119
XIV. PENYEBARLUASAN PROSPEKTUS, FORMULIR DAN SERTIFIKAT BUKTI HMETD 126
XV. INFORMASI TAMBAHAN 127
PT Bank of India Indonesia Tbk
iv
DEFINISI DAN SINGKATAN
Afiliasi Berarti:
a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai
derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;
b. hubungan antara satu pihak dengan pegawai, Direktur atau
Komisaris dari pihak tersebut;
c. hubungan antara 2 (dua) perusahaan dimana terdapat 1 (satu)
atau lebih anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris yang sama;
d. hubungan antara perusahaan dengan suatu pihak, baik langsung
maupun tidak langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh
perusahaan tersebut;
e. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan baik
langsung maupun tidak langsung, oleh pihak yang sama; atau
f. hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.
Anggaran Dasar Berarti Anggaran Dasar Perseroan yang dapat diubah dari waktu ke
waktu.
API Berarti Arsitektur Perbankan Indonesia atau Indonesian Banking
Architecture.
Aset Produktif Berarti penanaman dana Perseroan dalam bentuk kredit, efek-efek,
penempatan dana antar bank, penyertaan termasuk komitmen dan
kontinjensi pada transaksi rekening administratif.
ATM Berarti Anjungan Tunai Mandiri.
BI atau Bank Indonesia Berarti berarti pihak yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan
alat pembayaran yang sah, merumuskan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
mengatur dan mengawasi perbankan serta menjalankan fungsi
sebagai lender of the last resort, yang dalam hal ini diselenggarakan
oleh Bank Sentral Republik Indonesia/Bank Indonesia atau para
pengganti dan penerima hak dan kewajibannya.
BAPEPAM dan LK Berarti BAPEPAM dan Lembaga Keuangan yang merupakan
penggabungan dari Bapepam dan Direktorat Jenderal Lembaga
Keuangan (DJLK), sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. 606/KMK.01/2005 tanggal 30 Desember 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan dan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, sejak tanggal
31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, beralih
dari Menteri Keuangan dan BAPEPAM dan LK ke OJK, sesuai dengan
Pasal 55 UU No. 21 Tahun 2011, atau para pengganti dan penerima
hak dan kewajibannya.
BEI atau Bursa Efek Berarti pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system
PT Bank of India Indonesia Tbk
v
dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek
diantara para pihak dengan tujuan memperdagangkan efek diantara
mereka sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1 ayat 4 UUPM, yang
dalam hal ini diselenggarakan oleh PT Bursa Efek Indonesia,
berkedudukan di Jakarta Selatan, atau para pengganti dan penerima
hak dan kewajibannya.
BMPK
BOPO
Berarti singkatan dari Batas Maksimum Pemberian Kredit, adalah
persentase perbandingan batas maksimum penyediaan dana yang
diperkenankan terhadap modal bank yang diberikan kepada nasabah
perorangan atau grupnya sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Berarti singkatan dari Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional, yaitu rasio efisiensi bank yang mengukur beban
operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional, sesuai
dengan peraturan Bank Indonesia.
CAR
Dilusi
Berarti Capital Adequacy Ratio atau Rasio Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum.
Berarti penurunan persentase kepemilikan saham sebagai akibat tidak
dilaksanakannya HMETD dalam PUT III.
DPS
Efek
Efektif
Berarti Daftar Pemegang Saham yang dikeluarkan oleh PT Adimitra
Jasa Korpora selaku Biro Administrasi Efek Perseroan, sebagaimana
diatur dalam Pasal 50 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (“UUPT”), yang memuat keterangan tentang
kepemilikan saham oleh Pemegang Saham baik yang masih dalam
bentuk script maupun dalam bentuk scriptless. Saham-saham dalam
bentuk script adalah saham-saham yang masih dalam bentuk warkat
dan dikuasai oleh masing-masing pemegang saham, sedangkan saham-
saham dalam bentuk scriptless adalah saham-saham dalam bentuk
elektronik yang berada dalam penitipan kolektif KSEI.
Berarti surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari
efek, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 5 UUPM.
Berarti terpenuhinya seluruh persyaratan Pernyataan Pendaftaran
dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
(i) atas dasar lewatnya waktu, yakni:
- 45 (empat puluh lima) hari sejak tanggal Pernyataan Pendaftaran
diterima OJK secara lengkap; atau
- 45 (empat puluh lima) hari sejak tanggal perubahan terakhir yang
disampaikan Perseroan atau yang diminta OJK dipenuhi; atau
(ii) atas dasar pernyataan efektif dari OJK bahwa tidak ada lagi
perubahan dan/atau tambahan informasi lebih lanjut yang diperlukan.
FPPS Berarti singkatan dari Formulir Pemesanan Pembelian Saham.
FPPS Tambahan Berarti singkatan dari Formulir Pemesanan Pembelian Saham
PT Bank of India Indonesia Tbk
vi
Tambahan, yaitu formulir untuk memesan Saham Baru yang melebihi
porsi yang ditentukan sesuai dengan jumlah HMETD yang diterima
oleh 1 (satu) pemegang saham Perseroan dalam rangka pelaksanaan
PUT III.
Harga Pelaksanaan Berarti harga yang harus dibayarkan dalam PUT III ini untuk setiap
pelaksanaan 1 (satu) HMETD menjadi Saham Baru, yaitu Rp1.890,-
(seribu delapan ratus sembilan puluh Rupiah).
Hari Bank Berarti hari kerja bank dimana kantor pusat Bank Indonesia di Jakarta
menyelenggarakan kegiatan kliring antar bank.
Hari Bursa Berarti hari-hari dimana Bursa Efek melakukan kegiatan transaksi
perdagangan efek.
Hari Kalender Berarti setiap hari dalam 1 (satu) tahun sesuai dengan kalender
Gregorius tanpa kecuali, termasuk Sabtu, Minggu dan hari libur
nasional yang sewaktu-waktu ditetapkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia dan Hari Kerja biasa yang karena suatu keadaan tertentu
ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai bukan Hari
Kerja biasa.
Hari Kerja Berarti hari Senin sampai dengan hari Jumat, kecuali hari libur nasional
yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia atau Hari Kerja
biasa yang karena suatu keadaan tertentu ditetapkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia bukan sebagai Hari Kerja biasa.
HMETD Berarti Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang melekat pada
Sertifikat Bukti HMETD yang merupakan hak Pemegang Saham untuk
membeli Saham Baru yang akan diterbitkan dalam PUT III ini dan dapat
dialihkan atau diperdagangkan sesuai dengan POJK No. 32/2015.
KSEI Berarti pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi
Bank Kustodian, Perusahaan Efek dan pihak lain sebagaimana
didefinisikan dalam Pasal 1 ayat 10 UUPM, yang dalam hal ini
diselenggarakan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,
berkedudukan di Jakarta Selatan, atau para pengganti dan penerima
hak dan kewajibannya.
LDR Berarti Loan to Deposit Ratio yaitu rasio jumlah kredit yang diberikan
terhadap dana pihak ketiga dan modal berdasarkan formula yang
ditetapkan Bank Indonesia.
LPS Berarti Lembaga Penjaminan Simpanan.
Masyarakat Berarti perorangan maupun badan hukum, baik Warga Negara
Indonesia maupun Warga Negara Asing dan Badan Hukum Indonesia
maupun Badan Hukum Asing, baik yang bertempat tinggal atau
berkedudukan hukum di Indonesia maupun bertempat tinggal atau
berkedudukan hukum di luar wilayah Negara Republik Indonesia.
NIM Berarti Net Interest Margin yaitu Margin Bunga Bersih yang
PT Bank of India Indonesia Tbk
vii
merupakan pendapatan bunga bersih dibagi dengan rata-rata Aset
Produktif dalam kolektibilitas Lancar dan Dalam Perhatian Khusus.
NPL Berarti Non-Performing Loan yaitu kredit dengan kualitas kurang
lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan penggolongan
kolektibilitas Bank Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan atau OJK Berarti lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak
lain, yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tanggal 22 November 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan (“UU No. 21 Tahun 2011”). Sejak
tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang pengaturan
dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal,
beralih dari Bapepam dan LK ke OJK, sesuai dengan Pasal 55 UU No. 21
Tahun 2011, atau para pengganti dan penerima hak dan
kewajibannya.
PBI Berarti singkatan dari Peraturan Bank Indonesia.
Pemegang HMETD Berarti Pemegang Saham Perseroan atau pemegang HMETD.
Pemerintah Berarti Pemerintah Republik Indonesia.
Penawaran Umum Terbatas III
atau PUT III
Berarti penawaran atas sebanyak-banyaknya 347.200.000 (tiga ratus
empat puluh tujuh juta dua ratus ribu) Saham Baru dengan nilai
nominal Rp200,- (dua ratus Rupiah) per saham. Setiap pemegang 3
(tiga) Saham Lama Perseroan yang namanya tercatat dalam Daftar
Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 27 Desember 2017, pukul
16.15 WIB, berhak atas 1 (satu) HMETD, dimana 1 (satu) HMETD
berhak untuk membeli 1 (satu) Saham Baru dengan Harga Pelaksanaan
Rp1.890,- (seribu delapan ratus sembilan puluh Rupiah) per saham
yang wajib dibayar penuh pada saat mengajukan FPPS.
Pernyataan Pendaftaran Berarti pernyataan pendaftaran yang harus disampaikan oleh
Perseroan kepada Kepala Eksekutif OJK dalam rangka PUT III sesuai
dengan POJK No. 32/2015.
Perseroan Berarti PT Bank of India Indonesia Tbk berkedudukan dan berkantor
pusat di Jakarta Pusat.
Prospektus Berarti setiap informasi tertulis yang disusun dan diterbitkan oleh
Perseroan sehubungan dengan PUT III sesuai dengan ketentuan Pasal
1 ayat 26 UUPM juncto POJK No. 33/2015.
PSAK Berarti Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia.
Saham Baru Berarti saham yang akan dikeluarkan oleh Perseroan dalam PUT III ini
dalam jumlah sebanyak-banyaknya 347.200.000 (tiga ratus empat
puluh tujuh juta dua ratus ribu) saham dengan nilai nominal Rp200,-
(dua ratus Rupiah) setiap saham.
PT Bank of India Indonesia Tbk
viii
Saham Lama Berarti saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh oleh
pemegang saham Perseroan pada tanggal Prospektus ini diterbitkan.
Sertifikat Bukti HMETD Berarti bukti kepemilikan atas sejumlah HMETD yang memberikan hak
kepada pemegangnya untuk membeli Saham Baru dengan Harga
Pelaksanaan.
ROA Berarti Return On Average Asset atau Pengembalian Aset Rata-Rata.
ROE Berarti Return On Average Equity atau Pengembalian Ekuitas Rata-
Rata.
RRS Berarti Risk Rating System atau Sistem Peringkat Risiko.
Rupiah atau Rp Berarti mata uang sah yang berlaku di Indonesia.
RUPS Berarti singkatan dari Rapat Umum Pemegang Saham, yaitu rapat
umum para pemegang saham Perseroan yang diselenggarakan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar Perseroan, UUPT dan
UUPM serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
SBI Berarti Sertifikat Bank Indonesia.
Tanggal Efektif Berarti tanggal dimana terpenuhinya seluruh persyaratan Pernyataan
Pendaftaran dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. atas dasar lewatnya waktu, yakni:
- 45 (empat puluh lima) hari sejak tanggal Pernyataan
Pendaftaran diterima OJK secara lengkap; atau
- 45 (empat puluh lima) hari sejak tanggal perubahan terakhir
yang disampaikan Perseroan atau yang diminta OJK dipenuhi;
atau
2. atas dasar pernyataan efektif dari OJK bahwa tidak ada lagi
perubahan dan/atau tambahan informasi lebih lanjut yang
diperlukan.
Tanggal Pencatatan di BEI Berarti tanggal pencatatan seluruh Saham Baru hasil pelaksanaan PUT
III yaitu tanggal 29 Desember 2017.
Undang-Undang Pasar Modal
atau UUPM
Berarti Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995, tanggal
10 November 1995 tentang Pasar Modal, Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 64 Tahun 1995, Tambahan No. 3608, beserta peraturan
pelaksanaannya.
US Dollar atau US$ Berarti mata uang Dolar Amerika Serikat.
PT Bank of India Indonesia Tbk
ix
RINGKASAN
Ringkasan di bawah ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan harus dibaca dalam kaitannya
dengan keterangan yang lebih terinci dan laporan keuangan serta catatan-catatan yang tercantum dalam
Prospektus ini. Ringkasan ini dibuat atas dasar fakta-fakta dan pertimbangan-pertimbangan yang paling
penting bagi Perseroan. Semua informasi keuangan Perseroan disusun dalam mata uang Rupiah dan
disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
RIWAYAT SINGKAT
Perseroan didirikan pertama kali dengan nama “PT BANK PASAR SWADESI”, berkedudukan di Surabaya,
berdasarkan Akta No. 20 tanggal 28 September 1968, yang diubah dengan Akta Perobahan No. 16 tanggal
17 Mei 1973 dan Akta Perobahan No. 18 tanggal 23 Januari 1975, ketiganya dibuat di hadapan Njoo Sioe
Liep, Notaris di Surabaya, yang telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman berdasarkan Surat
Keputusan No. Y.A.5/35/8 tanggal 3 Februari 1975, dan telah didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Surabaya di bawah No. 550/1973, No. 551/1975, dan No. 552/1975, seluruhnya tertanggal 24
Februari 1975, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 19 tanggal 5 Maret
1976, Tambahan No. 162.
Akta pendirian tersebut yang di dalamnya memuat Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa
kali perubahan. Perubahan yang berkaitan dengan perubahan seluruh Anggaran Dasar untuk disesuaikan
dengan UUPT dan Peraturan BAPEPAM dan LK No. IX.J.1 tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar Perseroan
yang Melakukan Penawaran Umum Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik adalah sebagaimana dimuat
dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 235 tanggal 25 Juni 2008 dibuat dihadapan Sutjipto, S.H.,
Notaris di Jakarta dan Akta Perubahan Anggaran Dasar No. 7 tanggal 2 Desember 2008 dibuat dihadapan
Aulia Taufani, S.H., pengganti dari Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, yang telah mendapat persetujuan
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-98328.AH.01.02.Tahun
2008 tanggal 19 Desember 2008, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 56
tanggal 14 Juli 2009, Tambahan No. 18232.
Selanjutnya setelah Akta No. 235 tanggal 25 Juni 2008 dan Akta No. 7 tanggal 2 Desember 2008 tersebut,
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa perubahan. Perubahan yang berkaitan dengan
perubahan nama Perseroan dari “PT Bank Swadesi Tbk” menjadi “PT Bank of India Indonesia Tbk” dimuat
dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 69 tanggal 14 Juni 2011 dibuat dihadapan Aulia Taufani, S.H.,
pengganti dari Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, yang telah mendapat persetujuan Menteri Hukum Dan Hak
Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-38360.AH.01.02.Tahun 2011 tanggal 29 Juli 2011,
dan telah didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kota Administrasi Jakarta Pusat pada tanggal
31 Oktober 2011, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 5 Oktober
2012, Tambahan No.59325.
Setelah Akta No. 69 tanggal 14 Juni 2011 tersebut, Anggaran Dasar Perseroan Perseroan telah mengalami
beberapa perubahan yang berkaitan dengan peningkatan modal dasar dan modal ditempatkan/disetor
Perseroan sebagai hasil pelaksanaan penawaran umum terbatas II.
Terakhir, Anggaran Dasar Perseroan diubah dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 36 tanggal 3
Desember 2015 dibuat dihadapan Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si, Notaris di Jakarta, yang telah mendapat
persetujuan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-
0948823.AH.01.02.Tahun 2015 tanggal 23 Desember 2015, dan yang pemberitahuannya telah diterima dan
dicatat di dalam Sistem Administrasi Badan Hukum, Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia
berdasarkan Surat No. AHU-AH.01.03-0991149 tanggal 23 Desember 2015. Perubahan Anggaran Dasar
terakhir Perseroan adalah perubahan seluruh Anggaran Dasar Perseroan termasuk merubah Pasal 3
Anggaran Dasar untuk disesuaikan dengan Peraturan BAPEPAM dan LK No. IX.J.1 tentang Pokok-Pokok
Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik.
PT Bank of India Indonesia Tbk
x
Perseroan berusaha di bidang bank umum, sesuai dengan Undang-undang Perbankan dan peraturan
pelaksananya, menyediakan jasa perbankan untuk kelompok nasabah korporasi dan individual. Per 30 Juni
2017, total aset Perseroan mencapai Rp.4.213.639 juta, dengan total kredit yang diberikan - neto
Rp.2.160.084 juta dan total simpanan nasabah mencapai sebesar Rp.3.040.426 juta.
Perseroan memiliki jaringan yang tersebar di wilayah Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Medan dan
Makassar dengan 1 (satu) Kantor Pusat non-operasional, 7 (tujuh) Kantor Cabang, 6 (enam) Kantor Cabang
Pembantu, 2 (dua) Kantor Kas, dan 1 (satu) jaringan Anjungan Tunai Mandiri.
STRUKTUR PERMODALAN DAN PEMEGANG SAHAM
Struktur Permodalan dan susunan Pemegang Saham Perseroan per tanggal 30 Juni 2017 berdasarkan
Daftar Pemegang Saham (“DPS”) Perseroan yang dikeluarkan oleh PT Adimitra Jasa Korpora selaku Biro
Administrasi Efek (“BAE”) Perseroan, adalah sebagai berikut:
Keterangan
Nilai Nominal
Rp.200,- per saham
% Jumlah Saham
(lembar)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp)
Modal Dasar
Jumlah Modal Dasar 3.450.000.000 690.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. Bank of India 791.616.000 158.323.200.000 76,00
2. PT Panca Mantra Jaya 187.473.442 37.494.688.400 18,00
3. Prakash Rupchand Chugani 16.800.000 3.360.000.000 1,61
4. Masyarakat *) 45.710.558 9.142.111.600 4,39
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 1.041.600.000 208.320.000.000 100,00
Jumlah Saham Dalam Portepel 2.408.400.000 481.680.000.000
*) Kepemilikan masing-masing dibawah 5%.
PT Bank of India Indonesia Tbk
xi
PENAWARAN UMUM TERBATAS III
Jumlah Saham Baru yang
ditawarkan
: Sebanyak-banyaknya 347.200.000 (tiga ratus empat puluh tujuh juta
dua ratus ribu) saham
Nilai Nominal : Rp200,- (dua ratus Rupiah)
Harga Pelaksanaan : Rp1.890,- (seribu delapan ratus sembilan puluh Rupiah)
Nilai Emisi : Sebanyak-banyaknya Rp656.208.000.000,- (enam ratus lima puluh
enam miliar dua ratus delapan juta Rupiah)
Rasio HMETD : Setiap 3 (tiga) Saham Lama berhak mendapatkan 1 (satu) HMETD
dimana 1 (satu) HMETD berhak untuk membeli 1 (satu) Saham Baru.
Tanggal Daftar Pemegang Saham
Perseroan yang berhak atas
HMETD
: 27 Desember 2017
Tanggal Pencatatan HMETD : 29 Desember 2017
Periode Perdagangan HMETD : 29 Desember 2017 – 5 Januari 2018
Periode Pelaksanaan HMETD : 29 Desember 2017 – 5 Januari 2018
Penurunan persentase
kepemilikan (dilusi)
: 25%
HMETD dalam bentuk pecahan : Setiap HMETD dalam bentuk pecahan akan dibulatkan ke bawah
(rounded down). Dalam hal Pemegang Saham memiliki HMETD
dalam bentuk pecahan, maka hak atas pecahan Efek tersebut
menjadi milik Perseroan dan wajib dijual oleh Perseroan serta hasil
penjualannya dimasukkan ke rekening Perseroan.
Hak atas Saham Baru yang
diterbitkan
: Saham Baru yang diterbitkan dalam rangka PUT III ini mempunyai
hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan Saham Lama
Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor penuh lainnya,
termasuk hak atas pembagian dividen.
Direksi atas nama Perseroan dengan ini melakukan PUT III kepada para Pemegang Saham Perseroan dalam
rangka penerbitan HMETD untuk membeli Saham Baru sebanyak-banyaknya 347.200.000 (tiga ratus empat
puluh tujuh juta dua ratus ribu) saham dengan nilai nominal Rp200,- (dua ratus Rupiah) setiap saham
dengan Harga Pelaksanaan sebesar Rp1.890,- (seribu delapan ratus sembilan puluh Rupiah) per saham.
Setiap pemegang 3 (tiga) Saham Lama yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan
tanggal 27 Desember 2017 pada pukul 16.15 WIB berhak atas 1 (satu) HMETD dimana 1 (satu) HMETD
berhak untuk membeli 1 (satu) Saham Baru dengan Harga Pelaksanaan sebesar Rp1.890,- (seribu delapan
ratus sembilan puluh Rupiah) per saham yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan pemesanan
pembelian saham. Setiap HMETD dalam bentuk pecahan akan dibulatkan ke bawah (rounded down). Dalam
hal Pemegang Saham mempunyai HMETD dalam bentuk pecahan, maka hak atas pecahan Efek tersebut
wajib dijual oleh Perseroan dan hasil penjualannya dimasukkan ke dalam rekening Perseroan.
HMETD akan diperdagangkan di dalam Bursa Efek maupun di luar Bursa Efek sesuai dengan POJK No.
32/2015, tidak kurang dari 5 (lima) Hari Kerja yang dimulai pada tanggal 29 Desember 2017 sampai dengan
tanggal 5 Januari 2018. Pencatatan Saham Baru pada BEI akan dilaksanakan pada tanggal 29 Desember
2017. Apabila sampai dengan batas periode berakhirnya pelaksanaan HMETD yang dimiliki oleh Pemegang
HMETD tidak dilaksanakan, maka HMETD tersebut menjadi tidak berlaku lagi.
Apabila HMETD yang ditawarkan dalam rangka PUT III ini dilaksanakan seluruhnya menjadi Saham Baru,
maka struktur permodalan Perseroan sebelum PUT III dan sesudah dilaksanakannya PUT III, adalah sebagai
berikut:
PT Bank of India Indonesia Tbk
xii
Keterangan
Sebelum PUT III Sesudah PUT III
Nilai Nominal Rp200,- per saham Nilai Nominal Rp200,- per saham
Jumlah Saham
(lembar)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp) %
Jumlah Saham
(lembar)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp) %
Modal Dasar 3.450.000.000 690.000.000.000 3.450.000.000 690.000.000.000
Modal Ditempatkan dan
Modal Disetor
Bank of India 791.616.000 158.323.200.000 76,00 1.055.488.000 211.097.600.000 76,00
PT Panca Mantra Jaya 187.473.442 37.494.688.400 18,00 249.964.589 49.992.917.866 18,00
Prakash Rupchand Chugani 16.800.000 3.360.000.000 1,61 22.400.000 4.480.000.000 1,61
Masyarakat* 45.710.558 9.142.111.600 4,39 60.947.411 12.189.482.133 4,39
Jumlah Modal Ditempatkan
dan Modal Disetor 1.041.600.000 208.320.000.000 100,00 1.388.800.000 277.760.000.000 100,00
Saham Dalam Portepel 2.408.400.000 481.680.000.000 2.061.200.000 412.240.000.000
*) kepemilikan masing-masing saham di bawah 5%
Pemegang saham Perseroan, yakni Bank of India dan PT Panca Mantra Jaya akan melaksanakan haknya
sesuai dengan porsi kepemilikan dalam PUT III ini.
Apabila saham yang ditawarkan dalam PUT III ini tidak seluruhnya diambil bagian oleh Pemegang HMETD,
maka sisanya akan dialokasikan secara proporsional kepada Pemegang HMETD lainnya, yang telah
melaksanakan haknya dan yang melakukan pemesanan lebih besar dari haknya sebagaimana yang
tercantum dalam Sertifikat Bukti HMETD, sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan apabila setelah alokasi
tersebut masih terdapat sisa HMETD yang tidak dilaksanakan, maka terhadap seluruh HMETD yang tersisa
tersebut tidak akan dikeluarkan saham dari portepel.
Apabila seluruh HMETD yang ditawarkan dalam rangka PUT III ini hanya dilaksanakan oleh pemegang
saham Perseroan yaitu Bank of India dan PT Panca Mantra Jaya maka struktur permodalan Perseroan
sebelum PUT III dan sesudah dilaksanakannya PUT III, adalah sebagai berikut:
Keterangan
Sebelum PUT III Sesudah PUT III
Nilai Nominal Rp200,- per saham Nilai Nominal Rp200,- per saham
Jumlah Saham
(lembar)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp) %
Jumlah Saham
(lembar)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp) %
Modal Dasar 3.450.000.000 690.000.000.000 3.450.000.000 690.000.000.000
Modal Ditempatkan dan
Modal Disetor
Bank of India 791.616.000 158.323.200.000 76,00 1.055.488.000 211.097.600.000 77,16
PT Panca Mantra Jaya 187.473.442 37.494.688.400 18,00 249.964.589 49.992.917.867 18,27
Prakash Rupchand Chugani 16.800.000 3.360.000.000 1,61 16.800.000 3.360.000.000 1,23
Masyarakat* 45.710.558 9.142.111.600 4,39 45.710.558 9.142.111.600 3,34
Jumlah Modal Ditempatkan
dan Modal Disetor 1.041.600.000 208.320.000.000 100,00 1.367.963.147 273.592.629.467 100,00
Saham Dalam Portepel 2.408.400.000 481.680.000.000 2.082.036.853 416.407.370.533
*) kepemilikan masing-masing saham di bawah 5%
Pemegang HMETD yang tidak menggunakan haknya untuk membeli Saham Baru dalam PUT III ini, dapat
menjual haknya kepada pihak lain terhitung sejak tanggal 29 Desember 2017 sampai dengan 5 Januari
2018, sesuai dengan POJK NO. 32/2015. Apabila pemegang saham Perseroan tidak melaksanakan haknya
untuk membeli Saham Baru yang ditawarkan dalam PUT III ini sesuai dengan porsi sahamnya, dapat
mengalami penurunan persentase kepemilikan sahamnya dalam Perseroan (terdilusi) sampai dengan
maksimum 25,00%.
PT Bank of India Indonesia Tbk
xiii
Tanggal terakhir pelaksanaan HMETD adalah tanggal 5 Januari 2018 dimana hak yang tidak dilaksanakan
setelah tanggal tersebut menjadi tidak berlaku lagi. Dalam hal Pemegang Saham memiliki HMETD dalam
bentuk pecahan, maka hak atas pecahan Efek tersebut akan menjadi milik Perseroan dan wajib dijual oleh
Perseroan serta hasil penjualannya akan dimasukkan ke rekening Perseroan. Bagi Pemegang Saham yang
mendapatkan HMETD kurang dari 1 (satu), maka akan dilakukan pembulatan ke bawah (rounded down).
Keterangan lebih lanjut mengenai PUT III dapat dilihat pada Bab I Prospektus ini.
RENCANA PENGGUNAAN DANA HASIL PUT III
Dana yang diperoleh Perseroan dari hasil PUT III ini setelah dikurangi dengan seluruh biaya yang terkait
dengan PUT III akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan aset produktif
dalam bentuk penyaluran kredit.
Keterangan lebih lanjut mengenai rencana penggunaan dana hasil PUT III dapat dilihat pada Bab II
Prospektus ini.
KEBIJAKAN DIVIDEN
Seluruh saham Perseroan yang telah ditempatkan, termasuk saham yang akan ditawarkan dalam rangka
PUT III ini mempunyai hak yang sama dan sederajat atas dividen.
Perseroan tidak berencana membayar dividen pada tahun 2017. Perseroan akan memberikan
mengalokasikan dividen guna menambah modal sesuai dengan komitmen perusahaan untuk meningkatkan
modal menjadi 1 Triliun Rupiah yang besarnya akan dikaitkan dengan keuntungan perseroan setelah tahun
buku 2017, dengan tetap memperhatikan tingkat kesehatan Perseroan dan kebutuhan dana yang
diperlukan untuk investasi dalam rangka pengembangan usaha tanpa mengurangi hak dari Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) Perseroan untuk menentukan lain sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar
Perseroan.
Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku, manajemen Perseroan mulai tahun
buku 2017 menetapkan kebijakan dividen kas (tunai) atas laba bersih Perseroan setelah pajak adalah
sebagai berikut:
Laba Bersih setelah Pajak Dividen Kas (Tunai) terhadap Laba Bersih setelah
Pajak
Sampai dengan Rp 150 miliar 25,00%
Lebih dari Rp 150 miliar 30,00%
RISIKO USAHA
Risiko yang dapat mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
A. RISIKO TERKAIT KEGIATAN USAHA PERSEROAN
1. Risiko Kredit
2. Risiko Pasar
3. Risiko Likuiditas
4. Risiko Operasional
5. Risiko Hukum
6. Risiko Reputasi
7. Risiko Strategis
8. Risiko Kepatuhan
PT Bank of India Indonesia Tbk
xiv
B. RISIKO TERKAIT INVESTASI SAHAM PERSEROAN
Risiko likuiditas saham merupakan risiko yang disebabkan oleh terbatasnya jumlah saham yang
beredar di pasar saham yang menyebabkan transaksi saham Perseroan tidak aktif.
MANAJEMEN PERSEROAN MENYATAKAN BAHWA SEMUA RISIKO YANG DIHADAPI OLEH PERSEROAN
DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA TELAH DIUNGKAPKAN DAN DISUSUN BERDASARKAN BOBOT
DARI DAMPAK MASING-MASING RISIKO TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERSEROAN DALAM
PROSPEKTUS.
PT Bank of India Indonesia Tbk
xv
IKHTISAR DATA KEUANGAN PENTING
Tabel berikut ini menggambarkan ikhtisar data keuangan penting Perseroan untuk periode enam bulan
yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016
dan 2015. Yang seluruhnya terdiri dari Laporan Keuangan Perseroan, disusun dan disajikan sesuai dengan
PSAK di Indonesia.
Laporan keuangan Perseroan untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Aria Kanaka & Rekan (Member of Mazars) dan ditandatangani oleh
Akuntan Publik Dudi Hadi Santoso dengan pendapat wajar tanpa modifikasian. Laporan keuangan
Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 telah diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik Aria Kanaka & Rekan (Member of Mazars) dan ditandatangani oleh Akuntan Publik Dudi Hadi Santoso
dengan pendapat wajar tanpa modifikasian. Laporan keuangan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2015 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Gani Sigiro dan Handayani (Member of
Grant Thornton International Ltd) dan ditandatangani oleh Akuntan Publik Renie Feriana, CPA dengan
pendapat wajar tanpa modifikasian.
LAPORAN POSISI KEUANGAN, LABA (RUGI) BERSIH DAN KOMPREHENSIF
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Jumlah Aset 4.213.639 4.306.074 6.087.483
Jumlah Liabilitas 3.205.604 3.197.858 4.972.595
Jumlah Ekuitas 1.008.035 1.108.216 1.114.888
Pendapatan Bunga 163.385 408.092 553.935
Beban Bunga 83.104 247.804 364.277
Pendapatan Operasional Lainnya 15.863 9.992 25.176
Pembentukan CKPN 31.335 678.723 197.497
Beban Operasional Lainnya 38.475 65.550 63.082
Laba (Rugi) Operasi 26.334 -573.993 -45.745
Laba (Rugi) bersih tahun berjalan -101.069 -505.002 -44.667
Laba (Rugi) Komprehensif Tahun Berjalan -100.181 -506.672 74.520
LAPORAN ARUS KAS
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Arus Kas Dari Aktivitas Operasi -49.775 -997.736 -115.559
Arus Kas Dari Aktivitas Investasi 904.533 335.143 -838.578
Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan - 500.000 484.119
Kenaikkan (Penurunan) Bersih Kas dan Setara Kas 854.758 -162.593 -470.018
Kas Dan Setara Kas Awal Periode 421.140 586.085 1.042.995
Kas Dan Setara Kas Akhir Periode 1.274.724 421.140 586.085
RASIO KEUANGAN
PT Bank of India Indonesia Tbk
xvi
(dalam persentase)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
CAR 36,92 34,50 23,85
NPL gross 4,66 15,82 8,90
NPL neto 3,49 4,69 4,96
ROA 2,59 -11,15 -0,77
ROE 10,03 64,14 -4,50
NIM 1,93 3,69 3,70
LDR 72,88 82,70 82,06
Laba (Rugi) terhadap Pendapatan -56,32 -120,59 -7,71
Liabilitas terhadap Ekuitas 318,01 288,56 446,02
Liabilitas terhadap Aset 76,08 74,26 81,69
STRATEGI USAHA
Dari kondisi ekonomi saat ini memberikan peluang kepada Perseroan untuk melakukan:
1. Segera masuk dalam peta persaingan baik untuk pasar Asia yang bertumbuh secara pesat maupun
dalam persaingan global.
2. Untuk ekspansi bisnis dimasa mendatang, Perseroan akan fokus pada pemanfaatan peluang investasi
pada pasar yang tumbuh secara pesat.
3. Sinergi dengan Bank of India akan meningkatkan daya saing Perseroan khususnya dukungan yang
signifikan atas faktor-faktor:
• Pengembangan infrastruktur IT;
• Peningkatan pendapatan dari trade finance, remittance dan treasury.
Selain itu dalam Rencana Bisnis Bank, Perseroan telah membagi strategi usahanya kedalam dua tahap,
yaitu:
1. Target Jangka Pendek, antara lain:
• Pemenuhan modal inti minimum;
• Pemenuhan kewajiban mengenai kepemilikan tunggal (Single Presence Policy);
• Peningkatan Transfer Knowledge dari tenaga kerja asing, dll.
2. Target Jangka Menengah
• Penyesuaian struktur organisasi sejalan dengan perkembangan bisnis;
• Peningkatan kesejahteraan karyawan dan stakeholder value;
• Peningkatan kompetensi karyawan lokal agar setara dengan TKA melalui pelbagai pelatihan;
• Pengembangan produk perbankan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah antara lain:
• Produk financing dan trade finance yang bersifat Tailor Made;
• Pengembangan produk Internet Banking, dll.
PROSPEK USAHA
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2017 diharapkan masih akan tumbuh di level 5,01%. Hal tersebut
dikarenakan bank sentral masih menerapkan kebijakan moneter yang ketat, sehingga menyebabkan tahun
2017 merupakan tahun yang penuh tantangan terutama dengan suku bunga yang diperkirakan akan tetap
tinggi. Kondisi eksternal ekonomi diharapkan akan terus membaik sehingga memberi efek positif kepada
kondisi ekonomi Indonesia. Investasi dan konsumsi domestik akan tetap kuat walaupun lebih lambat dari
tahun-tahun sebelumnya. Inflasi akan tetap menjadi perhatian utama otoritas moneter agar tetap berada
pada kondisi terkendali.
PT Bank of India Indonesia Tbk
xvii
Kondisi tersebut dimanfaatkan Perseroan seoptimal mungkin untuk melakukan akselerasi proses
transformasi menuju bank BUKU 2 dengan tetap menjalankan praktek kehatian-hatian bank. Perseroan
mencanangkan ekspansi kredit dengan pendekatan yang lebih komprehensif dengan menekankan aspek
manajemen risiko yang lebih prudent.
KEUNGGULAN KOMPETITIF
Beberapa keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh Perseroan antara lain adalah:
• Dukungan dari pemegang saham yaitu Bank of India yang memiliki jaringan dan cabang yang tersebar di
seluruh dunia.
• Sebagai satu diantara hanya dua bank lokal di Indonesia yang pemegang sahamnya adalah pemerintah
India, PT Bank of India Indonesia Tbk lebih banyak diminati oleh kalangan pengusaha maupun nasabah
India yang berada di Jakarta, Medan, Surabaya dimana banyak warga Indonesia keturunan India
menjalankan usahanya dan bertempat tinggal;
• Perseroan mempunyai market niche tersendiri yaitu pengusaha ataupun investasi yang dilakukan oleh
korporasi India di Indonesia.
Bahwa keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh Perseroan adalah dimana nasabah-nasabah Perseroan
merupakan nasabah lama di Perseroan yang terdiri dari Evergreen Customer, dengan jumlah keseluruhan
60% dari kalangan etnis India.
(Sumber: PT Bank of India Indonesia, Tbk. per 30 Juni 2017)
PT Bank of India Indonesia Tbk
1
I. PENAWARAN UMUM TERBATAS III
Dalam rangka pelaksanaan PUT III, para pemegang saham Perseroan telah menyetujui rencana
penambahan modal dengan memberikan HMETD dalam RUPS Luar Biasa tanggal 6 Juli 2017, dengan hasil
keputusan antara lain menyetujui penambahan modal ditempatkan dan disetor Perseroan melalui
penerbitan HMETD dengan jumlah sebanyak-banyaknya sejumlah 1.200.000.000 (satu miliar dua ratus juta)
saham dengan nilai nominal Rp200,- (dua ratus Rupiah) per saham. Hasil RUPS Luar Biasa tersebut telah
diumumkan pada surat kabar harian Kontan, website Perseroan (www.boiindonesia.co.id), dan website BEI
pada tanggal 10 Juli 2017, sesuai dengan Peraturan OJK No. 32/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014
tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.
Direksi atas nama Perseroan melakukan Penawaran Umum Terbatas III kepada para pemegang saham
Perseroan dalam rangka penerbitan HMETD untuk membeli Saham Baru sebanyak-banyaknya 347.200.000
(tiga ratus empat puluh tujuh juta dua ratus ribu) saham dengan nilai nominal Rp200,- (dua ratus Rupiah)
setiap saham yang akan ditawarkan dengan Harga Pelaksanaan Rp1.890,- (seribu delapan ratus sembilan
puluh Rupiah) per saham.
Setiap pemegang saham yang memiliki 3 (tiga) Saham Lama yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang
Saham Perseroan pada tanggal 27 Desember 2017 pukul 16:15 WIB berhak atas 1 (satu) HMETD, dimana
setiap 1 (satu) HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak 1 (satu) Saham
Baru dengan Harga Pelaksanaan Rp1.890,- (seribu delapan ratus sembilan puluh Rupiah) per saham yang
harus dibayar penuh pada saat mengajukan pemesanan pembelian saham. Setiap HMETD dalam bentuk
pecahan akan dibulatkan ke bawah.
Jumlah dana yang akan diperoleh Perseroan sehubungan dengan PUT III ini adalah sebanyak-banyaknya
sebesar Rp656.208.000.000,- (enam ratus lima puluh enam miliar dua ratus delapan juta Rupiah). Jumlah
Saham Baru yang ditawarkan dalam PUT III ini adalah saham yang berasal dari portepel Perseroan, dan
seluruhnya akan dicatatkan di BEI. HMETD ini diperdagangkan dan dilaksanakan sekurang-kurangnya 5
(lima) Hari Kerja mulai tanggal 29 Desember 2017 sampai dengan tanggal 5 Januari 2018. HMETD yang
tidak dilaksanakan hingga tanggal akhir periode tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi.
Bank of India, pemegang saham utama Perseroan, menyatakan akan mengambil bagian atas seluruh hak
yang dimilikinya untuk membeli Saham Baru yang ditawarkan dalam PUT III ini sesuai dengan Surat
Pernyataan dari Bank of India tertanggal 22 September 2017, yaitu sebanyak 263.872.000 (dua ratus enam
puluh tiga juta delapan ratus tujuh puluh dua ribu) saham atau dengan nilai nominal seluruhnya
Rp498.718.080.000,- (empat ratus sembilan puluh delapan miliar tujuh ratus delapan belas juta delapan
puluh ribu Rupiah). Sehubungan dengan pelaksanaan haknya, Bank of India telah menyetorkan
Rp500.000.000.000(lima ratus miliar Rupiah) pada tanggal 10 Agustus 2016 dan Pencatatannya sebagai
Modal Perseroan, dana tersebut dapat diperhitungkan sebagai bagian dari setoran modal dalam rangka
Perseroan melakukan penawaran umum terbatas.
Selain pernyataan dari Bank of India untuk mengambil bagian atas seluruh hak yang dimilikinya, PT Panca
Mantra Jaya selaku pemegang saham Perseroan juga menyatakan akan mengambil bagian atas seluruh hak
yang dimilikinya untuk membeli Saham Baru yang ditawarkan dalam PUT III ini sebagaimana dimuat dalam
Surat tertanggal 25 September 2017.
Jumlah Saham Baru yang ditawarkan dalam PUT III ini akan dicatatkan di BEI dengan memperhatikan
peraturan perundangan yang berlaku. Saham Baru dari PUT III memiliki hak yang sama dan sederajat dalam
segala hal dengan Saham Lama termasuk hak atas dividen. Dalam hal pemegang saham mempunyai HMETD
PT Bank of India Indonesia Tbk
2
dalam bentuk pecahan, maka hak atas pecahan Efek tersebut wajib dijual oleh Perseroan dan hasil
penjualannya dimasukkan ke dalam rekening Perseroan.
Apabila Saham Baru yang ditawarkan dalam PUT III ini tidak seluruhnya diambil bagian oleh Pemegang
HMETD, maka sisanya akan dialokasikan secara proporsional kepada Pemegang HMETD lainnya, yang telah
melaksanakan haknya dan yang melakukan pemesanan tambahan, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Apabila setelah alokasi tersebut masih terdapat sisa HMETD yang belum dilaksanakan, maka terhadap
seluruh HMETD yang tersisa tersebut tidak akan dikeluarkan saham dari portepel.
PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK
Kegiatan Usaha Utama:
Bergerak dalam bidang usaha Jasa Perbankan
Berkedudukan di Jakarta Pusat, Indonesia
KANTOR PUSAT
Jl. H. Samanhudi No.37
Jakarta Pusat 10710 Indonesia
Telp: 021-3500007, Faksimili: 021-3808178
Website: www.boiindonesia.co.id Email:
KANTOR CABANG
Perseroan memiliki 7 Kantor Cabang, 6 Kantor
Cabang Pembantu dan 2 Kantor Kas yang tersebar di
wilayah Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Medan
dan Makassar.
RISIKO UTAMA YANG DIHADAPI OLEH PERSEROAN ADALAH ADALAH RISIKO KREDIT, YAITU RISIKO YANG
TERJADI AKIBAT KEGAGALAN PIHAK LAWAN (COUNTER PARTY) MEMENUHI KEWAJIBANNYA DAN JIKA
JUMLAHNYA CUKUP MATERIAL, MAKA DAPAT MENURUNKAN KINERJA PERSEROAN YANG PADA
AKHIRNYA DAPAT MENURUNKAN TINGKAT KESEHATAN DAN PENDAPATAN PERSEROAN.
RISIKO TERKAIT DENGAN KEPEMILIKAN ATAS SAHAM PERSEROAN YAITU TIDAK LIKUIDNYA SAHAM YANG
DITAWARKAN PADA PENAWARAN UMUM TERBATAS INI, TERDAPAT KEMUNGKINAN PERDAGANGAN
SAHAM PERSEROAN DI BURSA EFEK INDONESIA AKAN MENJADI TIDAK LIKUID. DENGAN DEMIKIAN,
PERSEROAN TIDAK DAPAT MEMPREDIKSI APAKAH PERDAGANGAN SAHAM PERSEROAN DI BURSA EFEK
AKAN AKTIF ATAU LIKUIDITAS SAHAM PERSEROAN AKAN TERJAGA.
RISIKO USAHA PERSEROAN SELENGKAPNYA DIUNGKAPKAN PADA BAB VI DARI PROSPEKTUS INI.
PT Bank of India Indonesia Tbk
3
Perseroan didirikan pertama kali dengan nama “PT BANK PASAR SWADESI”, berkedudukan di Surabaya,
berdasarkan Akta No. 20 tanggal 28 September 1968, yang diubah dengan Akta Perobahan No. 16 tanggal
17 Mei 1973 dan Akta Perobahan No. 18 tanggal 23 Januari 1975, ketiganya dibuat di hadapan Njoo Sioe
Liep, Notaris di Surabaya, yang telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman berdasarkan Surat
Keputusan No. Y.A.5/35/8 tanggal 3 Februari 1975, dan telah didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Surabaya di bawah No. 550/1973, No. 551/1975, dan No. 552/1975, seluruhnya tertanggal 24
Februari 1975, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 19 tanggal 5 Maret
1976, Tambahan No. 162.
Akta pendirian tersebut yang di dalamnya memuat Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa
kali perubahan. Perubahan yang berkaitan dengan perubahan seluruh anggaran dasar untuk disesuaikan
dengan UUPT dan Peraturan BAPEPAM dan LK No. IX.J.1 tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar Perseroan
yang Melakukan Penawaran Umum Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik adalah sebagaimana dimuat
dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 235 tanggal 25 Juni 2008 dibuat dihadapan Sutjipto, S.H.,
Notaris di Jakarta dan Akta Perubahan Anggaran Dasar No. 7 tanggal 2 Desember 2008 dibuat dihadapan
Aulia Taufani, S.H., pengganti dari Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, yang telah mendapat persetujuan
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-98328.AH.01.02.Tahun
2008 tanggal 19 Desember 2008, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 56
tanggal 14 Juli 2009, Tambahan No. 18232.
Selanjutnya setelah Akta No. 235 tanggal 25 Juni 2008 dan Akta No. 7 tanggal 2 Desember 2008 tersebut,
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa perubahan. Perubahan yang berkaitan dengan
perubahan nama Perseroan dari “PT Bank Swadesi Tbk” menjadi “PT Bank of India Indonesia Tbk” dimuat
dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 69 tanggal 14 Juni 2011 dibuat dihadapan Aulia Taufani, S.H.,
pengganti dari Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, yang telah mendapat persetujuan Menteri Hukum Dan Hak
Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-38360.AH.01.02.Tahun 2011 tanggal 29 Juli 2011,
dan telah didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kota Administrasi Jakarta Pusat pada tanggal
31 Oktober 2011, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 5 Oktober
2012, Tambahan No.59325.
Setelah Akta No. 69 tanggal 14 Juni 2011 tersebut, Anggaran Dasar Perseroan Perseroan telah mengalami
beberapa perubahan yang berkaitan dengan peningkatan modal dasar dan modal ditempatkan/disetor
Perseroan sebagai hasil pelaksanaan penawaran umum terbatas II.
Terakhir, Anggaran Dasar Perseroan diubah dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 36 tanggal 3
Desember 2015 dibuat dihadapan Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si, Notaris di Jakarta, yang telah mendapat
persetujuan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-
0948823.AH.01.02.Tahun 2015 tanggal 23 Desember 2015, dan yang pemberitahuannya telah diterima dan
dicatat di dalam Sistem Administrasi Badan Hukum, Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia
berdasarkan Surat No. AHU-AH.01.03-0991149 tanggal 23 Desember 2015. Perubahan Anggaran Dasar
terakhir Perseroan adalah perubahan seluruh Anggaran Dasar Perseroan termasuk merubah Pasal 3
Anggaran Dasar untuk disesuaikan dengan Peraturan BAPEPAM dan LK No. IX.J.1 tentang Pokok-Pokok
Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik.
STRUKTUR PERMODALAN DAN SUSUNAN PEMEGANG SAHAM PERSEROAN
Struktur Permodalan dan susunan Pemegang Saham Perseroan per tanggal 30 Juni 2017 berdasarkan DPS
Perseroan yang dikeluarkan oleh PT Adimitra Jasa Korpora selaku BAE, adalah sebagai berikut:
PT Bank of India Indonesia Tbk
4
Keterangan
Nilai Nominal
Rp.200,- per saham
% Jumlah Saham
(lembar)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp)
Modal Dasar
Jumlah Modal Dasar 3.450.000.000 690.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. Bank of India 791.616.000 158.323.200.000 76,00
2. PT Panca Mantra Jaya 187.473.442 37.494.688.400 18,00
3. Prakash Rupchand Chugani 16.800.000 3.360.000.000 1,61
4. Masyarakat *) 45.710.558 9.142.111.600 4,39
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 1.041.600.000 208.320.000.000 100,00
Jumlah Saham Dalam Portepel 2.408.400.000 481.680.000.000
*) Kepemilikan masing-masing dibawah 5%.
Apabila HMETD yang ditawarkan dalam rangka PUT III ini dilaksanakan seluruhnya menjadi Saham Baru,
maka struktur permodalan Perseroan sebelum PUT III dan sesudah dilaksanakannya PUT III, adalah sebagai
berikut:
Keterangan
Sebelum PUT III Sesudah PUT III
Nilai Nominal Rp200,- per saham Nilai Nominal Rp200,- per saham
Jumlah Saham
(lembar)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp) %
Jumlah Saham
(lembar)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp) %
Modal Dasar 3.450.000.000 690.000.000.000 3.450.000.000 690.000.000.000
Modal Ditempatkan dan
Modal Disetor
Bank of India 791.616.000 158.323.200.000 76,00 1.055.488.000 211.097.600.000 76,00
PT Panca Mantra Jaya 187.473.442 37.494.688.400 18,00 249.964.589 49.992.917.866 18,00
Prakash Rupchand Chugani 16.800.000 3.360.000.000 1,61 22.400.000 4.480.000.000 1,61
Masyarakat* 45.710.558 9.142.111.600 4,39 60.947.410 12.189.482.133 4,39
Jumlah Modal Ditempatkan
dan Modal Disetor 1.041.600.000 208.320.000.000 100,00 1.388.800.000 277.760.000.000 100,00
Saham Dalam Portepel 2.408.400.000 481.680.000.000 2.061.200.000 412.240.000.000
*) kepemilikan masing-masing saham di bawah 5%
Apabila HMETD yang ditawarkan dalam rangka PUT III ini hanya dilaksanakan oleh pemegang saham
Perseroan yaitu Bank of India dan PT Panca Mantra Jaya, maka struktur permodalan Perseroan sebelum
PUT III dan sesudah dilaksanakannya PUT III adalah sebagai berikut:
Keterangan
Sebelum PUT III Sesudah PUT III
Nilai Nominal Rp200,- per saham Nilai Nominal Rp200,- per saham
Jumlah Saham
(lembar)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp) %
Jumlah Saham
(lembar)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp) %
Modal Dasar 3.450.000.000 690.000.000.000 3.450.000.000 690.000.000.000
Modal Ditempatkan dan
Modal Disetor
Bank of India 791.616.000 158.323.200.000 76,00 1.055.488.000 211.097.600.000 77,16
PT Panca Mantra Jaya 187.473.442 37.494.688.400 18,00 249.964.589 49.992.917.867 18,27
Prakash Rupchand Chugani 16.800.000 3.360.000.000 1,61 16.800.000 3.360.000.000 1,23
Masyarakat* 45.710.558 9.142.111.600 4,39 45.710.558 9.142.111.600 3,34
Jumlah Modal Ditempatkan
dan Modal Disetor 1.041.600.000 208.320.000.000 100,00 1.367.963.147 273.592.629.467 100,00
Saham Dalam Portepel 2.408.400.000 481.680.000.000 2.082.036.853 416.407.370.533
*) kepemilikan masing-masing saham di bawah 5%
PT Bank of India Indonesia Tbk
5
Pemegang saham Perseroan, yakni Bank of India dan PT Panca Mantra Jaya akan melaksanakan haknya
sesuai dengan porsi kepemilikan dalam PUT III ini.
Pemegang HMETD yang tidak menggunakan haknya untuk membeli Saham Baru dalam rangka PUT III ini
dapat menjual haknya kepada pihak ketiga dari tanggal 29 Desember 2017 sampai dengan tanggal 5 Januari
2018 melalui Bursa Efek atau di luar Bursa Efek sesuai dengan POJK NO. 32/2015. Para pemegang saham
yang tidak menggunakan haknya untuk membeli Saham Baru yang ditawarkan pada PUT III ini dapat
mengalami dilusi yang material terhadap persentase kepemilikan sahamnya sampai dengan 25,00%.
Apabila Saham Baru yang ditawarkan dalam PUT III ini tidak seluruhnya diambil bagian oleh Pemegang
HMETD, maka sisanya akan dialokasikan secara proporsional kepada Pemegang HMETD lainnya, yang telah
melaksanakan haknya dan yang melakukan pemesanan lebih besar dari haknya sebagaimana yang
tercantum dalam Sertifikat Bukti HMETD, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Apabila setelah alokasi
tersebut masih terdapat sisa HMETD yang belum dilaksanakan, maka terhadap seluruh HMETD yang tersisa
tersebut tidak akan dikeluarkan saham dari portepel.
Berdasarkan PP No. 29, bank hanya dapat mencatatkan sahamnya di BEI sebanyak-banyaknya 99%
(sembilan puluh sembilan persen) dari jumlah modal setor bank yang bersangkutan, dan seluruh saham
yang dicatatkan tersebut dapat dibeli oleh investor asing. Sisanya sebesar 1% (satu persen) harus dimiliki
oleh pemegang saham Warga Negara Indonesia dan/atau Badan Hukum Indonesia serta tidak dapat
dicatatkan di Bursa Efek, saat ini Perseroan telah memenuhi Peraturan Pemerintah tersebut.
Adapun saham yang tidak dicatatkan adalah sebanyak-banyaknya 13.888.000 (tiga belas juta delapan ratus
delapan puluh delapan ribu) saham biasa atas nama atau setara dengan 1% (satu persen) dari jumlah modal
ditempatkan dan disetor penuh setelah pelaksanaan PUT III, yang dimiliki oleh PT Panca Mantra Jaya.
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan perdagangan Efek yang ditawarkan pada PUT III menjadi terbatas
atau kurang likuid adalah sebagai berikut:
1. Terbatasnya jumlah saham yang beredar di masyarakat dan jumlah pemegang saham Perseroan.
Banyaknya jumlah saham Perseroan yang beredar di pasar modal turut mempengaruhi jumlah transaksi
saham tersebut. Hal ini didukung pula dengan jumlah pemegang saham yang terbatas dikarenakan
profil pemegang saham yang membeli saham Perseroan sebagian besar merupakan investor dengan
profil investor yang melakukan investasi jangka panjang sehingga mempengaruhi volume transaksi atas
saham Perseroan.
2. Analyst coverage
Adanya laporan analisa perusahaan oleh analis sangat mendukung likuiditas saham perusahaan yang
telah dicatatkan. Sampai saat ini belum terdapat analis yang mengeluarkan laporan riset atas saham
Perseroan. Ke depan Perseroan akan berusaha untuk lebih aktif melakukan update atas kinerja
Perseroan kepada analis perbankan.
3. Kondisi pasar modal yang sedang tidak baik
Pasar modal memiliki kondisi yang fluktuatif dimana tidak ada kepastian bahwa saham-saham yang
telah dicatatkan akan dapat meningkat dan berkembang sesuai dengan kinerja Perseroan. Faktor-faktor
peningkatan dan penurunan ekonomi secara regional juga ikut mempengaruhi kinerja saham di pasar
modal di Indonesia pada umumnya dan mempengaruhi kinerja saham Perseroan pada khususnya.
PT Bank of India Indonesia Tbk
6
KETERANGAN TENTANG HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU
Saham yang ditawarkan dalam PUT III ini diterbitkan berdasarkan HMETD yang dapat diperdagangkan baik
di luar bursa maupun melalui bursa.
Pemegang Saham Yang Berhak Menerima HMETD
Setiap pemegang 3 (tiga) saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan tanggal
27 Desember 2017 pada pukul 16.15 WIB berhak atas 1 (satu) HMETD dimana 1 (satu) HMETD berhak
untuk membeli 1 (satu) saham baru.
Pemegang HMETD Yang Sah
Pemegang HMETD yang sah adalah:
1. Para pemegang saham yang berhak menerima HMETD yang tidak dijual HMETD-nya;
2. Pembeli HMETD yang namanya tercantum dalam Sertifikat Bukti HMETD; atau
3. Para pemegang HMETD dalam penitipan kolektif KSEI;
4. Sampai dengan tanggal terakhir periode perdagangan HMETD.
Perdagangan HMETD
Pemegang HMETD dapat memperdagangkan atau mengalihkan HMETD yang dimilikinya selama periode
perdagangan, yaitu mulai tanggal 29 Desember 2017 sampai 5 Januari 2018.
Perdagangan HMETD harus memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk tetapi tidak terbatas pada ketentuan perpajakan dan
ketentuan di bidang Pasar Modal termasuk peraturan bursa dimana HMETD tersebut diperdagangkan di
Bursa Efek, dan peraturan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Bila pemegang HMETD mengalami
keragu-raguan dalam mengambil keputusan, sebaiknya anda berkonsultasi dengan penasehat investasi,
perantara pedagang efek, manajer investasi, penasehat hukum, akuntan publik, atau penasehat profesional
lainnya.
HMETD di sistem penitipan kolektif di KSEI diperdagangkan di Bursa Efek, sedangkan Sertifikat Bukti HMETD
di formulir yang ditentukan hanya dapat diperdagangkan di luar Bursa Efek.
Penyelesaian perdagangan HMETD yang dilakukan melalui Bursa akan dilaksanakan dengan cara
pemindahbukuan atas rekening efek, atas nama bank kustodian atau perusahaan efek di KSEI.
Segala biaya dan pajak yang mungkin timbul akibat perdagangan dan pemindahtanganan HMETD menjadi
tanggung jawab dan beban pemegang HMETD atau calon pemegang HMETD.
Bentuk Dari HMETD
Bagi pemegang saham yang sahamnya belum dimasukkan dalam sistem penitipan kolektif di KSEI,
Perseroan akan menerbitkan Sertifikat Bukti HMETD yang mencantumkan nama dan alamat pemegang
HMETD, jumlah saham yang dimiliki, jumlah HMETD yang dapat digunakan untuk membeli saham, kolom
jumlah saham yang akan dibeli, jumlah harga yang harus dibayar dan jumlah pemesanan saham tambahan.
Bagi pemegang saham yang sahamnya berada dalam sistem penitipan kolektif di KSEI, Perseroan tidak akan
menerbitkan Sertifikat Bukti HMETD, melainkan akan melakukan pengkreditan rekening efek atas nama
bank kustodian atau perusahan efek yang ditunjuk masing-masing pemegang saham di KSEI.
PT Bank of India Indonesia Tbk
7
Permohonan Pemecahan Sertifikat Bukti HMETD
Bagi pemegang Sertifikat Bukti HMETD yang ingin menjual atau mengalihkan sebagian dari HMETD yang
telah dimilikinya, maka pemegang HMETD yang bersangkutan dapat menghubungi BAE Perseroan untuk
mendapatkan denominasi HMETD yang diinginkan. Pemegang HMETD dapat melakukan pemecahan
Sertifikat Bukti HMETD mulai dari tanggal 29 Desember 2017 sampai dengan 5 Januari 2018.
Setiap pemecahan akan dikenakan biaya yang menjadi beban pemohon, yaitu sebesar Rp 11.000 (sebelas
ribu Rupiah) per sertifikat Bukti HMETD baru hasil pemecahan. Biaya tersebut sudah termasuk pajak
pertambahan nilai.
Nilai HMETD
a. Nilai dari HMETD yang ditawarkan oleh pemegang HMETD yang sah akan berbeda-beda dari HMETD
yang satu dengan yang lainnya berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran yang ada pada saat
ditawarkan.
b. Berikut disajikan perhitungan teoritis nilai HMETD dalam Penawaran Umum Terbatas ini. Perhitungan
di bawah ini hanya merupakan ilustrasi teoritis dan bukan dimaksudkan sebagai jaminan ataupun
perkiraan dari nilai HMETD. Ilustrasi ini diberikan untuk memberikan gambaran umum dalam
menghitung nilai HMETD:
Bila harga saham pada tanggal terakhir perdagangan Saham yang mengandung HMETD (Cum HMETD) = Rp
C
Harga pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas (Exercise Price) = Rp E
Bila setiap pemegang sejumlah L saham lama berhak membeli sejumlah B Saham Baru, maka jumlah
seluruh saham setelah pelaksanaan HMETD adalah L + B.
Dengan demikian harga teoritis saham baru mulai tanggal perdagangan saham yang tidak mengandung
HMETD adalah:
(Rp C X L) + (Rp E X B)
-------------------------------------- = Rp N
(L + B)
Harga teoritis HMETD = Rp N - Rp E
Pecahan HMETD
Sesuai dengan POJK 32/2015 tentang Penambahan Modal Perusahaan Terbuka Dengan Memberikan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu, maka pecahan HMETD tersebut wajib dijual oleh Perseroan dan hasil
penjualannya dimasukkan ke dalam rekening Perseroan.
Penggunaan Sertifikat Bukti HMETD
Sertifikat Bukti HMETD adalah bukti hak yang diberikan Perseroan kepada pemegangnya untuk membeli
saham baru atas nama yang ditawarkan Perseroan dalam rangka Penawaran Umum Terbatas. Sertifikat
Bukti HMETD tidak dapat ditukarkan dengan uang atau apapun pada Perseroan, serta tidak dapat
diperdagangkan dalam bentuk fotokopi. Bukti kepemilikan HMETD untuk pemegang HMETD dalam
penitipan kolektif KSEI akan diberikan oleh KSEI melalui Anggota Bursa atau Bank Kustodiannya.
PT Bank of India Indonesia Tbk
8
Lain-lain
Pemegang HMETD atau calon pemegang HMETD harus bertanggung jawab atas biaya-biaya yang timbul
dari peralihan HMETD. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai HMETD, investor dapat menghubungi BAE
Perseroan untuk PUT III ini.
PENCATATAN SAHAM PERSEROAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Bersamaan dengan pencatatan Saham Baru yang berasal dari PUT III yaitu sebanyak-banyaknya
347.200.000 (tiga ratus empat puluh tujuh juta dua ratus ribu) saham maka jumlah saham yang akan
dicatatkan Perseroan di BEI setelah PUT III sebanyak-banyaknya 1.374.912.000 (satu miliar tiga ratus tujuh
puluh empat juta sembilan ratus dua belas ribu) saham atau setara dengan 99,00% (sembilan puluh
sembilan persen) dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setelah pelaksanaan PUT III.
SEMUA SAHAM PERSEROAN YANG TELAH DITEMPATKAN DAN DISETOR PENUH TERMASUK SAHAM BARU
YANG AKAN DITERBITKAN DALAM PUT III INI MEMILIKI HAK YANG SAMA DAN SEDERAJAT DALAM
SEGALA HAL DENGAN SAHAM YANG TELAH DIKELUARKAN SEBELUMNYA OLEH PERSEROAN, TERMASUK
HAK ATAS DIVIDEN.
PT Bank of India Indonesia Tbk
9
II. PENGGUNAAN DANA YANG DIPEROLEH DARI PENAWARAN UMUM TERBATAS III
Dana yang diperoleh Perseroan dari hasil PUT III ini setelah dikurangi dengan seluruh biaya yang terkait
dengan PUT III akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan aset produktif
dalam bentuk penyaluran kredit.
Sesuai dengan Peraturan OJK No. 30/POJK.04/2015 tanggal 16 Desember 2015 tentang Laporan Realisasi
Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum (“POJK No. 30/2015”), Perseroan akan menyampaikan laporan
realisasi penggunaan dana hasil PUT III ini kepada OJK dan mempertanggungjawabkan pada RUPS Tahunan
Perseroan. Laporan realisasi penggunaan dana yang disampaikan kepada OJK akan dibuat secara berkala
setiap 6 (enam) bulan dengan tanggal laporan 30 Juni dan 31 Desember sampai dengan seluruh dana hasil
PUT III ini telah direalisasikan. Perseroan akan menyampaikan laporan tersebut selambat-lambatnya
tanggal 15 bulan berikutnya.
Apabila di kemudian hari Perseroan bermaksud mengubah rencana penggunaan dana hasil PUT III ini, maka
Perseroan akan terlebih dahulu melaporkan rencana tersebut ke OJK dengan mengemukakan alasan
beserta pertimbangannya, dan perubahan penggunaan dana tersebut harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari para pemegang saham Perseroan dalam RUPS.
Perseroan akan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya dibidang
pasar modal, dalam penggunaan dana hasil PUT III ini.
Dalam hal terdapat dana hasil PUT III yang belum direalisasikan, maka sesuai dengan POJK No. 30/2015,
Perseroan akan menempatkan dana tersebut dalam instrument keuangan yang aman dan likuid.
Sesuai dengan POJK No.33/2015, total biaya yang dikeluarkan Perseroan sehubungan dengan PUT III
diperkirakan berjumlah sekitar 0,35% dari total dana yang diperoleh dari PUT III. Perkiraan biaya tersebut
dialokasikan sebagai berikut:
• Biaya jasa arranger sebesar 0,06%dari nilai emisi;
• Biaya jasa akuntan publik sebesar 0,06% dari nilai emisi;
• Biaya jasa penasehat hukum sebesar 0,04% dari nilai emisi;
• Biaya notaris sebesar 0,04% dari nilai emisi;
• Biaya jasa Lembaga Penunjang Pasar Modal sebesar 0,08% yang merupakan biaya jasa BAE;
• Biaya pernyataan pendaftaran ke OJK sebesar 0,05% dari nilai emisi; dan
• Biaya lain-lain sebesar 0,02%, termasuk biaya RUPS, pencatatan di BEI, auditor penjatahan, biaya
percetakan prospektus, sertifikat dan formulir, dan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan PUT
III ini.
Perseroan telah menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum terbatas II
kepada PT Bursa Efek Indonesia dengan surat No.038/KP-BD/BEI/ITA/X/17 pada tanggal 09 Oktober 2017
Perihal Penyampaian Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum PT. Bank Of India
Indonesia Tbk. Periode 30 September 2017, dimana dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum
terbatas II setelah dikurangi biaya-biaya penawaran umum terbatas II, sudah habis dipergunakan untuk
penyaluran kredit sebagaimana di muat dalam surat No. 213/KP-BD/OJK/ITA/XI/17 tertanggal 8 November
2017 yang telah disampaikan kepada OJK perihal klarifikasi terhadap surat OJK No. S-1702/PM.22/2017
tanggal 2 November 2017 perihal Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum.
PT Bank of India Indonesia Tbk
10
III. PERNYATAAN UTANG
Tabel informasi yang terdapat dalam pembahasan berikut diekstrak dari laporan posisi keuangan Perseroan
pada tanggal 30 Juni 2017 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Aria Kanaka & Rekan (Member of
Mazars) dan ditandatangani oleh Akuntan Publik Dudi Hadi Santoso dengan pendapat wajar tanpa
modifikasian. Pada tanggal 30 Juni 2017, Perseroan mempunyai liabilitas yang seluruhnya berjumlah Rp
3.205.604 juta, dengan rincian sebagai berikut:
A. LIABILITAS (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 2017
Liabilitas segera 2.435
Simpanan nasabah:
- Pihak berelasi 30.542
- Pihak ketiga 3.009.884
Jumlah 3.040.426
Simpanan dari bank lain:
- Pihak berelasi 56.863
- Pihak ketiga 39.178
Jumlah 96.041
Liabilitas derivatif 16
Utang akseptasi 40.049
Utang pajak 2.724
Pendapatan diterima dimuka 1.340
Liabilitas imbalan pasca-kerja 9.012
Liabilitas lain-lain 13.561
Jumlah liabilitas 3.205.604
1. LIABILITAS SEGERA (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 2017
Rupiah
Bunga yang masih harus dibayar 117
Kiriman uang 153
Biaya yang masih harus dibayar 1.289
Lainnya -
Mata uang asing
Bunga yang masih harus dibayar 69
Kiriman uang 308
Biaya yang masih harus dibayar 499
Jumlah liabilitas segera 2.435
2. SIMPANAN NASABAH
Simpanan nasabah pada tanggal 30 Juni 2017 yang berhasil dihimpun Perseroan adalah sebesar Rp
3.040.426 juta yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito berjangka dengan perincian sebagai
berikut: (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 2017
Pihak berelasi Pihak ketiga Total
Rupiah
Giro 2.106 112.516 114.622
Tabungan 1.844 130.747 132.591
Deposito berjangka 19.490 2.141.416 2.160.906
Jumlah Rupiah 23.440 2.384.679 2.408.119
PT Bank of India Indonesia Tbk
11
Keterangan 30 Juni 2017
Pihak berelasi Pihak ketiga Total
Dolar Amerika Serikat
Giro 6.422 104.438 110.860
Deposito berjangka 680 520.767 521.447
Jumlah mata uang asing 7.102 625.205 632.307
Jumlah 30.542 3.009.884 3.040.426
Saldo deposito berjangka berdasarkan jangka waktunya (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 2017
Pihak berelasi Pihak ketiga Total
≤ 1 bulan 10.222 504.252 514.474
> 1-3 bulan 8.653 399.246 407,899
>3-6 bulan 1.005 1.125.921 1.126.926
>6-12 bulan 290 632.764 633.054
Jumlah deposito berjangka 20.170 2.662.183 2.682.353
Pada tanggal 30 Juni 2017, jumlah deposito berjangka yang dijadikan sebagai jaminan kredit yang
diberikan adalah sebesar Rp 39.959.630.386 dan USD 344.272.
3. SIMPANAN DARI BANK LAIN
Jumlah simpanan dari bank lain yang terdiri dari giro, interbank call money dan deposito berjangka
sebagaimana diuraikan dibawah ini: (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 2017
Pihak berelasi
Rupiah
Giro 61
Dolar Amerika Serikat
Interbank Call Money 39.982
Deposito berjangka 16.820
Pihak ketiga
Rupiah
Giro 8.428
Deposito berjangka 30.750
Jumlah simpanan dari bank lain 96.041
4. LIABILITAS DERIVATIF (dalam jutaan Rupiah)
Transaksi
30 Juni 2017
Jumlah Nosional Nilai Wajar
Beli Jual Tagihan Liabilitas
Terkait instrumen lindung nilai
Pihak ketiga
Transaksi Spot
-
-
-
16
Jumlah Bersih - - - 16
5. UTANG AKSEPTASI
Utang akseptasi dikategorikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan
diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif.
PT Bank of India Indonesia Tbk
12
Estimasi nilai wajar dari utang akseptasi yang merupakan instrumen tanpa suku bunga adalah jumlah
yang harus dikembalikan saat ada permintaan. (dalam jutaan Rupiah)
30 Juni 2017
Berdasarkan
Waktu
Jangka
Akseptasi
Berdasarkan
Umur
Sisa
Jatuh Tempo
Tagihan
Akseptasi
Utang
Akseptasi
Tagihan
Akseptasi Utang Akseptasi
Rupiah
Kurang dari 1 bulan - - - -
3-6 bulan - - - -
Jumlah - - - -
Mata uang asing
Kurang dari 1 bulan - - - -
1-3 bulan
3-6 bulan
40.049
-
40.049
-
40.049
-
40.049
-
Lebih dari 6 bulan - - - -
Jumlah 40.04940.04940.04940.049 40.04940.04940.04940.049 40.04940.04940.04940.049 40.04940.04940.04940.049
Jumlah – bersih 40.04940.04940.04940.049 40.04940.04940.04940.049 40.04940.04940.04940.049 40.04940.04940.04940.049
6. UTANG PAJAK
Jumlah utang pajak pada tanggal 30 Juni 2017 adalah sebesar Rp. 2.724 juta yang terdiri dari: (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 2017
Pajak Penghasilan Badan -
Pajak penghasilan:
Pasal 4(2) 2.567
Pasal 21 126
Pasal 23/26 26
Pasal 25 -
Pajak Pertambahan Nilai – bersih 5
Jumlah simpanan dari bank lain 2.724
7. LIABILITAS IMBALAN PASCA-KERJA
Perseroan menghitung imbalan pasca-kerja karyawan sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan
No.13/2003. Jumlah karyawan yang berhak atas imbalan pasca-kerja tersebut pada tanggal 30 Juni
2017 adalah sebanyak 276 karyawan.
Jumlah liabilitas imbalan pasca-kerja pada tanggal 30 Juni 2017 adalah sebesar Rp 9.012 juta dengan
mutasi sebagai berikut: (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 2017
Saldo awal tahun 8.040
Beban tahun berjalan
Biaya yang diakui pada penghasilan komprehensif lain
1.535
(552)
Pembayaran selama tahun berjalan (11)
Total liabilitas imbalan pasca-kerja 9.012
Usia pensiun normal : 55 tahun
Tingkat diskonto : 7,00%
Tingkat proyeksi kenaikan gaji : 8,00%
Tingkat kematian : 100% TMI 3
PT Bank of India Indonesia Tbk
13
Tingkat pengunduran diri : 7% sampai dengan umur 40, kemudian menurun hingga 0% di
umur 55, kemudian tetap
Tingkat pesiun normal : 100%
Tingkat pemutusan yang lain : Nihil
Dasar penetapan persentase tingkat diskonto dilakukan oleh Perseroan berdasarkan rata-rata sisa
masa kerja karyawan dan disesuaikan dengan tingkat suku bunga obligasi pemerintah.
Tingkat kenaikan gaji didasarkan pada tingkat inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah dan proyeksi
kenaikan kesejahteraan karyawan.
8. LIABILITAS LAIN-LAIN
Jumlah bunga yang masih harus dibayar dan liabilitas lain-lain Perseroan pada tanggal 30 Juni 2017
adalah sebesar Rp 13.561 juta.
B. KOMITMEN DAN KONTINJENSI
Pada tanggal 30 Juni 2017, jumlah liabilitas komitmen dan kontinjensi - bersih Perseroan adalah
sebesar Rp 446.898 juta, yang terdiri dari liabilitas komitmen - bersih sebesar Rp 455.661 juta dan
tagihan kontinjensi - bersih sebesar Rp 8.763 juta. (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 2017
KOMITMEN
Tagihan komitmen
Rupiah
Lainnya -
Dolar Amerika Serikat
Pembelian valuta asing
tunai yang belum selesai -
Pembelian berjangka
Valuta asing yang belum selesai -
Lainnya 58.426
Jumlah tagihan komitmen 58.426
Liabilitas komitmen
Rupiah
Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum digunakan 367.061
L/C yang irrevocable dan masih berjalan -
Dolar Amerika Serikat
Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum digunakan 72.607
L/C yang irrevocable dan masih berjalan 58.426
Penjualan valuta asing tunai yang belum selesai 15.993
Penjualan berjangka valuta asing yang belum selesai -
Jumlah liabilitas komitmen 514.087
Jumlah liabilitas komitmen – bersih 455.661
KONTINJENSI
Tagihan kontinjensi
Rupiah
Pendapatan bunga dalam penyelesaian 8.763
Garansi yang diterima 10.981
Dolar Amerika Serikat
Garansi yang diterima 10.795
Jumlah tagihan kontijensi 30.539
PT Bank of India Indonesia Tbk
14
Keterangan 30 Juni 2017
Liabilitas kontinjensi
Rupiah
Penerbitan jaminan dalam bentuk bank garansi 10.981
Dolar Amerika Serikat
Penerbitan jaminan dalam bentuk bank garansi 10.795
Jumlah liabilitas kontinjensi 21.776
Jumlah tagihan kontinjensi – bersih 8.763
Jumlah liabilitas komitmen dan kontinjensi 446.898
LAIN-LAIN
Titipan kliring
Titipan cek dan biyet giro 25.131
Titipan inkaso -
Jumlah 25.131
SELURUH LIABILITAS PERSEROAN PADA TANGGAL 30 JUNI 2017 TELAH DIUNGKAPKAN DALAM
PROSPEKTUS INI. SAMPAI DENGAN TANGGAL DITERBITKANNYA PROSPEKTUS INI, PERSEROAN TELAH
MELUNASI SELURUH LIABILITAS YANG TELAH JATUH TEMPO.
SETELAH TANGGAL 30 JUNI 2017 SAMPAI DENGAN TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN DAN
SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN SAMPAI DENGAN TANGGAL EFEKTIFNYA
PERNYATAAN PENDAFTARAN, PERSEROAN TIDAK MEMILIKI LIABILITAS-LIABILITAS DAN IKATAN LAIN
KECUALI LIABILITAS-LIABILITAS YANG TIMBUL DARI KEGIATAN USAHA NORMAL PERSEROAN SERTA
LIABILITAS-LIABILITAS YANG TELAH DINYATAKAN DI ATAS DAN YANG TELAH DIUNGKAPKAN DALAM
LAPORAN KEUANGAN YANG DISAJIKAN DALAM BAB V PROSPEKTUS INI.
DENGAN ADANYA PENGELOLAAN YANG SISTEMATIS ATAS ASET DAN LIABILITAS SERTA
PENINGKATAN HASIL OPERASI DI MASA YANG AKAN DATANG, MANAJEMEN PERSEROAN
MENYATAKAN KESANGGUPANNYA UNTUK DAPAT MENYELESAIKAN SELURUH LIABILITASNYA YANG
TELAH DIUNGKAPKAN DALAM PROSPEKTUS INI SESUAI DENGAN PERSYARATAN SEBAGAIMANA
MESTINYA.
SAMPAI DENGAN PROSPEKTUS INI DITERBITKAN TIDAK TERDAPAT PEMBATASAN-PEMBATASAN
(NEGATIVE COVENANT) YANG AKAN MERUGIKAN HAK-HAK PEMEGANG SAHAM PUBLIK.
PT Bank of India Indonesia Tbk
15
IV. IKHTISAR DATA KEUANGAN PENTING
Tabel berikut ini menggambarkan ikhtisar data keuangan penting Perseroan untuk periode enam bulan
yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016
dan 2015. Yang seluruhnya terdiri dari Laporan Keuangan Perseroan, disusun dan disajikan sesuai dengan
PSAK di Indonesia.
Laporan keuangan Perseroan untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Aria Kanaka & Rekan (Member of Mazars) dan ditandatangani oleh
Akuntan Publik Dudi Hadi Santoso dengan pendapat wajar tanpa modifikasian. Laporan keuangan
Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 telah diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik Aria Kanaka & Rekan (Member of Mazars) dan ditandatangani oleh Akuntan Publik Dudi Hadi Santoso
dengan pendapat wajar tanpa modifikasian. Laporan keuangan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2015 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Gani Sigiro dan Handayani (Member of
Grant Thornton International Ltd) dan ditandatangani oleh Akuntan Publik Renie Feriana, CPA dengan
pendapat wajar tanpa modifikasian.
LAPORAN POSISI KEUANGAN (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
ASET
Kas 16.514 8.737 13.519
Giro pada Bank Indonesia 232.252 234.752 409.940
Giro pada bank lain – bersih 167.882 58.529 83.505
Tagihan akseptasi 40.049 33.585 99.867
Tagihan derivative - 29 1.673
Kredit yang diberikan – bersih 2.160.084 2.191.948 3.401.455
Efek-efek – bersih 345.394 1.182.154 1.568.732
Agunan yang diambil alih 50.541 186.672 206.883
Biaya dibayar dimuka 3.276 3.216 3.035
Aset pajak tangguhan – bersih 76.476 68.642 -
Aset tetap – bersih 123.056 141.922 144.834
Aset tak berwujud – bersih 2.213 2.801 4.848
Aset lain-lain – bersih 137.981 74.113 70.228
Penempatan pada BI dan bank lain 857.921 118.974 78.964
Jumlah Aset 4.213.639 4.306.074 6.087.483
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
LIABILITAS
Liabilitas segera 2.435 3.229 9.577
Simpanan nasabah 3.040.426 3.020.224 4.378.123
Simpanan dari bank lain 96.041 111.118 442.827
Liabilitas derivative 16 32 1.590
Utang akseptasi 40.049 33.585 99.867
Utang pajak 2.724 3.523 6.188
Liabilitas imbalan pasca-kerja 9.012 8.040 4.465
Liabilitas pajak tangguhan - - 1.806
Biaya masih harus dibayar dan liabilitas lain-lain 13.561 14.419 25.955
Pendapatan diterima dimuka 1.340 688 2.197
Jumlah Liabilitas 3.205.604 3.194.858 4.972.595
PT Bank of India Indonesia Tbk
16
EKUITAS
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni
2017
______________
2016
31_Des___________
2015
Modal saham nilai nominal Rp 200,-
per saham. Modal dasar 3.450.000.000 lembar saham pada
30 Juni 2017, 31 Desember 2016, 2015, 2014 dan 2013.
Modal ditempatkan dan disetor penuh 1.041.600.000 pada
30 Juni 2017, 31 Desember 2016 dan 2015. Modal
ditempatkan dan disetor penuh pada 31 Desember 2014
dan 2013 868.000.000 lembar saham
208.320 208.320 208.320
Uang muka setoran modal 500.000 500.000 -
Tambahan modal disetor – neto 478.301 478.301 478.301
Surplus revaluasi aset tetap - bersih 117.070 117.070 117.070
Cadangan nilai wajar - - -
Laba belum direalisasi atas pemilikan
efek tersedia untuk dijual
474 - 451
Pengukuran kembali atas program imbalan pasti - bersih (2.832) (3.246) (2.027)
Saldo laba (defisit) :
Telah ditentukan penggunaannya 20.000 20.000 20.000
Belum ditentukan penggunaannya (313.298) (212.229) 292.773
Jumlah Ekuitas 1.008.035 1.108.216 1.114.888
Jumlah Liabilitas dan Ekuitas 4.213.639 4.306.074 6.087.483
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Pendapatan bunga 163.385 408.092 553.935
Beban bunga (83.104) (247.804) (364.277)
Pendapatan bunga – bersih 80.281 160.288 189.658
Pendapatan provisi dan komisi selain dari kredit – bersih 1.687 7.916 13.460
Pendapatan operasional lainnya 14.176 2.076 11.716
Beban operasional lainnya (69.810) (744.273) (260.579)
Laba (rugi) operasional – bersih 26.334 (573.993) (45.745)
Pendapatan (beban) non-operasional - bersih (135.375) (1.051) (1.855)
Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan (109.041) (575.044) (47.600)
Beban pajak penghasilan 7.972 70.042 2.933
Laba (Rugi) Bersih tahun berjalan (101.069) (505.002) (44.667)
Rugi komprehensif lain 888 (1.670) 119.187
Laba (Rugi) Komprehensif Tahun Berjalan (100.181) (506.672) 74.520
LAPORAN ARUS KAS
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Arus Kas Dari Aktivitas Operasi -49.775 -997.736 -115.559
Arus Kas Dari Aktivitas Investasi 904.533 335.143 -838.578
Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan - 500.000 484.119
Kenaikkan (Penurunan) Bersih Kas dan Setara Kas 854.758 -162.593 -470.018
Kas Dan Setara Kas Awal Periode 421.140 586.085 1.042.995
Kas Dan Setara Kas Akhir Periode 1.274.724 421.140 586.085
PT Bank of India Indonesia Tbk
17
RASIO-RASIO KEUANGAN PENTING (dalam persentase)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Rasio Pertumbuhan
1. Pendapatan bunga – bersih (49,91) (15,48) 8,57
2. Laba operasional – bersih 104,58 (1.154,77) (132,14)
3. Laba bersih 79,98 (1.030,59) (141,99)
4. Jumlah aset (2,14) (29,26) 17,05
5. Jumlah liabilitas 0,34 (35,75) 7,07
6. Jumlah ekuitas (9,28) (0,33) 100,42
7. Laba (Rugi) terhadap Pendapatan -56,32 -120,59 -7,71
8. Liabilitas terhadap Ekuitas 318,01 288,56 446,02
9. Liabilitas terhadap Aset 76,08 74,26 81,69
Permodalan
1. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
dengan perhitungan risiko kredit dan risiko operasional
36,92 34,50 23,85
2. KPMM dengan perhitungan risiko kredit, risiko pasar dan
risiko operasional
36,92 34.50 23,85
3. Aset tetap terhadap modal 12,20 12,80 12,99
Aset Produktif
1. Aset produktif bermasalah terhadap aset produktif 3,74 11,80 7,45
2. Kerugian penurunan nilai terhadap aset produktif 1,47 9,60 3,92
3. NPL bruto 4,66 15,82 8,90
4. NPL neto 3,49 4,69 4,96
5. Cadangan kerugian penurunan nilai terhadap jumlah kredit
yang diberikan
2,75 9,60 3,92
6. Pemenuhan cadangan kerugian penurunan nilai terhadap
penyisihan penghapusan aset produktif yang wajib dibentuk
1,47 8,58 56,71
Rentabilitas
1. ROA (2,59) (13,35) (0,78)
2. ROE (10,03) (45,57) (4,09)
3. NIM 4,69 3,69 3,70
4. Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) 85,31 237,29 250,56
Likuiditas
LDR 72,88 82,70 82,06
Kepatuhan (Compliance)
1. GWM Rupiah
GWM Primer 7,04 6,64 8,11
GWM Sekunder 46,75 42,16 42,42
2. GWM mata uang asing 9,19 8,26 8,46
3. Posisi Devisa Neto (keseluruhan) 0,31 5,85 6,23
4. Persentase pelanggaran BMPK
a. Pihak berelasi - - -
b. Pihak tidak berelasi - - -
5. Persentase pelampauan BMPK
a. Pihak berelasi - - -
b. Pihak tidak berelasi - - -
PT Bank of India Indonesia Tbk
18
V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN
1. UMUM
Perseroan didirikan pertama kali dengan nama “PT BANK PASAR SWADESI”, berkedudukan di
Surabaya, berdasarkan Akta No. 20 tanggal 28 September 1968, yang diubah dengan Akta Perobahan
No. 16 tanggal 17 Mei 1973 dan Akta Perobahan No. 18 tanggal 23 Januari 1975, ketiganya dibuat di
hadapan Njoo Sioe Liep, Notaris di Surabaya, yang telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman
berdasarkan Surat Keputusan No. Y.A.5/35/8 tanggal 3 Februari 1975, dan telah didaftarkan pada
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya di bawah No. 550/1973, No. 551/1975, dan No. 552/1975,
seluruhnya tertanggal 24 Februari 1975, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 19 tanggal 5 Maret 1976, Tambahan No. 162.
Akta pendirian tersebut yang di dalamnya memuat Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami
beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir Anggaran Dasar Perseroan adalah sebagaimana dimuat
dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 36 tanggal 3 Desember 2015 dibuat dihadapan Dr.
Irawan Soerodjo, S.H., M.Si, Notaris di Jakarta, yang telah mendapat persetujuan Menteri Hukum Dan
Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-0948823.AH.01.02.Tahun 2015 tanggal 23
Desember 2015, dan yang pemberitahuannya telah diterima dan dicatat di dalam Sistem Administrasi
Badan Hukum, Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat No. AHU-AH.01.03-
0991149 tanggal 23 Desember 2015.
Perseroan bergerak dalam bidang usaha jasa perbankan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan No. 906/KMK.013/1989 tanggal 16 Agustus 1989 dan mempunyai kantor pusat di Jakarta
Pusat. Saat ini Perseroan memiliki 7 (tujuh) Kantor Cabang, 6 (enam) Kantor Cabang Pembantu dan 2
(dua) Kantor Kas yang berlokasi di Jakarta, Surabaya, Bali, Medan, Bandung dan Makassar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan dan kinerja Perseroan adalah sebagai berikut:
Kondisi Perekonomian dan Sektor Perbankan di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 5.1%-5.5% lebih rendah dibandingkan
proyeksi sebelumnya yaitu 5,5%-5,9%, dengan kisaran sasaran inflasi 4,5 +/-1%. Di tengah menurunnya
kinerja ekspor yang disebabkan oleh kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah serta
pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan harga komoditas global yang lebih lemah dari proyeksi semula,
pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang oleh permintaan domestik yang cukup tinggi terutama
konsumsi rumah tangga yang tumbuh cukup tinggi, antara lain didorong peningkatan keyakinan
konsumen, dan dampak aktivitas pemilu legislatif. Investasi juga mulai meningkat ditopang oleh
investasi non bangunan yang kembali tumbuh positif. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi makro
dan sistem keuangan yang kondusif sehingga memungkinkan sektor rumah tangga dan sektor usaha
melakukan kegiatan ekonominya dengan lebih baik. Selain itu, kuatnya permintaan domestik di tengah
melemahnya kinerja ekspor menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat tetapi hal ini tidak signifikan berpengaruh
terhadap kinerja perseroan. Sampai dengan bulan Juni 2017 ini, terjadi peningkatan kinerja Bank
PT Bank of India Indonesia Tbk
19
dalam sejumlah indikator utama, antara lain aset Perseroan secara konsolidasi meningkat sebesar
14,84% menjadi Rp 4,13 triliun dari Rp. 3,60 triliun, total portfolio kredit meningkat 10,88% dari Rp
2,55 triliun pada 31 Desember 2013 menjadi Rp 2,82 triliun pada 30 Juni 2014 dan total dana pihak
ketiga yang meningkat sebesar 12,25% pada 30 Juni 2014. Selain itu kinerja operasional 30 Juni 2014
yang positif berhasil mendorong pertumbuhan laba bersih sebesar 23,38% dengan rasio kredit
bermasalah (Gross Non Performing Loans – Gross NPL) yang menurun menjadi 1,22% dari sebelumnya
1,59% di akhir tahun 2013 atau berada sepenuhnya dalam kisaran target yang sehat. Sementara itu
tingkat pengembalian atas aset (ROA) tercatat sebesar 3,34% dan tingkat pengembalian atas ekuitas
(ROE) sebesar 22,92%.
Pendapatan Bunga Bersih dan Net Interest Margin (NIM)
NIM Perseroan bergantung kepada kemampuan Perseroan mendapatkan marjin yang optimal melalui
usaha Perseroan dalam mendapatkan biaya dana yang rendah dan yield yang didapat dari penyaluran
kredit. Penurunan secara umum pada NIM adalah akibat dari penurunan pada pendapatan bunga tidak
diimbangi dengan penurunan pada biaya yang setara pada pendanaan Perseroan.
Dalam rangka untuk memitigasi dampak dari penurunan NIM, Perseroan berencana untuk terus
meningkatkan kualitas portofolio kredit dan efisiensi pembiayaannya. NIM Perseroan dapat juga
dipengaruhi oleh NPL dimana akun-akun NPL tidak akan memberikan kontribusi pendapatan bunga.
Perseroan menerapkan manajemen risiko secara efisien terkait penyaluran kredit dimana analisa
terhadap debitur dilakukan dengan prinsip kehati-hatian.
Kemampuan Perseroan untuk Menghimpun Pendanaan dengan Suku Bunga Rendah
Perseroan berkeyakinan bahwa pertumbuhan kredit dan pembiayaan Perseroan akan dipengaruhi oleh
kemampuan Perseroan untuk mendapatkan sumber pendanaan dengan tingkat beban biaya yang
sesuai. Sumber pendanaan dengan suku bunga rendah diperoleh melalui produk tabungan dan giro.
Perseroan mengembangkan berbagai jenis produk perbankan terkait dengan tabungan dan giro untuk
meningkatkan pendanaan.
Perseroan telah berupaya untuk memperoleh pendanaan dengan jangka waktu yang lebih panjang dan
dengan biaya yang kompetitif agar dapat menyesuaikan aset dan kewajiban Perseroan dengan lebih
baik. Bagaimanapun, biaya pendanaan Perseroan pada umumnya lebih tinggi untuk pendanaan jangka
panjang dibandingkan dengan pendanaan jangka pendek. Seiring dengan rencana Perseroan untuk
memperluas penggunaan sumber-sumber pendanaan tersebut, Perseroan masih menghadapi kendala
rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan jasa-jasa perbankan.
Kemampuan Perseroan untuk menjaga dan meningkatkan dana pihak ketiga Perseroan, sangat
bergantung pada situasi ekonomi makro di Indonesia dan pada kemampuan Perseroan untuk menjaga
dan meningkatkan pangsa pasar dana pihak ketiga. Strategi Perseroan mencakup penawaran fitur-fitur
tambahan untuk produk-produk dana pihak ketiga untuk menarik perhatian nasabah dan memperluas
akses kepada nasabah-nasabah potensial melalui perluasan jaringan kantor di Indonesia. Perseroan
juga secara berkesinambungan berusaha untuk melakukan diversifikasi sumber pendanaan Perseroan
dan menurunkan beban bunga, dengan cara meningkatkan portofolio sumber dana murah.
Ketergantungan pada Kebijakan Bank Indonesia dan Peraturan Lainnya yang Mengatur Bank
Bisnis bank bersifat well regulated bussines seperti beberapa contoh di bawah ini:
• Untuk mendorong penyaluran kredit, Bank Indonesia menetapkan batas bawah Loan to Deposit
Ratio (LDR) sebesar 78% dan batas atas sebesar 92%, dan menerapkan ketentuan disinsentive
PT Bank of India Indonesia Tbk
20
kepada bank yang memiliki LDR di luar range tersebut. LDR Perseroan per 30 Juni 2017 adalah
72,88%, namun Perseroan dikecualikan dari disinsentive karena CAR per 30 Juni 2017 diatas 14%.
• Ekspansi bisnis Perseroan yang pesat dalam hal portofolio kredit dan pembiayaan tetap diiringi
dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit, Perseroan tidak akan
menurunkan standar penilaian terhadap kredit dan mengorbankan kualitas kredit Perseroan untuk
mengejar laba yang lebih tinggi.
• Upaya peningkatan LDR secara nasional tidak berpengaruh secara signifikan atas suku bunga
perkreditan dimana diantaranya disebabkan masih relatif tingginya marjin bunga (NIM) yang
diterapkan perbankan Indonesia. Di lain pihak, perbankan sulit untuk menurunkan suku bunga
pinjaman karena kenaikan suku bunga simpanan dan kenaikan portofolio NPL secara nasional.
• Namun demikian Perseroan yakin bahwa OJK dan otoritas keuangan akan mampu untuk menjaga
stabilitas dan pertumbuhan perekonomian nasional serta mengeluarkan kebijakan yang terbaik
untuk negeri ini.
• Terdapat beberapa peraturan baru yang sudah terbit pada tahun 2013 yang memberikan dampak
signifikan terhadap kegiatan usaha Perseroan mulai tahun 2013, diantara:
- Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 15/15/PBI/2013 tanggal 24 Desember 2013 mengenai giro
wajib minimum bank umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing.
- Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 15/11/PBI/2013 tanggal 22 November 2013 mengenai
prinsip kehati-hatian dalam kegiatan penyertaan modal.
- Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 15/2/PBI/2013 tanggal 20 Mei 2013 penetapan status dan
tindak lanjut pengawasan bank umum konvensional.
Perubahan Suku Bunga dan Nilai Surat Berharga
Bisnis perbankan sangat dipengaruhi fluktuasi kegiatan ekonomi, fluktuasi tersebut mempengaruhi,
antara lain, permintaan atas produk dan jasa yang ditawarkan Perseroan, NIM Perseroan, nilai dan
tingkat pengembalian atas aset Perseroan, ketersediaan dan biaya pendanaan serta kondisi keuangan
nasabah Perseroan.
Sebagai sebuah bank, Perseroan bergantung terhadap suku bunga pembiayaan dan deposito di
Indonesia yang berdampak terhadap kondisi keuangan dan kinerja operasional Perseroan melalui
beberapa cara antara lain dengan mempengaruhi biaya pendanaan, imbal hasil dari portofolio kredit
dan pembiayaan, marjin bunga neto (“NIM” atau “Net Interest Margin”), dan rasio NPL Perseroan.
Bisnis bank-bank Indonesia, termasuk Perseroan, dipengaruhi oleh fluktuasi suku bunga pasar atas
aset produktif interest bearing liabilities. Perseroan harus melakukan evaluasi kebijakan suku bunga
atas kewajiban secara lebih akurat yang dilakukan oleh ALCO (Asset and Liabilities Management
Commitee).
Sumber utama pendanaan utama sampai saat ini masih didominasi deposito berjangka, yang
merupakan sumber dana mahal. Kenaikan suku bunga pasar deposito menyebabkan meningkatnya
biaya dana perseroan yang lebih pesat dibandingkan suku bunga kredit yang akhirnya menurunkan
NIM. Untuk menghadapi hal ini Perseroan dapat mengambil berbagai kebijakan seperti peningkatan
efisiensi operasional Perseroan, meningkatkan fee based income termasuk transaksi internasional
dalam trade finance dan valuta asing, perluasan jasa perbankan.
PT Bank of India Indonesia Tbk
21
Persaingan
Persaingan dalam sektor perbankan memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja operasional
Perseroan dan akan berlanjut ke penajaman produk, efisiensi dan pada akhirnya tingkat keuntungan
dari bank-bank di Indonesia.
Perseroan menghadapi persaingan di seluruh kegiatan usahanya. Pesaing-pesaing utama Perseroan
terdiri dari bank-bank Indonesia dan bank-bank asing yang beroperasi di Indonesia. Krisis keuangan
global secara signifikan meningkatkan persaingan perbankan dalam hal penghimpunan dana.
Perseroan bersaing dengan bank-bank lain terutama dalam hal harga dan pelayanan. Selain persaingan
dari bank lain, Perseroan menghadapi persaingan tidak langsung dari berbagai jenis perusahaan jasa
keuangan lainnya. Untuk informasi lebih lanjut dapat dilihat pada bagian Bab VIII Kegiatan dan Prospek
Usaha Perseroan pada prospektus ini.
Informasi Segmen
Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan.
Segmen wilayah adalah komponen Bank yang secara jelas operasionalnya dapat dibedakan
mengenai aset, kinerja dan aktivitas suatu wilayah dengan wilayah lain dalam Bank.
Bank menyajikan segmen berdasarkan laporan internal bank yang disajikan kepada pengambil
keputusan operasional sesuai PSAK No. 5 (Penyusuaian 2015). Pengambil keputusan operasional
Bank adalah Direksi.
Aset dan liabilitas yang digunakan bersama dalam satu segmen atau lebih dialokasikan kepada
setiap segmen jika, dan hanya jika, pendapatan dan beban yang terkait dengan aset tersebut juga
dialokasikan kepada segmen-segmen tersebut.
Bank beroperasi di dua wilayah utama yaitu Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dan di luar DKI
Jakarta.
Berikut ini adalah informasi segmen berdasarkan segmen wilayah:
PT Bank of India Indonesia Tbk
22
DKI Jakarta /
Special District of
Jakarta
Luar DKI Jakarta
/ Outside DKI
Jakarta
Eliminasi /
Elimination Jumlah / Total
PENDAPATAN INCOME
Pendapatan bunga 139,327 23,957 - 163,284 Interest income
Pendapatan lainnya 44,570 2,377 - 46,947 Other income
Jumlah 183,897 26,334 - 210,231 Total
Laba segmen 36,080 (9,746) - 26,334 Segment income
Rugi sebelum pajak (99,442) (9,599) - (109,041) Loss before tax
Rugi bersih (101,069) Net loss
INFORMASI LAINNYA OTHER INFORMATION
ASET ASSETS
Penempatan pada Bank Indonesia Placements with Bank Indonesia
dan bank lain - bersih 1,257,746 309 - 1,258,055 and other banks - net
Efek-efek - bersih 345,394 - - 345,394 Marketable securities - net
Kredit yang diberikan - bersih 1,795,173 364,911 - 2,160,084 Loans - net
Aset tetap - bersih 81,232 41,824 - 123,056 Fixed assets - net
Aset lain-lain - bersih 383,003 112,591 (168,544) 327,050 Other assets - net
Jumlah Aset 3,862,548 519,635 (168,544) 4,213,639 Total Assets
LIABILITAS LIABILITIES
Simpanan 2,622,233 418,193 - 3,040,426 Deposits
Liabilitas lain-lain 230,541 103,181 (168,544) 165,178 Other liabilities
Jumlah Liabilitas 2,852,774 521,374 (168,544) 3,205,604 Total Liabilities
Pengeluaran modal 141 21 - 162 Capital expenditures
Penyusutan dan amortisasi 1,746 637 - 2,383 Depreciation and amortization
DKI Jakarta /
Special District of
Jakarta
Luar DKI Jakarta
/ Outside DKI
Jakarta
Eliminasi /
Elimination Jumlah / Total
PENDAPATAN INCOME
Pendapatan bunga 184,761 33,044 - 217,805 Interest income
Pendapatan lainnya 5,520 1,695 - 7,215 Other income
Jumlah 190,281 34,739 - 225,020 Total
Rugi segmen (541,790) (598) - (542,388) Segment loss
Rugi sebelum pajak (541,943) 65 - (541,878) Loss before tax
Rugi bersih (475,877) Net loss
Pengeluaran modal 122 746 868 Capital expenditures
Penyusutan dan amortisasi 2,431 474 - 2,905 Depreciation and amortization
30 Jun / Jun 30 , 2017
30 Jun / Jun 30 , 2016 *)
*) Tidak di Audit / Unaudited
PT Bank of India Indonesia Tbk
23
DKI Jakarta /
Special District of
Jakarta
Luar DKI Jakarta
/ Outside DKI
Jakarta
Eliminasi /
Elimination Jumlah / Total
PENDAPATAN INCOME
Pendapatan bunga 346,211 60,458 - 406,669 Interest income
Pendapatan lainnya 10,000 1,415 - 11,415 Other income
Jumlah 356,211 61,873 - 418,084 Total
Rugi segmen (570,899) (3,094) (573,993) Segment loss
Rugi sebelum pajak (572,606) (2,438) (575,044) Loss before tax
Rugi bersih (505,002) Net loss
INFORMASI LAINNYA OTHER INFORMATION
ASET ASSETS
Penempatan pada Bank Indonesia Placements with Bank Indonesia
dan bank lain - bersih 412,255 - - 412,255 and other banks - net
Efek-efek - bersih 1,182,154 - - 1,182,154 Marketable securities - net
Kredit yang diberikan - bersih 1,815,100 376,848 - 2,191,948 Loans - net
Aset tetap - bersih 99,650 42,272 - 141,922 Fixed assets - net
Aset lain-lain - bersih 513,459 76,595 (212,259) 377,795 Other assets - net
Jumlah Aset 4,022,618 495,715 (212,259) 4,306,074 Total Assets
LIABILITAS LIABILITIES
Simpanan 2,607,462 415,762 - 3,023,224 Deposits
Liabilitas lain-lain 308,857 78,036 (212,259) 174,634 Other liabilities
Jumlah Liabilitas 2,916,319 493,798 (212,259) 3,197,858 Total Liabilities
Pengeluaran modal 575 862 1,437 Capital expenditures
Penyusutan dan amortisasi 4,840 1,551 6,391 Depreciation and amortization
DKI Jakarta /
Special District of
Jakarta
Luar DKI Jakarta
/ Outside DKI
Jakarta
Eliminasi /
Elimination Jumlah / Total
PENDAPATAN INCOME
Pendapatan bunga 477,594 74,820 - 552,414 Interest income
Pendapatan lainnya 21,820 4,877 - 26,697 Other income
Jumlah 499,414 79,697 - 579,111 Total
Rugi segmen (38,198) (7,547) (45,745) Segment loss
Rugi sebelum pajak (40,108) (7,492) (47,600) Loss before tax
Rugi bersih (44,667) Net loss
INFORMASI LAINNYA OTHER INFORMATION
ASET ASSETS
Penempatan pada Bank Indonesia Placements with Bank Indonesia
dan bank lain - bersih 572,396 13 - 572,409 and other banks - net
Efek-efek - bersih 1,568,732 - - 1,568,732 Marketable securities - net
Kredit - bersih 2,860,951 540,504 - 3,401,455 Loans - net
Aset tetap - bersih 102,457 42,377 - 144,834 Fixed assets - net
Aset lain-lain - bersih 522,294 276,808 (399,049) 400,053 Other assets - net
Jumlah Aset 5,626,830 859,702 (399,049) 6,087,483 Total Assets
LIABILITAS LIABILITIES
Simpanan 3,573,708 804,415 - 4,378,123 Deposits
Liabilitas lain-lain 922,057 71,464 (399,049) 594,472 Other liabilities
Jumlah Liabilitas 4,495,765 875,879 (399,049) 4,972,595 Total Liabilities
Pengeluaran modal 2,061 75 - 2,136 Capital expenditures
Penyusutan dan amortisasi 4,294 577 - 4,871 Depreciation and amortization
31 Des / Dec 31 , 2016
31 Des / Dec 31 , 2015
Risiko Nilai Tukar
Risiko nilai tukar merupakan risiko yang timbul dari transaksi valuta asing baik dari posisi laporan
posisi keuangan maupun dari sisi off balance sheet.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/13/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 dan
perubahannya, Peraturan Bank Indonesia No. 6/20/PBI/2004 tanggal 15 Juli 2004,
PT Bank of India Indonesia Tbk
24
No. 7/37/PBI/2005 tanggal 30 September 2005 dan No. 12/10/ PBI/2010 tanggal 1 Juli 2010, bank-
bank diwajibkan untuk memelihara posisi devisa netonya setinggi-tingginya 20% dari modal.
Berdasarkan pedoman Bank Indonesia, “posisi devisa neto” merupakan penjumlahan dari nilai
absolut atas selisih bersih aset dan liabilitas untuk setiap mata uang asing dan selisih bersih
tagihan dan liabilitas, berupa komitmen dan kontinjensi di rekening administratif, untuk setiap
mata uang, yang semuanya dinyatakan dalam Rupiah.
Berikut ini disajikan rincian Posisi Devisa Neto (PDN) Bank:
Aset dan tagihan
komitmen dan
kontinjensi / Assets,
commitment and
contingent
receivables
Liabilitas dan liabilitas
komitmen dan
kontinjensi / Liabilities,
commitment and
contingent liabilities
Bersih - absolut /
Net - absolute
Dolar Amerika Serikat 811,592 813,230 1,638 United States Dollar
Dolar Singapura 131 - 131 Singapore Dollar
Yen Jepang 44 - 44 Japanese Yen
Dolar Hongkong 57 - 57 Hongkong Dollar
Euro Eropa 383 - 383 European Euro
Pound Sterling Inggris 132 - 132 Great Britain Pound Sterling
India Rupee 700 20 680 Indian Rupee
Jumlah 813,039 813,250 3,065 Total
Modal 983,837 Total Capital
Presentase PDN Percentage of Net Open
terhadap modal 0.31 Position to capital
30 Jun / Jun 30, 2017
PT Bank of India Indonesia Tbk
25
Aset dan tagihan
komitmen dan
kontinjensi / Assets,
commitment and
contingent
receivables
Liabilitas dan liabilitas
komitmen dan
kontinjensi / Liabilities,
commitment and
contingent liabilities
Bersih - absolut /
Net - absolute
Dolar Amerika Serikat 850,233 910,325 60,092 United States Dollar
Dolar Singapura 42 - 42 Singapore Dollar
Yen Jepang 23 - 23 Japanese Yen
Dolar Hongkong 44 - 44 Hongkong Dollar
Euro Eropa 49 - 49 European Euro
Pound Sterling Inggris 122 - 122 Great Britain Pound Sterling
India Rupee 306 370 64 Indian Rupee
Jumlah 850,819 910,695 60,436 Total
Modal 1,032,389 Total Capital
Presentase PDN Percentage of Net Open
terhadap modal 5.85 Position to capital
Aset dan tagihan
komitmen dan
kontinjensi / Assets,
commitment and
contingent
receivables
Liabilitas dan liabilitas
komitmen dan
kontinjensi / Liabilities,
commitment and
contingent liabilities
Bersih - absolut /
Net - absolute
Dolar Amerika Serikat 1,687 1,742 55 United States Dollar
Euro Eropa - - - European Euro
India Rupee 1 - 1 Indian Rupee
Dolar Singapura - - - Singapore Dollar
Dolar Hongkong - - - Hongkong Dollar
Yen Jepang - - - Japanese Yen
Pound Sterling Inggris - - - Great Britain Pound Sterling
Jumlah 1,688 1,742 56 Total
Modal 897,975 Total Capital
Presentase PDN Percentage of Net Open
terhadap modal 6.23 Position to capital
Aset dan tagihan
komitmen dan
kontinjensi / Assets,
commitment and
contingent
receivables
Liabilitas dan liabilitas
komitmen dan
kontinjensi / Liabilities,
commitment and
contingent liabilities
Bersih - absolut /
Net - absolute
Dolar Amerika Serikat 2,430 2,424 6 United States Dollar
Euro Eropa 5 4 1 European Euro
India Rupee 5 4 1 Indian Rupee
Dolar Singapura - - - Singapore Dollar
Dolar Hongkong - - - Hongkong Dollar
Yen Jepang - - - Japanese Yen
Pound Sterling Inggris - - - Great Britain Pound Sterling
Jumlah 2,440 2,432 8 Total
Modal 503,352 Total Capital
Presentase PDN Percentage of Net Open
terhadap modal 1.51 Position to capital
31 Des / Dec 31 , 2016
31 Des / Dec 31 , 2015
31 Des / Dec 31 , 2014
Likuiditas Perseroan
Likuiditas Perseroan berasal dari sumber internal dan eksternal.
Sumber eksternal likuiditas, antara lain berasal dari:
1. Pinjaman antar Bank
2. Sumber Dana Masyarakat
PT Bank of India Indonesia Tbk
26
3. Pinjaman dari Bank Sentral
Sumber internal likuiditas, antara lain berasal:
1. Pinjaman dari pemegang saham
2. Penjualan surat berharga, antara lain: SBI, SUN, dan obligasi
Sumber likuiditas yang material dari Perseroan yang belum digunakan berasal dari Fasilitas Likuiditas
Intrahari dan Fasilitas Pinjaman dari Bank Sentral
Ketidakpastian yang mungkin mengakibatkan terjadinya penurunan yang material terhadap likuiditas
Perseroan apabila terjadinya “Rush” dari masyrakat, Pergerakan suku bunga pasar yang signifikan dan
pergerakan fluktuasi suku bunga yang sangat signifikan.
Perseroan akan melakukan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) untuk meningkatkan
tambahan likuiditas Perseroan yang diperlukan.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING
a. Aset keuangan
Perseroan menerapkan PSAK No. 50 (Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Penyajian”, PSAK No. 55
(Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” dan PSAK No. 60 (Revisi 2014),
“Instrumen Keuangan: Pengungkapan”.
PSAK No. 50 (Revisi 2014) berisi persyaratan penyajian dari instrumen keuangan dan
mengidentifikasikan informasi yang harus diungkapkan. Persyaratan pengungkapan berlaku terhadap
klasifikasi instrumen keuangan, dari perspektif penerbit, dalam aset keuangan, liabilitas keuangan dan
instrumen ekuitas; pengklasifikasian yang terkait dengan suku bunga, dividen, kerugian dan
keuntungan; dan keadaan dimana aset keuangan dan liabilitas keuangan akan saling hapus. PSAK ini
mensyaratkan pengungkapan, antara lain informasi mengenai faktor yang mempengaruhi jumlah,
waktu dan tingkat kepastian arus kas masa datang suatu entitas yang terkait dengan instrumen
keuangan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk instrumen tersebut.
PSAK No. 55 (Revisi 2014) mengatur prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan,
liabilitias keuangan dan beberapa kontrak pembelian atau penjualan item non-keuangan. PSAK ini,
antara lain menyediakan definisi dan karakteristik derivatif, kategori instrumen keuangan, pengakuan
dan pengukuran, akuntansi lindung nilai dan penetapan hubungan lindung nilai.
PSAK No. 60 (Revisi 2014) mensyaratkan pengungkapan tambahan atas pengukuran nilai wajar dan
risiko likuiditas. Pengukuran nilai wajar terkait pos yang dicatat pada nilai wajar disajikan berdasarkan
sumber input dengan menggunakan tiga tingkatan hirarki nilai wajar untuk setiap kelas instrumen
keuangan yang diukur pada nilai wajar. Sebagai tambahan, PSAK ini mewajibkan rekonsiliasi antara
saldo awal dan akhir untuk pengukuran nilai wajar tingkat 3, demikian pula pengungkapan transfer
antar tingkatan dalam hirarki nilai wajar.
PSAK ini juga menjelaskan lebih lanjut persyaratan pengungkapan risiko likuiditas transaksi derivatif
dan aset yang digunakan untuk pengelolaan likuiditas.
Aset keuangan dalam ruang lingkup PSAK No. 55 (Revisi 2014) diklasifikasikan sebagai aset keuangan
yang dinilai pada nilai wajar melalui laba atau rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi
yang dimiliki hingga tanggal jatuh tempo dan aset keuangan tersedia untuk dijual. Aset keuangan pada
PT Bank of India Indonesia Tbk
27
awalnya diukur pada nilai wajar, dan dalam hal aset keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar
melalui laporan laba rugi, ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
Aset keuangan Perseroan diklasifikasikan sebagai berikut:
• Nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL)
• Dimiliki hingga jatuh tempo
• Pinjaman yang diberikan dan piutang
Nilai Wajar Melalui Laporan Laba Rugi (FVTPL)
Aset keuangan diklasifikasikan dalam FVTPL, jika aset keuangan sebagai kelompok diperdagangkan
atau pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada FVTPL.
Aset keuangan diklasifikasikan sebagai kelompok diperdagangkan, jika:
• diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat; atau
• merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan
terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini; atau
• merupakan derivatif yang tidak ditetapkan dan tidak efektif sebagai instrumen lindung nilai.
Aset keuangan selain aset keuangan yang diperdagangkan, dapat ditetapkan sebagai FVTPL pada saat
pengakuan awal, jika:
• penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidak-konsistenan
pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul; atau
• aset keuangan merupakan bagian dari kelompok aset keuangan, yang dikelola dan kinerjanya
berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan dokumentasi manajemen risiko atau strategi investasi
Perseroan, dan informasi tentang kelompok tersebut disediakan secara internal kepada manajemen
kunci; atau
• merupakan bagian dari kontrak yang mengandung satu atau lebih derivatif melekat, dan PSAK No.
55 (Revisi 2014) memperbolehkan kontrak gabungan (aset atau liabilitas) ditetapkan sebagai FVTPL.
Aset keuangan FVTPL disajikan sebesar nilai wajar, keuntungan atau kerugian yang timbul diakui dalam
laporan laba rugi komprehensif. Keuntungan atau kerugian bersih yang diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif mencakup deviden atau bunga yang diperoleh dari aset keuangan.
Pada tanggal 30 Juni 2017, 31 Desember 2016, 2015 dan 2014, kategori ini mencakup tagihan derivatif.
Dimiliki hingga jatuh tempo
Aset keuangan diklasifikasikan sebagai investasi dimiliki hingga jatuh tempo hanya jika investasi
tersebut memiliki pembayaran yang tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan
serta Perseroan mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut
hingga jatuh tempo. Pada saat pengakuan awal, investasi dimiliki hingga jatuh tempo diukur pada nilai
wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan
aset keuangan. Setelah pengakuan awal, investasi dimiliki hingga jatuh tempo diukur dengan biaya
perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi kerugian
penurunan nilai yang ada.
Pada tanggal 30 Juni 2017, 31 Desember 2016, 2015 dan 2014, kategori ini mencakup efek-efek.
PT Bank of India Indonesia Tbk
28
Pinjaman yang diberikan dan piutang
Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap
atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif.
Pada saat pengakuan awal, aset keuangan ini diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya transaksi dan
selanjutnya dinyatakan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan metode suku
bunga efektif. Pendapatan dari aset keuangan dalam kelompok ini disajikan sebagai pendapatan
keuangan dalam laporan laba rugi komprehensif.
Dalam hal terjadi penurunan nilai, kerugian penurunan nilai dilaporkan sebagai pengurang dari nilai
tercatat dari aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang dan diakui di dalam
laporan laba rugi komprehensif.
Pada tanggal 30 Juni 2017, 31 Desember 2016, 2015 dan 2014, kategori ini mencakup kas, giro pada
Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, efek-efek, kredit
yang diberikan, tagihan akseptasi dan aset lain-lain.
Metode suku bunga efektif
Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan
diamortisasi dari instrumen keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga dan
beban bunga selama periode yang relevan.
Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di
masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan diterima oleh para pihak
dalam kontrak yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi
dan premium dan diskonto lainnya) selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau, jika lebih tepat,
digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan pada
saat pengakuan awal.
Perhitungan dari suku bunga efektif termasuk semua fee dan pembayaran atau penerimaan poin yang
merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Biaya transaksi termasuk biaya incremental yang
secara langsung berkaitan dengan akuisisi atas penerbitan aset atau liabilitas keuangan.
Penghentian pengakuan aset keuangan
Perseroan menghentikan pengakuan aset keuangan jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas
yang berasal dari aset berakhir, atau Perseroan mentransfer aset keuangan dan secara substansial
mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset kepada entitas lain. Jika Perseroan tidak
mentransfer serta tidak memiliki secara substansial atas seluruh risiko dan manfaat kepemilikan serta
masih mengendalikan aset yang ditransfer, maka Perseroan mengakui keterlibatan berkelanjutan atas
aset yang ditransfer dan liabilitas terkait sebesar jumlah yang mungkin harus dibayar. Jika Perseroan
memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset keuangan yang ditransfer,
Perseroan masih mengakui aset keuangan dan juga mengakui pinjaman yang dijamin sebesar pinjaman
yang diterima.
b. Liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas
Perseroan mengklasifikasikan liabilitas keuangannya sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai
wajar melalui laporan laba rugi dan biaya perolehan yang diamortisasi.
PT Bank of India Indonesia Tbk
29
Nilai Wajar Melalui Laporan Laba Rugi
Kategori ini terdiri dari liabilitas keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan.
Liabilitas keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan jika diperoleh terutama untuk tujuan dijual
atau dibeli kembali dalam waktu dekat. Derivatif diklasifikasikan sebagai diperdagangkan kecuali
ditetapkan dan efektif sebagai instrumen lindung nilai.
Keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar liabilitas keuangan yang
diklasifikasikan sebagai diperdagangkan disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif.
Pada tanggal 30 Juni 2017, 31 Desember 2016, 2015 dan 2014, kategori ini mencakup liabilitas
derivatif.
Liabilitas keuangan diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi
Liabilitas keuangan yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi dikategorikan dan diukur dengan biaya perolehan diamortisasi.
Setelah pengakuan awal, Perseroan mengukur seluruh liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya
perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
Pada tanggal 30 Juni 2017, 31 Desember 2016, 2015 dan 2014, kategori ini mencakup liabilitas segera,
simpanan nasabah, simpanan dari bank lain, utang akseptasi dan liabilitas lain-lain.
Penghentian pengakuan liabilitas keuangan
Perseroan menghentikan pengakuan liabilitas keuangan, jika dan hanya jika, liabilitas Perseroan telah
dilepaskan, dibatalkan atau kadaluarsa.
c. Nilai wajar instrumen keuangan
Perseroan melakukan pengukuran nilai wajar atas instrumen keuangan yang dimilikinya berdasarkan
hirarki berikut:
1. Harga kuotasi dalam pasar aktif untuk instrumen yang serupa. Untuk aset keuangan yang dimiliki,
nilai wajar yang digunakan adalah bid price (harga penawaran). Sedangkan untuk liabilitas
keuangan yang dimiliki, nilai wajar yang digunakan adalah ask price (harga permintaan).
Jika instrumen keuangan tersebut tidak memiliki harga kuotasi di pasar aktif, maka digunakan
teknik penilaian dalam menentukan nilai wajarnya.
2. Teknik penilaian yang berdasarkan pada input yang dapat diobservasi. Termasuk dalam kategori ini
adalah instrumen yang dinilai menggunakan: harga kuotasi pada pasar aktif untuk instrumen yang
serupa; harga kuotasi untuk instrumen serupa pada pasar yang dianggap kurang aktif; atau teknik
penilaian dimana semua input yang signifikan didapatkan secara langsung atau tidak langsung dari
data pasar yang diobservasi.
3. Teknik penilaian menggunakan input yang tidak dapat diobservasi. Termasuk dalam kategori ini
adalah semua instrumen dimana input untuk teknik penilaian yang digunakan tidak berdasarkan
pada data yang dapat diobservasi dan penggunaan input yang tidak dapat diobservasi memiliki
dampak yang signifikan terhadap penilaian instrumen.
PT Bank of India Indonesia Tbk
30
Termasuk dalam kategori ini adalah instrumen yang dinilai berdasarkan harga kuotasi untuk instrumen
serupa dimana penyesuaian atau asumsi yang tidak dapat diobservasi secara signifikan diperlukan
untuk menggambarkan perbedaan antara instrumen-instrumen yang ada.
d. Kredit
Kredit diakui sebesar biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif
dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai.
Untuk kredit yang direstrukturisasi, kerugian yang timbul dari restrukturisasi kredit yang berkaitan
dengan modifikasi persyaratan kredit diakui bila nilai sekarang dari jumlah penerimaan kas yang akan
datang yang telah ditentukan dalam persyaratan kredit yang baru, termasuk penerimaan yang
diperuntukkan sebagai bunga maupun pokok, adalah lebih kecil dari nilai kredit yang diberikan yang
tercatat sebelum restrukturisasi.
Agunan digunakan untuk memitigasi risiko kredit dan kebijakan mitigasi risiko menentukan jenis
agunan yang dapat diterima oleh Perseroan. Umumnya jenis agunan yang diterima Perseroan untuk
memitigasi risiko kredit diantaranya adalah giro, tabungan deposito berjangka, tanah dan bangunan,
logam mulia, kendaraan bermotor, piutang, mesin dan persediaan barang.
Umumnya agunan yang diperlukan dalam setiap pemberian kredit sebagai sumber terakhir pelunasan
kredit (‘secondary source of credit repayment’) dan sebagai salah satu bentuk mitigasi risiko kredit.
Sumber utama pelunasan kredit adalah dari hasil usaha debitur.
Kredit dihapuskan jika tidak ada peluang yang realistis untuk pengembalian masa datang dan semua
agunan telah terealisasi atau sudah diambil alih oleh Perseroan.
Kriteria penghapusbukuan kredit kepada debitur adalah sebagai berikut:
a. Kredit yang memiliki kualitas macet;
b. Fasilitas kredit telah dibentuk cadangan kerugian penurunan nilai aset sebesar 100% dari pokok
kredit;
c. Hapusbuku dilakukan terhadap seluruh liabilitas kreditnya, sehingga penghapusbukuan tidak boleh
dilakukan pada sebagian kreditnya (partial write-off);
d. Telah dilakukan berbagai upaya penagihan dan pemulihan, namun tidak berhasil;
e. Usaha debitur sudah tidak mempunyai prospek atau kinerja debitur buruk atau tidak ada
kemampuan membayar.
e. Penurunan nilai aset keuangan dan non-keuangan
Penurunan nilai aset keuangan
Aset keuangan, selain aset keuangan FVTPL, dievaluasi terhadap indikator penurunan nilai pada setiap
tanggal laporan posisi keuangan. Aset keuangan diturunkan nilainya bila terdapat bukti objektif,
sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan, dan
peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan
yang dapat diestimasi secara handal.
Bukti obyektif penurunan nilai termasuk sebagai berikut:
• kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; atau
PT Bank of India Indonesia Tbk
31
• pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau
bunga; atau
• terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan re-organisasi
keuangan; atau
• penurunan yang signifikan atau jangka panjang pada nilai wajar dari investasi ekuitas dibawah biaya
perolehannya.
Estimasi periode antara peristiwa dan kerugian identifikasinya ditentukan oleh manajemen untuk
setiap portofolio yang diidentifikasi. Pada umumnya, periode tersebut bervariasi antara 1 (satu) dan 12
(dua belas) bulan dan untuk kasus tertentu diperlukan periode yang lebih lama.
Untuk aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi, jumlah kerugian penurunan
nilai merupakan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa
datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan.
Kerugian penurunan nilai dihitung secara individual untuk aset keuangan yang signifikan secara
individual, Bank melakukan penilaian secara individual untuk kredit yang diberikan diatas Rp
1.000.000.000 dan terdapat bukti objektif penurunan nilai serta kolektif untuk aset yang secara
individual tidak signifikan atau secara individual signifikan namun tidak terdapat bukti obyektif
penurunan nilai. Di dalam menentukan penurunan nilai kolektif, aset keuangan dikelompokkan pada
kelompok aset keuangan berdasarkan karakteristik risiko kredit yang serupa. Arus kas masa depan dari
kelompok aset keuangan ini diestimasi berdasarkan arus kas kontraktual dan pengalaman kerugian
historis untuk aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa. Pengalaman historis kerugian
disesuaikan berdasarkan hasil pengamatan data pada masa kini, untuk merefleksikan efek dari kondisi
masa kini yang tidak mempengaruhi periode dari pengalaman historis.
Dalam melakukan penilaian secara kolektif, Perseroan harus menghitung:
• Probability of Default (”PD”) - model ini menilai probabilitas konsumen gagal melakukan
pembayaran kembali secara penuh dan tepat waktu.
• Loss Given Default (”LGD”) - Perseroan mengestimasi kerugian ekonomis yang mungkin akan
diderita Perseroan apabila terjadi tunggakan fasilitas kredit. LGD menggambarkan jumlah utang
yang tidak dapat diperoleh kembali dan umumnya ditunjukkan dalam persentase dari Exposure At
Default (EAD). Model perhitungan LGD mempertimbangkan jenis peminjam, fasilitas dan mitigasi
risiko, misalnya ketersediaan agunan.
PD dan LGD diperoleh dari observasi data kredit selama minimal tiga tahun.
Sebelum 1 Januari 2012, dalam menentukan penyisihan kerugian penurunan nilai kredit secara
kolektif, Perseroan mengacu pada pembentukan penyisihan umum dan penyisihan khusus sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum, sebagai berikut:
• 1% atas kredit dengan kualitas lancar, kecuali untuk bagian kredit yang dijamin dengan agunan
tunai;
• 5% atas kredit dengan kualitas dalam perhatian khusus, setelah dikurangi dengan nilai agunan yang
diperkenankan.
Perseroan berpendapat bahwa persentase kerugian di atas adalah sesuai dengan tingkat kerugian
kredit serupa di dalam industri perbankan Indonesia (peer data). Penggunaan pendekatan ini juga
sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/33/DPNP tanggal 8 Desember 2009 tentang
perubahan atas Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (“PAPI”) 2008 mengenai ketentuan transisi
PT Bank of India Indonesia Tbk
32
atas estimasi penurunan nilai kredit secara kolektif bagi bank yang memenuhi syarat, dimana Bank
Indonesia mengizinkan penerapan ketentuan transisi tersebut sampai dengan tanggal 31 Desember
2011.
Efektif 1 Januari 2012, Perseroan mulai menerapkan statistical model analysis method yaitu migration
analysis method dengan menggunakan data historis kerugian kredit minimal 3 tahun dan
mempertimbangkan hal-hal berikut ini dalam menentukan penyisihan kerugian penurunan nilai kredit
secara kolektif:
• Data historis probability of default,
• Waktu pemulihan,
• Jumlah kerugian yang terjadi (loss given default), dan
• Pertimbangan pengalaman manajemen mengenai apakah kondisi ekonomi dan kredit saat ini
mungkin menyebabkan kerugian aktual lebih besar atau lebih kecil daripada jumlah yang
didasarkan pada pengalaman historis.
Jika pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut
dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai yang sebelumnya
diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitur) harus dipulihkan, baik secara langsung maupun
dengan menyesuaikan akun cadangan. Jumlah pemulihan penurunan nilai diakui pada laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Sehubungan dengan kepatuhan terhadap Bank Indonesia, Perseroan menerapkan Peraturan Bank
Indonesia No. 14/15/PBI/2012 tanggal 24 Oktober 2012 tentang “Penilaian Kualitas Aset Bank Umum”
sebagai panduan untuk menghitung minimum Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) yang
wajib dibentuk sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Aset produktif terdiri dari giro pada Bank Indonesia dan bank lain, penempatan pada Bank Indonesia
dan bank lain, efek-efek, obligasi pemerintah dan komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko
kredit.
Penyisihan Penghapusan Aset Produktif yang harus dihitung sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. 1% dari aset produktif yang digolongkan Lancar, di luar penempatan pada Bank Indonesia, Obligasi
Pemerintah, instrumen hutang lain yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan aset
produktif yang dijamin dengan agunan tunai;
b. 5% dari aset produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus setelah dikurangi agunan;
c. 15% dari aset produktif yang digolongkan Kurang Lancar setelah dikurangi agunan;
d. 50% dari aset produktif yang digolongkan Diragukan setelah dikurangi agunan; dan
e. 100% dari aset produktif yang digolongkan Macet setelah dikurangi agunan.
Kriteria penilaian nilai agunan yang dapat dikurangkan dalam penghitungan penyisihan penghapusan
aset sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
Saldo aset produktif dihapusbukukan pada saat manajemen Perseroan berpendapat bahwa aset
produktif tersebut tidak dapat tertagih. Ketika pinjaman yang diberikan tidak tertagih, kredit tersebut
dihapusbukukan dengan menjurnal balik cadangan kerugian penurunan nilai. Pinjaman yang diberikan
tersebut dapat dihapusbukukan setelah semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan jumlah
kerugian telah ditentukan.
PT Bank of India Indonesia Tbk
33
Penerimaan kemudian atas pinjaman yang diberikan yang telah dihapusbukukan, pada periode
berjalan dikreditkan dengan menyesuaikan pada akun cadangan kerugian penurunan nilai.
Penurunan nilai aset non-keuangan
Sebelum 1 Januari 2011, Perseroan menentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas komitmen
dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005
tanggal 20 Januari 2005 dan sesuai dengan Surat Bank Indonesia No. 12/516/DPNP/IDPnP tanggal
21 September 2010.
Penentuan cadangan kerugian penurunan nilai atas transaksi komitmen dan kontinjensi diklasifikasikan
menjadi lima kategori dengan persentase minimum atas cadangan penyisihan kerugian sebagai
berikut:
Klasifikasi Persentase minimum cadangan kerugian
penurunan nilai
Lancar 1%
Dalam Perhatian Khusus 5%
Kurang Lancar 15%
Diragukan 50%
Macet 100%
Persentase di atas berlaku untuk komitmen dan kontinjensi (fasilitas pinjaman committed yang
diberikan yang belum digunakan, letter of credit dan bank garansi yang diberikan), dikurangi nilai
agunan, kecuali untuk komitmen dan kontinjensi yang dikategorikan sebagai lancar, dimana
persentasenya berlaku langsung atas saldo komitmen dan kontinjensi yang bersangkutan.
Sejak tanggal 1 Januari 2011, Perseroan menentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas
komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit berdasarkan selisih antara nilai amortisasi (nilai
tercatat) dan present value atas pembayaran liabilitas yang diharapkan akan terjadi (ketika
pembayaran atas jaminan tersebut menjadi probable).
Sebelum 1 Januari 2011, cadangan kerugian penurunan nilai untuk agunan yang diambil alih
ditetapkan sebagai berikut:
Klasifikasi Periode
Lancar Sampai dengan 1 tahun
Kurang lancar Lebih dari 1 tahun sampai dengan 3 tahun
Diragukan Lebih dari 3 tahun sampai dengan 5 tahun
Macet Lebih dari 5 tahun
Berdasarkan Surat Bank Indonesia No. 13/658/DPNP/IDPnP, tanggal 23 Desember 2011, Perseroan
tidak diwajibkan lagi untuk membentuk penyisihan kerugian atas aset non-produktif dan estimasi
kerugian komitmen dan kontinjensi. Namun, Perseroan tetap harus menghitung cadangan kerugian
penurunan nilai mengacu pada standar akuntansi yang berlaku. Perseroan telah melakukan beberapa
penyesuaian dengan menjurnal balik penyisihan kerugian untuk aset non-produktif dan estimasi
kerugian komitmen dan kontinjensi dan telah dibebankan dalam laporan laba rugi komprehensif untuk
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dengan pertimbangan materialitas.
PT Bank of India Indonesia Tbk
34
Sejak tanggal 1 Januari 2011, Perseroan menentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas agunan
yang diambil alih berdasarkan pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai bersih yang
dapat direalisasi (net realizable value).
Nilai tercatat dari aset yang bukan aset keuangan Perseroan, kecuali aset pajak tangguhan, ditelaah
setiap tanggal pelaporan untuk menentukan apakah terdapat indikasi penurunan nilai. Jika indikasi
tersebut ada, maka nilai yang dapat dipulihkan dari aset tersebut akan diestimasi.
Nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aset atau unit penghasil kas adalah sebesar jumlah yang
lebih tinggi antara nilai pakainya dan nilai wajar aset atau unit penghasil kas dikurangi biaya untuk
menjual. Dalam menilai nilai pakai, estimasi arus kas masa depan didiskontokan ke nilai sekarang
dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar saat ini
terhadap nilai kas kini dan risiko spesifik terhadap aset tersebut.
Cadangan penurunan nilai diakui pada tahun sebelumnya dinilai pada setiap tanggal pelaporan untuk
melihat adanya indikasi bahwa kerugian telah menurun atau tidak ada lagi. Kerugian penurunan nilai
dijurnal balik jika terdapat perubahan estimasi yang digunakan dalam menentukan nilai yang dapat
dipulihkan.
Cadangan kerugian penurunan nilai dijurnal balik hanya hingga nilai tercatat yang telah ditentukan,
dikurangi dengan depresiasi atau amortisasi, jika cadangan penurunan nilai tidak pernah diakui.
f. Aset tetap
Perseroan menerapkan PSAK No 16 (Penyesuaian 2015), "Aset Tetap". Penyesuaian PSAK ini juga
mengatur akuntansi tanah dan sekaligus mencabut PSAK No. 47, "Akuntansi Tanah".
Biaya perolehan awal aset tetap meliputi harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian
yang tidak boleh dikreditkan dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk
membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penggunaan yang
ditetapkan.
Sejak Desember 2015, Perseroan melakukan perubahan kebijakan akuntansi atas tanah dan bangunan
dari model biaya menjadi model revaluasi.
Tanah dan bangunan disajikan sebesar nilai wajar, dikurangi akumulasi penyusutan untuk bangunan.
Penilaian terhadap tanah dan bangunan dilakukan oleh penilai independen eksternal yang telah
memiliki sertifikasi. Penilaian atas aset tersebut dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa
nilai wajar aset yang direvaluasi tidak berbeda secara material dengan nilai tercatatnya. Akumulasi
penyusutan pada tanggal revaluasi dieliminasi terhadap nilai tercatat bruto aset, dan nilai netonya
disajikan kembali sebesar nilai revaluasian aset tetap.
Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang memadai untuk memastikan bahwa nilai wajar dari aset
yang dinilai kembali tidak berbeda material dari nilai tercatatnya.
Kenaikan nilai tercatat yang timbul dari revaluasi tanah dan bangunan dicatat sebagai “Cadangan
Revaluasi Aset” dan disajikan sebagai “Pendapatan Komprehensif Lain”. Penurunan nilai tercatat yang
timbul dari revaluasi dicatat sebagai beban pada tahun berjalan. Apabila aset tersebut memiliki saldo
“Keuntungan Revaluasi Aset Tetap” yang disajikan sebagai “Pendapatan Komprehensif Lain”, maka
selisih penurunan nilai tercatat tersebut dibebankan terhadap “Keuntungan Revaluasi Aset Tetap” dan
sisanya diakui sebagai beban tahun berjalan.
PT Bank of India Indonesia Tbk
35
Surplus revaluasi tanah dan bangunan yang telah disajikan dalam ekuitas dipindahkan langsung ke
saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya.
Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan
rugi penurunan nilai. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian bagian aset tetap saat biaya
tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria pengakuan. Selanjutnya, pada saat inspeksi yang signifikan
dilakukan, biaya inspeksi itu diakui ke dalam jumlah nilai tercatat (“carrying amount”) aset tetap
sebagai suatu penggantian jika memenuhi kriteria pengakuan. Semua biaya pemeliharaan dan
perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain pada saat terjadinya.
Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode saldo menurun ganda (double declining balance
method), kecuali untuk bangunan yang dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-
line method), berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut:
Tahun % per Tahun
Bangunan 20 5
Perlengkapan dan peralatan kantor 4 – 8 25-12,5
Kendaraan bermotor 4 – 8 25-12,5
Renovasi sewa 4 25
Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan direviu setiap akhir tahun dan pengaruh
dari setiap perubahan estimasi tersebut berlaku prospektif.
Sebelum Desember 2015, tanah dinyatakan sebesar harga perolehan dan tidak diamortisasi karena
manajemen berpendapat bahwa besar kemungkinan hak atas tanah tersebut dapat
diperbarui/diperpanjang pada saat jatuh tempo.
Sebelum Desember 2015, bangunan dicatat menggunakan metode biaya dan dinyatakan sebesar
harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan.
Pada saat inspeksi yang signifikan dilakukan, biaya inspeksi itu diakui ke dalam jumlah tercatat
(carrying amount) aset tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi kriteria pengakuan. Semua
biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laba rugi
pada saat terjadinya. Pada setiap akhir tahun buku, nilai residu, umur manfaat, dan metode
penyusutan ditelaah kembali dan jika sesuai dengan keadaan, disesuaikan secara prospektif.
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat
ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang
timbul dari penghentian pengakuan aset (dihitung sebagai perbedaan antara jumlah neto hasil
pelepasan dan nilai tercatat dari aset) dimasukkan dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain pada tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya.
Pada setiap akhir periode/tahun buku, nilai residu, umur manfaat ekonomis dan metode penyusutan
dikaji ulang dan jika tidak sesuai dengan keadaan akan disesuaikan secara prospektif.
g. Liabilitas imbalan pasca-kerja
Pesangon pemutusan kontrak kerja terhutang ketika karyawan dihentikan kontrak kerjanya sebelum
usia pensiun normal. Perseroan mengakui pesangon pemutusan kontrak kerja ketika Perseroan
menunjukkan komitmennya untuk memutuskan kontrak kerja dengan karyawan berdasarkan suatu
PT Bank of India Indonesia Tbk
36
rencana formal terperinci yang kecil kemungkinannya untuk dibatalkan. Biaya pemutusan kontrak
kerja diakui pada periode ketika Perseroan telah menunjukkan komitmennya untuk mengurangi secara
signifikan jumlah pekerja yang ditanggung oleh program.
Perseroan mengakui penyisihan imbalan kerja berdasarkan Undang-undang No. 13/2003. Penyisihan
tersebut diakui berdasarkan perhitungan aktuaris. Metode perhitungan aktuaria yang digunakan
aktuaris adalah metode Projected Unit Credit.
Liabilitas imbalan pasti yang diakui dalam laporan posisi keuangan adalah nilai kini liabilitas imbalan
pasti pada tanggal laporan posisi keuangan disesuaikan dengan keuntungan atau kerugian aktuarial
dan biaya jasa lalu yang belum diakui.
Nilai kini liabilitas imbalan pasti ditentukan dengan mendiskontokan arus kas estimasi menggunakan
tingkat bunga Obligasi Pemerintah (dengan pertimbangan saat ini tidak ada pasar aktif untuk obligasi
korporasi berkualitas tinggi) dalam mata uang yang sama dengan mata uang imbalan yang akan
dibayarkan dan waktu jatuh tempo yang kurang lebih sama dengan waktu jatuh tempo liabilitas
pensiun yang bersangkutan.
Pengukuran kembali dapat timbul dari perubahan pada asumsi-asumsi aktuarial yang dibebankan atau
dikreditkan ke ekuitas di penghasilan komprehensif lain dan disajikan bagian dari penghasilan
komprehensif lain di ekuitas.
Biaya jasa lalu diakui segera di laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
h. Pajak penghasilan
Perseroan menerapkan PSAK No. 46 (Revisi 2014), yang mengharuskan Perseroan untuk
memperhitungkan konsekuensi pajak kini dan pajak masa depan atas pemulihan di masa depan
(penyelesaian) dari jumlah tercatat aset (liabilitas) yang diakui dalam laporan posisi keuangan, dan
transaksi - transaksi serta peristiwa lain yang terjadi dalam periode berjalan yang diakui dalam laporan
keuangan.
Beban pajak kini untuk tahun berjalan dihitung berdasarkan taksiran penghasilan kena pajak dalam
periode yang bersangkutan. Penangguhan pajak penghasilan dilakukan untuk mencerminkan pengaruh
pajak atas beda temporer antara dasar pelaporan komersial dan pajak atas aset dan liabilitas dan
akumulasi rugi fiskal.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari
perbedaan jumlah tercatat aset dan liabilitas menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan
pajak aset dan liabilitas.
Liabilitas pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak
tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan
dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang.
Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah
berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau
dikreditkan langsung ke ekuitas.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan disajikan di laporan posisi keuangan, atas dasar kompensasi sesuai
dengan penyajian aset dan liabilitas pajak kini.
PT Bank of India Indonesia Tbk
37
i. Laba per saham dasar
Perseroan menerapkan PSAK No. 56 (Revisi 2011), yang menetapkan prinsip penentuan dan penyajian
laba per saham.
Laba per saham dasar dihitung dengan membagi total laba dengan jumlah rata-rata tertimbang saham
biasa yang beredar pada tahun yang bersangkutan.
3. ANALISIS KEUANGAN
Analisis dan pembahasan yang disajikan di bawah ini disusun berdasarkan, serta harus dibaca bersama-
sama dengan mengacu pada laporan keuangan Perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada
tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 dan
2015.
Laporan keuangan Perseroan untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Aria Kanaka & Rekan (Member of Mazars) dan ditandatangani oleh
Akuntan Publik Dudi Hadi Santoso dengan pendapat wajar tanpa modifikasian. Laporan keuangan
Perseroan untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 telah riviu oleh
Kantor Akuntan Publik Aria Kanaka & Rekan (Member of Mazars) dan ditandatangani oleh Akuntan Publik
Dudi Hadi Santoso dengan kesimpulan tidak ada hal-hal yang menjadi perhatian yang menyebabkan bahwa
laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, kinerja keuangan dan
arus kas. Laporan keuangan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Gani Sigiro dan Handayani (Member of Grant Thornton International
Ltd) dan ditandatangani oleh Akuntan Publik Renie Feriana, CPA dengan pendapat wajar tanpa
modifikasian.
Laporan Laba Rugi dan penghasilan Komprehensif (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2016 2015
Pendapatan bunga 163.385 218.658 408.092 553.935
Beban bunga (83.104) (146.207) (247.804) (364.277)
Pendapatan bunga – bersih 80.281 72.451 160.288 189.658
Pendapatan operasional lainnya 15.863 6.362 9.992 25.176
Beban operasional lainnya (38.475) (31.565) (65.550) (63.082)
Pembentukan cadangan kerugian penurunan
nilai
(31.335) (589.636) (678.723) (197.497)
Laba (rugi) operasional – bersih 26.334 (542.388) (573.993) (45.745)
Pendapatan (beban) non-operasional – bersih (135.375) 510 (1.051) (1.855)
Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan (109.041) (541.878) (575.044) (47.600)
Manfaat (Beban) pajak penghasilan 7.972 66.001 70.042 2.933
Laba (rugi) bersih tahun berjalan (101.069) (475.877) (505.002) (44.667)
Penghasilan (rugi) komprehensif lain 888 (829) (1.670) 119.187
Laba (rugi) komprehensif tahun berjalan (100.181) (476.706) (506.672) 74.520
PT Bank of India Indonesia Tbk
38
Pendapatan Bunga (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2016 2015
Kredit yang diberikan 126.682 167.875 312.399 438.765
Efek-efek 25.026 46.257 87.263 96.222
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain 11.576 3.673 7.007 17.427
Provisi dan komisi 101 853 1.423 1.521
Jumlah pendapatan bunga 163.385 218.658 408.092 553.935
163,385
218,658
408,902
553,935
JUNI 2017 JUNI 2016 DES 2016 DES 2015
Pendapatan Bunga
(dalam jutaan Rupiah)
Periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dibandingkan dengan 6 (enam) bulan
yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016
Pendapatan bunga Perseroan untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017
adalah sebesar Rp 163.385 juta, menurun sebesar Rp 55.273 juta atau 25,28% dari pendapatan bunga
Perseroan untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016 sebesar Rp 218.658 juta.
Menurunnya pendapatan bunga Perseroan seiring dengan penurunan dari aset Perseroan per 30 Juni 2017,
terutama dari sisi penurunan kredit yang diberikan dan peningkatan volume trade finance. Selama tahun
2017, penurunan kredit bersih adalah sebesar Rp 31.864 juta. Ditambah lagi sejalan dengan peningkatan BI
Reverse Repo rate sebagai suku bunga acuan pada tahun 2016 sehingga Perseroan meningkatkan suku
bunga kredit pada tahun 2017.
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2015
Pendapatan bunga Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 adalah sebesar
Rp 408.902 juta, menurun sebesar Rp 145.843 juta atau 26,33% dari pendapatan bunga Perseroan untuk
untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 sebesar Rp 553.935 juta. Menurunnya
pendapatan bunga Perseroan disebabkan oleh menurunnya kredit yang diberikan dan penempatan efek-
efek dari tahun 2015 ke tahun 2016.
PT Bank of India Indonesia Tbk
39
Beban Bunga (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2016 2015
Simpanan
Deposito berjangka 75.258 135.152 228.528 342.843
Tabungan 2.788 2.823 5.812 5.533
Jasa giro 1.306 1.461 2.803 2.927
Interbank Call Money
Lainnya
439
-
2.121
-
3.220
108
3.858
-
Premi program penjaminan simpanan 3.313 4.650 7.333 9.116
Jumlah beban bunga 83.104 146.207 247.804 364.277
Periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dibandingkan dengan 6 (enam) bulan
yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016
Beban bunga Perseroan untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 adalah
sebesar Rp 83.104 juta, menurun sebesar Rp 63.103 juta atau 43,16% dari beban bunga Perseroan untuk
periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016 sebesar Rp 146.207 juta. Penurunan
terutama disebabkan oleh menurunnya beban bunga yang berasal dari simpanan nasabah sejalan dengan
menurunnya volume simpanan nasabah.
Beban bunga yang berasal dari simpanan nasabah untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada
tanggal 30 Juni 2017 adalah sebesar Rp 79.352 juta, menurun sebesar Rp 60.084 juta atau 43,09% dari
beban bunga yang berasal dari simpanan nasabah untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada
tanggal 30 Juni 2016 sebesar Rp 139.436 juta.
Beban bunga yang berasal dari Interbank Call Money untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada
tanggal 30 Juni 2017 adalah sebesar Rp 439 juta, menurun sebesar Rp 1.682 juta atau 79,30% dari beban
bunga yang berasal dari Interbank Call Money untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30
Juni 2015 sebesar Rp 2.121 juta. Terjadi penurunan biaya bunga atas Interbank Call Money yang disebabkan
adanya penurunan pinjaman antar bank-valuta asing (USD) dari jaringan internasional Bank of India. Dana
yang diterima dari pinjaman valuta asing ini dipergunakan untuk mendanai transaksi eksportir dalam
bentuk diskonto surat berharga ekspor.
PT Bank of India Indonesia Tbk
40
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2015
Beban bunga Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp
247.804 juta, menurun sebesar Rp 116.473 juta atau 31,97% dari beban bunga Perseroan untuk untuk
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 sebesar Rp 364.277 juta. Menurunnya beban bunga
Perseroan terutama disebabkan oleh penurunan beban bunga deposito berjangka sebesar Rp 114.315 juta
atau sebesar 33,34%.
Pendapatan Operasional lainnya
Periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dibandingkan dengan 6 (enam) bulan
yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016
Pendapatan operasional lainnya untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017
adalah sebesar Rp 15.863 juta, meningkat sebesar Rp 9.501 juta atau 149,34% dari pendapatan operasional
lainnya untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016 sebesar
Rp 6.362 juta. Meningkatnya pendapatan operasional lainnya Perseroan disebabkan oleh peningkatan
portofolio kredit dan volume transaksi layanan perbankan.
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2015
Pendapatan operasional lainnya Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016
adalah sebesar Rp 9.992 juta, menurun sebesar Rp 15.184 juta atau 60,31 % dari pendapatan operasional
lainnya Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 sebesar Rp 25.176 juta.
Meningkatnya pendapatan provisi dan komisi selain dari kredit - bersih Perseroan disebabkan oleh ekspansi
portofolio kredit dan kenaikan pemberian transaksi jasa perbankan.
Beban Operasional lainnya
PT Bank of India Indonesia Tbk
41
Periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dibandingkan dengan 6 (enam) bulan
yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016
Beban operasional lainnya Perseroan untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni
2017 adalah sebesar Rp 38.475 juta, meningkat sebesar Rp 6.910 juta atau 21,89% dari beban operasional
lainnya Perseroan untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016 adalah Rp 31.565
juta. Kenaikan beban operasional lainnya disebabkan peningkatan biaya tenaga kerja serta biaya umum dan
administrasi.
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2015
Beban operasional lainnya Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 adalah
sebesar Rp. 65.550 juta, meningkat Rp. 2.468 juta atau 3,91% dari beban operasional lainnya Perseroan
untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp 63.082. Kenaikan beban
operasional lainnya disebabkan peningkatan biaya umum dan administrasi.
Laba (Rugi) Komprehensif Tahun Berjalan (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2016 2015
Pendapatan (beban) non-operasional - bersih (135.375) 510 (1.051) (1.855)
Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan (109.041) (541.878) (575.044) (47.600)
Manfaat (Beban) pajak penghasilan 7.972 66.001 70.042 2.933
Laba (rugi) bersih tahun berjalan (101.069) (475.877) (505.002) (44.667)
Mutasi sehubungan dengan surplus revaluasi aset tetap
Mutasi sehubungan dengan pengukuran kembali atas
program imbalan pasti
Mutasi sehubungan dengan perubahan nilai wajar
pemilikan efek yang tersedia untuk dijual – bersih
Pajak penghasilan terkait
-
552
474
(138)
-
(812)
(220)
203
-
(1.625)
(451)
406
126.613
3.373
(413)
(10.386)
Total (rugi) laba komprehensif tahun berjalan (100.181) (476.706) (506.672) 74.520
Periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dibandingkan dengan 6 (enam) bulan
yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016
PT Bank of India Indonesia Tbk
42
Perseroan membukukan rugi bersih untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017
adalah sebesar Rp 100.181 juta, menurun sebesar Rp 376.525 juta atau 78,98% dari rugi bersih untuk
periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2016 sebesar Rp 476.706 juta. Menurunnya rugi
bersih Perseroan disebabkan oleh penurunan pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai aset
keuangan.
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2015
Perseroan membukukan rugi bersih untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 adalah
sebesar Rp 506.672 juta, menurun sebesar Rp 581.192 juta atau 779,91% dari Perseroan membukukan laba
bersih untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 sebesar Rp 74.520 juta. Menurunnya
laba bersih Perseroan disebabkan oleh kenaikan pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai.
Aset, Liabilitas dan Ekuitas
a. Aset
Tabel berikut ini menunjukkan komposisi aset Perseroan pada tanggal 30 Juni 2017, 31 Desember 2016
dan 2015 sebagai berikut: (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Aset
Kas 16.514 8.737 13.519
Giro pada Bank Indonesia 232.252 234.752 409.940
Giro pada bank lain 167.882 58.529 83.505
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain 857.921 118.974 78.964
Tagihan derivatif - 29 1.673
Kredit yang diberikan - bersih 2.160.084 2.191.948 3.401.455
Tagihan akseptasi 40.049 33.585 99.867
Efek-efek – bersih 345.394 1.182.154 1.568.732
Biaya dibayar dimuka 3.276 3.216 3.035
Aset pajak tangguhan - bersih 76.476 68.642 -
Aset tetap - bersih 123.056 141.922 144.834
Aset tak berwujud - bersih 2.213 2.801 4.848
Aset lain-lain - bersih 188.522 260.785 277.111
Jumlah aset 4.213.639 4.306.074 6.087.483
PT Bank of India Indonesia Tbk
43
Pada tanggal 30 Juni 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Jumlah aset Perseroan pada tanggal 30 Juni 2017 adalah sebesar Rp 4.213.639 juta mengalami
penurunan sebesar Rp 92.435 juta atau 2,15% dibandingkan jumlah aset pada tanggal 31 Desember
2016 sebesar Rp 4.306.074 juta. Sebagian besar penurunan aset disebabkan penurunan efek-efek
produktif sebesar 72,06%
Pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2015
Jumlah aset Perseroan pada tanggal 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp 4.306.074 juta mengalami
penurunan sebesar Rp 1.781.409 juta atau 29,26% dibandingkan jumlah aset pada tanggal 31
Desember 2015 sebesar Rp 6.087.483 juta. Perseroan selalu menetapkan efisiensi yang tinggi dalam
aset-asetnya dalam arti berfokus pada penanaman dana dalam aset produktif.
Aset Likuid
Aset likuid dimaksudkan untuk memenuhi komitmen kepada nasabah dan pihak lainnya, baik untuk
kebutuhan uang tunai, pembayaran kembali dana pihak ketiga, pemberian kredit dan memenuhi
kebutuhan likuiditas lainnya. Adapun komposisi aset likuid Perseroan terdiri dari kas, giro pada Bank
Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain dan Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehan dan yang
tidak dijaminkan serta tidak dibatasi penggunaannya. (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Kas 16.514 8.737 13.519
Giro pada Bank Indonesia 232.252 234.752 409.940
Giro pada Bank Lain 168.037 58.677 83.662
Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain 857.921 118.974 78.964
Jumlah aset likuid 1.274.724 421,140 586.085
Pada tanggal 30 Juni 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Jumlah aset likuid Perseroan pada tanggal 30 Juni 2017 adalah sebesar Rp 1.274.724 juta mengalami
peningkatan sebesar Rp 853.584 juta atau 202,68% dibandingkan jumlah aset pada tanggal 31
PT Bank of India Indonesia Tbk
44
Desember 2016 sebesar Rp 421.140 juta. Peningkatan ini terutama disebabkan karena peningkatan
dana pihak ketiga yang harus didukung dengan peningkatan jumlah lukuiditas.
Pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2015
Jumlah aset likuid Perseroan pada tanggal 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp 421.140 juta
mengalami penurunan sebesar Rp 164.945 juta atau 28.14% dibandingkan jumlah aset pada tanggal
31 Desember 2015 sebesar Rp 586.085 juta. Penurunan ini terutama disebabkan karena penurunan
dana pihak ketiga yang harus didukung dengan penurunan jumlah likuiditas.
Aset Produktif
Aset produktif terdiri atas giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank
Indonesia dan bank lain, tagihan derivatif, kredit yang diberikan, efek-efek, tagihan akseptasi,
komitmen dan kontijensi yang memiliki risiko kredit. (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Giro pada Bank Indonesia 232.252 234.752 409.940
Giro pada bank lain 167.882 58.529 83.505
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain 857.921 118.974 78.964
Tagihan derivatif - bersih - 29 1.673
Kredit yang diberikan – bersih 2.160.084 2.191.948 3.401.455
Efek-efek - bersih 345.394 1.182.154 1.568.732
Tagihan akseptasi 40.049 33.585 99.867
Komitmen dan kontijensi yang memiliki risiko kredit 425.487 383.967 853.314
Jumlah aset produktif 4.229.069 4.203.938 6.497.450
Pada tanggal 30 Juni 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Jumlah aset produktif Perseroan pada tanggal 30 Juni 2017 adalah sebesar Rp 4.229.069 juta
mengalami kenaikan sebesar Rp 25.131 juta atau 0,59% dibandingkan jumlah aset pada tanggal 31
Desember 2016 sebesar Rp 4.203.938 juta. Peningkatan ini terutama disebabkan karena peningkatan
penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain dan peningkatan komitmen dan kontinjensi yang
memiliki risiko kredit.
Pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2015.
Jumlah aset produktif Perseroan pada tanggal 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp 4.203.938 juta
mengalami penurunan sebesar Rp 2.293.512 juta atau (35,29)% dibandingkan jumlah aset pada
tanggal 31 Desember 2015 sebesar Rp 6.497.450 juta. Penurunan ini terutama disebabkan karena
penurunan kredit yang diberikan , penurunan portofolio efek-efek , penurunan tagihan akseptasi dan
penurunan komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit.
Kredit yang Diberikan
Kredit yang diberikan - bersih berdasarkan sektor ekonomi adalah sebagai berikut: (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Perdagangan 1.242.169 1.221.326 1.560.413
Industri 413.540 567.645 1.096.050
Jasa bisnis 169.379 160.012 212.794
PT Bank of India Indonesia Tbk
45
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Transportasi 69.254 69.040 103.341
Konstruksi 50.746 46.460 63.643
Pertanian 1.843 975 27.706
Jasa pelayanan sosial 8.352 11.280 12.654
Pertambangan 86.807 200.894 201.419
Lain-lain 173.809 222.530 314.767
Total kredit yang diberikan 2.215.899 2.500.162 3.592.787
Cadangan kerugian penurunan nilai (55.815) (308.214) (191.332)
Total kredit yang diberikan – bersih 2.160.084 2.191.948 3.401.455
Pada tanggal 30 Juni 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Kredit yang diberikan Perseroan pada tanggal 30 Juni 2017 adalah sebesar Rp 2.160.084 juta
mengalami penurunan sebesar Rp 31.864 juta atau -1,45% dibandingkan kredit yang diberikan pada
tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 2.191.948 juta. Hingga saat ini Perseroan masih terfokus pada
pembiayaan sektor komersil dalam perdagangan, manufaktur ataupun jasa.
Pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2015
Kredit yang diberikan Perseroan pada tanggal 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp 2.191.948 juta
mengalami penurunan sebesar Rp 1.209.507 juta atau 35,36% dibandingkan kredit yang diberikan
pada tanggal 31 Desember 2015 sebesar Rp 3.401.455 juta. Peningkatan ini disebabkan kenaikan
pembiayaan oleh Perseroan kepada sektor riil-komersial.
Kualitas Kredit yang Diberikan
Berikut ini merupakan komposisi kualitas kredit yang diberikan Perseroan pada tanggal 30 Juni 2017,
31 Desember 2016 dan 2015: (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan
30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Rp % Rp % Rp %
Lancar 1.883.387 84,99 1.817.826 72,71 2.693.490 74,97
Dalam perhatian khusus 229,196
10,34 286.785
11,47 579.542 16,13
Kurang lancar 3.292 0,15 20.255 0.81 711 0,02
Diragukan 34,764 1,57 - - 2.880 0,08
Macet 65.260 2,95 375.296 15,01 316.164 8,80
Total-bruto 2.215.899 100 2.500.162 100 3.592.787 100
Cadangan penurunan nilai (55.815) (308.214) (191.332)
Total 2.160.084 100 2.191.948 100 3.401.455 100
Kualitas kredit yang diberikan yang dikategorikan sebagai Non-Performing Loan (NPL) adalah kredit
yang diberikan dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet. Bank Indonesia menetapkan
batas maksimum NPL Neto untuk bank-bank di Indonesia adalah 5%. Kondisi ini mengindikasikan
pengelolaan kredit berdasarkan prudential banking principals.
Pada tanggal 30 Juni 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016.
PT Bank of India Indonesia Tbk
46
Perseroan mencatat NPL bruto pada tanggal 30 Juni 2017 adalah sebesar 4,67% mengalami penurunan
sebesar 11,15% dibandingkan pada tanggal 31 Desember 2016 sebesar 15,82%. Penurunan disebabkan
terjadi peningkatan jumlah penghapusbukuan kredit.
Pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2015.
Perseroan mencatat NPL bruto pada tahun 2016 adalah sebesar 15,82% atau mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2015 NPL bruto sebesar 8,90%. Kenaikan ini disebabkan oleh
kenaikan jumlah kredit bermasalah, namun Perseroan sudah melakukan litigasi kredit yang lebih
intensif.
Kredit yang Diberikan Berdasarkan Jenis Kredit (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Modal kerja 1.998.649 2.199.060 3.134.567
Investasi 169.048 248.881 352.786
Konsumsi 47.245 50.928 103.625
Karyawan 957 1.293 1.809
Jumlah kredit yang diberikan - bruto 2.215.899 2.500.162 3.592.787
Berdasarkan komposisi jenis kredit, kredit modal kerja mempunyai porsi terbesar dari kredit yang
diberikan - bruto masing-masing sebesar 90,20% dan 87,96%, diikuti oleh kredit investasi masing-
masing sebesar 7,63% dan 9,95% dan kredit konsumsi masing-masing sebesar 2,13% dan 2,04% dari
portofolio kredit yang diberikan masing-masing pada tanggal 30 Juni 2017 dan 31 Desember 2016.
Peningkatan kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit sindikasi sejalan dengan fokus Perseroan
dalam pembiayaan sektor komersil.
b. Liabilitas
Tabel berikut ini menunjukan liabilitas Perseroan pada tanggal 30 Juni 2017, 31 Desember 2016 dan
2015 sebagai berikut: (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Liabilitas segera 2.435 3.229 9.577
Simpanan nasabah 3.040.426 3.023.224 4.378.123
Simpanan dari bank lain 96.041 111.118 442.827
Liabilitas derivatif 16 32 1.590
Liabilitas imbalan pasca-kerja 9.012 8.040 4.465
Liabilitas lain-lain 13.561 14.419 25.955
Utang akseptasi 40.049 33.585 99.867
Utang pajak 2.724 3.523 6.188
Liabilitas pajak tangguhan - - 1,806
Pendapatan diterima dimuka 1.340 688 2.197
Jumlah liabilitas 3.205.604 3.197.858 4.972.595
PT Bank of India Indonesia Tbk
47
Pada tanggal 30 Juni 2017 dibanding dengan tanggal 31 Desember 2016
Jumlah liabilitas Perseroan pada tanggal 30 Juni 2017 adalah sebesar Rp 3.205.604 juta mengalami
peningkatan sebesar Rp 7.746 juta atau 0,24% bila dibandingkan dengan jumlah liabilitas Perseroan
pada tanggal 31 Desember 2016 yang sebesar Rp 3.197.858 juta. Porsi terbesar peningkatan liabilitas
direpresentasi oleh kenaikan dana simpanan nasabah, utang akseptasi dan liabilitas imbalan pasca
kerja.
Pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2015
Jumlah liabilitas Perseroan pada 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp 3.197.858 juta, menurun
sebesar Rp 1.774.737 juta atau 35,69% bila dibandingkan dengan jumlah liabilitas Perseroan pada
akhir tahun 2015 yang sebesar Rp 4.972.595 juta. Porsi terbesar penurunan liabilitas direpresentasi
oleh penurunan dana simpanan nasabah, simpanan dari bank lain serta kenaikan utang akseptasi. Hal
ini sesuai dengan kebijakan Perseroan untuk menjaga stabilitas sumber dana.
Simpanan Nasabah
Berikut ini adalah rincian untuk simpanan nasabah: (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Rupiah:
Giro 114.622 123.888 144.056
Tabungan 132.591 155.319 144.583
Deposito berjangka 2.160.906 2.059.485 3.053.463
Dolar Amerika Serikat:
Giro 110.860 145.181 153.920
Deposito berjangka 521.447 539.351 882.101
Jumlah simpanan:
Giro 225.482 269.069 297.976
Tabungan 132.591 155.319 144.583
Deposito berjangka 2.682.353 2.598.836 3.935.564
Jumlah 3.040.426 3.023.224 4.378.123
PT Bank of India Indonesia Tbk
48
Giro
Pada tanggal 30 Juni 2017 dibanding dengan tanggal 31 Desember 2015
Pada tanggal 30 Juni 2017, Perseroan telah berhasil menghimpun simpanan nasabah dalam bentuk
giro sebesar Rp 225.482 juta, menurun sebesar Rp 43.587 juta atau 16,20% dibandingkan tanggal
31 Desember 2016 yang sebesar Rp 269.069 juta. Penurunan ini terutama disebabkan karena
pembayaran nasabah atas kewajiban segera mereka. Rekening giro mempunyai karakteristik volatilitas
saldo yang sangat tinggi namun merupakan sumber dana murah.
Pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2015
Pada tanggal 31 Desember 2016 Perseroan telah berhasil menghimpun simpanan nasabah dalam
bentuk giro sebesar Rp 269.069 juta, menurun sebesar Rp 28.907 juta atau 9,7% dibandingkan tanggal
31 Desember 2015 yang sebesar Rp 297.976 juta.
Tabungan
Pada tanggal 30 Juni 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Pada tanggal 30 Juni 2017, Perseroan telah berhasil menghimpun simpanan nasabah dalam bentuk
tabungan sebesar Rp 132.591 juta atau menurun sebesar Rp 22.728 juta atau 14,63% dibandingkan
tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 155.319 juta. Penurunan disebabkan oleh terjadinya pengalihan
sebagian saldo tabungan kedalam rekening deposito yang memberi bunga lebih tinggi.
Pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2015
Pada tanggal 31 Desember 2016, Perseroan telah berhasil menghimpun simpanan nasabah dalam
bentuk tabungan sebesar Rp 155.319 juta atau meningkat sebesar Rp 10.737 juta atau 7,43%
dibandingkan tanggal 31 Desember 2015 sebesar Rp 144.582 juta. Peningkatan disebabkan oleh
ekspansi perseroan dalam menggalang sumber dana tabungan serta peingkatan jenis layanan
perbankan yang terkait dengan rekening tabungan seperti payroll system, pembayaran biaya
pendidikan dan payment point.
Deposito Berjangka
Pada tanggal 30 Juni 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Pada tanggal 30 Juni 2017, Perseroan telah berhasil menghimpun simpanan nasabah dalam bentuk
deposito berjangka sebesar Rp2.682.353 juta atau menurun sebesar Rp 83.517 juta atau 3,21%
dibandingkan tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 2.598.836 juta. Penurunan disebabkan oleh
penurunan transaksi deposito baik nasabah maupun volume transaksi.
Pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2015
Pada tanggal 31 Desember 2016, Perseroan telah berhasil menghimpun simpanan nasabah dalam
bentuk deposito berjangka sebesar Rp 2.598.836 juta atau menurun sebesar Rp 1.336.728 juta atau
33.97% dibandingkan tanggal 31 Desember 2015 sebesar Rp 3.935.564 juta. Penurunan disebabkan
oleh Penurunan transaksi deposito baik nasabah maupun volume transaksi.
PT Bank of India Indonesia Tbk
49
c. Ekuitas (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Modal ditempatkan dan disetor penuh 208.320 208.320 208.320
Tambahan modal disetor – bersih
Uang muka setoran modal
478.301
500.000
478.301
500.000
478.301
-
Laba belum direalisasi atas pemilikan efek tersedia untuk dijual 474 - 451
Surplus revaluasi aset tetap
Pengukuran kembali atas program imbalan pasti
Saldo laba
117.070
(2.832)
(293.298)
117.070
(3.246)
(192.229)
117.070
(2.027)
312.773
Jumlah ekuitas 1.008.035 1.108.216 1.114.888
Pada tanggal 30 Juni 2017 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2016
Pada tanggal 30 Juni 2017, jumlah ekuitas sebesar Rp 1.008.035 juta atau menurut sebesar Rp 100.181
juta atau 9,04% dibandingkan tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 1.108.216 juta. Penurunan
ekuitas ini disebabkan oleh penurunan saldo laba Perseroan.
Pada tanggal 31 Desember 2016 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2015
Pada tanggal 31 Desember 2016, jumlah ekuitas sebesar Rp 1.108.216 juta atau menurun sebesar Rp
6.672 juta atau 0.60% dibandingkan tanggal 31 Desember 2015 sebesar Rp 1.114.888 juta. Penurunan
disebabkan oleh peningkatan kerugian Perseroan pada tahun berjalan.
Analisa Laporan Arus Kas
Tabel berikut ini memuat ikhtisar laporan arus kas Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
30 Juni 2017 dan 2016 serta 31 Desember 2016 dan 2015: (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2016 2015
Arus kas bersih digunakan untuk aktivitas operasi (49.775) (324.344) (997.736) (115.559)
Arus kas bersih diperoleh dari digunakan untuk)
untuk aktivitas investasi 904.533 206.340 335.143 (838.578)
Arus kas bersih diperoleh dari aktivitas pendanaan - - 500.000 484.119
PT Bank of India Indonesia Tbk
50
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2016 2015
Kenaikan (penurunan) bersih kas dan setara kas 854.758 (118.004) (162.593) (470.018)
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Perbandingan arus kas dari aktivitas operasi Perseroan untuk tanggal 30 Juni 2017 dengan 30 Juni
2016
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi pada tanggal 30 Juni 2017 menurun sebesar
84,65% atau sebesar Rp 274.569 juta dari penurunan sebesar Rp 324.344 juta menjadi penurunan
sebesar Rp 49.775 juta. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnnya penerimaan bunga, provisi dan
komisi meningkatnya penempatan pada bank lain untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada
tanggal 30 Juni 2017
Perbandingan arus kas dari aktivitas operasi Perseroan untuk tahun yang berakhir tanggal
31 Desember 2016 dengan 31 Desember 2015
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi pada tanggal 31 Desember 2016 menurun sebesar
763,40% atau sebesar Rp 882.177 juta dari penurunan sebesar Rp 115.559 juta menjadi penurunan
sebesar Rp 997.736 juta. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan pennerimaan bunga, provisi dan
komisi dan penurunan simpanan pada tanggal 31 Desember 2016.
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Perbandingan arus kas dari aktivitas investasi Perseroan untuk tanggal 30 Juni 2017 dengan 30 Juni
2016
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas investasi pada tanggal 30 Juni 2017 meningkat sebesar Rp
698.193 juta disebabkan oleh kenaikan efek-efek yang dimiliki hingga jatuh tempo dan penurunan
penjualan aset tetap.
Perbandingan arus kas dari aktivitas investasi Perseroan untuk tahun yang berakhir tanggal
31 Desember 2016 dengan 31 Desember 2015
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas investasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2016 meningkat sebesar Rp 1.173.721 juta disebabkan oleh kenaikan efek-efek yang dimiliki
hingga jatuh tempo dan peningakatan penjualan aset tetap.
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Tidak ada arus kas yang diperoleh maupun digunakan untuk aktivitas pendanaan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016. Arus kas bersih aktivitas pendanaan pada tahun 2016
dan tahun 2015 berasal dari tambahan modal disetor sebesar masing-masing Rp 500.000 juta dan Rp.
484.119 juta.
4. PRINSIP-PRINSIP PERBANKAN YANG SEHAT (dalam persentase)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
I. Permodalan
1. KPMM yang tersedia untuk risiko kredit dan risiko 36,92 34,50 23,85
PT Bank of India Indonesia Tbk
51
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
operasional
2. KPMM yang tersedia untuk risiko kredit, risiko pasar dan
risiko operasional
36,92 34,50 23,85
3. Aset tetap terhadap total modal 12,20 12,80 12,99
II. Aset Produktif
1. Aset produktif bermasalah terhadap aset produktif 3,75 11,80 7,45 2. Cadangan kerugian penurunan nilai terhadap aset
produktif
0,84 9,60 3,92
3. NPL-bruto 4,66 15,82 8,90 4. NPL-neto 3,49 4,69 4,96 5. Cadangan kerugian penurunan nilai terhadap jumlah
kredit yang diberikan
2,52 9,60 3,92
6. Pemenuhan cadangan kerugian penurunan nilai
terhadap penyisihan penghapusan aset produktif yang
wajib dibentuk
117,08 101,04 56,71
III Rentabilitas
1. ROA 1) (2,59) (11,15) (0,77)
2. ROE 2) (10,03) (64,14) (4,50)
3. NIM 1,93 3,69 3,70
4. Beban operasional terhadap pendapatan operasional
(BOPO)
85,31 237,29 250,56
IV Likuiditas
1. Loan to Deposit Ratio (LDR) 72,88 82,70 82,06
a. Kecukupan Modal
Tabel berikut menyajikan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Perseroan yang
dihitung sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yang berlaku pada tanggal 30 Juni 2017, 31
Desember 2016 dan 2015: (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
I. Komponen modal
A. Modal inti (Tier 1) 958.618 1.012.597 882.496
B. Modal pelengkap (Tier 2) 25.219 19.792 15.479
II. Jumlah modal inti dan modal pelengkap (A+B) 983.837 1.032.389 897.975
III. Penyertaan (-/-) - - -
IV. Jumlah Modal (II- Ill) 983.837 1.032.389 897.795
V. Aset tertimbang menurut risiko kredit 2.683.069 2.494.184 1.432.896
VI. Aset tertimbang menurut risiko pasar 1.364 - -
VII. Aset tertimbang menurut risiko operasional 238.801 200.148 186.501
VIII. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang
tersedia untuk risiko kredit (IV: V)
17,18% 16,50% 23,85%
IX. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum yang
tersedia untuk risiko kredit dan risiko operasional (IV:
(V+VII))
15,77% 15,28% 21,10%
X. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum yang
tersedia untuk risiko kredit dan risiko pasar (IV: (V+VI))
17,17% 16,50% 23,85%
XI. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum yang
tersedia untuk risiko kredit, risiko pasar, dan risiko
operasional (IV: (V+VI+VII))
36,92% 34,50% 23,85%
XII. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum yang
diwajibkan
10,00% 10,00% 11,00%
PT Bank of India Indonesia Tbk
52
KPMM Perseroan pada tanggal 30 Juni 2017 dan 31 Desember 2016 dan 2015 masih diatas
ketentuan KPMM yang diwajibkan masing-masing sebesar 10%, 10% dan 11%.
b. Aset Produktif
Kualitas aset produktif akan dipengaruhi keadaan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Untuk
mengelola risiko kredit dan juga menjaga kualitas aset, Perseroan menetapkan kebijakan-kebijakan
dan prosedur-prosedur yang mengatur penerimaan kredit, asal kredit, persetujuan kredit,
penetapan harga, pemantauan, pengelolaan kredit bermasalah dan manajemen portofolio.
Perseroan juga dengan teliti memantau perkembangan portofolio kredit yang memungkinkan
untuk inisiasi tindakan pencegahan tepat waktu apabila terjadi pemburukan kualitas kredit.
Perseroan juga telah membentuk Komite Kredit untuk proses persetujuan proposal kredit. Komite
Kredit juga bertanggung jawab terhadap kualitas standar pemberian kredit (underwriting
standards) dalam Perseroan. Anggota Komite Kredit didelegasikan limit berdasarkan kemampuan
dan pengalaman mereka. Sistem Informasi Manajemen telah tersedia dan mencakup tingkat yang
cukup rinci untuk mendeteksi setiap perkembangan yang kurang baik pada tahap awal,
mempertimbangkan pengukuran tepat waktu yang akan diambil atas setiap kemungkinan
penurunan kualitas kredit atau untuk meminimalisasi kerugian kredit. Selain itu, proses penagihan
menjadi salah satu kunci utama untuk menjaga risiko penurunan kualitas aset terutama untuk
kredit tanpa agunan.
Aset produktif bermasalah
Rasio ini digunakan untuk menghitung besarnya aset produktif bermasalah dibandingkan dengan
jumlah aset produktif secara keseluruhan namun tidak termasuk rekening administratif.
Rasio aset produktif bermasalah pada tanggal 30 Juni 2017 mengalami penurunan sebesar 84,89%
menjadi 2,94% dari 19,46% pada tanggal 31 Desember 2016. Penurunan ini disebabkan oleh adanya
penurunan portofolio NPL Perseroan.
Cadangan kerugian penurunan nilai terhadap aset produktif
Rasio ini digunakan untuk menghitung besarnya cadangan kerugian yang telah dibentuk atas aset
produktif dibandingkan dengan jumlah aset produktif secara keseluruhan di luar rekening
administratif.
Rasio cadangan kerugian penurunan nilai terhadap aset produktif pada tanggal 30 Juni 2017
mengalami penurunan menjadi 0,84% dari 15,63% pada tanggal 31 Desember 2016. Hal ini
disebabkan terjadi penurunan signifikan dalam kebijakan Perseroan atas pembentukan cadangan
kerugian nilai terhadap aset produktif.
NPL - bruto dan neto
NPL - bruto mengalami penurunan sebesar 82,50% pada tanggal 30 Juni 2017 menjadi 4,59% dari
26,24% pada tanggal 31 Desember 2016. Penurunan ini disebabkan oleh adanya perbaikan kualitas
kredit. NPL - neto mengalami penurunan sebesar 19,46% menjadi 3,60% pada tanggal 30 Juni 2017
dari 4,47% pada tanggal 31 Desember 2016. Hal ini sehubungan dengan menurunnya jumlah kredit
bermasalah dan kualitas agunan yang dijaminkan untuk memitigasi risiko kredit bermasalah.
PT Bank of India Indonesia Tbk
53
Cadangan kerugian penurunan nilai terhadap jumlah kredit yang diberikan
Rasio ini digunakan untuk menghitung besarnya cadangan kerugian penurunan nilai yang telah
dibentuk dibandingkan dengan jumlah kredit yang diberikan. Rasio cadangan kerugian penurunan
nilai terhadap jumlah kredit pada tanggal 30 Juni 2017 mengalami penurunan sebesar menjadi
12,48% dari 15,23% pada tanggal 31 Desember 2016 menjadi 2,75%. Penurunan ini disebabkan
oleh perbaikan dalam kualitas kredit.
Pemenuhan cadangan kerugian penurunan nilai terhadap penyisihan penghapusan aset produktif
yang wajib dibentuk
Rasio ini digunakan untuk menghitung besarnya cadangan kerugian penurunan nilai yang telah
dibentuk dibandingkan dengan jumlah penyisihan penghapusan aset produktif yang wajib dibentuk.
Rasio pemenuhan cadangan kerugian penurunan nilai terhadap penyisihan penghapusan aset
produktif yang wajib dibentuk pada tanggal 30 Juni 2017 mengalami peningkatan sebesar 16,04%
menjadi 117,08% dari 101,04% pada tanggal 31 Desember 2016. Peningkatan ini terutama
sehubungan dengan meningkatnya jumlah kredit bermasalah dan menurunnya kualitas kredit
sehingga jumlah arus kas masa depan yang diharapkan akan diterima dari kredit yang diberikan
menurun sehingga cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk jauh lebih besar dibandingkan
dengan penyisihan penghapusan aset produktif yang dihitung berdasarkan peraturan Bank
Indonesia yang berlaku.
c. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
Imbal hasil terhadap aset / Return on Asset (ROA)
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan Perseroan dalam memperoleh laba bersih dari aset
yang dimiliki. Rasio ini diperoleh dengan membandingkan (rugi) laba bersih dengan aset rata-rata
pada tahun tertentu.
Selama periode 6 (enam) bulan di tahun 2017, ROA Perseroan adalah -2,59% meningkat sebesar
8,59% dari -11,15% di tahun 2016. Peningkatan ROA ini terutama disebabkan oleh adanya laju
penurunan aset yang lebih kecil daripada kenaikan keuntungan. Kondisi ini disebabkan sensitifitas
biaya sumber dana yang lebih besar daripada pendapatan kredit. Kenaikan suku bunga Deposito
yang lebih cepat daripada kenaikan suku bunga Kredit.
Imbal hasil terhadap ekuitas / Return on Equity (ROE)
ROE digunakan untuk mengukur kemampuan Perseroan untuk mendapatkan laba bersih dari
ekuitas yang diinvestasikan. Rasio ini diperoleh dengan membandingkan (rugi) laba bersih dengan
ekuitas rata-rata pada tahun tertentu.
Selama periode 6 (enam) bulan di tahun 2017, ROE Perseroan adalah -10,03% meningkat sebesar
54,11% dari -64,14% di tahun 2013. Peningkatan ROE ini terutama disebabkan oleh peningkatan
keuntungan Perseroan yang lebih pesat dibandingkan peningkatan permodalan. Hingga saat ini
kenaikan laba Perseroan berasal dari akumulasi laba operasi (pos laba ditahan). Kondisi ini
mengindikasikan kenaikan efisiensi dari penggunaan permodalan Perseroan.
Rasio pendapatan bunga bersih / Net Interest Margin (NIM)
Selama periode 6 (enam) bulan di tahun 2017, NIM Perseroan adalah 1,93% menurun sebesar
1,76% dari 3,69% di tahun 2016. Penurunan NIM ini terutama disebabkan oleh peningkatan biaya
PT Bank of India Indonesia Tbk
54
sumber dana yang lebih besar daripada peningkatan pendapatan dari aset produktif. Kondisi ini
disebabkan sensitifitas biaya sumber dana yang lebih besar daripada pendapatan kredit. Kenaikan
suku bunga Deposito yang lebih cepat daripada peningkatan suku bunga Kredit.
Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) selama 30 Juni 2017 adalah
85,31% menurun 151,98% dari 237,29% di tahun 2016. Hal ini terutama disebabkan oleh
penurunan biaya operasional dan disertai dengan penurunan pendapatan operasional yang setara.
d. Rasio Likuiditas
Perseroan berkeyakinan bahwa dana yang diperoleh dapat digunakan secara optimal untuk
menghasilkan laba secara maksimal tanpa mempengaruhi likuiditas Perseroan. Salah satu
pengukuran yang digunakan adalah rasio rata-rata mingguan kredit yang diberikan terhadap dana
pihak ketiga (LDR).
Pada tanggal 30 Juni 2017, LDR Perseroan turun sebesar 9,82% menjadi 72,88% dari 82,70% pada
tanggal 31 Desember 2016. Penurunan LDR disebabkan Perseroan ingin menjaga GWM sekunder di
atas 4% sehingga mengalokasikan penyaluran konsentrasi kreditnya ke SBI dan SDBI.
Perseroan berusaha menjaga tingkat LDR maksimal sebesar 92,00%, agar tidak terkena disinsentif
dari OJK. Untuk posisi 31 Desember 2016 sebesar 82,70% yang lebih rendah dari ketentuan
maksimal, Perseroan tidak terkena disinsentif karena CAR Perseroan sebesar 36,92%.
Disinsentif tersebut sesuai dengan PBI No. 15/7/PBI/2013 tentang perubahan kedua atas peraturan
Bank Indonesia No. 12/19/PBI/2010 tentang giro wajib minimum bank umum pada Bank Indonesia
dalam rupiah dan valuta asing dimana dalam Pasal 11 point 1 dinyatakan sebagai berikut:
1) Besaran dan parameter yang digunakan dalam perhitungan GWM LDR dalam Rupiah
ditetapkan sebagai berikut:
a. Batas bawah LDR Target sebesar 78% (tujuh puluh delapan persen);
b. Batas atas LDR Target sebesar 92% (Sembilan puluh dua persen);
c. KPMM Insentif sebesar 14% (empat belas persen);
d. Parameter Disinsentif Bawah sebesar 0,1 (nol koma satu);
e. Parameter Disinsentif Atas sebesar 0,2 (nol koma dua).
Kemudian dalam Pasal 12 point d dinyatakan bahwa “Dalam hal LDR Bank lebih besar dari batas
atas LDR Target dan KPMM Bank sama atau lebih besar dari KPMM Insentif maka GWM LDR Bank
adalah sebesar 0% (nol persen) dari DPK dalam Rupiah”.
e. Kepatuhan
Pada tanggal 30 Juni 2017 tidak terdapat pelanggaran maupun pelampauan Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BPMK) baik kepada pihak berelasi maupun kepada pihak ketiga.
Bank Indonesia mewajibkan bank umum untuk memelihara Giro Wajib Minimum (GWM) harian,
dalam bentuk rekening tanpa bunga pada Bank Indonesia untuk cadangan likuiditas sebesar
persentase tertentu dari dana pihak ketiga. GWM pada tanggal 30 Juni 2017, 31 Desember 2016
dan 2015 adalah sebagai berikut: (dalam persentase)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
GWM Rupiah
GWM Primer 7,04 6,64 8,11
PT Bank of India Indonesia Tbk
55
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
GWM Sekunder 46,75 42,16 42,42
GWM valuta asing 9,19 8,26 8,46
Bank Indonesia mewajibkan bank umum untuk mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto
(PDN) pada akhir hari kerja secara keseluruhan paling tinggi 20% dari modal. PDN pada tanggal
30 Juni 2017, 31 Desember 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut: (dalam persentase)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
PDN 0,31 5,85 6,23
Perseroan senantiasa memonitor kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan
Bank Indonesia.
f. Pengeluaran untuk Aset Tetap dan Aset Takberwujud/Belanja Modal
Pembelian barang modal yang dilakukan sebagian besar berupa pengembangan sistem dan
infrastruktur yang diorientasikan pada 3 hal utama yaitu pengembangan cabang, pengembangan
core banking dan penyempurnaan sistem informasi manajemen sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan oleh manajemen. Pendanaan atas pembelian barang modal tersebut bersumber dari
hasil operasi Perseroan. Adanya ketentuan baru (seperti penerapan PSAK baru) dan peraturan Bank
Indonesia yang baru tekait dengan Basel II (seperti LBU 2008) mengharuskan Perseroan untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan sistem dan piranti lunak dan keras yang diperlukan
untuk dapat memenuhi ketentuan dan peraturan baru tersebut. Selain itu, dalam meningkatkan
kenyamanan nasabah, juga terdapat belanja modal untuk relokasi dan perbaikan kantor cabang.
Pengeluaran untuk aset tetap dan aset takberwujud/belanja modal Perseroan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal 30 Juni 2017, 31 Desember 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut:
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Tanah - - -
Bangunan
Perlengkapan dan perabotan kantor
162
437
463
-
665
Kendaraan bermotor - 288 941
Aset dalam penyelesaian - - -
Perangkat lunak dan hak atas tanah - 249 530
Jumlah 162 1.437 2.136
Belanja modal Perseroan menggunakan sumber pendanaan dari kas internal Perseroan dan
pembelian perlengkapan dan perabotan kantor.
5. PENILAIAN KESEHATAN BANK
Berdasarkan hasil penilaian sendiri (self assessment) atas tingkat kesehatan Perseroan sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 serta Surat Edaran Bank Indonesia
No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (TKB),
berikut penilaian tingkat kesehatan Perseroan pada tanggal 30 Juni 2017:
PT Bank of India Indonesia Tbk
56
Faktor-Faktor Penilaian Peringkat
Profil Risiko 3
Good Corporate Governance 3
Rentabilitas 4
Permodalan 3
Peringkat TKB Berdasarkan Risiko 3
PT Bank of India Indonesia Tbk
57
VI. RISIKO USAHA
Perseroan telah menyampaikan seluruh risiko usaha maupun risiko usaha yang bersifat material yang
timbul sehubungan dengan kegiatan usaha yang dijalani pada saat ini, sebagaimana dicantumkan dalam
bab ini.
Seperti bidang usaha lainnya, bidang usaha Perseroan juga tidak luput dari tantangan dan risiko usaha yang
disebabkan oleh berbagai faktor dan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi:
A. Risiko Terkait Kegiatan Usaha
1. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) dalam
memenuhi kewajibannya kepada Perseroan. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas
fungsional Perseroan seperti perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi, dan
pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam banking book maupun trading book. Apabila risiko
kredit tidak dikelola dengan baik maka dapat meningkatkan NPL, pada akhirnya dapat
mengakibatkan penurunan modal dikarenakan harus dilakukan pembentukan cadangan kerugian
penurunan nilai yang cukup besar. Kelompok industri terbesar yang memperoleh penyaluran kredit
dari Perseroan adalah sektor perdagangan, industri, pertambangan dan sektor komersil lainnya.
2. Risiko Pasar
Risiko pasar merupakan risiko kerugian yang timbul karena adanya pergerakan yang signifikan
dalam nilai tukar dan/atau suku bunga yang dapat merugikan Perseroan. Risiko pasar bersumber
pada aktivitas fungsional Perseroan seperti kegiatan penyaluran kredit, investasi dalam surat
berharga, perdagangan mata uang asing, atau produk derivatif lainnya.
3. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan ketidakmampuan Perseroan untuk memenuhi
kewajiban yang telah jatuh tempo. Risiko likuiditas dapat melekat pada aktivitas fungsional
perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi, kegiatan pendanaan dan surat berharga.
Dampak dari risiko likuiditas, apabila Perseroan tidak mampu memenuhi kewajibannya pada saat
jatuh tempo yang disebabkan karena ketidaksesuaian antara jangka waktu penghimpunan Dana
Pihak Ketiga (DPK) dibandingkan dengan jangka waktu penyaluran dana, maka dapat menyebabkan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap Perseroan.
4. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal
yang mempengaruhi operasional Perseroan. Risiko operasional dapat melekat pada setiap aktivitas
fungsional Perseroan, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi,
operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, sistem teknologi
informasi dan sistem informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia. Dampak risiko
operasional bagi Perseroan adalah dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung
maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh
keuntungan.
PT Bank of India Indonesia Tbk
58
5. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis, yang antara lain
disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung,
atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan
yang tidak sempurna. Risiko hukum dapat melekat pada aktivitas fungsional perkreditan
(penyediaan dana), treasury dan investasi, operasional dan jasa, jasa pembiayaan perdagangan,
sistem teknologi informasi dan Sistem Informasi Manajemen dan pengelolaan sumber daya
manusia. Dampak risiko hukum bagi Perseroan dapat berpotensi terjadinya tuntutan hukum dari
pihak ketiga sebagai akibat tidak terpenuhinya prosedur legal, yang dapat memicu
ketidakmampuan memenangkan suatu perkara serta terjadinya risiko sistemik, yang berdampak
luas terhadap kelangsungan usaha Perseroan.
6. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait
dengan kegiatan usaha Perseroan atau persepsi negatif terhadap Perseroan. Risiko reputasi
bersumber pada aktivitas fungsional perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi,
operasional dan jasa, jasa pembiayaan perdagangan, sistem teknologi informasi dan sistem
informasi manajemen dan pengelolaan sumber daya manusia. Dampak risiko reputasi bagi
Perseroan adalah berpotensi menurunkan kemampuan Perseroan dalam mengembangkan jaringan,
jasa, pelayanan terhadap nasabah serta dapat mengakibatkan penurunan corporate value yang
pada akhirnya dapat menurunkan bahkan menghilangkan loyalitas para nasabah.
7. Risiko Strategis
Risiko strategis adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan
strategi Perseroan yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang
responsifnya Perseroan terhadap perubahan eksternal. Risiko strategis melekat pada aktivitas
fungsional seperti perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi serta operasional dan jasa.
Dampak risiko strategis bagi Perseroan adalah pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat
mengakibatkan tidak tercapainya rencana kerja dan anggaran tahunan Perseroan.
8. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan Perseroan tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Risiko kepatuhan
melekat pada risiko Perseroan yang terkait dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
lain yang berlaku, seperti risiko kredit yang terkait dengan ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum melekat pada aktivitas fungsional seperti perkreditan (penyediaan dana), treasury dan
investasi serta operasional dan jasa. Dampak kegagalan mengelola risiko kepatuhan mengakibatkan
penilaian Good Corporate Governance yang buruk dari masyarakat dan atau Bank Indonesia, yang
berakibat menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Perseroan.
B. Risiko Terkait Investasi Saham
Risiko Likuiditas Saham
Risiko likuiditas saham merupakan risiko yang disebabkan oleh terbatasnya jumlah saham yang
beredar di pasar saham yang menyebabkan transaksi saham Perseroan tidak aktif. Tingkat fluktuasi
harga di pasar modal Indonesia juga cenderung tidak stabil dibandingkan dengan pasar modal lainnya.
Oleh karena itu, Perseroan tidak bisa memprediksi apakah pasar perdagangan untuk saham Perseroan
PT Bank of India Indonesia Tbk
59
dapat berkembang atau apakah pasar tersebut akan likuid. Terdapat pemegang saham institusi yang
tidak aktif melakukan transaksi saham Perseroan secara reguler yang turut menyebabkan tidak
likuidnya perdagangan saham Perseroan.
MANAJEMEN PERSEROAN MENYATAKAN BAHWA SEMUA RISIKO YANG DIHADAPI OLEH PERSEROAN
DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA TELAH DIUNGKAPKAN DAN DISUSUN BERDASARKAN BOBOT
DARI DAMPAK MASING-MASING RISIKO TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERSEROAN DALAM
PROSPEKTUS.
PT Bank of India Indonesia Tbk
60
VII. KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL LAPORAN AKUNTAN
Kejadian penting yang material dan relevan yang perlu diungkapkan setelah tanggal laporan Auditor Independen
yang diterbitkan kembali tertanggal 20 November 2017 atas laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 30
Juni 2017 yang telah diaudit oleh kantor Akuntan Publik Aria Kanaka & Rekan (Member of Mazars) dan
ditandatangani oleh Akuntan Publik Dudi Hadi Santoso dengan pendapat wajar tanpa modifikasian, adalah
sebagai berikut:
1. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal 29 November 2017 dengan hasil sebagai
berikut:
a. Menyetujui pengunduran diri Bapak Radhamangalam Anantharaman Sankara Narayanan,
selaku Komisaris Utama Perseroan
b. Mengangkat dan menetapkan Bapak Neelam Damodharan sebagai Komisaris Utama
Perseroan
c. Menyetujui Perseroan untuk berupaya memperbaiki peringkat GCG dari peringkat 3 menjadi
peringkat 2 atau 1 pada tahun 2017, 2018 dan 2019. Jika perbaikan peringkat dilakukan,
pemegang saham pengendali, Bank Of India (BOI) berharap OJK mengizinkan BOI untuk
tetap menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 76%. Namun jika OJK tidak dapat
menyetujui permintaan BOI, maka BOI akan melakukan langkah-langkah penyesuaian
kepemilikan saham dari 76% sampai menjadi 40% selama tahun 2020 dan 2021 melalui
beberapa mekanisme atau cara lain yang dianggap tepat dan sesuai dengan kebijakan BOI
serta mengacu pada ketentuan yang berlaku di Indonesia.
2. Berdasarkan surat kepada OJK tanggal 29 November 2017 No. 239/KP-BD/OJK/ITA/XI/17, Perseroan
telah menerima dana sebesar Rp 5.000.000.000 dari PT Panca Mantra Jaya (pemegang saham
minoritas) per tanggal tersebut untuk dipergunakan sebagai Tambahan Modal Disetor PT Panca
Mantra Jaya terkait Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
III PT Bank of India Indonesia Tbk.
3. Berdasarkan surat kepada OJK tanggal 6 Desember 2017 No. 246/KP-BD/OJK/ITA/XII/17, Perseroan
telah menerima dana sebesar Rp 22.000.000.000 dari PT Panca Mantra Jaya (pemegang saham
minoritas) per tanggal tersebut untuk dipergunakan sebagai Tambahan Modal Disetor PT Panca
Mantra Jaya terkait Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
III PT Bank of India Indonesia Tbk.
VIII. A. KETERANGAN TENTANG PERUSAHAAN TERBUKA, KEGIATAN USAHA, SERTA KECENDERUNGAN
DAN PROSPEK
1. Riwayat Singkat Perseroan
Perseroan didirikan pertama kali dengan nama “PT BANK PASAR SWADESI”, berkedudukan di
Surabaya, berdasarkan Akta No. 20 tanggal 28 September 1968, yang diubah dengan Akta Perobahan
No. 16 tanggal 17 Mei 1973 dan Akta Perobahan No. 18 tanggal 23 Januari 1975, ketiganya dibuat di
hadapan Njoo Sioe Liep, Notaris di Surabaya, yang telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman
berdasarkan Surat Keputusan No. Y.A.5/35/8 tanggal 3 Februari 1975, dan telah didaftarkan pada
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya di bawah No. 550/1973, No. 551/1975, dan No. 552/1975,
seluruhnya tertanggal 24 Februari 1975, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 19 tanggal 5 Maret 1976, Tambahan No. 162.
Akta pendirian tersebut yang di dalamnya memuat Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami
beberapa kali perubahan. Perubahan yang berkaitan dengan perubahan seluruh anggaran dasar untuk
disesuaikan dengan UUPT dan Peraturan BAPEPAM dan LK No. IX.J.1 tentang Pokok-Pokok Anggaran
PT Bank of India Indonesia Tbk
61
Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik adalah
sebagaimana dimuat dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 235 tanggal 25 Juni 2008 dibuat
dihadapan Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta dan Akta Perubahan Anggaran Dasar No. 7 tanggal 2
Desember 2008 dibuat dihadapan Aulia Taufani, S.H., pengganti dari Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta,
yang telah mendapat persetujuan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat
Keputusan No. AHU-98328.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 19 Desember 2008, dan telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 56 tanggal 14 Juli 2009, Tambahan No. 18232.
Selanjutnya setelah Akta No. 235 tanggal 25 Juni 2008 dan Akta No. 7 tanggal 2 Desember 2008
tersebut, Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa perubahan. Perubahan yang berkaitan
dengan perubahan nama Perseroan dari “PT Bank Swadesi Tbk” menjadi “PT Bank of India Indonesia
Tbk” dimuat dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 69 tanggal 14 Juni 2011 dibuat dihadapan
Aulia Taufani, S.H., pengganti dari Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, yang telah mendapat persetujuan
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-38360.AH.01.02.Tahun
2011 tanggal 29 Juli 2011, dan telah didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kota
Administrasi Jakarta Pusat pada tanggal 31 Oktober 2011, serta telah diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 81 tanggal 5 Oktober 2012, Tambahan No.59325.
Setelah Akta No. 69 tanggal 14 Juni 2011 tersebut, Anggaran Dasar Perseroan Perseroan telah
mengalami beberapa perubahan yang berkaitan dengan peningkatan modal dasar dan modal
ditempatkan/disetor Perseroan sebagai hasil pelaksanaan penawaran umum terbatas II.
Terakhir, Anggaran Dasar Perseroan diubah dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 36 tanggal 3
Desember 2015 dibuat dihadapan Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si, Notaris di Jakarta, yang telah
mendapat persetujuan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-
0948823.AH.01.02.Tahun 2015 tanggal 23 Desember 2015, dan yang pemberitahuannya telah diterima
dan dicatat di dalam Sistem Administrasi Badan Hukum, Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia
berdasarkan Surat No. AHU-AH.01.03-0991149 tanggal 23 Desember 2015. Perubahan Anggaran Dasar
terakhir Perseroan adalah perubahan seluruh Anggaran Dasar Perseroan termasuk merubah Pasal 3
Anggaran Dasar untuk disesuaikan dengan Peraturan BAPEPAM dan LK No. IX.J.1 tentang Pokok-Pokok
Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik.
Perseroan bergerak dalam bidang usaha jasa perbankan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan No. 906/KMK.013/1989 tanggal 16 Agustus 1989 dan mempunyai kantor pusat di Jakarta
Pusat. Saat ini Perseroan memiliki 7 (tujuh) Kantor Cabang, 6 (enam) Kantor Cabang Pembantu, 2 (dua)
Kantor Kas dan 1 Anjungan Tunai Mandiri di Indonesia. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar
Perseroan, kegiatan usaha utama Perseroan adalah menjalankan kegiatan umum perbankan.
Perseroan memperoleh persetujuan menjadi Pedagang Valuta Asing berdasarkan Surat Bank Indonesia
No. 25/242/UD/ADv tanggal 25 November 1992. Perseroan memperoleh persetujuan menjadi Bank
Devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.27/68/KEP/DIR tanggal 12 Oktober
1994. Selanjutnya, dan Perseroan memperoleh persetujuan menjadi Bank Persepsi Kas Negara
berdasarkan Surat Menteri Keuangan No. S-7/MK.03/95 tanggal 2 Januari 1995.
2. Perkembangan Kepemilikan Saham Perseroan
Struktur permodalan dan susunan pemegang saham Perseroan pada saat penawaran umum saham
perdana sampai dengan sebelum dilaksanakannya penawaran umum terbatas II telah diungkapkan
dalam masing-masing Prospektus yang diterbitkan dalam rangka penawaran umum saham perdana
dan penawaran umum terbatas tersebut. Dibawah ini disajikan struktur permodalan dan susunan
pemegang saham Perseroan pada dan sejak penawaran umum terbatas II Tahun 2014 sampai dengan
tanggal diterbitkannya Prospektus ini.
PT Bank of India Indonesia Tbk
62
Tahun 2014
Sesuai dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 26 tanggal 9 Juni 2014 dibuat dihadapan Aryanti
Artisari, S.H., M.Kn., Notaris di Kota Administrasi Jakarta Selatan, yang telah mendapat persetujuan
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-03743.40.20.2014
tanggal 9 Juni 2014, modal dasar Perseroan ditingkatkan dari semula Rp400.000.000.000,- (empat
ratus miliar Rupiah) terbagi atas 2.000.000.000 (dua miliar) saham menjadi Rp690.000.000.000,-
(enam ratus sembilan puluh miliar Rupiah) terbagi atas 3.450.000.000 (tiga miliar empat ratus lima
puluh juta) saham. Dengan adanya peningkatan modal dasar tersebut maka struktur permodalan dan
susunan pemegang saham Perseroan per tanggal 30 Juni 2014 adalah sebagai berikut:
Keterangan
Nilai Nominal
Rp.200,- per saham
(%) Jumlah Saham
(lembar)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp)
Modal Dasar
Jumlah Modal Dasar 3.450.000.000 690.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. Bank of India 659.680.000 131.936.000.000 76,00
2. PT Panca Mantra Jaya 148.609.500 29.721.900.000 17,12
3. Prakash Rupchand Chugani 14.000.000 2.800.000.000 1,61
4. Masyarakat *) 45.710.500 9.142.100.000 5,27
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 868.000.000 173.600.000.000 100,00
Jumlah Saham Dalam Portepel 2.582.000.000 516.400.000.000
*) Kepemilikan masing-masing dibawah 5%.
Tahun 2015
Sesuai dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 47 tanggal 20 Maret 2015 dibuat dihadapan
Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta, yang pemberitahuan perubahannya telah diterima dan dicatat
di dalam Sistem Administrasi Badan Hukum, Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan
Surat No. AHU-AH.01.03-0018134 tanggal 21 Maret 2015, modal ditempatkan/disetor Perseroan
meningkat dari semula Rp173.600.000.000,- (seratus tujuh puluh tiga miliar enam ratus juta Rupiah)
terbagi atas 868.000.000 (delapan ratus enam puluh delapan juta) saham menjadi
Rp208.320.000.000,- (dua ratus delapan miliar tiga ratus dua puluh juta Rupiah) terbagi atas
1.041.600.000 (satu miliar empat puluh satu juta enam ratus ribu Rupiah). Peningkatan modal
ditempatkan/disetor Perseroan tersebut sebagai hasil dari pelaksanaan penawaran umum terbatas II
yang dilaksanakan oleh Perseroan dengan mengeluarkan 173.600.000 (seratus tujuh puluh tiga juta
enam ratus ribu) saham dengan nilai nominal masing-masing saham Rp200,- (dua ratus Rupiah) atau
seluruhnya Rp34.720.000.000,- (tiga puluh empat miliar tujuh ratus dua puluh juta Rupiah). Dengan
adanya peningkatan modal ditempatkan/disetor tersebut maka struktur permodalan dan susunan
pemegang saham Perseroan per tanggal 31 Desember 2015 adalah sebagai berikut:
PT Bank of India Indonesia Tbk
63
Keterangan
Nilai Nominal
Rp.200,- per saham
% Jumlah Saham
(lembar)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp)
Modal Dasar
Jumlah Modal Dasar 3.450.000.000 690.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. Bank of India 791.616.000 158.323.200.000 76,00
2. PT Panca Mantra Jaya 187.473.442 37.494.688.400 18,00
3. Prakash Rupchand Chugani 16.800.000 3.360.000.000 1,61
4. Masyarakat *) 45.710.558 9.142.111.600 4,39
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 1.041.600.000 208.320.000.000 100,00
Jumlah Saham Dalam Portepel 2.408.400.000 481.680.000.000
*) Kepemilikan masing-masing dibawah 5%.
3. Keterangan Singkat Mengenai Pemegang Saham Berbentuk Badan Hukum
I. Bank of India
Bank of India didirikan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan Negara Republik
India pada tanggal 7 September 1906 sebagaimana dimuat dalam Certificate of Registry of the
Memorandum and Articles of Association of the Bank of India Limited, berkedudukan
berkedudukan dan berkantor pusat di Star Hause, C-5, “G” Block, Banra Kurla Complex, Bandra
(East), Mumbai, India.
Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha utama Bank of India adalah bergerak dalam bidang jasa
perbankan. Bank of India memiliki jaringan di 22 negara-negara yang tersebar di 5 benua dengan 56
kantor, 5 kantor anak cabang , 5 kantor perwakilan dan 1 kantor usaha bersama yang terletak di
pusat bisnis dan keuangan yaitu Tokyo, Singapura, Hong Kong, London, Paris dan New York.
Sesuai dengan Surat Perseroan kepada OJK No. 147/KP-BD/OJK/RR/VII/2017 tanggal 25 Juli 2017
perihal Daftar Rincian Pihak Terkait PT Bank of India Indonesia Tbk Posisi 30 Juni 2017 (“Surat
Perseroan tanggal 25 Juli 2017”), dan telah diterima oleh OJK pada tanggal 26 Juli 2017, susunan
pemegang saham Bank of India per tanggal 30 Juni 2017 adalah sebagai berikut:
No. Kategori
Pemegang Saham
Persentase (%)
Kepemilikan Saham
1. Central Government/
State Government
73,72
2. Mutual Funds/UTI 1,18
3. Financil Institutions/Banks 1,38
4. Insurance Companies 13,77
5. Foreign Institutional Investors &
Other Foreign Holding
2,92
6. Bodies Corporate 1,17
7. Individuals/Others 5,86
Total 100,00
Sesuai dengan Surat Perseroan tanggal 25 Juli 2017, susunan pengurus Bank of India adalah sebagai
berikut:
- Non-Executive Chairman : G. Padmanabhan
- Managing Director & CEO : Dinabandhu Mohapatra
PT Bank of India Indonesia Tbk
64
- Executive Director : R.A. Sankara Narayan
- Executive Director : Neelam Damodharan
- Executive Director : Atanu Kumar Das
- Govt. Nominee Director : Girish Chandra Murmu
- RBI Nominee Director : Rosemary Sebastian
- Part-Time
Non-Official Director : Veni Thapar
- Shareholder Director : Neeraj Bhatia
- Shareholder Director : Sanjiv Kumar Arora
R.A. Sankara Narayanan telah menjabat sebagai Managing Director dan CEO Vijaya Bank terhitung
efektif sejak tanggal 1 September 2017, dan karenanya yang bersangkutan telah melepaskan
jabatannya sebagai Executive Director Bank of India.
Ikhtisar Data Keuangan Penting
Tabel berikut ini menggambarkan ikhtisar data keuangan penting Bank of India untuk periode yang
berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2016, 2015,
dan 2014. (dalam jutaan Lakhs)
Keterangan 31 Maret*
2017 2016 2015 2014
Jumlah aset 6.263.092 6.099.139 6.186.977 5,731.901
Jumlah liabilitas 6.252.548 6.090.967 6.180.321 5.725.471
Jumlah ekuitas 10.544 8.172 6.656 6.430
Pendapatan operasional 460.631 454.490 476.626 422,019
Beban operasional 476.214 515.382 459.536 394.726
Laba (Rugi) bersih tahun berjalan (78.069) (60.892) 17.089 27.292
*Laporan Audit Bank of India menggunakan buku Maret setiap tahunnya sesuai ketentuan yang berlaku di India
II. PT Panca Mantra Jaya (PMJ)
Pendirian
PMJ didirikan berdasarkan Akta No. 177 tanggal 30 Juli 1997 dibuat dihadapan Mutia Haryani, S.H.,
Notaris di Surabaya, yang telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman berdasarkan Surat
Keputusan No. C2-8.774.HT.01.01.TH.97 tanggal 29 Agustus 1997, dan telah didaftarkan pada Kantor
Pendaftaran Perusahaan Kodya Surabaya di bawah No. 547/BH.13.01/Jan/1998 tanggal 15 Januari 1998,
serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 20 tanggal 10 Maret 1998, Tambahan
No. 1509.
Akta pendirian PMJ yang memuat anggaran dasar telah mengalami perubahan. Perubahan anggaran dasar
PMJ berkenaan dengan penyesuaian anggaran dasar dengan UUPT dimuat dalam Akta Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa No. 58 tanggal 25 Juli 2008 dibuat dihadapan Jusuf Patrianto Tjahjono,
S.H., Notaris di Surabaya, yang telah mendapat persetujuan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-62554.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 15 September 2008, dan telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 44 tanggal 2 Juni 2009, Tambahan No. 14582.
Setelah penyesuaian anggaran dasar dengan UUPT, anggaran dasar PMJ mengalami perubahan yang
berkaitan dengan perubahan struktur permodalan PMJ sebagaimana dimuat dalam Akta Pernyataan
Keputusan Rapat No. 57 tanggal 16 Desember 2013 dibuat dihadapan Jusuf Patrianto Tjahjono, S.H., M.H.,
Notaris di Surabaya, yang telah mendapat persetujuan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan
Surat Keputusan No. AHU-09118.AH.01.02.Tahun 2014 tanggal 3 Maret 2014, dan terakhir dengan Akta
PT Bank of India Indonesia Tbk
65
Pernyataan Keputusan Rapat No. 93 tanggal 26 Januari 2015 dari Notaris yang sama, yang telah mendapat
persetujuan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-
0001549.AH.01.02.Tahun 2015 tanggal 30 Januari 2015.
Maksud Dan Tujuan
Berdasarkan Pasal 3 anggaran dasar PMJ, maksud dan tujuan PMJ adalah berusaha dalam bidang
perdagangan, industri, pembangunan dan jasa.
Struktur Permodalan
Struktur permodalan dan susunan pemegang saham PMJ adalah sebagaimana yang dimuat dalam Akta
Pernyataan Keputusan Rapat No.93 tanggal 26 Januari 2015 dibuat dihadapan Jusuf Patrianto Tjahjono,
S.H., M.H. Notaris di Surabaya, yang telah mendapat persetujuan Mentri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
berdasarkan surat keputusan No.AHU-0001549.AH.01.02. Tahun 2015 tanggal 30 Januari 2015, dan Akta
Pernyataan Keputusan Sirkuler Para Pemegang Saham No.05 tanggal 15 September 2015 dibuat dihadapan
Herlina, S.H., M.Kn., Notaris di Kabupaten Tangerang, yang pemberitahuan atas perubahan datanya telah
diterima dan di catat di Sistem Administrasi Badan Hukum Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia
berdasarkan surat No.AHU-AH.01.03-0082423 tanggal 22 September 2016, yaitu sebagai berikut :
Keterangan
Nilai Nominal
Rp.1.000.000,- per saham
% Jumlah Saham
(lembar)
Jumlah Nilai Nominal
(Rp)
Modal Dasar
Jumlah Modal Dasar 400.000 400.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. Dilip Rupo Chugani 56.670 56.670.000.000 33,34
2. Deepak Rupo Chugani 56.665 56.665.000.000 33,33
3. Prakash Rupchand Chugani 56.665 56.665.000.000 33,33
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 170.000 170.000.000.000 100,00
Jumlah Saham Dalam Portepel 230.000 230.000.000.000
Pengurus dan Pengawasan
Pada tanggal Prospektus ini, susunan Dewan Komisaris dan Direksi PMJ adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Komisaris : Prakash Rupchand Chugani
Direksi
Direktur : Dilip Rupo Chugani
Direktur : Prakash Kotumal Narwani (Narwani Prakash Kotumal)
Anggota Dewan Komisaris dan Direksi PMJ telah diangkat berdasarkan keputusan pemegang saham
tanggal 9 September 2016 yang dituangkan dalam Akta Pernyataan Keputusan Sirkuler Para
Pemegang Saham No. 05 tanggal 15 September 2016 dibuat dihadapan Herlina, S.H., M.Kn., Notaris di
Kabupaten Tangerang, yang pemberitahuan atas perubahan datanya telah diterima dan dicatat di
dalam Sistim Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia berdasarkan
Surat No. AHU-AH.01.03-0082423 tanggal 22 September 2016.
4. Struktur Organisasi Perseroan
Struktur organisasi Perseroan pada tanggal 30 Juni 2017 adalah sebagai berikut:
PT Bank of India Indonesia Tbk
66
Pengurusan dan Pengawasan
Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan, susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan adalah
sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Neelam Damodharan *)
Komisaris : Prakash Rupchand Chugani
Komisaris Independen : Raharjo Satrio Unggul
Komisaris Independen : Handadjaja Sulaiman *) Efektif setelah mendapat persetujuan OJK.
Direksi
Direktur Utama : Sindbad Rijadi Hardjodipuro
Direktur Independen : Ferry Koswara
Direktur : Prashant Thapliyal
Direktur : Primasura Pandu Dwipanata
Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan sebagaimana diuraikan di atas dimuat dalam Akta
Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan No.28 tanggal 27 November 2017
dibuat dihadapan Winter Sigiro, S.H., M.H., Notaris di Jakarta, dan Surat No.3612/Not.WS/XI/2017
tanggal 29 November 2017 perihal Resume RUPS Luar Biasa PT Bank of India Indonesia Tbk yang
dikeluarkan oleh Notaris Winter Sigiro, S.H., M.H. (selanjutnya disebut “Surat Notaris Winter Sigiro
tanggal 29 November 2017”).
PT Bank of India Indonesia Tbk
67
Surat Notaris Winter Sigiro tanggal 29 November 2017 memuat resume hasil keputusan rapat umum
pemegang saham luar biasa tanggal 29 November 2017, antara lain menyetujui pengunduran diri
Radhamangalam Anantharaman Sankara Narayanan selaku Komisaris Utama Emiten terhitung sejak
tanggal ditutupnya rapat umum pemegang saham luar biasa tanggal 29 November 2017, dan
menyetujui pengangkatan dan penetapan Neelam Damodharan selaku Komisaris Utama Perseroan.
Sebagaimana yang diterangkan dalam Surat Notaris Winter Sigiro tanggal 29 November 2017 tersebut,
bahwa keputusan rapat umum pemegang saham luar biasa tanggal 29 November 2017 dibuat dalam
Akta Berita Acara Rapat tertanggal 29 November 2017 yang dibuat oleh Notaris Winter Sigiro, S.H.,
M.H., yang salinan aktanya masih dalam proses penyelesaian di kantor Notaris Winter Sigiro, S.H., M.H.
Pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan tersebut di atas masing-masing telah
sesuai dengan Peraturan OJK No. 33/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014 tentang Direksi dan
Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik dan telah mendapat persetujuan Uji Kemampuan dan
Kepatutan dari Bank Indonesia atau OJK, kecuali untuk Neelam Damodharan yang baru diangkat
sebagai Komisaris Utama Perseroan berdasarkan hasil keputusan rapat umum pemegang saham luar
biasa tanggal 29 November 2017.
Berikut ini adalah keterangan singkat mengenai masing-masing anggota Dewan Komisaris dan Direksi
Perseroan:
DEWAN KOMISARIS
Neelam Damodharan
Presiden Komisaris
Warga Negara India, 58 tahun.
Menjabat sebagai Executive Director Bank of India sejak 16 Februari
2017. Sebelumnya, menjabat sebagai Chief Executive, US Operation,
Bank of Baroda
Memperoleh gelar Diploma bidang Financial Management dan lulusan
Ilmu Sains, CAIIB (Certified Association of the Indian Institute of
Bankers).
Bergabung dengan Bank of India Mumbai pada 16 Februari 2017
sebagai Executive Director. Sebelumnya memulai karirnya di Bank of
Baroda sebagai Direct Recruit Office pada tahun 1983 dan meningkat
hingga posisi General Manager yang bertanggungjawab atas kegiatan
dan proyek-proyek internasional. Dia juga pernah menduduki beberapa
pos-pos penting di beberapa kantor perwakilan Bank of Baroda di
negara lain. Dia memiliki pengalaman dibidang perbankan selama 34
tahun yang memiliki pengalaman luas yang mencakup aspek-aspek
kebijakan (policy) maupun bidang operasional.
PT Bank of India Indonesia Tbk
68
Prakash Rupchand Chugani
Komisaris
Warga Negara Indonesia, 46 tahun.
Menjabat sebagai Komisaris PT Bank of India Indonesia Tbk sejak tahun
1996.
Memperoleh gelar Bachelor of Science bidang Keuangan dari Bentley
College Boston, USA pada tahun 1991.
Memulai karir sebagai Trainee di Prudential Insurance Co. Boston, USA
pada tahun 1991-1992. Tahun 1992-1996 menjabat sebagai Asisten
Direktur kemudian Direktur Pemasaran PT Bank Swadesi. Menjabat
Direktur di PT Classic Prima Carpet Industries pada tahun 1996-1997.
Sejak tahun 1997 sampai dengan saat ini, menduduki jabatan Komisaris
PT Panca Mantra Jaya.
Raharjo Satrio Unggul
Komisaris Independen
Warga Negara Indonesia, 58 tahun.
Menjabat sebagai Komisaris Independen PT Bank of India Indonesia Tbk
sejak 6 Juli 2017.
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia.
Memulai karir melalui program pendidikan eksekutif PT Bank Niaga dan
memegang berbagai posisi penting di PT Bank Niaga (sebelum
mengubah namanya menjadi PT CIMB Niaga Tbk) sejak tahun 1984 –
2016 seperti Risk Management, credit policy and procedure, retail
commercial dan auto finance
Handadjaja Sulaiman
Komisaris Independen
Warga Negara Indonesia, 58 tahun.
Menjabat sebagai Komisaris PT Bank of India Indonesia Tbk, sejak tahun
2013.
Menyandang gelar Insinyur dari Universitas Katolik Parahyangan pada
tahun 1982 dan pada tahun 1987 menyandang gelar Master of Business
Administration dari California State University, Long Beach.
Memulai karir sebagai Junior Engineer dan Construction Manager di
Mulia Group pada tahun 1983-1986. Kemudian menjadi Business
Development di PT The First National Glassware pada tahun 1988-1990.
Sebagai Assistant Manager dan Local Director Jones Lang
Wooton/Jones Lang LaSalle Indonesia pada tahun 1990-1998.
Selanjutnya bergabung di PT Procon Indah dari tahun 1999-2007
sebagai National Director dan Executive Director. Pada tahun 2007-saat
ini menjabat sebagai Executive Director di PT Cushman & Wakefield
Indonesia.
PT Bank of India Indonesia Tbk
69
DIREKSI
Sindbad R. Hardjodipuro
Direktur Utama
Warga Negara Indonesia, 55 tahun.
Menjabat sebagai Direktur Utama Bank of India Indonesia sejak tahun
2015.
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Khatolik
Parahyangan , Bandung pada tahun 1986
Sebelumnya pernah menjabat sebagai Direktur di MNC Bank sejak Mei
2012 dan Commonwealth Bank pada tahun 2008 dan memegang
beberapa jabatan termasuk Wakil Direktur UKM dan Komersial, Kepala
Penjualan UKM, dan Penasihat kepada Wakil CEO. Memulai karir di
Bank Niaga setelah menyelesaikan Program Pendidikan Eksekutif pada
tahun 1988, dimulai sebagai Pejabat Kas, Pejabat Operasi hingga
Petugas Kredit di Cirebon dan Manajer Cabang Bandung, Branch
Manager Makassar, Kepala Perbankan secara bersamaan Remedial
untuk Kawasan Timur Indonesia di Surabaya, Manajer Area Sumatera di
Medan Posisi lainnya adalah Komisaris Utama PT Niaga International
Factors, Manajer Bisnis Kawasan Jabodetabek dan Lampung, Kepala
Pengembangan Link Komersial, Kepala Grup KPR, Manajer Kawasan
Ritel wilayah Jabodetabek.
Prashant Thapliyal
Direktur
Warga Negara India, 51 tahun.
Menjabat sebagai Direktur sejak 2015.
Memperoleh gelar Master of Arts dari University of Garhwal pada
tahun 1987.
Bergabung dengan Bank of India pada tahun 1992 sebagai Direct
Recruit Officer dan dipromosikan sebagai Branch Manager, Finance
Manager, Chief Manager dan jabatan terakhir sebagai General
Manager di CPC Andheri-India.
PT Bank of India Indonesia Tbk
70
Primasura Pandu Dwipanata
Direktur
Warga Negara Indonesia, 49 tahun.
Menjabat sebagai Direktur Kepatuhan sejak 2014.
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1996 dari STIE
Perbanas.
Memulai karirnya di Biro Direksi pada tahun 1996-2001 di Bank
Swadesi, kemudian menjabat berbagai posisi penting pada rentang
waktu tahun 2001-2013 seperti Kepala Bagian Biro Direksi, Sekretaris
Perusahaan dan Kepala Divisi Manajemen Risiko.
Ferry Koswara
Direktur Independen
Warga Negara Indonesia, 52 tahun.
Menjabat sebagai Direktur Operasional sejak 2013.
Memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Katholik Parahyangan,
Bandung pada tahun 1989 dan gelar Magister Manajemen dari STIE
IBII pada tahun 2003.
Memulai karir di Bank Bali cabang Bandung sebagai Account
Officer/Assistant Manager pada tahun 1989-1990. Melanjutkan karir
di pasar modal Indonesia di Bali Securities pada tahun 1993-1995 dan
Bhakti Investama sebagai Fixed Income Head pada tahun 1995-1996.
Kembali ke industri perbankan pada periode 1996-2005 sebagai
Kepala Divisi Treasury dan International serta tahun 2008-2013
sebagai Kepala KPO PT Bank Swadesi Tbk.
Pengangkatan Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan telah mendapatkan persetujuan Bank Indonesia
dan/atau OJK dengan Surat Bank Indonesia No. 29/274/UPB2/Adb2 tanggal 2 Mei 1996 sebagaimana
diputuskan dalam Rapat Pemegang Saham dalam Akta No 105 tanggal 14 Maret 1996 dan Surat
No.2/38/DPIP/Pra/Rahasia tanggal 25 Mei 2000 (Prakash Rupchand Chugani), Pengangkatan sesuai
Akta No 128 tanggal 23 Desember 2013 dan berlaku efektif sebagai Komisaris Independen setelah
memperoleh Surat No.SR-132/D.03/2014 tanggal 7 Agustus 2014 (Handadjaja Sulaiman), Surat
No.KEP-19/PB.1/2017 tanggal 22 November 2017 (Raharjo Satrio Unggul), Surat No.SR-210/D.03/2015
tanggal 18 November 2015 (Sindbad Rijadi Hardjodipuro), Surat No.15/12/GBI/ DPIP/Rahasia tanggal
28 Januari 2013 (Ferry Koswara), Surat No.SR-32/D.03/2014 tanggal 20 Maret 2014 (Primasura Pandu
Dwipanata), dan Surat No.SR-228/D.03/2015 tanggal 22 Desember 2015 (Prashant Thapliyal).
Gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan masing-masing
untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp 30.449 juta dan Rp
1.500 juta dan pada tanggal 31 Desember 2015 Rp 29.051 juta dan Rp 5.023 juta. Gaji dan tunjangan
diberikan berdasarkan orientasi kerja, persaingan pasar dan kapasitas keuangan Perseroan yang telah
disampaikan melalui RUPS berdasarkan usulan dari Komite Remunerasi Perseroan.
PT Bank of India Indonesia Tbk
71
Komite-komite di Tingkat Dewan Komisaris
Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Peraturan Bank
Indonesia mewajibkan Dewan Komisaris wajib untuk membentuk komite-komite, yang
pengangkatannya dilakukan oleh Direksi berdasarkan keputusan rapat atau keputusan sirkuler Dewan
Komisaris.
Komite-komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris ialah Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, serta
Komite Remunerasi dan Nominasi.
Komite Audit
Komite Audit dibentuk berdasarkan Peraturan OJK No. 35/POJK.03/2016 tanggal 7 Desember 2016
mengenai Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum dan Peraturan OJK No. 55/POJK.04/2015 tanggal 23
Desember 2015 mengenai Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Susunan Komite Audit Perseroan berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. 455/KP-
PERS/SK/ESC/XI/2017 tanggal 29 November 2017, yaitu sebagai berikut:
Ketua : Raharjo Satrio Unggul
Anggota : Handadjaja Sulaiman
Anggota : Haryono Adi Prasetyo
Komite Audit menjalankan tugas, tanggung jawab, dan kewenangannya dengan tujuan utama untuk
membantu dan memfasilitasi Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan serta
memastikan keefektifan sistem pengendalian internal Perusahaan, termasuk keefektifan pelaksanaan
tugas Auditor Eksternal dan Internal Audit yang berkaitan dengan sistem pengendalian internal.
Secara lebih terperinci, tugas dan tanggung jawab Komite Audit tertuang dalam Piagam Kerja Komite
Audit untuk memberikan pendapat profesional yang independen kepada Dewan Komisaris terhadap
laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris serta mengidentifikasi
hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris antara lain:
1. Membantu Dewan Komisaris dalam memastikan Direksi telah menindak lanjuti temuan audit dan
rekomendasi dari Satuan Kerja Audit Intern Bank, auditor eksternal, hasil pengawasan Bank
Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lainnya.
2. Melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan
atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk
kecukupan proses pelaporan keuangan.
3. Dalam rangka melaksanakan tugas sesuai angka 2 di atas, Komite Audit paling kurang melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap:
a. pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Intern;
b. kesesuaian pelaksanaan audit oleh Kantor Akuntan Publik dengan standar audit yang berlaku;
c. kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku;
d. pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan Satuan Kerja Audit Intern, Akuntan
Publik dan hasil pengawasan Bank Indonesia;
e. pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan Satuan Kerja Audit Intern, Akuntan
Publik dan hasil pengawasan Bank Indonesia guna memberikan rekomendasi kepada Dewan
Komisaris.
PT Bank of India Indonesia Tbk
72
4. Komite Audit wajib memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor
Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang
Saham.
a. mengakses dokumen, data dan informasi Emiten atau Perseroan tentang hal-hal yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan kerjanya;
b. berkomunikasi langsung dengan karyawan, termasuk Direksi dan pihak yang menjalankan fungsi
audit internal, manajemen risiko dan Akuntan terkait tugas dan tanggung jawab Komite Audit;
c. melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Kredit yang diperlukan untuk membantu
pelaksanaan tugasnya (jika diperlukan); dan
Selama tahun 2017 (6 Bulan) dan 2016 , Komite Audit telah mengadakan 2 (dua) dan 3 (tiga) kali
rapat.
Berikut ini adalah keterangan singkat mengenai masing-masing anggota Komite-Komite sebagaimana
disebutkan di atas:
Handadjaja Sulaiman, Komisaris Independen dan Anggota Komite Audit
Warga Negara Indonesia, 58 tahun.
Menjabat sebagai Komisaris PT Bank of India Indonesia Tbk, sejak tahun 2013.
Menyandang gelar Insinyur dari Universitas Katolik Parahyangan pada tahun 1982 dan pada tahun
1987 menyandang gelar Master of Business Administration dari California State University, Long
Beach.
Memulai karir sebagai Junior Engineer dan Construction Manager di Mulia Group pada tahun 1983-
1986. Kemudian menjadi Business Development di PT The First National Glassware pada tahun 1988-
1990. Sebagai Assistant Manager dan Local Director Jones Lang Wooton/Jones Lang LaSalle
Indonesia pada tahun 1990-1998. Selanjutnya bergabung di PT Procon Indah dari tahun 1999-2007
sebagai National Director dan Executive Director. Pada tahun 2007-saat ini menjabat sebagai
Executive Director di PT Cushman & Wakefield Indonesia.
Haryono Adi Prasetyo, Anggota Komite Audit
Warga Negara Indonesia, 49 tahun.
Menyelesaikan program D-III dan D-IV Spesialisasi Akuntansi dari STAN Jakarta.
Memimpin Kantor Akuntan Publik Haryono Adi Prasetyo sejak Januari 2012 serta telah memiliki
sertifikat Fraud Examiner dan menjadi anggota Komite Audit PT Bank of India Indonesia Tbk sejak
tahun 2009.
Raharjo Satrio Unggul, Komisaris Independen dan Ketua Komite Audit
Warga Negara Indonesia, 58 tahun.
Menjabat sebagai Komisaris Independen PT Bank of India Indonesia Tbk sejak 6 Juli 2017.
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia.
Memulai karir melalui program pendidikan eksekutif PT Bank Niaga dan memegang berbagai posisi
penting di PT Bank Niaga (sebelum mengubah namanya menjadi PT CIMB Niaga Tbk) sejak tahun 1984
– 2016 seperti Risk Management, credit policy and procedure, retail commercial dan auto finance.
PT Bank of India Indonesia Tbk
73
Komite Pemantau Risiko
Pembentukan Komite Pemantau Risiko mengacu pada Peraturan OJK No. 55/POJK.03/2016 tanggal 7
Desember 2016 mengenai Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum, dan Surat Edaran Bank Indonesia
(SEBI) No.15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 mengenai Penerapan Good Corporate Governance untuk
Bank Umum, dalam rangka mendukung efektivitas dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
Dewan Komisaris.
Susunan Komite Pemantau Risiko Perseroan berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. 392/KP-
PERS/SK/ESC/VII/2017 tanggal 6 Juli 2017 tentang Komite Pemantau Risiko PT Bank of India Indonesia
Tbk, yaitu sebagai berikut:
Ketua : Handadjaja Sulaiman
Anggota : Raharjo Satrio Unggul
Anggota : Teddy R. Sondakh
Anggota : Renaldi Arianto
Tugas dan tanggung jawab Komite Pemantau Risiko sebagaimana tertuang dalam Piagam Kerja Komite
Pemantau Risiko adalah sebagai berikut:
1. Memberikan masukan-masukan kepada Dewan Komisaris sebagai bahan pertimbangan Dewan
Komisaris sebagai bahan pertimbangan Dewan Komisaris dalam memberikan persetujuan dan
evaluasi terhadap Manajemen Risiko;
2. Monitoring terhadap pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko melalui paparan-paparan program
kerja yang dilakukan Satuan Kerja Manajemen Risiko dan hasil monitoring dijadikan bahan evaluasi
pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko;
3. Memberikan masukan-masukan kepada Dewan Komisaris dalam mengevaluasi dan memutuskan
permohonan Direksi yang berkaitan dengan transaksi yang memerlukan persetujuan Dewan
Komisaris.
Selama tahun 2017 (6 Bulan) dan 2016, Komite Pemantau Risiko telah mengadakan 1 (satu) dan 3
(tiga) kali rapat.
Berikut ini adalah keterangan singkat mengenai masing-masing anggota Komite-Komite sebagaimana
disebutkan:
Handadjaja Sulaiman, Komisaris Independen dan Ketua Komite Pemantau Risiko
Warga Negara Indonesia, 58 tahun.
Menjabat sebagai Komisaris PT Bank of India Indonesia Tbk, sejak tahun 2013.
Menyandang gelar Insinyur dari Universitas Katolik Parahyangan pada tahun 1982 dan pada tahun
1987 menyandang gelar Master of Business Administration dari California State University, Long Beach.
Memulai karir sebagai Junior Engineer dan Construction Manager di Mulia Group pada tahun 1983-
1986. Kemudian menjadi Business Development di PT The First National Glassware pada tahun 1988-
1990. Sebagai Assistant Manager dan Local Director Jones Lang Wooton/Jones Lang LaSalle Indonesia
pada tahun 1990-1998. Selanjutnya bergabung di PT Procon Indah dari tahun 1999-2007 sebagai
National Director dan Executive Director. Pada tahun 2007-saat ini menjabat sebagai Executive
Director di PT Cushman & Wakefield Indonesia.
PT Bank of India Indonesia Tbk
74
Raharjo Satrio Unggul, Komisaris Independen dan Anggota Komite Pemantau Risiko
Warga Negara Indonesia, 58 tahun.
Menjabat sebagai Komisaris Independen PT Bank of India Indonesia Tbk sejak 6 Juli 2017.
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia.
Memulai karir melalui program pendidikan eksekutif PT Bank Niaga dan memegang berbagai posisi
penting di PT Bank Niaga (sebelum mengubah namanya menjadi PT CIMB Niaga Tbk) sejak tahun 1984
– 2016 seperti Risk Management, credit policy and procedure, retail commercial dan auto finance
Teddy R. Sondakh, Anggota Komite Pemantau Risiko
Warga Negara Indonesia, 69 tahun.
Memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas Katholik Dharma Cendika Surabaya pada tahun
1998, Sarjana Psikologi dari Universitas Putra Bangsa Surabaya pada tahun 1999, Magister Hukum dari
Universitas Surabaya pada tahun 2000, Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Brawijaya Malang pada
tahun 2009.
Memulai karir sebagai dosen di fakultas hukum Universitas Darma Cendika Surabaya dan advokat sejak
tahun 1999. Menjadi anggota Komite Pemantau Risiko di PT Bank of India Indonesia Tbk sejak tahun
2014.
Renaldi Arianto, Anggota Komite Pemantau Risiko
Warga Negara Indonesia, 57 tahun.
Memperoleh gelar Barchelor of Science dari Woodbury University, Los Angeles, California, Amerika
Serikat.
Memulai karir perbankan pada tahun 1985 melalui PT Bank Niaga dengan berpartisipasi dalam
Executive Development Program. Menjadi anggota Komite Pemantau Risiko di PT Bank of India
Indonesia Tbk sejak Juli 2017.
Komite Remunerasi dan Nominasi
Pembentukan Komite Remunerasi dan Nominasi Perseroan berdasarkan Peraturan OJK No.
55/POJK.03/2016 tanggal 7 Desember 2016 mengenai Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum, Surat
Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 mengenai Implementasi Good
Corporate Governance untuk Bank Komersial, dan Peraturan OJK No. 34/POJK.04/2014 tanggal 8
Desember 2014 mengenai Nominasi dan Remunerasi Penerbit atau Perusahaan Publik.
Susunan Komite Remunerasi dan Nominasi Perseroan berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.
393/KP-PERS/SK/ESC/VII/2017 tanggal 6 Juli 2017 tentang Komite Remunerasi & Nominasi PT Bank of
India Indonesia Tbk, yaitu sebagai berikut:
Ketua : Handadjaja Sulaiman
Anggota : Prakash R. Chugani
Anggota : M. Joko Yunianto
Adapun tugas dan tanggung jawab Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana tertuang dalam
Pedoman dan Tata Tertib Kerja Komite Remunerasi dan Nominasi adalah sebagai berikut:
PT Bank of India Indonesia Tbk
75
1. Remunerasi
Membantu dan memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris dalam melakukan evaluasi
terhadap kebijakan Remunerasi dan Nominasi, mengenai:
a. Kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi untuk disampaikan kepada Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS);
b. Kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif dan pegawai secara keseluruhan untuk
disampaikan kepada Direksi;
c. Dalam memberikan rekomendasi yang terkait dengan Remunerasi ini juga harus memperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Kinerja keuangan Perseroan dan kecukupan pemenuhan cadangan;
2. Prestasi kerja individu;
3. Kewajiban dengan peer group; dan
4. Pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang Perseroan.
2. Nominasi
a. Menyusun kebijakan sistem dan prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota Komisaris
dan Direksi untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS);
b. Memberikan rekomendasi mengenai calon anggota Dewan Komisaris dan/atau Direksi, kepada
Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang saham (RUPS);
c. Memberikan rekomendasi mengenai pihak independen yang akan menjadi:
1. Anggota Komite Audit yang memiliki keahlian di bidang Hukum/Perbankan;
2. Anggota Komite Pemantau Risiko, yang memiliki keahlian di bidang keuangan dan seorang di
bidang Manajemen Risiko.
3. Dalam melaksanakan wewenang, Komite Remunerasi dan Nominasi bekerja sama dengan
Divisi/Unit Kerja/Satuan Kerja yang menangani Sumber Daya Manusia.
4. Mengevaluasi kebijakan dan keputusan yang telah diambil oleh Direksi terkait dengan penerapan
remunerasi dan nominasi.
5. Menjaga kerahasiaan dokumen dan informasi Bank.
Berikut ini adalah keterangan singkat mengenai anggota Komite sebagaimana disebutkan di atas:
Handadjaja Sulaiman, Komisaris Independen dan Ketua Komite Remunerasi dan Nominasi
Warga Negara Indonesia, 58 tahun.
Menjabat sebagai Komisaris PT Bank of India Indonesia Tbk, sejak tahun 2013.
Menyandang gelar Insinyur dari Universitas Katolik Parahyangan pada tahun 1982 dan pada tahun
1987 menyandang gelar Master of Business Administration dari California State University, Long Beach.
Memulai karir sebagai Junior Engineer dan Construction Manager di Mulia Group pada tahun 1983-
1986. Kemudian menjadi Business Development di PT The First National Glassware pada tahun 1988-
1990. Sebagai Assistant Manager dan Local Director Jones Lang Wooton/Jones Lang LaSalle Indonesia
pada tahun 1990-1998. Selanjutnya bergabung di PT Procon Indah dari tahun 1999-2007 sebagai
National Director dan Executive Director. Pada tahun 2007-saat ini menjabat sebagai Executive
Director di PT Cushman & Wakefield Indonesia.
Prakash Rupchand Chugani, Komisaris dan Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi
Warga Negara Indonesia, 46 tahun.
Menjabat sebagai Komisaris PT Bank of India Indonesia Tbk sejak tahun 1996.
PT Bank of India Indonesia Tbk
76
Memperoleh gelar Bachelor of Science bidang Keuangan dari Bentley College Boston, USA pada tahun
1991.
Memulai karir sebagai Trainee di Prudential Insurance Co. Boston, USA pada tahun 1991-1992. Tahun
1992-1996 menjabat sebagai Asisten Direktur kemudian Direktur Pemasaran PT Bank Swadesi.
Menjabat Direktur di PT Classic Prima Carpet Industries pada tahun 1996-1997. Sejak tahun 1997
sampai dengan saat ini, menduduki jabatan Komisaris PT Panca Mantra Jaya.
M. Joko Yunianto, Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi.
Warga Negara Indonesia, 51 tahun.
Menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Memulai karir perbankan di PT Bank Niaga sebagai Department Head ATM Center pada tahun 1992
dan bergabung dengan PT Bank of India Indonesia Tbk sejak Juli 2017 sebagai anggota Komite
Remunerasi dan Nominasi.
Selama Tahun 2017 (6 Bulan) dan 2016, Komite Remunerasi dan Nominasi telah mengadakan rapat
sebanyak 3 (tiga) kali dan 8 (delapan) kali.
Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary)
Dalam rangka memenuhi Peraturan OJK No.35/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014 tentang
Sekretaris Perusahaan Emiten Atau Perusahaan Publik dan berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.
025/KP-BD/Int/SK/DKI/X/2013 tanggal 23 Oktober 2013, Perseroan telah menunjuk Ferry Koswara
sebagai Sekretaris Perusahaan. Dengan alamat Perseroan di Jalan Samanhudi No 37, Kelurahan Pasar
Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat 10710 dan Nomor Telepon Perseroan 021 – 3500007.
Laporan Pelaksanaan Tugas
Sesuai peraturan OJK, Perusahaan Publik atau Emiten wajib membentuk Sekretaris Perusahaan.
Adapun tugas dan tanggung jawab Sekretaris Perusahaan adalah:
1. Sebagai penghubung atau contact person dan menjaga komunikasi atau hubungan dengan baik dan
efektif antara Perseroan dengan otoritas pasar modal, investor dan publik.
2. Mempersiapkan laporan-laporan keterbukaan informasi Perseroan sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Memfasilitasi, mencatat dan mendokumentasikan pelaksanaan rapat Dewan Komisaris dan Direksi,
dokumen perizinan (terkait Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi) dan korespondensi
dengan Otoritas Pasar Modal.
4. Bertanggungjawab dan berkoordinasi atas penyelenggaraan corporate action antara lain
Penawaran Umum Terbatas, RUPS serta Public Expose.
5. Melakukan koordinasi dan administrasi pencatatan kepemilikan saham.
6. Mengikuti perkembangan ketentuan Otoritas Pasar Modal, khususnya peraturan-peraturan yang
berlaku di Pasar Modal.
Internal Audit
Untuk memenuhi Peraturan OJK No.56/POJK.04/2015 tanggal 23 Desember 2015 tentang
Pembentukan Dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Audit Internal dan Peraturan Bank Indonesia
No. 1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance
Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum (SPFAIB) yang kemudian
diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia No. 13/2/PBI/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang
Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum sebagai ukuran minimal yang harus dipatuhi oleh
PT Bank of India Indonesia Tbk
77
Perseroan sebagai perusahaan publik serta untuk memastikan terselenggaranya fungsi audit intern
Perseroan yang efektif melalui kesamaan pemahaman dan dukungan komitmen mengenai visi, misi,
struktur dan kedudukan, kewenangan, fungsi, tugas, tanggungjawab, independensi dan ruang lingkup
pekerjaan audit intern Bank, Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan menetapkan Piagam Audit Intern
(Internal Audit Charter).
Perseroan telah memiliki Piagam Audit Internal (Internal Audit Charter) yang ditetapkan Direksi
dengan persetujuan Dewan Komisaris tertanggal 17 Juli 2014. Piagam Audit lntern ini dimaksudkan
sebagai pedoman standar yang memuat ukuran minimal tentang fungsi Audit lntern yang perlu
diselenggarakan oleh Perseroan serta aspek-aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan Audit Intern.
Piagam Audit lntern ini ditujukan pula untuk terciptanya kesamaan pemahaman dan landasan
mengenai tingkat pemeliharaan kepentingan dan komitmen dari semua pihak yang terkait dengan
Perseroan.
Hal-hal yang diatur dalam Piagam Audit Intern Perseroan adalah visi dan misi Divisi Audit Internal
(DAI), struktur dan kedudukan Internal Audit Division dalam organisasi bank, ruang lingkup pekerjaan
dan kegiatan DAI, wewenang fungsi tugas dan tanggung jawab DAI, pernyataan dukungan dan
independensi SKAI, tanggung jawab auditee, kode etik dan persyaratan auditor internal. Perlindungan
hukum kepada pemimpin dan auditor Divisi Audit, tanggung jawab manajemen, metodologi audit.
Divisi Audit Internal Perseroan dipimpin oleh Jusa T. Tondok sebagai Kepala Satuan Kerja Audit Intern.
Tujuan adanya divisi ini adalah untuk memberikan rekomendasi perbaikan terhadap kualitas dan
efektivitas pengelolahan risiko serta kecukupan efektivitas pengendalian intern. Ruang lingkup
kegiatan Divisi Internal Audit mencakup pelaksanaan assurance dan konsultasi terhadap seluruh
kegiatan Perseroan dan semua tingkatan manajemen Perseroan.
Tugas pokok dan tanggung jawab Divisi Audit Internal diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menyusun dan melaksanakan realisasi rencana audit dan konsultasi tahunan;
2. Melaporkan realisasi rencana audit dan konsultasi tahunan setiap semester kepada Direktur
Utama dan Komisaris;
3. Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di bidang keuangan,
akuntansi, operasional, sumber daya manusia, pemasaran, teknologi informasi dan kegiatan
lainnya;
4. Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian intern dan sistem Manajemen Risiko sesuai
dengan kebijakan Perseroan;
5. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang obyektif tentang kegiatan yang diperiksa pada
semua tingkat manajemen;
6. Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut kepada Direktur Utama dan
Komisaris dengan tembusan kepada Direktur Kepatuhan;
7. Memberikan konsultasi kepada pihak intern Perseroan untuk memberikan nilai tambah dan
perbaikan terhadap kualitas pengendalian, pengelolahan risiko dan tata kelola Perseroan;
8. Melakukan audit pendalaman (khusus) apabila diperlukan;
9. Melaksanakan pemantauan tindak lanjut audit dan melaporkan kepada Direktur Utama dan
Dewan Komisaris setiap triwulan;
10. Melaporkan segera atas setiap temuan audit yang diperkirakan dapat menggangu kelangsungan
usaha Perseroan kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris;
11. Menyiapkan laporan pelaksanaan dan pokok hasil audit dan menyampaikan kepada Bank
Indonesia;
12. Mengajukan anggaran tahunan untuk tahun yang akan datang dan melaporkan kepada direktur
utama setiap semester;
13. Menyusun kebijakan dan prosedur tertulis sebagai pedoman bagi auditor internal dalam
melaksanakan tugasnya;
PT Bank of India Indonesia Tbk
78
14. Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit yang dilakukan;
15. Melaksanakan pendidikan secara berkelanjutan dan sesuai dengan kompetensi auditor;
16. Bekerjasama dengan Komite Audit;
17. Pasangan istri/suami, anak atau orang tua dari auditor tidak bekerja pada PT Bank of India
Indonesia Tbk;
18. Mematuhi kebijakan dan prosedur Perseroan yang ada serta menggunakan standar dan pedoman
praktek terbaik oleh lembaga profesional seperti Institute of Internal Audit (IIA), Information
Systems Audit and Control Association (ISACA), Committee of Sponsoring Organizations of the
Treadsay Commission (COSO), dll sebagai regerensi/acuan;
19. Berkontribusi atas proses manajemen risiko perusahaan termasuk Anti Money Laundring (AML)
dan Anti Terrorist Financing (AFT), Teknologi Informasi dan Keamanan Informasi dan fungsi
manajemen risiko lain untuk memastikan bahwa risiko secara tepat diidentifikasi dan dikelola.
Wewenang Divisi Audit Internal adalah sebagai berikut:
1. Melakukan akses secara penuh, bebas dan tidak terbatas terhadap catatan, informasi, karyawan,
dana, aset, lokasi/area serta sumber daya lain Perseroan yang berkaitan dengan pelaksanaan
audit dan konsultasi.
2. Melakukan verifikasi, wawancara, konfirmasi dan teknik pemeriksaan lainnya kepada nasabah
atau pihak lain berkaitan dengan pelaksanaan audit dan konsultasi.
3. Melakukan komunikasi secara langsung dengan Direksi, Dewan Komisaris dan/atau Komite Audit
serta anggota dari Direksi, Dewan Komisaris dan/atau Komite Audit.
4. Melakukan rapat secara berkala dan insidentil dengan Direksi, Dewan Komisaris dan/atau Komite
Audit.
5. Menentukan jadwal, auditee, personil, ruang lingkup dan menggunakan metodologi, teknik,
perangkat dan pendekatan audit dalam melaksanakan tugas pokok yang telah ditetapkan.
6. Melakukan koordiansi dengan auditor eksternal.
7. Menggunakan jasa pihak ekstern dalam pelaksanaan audit apabila dipandang perlu.
5. Sumber Daya Manusia
Per tanggal 30 Juni 2017, jumlah Direksi 4 (empat) orang terbagi atas direksi lokal 3 (tiga) orang dana
sing 1 (satu) orang. Jumlah karyawan (termasuk manager dan minus direksi) adalah sebanyak 302 (tiga
ratus dua) orang, terbagi atas karyawan local sebanyak 300 (tiga ratus) orang dan asing sebanyak 2
(dua) orang.
Berikut ini jumlah dan komposisi karyawan Tetap Perseroan berdasarkan jenjang manajemen, jenjang
pendidikan, dan jenjang kelompok usia.
Komposisi Karyawan Tetap Menurut Jenjang Manajemen
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 % 2016 % 2015 % 2014 % 2013 %
Direksi 4 1,31 5 1,57 4 1,26 5 1,17 4 1,17
Manager 18 5,88 20 6,29 17 5,36 20 6,73 19 5,56
Supervisor 52 16,99 51 16,04 44 13,88 45 11,40 44 12,87
Staff 173 56,54 183 57,55 188 59,31 190 60,82 207 60,52
Non-Staff 59 19,28 59 18,55 64 20,19 68 19,88 68 19,88
Jumlah 306 100 318 100 317 100 328 100 342 100
PT Bank of India Indonesia Tbk
79
Komposisi Karyawan Tetap Menurut Jenjang Pendidikan
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 % 2016 % 2015 % 2014 % 2013 %
S2 9 2,56 12 3,77 6 1,89 10 3,05 6 1,49
S1 169 56,41 181 56,92 180 56,78 177 53,96 191 54,64
D3,D2,D1 36 11,36 37 11,64 35 11,04 40 12,20 40 10,04
SMA 79 26,74 79 24,84 85 26,81 86 26,22 89 29,74
SMP/SD 9 2,93 9 2,83 11 3,47 15 4,57 12 4,09
Jumlah 302 100 318 100 317 100 328 100 338 100
Komposisi Karyawan Tetap Menurut Kelompok Usia
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 % 2016 % 2015 % 2014 % 2013 %
S/D 30 tahun 51 13,55 57 16,67 57 17,98 67 20,43 73 11,52
31 - 40 tahun 87 28,21 92 28,93 95 29,97 98 29,88 106 34,57
41 - 60 tahun 164 58,24 169 54,40 165 52,05 162 49,39 159 53,91
60 tahun ke atas 0 - 0 0 0 0 1 0,30 0 0
Jumlah 302 100 318 100 317 100 328 100 338 100
Selain jumlah karyawan sebagaimana disebutkan di atas, saat ini juga terdapat 2 orang tenaga kerja
asing yang menduduki jabatan sebagai Komisaris Utama dan Direktur Perseroan yang berasal dari
Negara India. Berikut ini adalah penjelasan mengenai tenaga kerja asing tersebut:
No. Nama Jabatan No.IMTA Masa Berlaku IMTA
s/d
No.KITAS
1. Neelam Damodharan *) Komisaris Utama - - -
2. Prashant Thapliyal Direktur 20524/MEN/P/IMTA/ 2017 25-04-2018 2C21JD1050-R
*) Pasal 37 Ayat 2 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.16 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Penggunaan Tenaga Kerja Asing sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
No.35 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.16 Tahun 2015
tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing (“Permen Ketenagakerjaan tentang TKA”)
mengatur bahwa Tenaga Kerja Asing yang menduduki jabatan anggota Direksi, anggota Dewan
Komisaris atau anggota Pembina, anggota Pengurus, anggota Pengawas yang berdomisili di luar negeri
tidak wajib memiliki Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (“IMTA”). Pasal 39 Ayat 3 Permen
Ketenagakerjaan tentang TKA mengatur bahwa penerbitan IMTA menjadi dasar untuk pengajuan salah
satunya pemberian dan perpanjangan Izin Tinggal Terbatas (“ITAS”). Neelam Damodharan sebagai
Komisaris Utama Perseroan tidak berdomisili di dalam wilayah Indonesia karenanya sesuai dengan
Permen Ketenagakerjaan tentang TKA, yang bersangkutan tidak wajib memiliki IMTA dan ITAS.
Tidak ada pembatasan jumlah tenaga kerja asing yang dipekerjakan Perseroan untuk menduduki
jabatan tertentu dan telah memenuhi peraturan Kementerian Ketenagakerjaan.
Pegawai Perseroan menerima paket kompensasi yang telah sesuai dengan Upah Minimum Regional
(UMR) yang berlaku yang mencakup gaji pokok, tunjangan hari raya, tunjangan pendidikan, tunjangan
akhir tahun, tunjangan transportasi, tunjangan hari tua dari Jamsostek, kredit karyawan dengan bunga
yang lebih rendah dibandingkan yang disalurkan Perseroan kepada nasabahnya, kredit kepemilikan
rumah dan fasilitas kesehatan sesuai dengan kebijakan Perseroan.
Peningkatan kompetensi karyawan dilaksanakan secara berkelanjutan melalui berbagai program
pelatihan, baik dengan metode internal maupun eksternal. Program-program yang diikuti para
PT Bank of India Indonesia Tbk
80
karyawan meliputi program sosialisasi, pelatihan dan workshop. Setiap program pengembangan
karyawan selalu diawali dengan analisa kebutuhan karyawan melalui training need analysis (TNA) yang
kemudian dirumuskan menjadi suatu rencana training. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia,
Perseroan senantiasa menyisihkan 5% dan biaya tenaga kerja untuk pengembangan karyawannya.
Karyawan Perseroan belum membentuk Serikat Pekerja.
6. Hubungan Kepemilikan, Kepengurusan Dan Kepengawasan Perseroan Dengan Pemegang Saham
Berbentuk Badan Hukum
a. Diagram Kepemilikan
Per tanggal prospektus ini diterbitkan, struktur kepemilikan Perseroan adalah sebagai berikut :
* Pengendali Perseroan adalah Pemerintah Republik India
Berikut adalah keterangan mengenai Pemegang Saham Utama Perseroan
NO
. NAMA
HUBUNGAN
KETERKAITAN PEMEGANG SAHAM PENGURUS
1 BANK OF INDIA
PEMEGANG
SAHAM
PENGENDALI CENTRAL GOVT./STATE
GOVT 73.72%
NON EXECUTIVE
CHAIRMAN MR. G. PADMANABHAN
BANK (76%)
MUTUAL FUNDS/UTI* 1.18%
MANAGING
DIRECTOR & CEO
MR. DINABANDHU
MOHAPATRA
FINANCIAL
INSTITUTIONS/BANKS* 1.38%
EXECUTIVE
DIRECTOR
MR. R.A SANKARA
NARAYANAN
INSURANCE COMPANIES* 13.77%
EXECUTIVE
DIRECTOR MR. NEELAM DAMODHARAN
FOREIGN INSTITUTIONAL
INVESTORS &
2.92%
EXECUTIVE
DIRECTOR MR. ATANU KUMAR DAS
OTHER FOREIGN HOLDING*
BODIES CORPORATE* 1.17%
GOVT. NOMINEE
DIRECTOR
MR. GIRISH CHANDRA
MURMU
INDIVIDUALS/OTHERS* 5.86%
RBI NOMINEE
DIRECTOR MS. ROSEMARY SEBASTIAN
TOTAL 100.00% PARTIME NON- MS. VENI THAPAR
PT Bank of India Indonesia Tbk
81
OFFICIAL
DIRECTOR
SHAREHOLDER
DIRECTOR
MR. NEERAJ BHATIA (FROM
25.10.2014)
SHAREHOLDER
DIRECTOR
MR. SANJIV KUMAR ARORA
(FROM 25.10.2014)
2
PT PANCA
MANTRA JAYA
PEMEGANG
SAHAM BANK
(18.00%)
DILIP RUPO CHUGANI 33.34% KOMISARIS
PRAKASH RUPCHAND
CHUGANI
DEEPAK RUPO CHUGANI 33.33% DIREKTUR DILIP RUPO CHUGANI
PRAKASH RUPCHAND
CHUGANI 33.33% DIREKTUR
PRAKASH KORTUMAL
NARWANI (NARWANI
PRAKASH KOTUMAL)
T O T A L 100.00%
3
PRAKASH R.
CHUGANI
PEMEGANG
SAHAM BANK
(1.61%)
4 MASYARAKAT
PEMEGANG
SAHAM BANK
(4.39%)
b. Hubungan Pengurusan dan Pengawasan serta Afiliasi
Hubungan pengurusan dan pengawasan antara Perseroan dan pemegang saham berbentuk badan
hukum Perseroan Terbatas dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Perseroan Bank of India
PT Panca Mantra
Jaya
Radhamangalam Anantharaman
Sankara Narayanan
Komisaris Utama Executive
Director
-
Prakash Rupchand Chugani Komisaris - Komisaris
Raharjo Satrio Unggul Komisaris Independen - -
Handadjaja Sulaiman Komisaris Independen - -
Sinbad Rijadi Hardjodipuro Direktur Utama - -
Ferry Koswara Direktur - -
Prashant Thapliyal Direktur - -
Primasura Pandu Dwipanata Direktur - -
7. Keterangan Mengenai Aset Tetap
Perseroan memiliki dan/atau menguasai bidang-bidang tanah dan bangunan yang terletak di Jakarta,
Surabaya, dan Makassar dengan jenis hak berupa Hak Guna Bangunan (HGB) dan Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun (HMSRS), dimana sebagian besar diantaranya dipergunakan untuk kegiatan
PT Bank of India Indonesia Tbk
82
operasional Perseroan. Jumlah aset tetap Perseroan pada tanggal 30 Juni 2017 setelah dikurangi
akumulasi penyusutan adalah sebesar Rp 123.056 juta.
Tanah dan bangunan yang dimiliki oleh Perseroan adalah:
No. Lokasi Luas
(M2) Sertipikat
Terdaftar
Atas Nama
Jangka Waktu
(s/d tanggal)
TANAH
1. Jl. H. Samanhudi No.37
Jakarta Pusat 617
HGB No.4818
Tgl 21-02- 2012
PT Bank
Swadesi Tbk 20-02-2032
2. Jl. Tunjungan No.32
Surabaya 488
HGB No.623
Tgl 23-10-2007
PT Bank
Swadesi Tbk 13-06-2027
3. Jl. Coklat No.2022
Surabaya 188
HGB No.1972
Tgl 23-11-2006
PT Bank
Swadesi Tbk 07-09-2026
4.
Jl. Raya Bogor Km.21 No.18,
Jakarta Timur
172 HGB No.00256
Tgl 08-04-2016
PT Bank of
India
Indonesia Tbk
07-04-2036
5. 132
HGB No.105
Tgl 09-04-1998
PT Bank
Swadesi Tbk 09-04-2018
6. Jl. Danau Sunter Utara
Blok D-1/12-13/3, Jakarta
Utara
109 HGB No.10.251
Tgl 17-12-2003
PT Bank
Swadesi Tbk 19-12-2024
7. Jl. Kelapa Gading Boulevard
Blok LC-7 No.07 Kelapa
Gading, Jakarta Utara
182 HGB No.2526
Tgl 31-08-1994
PT Bank
Swadesi 11-05-2032
8. Villa Pertama Gading A.5/42,
Tugu Selatan, Koja,
Jakarta Utara
99 HGB No.698
Tgl 28-06-2002
PT Bank of
India
Indonesia Tbk
04-08-2036
9. Jl. Ujung Pandang
Ruko Taman Bahari No.13,
Makassar
100 HGB No.20106
Tgl 25-05-2007
PT Bank
Swadesi Tbk 10-05-2041
BANGUNAN
1. Rusun Non Hunian
Wisma Eka Jiwa,
Jl. Arteri Mangga Dua No.
RM/17
Jakarta Pusat
348
HMSRS No.778/I-II-
III-IV
Tgl 05-09-1997
PT Bank
Swadesi Tbk 15-06-2029
2. Rusun Non Hunian
JITC Blok IA Lt. IV No.296
Jl. Raya Mangga Dua
Jakarta Utara
8,51 HMSRS No.296/IV/IA
Tgl 29-10-1994
PT Bank
Swadesi Tbk 16-07-2028
3. Rusun Hunian
Taman Kemayoran
Condominium
No.01, Lt. II, Blok C Blok A I,
Jakarta Pusat
44,02 HMSRS No.2942/II/C
Tgl 27-02-1997
PT Bank of
India
Indonesia Tbk
19-06-2035
4. Rusun Hunian
Taman Kemayoran
Condominium
No.03, Lt. XII, Blok A Blok A I,
Jakarta Pusat
90,05
HMSRS
No.2816/XII/A
Tgl 27-02-1997
PT Bank of
India
Indonesia Tbk
19-06-2035
5. Rusun Hunian
Mediterania Lagoon 97
HMSRS No.5715/X/B
Tgl 28-12-2007
PT Bank of
India 15-08-2022
PT Bank of India Indonesia Tbk
83
Residences
Jl. Komplek Kemayoran Blok
A 1, Lt.10 No. B/10/L Tower
B, Jakarta Pusat
Indonesia Tbk
6. Rusun Hunian
Mediterania Lagoon
Residences
Jl. Komplek Kemayoran Blok
A 1, Lt.10 No. B/10/M Tower
B, Jakarta Pusat
97 HMSRS No.5716/X/B
Tgl 28-12-2007
PT Bank of
India
Indonesia Tbk
15-08-2022
7. Rusun Hunian
Apartemen Eksekutif
Menteng
No.14.10, Lt. XIV Tower B2,
Jl. Pegangsaan Barat No.6-12,
Jakarta Pusat
141,247
HMSRS
No.231/XIV/B2
Tgl 30-12-1997
PT Bank
Swadesi Tbk 05-06-2027
8. Transaksi Dengan Pihak Afiliasi
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perseroan melakukan transaksi dengan pihak afiliasi.
Transaksi-transaksi tersebut telah dilaksanakan dengan persyaratan yang sama untuk transaksi dengan
pihak lainnya. Nilai transaksi dengan pihak afiliasi adalah wajar karena penentuan bunga sesuai dengan
ketentuan Perseroan dan jangka waktu transaksi sesuai dengan jenis produk perbankan. Pada tanggal
30 Juni 2017, rincian sifat hubungan dan jenis transaksi dengan pihak afiliasi adalah sebagai berikut:
No. Pihak-pihak afiliasi Sifat relasi istimewa Jenis transaksi Persentase (%)
1. Bank of India Pemegang saham Giro pada bank lain 0,05
2. PT Panca Mantra jaya Pemegang saham Simpanan nasabah < 1% 3. Deepak Rupo Chugani Keluarga Komisaris Kredit yang diberikan 23,99 4. PT Metro Global
Services
Penjamin oleh
Pemegang Saham
Kredit yang diberikan 8,18
5. PT Multindo Velvet
Industries
Perusahaan Keluarga
Komisaris
Kredit yang diberikan 20,84
6. Dilip R. Chugani Keluarga Komisaris Kredit yang diberikan 44,31 7. PT Classic Automotive
Manufacturing
Perusahaan Keluarga
Pemegang Saham
Kredit yang diberikan 2,62
8. Personil manajemen
kunci dan keluarga
Hubungan
pengendalian kegiatan
Bank
Kredit yang diberikan
dan simpanan nasabah
0,05
Rincian transaksi dengan pihak berelasi adalah sebagi berikut:
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan
30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Rp % Rp % Rp %
Giro pada bank lain 2.122 0,05 736 0,02 5.097 0,08
Kredit yang diberikan 206.468 4,90 65.757 1,53 192.929 3,17
Simpanan nasabah 30.542 0,95 31.048 0,97 278.144 5,59
Giro 8.528 0,27 14.684 0,46 12.661 0,25
Tabungan 1.844 0,06 699 0,02 4.393 0,09
Deposito berjangka 20.170 0,62 15.665 0,49 261.090 5,25
Simpanan dari bank lain 56.863 1,77 98.642 3,08 418.509 8,42
Pendapatan bunga 7.548 4,62 9.062 2,22 16.783 3,03
Beban bunga (598) 0,72 (5.201) 2,10 (17.850) 4,90
PT Bank of India Indonesia Tbk
84
9. Perjanjian-Perjanjian Penting Dengan Pihak Ketiga
Sampai dengan Prospektus ini diterbitkan, tidak adanya Perjanjian Penting dengan Pihak Ketiga
berdasarkan Laporan Keuangan 30 Juni 2017.
10. Perkara Yang Dihadapi Perseroan
Perseroan saat ini sedang menghadapi 3 (tiga) perkara perdata yang terdaftar pada beberapa
Pengadilan Negeri. Perkara-perkara perdata tersebut secara material tidak mempengaruhi
kelangsungan usaha dan operasional Perseroan serta keadaan keuangan Perseroan dan bukan perkara
yang melibatkan anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan. Selain perkara-perkara perdata
tersebut, Perseroan tidak terlibat dalam perkara lainnya baik dalam lingkup perdata, pidana,
kepailitan, hubungan industrial, tata usaha negara, perpajakan, perkara arbitrase maupun sengketa
atau klaim lainnya dengan pihak manapun, dan juga tidak terdapat somasi atau laporan terhadap
Perseroan yang berpotensi menjadi perkara. Adapun ringkasan dari 3 (tiga) perkara perdata yang
melibatkan Perseroan tersebut adalah sebagai berikut:
No. No.Perkara Jenis Perkara Kedudukan
Perseroan
Nilai Tuntutan/
Perkara Keterangan
1. Perkara pada Pengadilan Negeri
Surabaya dibawah Rol Perkara
No.534/Pdt.Plw/2011/PN.Sby.
Perlawanan Terlawan I Tidak disebutkan
dalam Putusan
Pengadila Negeri
Surabaya dan
Pengadilan Tinggi
Surabaya
Menang pada tingkat
Pengadilan Negeri Surabaya dan
pada tingkat Pengadilan Tinggi
Surabaya. Menang pada tingkat
Kasasi berdasarkan informasi
dari laman (website) Mahkamah
Agung.
2. Perkara pada Pengadilan
Negeri Bekasi dibawah Rol
Perkara No.02/Pdt.G/2013/
PN.BKS.
Perbuatan
Melawan
Hukum
Tergugat III Rp.5 miliar dan
bunga 30%
Menang pada tingkat
Pengadilan Negeri Bekasi dan
sampai saat ini belum ada
upaya hukum lain dari
Penggugat maupun Tergugat.
3. Perkara pada Pengadilan
Negeri Medan dibawah Rol
Perkara No.06/Pdt.G/2016/
PN.Mdn
Perbuatan
Melawan
Hukum
Tergugat I Materiil:
Rp154.316.800.000,-
Imaterial:
Rp559.645.000.000,-
Sedang dalam proses
pemeriksaan perkara di
Pengadilan Negeri Medan.
PT Bank of India Indonesia Tbk
85
VIII. B. KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA PERSEROAN
1. Umum
Perseroan bergerak dalam bidang usaha jasa perbankan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan No. 906/KMK.013/1989 tanggal 16 Agustus 1989 dan mempunyai kantor pusat di Jakarta
Pusat. Saat ini Perseroan memiliki 7 Kantor Cabang, 6 Kantor Cabang Pembantu dan 2 Kantor Kas, yang
berlokasi di Jakarta, Surabaya, Medan, Bali, Bandung, dan Makassar.
Sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan, ruang lingkup kegiatan Perseroan adalah menjalankan
kegiatan umum perbankan. Perseroan memperoleh persetujuan menjadi Pedagang Valuta Asing
berdasarkan Surat Bank Indonesia No. 25/242/UD/ADv tanggal 25 November 1992. Perseroan
memperoleh persetujuan menjadi Bank Devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No. 27/68/KEP/DIR tanggal 12 Oktober 1994. Selanjutnya, Perseroan memperoleh persetujuan
menjadi Bank Persepsi Kas Negara berdasarkan Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia No.S-
7/MK.03/95 tanggal 2 Januari 1995.
2. Jaringan Distribusi
Pada saat prospektus ini diterbitkan, Perseroan memiliki 7 (tujuh) Kantor Cabang, 6 (enam) Kantor
Cabang Pembantu, dan 2 (dua) Kantor Kas.
Tabel di bawah ini menunjukkan jaringan kantor cabang Perseroan dan status penguasaannya:
NO. STATUS OPERASIONAL STATUS PENGUASAAN JANGKA WAKTU
(s/d tanggal)
KANTOR PUSAT
1. Jl. H. Samanhudi No.37
Jakarta Pusat
Milik
HGB No.4818 tgl 21-02- 2012 20-02-2032
KANTOR CABANG (KC)
1. KC Mangga Dua
Rusun Non Hunian
Wisma Eka Jiwa, Jl. Arteri
Mangga Dua No. RM/17,
Jakarta Pusat
Milik
HMSRS No.778/I-II-III-IV tgl 05-09-
1997
15-06-2029
2. KC Tunjungan
Jl. Tunjungan No.32,
Surabaya
Milik
HGB No.623 tgl 23-10-2007 13-06-2027
3. KC Coklat
Jl. Coklat No.20-22,
Surabaya
Milik
HGB No.1972 tgl 23-11-2006 07-09-2026
4. KC Denpasar
Jl. Diponegoro No.135-137 Blok
27, Denpasar
Sewa 18-10-2018
5. KC Medan
Jl. H. Zainal Arifin
No.55-C/31, Medan
Sewa 01-01-2020
6. KC Makassar
Jl. Ujung Pandang
Ruko Taman Bahari No.13,
Makassar
Milik
HGB No.20106 tgl 25-05-2007 10-05-2041
7. KC Bandung
Jl. Veteran No.49,
Bandung
Sewa 01-04-2021
PT Bank of India Indonesia Tbk
86
KANTOR CABANG PEMBANTU (KCP)
1. KCP Kelapa Gading
Jl. Raya Boulevard Barat
Blok XC 5-6 No.A, Kelapa
Gading, Jakarta Utara
Sewa 07-09-2022
2. KCP Kramat Jati
Jl. Raya Bogor Km.21 No.18,
Jakarta Timur
Milik
HGB No.00256 tgl 08-04-2016
&
HGB No.105 tgl 09-04-1998
07-04-2036
&
09-04-2018
3. KCP Sunter
Jl. Danau Sunter Utara
Blok D-1/12-13/3, Jakarta Utara
Milik
HGB No.10.251 tgl 17-12-2003 19-12-2024
4. KCP MD Place
Gedung MD Place
Lt. Dasar, Jl. Setiabudi Selatan
No.7, Jakarta Selatan
Sewa 30-06-2018
5. KCP Ngagel
Jl. Ngagel Jaya Selatan 169A,
Surabaya
Ijin Pemakaian Tanah
No.188.45/1955P/436.6.18/2016
tgl 09-06-2016
09-06-2021
6. KCP Wiyung
Taman Pondok Indah
Blok A-37 Wiyung, (Jl. Raya
Menganti 211 Blok A-37),
Surabaya
Sewa 01-10-2022
KANTOR KAS (KK)
1. KK Ancol
Gandhi Memorial
International School, Ancol
Izin penggunaan ruangan Tanpa jangka waktu
2. KK Kemayoran
Gandhi Memorial
International School,
Kemayoran
izin penggunaan ruangan Tanpa jangka waktu
3. Strategi Usaha
Pertumbuhan perekonomian domestik tahun 2017 diperkirakan dapat berada pada kisaran 5,2%
sejalan dengan kinerja perekonomian dunia yang diperkirakan meningkat secara bertahap. Permintaan
domestik diperkirakan tetap menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi kedepan, baik dari sisi
konsumsi maupun investasi. [faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi domestik yang lebih
tinggi 2017]. Dari sisi eksternal, pertumbuhan perekonomian dunia yang lebih tinggi dan peningkatan
harga komoditas diperkirakan meningkatkan permintaan produk ekspor, sehingga kontribusi ekspor ke
depan diperkirakan akan lebih baik.
Dari situasi pasar tersebut, memberikan implikasi pada arah strategis yang harus dilakukan oleh
Perseroan untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Implikasi strategis secara global yang
akan dilakukan adalah:
1. Perseroan akan segera masuk dalam peta persaingan baik untuk pasar Asia yang bertumbuh secara
pesat maupun dalam persaingan global.
2. Untuk ekspansi bisnis dimasa mendatang, Perseroan akan fokus pada pemanfaatan peluang
investasi pada pasar yang tumbuh secara pesat.
PT Bank of India Indonesia Tbk
87
3. Sinergi dengan Bank of India akan meningkatkan daya saing Perseroan khususnya dukungan yang
signifikan atas faktor-faktor:
• Pengembangan infrastruktur IT;
• Peningkatan pendapatan dari trade finance, remittance dan treasury.
Selain itu strategi usaha Perseroan dituangkan ke dalam Rencana Bisnis Bank 2014-2016 yang terbagi
menjadi dua tahapan yaitu kebijakan jangka pendek dan kebijakan jangka menengah.
1. Target Jangka Pendek;
Merupakan target pencapaian selama 1 (satu) tahun:
• Melengkapi anggota Dewan Komisaris dan Dewan Direksi;
• Pemenuhan modal inti minimum;
• Pemenuhan kewajiban mengenai kepemilikan tunggal (Single Presence Policy);
• Penelaahan kinerja setiap unit bisnis berdasarkan sisi positifnya untuk mencapai kinerja terbaik.
Untuk meningkatkan kinerja Perseroan dapat melakukan penutupan/relokasi cabang, ataupun
membuka cabang di daerah lain yang lebih potensial;
• Sesuai dengan temuan Pengawas BI atas masih adanya kelemahan dalam bidang IT, Perseroan
akan memohon persetujuan dari otoritas untuk menambah 1 IBO untuk pengembangan IT di
Kantor Pusat Jakarta yang akan bertanggung jawab atas: upgrading core banking, program
aplikasi system banking dan optimalisasi produk SMS Banking;
• Peningkatan Transfer Knowledge dari tenaga kerja asing;
• Pembukaan Kantor Cabang Pembantu (capem);
• Perseroan akan melakukan kajian untuk merelokasi cabang Perseroan ke tempat yang lebih
potensial sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang optimal;
• Peningkatan produktivitas cabang;
• Menjaga Peringkat Komposit Perseroan, minimal 2;
• Menjaga Peringkat GCG pada level 2;
• Peningkatan kualitas kredit;
• Meningkatkan proporsi dana murah;
• Meningkatkan pendapatan non-bunga;
• Memenuhi komitmen atas hasil pemeriksaan dari regulator dan auditor;
2. Target Jangka Menengah;
Merupakan target pencapaian selama 1-3 tahun:
• Penyesuaian struktur organisasi sejalan dengan perkembangan bisnis;
• Peningkatan kesejahteraan karyawan dan stakeholder value;
• Peningkatan kompetensi karyawan lokal agar setara dengan TKA melalui pelbagai pelatihan;
• Pengembangan produk perbankan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah antara lain:
• Produk financing dan trade finance yang bersifat Tailor Made;
• Pengembangan produk Internet Banking;
• Pengembangan fitur jasa pelayanan ATM;
• Produk pendanaan yang lebih menarik dan kompetitif;
• Menjaga kualitas aset produktif pada level sekarang ini;
• Pengembangan sistem informasi manajemen yang mampu menghasilkan informasi secara cepat
dan akurat.
PT Bank of India Indonesia Tbk
88
4. Keunggulan Kompetitif
Beberapa keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh Perseroan antara lain adalah:
• Dukungan dari pemegang saham yaitu Bank of India yang memiliki jaringan dan cabang yang
tersebar di seluruh dunia.
• Sebagai satu diantara hanya dua bank lokal di Indonesia yang pemegang sahamnya adalah
pemerintah India, PT Bank of India Indonesia Tbk lebih banyak diminati oleh kalangan pengusaha
maupun nasabah India yang berada di Jakarta, Medan, Surabaya dimana banyak warga Indonesia
keturunan India menjalankan usahanya dan bertempat tinggal;
• Perseroan mempunyai market niche tersendiri yaitu pengusaha ataupun investasi yang dilakukan
oleh korporasi India di Indonesia.
Bahwa keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh Perseroan adalah dimana nasabah-nasabah
Perseroan merupakan nasabah lama di Perseroan yang terdiri dari Evergreen Customer, dengan
jumlah keseluruhan 60% dari kalangan etnis India. (Sumber: PT Bank of India Indonesia, Tbk. per 30
Juni 2017)
5. Kegiatan Usaha
Ekonomi global yang menurun di tahun 2017. Perekonomian Indonesia tahun 2016 tumbuh sebesar
5,02%, lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 4,88%. Untuk
tahun 2017 sampai dengan kuartal II pertumbuhan ekonomi mencapai 5,01%, namun lebih rendah bila
dibandingan dengan pertumbuhan ekonomi 2016 kuartal II yang mencapai 5,18% (Sumber:
Kompas.com, bisnis.liputan6.com, cnn.indonesia.com). Penurunan pertumbuhan ekonomi akhir-akhir
ini berdampak pada terbatasnya pertumbuhan ekspor akibat melambatnya ekonomi global, namun
permintaan domestik yang cukup besar masih mampu untuk menunjang kegiatan perekonomian
nasional.
Hingga saat ini, BPS mencatata persentase ekspor Indonesia ke A.S. tetap tumbuh sepanjang kuartal
pertama meski ketidakpastian atas kebijakan perdagangan A.S. tetap membayangi. Kuartal pertama
tahun ini, ekspor Indonesia ke A.S. menyentuh 11,7% dari seluruh komposisi ekspor Pertumbuhan
ekspor kuartal kali ini bahkan menyentuh 18,16%. Hal ini dinilai menjadi pemicu pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Yang merupakan alasan utama perbaikan kinerja ekspor kuartal ini adalah adanya
perbaikan harga komoditas nonmigas.
konsumsi rumah tangga masih menjadi penggerak utama pertumbuInan ekonomi. Kondisi ini
mendapat respon dari Bank Indonesia yang secara konsisten melahirkan kebijakan pro-stabilitas
ekonomi dengan menetapkan BI 7-day Reverse Repo Rate menjadi sebesar 4,50%, dengan suku bunga
Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 5,50% dan 4,00%
Kebijakan BI ini telah turut mendorong peningkatan suku bunga kredit di tengah-tengah bergairahnya
aktivitas ekonomi di sektor riil.
Beberapa pengembangan produk Perseroan mencakup:
Penghimpunan Dana
Kegiatan operasional Perseroan selain dibiayai dengan modal sendiri dan pemupukan laba, juga
diperoleh dari penghimpunan dana masyarakat melalui giro, tabungan serta deposito berjangka.
Secara historis sumber pendanaan terbesar Perseroan dari deposito berjangka. Biaya pendanaan dari
deposito berjangka umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan tabungan dan giro. Oleh karena itu di
masa datang Perseroan berusaha menurunkan biaya pedanaan melalui peningkatan jumlah tabungan
dan giro.
PT Bank of India Indonesia Tbk
89
Jumlah Dana Pihak Ketiga dan pinjaman yang berhasil dihimpun Perseroan dalam kurun waktu 2 tahun
terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini. (dalam jutaan Rupiah)
Simpanan Nasabah 30 Juni-17 31 Des-16 31 Des-15
Rp % Rp % Rp %
Giro 225.482 7,19 269.069 8,58 297.976 6,18
Tabungan 132.591 4,23 155.319 4,96 144.583 3,00
Deposito berjangka 2.682.353 85,52 2.598.836 82,91 3.935.564 81,63
Simpanan dari bank lain 96.041 3,06 111.118 3,55 442.827 9,19
Jumlah 3.136.467 100 3.134.342 100 4.820.950 100
Tabungan
Jumlah Tabungan yang berhasil dihimpun Perseroan dalam kurun waktu 2 tahun terakhir dapat dilihat
pada tabel di bawah ini. (dalam jutaan Rupiah)
Tabungan 30 Juni-17 31 Des-16 31 Des-15
Rp % Rp % Rp %
Tabungan Star/ Swadesi 23.801 17,95 29.246 18,83 26.171 18,10
Tabungan Si Boss 88.800 66,97 95.477 61,47 89.606 61,98
Tabungan Lainnya 19.990 15,08 30.596 19,70 28.806 19,92
Jumlah 132.591 100 155.319 100 144.583 100
Giro
Jumlah Giro yang berhasil dihimpun Perseroan dalam kurun waktu 2 tahun terakhir dapat dilihat pada
tabel di bawah ini. (dalam jutaan Rupiah)
Giro 30 Juni-17 31 Des-16 31 Des-15
Rp % Rp % Rp %
Rupiah 114.622 50,83 123.888 46,04 144.056 48,34
Dolar Amerika Serikat 110.860 49,17 145.181 53,96 153.920 51,66
Jumlah 225.482 100 269.069 100 297.976 100
Deposito Berjangka
Jumlah Deposito Berjangka yang berhasil dihimpun Perseroan dalam kurun waktu 2 tahun terakhir
dapat dilihat pada tabel di bawah ini. (dalam jutaan Rupiah)
Deposito Berjangka 30 Juni-17 31 Des-16 31 Des-15
Rp % Rp % Rp %
Rupiah 2.160.906 80,56 2.059.485 79,25 3.053.463 77,58
Dolar Amerika Serikat 521.447 19,44 539.351 20,75 882.101 22,42
Jumlah 2.682.353 100 2.598.836 100 3.935.564 100
Penempatan dan Penyaluran Dana
Perseroan menyalurkan dana dalam bentuk kredit dan penempatan pada efek-efek dan instrumen
pasar uang. Aktivitas utama Perseroan adalah penyaluran dana melalui kredit yang dilakukan sesuai
dengan asas-asas yang sehat serta menerapkan prinsip kehati-hatian yang meliputi independensi,
PT Bank of India Indonesia Tbk
90
profesionalisme dan integritas dalam penyaluran kredit. Perseroan tidak memiliki kelompok-kelompok
tertentu yang menjadi nasabah Perseroan baik untuk penyaluran kredit atau penghimpunan dana.
Selama ini nasabah Perseroan pada umumnya adalah perusahaan trading atau ritel. Proses umum
pemberian kredit di Perseroan dan permohonan seluruh kredit di Perseroan dilaksanakan melalui
kantor cabang atau kantor cabang pembantu yang selanjutnya akan melakukan proses review dan
analisa atas kelayakan usaha calon peminjam atau debitur pada kantor cabang bersangkutan. Semua
kredit yang diajukan calon peminjam atau debitur, akan diajukan ke kantor pusat untuk memperoleh
keputusan dari Komite Kredit. Apabila kredit tersebut disetujui maka kantor cabang akan menerbitkan
Surat Penawaran Kredit (SPK) dan apabila kredit tersebut tidak disetujui maka kantor cabang akan
memberi surat penolakan. Berikut ini adalah gambar skema pemberian kredit:
a. Jenis Kredit
i. Kredit Modal Kerja
Kredit yang diberikan untuk kebutuhan modal kerja yang umumnya berjangka waktu pendek (1
tahun) dan dapat diperpanjang.
ii. Kredit Investasi
Kredit yang diberikan untuk membiayai barang modal dan jasa yang diperlukan untuk investasi
dengan jangka waktu menengah atau panjang (lebih dari 1 tahun).
iii. KPR (Kredit Pemilikan Rumah)
Kredit yang diberikan untuk pembelian, pembangunan, perluasan dan perbaikan rumah,
berjangka waktu sampai 7 (tujuh) tahun dengan sistem pembayarannya secara angsuran.
iv. KKKB (Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor)
Kredit yang diberikan untuk pembelian mobil yang dilakukan nasabah, dengan jangka waktu
kredit sampai 5 tahun.
b. Portofolio Investasi (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Efek pemerintah 198,373 1.033.173 1.460.850
PT Bank of India Indonesia Tbk
91
Efek bukan pemerintah/ korporasi 152.087 221.317 129.983
Jumlah efek-efek 350.460 1.254.490 1.590.833
Cadangan kerugian penurunan nilai (5.066) (72.336) (22.101)
Jumlah efek-efek - bersih 345.394 1.182.154 1.568.732
c. Jenis Keuangan Lainnya (Fee-based Income)
Perseroan juga menawarkan jasa keuangan lainnya seperti:
• Pengiriman uang (Remittance)
Perseroan memberikan pelayanan pengiriman uang antar rekening, antar bank dan antar
negara, fasilitas ini diberikan kepada nasabah pemegang rekening Perseroan.
• Kliring dan Inkaso
Kliring adalah sarana perhitungan warkat yang bertujuan untuk memperluas dan memperlancar
lalu lintas pembayaran giral. Inkaso adalah proses penagihan warkat-warkat kepada bank lain di
Indonesia.
• Jasa Penyewaan Safe Deposit Box
Jasa pelayanan kepada nasabah berupa penyewaan Safe Deposit Box dalam berbagai ukuran box
dengan biaya yang bersaing dan keamanan terjamin selama 24 jam. Penyewa dapat menyimpan
atau mengambil dokumen atau surat berharga tersebut setiap saat selama jam kerja.
• ATM
Perseroan memiliki mesin ATM (Automatic Teller Machine) yaitu suatu fasilitas yang disediakan
bagi nasabah Perseroan untuk melaksanakan sendiri transaksi penarikan tunai, pengiriman uang
(Inter Bank Fund Transfer/IBFT dan pemindahbukuan), melihat saldo dan transaksi lainnya
melalui terminal ATM. Jaringan ATM Perseroan merupakan anggota dari jaringan ATM Bersama.
• Referensi Bank
Referensi Bank diberikan untuk nasabah perorangan atau badan hukum, yang berupa
keterangan secara tertulis yang diberikan oleh Perseroan kepada nasabahnya untuk satu macam
keperluan dan bersifat tidak mengikat, tidak menjanjikan dan tidak memberikan jaminan.
• Jasa Bank Persepsi
Jasa pelayanan pembayaran pajak bagi nasabah seperti pembayaran pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai, pajak impor dan pajak-pajak lainnya.
d. Kredit yang Diberikan
Berikut adalah tabel kredit yang diberikan berdasarkan periode perjanjian kredit pada tanggal
30 Juni 2017, 31 Desember 2016, 2015, 2014 dan 2013:
(dalam jutaan Rupiah)
Jatuh Tempo 30 Juni-17 31 Des-16 31 Des-15 31 Des-14 31 Des-13
Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
≤ 1 tahun 1.347,648 60,82 1.093.033 43,72 954.361 26,56 2.248.812 71,22 361.065 14,05
> 1-2 tahun 434.957 19,63 886.221 35,45 1.952.820 54,35 182.459 5,78 1.575.604 61,32
>2-5 tahun 164.679 7,43 155.463 6,22 161.189 4,49 191.344 6,06 176.922 6,89
> 5 tahun 268.615 12,12 365.445 14,61 524.417 14,60 534.812 16,94 455.728 17,74
PT Bank of India Indonesia Tbk
92
Jatuh Tempo 30 Juni-17 31 Des-16 31 Des-15 31 Des-14 31 Des-13
Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
Jumlah kredit yang
diberikan – bruto
2.215.899 100 2.500.162 100 3.592.787 100 3.157.427 100 2.569.319 100
Cadangan kerugian
penurunan nilai
(55.815) (308.214) (191.332) (27.560) (22.009)
Jumlah kredit yang
diberikan – bersih
2.160.084 2.191.948 3.401.455 3.129.867 2.547.310
Tabel di bawah ini adalah komposisi kredit yang diberikan berdasarkan jenis penggunaan kredit
pada tanggal 30 Juni 2017, 31 Desember 2016, 2015, 2014, dan 2013: (dalam jutaan Rupiah)
Jatuh Tempo 30 Juni-17 31 Des-16 31 Des-15 31 Des-14 31 Des-13
Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
Konsumsi 47.245 2,13 50.928 2,04 103.625 2,88 88.451 2,80 100.925 3,93
Modal kerja 1.998.649 90,20 2.199.060 87,96 3.134.567 87,25 2.639.301 83,59 2.072.395 80,66
Investasi 169.048 7,63 248.881 9,95 352.786 9,82 427.795 13,55 393.812 15,33
Karyawan 957 0,04 1.293 0,05 1.809 0,05 1.880 0,06 2.187 0,08
Jumlah kredit yang
diberikan - bruto
2.215.899 100 2.500.162 100 3.592.787 100 3.157.427 100 2.569.319 100
Cadangan kerugian
penurunan nilai
(55.815) (308.214) (191.332) (27.560) (22.009)
Jumlah kredit yang
diberikan –
bersih
2.160.084 2.191.948 3.401.455 3.129.867 2.547.310
Berdasarkan jenis kredit, portofolio kredit yang diberikan Perseroan lebih banyak terkonsentrasi
pada kredit konsumsi dan modal kerja.
Penyaluran kredit berdasarkan denominasi Rupiah masih mendominasi penyaluran kredit
Perseroan. Berikut adalah tabel penyaluran kredit yang diberikan berdasarkan mata uang Rupiah
dan mata uang asing pada tanggal 30 Juni 2017, 31 Desember 2016, 2015, 2014 dan 2013: (dalam jutaan Rupiah)
Jatuh Tempo 30 Juni-17 31 Des-16 31 Des-15 31 Des-14 31 Des-13
Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
Rupiah 1.749.394 78,95 1.800.706 72,02 2.377.926 66,19 2.437.496 77,20 1.997.422 77,74
Dolar Amerika
Serikat
466.505 21,05 699.456 27,98 1.214.861 33,81 719.931 22,80 571.897 22,26
Jumlah kredit yang
diberikan – bruto
2.215.899 100 2.500.162 100 3.592.787 100 3.157.427 100 2.569.319 100
Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai
(55.815) (308.214) (191.332) (27.560) (22.009)
Jumlah kredit yang
diberikan- bersih
2.160.084 2.191.948 3.401.455 3.129.867 2.547.310
Kredit yang diberikan adalah komponen aset produktif utama bagi Perseroan. Oleh karenanya
Perseroan senantiasa berpedoman pada prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kreditnya. Tabel di
bawah ini menunjukkan bahwa penyaluran kredit kepada pihak berelasi dijaga pada tingkat
seminimal mungkin. (dalam jutaan Rupiah)
Jatuh Tempo 30 Juni-17 31 Des-16 31 Des-15 31 Des-14 31 Des-13
Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
Pihak ketiga 2.009.431 90,68 2.434.405 97,37 3.399.858 94,63 3.024.676 95,80 2.415.169 94
Pihak berelasi 206.468 9,32 65.757 2,63 192.929 5,37 132.751 4,20 154.150 6
Jumlah kredit yang 2.215.899 100 2.500.162 100 3.592.787 100 3.157.427 100 2.569.319 100
PT Bank of India Indonesia Tbk
93
Jatuh Tempo 30 Juni-17 31 Des-16 31 Des-15 31 Des-14 31 Des-13
Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
diberikan – bruto
Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai
(55.815) (308.214) (191.332) (27.560) (22.009)
Jumlah kredit yang
diberikan- bersih
2.160.084 2.191.948 3.401.455 3.129.867 2.547.310
6. Prospek Usaha
Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS untuk data Inflasi Indonesia bulan Juli 2017 mencatat kenaikan
ke level 3,88% (yoy), data ini tidak mengikuti trend liburan pertengahan tahun dan momentum lebaran
yang selalu menunjukkan kenaikan inflasi. Meskipun sedikit melenceng dari proyeksi ekonom namun
secara bulanan inflasi Indonesia masih sesuai harapan, dimana Pemerintah menargetkan inflasi tahun
2017 sebesar 4,00% dengan deviasi kurang lebih 1%.
Laporan data neraca perdaganan Indonesia untuk bulan Juni 2017 menjunjukan bahwa Indonesia
mengalami surplus US$1,63 miliar dimana total ekspor mencapai US$ 11,64 miliar dan total impor
mencapai US 10,01 miliar. Peningkatan dari data Mei 2017 yang mencatatkan surplus sebesar US$ 470
juta didorong oleh surplus sektor nonmigas meskipun perdagangan sektor migas mengalami deficit.
Realisasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II tahun 2017 sebesar 5,01% (yoy)
masih stabil dibandingkan dengan pertumbuhan PDB kuartal I sebesar 5,00%
Pada bulan Juli 2017 bank Indonesia telah menetapkan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo
Rate menjadi sebesar 4,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility
masing-masing tetap pada level 5,50% dan 4,00% Kebijakan BI ini telah turut mendorong peningkatan
suku bunga kredit di tengah-tengah bergairahnya aktivitas ekonomi di sektor riil.
Untuk pergerakan nilai tukar kurs Rupiah pada bulan Juni 2017 sebesar Rp 13.319 per dollar A.S. tidak
mengalami perubahan significan secara bulanan dibandingkan dengan Mei 2017 sebesar Rp 13.315 per
dollar A.S. walaupun dibandingan dengan awal tahun 2017 Rupiah menguat 1,22%.
Kondisi tersebut dimanfaatkan Perseroan seoptimal mungkin untuk melakukan akselerasi proses
transformasi menuju bank BUKU 2 dengan tetap menjalankan praktek kehatian-hatian bank.
Perseroan mencanangkan ekspansi kredit dengan pendekatan yang lebih komprehensif dengan
menekankan aspek manajemen risiko yang lebih prudent.
Berdasarkan kinerja keuangan yang memuaskan selama ini, kami mempunyai tingkat keyakinan yang
tinggi untuk dapat mempertahankan bahkan meningkatkan mutu kinerja di masa mendatang.
Profitabilitas tinggi dibarengi dengan NPL yang rendah, efisiensi operasional, struktur permodalan yang
kuat, serta penerapan prinsip kehati-hatian perbankan merupakan kondisi akan selalu dipelihara dan
akan ditingkatkan.
Menjadi bank yang progresif dengan Standar Internasional dalam memenuhi kebutuhan nasabah, baik
dalam transaksi perbankan nasional maupun international. Menyediakan layangan unggulan dengan
didukung penerapan teknologi yang tepat guna, berdasarkan prinsip Kehati-hatian bank dan Good
Corporate Governance memaksimalkan nilai bagi Stakeholder.
Sesuai dengan perkembangan bisnis saat ini, Perseroan telah mengubah Visi menjadi: Menjadi bank
yang progresif dengan Standar Internasional dalam memenuhi kebutuhan nasabah, baik dalam
transaksi perbankan nasional maupun internasional. Visi ini menyatakan kemampuan Perseroan untuk
PT Bank of India Indonesia Tbk
94
menyediakan pelayanan perbankan yang bersifat komprehensif. Lingkup target market telah meluas
kepada pelayanan perbankan internasional dengan memanfaatkan jaringan global Bank of India.
Perseroan akan lebih banyak menggunakan pendekatan perbankan internasional dalam bisnisnya.
Untuk memenuhi permodalan minimum untuk Bank kategori BUKU 2 sesuai ketentuan dalam PBI
14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank Dalam,
Perseroan berkomitmen untuk menambah jumlah permodalan hingga di atas Rp 1 Triliun sebelum
akhir 2017. Perseroan telah memutuskan untuk tidak membagikan dividen sebelum angka Rp 1 Triliun
tercapai.
Bank Dunia memproyeksikan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh pada tingkat 5,3 persen pada
tahun 2018, lebih tinggi dari proyeksi tahun ini sebesar 5,2 persen, menurut laporan Triwulan Ekonomi
Indonesia Juni 2017.
Sementara itu, pemerintah dan Komisi XI DPR RI yang mengawasi urusan keuangan sepakat untuk
menetapkan target pertumbuhan ekonomi antara 5,2 dan 5,6 persen pada APBN 2018.
Perkiraan pertumbuhan tersebut sejalan dengan perkiraan kenaikan PDB global dari 2,7 persen tahun
ini menjadi 2,9 persen pada periode 2018-2019.
Kinerja fiskal di semester I tahun 2017 menguat, dengan peningkatan pendapatan dibandingkan tahun
lalu dan kualitas pengeluaran yang lebih baik.
Konsumsi swasta diperkirakan akan meningkat dengan inflasi moderat, nilai tukar yang stabil,
kepercayaan konsumen yang lebih kuat dan suku bunga kredit konsumen yang rendah.
Dalam perkiraan awal, investasi diperkirakan akan menguat karena berlanjutnya pemulihan harga
komoditas, meningkatkan kepercayaan investor yang didukung oleh kenaikan peringkat S & P, dan
penurunan suku bunga pinjaman komersial.
Dengan adanya gelaran Asian Games dan IMF-World Bank’s pertemuan tahunan dan pilkada serentak
di 2018, akan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi.
Pada industri perbankan, risiko kredit jelas masih menjadi perhatian besar namun terlihat stabilitas
yang telah membaik
Pada umumnya, pandangannya mengarah kepada NPL yang meningkat dengan pertumbuhan kredit
yang lebih rendah dari pada masa lalu. Pelaku industri mengharapkan pertumbuhan 10% atau lebih di
tahun 2018. Pelaku industri perbankan melihat bahwa Indonesia menjadi pasar perbankan yang paling
menarik di Asia Tenggara, dan sebagian besar merasakan kondisi pasar membaik.
Namun, lingkungan makro ekonomi masih terlihat oleh responden menjadi risiko nomor satu untuk
industri ini. Akan ada tekanan pada margin, karena tren penurunan suku bunga acuan.
7. Persaingan dan Pemasaran
Segmentasi utama Perseroan ialah pada perdagangan dan industri yang berorientasi pada ekspor.
Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya menghadapi persaingan dalam semua lini bisnisnya.
Pesaing utama Perseroan terdiri dari bank-bank Indonesia dari kelas menengah dengan aset dibawah
Rp 10 triliun, Bank Pemerintah Daerah, dan Bank Perkreditan Rakyat. Selain itu, Perseroan
menghadapi persaingan tidak langsung dari beragam jenis perusahaan jasa keuangan lainnya, seperti
perusahaan sewa-guna usaha, perusahaan pembiayaan, dan koperasi serta menghadapi persaingan
PT Bank of India Indonesia Tbk
95
dari perusahaan yang terkait dengan pemerintah yang menyediakan jasa penghimpunan dana dan
pembiayaan dan pelayanan ekspor/impor.
Sejalan dengan perkembangan dan reformasi sektor keuangan Indonesia yang berkesinambungan,
Perseroan mengantisipasi persaingan yang semakin ketat dari institusi keuangan yang dapat
menawarkan pelayanan dan produk perbankan komersial yang lebih luas atau memiliki batas
pembiayaan yang lebih besar atau neraca yang lebih kuat. Banyak institusi keuangan ini yang secara
substansial memiliki nasabah yang sama dengan Perseroan, dan banyak dari bank-bank ini juga
memiliki ikatan dengan pemerintah atau kelompok bisnis yang besar dengan sumber-sumber
keuangan yang signifikan.
Perseroan akan fokus pada pertumbuhan bisnis yang bersifat sustainable dengan memanfaatkan
peluang pasar yang timbul dikemudian hari. Peluang Pasar Perseroan diantaranya ialah pembiayaan
pada industri yang berorientasi ekspor dan pengolahan hasil bumi, seperti pembangunan pengolahan
kelapa di daerah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, selain itu pembangunan pabrik gula di Aceh dan
pabrik gliceryn di Sumatera Utara.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dibutuhkan pembangunan kapabilitas yang memadai dalam
menggarap pasar yang telah dipilih secara intensif, dengan cara membangun kapabilitas produk dan
layanan terbaik dikelasnya, Investasi IT dan mengembangkan jaringan cabang dan produk perbankan
internasional, kerjasama yang saling menguntungkan dengan aliansi strategis, mengembangkan
sumber daya yang handal dan mengelola kinerja secara ketat.
Tabel berikut ini menetapkan rasio pendapatan bunga bersih (NIM), rasio kecukupan modal (CAR),
rasio efisiensi (BOPO), rasio imbal hasil terhadap aset (ROA), rasio jumlah kredit bermasalah terhadap
jumlah kredit yang diberikan (NPL) dan rasio kredit yang diberikan terhadap penghimpunan dana
masyarakat (LDR) per 30 Juni 2017. (dalam persentase)
NIM CAR BOPO ROA NPL LDR
Rata-rata Bank Umum di Indonesia 5,28 23,47 81,69 2,35 3,09 89,12
Bank of India Indonesia 4,69 36,92 85,31 1,36 3,60 72,88
Sumber: Laporan triwulan I OJK 2017
Perseroan menyadari jaringan distribusi dalam bisnis perbankan memiliki peranan penting dalam
pemasaran produk Perseroan.
Berbagai strategi ditempuh oleh Perseroan untuk memperluas jaringan distribusi Perseroan dengan
menambah jaringan kantor cabang pembantu yang berlokasi di Jakarta, lalu pembukaan cabang di
Medan, Makassar, Bandung dan Denpasar dan juga merelokasi kantor cabang pembantu di Surabaya.
Perseroan juga aktif dalam program pemasaran produk penghimpunan dan penyaluran dana yang
dimiliki Perseroan dengan promosi-promosi yang dilakukan baik melalui media reklame, cetak dan
sebagainya. Promosi yang dilakukan untuk nasabah lama (existing) adalah dengan menyampaikan
informasi terbaru terkait dengan produk-produk yang diluncurkan Perseroan secara berkala.
8. Manajemen Risiko
Penerapan manajemen risiko oleh Perseroan merupakan suatu proses yang meliputi identifikasi,
pengukuran, pengendalian dan pemantauan risiko, atas hal-hal sebagai berikut:
a. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi
PT Bank of India Indonesia Tbk
96
Pengawasan aktif Dewan Komisaris, berupa pengawasan atas kebijakan operasional Perseroan
secara umum, seperti pelaksanaan GCG, penentuan strategi, pengendalian intern, kepatuhan,
investasi, target kinerja dan manajemen risiko. Dalam menjalankan fungsi pengawasan, Dewan
Komisaris dapat melakukan rapat langsung dengan Dewan Direksi.
Keputusan kredit kepada pihak terkait serta kredit untuk di atas nominal tertentu, memerlukan
persetujuan dari anggota Dewan Komisaris.
Pengawasan aktif oleh Direksi dilakukan melalui rapat-rapat yang membahas berbagai macam
operasinal temuan SKAI, rapat antar Divisi, ALCO dan Komite Manajemen Risiko.
Disamping itu Direksi juga aktif dalam mereview kebijakan dan prosedur kerja Perseroan, serta
evaluasi atas pencapaian rencana bisnis Perseroan. Proses keputusan pemberian kredit diputuskan
dalam rapat komite kredit.
Pengawasan berkala dari Direksi dan Dewan Komisaris atas seluruh aktivitas yang memiliki risiko
maupun potensi risiko di masa mendatang dilakukan setiap triwulan dalam Rapat Komite Pemantau
Risiko.
b. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit
Perseroan menyusun kebijakan dan penetapan limit yang memadai sesuai dengan strategi bisnis
dan ukuran bank. Sesuai dengan perkembangan bisnis ataupun ketentuan, Perseroan dapat
melakukan perubahan sesuai dengan kebutuhan.
Kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko mencakup antara lain produk atau transaksi yang
mengandung risiko, penetapan limit, penetapan tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-
masing bagian, sistem pelaporan dan dokumentasi serta sistem pengendali intern.
Disamping itu sejalan dengan adanya perubahan peraturan dan/atau adanya peraturan baru,
Perseroan telah melakukan penyempurnaan dan melengkapi kebijakan dan prosedur yang ada.
Perseroan telah menetapkan limit transaksi antar bank berupa money market dan foreign exchange
limit. Sedangkan limit transaksi lainnya seperti legal lending limit (BMPK), Posisi Devisa Neto, serta
batasan lainnya ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem
informasi manajemen risiko
Proses identifikasi dan pengukuran
Proses identifikasi dan pengukuran risiko atas seluruh aktivitas penanaman dana pada pemberian
kredit dan penetapan dana antar bank dilakukan melalui suatu proses analisa kredit dan penetapan
peringkat debitur (credit rating).
Atas aktivitas operasional perbankan lainnya Perseroan selalu melakukan identifikasi dan
pengukuran risiko. Pengukuran risiko kredit dan operasional dilaporkan setiap bulan dan
selanjutnya dibuatkan penyusuhan profil risiko.
Proses pemantauan risiko
PT Bank of India Indonesia Tbk
97
Pemantauan atas eksposur risiko dilakukan oleh satuan kerja yang independen atas unit
pengambilan risiko yaitu Divisi Manajemen Risiko, Satuan Kerja Audit Intern, Divisi Kepatuhan dan
Komite ALCO.
Sistem Informasi Manajemen
Hingga saat ini Sistem Informasi Manajemen belum bersifat fully integrated, dimana divisi terkait
harus mengirimkan laporan secara parsial per divisi. Namun demikian, hingga saat ini pihak
Manajemen serta unit kerja yang berkepentingan atas pelaporan menerima laporan secara rutin
dan relatif tepat waktu.
d. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh
Struktur organisasi Perseroan memisahkan fungsi antara unit kerja operasional dengan yang unit
kerja pengendalian. Perseroan juga memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate value) yang telah
dikomunikasikan kepada individu organisasi.
Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) telah melaksanakan pemeriksaan atas semua transaksi, serta
laporan-laporan pemeriksaan atas kinerja dari baik unit operasional maupun unit yang
melaksanakan pengendalian.
Setiap hasil audit didokumentasikan dan dimonitor tindak lanjutnya. Hasil tindak lanjut akan
disampaikan kepada Manajemen dan di evaluasi untuk menilai sistem pengendalian intern suatu
unit kerja atau divisi. Kinerja SKAI akan dievaluasi oleh Komite Audit dan dilaporkan kepada Dewan
Komisaris.
Untuk menjamin ketaatan serta kepatuhan atas segala ketentuan formal, kebijakan dan prosedur
internal Perseroan, Direktur dan Divisi Kepatuhan telah menjalankan fungsi pencegahan
pelanggaran serta melakukan sosialisasi terhadap ketentuan internal maupun eksternal Perseroan.
Selama ini pelaksanaan pemenuhan komitmen kepada Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bank
Indonesia), secara umum dapaat dipenuhi sesuai dengan batas waktu yang diperjanjikan dengan
Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bank Indonesia).
Perseroan membentuk Komite Manajemen Risiko dan Stauan Kerja Manajemen Risiko yang
Independen terhadap Satuan Kerja Operasional maupun Satuan Kerja Audit Intern (SKAI).
Pengelolaan risiko dapat dilakukan secara terpadu, terarah, terkoordinir dan berkesinambungan.
Pengelolaan risiko dilakukan pula atas rencana produk atau aktivitas baru yang akan dilakukan.
Untuk memantau efektifitas pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja
Manajemen Risiko, Perseroan membentuk Komite Pemantauan Risiko yang bertanggung jawab
secara langsung kepada Dewan Komisaris. Selama periode Januari sampai dengan 30 Juni 2017,
Komite Pemantau Risiko telah melaksanakan rapat sebanyak 1 kali.
Untuk meningkatkan kualitas sistem manajemen risiko yang ada, Perseroan telah mengikutsertakan
seluruh Direksi dan Dewan Komisaris serta Pejabat Perseroan untuk mengikuti Program Sertifikasi
Manajemen Risiko. Dengan adanya program ini, diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan
keahlian setiap Pejabat Perseroan dalam melaksanakan penerapan manajemen risiko sebagai salah
satu upaya memenuhi persyaratan manajemen risiko sesuai dengan Arsitektur Perbankan
Indonesia. Hingga Desember 2016 Perseroan telah menserifikasi dan telah Lulus Ujian Sertifikasi
Manajemen Risiko adalah sebagai berikut:
PT Bank of India Indonesia Tbk
98
Keterangan LULUS
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4
1 Level dibawah Direksi 2 - 7 13
2 Level dibawah Direksi 2 2 1 -
3 Level dibawah Direksi 30 7 - -
4 Level dibawah Direksi 125 - - -
Selanjutnya untuk memantau efektivitas dari pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan
Satuan Kerja Manajemen Risiko, Bank juga telah membentuk Komite Pemantau Risiko yang
bertanggung jawab secara langsung kepada Dewan Komisaris
Penilaian profil risiko Bank secara keseluruhan per 30 Juni 2017 berada pada Tingkat Komposit 3
dengan hasil penilaian risiko Moderate.
A. Risiko Kredit Risiko kredit timbul dari kemungkinan kegagalan counterparty dalam memenuhi liabilitasnya
kepada Bank. Dalam pengelolaan risiko kredit ini, kebijakan perkreditan Bank dirumuskan
sejalan dengan fungsi Bank sebagai lembaga intermediasi. Dalam menyalurkan kredit, Bank
berlandaskan pada prinsip kehati-hatian sebagaimana digariskan oleh Bank Indonesia maupun
kebijakan yang dirumuskan manajemen bank. Selain itu, pengelolaan risiko kredit juga
dilakukan antara lain melalui diversifikasi risiko kredit dan portofolio (segmen usaha/sektor
industri/ debitur), pemantauan terhadap kualitas aset produktif dan peningkatan aktivitas
remedial serta kecukupan pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai.
Pengelolaan kredit yang efektif dapat meminimalkan kerugian dan mengoptimalkan
penggunaan modal yang dialokasikan untuk risiko kredit. Pengelolaan kredit Bank
diarahkan untuk melakukan ekspansi kredit dan mengelola kualitas setiap kredit sejak saat
diberikan sampai dengan dilunasi untuk mencegah kredit tersebut menjadi Non
Performing Loan (NPL).
Bank telah memiliki kebijakan dan pedoman tertulis terkait dengan kegiatan perkreditan
yang antara lain mengatur prosedur analisa kredit, persetujuan kredit, pencatatan dan
pengawasan kredit dan restrukturisasi kredit. Kebijakan dan prosedur tersebut dikaji
secara berkala untuk disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas bisnis Bank.
Bank juga telah menerapkan standar dan prosedur untuk mendukung terciptanya suatu
proses pemberian kredit yang mempertimbangkan risiko dan perolehan hasil. Bank
mengukur dan memantau risiko untuk setiap debitur baik secara individual, sektor
ekonomi maupun seluruh portofolio kredit dengan menerapkan four-eyes principle secara
konsisten.
Bank senantiasa melakukan pemantauan terhadap perkembangan risiko portofolio kredit
melalui laporan Profil Risiko Kredit yang disusun secara bulanan yang merupakan penilaian
komposit dari penilaian terhadap Risiko Inheren dan Kualitas Penerapan Manajemen
Risiko, di mana hal ini secara khusus diatur oleh Bank Indonesia.
Dalam penilaian profil risiko kredit antara lain parameter penilaian yang dilakukan adalah
pada konsentrasi pemberian kredit berdasarkan sektor ekonomi tertentu, kualitas kredit
bermasalah, konsentrasi pembelian surat berharga, kecukupan cadangan dan agunan.
B. Risiko Likuiditas Pengelolaan likuiditas selain meliputi pemeliharaan likuiditas pada tingkat yang cukup untuk
memenuhi liabilitas yang jatuh tempo disuatu waktu tetapi juga melalui Asset and Liability
PT Bank of India Indonesia Tbk
99
Committee (ALCO) yang mengawasi posisi dan kondisi laporan posisi keuangan Bank
sehubungan dengan kondisi pasar melalui rapat-rapat bulanannya
dalam menentukan strategik optimal untuk mengelola risiko likuiditas. Risiko likuiditas
merupakan suatu ketidakmampuan untuk mengakomodasikan jatuh tempo liabilitas dan
penarikan serta pembiayaan pertumbuhan aset keuangan dan untuk memenuhi kewajiban
pada tingkat harga pasar yang layak.
Penilaian Bank atas risiko likuiditas adalah 2 dikarenakan bank menempatkan idle fund pada
instrumen SBI dalam jumlah yang cukup untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas harian dan
sumber pendanaan berupa pendanaan volatile tidak signifikan.
C. Risiko Pasar
Potensi timbulnya kerugian yang diakibatkan oleh gejolak pasar, seperti perubahan tingkat
suku bunga dan nilai tukar valuta asing dapat di kategori sebagai Risiko Pasar. Risiko pasar
dikelola dalam batas risiko secara menyeluruh. Seluruh aktivitas perdagangan sehubungan
dengan pertukaran mata uang asing, derivatif, dan pasar uang dipantau tiap hari dan dikaji
dengan basis mark to market sesuai limit yang telah ditetapkan.
D. Risiko Operasional
Pengelolaan risiko operasional meliputi hal-hal yang terkait dengan pengembangan produk,
sistem, sumber daya manusia dan prinsip “know your customer” sebagai aspek pencegahan
terhadap kemungkinan adanya hal-hal yang tidak diinginkan. Risiko operasional merupakan
peluang kerugian yang disebabkan adanya kegagalan proses, kelemahan sistem atau personil,
kelalaian, kejahatan, kombinasi faktor diatas maupun karena faktor yang tidak selalu berada
dibawah kendali Bank. Dalam pengelolaan risiko operasional, masing-masing unit usaha
bertanggung jawab untuk risiko yang terjadi pada kegiatan operasional sehari-hari dengan
mengacu pada kebijakan dan prosedur, pengendalian dan pengawasan rutin.
Bank telah meningkatkan fungsi kontrol dalam pemrosesan transaksi yang dilakukan antara lain
dengan cara menerapkan prosedur yang menjamin ketepatan waktu penyelesaian transaksi,
melakukan penyesuaian metode akuntansi terhadap standar yang berlaku, memelihara
dokumen dan arsip secara tertib, mengamankan akses terhadap aset, data dan aset dalam
kustodian melalui penggunaan password dan menerapkan prinsip mengenal nasabah untuk
meminimalisasi risiko operasional yang timbul. Penambahan intensitas pelatihan dan sosialisasi
yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan awareness setiap individu dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya merupakan suatu langkah untuk minimalisasi risiko
operasional dari segi sumber daya manusia.
Penilaian Bank atas risiko operasional adalah 3 dikarenakan bisnis yang dijalankan Bank
memiliki karakteristik yang dinilai belum terlalu kompleks
E. Risiko Hukum
Risiko hukum merupakan risiko yang disebabkan oleh kelemahan sistem yuridis atau oleh
adanya gugatan hukum, ketiadaan hukum yang jelas dan mendukung atau adanya kelemahan
dalam kontrak, klaim atau agunan. Risiko hukum di Bank dikelola dengan memastikan seluruh
aktivitas dan hubungan kegiatan usaha Bank dengan semua pihak telah sesuai dan didasarkan
pada aturan dan persyaratan yang dapat melindungi kepentingan Bank dari segi hukum. Bank
terus menerus meningkatkan kompetensi karyawan dalam bidang hukum dan meningkatkan
sosialisasi nilai-nilai bank sebagai upaya menurunkan risiko.
Antisipasi terhadap risiko hukum, Bank memiliki Divisi Legal dan Remedial yang bertugas
memantau atau mengurangi risiko hukum yang mungkin timbul melalui pengadministrasian
PT Bank of India Indonesia Tbk
100
dokumentasi hukum yang tertib dan memadai, melakukan prosedur analisis aspek hukum
terhadap produk dan aktivitas baru, meyakinkan bahwa transaksi- transaksi telah memenuhi
ketentuan aspek hukum dan apabila dibutuhkan, melakukan konsultasi dengan penasihat
hukum.
Penilaian Bank atas risiko hukum adalah 3 dikarenakan perjanjian yang dibuat Bank dinilai perlu
lebih ditingkatkan ke depannya, dalam menjalankan penerapan manajemen risiko secara
menyeluruh dan prosedur terkait bidang legal harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
dengan mempertimbangkan risiko-risiko yang ada, antara lain terkait jaminan-jaminan kredit.
F. Risiko Strategis
Risiko yang disebabkan oleh adanya pengambilan keputusan dan/atau penerapan strategi bank
yang tidak tepat atau kegagalan bank dalam merespon perubahan-perubahan dari kondisi
eksternal dapat dikategorikan sebagai Risiko Strategis. Risiko strategis dikelola oleh Bank setiap
akhir tahun untuk penetapan strategi pada awal tahun berikutnya, dengan melibatkan berbagai
pihak internal Bank sehingga diharapkan pencapaian strategi bank dapat lebih terfokus dan
dipahami oleh setiap key-person.
Rencana Kerja dan Rencana Strategik yang telah ditetapkan Bank dikomunikasikan kepada
pejabat dan pegawai Bank pada setiap jenjang organisasi, dan memantau kemajuan yang
dicapai dari realisasi anggaran dan kinerja sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Penilaian Bank atas risiko strategis adalah 3 dikarenakan pencapaian rencana bisnis bank dinilai
memadai dan mayoritas target masih belum dapat tercapai.
G. Risiko Reputasi
Risiko reputasi Bank dikelola dengan memperhatikan keluhan nasabah serta dengan cepat
merespon setiap berita yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi Bank. Risiko reputasi
timbul dari adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi
negatif mengenai Bank.
Pemberian pelayanan terbaik kepada nasabah, pembentukan unit pengaduan nasabah
merupakan upaya yang dilakukan Bank untuk mengendalikan risiko reputasi, Bank berupaya
antara lain dengan sesegera mungkin menyelesaikan pengaduan nasabah yang masuk, serta
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar setiap proses terkait transaksi perbankan
dapat dilaksanakan secara benar dan tepat waktu.
Penilaian Bank atas risiko reputasi adalah 3.
H. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak memenuhi
atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku,
antara lain pemenuhan rasio Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM), Batas
Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), Posisi Devisa Neto (PDN), penerapan tata kelola
perusahaan (GCG) dan lain-lain, termasuk juga pemenuhan target-target laporan yang harus
disampaikan baik ke Bank Indonesia maupun ke institusi pasar modal terkait status Bank
sebagai perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Tidak terpenuhinya ketentuan-ketentuan tersebut membawa risiko bagi Bank antara lain
pengenaan sanksi denda dan juga sanksi lainnya terhadap Manajemen Bank. Dalam
pelaksanaannya, Direktur Kepatuhan dibantu sepenuhnya oleh Divisi Kepatuhan dalam hal
PT Bank of India Indonesia Tbk
101
memantau terlaksananya pemenuhan atas peraturan-peraturan yang ada, baik internal
maupun eksternal.
Penilaian Bank atas risiko kepatuhan adalah 3 dikarenakan Bank masih belum sepenuhnya
mematuhi ketentuan-ketentuan yang ada.
9. Tata Kelola Perseroan
Secara umum menajemen Perseroan telah melaksanakan penerapan Good Corporate Governance
dengan baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang memadai dari prinsip-prinsip Good Corporate
Governance. Meskipun ditemukan adanya kelemahan dalam penerapan Good Corporate Governance,
secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan dan dapat diselesaikan melalui tindakan normal
dari manajemen Perseroan.
a. Governance Structure
Kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola Perseroan agar proses pelaksanaan prinsip GCG
menghasilkan outcome yang sesuai dengan yang diharapkan, sudah memadai. Struktur tata kelola
tersebut antara lain keberadaan Dewan Komisaris, Direksi, Komite dan satuan-satuan kerja pada
Perseroan, telah menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Infrastruktur tata kelola Perseroan antara lain adalah kebijakan dan prosedur Perseroan, sistem
informasi manajemen serta tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing struktur organisasi,
sudah ada dan dijalankan secara konsisten.
b. Governance Process
Efektivitas proses pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang didukung oleh
kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola sehingga menghasilkan outcome yang sesuai
dengan yang diharapkan, telah berjalan efektif, baik dan konsisten. Proses pelaksanaan prinsip GCG
ini tercermin dalam risalah rapat yang diselenggarakan oleh masing-masing organ organisasi
(governance structure), berbagai penyempurnaan kebijakan, sistem dan prosedur serta temuan
pemeriksaan dari unit kerja terkait yang tidak ditemukan adanya temuan yang mengganggu
kelangsungan usaha Perseroan.
c. Governance Outcome
Kualitas outcome yang sesuai harapan dan merupakan hasil proses pelaksanaan prinsip GCG yang
didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola Perseroan, relatif baik. Outcome ini
mencakup aspek kualitatif dan aspek kuantitatif, antara lain yaitu:
1) kecukupan transparansi laporan, sebagaimana tercermin dari publikasi laporan
keuangan/laporan tahunan/SBDK, pegumuman informasi penjaminan LPS, penyediaan
informasi melalui website, dll.
2) obyektifitas pemeriksaan sebagaimana tercermin dari hasil laporan pemeriksaan baik oleh SKAI
maupun Unit Internal Control. SKAI telah menggunakan prinsip Risk Based Audit dalam proses
pemeriksaannya.
3) pertumbuhan yang ditetapkan pada Rencana Bisnis Bank telah sesuai dengan yang diharapakan
serta sesuai dengan risk appetite yang diambil oleh Perseroan. Kinerja Perseroan seperti
rentabilitas, efisiensi, dan permodalan secara keseluruhan menunjukan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan peer group.
4) peningkatan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan tidak ada permasalahan
signifikan yang dihadapi Perseroan seperti fraud, pelanggaran BMPK, pelanggaran ketentuan
PT Bank of India Indonesia Tbk
102
terkait laporan Perseroan kepada Bank Indonesia. Permasalahan lebih bersifat minor dapat
dapat diatasi dengan tindakan normal manajemen.
10. Prinsip-Prinsip Perbankan Yang Sehat
Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bank Indonesia) setiap tahunnya menilai kesehatan bank-bank di
Indonesia dengan tujuan membantu manajemen bank memonitor apakah bank telah dikelola dengan
prinsip kehati-hatian dan sistem perbankan yang sehat, serta sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa
Keuangan (dahulu Bank Indonesia). Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bank Indonesia) menggunakan
penilaian tersebut untuk melaksanakan fungsinya sebagai pembina dan pengawas perbankan di
Indonesia. Penilaian dilakukan terutama didasarkan faktor kuantitatif dan kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank, termasuk faktor
permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas dan likuiditas. Penilaian ini mempertimbangkan
pula adanya pelanggaran ketentuan yang akan mempengaruhi hasil penilaian. Tingkat kesehatan
Perseroan per posisi 30 Juni 2017 adalah sebagai berikut:
Faktor-Faktor Penilaian 30 Juni 2017 31 Desember
2016 2015
Profil Risiko 3 3 3
Good Corporate Governance 3 3 3
Rentabilitas 4 4 4
Permodalan 3 3 3
Peringkat TKB Berdasarkan Risiko 3 3 3
a. Profil Risiko
Profil risiko adalah salah satu kriteria yang digunakan dalam memperhitungkan tingkat kesehatan
suatu bank. Profil risiko Perseroan ditentukan dengan menilai 8 jenis risiko yang dimiliki oleh
Perseroan. Peringkat profil risiko Perseroan berada pada tingkat Peringkat 2 atau Low to Moderate.
Hal tersebut dikarenakan, Risiko Inheren Perseroan pada periode penilaian dinilai tergolong rendah
untuk kurun waktu tertentu dimasa mendatang, dan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
Perseroan secara komposit dinilai memadai. Kondisi ini menggambarkan bahwa Perseroan secara
umum telah memperhatikan faktor-faktor risiko yang mungkin timbul di masa mendatang dengan
eksposure dan segala sumber daya yang dimiliki. Perseroan juga masih memiliki kelemahan-
kelemahan, namun Perseroan dinilai telah melakukan berbagai upaya mitigasi maupun upaya-
upaya yang mengarah pada peningkatan kualitas kerja.
1) Risiko Kredit
Risiko Kredit secara komposit dinilai berada pada level 4 (”Moderate to High”), dikarenakan
total nilai kredit bermasalah yang masih cukup tinggi dan kualitas penerapan manajemen risiko
kredit dinilai "Fair". Peringkat risiko inheren dinilai "Moderate to High" dikarenakan antara lain,
masih cukup tingginya rasio debitur inti, serta belum maksimalnya pemantauan debitur oleh
cabang, sementara Perseroan telah memasuki sektor korporasi dengan potensi risiko yang kian
meningkat. Sementara itu dari sisi kualitas penerapan manajemen risiko, Perseroan dinilai masih
perlu menyempurnakan strategi, kebijakan dan prosedur kredit yang ada, serta terintegrasi
dengan sistem pengawasan internal guna memitigasi potensi risiko yang ada. Menunjuk hasil
pemeriksaan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terakhir, terdapat beberapa temuan bidang
perkreditan yang masih dalam proses.
2) Risiko Pasar
PT Bank of India Indonesia Tbk
103
Risiko Pasar secara komposit dinilai ”Low to Moderate” dikarenakan peringkat risiko inheren
dinilai "Low to Moderate" dan kualitas penerapan manajemen risiko pasar juga dinilai "Fair".
Peringkat risiko inheren dinilai "Low to Moderate" antara lain, dikarenakan risiko pada posisi
neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif dan spot dinilai rendah, dan
aktivitas bisnis Perseroan terkait dengan trading dan posisi di pasar dinilai masih relatif sedikit
atau dinilai kurang sensitif terhadap perubahan suku bunga dan nilai tukar. Disamping itu
kemampuan Perseroan untuk mengcover potensial loss karena fluktuasi suku bunga dan nilai
tukar dinilai “Low to Moderate”. Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dinilai “Fair” antara lain
dikarenakan Direksi dan Dewan Komisaris dinilai cukup aktif dalam memantau perkembangan
risiko pasar, antara lain melalui mekanisme monitoring harian. Kondisi ini masih relatif sama
dengan penilaian pada triwulan sebelumnya.
3) Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas secara komposit dinilai ”Low to Moderate” dikarenakan peringkat risiko inheren
dinilai "Low to Moderate" dan kualitas penerapan manajemen risiko likuiditas dinilai
"Satisfactory". Peringkat risiko inheren dinilai "Low to Moderate" dikarenakan antara lain
Perseroan dinilai memiliki aset likuid yang berkualitas tinggi dan memadai untuk menutup
kewajiban yang akan jatuh tempo. Walaupun komposisi dana didominasi oleh penempatan dana
jangka pendek, namun nasabah cenderung untuk terus memperpanjang periode
penempatannya (evergreen). Sementara itu, dari sisi Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
dinilai “Satisfactory” antara lain dikarenakan Direksi dan Dewan Komisaris dinilai cukup aktif
dalam memantau perkembangan risiko likuiditas yang dilakukan melalui monitoring secara
harian.
4) Risiko Operasional
Risiko Operasional secara komposit dinilai ”Low to Moderate” dikarenakan peringkat risiko
inheren dinilai "Low to Moderate" dan kualitas penerapan manajemen risiko operasional dinilai
"Satisfactory". Peringkat risiko inheren dinilai "Low to Moderate" dikarenakan antara lain
karekteristik dan kompleksitas bisnis Perseroan dinilai belum terlalu kompleks, tidak ada fraud
yang terjadi, nilai kerugian risiko operasional sepanjang periode semester 2 tahun 2013, didapati
denda dari regulator yang walaupun angkanya relatif rendah dibandingkan laba Perseroan,
namun perlu mendapat perhatian dari Manajemen, khususnya terkait dengan kualitas maupun
kuantitas SDM yang ada. Sementara itu, dari sisi Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
walaupun Perseroan telah memiliki PODP Operasional, namun perlu dilakukan review agar
dapat terus up-to-date dengan kondisi di lapangan.
5) Risiko Hukum
Risiko Hukum secara komposit dinilai ”Low to Moderate” dikarenakan peringkat risiko inheren
dinilai "Low to Moderate" dan kualitas penerapan manajemen risiko hukum dinilai
"Satisfactory". Peringkat risiko inheren dinilai "Low" dikarenakan antara lain belum terdapat
tuntutan berkaitan dengan permasalahan hukum yang dapat menimbulkan kerugian yang cukup
besar bagi Perseroan. Sementara itu, dari sisi Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dinilai
“Satisfactory” antara lain dikarenakan, Perseroan dinilai memiliki awareness serta mampu
menangani permasalahan-permasalahan hukum. Namun demikian, Perseroan dinilai perlu
menetapkan Kebijakan terkait risiko hukum yang terintegrasi dengan ketentuan operasional
Perseroan. Direksi dan Dewan Komisaris dinilai sangat aktif dalam memantau perkembangan
risiko hukum yang terjadi atas Perseroan.
PT Bank of India Indonesia Tbk
104
6) Risiko Strategis
Risiko Strategis secara komposit dinilai “Moderate to high” dikarenakan peringkat risiko inheren
dinilai "Moderate to High" dan kualitas penerapan manajemen risiko strategis dinilai
"Satisfactory". Peringkat risiko inheren dinilai "Moderate to High" dikarenakan antara lain
pencapaian rencana bisnis Perseroan sampai dengan akhir Tw.II/2017 dinilai baik, dan realisasi
kinerja Perseroan masih relatif sesuai / tidak berbeda signifikan dengan rencana yang ditetapkan
pada Rencana Bisnis Bank. Dari sisi Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dinilai “Satisfactory”
antara lain disebabkan pemantauan kinerja Perseroan dilaksanakan secara aktif oleh Direksi
serta dilaporkan kepada Komisaris melalui mekanisme Rapat. Perseroan juga telah melakukan
beberapa aktivitas terkait rencana penambahan modal hingga mencapai Rp 1 triliun sejalan
dengan rencana menuju BUKU 2.
7) Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan secara komposit dinilai ”Moderate” dikarenakan peringkat risiko inheren
dinilai "Moderate" dan kualitas penerapan manajemen risiko kepatuhan dinilai "Satisfactory".
Peringkat risiko inheren dinilai "Moderate" dikarenakan antara lain, pada periode penilaian
Perseroan didapati masih belum menindaklanjuti hasil temuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
terkait penerapan ketentuan Good Corporate Governance (GCG), selain itu Perseroan juga masih
terkena denda-denda terkait pelaporan yang belum sesuai dengan ketentuan regulator.
Sementara itu, dari sisi Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dinilai “Satisfactory” antara lain
dikarenakan antara lain Perseroan telah memiliki seorang Direktur Kepatuhan yang khusus
membawahi bidang Kepatuhan, Perseroan juga telah melakukan penambahan tenaga SDM yang
handal untuk mengurangi terjadinya kesalahan pekerjaan, Perseroan juga dinilai kooperatif
dengan menindaklanjuti berbagai temuan pemeriksa (OJK) terakhir. Terkait dengan penerapan
GCG, Perseroan juga telah menyiapkan calon pengurus baru yang telah diangkat melalui RUPST.
8) Risiko Reputasi
Risiko Reputasi secara komposit dinilai “Moderate” dikarenakan peringkat risiko inheren dinilai
"Moderate" dan kualitas penerapan manajemen risiko hukum dinilai "Satisfactory". Peringkat
risiko inheren dinilai "Moderate" dikarenakan antara lain sepanjang semester 1 tahun 2014 tidak
ditemukan adanya publikasi negatif terkait dengan pemberitaan mengenai Perseroan.
Disamping itu, pengaruh reputasi dari nama Bank of India selaku ultimate share-holder yang
memiliki reputasi internasional yang baik, dan memiliki kemampuan finansial yang kuat, yang
didukung oleh pemerintah India selaku pemilik mayoritas. Sementara itu, dari sisi Kualitas
Penerapan Manajemen Risiko dinilai “Fair” antara lain dikarenakan, pengendalian risiko reputasi
belum sepenuhnya didukung dengan SDM yang cukup dan adanya standar penanganan publikasi
negatif. Bank telah memiliki unit corporate secretary untuk mengelola risiko reputasi. Direksi
dan Dewan Komisaris dinilai sangat aktif dalam memantau perkembangan risiko reputasi yang
terjadi atas Perseroan.
b. Good Corporate Governance (GCG)
Penerapan GCG berada pada peringkat 3 dan secara umum, manajemen Perseroan telah
melaksanakan penerapan GCG dengan baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang memadai dari
prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Meskipun ditemukan adanya kelemahan dalam
penerapan Good Corporate Governance, secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan dan
dapat diselesaikan melalui tindakan normal dari manajemen Perseroan. Tindakan tersebut antara
lain:
PT Bank of India Indonesia Tbk
105
1) Melakukan perbaikan prosedur kerja antara Dewan Komisaris dengan Satuan Kerja Audit
Internal (SKAI), Komite Audit dan Direksi.
2) Pemenuhan Komite, pertemuan Komite Manajemen Risiko dan Komite Pemantau Risiko, Komite
Audit dan Komite Remunerasi serta pemenuhan prosedur kerja.
c. Rentabilitas
Rentabilitas Perseroan memadai dan selama ini telah terbukti dapat mendukung pertumbuhan
permodalan Perseroan. Kondisi tersebut didasari hal-hal sebagai berikut:
1) Kinerja Perseroan dalam menghasilkan laba (rentabilitas) memadai, sebagaimana tercermin dari
pencapaian laba dari periode ke periode yang selalu meningkat.
2) Perseroan memperoleh pendapatan selain dari sektor kredit, juga dari fee based income seperti
transaksi remittance dan transaksi ekspor-impor. Sumber utama rentabilitas masih didominasi
oleh core earnings, yaitu pendapatan yang berasal dari penyaluran kredit. Dari total pendapatan
(gross) sampai dengan 30 Juni 2017 sebesar Rp 198 miliar, 84% berasal dari pendapatan bunga.
3) Komponen-komponen yang mendukung pencapaian core aernings sangat stabil sebagaimana
tercermin dari komponen pendapatan bunga maupun biaya bunga (NII) dalam beberapa tahun
terakhir yang senantiasa stabil.
4) Peroleh laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba di masa datang dinilai tinggi,
dimana laba Perseroan terus meningkat dari tahun ke tahun.
d. Permodalan
Permodalan Perseroan berada pada peringkat 1. Perseroan memiliki kualitas dan kecukupan
permodalan yang sangat memadai relatif terhadap profil risikonya, disertai dengan pengelolaan
permodalan yang sangat kuat sesuai karakteristik, skala dan kompleksitas usaha.
Kondisi tersebut didasari hal-hal sebagai berikut:
1) Perseroan dinilai memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang memadai relatif terhadap
risiko-risiko yang ada, serta dinilai masih mampu mendukung ekspansi usaha Perseroan ke
depan. Sampai dengan posisi 30 Juni 2017 CAR Perseroan mencapai lebih 30% (setelah
memperhitungkan risiko kredit, pasar dan operasional). Pencapaian CAR ini masih diatas
ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bank Indonesia) dan kondisi ini memberikan peluang
bagi Perseroan untuk terus melakukan ekspansi usaha kedepan. Perseroan juga telah melakukan
komitmennya untuk melakukan penambahan modal terkait dengan ketentuan Otoritas Jasa
Keuangan (Bank Indonesia), untuk masuk dalam kelompok BUKU 2 (Bank Umum Kegiatan Usaha
2) agar dapat menjalankan transaksi mata uang asing & ekspor impor, Perseroan harus memiliki
modal inti sedikitnya Rp 1 triliun.
2) Kualitas komponen permodalan sangat baik, permanen dan dapat menyerap kerugian,
sebagaimana tercermin pada pencapaian rasio modal inti terhadap modal pelengkap yang
sangat tinggi yaitu 30%, dan juga tercermin dari perhitungan (ICAAP) KPMM sesuai profil risiko
Perseroan.
3) Perseroan memiliki manajemen permodalan dan/atau memiliki proses penilaian kecukupan
modal yang memadai dan disesuaikan dengan strategi dan tujuan bisnis serta kompleksitas
usaha dan skala Perseroan.
4) Perseroan memiliki akses sumber permodalan yang sangat baik dan/atau memiliki dukungan
permodalan dari kelompok usaha atau perusahaan induk yaitu Bank of India. Selain itu, terkait
dengan status Perseroan sebagai perusahaan terbuka, Perseroan memiliki akses ke pasar saham
PT Bank of India Indonesia Tbk
106
antara lain dengan opsi melakukan Right Issue untuk memperoleh tambahan modal.
5) Perseroan memiliki manajemen permodalan dan/atau memiliki proses penilaian kecukupan
modal yang memadai dan disesuaikan dengan strategi dan tujuan bisnis serta kompleksitas
usaha dan skala Perseroan.
e. Ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM)
Perkembangan rasio GWM Perseroan adalah sebagai berikut: (dalam persentase)
Tanggal GWM Rupiah GWM Mata Uang Asing
Perseroan Ketentuan BI Perseroan Ketentuan BI
30 Juni 2017 7 7 9,19 8
31 Desember 2016 7 7 8,26 8
31 Desember 2015 8 8 8,46 8
31 Desember 2014 8 8 8,20 8
31 Desember 2013 17,00 8 9,38 8
f. Batasan Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)
BMPK adalah batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan kepada suatu pihak atau
suatu grup obligor terhadap modal bank. Untuk menghindari pemberian kredit secara terpusat
kepada satu atau kelompok peminjam tertentu, serta untuk menghindari risiko yang akan timbul,
Bank Indonesia melakukan pembatasan persentase pemberian kredit kepada satu pihak atau satu
kelompok terhadap total modal yang dimiliki bank sebagaimana tertuang dalam PBI
No.7/3/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit yang
kemudian diubah dengan PBI No. 8/13/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006. Ketentuan BMPK adalah
sebagai berikut:
Untuk pihak-pihak tidak terkait dengan bank untuk satu peminjam maupun keseluruhan adalah
sebagai berikut:
a. Penyediaan dana kepada 1 (satu) peminjam yang bukan merupakan pihak terkait ditetapkan
paling tinggi 20% dari modal bank; dan
b. Penyediaan dana kepada 1 (satu) kelompok peminjam yang bukan merupakan pihak terkait
ditetapkan paling tinggi 25% dari modal bank.
Untuk pihak-pihak yang terkait dengan bank untuk satu peminjam maupun keseluruhan setinggi-
tingginya 10% dari modal bank.
Tabel berikut menggambarkan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) Perseroan, baik untuk
pihak yang terkait maupun pihak yang tidak terkait untuk periode yang berakhir tanggal 30 Juni
2017, 31 Desember 2016, 2015, 2014 dan 2013: (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 2017 31 Desember
2016 2015 2014 2013
BMPK - Pihak Terkait 103.752 103.239 89.797 50.876 41.447
BMPK - Pihak Tidak Terkait 466.884 464.576 404.089 228.940 186.511
Total 570.636 567.815 493.886 279.816 227.958
Berikut ini adalah tabel portofolio kredit kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan
pihak ketiga per tanggal 30 Juni 2017, 31 Desember 2016, 2015, 2014 dan 2013: (dalam jutaan Rupiah)
Jenis 30 Juni 2017 31 Desember
PT Bank of India Indonesia Tbk
107
2016 2015 2014 2013
Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %
Pihak Ketiga 2.009.431 90,68 2.434.405 97,37 3.399.858 94,63 3.024.676 95,80 2.415.169 94,00
Pihak Berelasi 206.468 9,32 65.757 2,63 192.929 5,37 132.751 4,20 154.150 6,00
Jumlah Kredit
– gross
2.215.899 100 2.500.162 100 3.592.787 100 3.157.427 100 2.569.319 100
Perseroan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya selalu mematuhi ketentuan BMPK.
g. Posisi Devisa Neto (PDN)
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.5/13/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003, sebagaimana diubah
dengan Peraturan Bank Indonesia No.6/20/PBI/2004 tanggal 15 Juli 2004, Peraturan Bank Indonesia
No.7/37/PBI/2005 tanggal 30 September 2005 dan terakhir diubah dengan Peraturan Bank
Indonesia No.12/10/PBI/2010 tanggal 1 Juli 2010, bank-bank diharuskan mempertahankan posisi
devisa netonya pada akhir kerja secara keseluruhan setinggi-tingginya 20 dari modal. Berdasarkan
pedoman Bank Indonesia, Posisi Devisa Neto secara keseluruhan merupakan penjumlahan dari nilai
absolut atas selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap mata uang asing ditambah
dengan selisih bersih tagihan dan liabilitas baik yang berupa komitmen maupun kontinjensi di
rekening administratif, untuk setiap mata uang asing yang semuanya dinyatakan dalam Rupiah.
Tanggal Posisi Devisa Neto (PDN)
30 Juni 2017 0,31
31 Desember 2016 5,85
31 Desember 2015 6,23
31 Desember 2014 1,51
31 Desember 2013 1,28
11. Fungsi Kepatuhan Perseroan
a. Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan
Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan di Perseroan dijalankan oleh Divisi Kepatuhan. Dalam melaksanakan
fungsi tersebut, Divisi Kepatuhan bertangung jawab langsung kepada Direktur Kepatuhan.
Hubungan kerja Divisi Kepatuhan dengan unit organisasi lainnya adalah sebagai partner yang
independen, baik dalam proses rancangan kebijakan maupun review kepatuhan terhadap aktivitas
operasional lainnya.
Kompleksitas kegiatan usaha perbankan yang semakin meningkat sejalan dengan perkembangan
teknologi informasi, globalisasi dan integrasi pasar keuangan akan memberikan dampak yang
sangat besar terhadap eksposur risiko yang dihadapi oleh bank.
Dalam rangka meningkatkan pengelolaan terhadap risiko kepatuhan, Perseroan senantiasa
memperkuat struktur organisasi dan jajaran SDM, melakukan penyempurnaan terhadap peraturan
dan ketentuan yang ada serta melakukan sosialisasi kepada seluruh jajaran karyawan baik melalui
pelatihan-pelatihan internal maupun eksternal dan sebagainya.
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peningkatan peran dan fungsi kepatuhan. Fungsi pokok
dari Satuan Kerja Kepatuhan meliputi tindakan:
1) Mewujudkan terlaksananya Budaya Kepatuhan pada semua tingkatan organisasi dan kegiatan
usaha Perseroan.
PT Bank of India Indonesia Tbk
108
2) Mengelola risiko kepatuhan yang dihadapi oleh Perseroan.
3) Memastikan agar pedoman, sistem, prosedur dan kebijakan internal Perseroan telah sesuai
dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4) Memastikan kepatuhan Perseroan terhadap komitmen yang dibuat oleh Perseroan kepada Bank
Indonesia dan atau otoritas pengawas lain yang berwenang.
Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Satuan Kerja Kepatuhan bertanggung jawab terhadap
Direktur Kepatuhan.
Tugas dan tanggung jawab Direktur Kepatuhan mencakup:
1) Mengusulkan kebijakan kepatuhan atau prinsip-prinsip kepatuhan yang akan ditetapkan oleh
Direksi.
2) Menetapkan sistem dan prosedur kepatuhan yang akan digunakan untuk menyusun ketentuan
dan pedoman internal Perseroan.
3) Merumuskan strategi guna mendorong terciptanya budaya kepatuhan Perseroan.
4) Memastikan bahwa seluruh kebijakan internal, pedoman, ketentuan, sistem dan prosedur serta
kegiatan usaha Perseroan telah sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5) Meminimalkan potensi risiko kepatuhan dan melakukan tindakan pencegahan agar kebijakan
dan atau keputusan yang diambil anggota Direksi tidak menyimpang dari ketentuan Otoritas
Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6) Melakukan tugas-tugas lain yang terkait dengan Fungsi Kepatuhan.
b. Indikator Kepatuhan
1. Risiko kepatuhan Perseroan per 30 Juni 2017 berada pada peringkat 3 (tiga) dengan level
Moderate pada Risiko Inheren dan peringkat 3 (tiga) dengan level Moderate pada Kualitas
Penerapan Manajemen Risiko. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan kerugian
Perseroan dari risiko kepatuhan inheren secara komposit tergolong rendah dengan kualitas
penerapan manajemen risiko kepatuhan memadai.
2. Hasil Self Assessment pelaksanaan GCG per 30 Juni 2017 khusus aspek Penerapan Fungsi
Kepatuhan bank ditetapkan pada peringkat 2 dua) dimana Direktur Kepatuhan telah
melaksanakan tugasnya secara independen.
c. Divisi Kepatuhan
Divisi Kepatuhan juga bertanggung jawab atas penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme (APU-PPT).
Menindaklanjuti komitmen Perseroan dalam upaya mendukung pencegahan tindak pidana
pencucian uang dan pendanaan terorisme, aktivitas unit kerja AML yang telah dilakukan selama
tahun 2017 di Perseroan mencakup:
1) Penerapan program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT)
yang disesuaikan dengan Peraturan Bank Indonesia No.14/27/PBI/20120 tanggal 28 Desember
2012 dan SEBI No.15/21/DPNP tanggal 14 Juni 2013.
2) Pelaksanaan program APU dan PPT telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
mencakup beberapa hal sebagai berikut:
• Peran manajemen Perseroan;
PT Bank of India Indonesia Tbk
109
• Kebijakan CDD;
• Kebijakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk Based Approach) dan Pengelompokan
nasabah;
• Prosedur Penerimaan, Identifikasi dan Verifikasi, dan Penutupan Hubungan Usaha Dengan
Nasabah;
• Area Berisiko Tinggi dan Political Exposure People (PEP);
• Prosedur Pelaksanaan CDD oleh Pihak Ketiga;
• Cross Border Coresspondent Banking;
• Prosedur Transfer Dana;
• Sistem Manajemen Informasi;
• Sumber Daya Manusia dan Pelatihan Karyawan;
• Kebijakan dan Prosedur Penerapan APU-PPT pada Kantor Perseroan dan Perusahaan di Luar
Negeri;
• Penatausahaan Dokumen dan Pelaporan.
3) Menyusun Pelaporan Transaksi Keuangan Tunai (CTR) dan Transaksi Keuangan Mencurigakan
(STR) kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan mencurigakan (PPATK).
4) Program Pelatihan yang berkesinambungan dengan topik pelatihan mencakup:
• Implementasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan program APU dan PPT;
• Teknik, metode, dan tipologi pencucian uang atau pendanaan terorisme; dan
• Kebijakan dan prosedur penerapan, program APU dan PPT serta peran dan tanggung jawab
pegawai dalam memberantas pencucian uang atau pendanaan teroris.
5) Pendistribusian Database Daftar Teroris kepada Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu setiap
6 (enam) bulan sekali untuk dilakukan monitoring secara berkala sesuai ketentuan PBI APU dan
PPT.
6) Monitoring pelaksanaan pengkinian data dengan menggunakan pendekatan berdasarkan tingkat
risiko (Risk Based Approach) dan melakukan penyesuaian Teknologi Informasi untuk
Pelaksanaan Program Pengkinian Data Nasabah.
7) Menyusun dan menyiapkan Sistem Transfer Dana (IFTI) untuk Pelaporan ke PPATK.
8) Menyampaikan laporan Action Plan tentang Rencana Kegiatan Pengkinian Data kepada Otoritas
Jasa keuangan (Bank Indonesia).
d. Aktivitas Kepatuhan sepanjang 2017
Aktivitas kepatuhan yang telah dilakukan sepanjang tahun 2017 di PT Bank of India Indonesia Tbk
adalah sebagai berikut:
1) Memastikan tidak adanya pelanggaran ketentuan yang berlaku dan semua laporan-laporan ke
institusi terkait (Bank Indonesia, institusi pasar modal dan lainnya) selama tahun 2016 telah
disampaikan sebagai mana mestinya sesuai batas waktu yang ditentukan.
2) Melakukan pemantauan dan pengujian terhadap kebijakan/keputusan penting/transaksi
investasi yang berkaian dengan dengan prinsip kehati-hatian, yaitu BMPK, PPAP, KAP,KPMM dan
PDN serta kepatuhan terhadap pelaporan den komitmen kepada otoritas.
PT Bank of India Indonesia Tbk
110
3) Melakukan sosialisasi Pedoman tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT) yang telah direvisi sesuai ketentuan PBI No.
14/27/PBI/2012.
4) Mensoliasiasi revisi ketentuan penerapan strategi anti fraud serta memantau pelaksanaannnya
sebagai upaya untuk mengurangi/menghilangkan terjadinya fraud.
5) Membuat ringkasan ketentuan perbankan dan ketentuan perundang-undangan lainnya yang
baru. Selama tahun 2017, hasil ringkasan Peraturan Bank Indonesia dan/atau Surat Edaran Bank
Indonesia yang telah disampaikan/disosialisasikan ke unit kerja terkait dan Cabang/Capem.
6) Menyampaikan/melaporkan hasil sosialisasi ketentuan perbankan atau ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya yang baru yang diberikan oleh Bank Indonesia/Instansi lainnya
yang disampaikan/dilaporkan kepada Direksi/Cabang/Unit terkait melalui memo internal atau
pembahasan secara langsung(presentasi/diskusi).
12. Asuransi
Perseroan telah menutup asuransi atas harta kekayaannya berupa benda-benda tidak bergerak
maupun benda-benda bergerak yang penting bagi Perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya
dan uang dalam kas, uang dalam perjalanannya dan operasionalnya melalui beberapa perusahaan
asuransi yang tidak memiliki hubungan Afiliasi dengan Perseroan.
No. Jenis Asuransi Total Nilai
Pertanggungan
Berlaku s/d
1. Property All Risk Rp34.470.134.678,-
US$700,000.00
01-06-2018, 06-06-2018, 01-10-2018,
06-10-2018, 15-11-2018, 17-2018
2. Earth Quake Rp31.270.134.678,-
06-06-2018, 06-10-2018,
15-11-2018, 17-11-2018
3.
Cash in Safe dan
Cash in Cashier Box
Rp26.920.000.000,-
US$380,000.00
06-06-2018, 21-07-2018, 11-08-2018,
19-10-2018, 28-10-2018, 14-11-2018
4.
Cash in Transit Rp490.530.000.000,-
US$1,910.250.00
27-04-2018, 01-06-2018, 11-08-2018,
19-10-2018, 03-11-2018, 14-11-2018
5.
Kebongkaran Rp328.075.250,-
06-06-2018
6.
Kendaraan Bermotor Rp4.810.000.000,-
19-02-2018, 04-04-2018, 01-06-2018,
06-06-2018, 01-07-2018, 31-07-2018,
05-10-2018, 19-10-2018
PT Bank of India Indonesia Tbk
111
Perseroan berkeyakinan telah memiliki asuransi dengan nilai pertanggungan yang cukup untuk
mengganti aset yang diasuransikan atau menutup kemungkinan kerugian atas aset yang
dipertanggungkan.
13. Hak Kekayaan Intelektual
Perseroan memiliki hak atas kekayaan intelektual yang telah didaftarkan kepada Direktorat Jenderal
Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia dengan data-data sebagai berikut:
Sertifikat Merek atas nama Perseroan dengan etiket merek “Bank of India Indonesia + Logo”, kategori
kelas barang/jasa (NCL 9) 36, yang telah didaftarkan pada tanggal 22 Maret 2012 dengan pendaftaran
No.IDM000510339, dan berlaku selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal 22 Maret 2012
sampai dengan tanggal 22 Maret 2022.
14. Tanggung Jawab Sosial Perseroan/Corporate Social Responsibility (CSR)
Sebagai institusi yang bertanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya, Perseroan berkomitmen
untuk selalu mengedepankan kinerja usaha yang tidak hanya diukur dari profit semata. Seiring dengan
pertumbuhan Perseroan yang berkelanjutan dan menjangkau wilayah regional memberikan semangat
bagi Perseroan untuk dengan sebaik-baiknya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan juga
lingkungan hidup serta para pemangku kepentingan lainnya.
Penciptaan hubungan yang harmonis dan sinergis dengan masyarakat dan lingkungan sekitar
memungkinkan Perseroan untuk membangun eksistensi Perseroan sebagai sebuah institusi yang baik
secara sosial melalui peran serta aktif dalam wujud tanggung jawab sosial (Corporate Social
Responsibility atau CSR). Dalam konteks ini, Perseroan memiliki tanggung jawab dalam pembangunan
masyarakat di semua aspek kehidupan melalui kegiatan yang tidak berorientasi pada keuntungan (non-
profit oriented) saja, akan tetapi lebih ditekankan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis
dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Diharapkan kegiatan ini dapat saling memberikan nilai
tambah (added value) kepada semua pihak secara berkesinambungan.
Selain itu, dengan mengambil dasar hukum yang berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 29/POJK.04/2016 tanggal 29 Juli 2016, tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan
Publik dengan memperhatikan aspek-aspek berikut:
• Pengembangan sosial dan kemasyarakatan
• Lingkungan hidup
• Praktik ketenagakerjaan, kesehatan dan keselamatan kerja
• Tanggung jawab terhadap konsumen
Dari keempat aspek tersebut, penyelenggaraan kegiatan CSR di PT Bank of India Indonesia Tbk saat ini
lebih ditekankan pada aspek pengembangan sosial dan kemasyarakatan diantaranya melakukan
kunjungan sosial ke panti jompo dan memberikan sumbangan financial untuk kesejahteraan penghuni
rumah jompo, donasi untuk Palang Merah Indonesia dan pemberian beasiswa kepada anak karyawan
yang berprestasi.
PT Bank of India Indonesia Tbk
112
IX. EKUITAS
Laporan keuangan Perseroan untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Aria Kanaka & Rekan (Member of Mazars) dan ditandatangani oleh
Akuntan Dudi Hadi Santoso dengan pendapat wajar tanpa modifikasian. Laporan keuangan Perseroan
untuk periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 telah diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik Aria Kanaka & Rekan (Member of Mazars) dan ditandatangani oleh Akuntan Dudi Hadi
Santoso dengan pendapat wajar tanpa modifikasian. Laporan keuangan Perseroan untuk periode 6 (enam)
bulan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Gani Sigiro
dan Handayani (Member of Grant Thornton International Ltd) dan ditandatangani oleh Akuntan Hanna P.
Handayani, CPA dengan pendapat wajar tanpa modifikasian.
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 30 Juni 31 Desember
2017 2016 2015
Modal saham nilai nominal Rp 200,- per saham. Modal dasar
3.450.000.000 lembar saham pada 30 Juni 2017, 31 Desember
2016 dan 2015. Modal ditempatkan dan disetor penuh
1.041.600.000 lembar saham
208.320 208.320 208.320
Tambahan modal disetor – neto 478.301 478.301 478.301
Uang muka setoran modal 500.000 500.000 -
Laba belum direalisasi atas pemilikan efek tersedia untuk dijual
Surplus revaluasi aset tetap
Pengukuran kembali atas program imbalan pasti
474
117.070
(2.832)
-
117.070
(3.246)
451
117.070
(2.027)
Saldo laba (defisit) :
Telah ditentukan penggunaannya 20.000 20.000 20.000
Belum ditentukan penggunaannya (313.298) (212.229) 292.773
Jumlah Ekuitas 1.008.035 1.108.216 1.114.888
Tabel Proforma Ekuitas
Perseroan telah menyampaikan Pernyataan Pendaftaran dalam rangka PUT III untuk penerbitan sebanyak-
banyaknya sebesar 347.200.000 (tiga ratus empat puluh tujuh juta dua ratus ribu) Saham Baru atas nama
dengan nilai nominal Rp200,- (dua ratus Rupiah) per saham yang merupakan 25% (dua puluh lima persen)
dari jumlah saham yang beredar setelah PUT III. Setiap pemegang 3 (tiga) saham Perseroan yang namanya
tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 27 Desember 2017 pukul 16.15 WIB
berhak atas 1 (satu) HMETD dimana 1 (satu) HMETD berhak untuk membeli 1 (satu) Saham Baru dengan
harga penawaran sebesar Rp1.890,- (seribu delapan ratus sembilan puluh Rupiah) per saham. Jumlah dana
yang akan diterima Perseroan dalam Penawaran Umum Terbatas III ini adalah sebanyak-banyaknya sebesar
Rp656.208.000.000,- (enam ratus lima puluh enam miliar dua ratus delapan juta Rupiah). Saham yang
ditawarkan dalam rangka PUT III dengan menerbitkan HMETD ini seluruhnya adalah Saham Baru yang akan
dikeluarkan dari portepel Perseroan. Saham yang berasal dari pelaksanaan HMETD akan dicatatkan di Bursa
Efek Indonesia. Setiap HMETD dalam bentuk pecahan akan dibulatkan kebawah (rounded down). Dalam hal
pemegang saham mempunyai HMETD dalam bentuk pecahan, maka hak atas pecahan Efek tersebut wajib
dijual oleh Perseroan dan hasil penjualannya dimasukkan ke dalam rekening Perseroan.
Seandainya perubahan ekuitas Perseroan karena adanya PUT III dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
terjadi pada tanggal 30 Juni 2017, maka susunan proforma struktur permodalan Perseroan pada tanggal
tersebut adalah sebagai berikut:
PT Bank of India Indonesia Tbk
113
Uraian Modal
ditempatkan
dan disetor
penuh
Tambahan
modal
disetor
Uang
muka
setoran
modal
Laba
belum
direalisasi
atas
pemilikan
efek
tersedia
untuk
dijual
Surplus
revaluasi
aset tetap
dan
pengukur
an
kembali
atas
imbalan
hasil pasti
Saldo
laba
(Defisit)
Jumlah
Ekuitas
Posisi ekuitas
menurut
laporan
keuangan
pada tanggal
30 Juni 2017
dengan nilai
nominal Rp
200 setiap
saham
208.320 478.301 500.000 474 114.238 (293.298) 1.008.035
PUT III
Sebesar
347.200.000
saham baru
atas nama
dengan nilai
nominal Rp
200 dengan
harga
penawaran
Rp 1,890
setiap saham
sebelum
dikurangi
biaya emisi
69.440 586.768 656.208
Biaya Emisi (2.296,728) (2.296,728)
Proforma
ekuitas pada
tanggal 30
Juni 2017
sesudah PUT
III
277.760 500.000 474 114.238 (293.298) 1.661.946,
272
Tidak ada perubahan struktur permodalan setelah tanggal laporan keuangan terakhir.
PT Bank of India Indonesia Tbk
114
X.KEBIJAKAN DIVIDEN
Seluruh saham Perseroan yang telah ditempatkan, termasuk saham yang akan ditawarkan dalam rangka
Penawaran Umum Terbatas III ini mempunyai hak yang sama dan sederajat atas dividen.
Dividen yang diterima oleh pemegang saham non-Warga Negara Indonesia (WNI) akan dikenakan pajak
sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Untuk definisi pemegang saham non-WNI dan
informasi mengenai perpajakan di Indonesia selanjutnya, dapat dilihat pada bab XII mengenai perpajakan
dalam Prospektus ini.
Perseroan tidak berencana membayar dividen pada tahun 2017. Pembagian Dividen memperhatikan saldo
laba yang positif sesuai dengan undang-undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada pasal
71. Perseroan akan memberikan dividen yang besarnya akan dikaitkan dengan keuntungan perseroan
setelah tahun buku 2017, dengan tetap memperhatikan tingkat kesehatan Perseroan dan kebutuhan dana
yang diperlukan untuk investasi dalam rangka pengembangan usaha tanpa mengurangi hak dari Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) Perseroan untuk menentukan lain sesuai dengan ketentuan Anggaran
Dasar Perseroan.
Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku, manajemen Perseroan mulai tahun
buku 2018 menetapkan kebijakan dividen kas (tunai) atas laba bersih Perseroan setelah pajak adalah
sebagai berikut:
Laba Bersih setelah Pajak Dividen Kas (Tunai) terhadap Laba Bersih setelah
Pajak
Sampai dengan Rp 150 miliar 25,00%
Lebih dari Rp 150 miliar 30,00%
Tidak ada pembatasan negatif (negative covenant) sehubungan dengan pembatasan pihak ketiga dalam
rangka pembagian dividen Perseroan.
Riwayat pembayaran Dividen Perseroan antara lain:
• Tahun Fiskal 2008, price per Share for dividen Rp 20,00 sebesar Rp 17.360.000.000
• Tahun Fiskal 2009, price per Share for dividen Rp 24,00 sebesar Rp 20.832.000.000
• Tahun Fiskal 2010, price per Share for dividen Rp 23,00 sebesar Rp 19.964.000.000
• Tahun Fiskal 2011, price per Share for dividen Rp 31,51 sebesar Rp 27.348.000.000
PT Bank of India Indonesia Tbk
115
XI. PERPAJAKAN
Pajak Penghasilan atas dividen dikenakan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan keempat atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, dividen atau bagian keuntungan yang
diterima atau diperoleh Perseroan Terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia tidak termasuk sebagai obyek Pajak Penghasilan dengan syarat:
1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2. Bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima
persen) dari jumlah modal yang disetor.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 234/PMK.03/2009 tanggal
29 Desember 2009 tentang Bidang-bidang Penanaman Modal Tertentu yang Memberikan Penghasilan
kepada Dana Pensiun yang Dikecualikan sebagai Obyek Pajak dari Pajak Penghasilan, maka penghasilan
yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
Republik Indonesia tidak termasuk sebagai Obyek Pajak Penghasilan apabila penghasilan tersebut diterima
atau diperoleh dari penanaman modal antara lain dividen dari saham pada Perseroan Terbatas yang
tercatat di bursa efek di Indonesia.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham
di Bursa Efek, ditetapkan sebagai berikut :
1. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi dan badan dari transaksi penjualan saham
di Bursa Efek dikenakan Pajak Penghasilan sebesar 0,1% (satu per sepuluh persen) dari jumlah bruto
nilai transaksi penjualan dan bersifat final. Penyetoran Pajak Penghasilan yang terhutang dilakukan
dengan cara pemotongan oleh penyelenggara Bursa Efek melalui perantara pedagang efek pada saat
pelunasan transaksi penjualan saham;
2. Untuk transaksi penjualan saham pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan sebesar 0,5% (nol
koma lima persen) dari nilai jual saham pendiri yang dimilikinya pada saat Penawaran Umum Perdana.
3. Pemilik saham pendiri diberikan kemudahan untuk memenuhi kewajiban pajaknya berdasarkan
perhitungan sendiri sesuai dengan ketentuan di atas. Dalam hal ini, pemilik saham pendiri untuk
kepentingan perpajakan dapat menghitung final atas dasar anggapannya sendiri bahwa sudah ada
penghasilan. Penyetoran tambahan Pajak Penghasilan yang terutang dapat dilakukan oleh masing-
masing pemilik saham pendiri selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah saham tersebut
diperdagangkan di Bursa Efek. Namun apabila pemilik saham pendiri tidak memanfaatkan kemudahan
tersebut, maka penghitungan Pajak Penghasilannya dilakukan berdasarkan tarif Pajak Penghasilan yang
berlaku umum sesuai dengan Pasal 17 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008.
4. Berdasarkan Pasal 23.a.1 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008, dividen yang berasal dari saham, baik
yang diperdagangkan di Pasar Modal maupun yang tidak, yang terutang atau dibayarkan kepada Wajib
Pajak Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap, dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% (lima belas persen)
dari jumlah bruto.
5. Berdasarkan Pasar 17.2.c Undang-Undang No. 36 Tahun 2008, dividen yang dibagikan kepada Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dipotong PPh Pasal 4 (2) sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat
final.
PT Bank of India Indonesia Tbk
116
Dividen yang dibayar atau terutang kepada Wajib Pajak Luar Negeri akan dikenakan tarif sebesar 20% (dua
puluh persen) atau tarif yang lebih rendah dalam hal pembayaran dilakukan kepada mereka yang
merupakan penduduk dari suatu negara yang telah menandatangani suatu Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) dengan Indonesia, dengan memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam Peraturan Dirjen
Pajak No. PER-61/PJ/2009 tanggal 5 November 2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda.
CALON PEMBELI SAHAM DALAM PUT III INI DIHARAPKAN UNTUK BERKONSULTASI DENGAN KONSULTAN
PAJAK MASING-MASING MENGENAI AKIBAT PERPAJAKAN YANG TIMBUL DARI PEMBELIAN, PEMILIKAN
MAUPUN PENJUALAN SAHAM YANG DIBELI MELALUI PUT III INI.
KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERSEROAN
Sebagai Wajib Pajak, Perseroan memiliki kewajiban perpajakan untuk Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Perseroan telah memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan peraturan perpajakan yang berlaku.
Sampai dengan tanggal Prospektus ini diterbitkan, Perseroan tidak memiliki tunggakan pajak. Perhitungan
pajak penghasilan badan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 telah sesuai dengan yang
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajaknya.
PT Bank of India Indonesia Tbk
117
XII.LEMBAGA DAN PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL
Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal yang berperan dalam PUT II ini adalah sebagai berikut:
Konsultan Hukum : Warens & Partner
Menara Taspen, Lantai 3, Suite 301 & 302
Jl. Jend. Sudirman Kav.2, Jakarta 10220
No.STTD : 69/STTD-KH/PM/1996 tanggal 26 Februari 1996 atas nama Indra
Wargadalem, S.H., MBA.
Anggota Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM) No.95001
Tugas Pokok:
Fungsi utama Konsultan Hukum di dalam PUT III ini adalah melakukan
pemeriksaan dari segi hukum atas fakta mengenai Perseroan yang disampaikan
oleh Perseroan kepada Konsultan Hukum. Hasil pemeriksaan tersebut dimuat
dalam Laporan Hasil Pemeriksaan dari segi hukum yang merupakan penjelasan
atas Perseroan dari segi hukum dan menjadi dasar dan bagian yang tidak
terpisahkan dari Pendapat Segi Hukum yang diberikan secara obyektif dan
mandiri.
Pedoman kerja berdasarkan Standar Profesi Himpunan Konsultan Hukum Pasar
Modal yang berlaku dilandasi dengan prinsip keterbukaan dan materialitas.
Surat penunjukkan dari Perseroan Surat No.105/KP-BD/LN/ITA/V/17 tanggal 26
Mei 2017.
Akuntan Publik : Aria Kanaka dan Rekan (Member of Mazars International)
Gedung Sona Topas, Lantai 7
Jl. Jend. Sudirman Kav. 26
Jakarta Selatan 12920
No.STTD: 16/PM.2.3/STTD-AP/2013
Tugas Pokok:
Fungsi utama Akuntan Publik di dalam PUT III ini adalah melakukan audit
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan Akuntan Publik merencanakan dan
melaksanakan audit agar Akuntan Publik memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material dan bertanggung jawab
atas pendapat yang diberikan terhadap laporan keuangan yang diaudit. Suatu
audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung
jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga
meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi
signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan.
Pedoman kerja yang digunakan oleh KAP Aria Kanaka dan Rekan dalam
menjalankan tugasnya sebagai Akuntan Publik adalah Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia dan Standar Profesional Akuntan Publik.
PT Bank of India Indonesia Tbk
118
Surat penunjukkan dari Perseroan No. 1070/BOI/MAKR-VII/2017 tanggal 18 Juli
2017.
Notaris : Winter Sigiro, SH, MH
Apartemen Taman Sari Suriman UG 23
JL BEK Murad Bo 42 – Kawasan WTC Sudirman
Jakarta Selatan
No.STTD:13/bl/STTD-N/2006 atas nama WINTER SIGIRO SH., MH.
Keanggotaan Asosiasi: Ikatan Notaris Indonesia (INI) No.001-00526-281059
Pedoman Kerja: Pernyataan Undang-undang No.30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris dan Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia.
Tugas Pokok:
Membuat akta-akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan
dan perjanjian-perjanjian sehubungan dengan Penawaran Umum Saham,
sesuai dengan Peraturan Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris serta
menghadiri rapat-rapat mengenai pembahasan segala aspek dalam rangka
penawaran umum kecuali rapat-rapat mengenai keuangan, penentuan harga
dan strategi pemasaran. Pedoman kerja berdasarkan Pernyataan Undang-
Undang No.30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik Ikatan
Notaris Indonesia.
Surat penunjukkan dari Perseroan No. 197/KP-BD/LN/ITA/VIII/17 tanggal 16
Agustus 2017.
Biro Administrasi Efek : PT Adimitra Jasa Korpora
Kirana Boutique Office
Jl. Kirana Avenue III Blok F3 No.5 Kelapa Gading
Jakarta Utara 14250
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1440/KMK.010/1990
tanggal 3 November 1990 No. ABI/VII/2010-003
Tugas Pokok:
Melaksanakan pengelolaan administrasi saham dan settlement agent, antara
lain pengiriman Formulir Sertifikat Bukti HMETD kepada setiap Pemegang
Saham, melayani permohonan pemecahan Sertifikat Bukti HMETD, melayani
Formulir Pemesanan Pembelian SahamTambahan dan Prospektus kepada para
pemegang saham yang berhak, bertanggung jawab atas penerimaan Sertifikat
Bukti HMETD dan Formulir Pemesanan Pembelian Saham Tambahan,
menerbitkan dan menyampaikan Surat Kolektif Saham kepada para pemegang
saham sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Surat penunjukkan dari Perseroan No. PW-074/BSWD/072017 tanggal
17 Juli 2017.
Para Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal dalam rangka PUT III ini menyatakan tidak ada hubungan
afiliasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Perseroan (sebagaimana didefinisikan dalam
Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal).
PT Bank of India Indonesia Tbk
119
XIII. PERSYARATAN PEMESANAN PEMBELIAN SAHAM
Perseroan telah menunjuk BAE Perseroan yaitu, PT Adimitra Jasa Korpora sebagai Pelaksana Pengelola
Administrasi Saham dan sebagai Agen Pelaksana PUT III Perseroan, sesuai dengan Akta No. 11 tanggal 18
September 2017 dibuat di hadapan Winter Sigiro, S.H.,M.H, Notaris di Jakarta.
Persyaratan dan tata cara pemesanan pembelian saham dalam Penawaran Umum Terbatas III adalah
sebagai berikut:
1. Pemesanan yang Berhak
Para pemegang saham yang namanya tercatat dalam DPS Perseroan pada tanggal 27 Desember 2017
berhak untuk mengajukan pemesanan Saham Baru dalam rangka PUT III ini dengan ketentuan bahwa
setiap pemegang 3 (tiga) Saham Lama yang namanya tercatat dalam DPS Perseroan tanggal 20 27
Desember 2017 pada pukul 16:15 WIB berhak atas 1 (satu) HMETD dimana setiap 1 (satu) HMETD
berhak untuk membeli 1 (satu) Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD dengan nilai nominal Rp200,-
(dua ratus Rupiah) per saham dengan Harga Pelaksanaan sebesar Rp1.890,- (seribu delapan ratus
sembilan puluh Rupiah).
Pemesan yang berhak untuk melakukan pembelian Saham Baru adalah:
a. Para pemegang saham Perseroan yang namanya tercatat dengan sah dalam DPS Perseroan pada
tanggal 27 Desember 2017 sampai dengan pukul 16:15 WIB yang tidak menjual HMETD-nya sampai
dengan akhir periode perdagangan HMETD;
b. Pembeli HMETD yang namanya tercantum dalam Sertifikat Bukti HMETD sampai dengan akhir
periode perdagangan HMETD; atau
c. Para Pemegang HMETD dalam Penitipan Kolektif KSEI sampai dengan akhir periode perdagangan
HMETD.
Pemesan dapat terdiri atas perorangan, warga negara Indonesia dan/atau asing dan/atau lembaga
dan/atau badan hukum/badan usaha baik Indonesia/asing sebagaimana diatur dalam UUPM berikut
dengan peraturan pelaksanaannya.
Untuk memperlancar serta terpenuhinya jadwal pendaftaran pemegang saham yang berhak, maka
para pemegang saham yang memegang saham Perseroan dalam bentuk warkat yang akan
menggunakan haknya untuk memperoleh HMETD dan belum melakukan pencatatan peralihan
kepemilikan sahamnya disarankan untuk mendaftar di BAE sebelum batas akhir pendaftaran
pemegang saham yaitu tanggal 27 Desember 2017.
2. Pendistribusian HMETD, Prospektus dan Formulir-formulir
Bagi pemegang saham yang sahamnya berada dalam sistem Penitipan Kolektif di KSEI, HMETD akan
didistribusikan secara elektronik ke dalam Rekening Efek di KSEI melalui Rekening Efek Anggota Bursa
atau Bank Kustodian masing-masing di KSEI selambat-lambatnya 1 (satu) Hari Bursa setelah tanggal
pencatatan pada DPS yang berhak atas HMETD, yaitu tanggal 28 Desember 2017. Prospektus dan
petunjuk pelaksanaan akan didistribusikan oleh Perseroan melalui KSEI yang dapat diperoleh oleh
pemegang saham Perseroan dari masing-masing Anggota Bursa atau Bank Kustodiannya.
Bagi pemegang saham yang sahamnya tidak dimasukan dalam Penitipan Kolektif di KSEI, Perseroan
akan menerbitkan Sertifikat Bukti HMETD atas nama pemegang saham, yang dapat diambil oleh
pemegang saham yang berhak atau kuasanya di BAE pada setiap hari dan jam kerja mulai tanggal 29
Desember 2017 sampai dengan tanggal 5 Januari 2018 dengan membawa:
PT Bank of India Indonesia Tbk
120
a. fotokopi identitas diri yang masih berlaku (bagi pemegang saham perorangan) dan fotokopi
anggaran dasar (bagi pemegang saham badan hukum/lembaga). Pemegang saham juga wajib
menunjukkan asli dari fotokopi tersebut.
b. asli surat kuasa (jika dikuasakan) dilengkapi fotokopi identitas diri lainnya yang masih berlaku baik
untuk pemberi kuasa maupun penerima kuasa (asli identitas pemberi dan penerima kuasa wajib
diperlihatkan).
3. Prosedur Pendaftaran/ Pelaksanaan HMETD
Pelaksanaan HMETD dapat dilakukan mulai tanggal 29 Desember 2017 sampai dengan tanggal 5
Januari 2018.
a. Para Pemegang HMETD dalam Penitipan Kolektif di KSEI yang akan melaksanakan HMETD-nya wajib
mengajukan permohonan pelaksanaan melalui Anggota Bursa/Bank Kustodian yang ditunjuk
sebagai pengelola Efeknya. Selanjutnya Anggota Bursa/Bank Kustodian melakukan permohonan
atau instruksi pelaksanaan (exercise) melalui sistem Central Depository – Book Entry Settlement
System (C-BEST) sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh KSEI.
b. Dalam melakukan instruksi pelaksanaan, Anggota/Bursa Bank Kustodian harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1) Pemegang HMETD harus menyediakan dana pelaksanaan HMETD pada saat mengajukan
permohonan tersebut;
2) kecukupan HMETD dan dana pembayaran atas pelaksanaan HMETD harus telah tersedia di
dalam Rekening Efek Pemegang HMETD yang melaksanakan HMETDnya.
Satu hari kerja berikutnya KSEI akan menyampaikan Daftar Pemegang HMETD dalam Penitipan Kolektif
di KSEI yang melaksanakan haknya dan menyetorkan dana pembayaran pelaksanaan HMETD tersebut
ke rekening bank Perseroan.
Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD akan didistribusikan oleh Perseroan/BAE Perseroan dalam
bentuk elektronik ke rekening yang telah ditentukan oleh KSEI untuk selanjutnya didistribusikan oleh
KSEI ke masing-masing Rekening Efek Pemegang HMETD yang bersangkutan yang melaksanakan
haknya. Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD akan didistribusikan Perseroan/BAE Perseroan
selambatnya 2 (dua) Hari Kerja setelah permohonan pelaksanaan diterima dari KSEI dan dana
pembayaran telah diterima dengan baik (in good funds) di rekening bank Perseroan.
Para Pemegang HMETD dalam bentuk warkat/Sertifikat Bukti HMETD yang akan melaksanakan
HMETD-nya harus mengajukan permohonan pelaksanaan HMETD kepada BAE Perseroan, dengan
menyerahkan dokumen sebagai berikut:
a. asli Sertifikat Bukti HMETD yang telah ditandatangani dan diisi lengkap;
b. asli bukti pembayaran dengan transfer/pemindahbukuan/giro/cek/tunai ke rekening Perseroan dari
bank tempat menyetorkan pembayaran;
c. fotokopi KTP/Paspor/KITAS yang masih berlaku (untuk perorangan), atau fotokopi anggaran dasar
dan lampiran susunan direksi/pengurus (bagi lembaga/badan hukum);
d. asli surat kuasa yang sah (jika dikuasakan) bermeterai Rp6.000,- (enam ribu Rupiah) dilampiri
dengan fotokopi KTP/Paspor/KITAS dari pemberi dan penerima kuasa;
e. apabila Pemegang HMETD menghendaki Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD dalam bentuk
elektronik maka permohonan pelaksanaan kepada BAE Perseroan melalui Anggota Bursa atau Bank
Kustodian yang ditunjuk dengan menyerahkan dokumen tambahan berupa:
1) asli surat kuasa dari Pemegang HMETD kepada Anggota Bursa atau Bank Kustodian untuk
mengajukan permohonan pelaksanaan HMETD dan melakukan pengelolaan efek atas Saham
Baru hasil pelaksanaan HMETD dalam Penitipan Kolektif di KSEI atas nama pemberi kuasa;
PT Bank of India Indonesia Tbk
121
2) asli formulir penyetoran Efek yang diterbitkan oleh KSEI yang telah diisi dan ditandatangani
dengan lengkap.
Perseroan akan menerbitkan Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD dalam bentuk fisik Surat Kolektif
Saham (SKS) jika pemegang Sertifikat Bukti HMETD tidak menginginkan Saham Baru hasil pelaksanaan
HMETD dimasukkan dalam Penitipan Kolektif di KSEI.
Setiap dan semua biaya konversi atas pengalihan saham Perseroan dalam bentuk warkat menjadi
bentuk elektronik dan/atau sebaliknya dari bentuk elektronik menjadi bentuk warkat harus dibayar
dan ditanggung sepenuhnya oleh pemegang saham Perseroan yang bersangkutan.
Pendaftaran pelaksanaan Sertifikat Bukti HMETD dilakukan di kantor BAE Perseroan pada hari dan jam
kerja (Senin sampai dengan Jumat, 09.00 – 15.00 WIB).
Bilamana pengisian Sertifikat Bukti HMETD tidak sesuai dengan petunjuk/syarat-syarat pemesanan
saham yang tercantum dalam Sertifikat Bukti HMETD dan Prospektus, maka hal ini dapat
mengakibatkan penolakan pemesanan. HMETD hanya dianggap telah dilaksanakan pada saat
pembayaran tersebut telah terbukti diterima dengan baik (in good funds) di rekening bank Perseroan
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam syarat-syarat pembelian.
4. Pemesanan Saham Tambahan
Pemegang saham Perseroan yang tidak menjual HMETD-nya atau pembeli/Pemegang HMETD yang
namanya tercantum dalam Sertifikat Bukti HMETD atau Pemegang HMETD dalam Penitipan Kolektif di
KSEI, dapat memesan saham tambahan melebihi hak yang dimilikinya dengan cara mengisi kolom
pemesanan pembelian saham tambahan yang telah disediakan pada Sertifikat Bukti HMETD dan atau
FPPS tambahan dalam jumlah sekurang-kurangnya 100 saham atau kelipatannya.
a. Bagi Pemegang HMETD dalam bentuk warkat/ Sertifikat Bukti HMETD yang menginginkan Saham
Baru hasil pelaksanaan HMETD hasil penjatahannya dalam bentuk elektronik harus mengajukan
permohonan kepada BAE Perseroan melalui Anggota Bursa/Bank Kustodian dengan menyerahkan
dokumen sebagai berikut:
1) Asli Formulir Pemesanan Pembelian Saham (FPPS) tambahan yang telah diisi dengan lengkap
dan benar;
2) asli surat kuasa dari pemegang HMETD kepada Anggota Bursa atau Bank Kustodian untuk
mengajukan permohonan pemesanan pembelian Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD
tambahan dan melakukan pengelolaan Efek atas Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD hasil
penjatahan dalam Penitipan Kolektif di KSEI dan kuasa lainnya yang mungkin diberikan
sehubungan dengan pemesanan pembelian Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD tambahan
atas nama pemberi kuasa;
3) fotokopi KTP/Paspor/KITAS yang masih berlaku (untuk perorangan), atau fotokopi anggaran
dasar dan lampiran susunan direksi/pengurus (bagi lembaga/badan hukum);
4) asli bukti pembayaran dengan transfer/pemindahbukuan/giro/cek/tunai ke rekening bank
Perseroan dari bank tempat menyetorkan pembayaran;
5) asli formulir penyetoran Efek yang dikeluarkan KSEI yang telah diisi lengkap untuk keperluan
pendistribusian Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD oleh BAE.
PT Bank of India Indonesia Tbk
122
b. Bagi Pemegang HMETD dalam bentuk warkat/ Sertifikat Bukti HMETD yang menginginkan Saham
Baru hasil pelaksanaan HMETD hasil penjatahannya tetap dalam bentuk warkat/fisik Surat Kolektif
Saham (SKS) harus mengajukan permohonan kepada BAE Perseroan dengan menyerahkan
dokumen sebagai berikut:
1) asli FPPS tambahan yang telah diisi dengan lengkap dan benar;
2) fotokopi KTP/Paspor/KITAS yang masih berlaku (untuk perorangan), atau fotokopi anggaran
dasar dan lampiran susunan direksi/pengurus (bagi lembaga/badan hukum);
3) asli surat kuasa yang sah (jika dikuasakan) bermeterai Rp6.000,- (enam ribu Rupiah) dilampiri
dengan fotokopi KTP/Paspor/KITAS dari pemberi dan penerima kuasa;
4) asli bukti pembayaran dengan transfer/pemindahbukuan/giro/cek/tunai ke rekening bank
Perseroan dari bank tempat menyetorkan pembayaran.
c. Bagi pemegang HMETD dalam Penitipan Kolektif di KSEI, mengisi dan menyerahkan FPPS Tambahan
yang telah didistribusikan dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:
1) asli instruksi pelaksanaan (exercise) yang telah berhasil (settled) dilakukan melalui C-BEST yang
sesuai atas nama pemegang HMETD tersebut (khusus bagi pemegang HMETD dalam Penitipan
Kolektif di KSEI yang telah melaksanakan haknya melalui sistem C-BEST);
2) asli formulir penyetoran efek yang dikeluarkan KSEI yang telah diisi lengkap untuk keperluan
pendistribusian Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD hasil pelaksanaan oleh BAE;
3) asli bukti pembayaran dengan transfer/pemindah-bukuan/giro/cek/tunai ke rekening
Perseroan dari bank tempat menyetorkan pembayaran.
Pembayaran atas pemesanan tambahan tersebut dapat dilaksanakan dan harus telah diterima pada
rekening Bank Perseroan selambat-lambatnya pada tanggal 9 Januari 2018 dalam keadaan tersedia (in
good funds). Pemesanan yang tidak memenuhi petunjuk sesuai dengan ketentuan pemesanan dapat
mengakibatkan penolakan pemesanan.
5. Penjatahan Pemesanan Tambahan
Penjatahan atas pemesanan saham tambahan akan ditentukan pada tanggal 10 Januari 2018 dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. bila jumlah seluruh saham yang dipesan, termasuk pemesanan saham tambahan tidak melebihi
jumlah seluruh saham yang ditawarkan dalam PUT III ini, maka seluruh pesanan atas saham
tambahan akan dipenuhi;
b. Bila jumlah seluruh saham yang dipesan, termasuk pemesanan saham tambahan melebihi jumlah
seluruh saham yang ditawarkan dalam PUT III ini, maka kepada pemesan yang melakukan
pemesanan saham tambahan akan diberlakukan sistem penjatahan secara proporsional sesuai
dengan tambahan pemesanan dari HMETD yang dilaksanakan oleh masing-masing pemegang
saham yang meminta pemesanan saham tambahan.
Perseroan akan menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan Akuntan kepada OJK mengenai kewajiban
dari pelaksanaan penjatahan saham dalam PUT III ini sesuai dengan Peraturan OJK No. 32/2015 dan
berpedoman pada Peraturan Bapepam No. VIII.G.12, Lampiran dari Keputusan Ketua Bapepam No.
Kep-17/PM/2004 tanggal 13 April 2004 tentang Pedoman Pemeriksaan oleh Akuntan atas Pemesanan
Penjatahan Efek atau Pembagian Saham Bonus paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
penjatahan berakhir.
PT Bank of India Indonesia Tbk
123
6. Persyaratan Pembayaran
Pembayaran pemesanan pembelian Saham Baru dalam rangka PUT III yang permohonan
pemesanannya diajukan langsung kepada BAE Perseroan harus dibayar penuh (in good funds) dalam
mata uang Rupiah pada saat pengajuan pemesanan secara tunai/cek/bilyet giro/ pemindahbukuan/
transfer dengan mencantumkan Nomor Sertifikat Bukti HMETD atau Nomor FPPS tambahan dan
pembayaran harus ditransfer ke rekening bank Perseroan (“Bank Perseroan”) sebagai berikut:
PT Bank of India Indonesia Tbk
Rekening a/n PT Bank of India Indonesia Tbk.
Cabang KPO Samanhudi
No.Rekening: 3001020209
Semua cek dan wesel bank akan segera dicairkan pada saat diterima. Bilamana pada saat pencairan
cek atau wesel bank tersebut ditolak oleh bank yang bersangkutan, maka pemesanan pembelian
Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD dianggap batal. Bila pembayaran dilakukan dengan
cek/pemindahbukuan/bilyet giro, maka tanggal pembayaran dihitung berdasarkan tanggal penerimaan
cek/pemindahbukuan/bilyet giro yang dananya telah diterima baik (in good funds) di rekening Bank
Perseroan tersebut di atas.
Untuk pemesanan pembelian Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD tambahan, pembayaran dilakukan
pada hari pemesanan yang mana pembayaran tersebut harus sudah diterima dengan baik (in good
funds) di rekening Bank Perseroan tersebut di atas paling lambat tanggal 9 Januari 2018.
Segala biaya yang mungkin timbul dalam rangka pembelian Saham Baru dalam rangka PUT III ini
menjadi beban pemesan. Pemesanan Saham Baru yang tidak memenuhi persyaratan pembayaran
akan dibatalkan.
7. Bukti Tanda Terima Pemesanan Pembelian Saham
Perseroan melalui BAE Perseroan yang menerima pengajuan pemesanan pembelian Saham Baru hasil
pelaksanaan HMETD akan menyerahkan bukti tanda terima pemesanan saham yang telah dicap dan
ditandatangani kepada pemesan sebagai tanda bukti pemesanan pembelian Saham Baru hasil
pelaksanaan HMETD untuk kemudian dijadikan salah satu bukti pada saat mengambil Saham Baru hasil
pelaksanaan HMETD. Bagi Pemegang HMETD dalam Penitipan Kolektif di KSEI akan mendapat
konfirmasi atas permohonan pelaksanaan HMETD (exercise) dari C-BEST di KSEI melalui Pemegang
Rekening di KSEI.
8. Pembatalan Pemesanan Saham
Perseroan berhak untuk membatalkan pemesanan Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD, baik
sebagian atau secara keseluruhan dengan memperhatikan persyaratan yang berlaku. Pemberitahuan
mengenai pembatalan pemesanan Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD akan disampaikan dengan
surat pemberitahuan penjatahan dan pengembalian uang pemesanan kepada Anggota Bursa/Bank
Kustodian/pemegang saham dalam bentuk warkat.
Hal-hal yang dapat menyebabkan dibatalkannya pemesanan Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD
antara lain:
a. pengisian Sertifikat Bukti HMETD atau FPPS Tambahan tidak sesuai dengan petunjuk/syarat-syarat
pemesanan Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD yang tercantum dalam Sertifikat Bukti HMETD
dan Prospektus;
b. tidak terpenuhinya persyaratan pembayaran;
PT Bank of India Indonesia Tbk
124
c. tidak terpenuhinya persyaratan kelengkapan dokumen permohonan.
Dalam hal terdapat pihak-pihak yang walaupun tidak diperbolehkan untuk melaksanakan HMETD
karena pelaksanaan HMETD ke saham dilarang oleh hukum yang berlaku tetapi tetap melakukan
pemesanan Saham Baru dan melakukan pembayaran uang pemesanan, maka Perseroan berhak untuk
memperlakukan HMETD tersebut atau dokumentasi HMETD lain yang disampaikan orang pihak
tersebut dalam pemesanan Saham Baru tidak sah dan mengembalikan seluruh uang pemesanan yang
telah dibayarkan tersebut dalam mata uang Rupiah dengan mentransfer ke rekening bank atas nama
pemesan. Pengembalian uang oleh Perseroan akan dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) Hari Kerja
setelah tanggal penjatahan. Pengembalian uang yang dilakukan sampai dengan tanggal tersebut tidak
akan disertai bunga.
9. Pengembalian Uang Pemesanan
Dalam hal tidak terpenuhinya sebagian atau seluruhnya dari pemesanan Saham Baru hasil pelaksanaan
HMETD tambahan atau dalam hal terjadi pembatalan pemesanan saham, maka Perseroan akan
mengembalikan sebagian atau seluruh uang pemesanan tersebut dalam mata uang Rupiah dengan
mentransfer ke rekening bank atas nama pemesan. Pengembalian uang oleh Perseroan akan dilakukan
pada tanggal 12 Januari 2018 (selambat-lambatnya 2 (dua) Hari Kerja setelah tanggal penjatahan.
Pengembalian uang yang dilakukan sampai dengan tanggal 12 Januari 2018 tidak akan disertai bunga.
Apabila terjadi keterlambatan pengembalian uang melebihi 2 (dua) Hari Kerja setelah tanggal
penjatahan, jumlah uang yang dikembalikan akan disertai denda yang diperhitungkan mulai Hari Kerja
ke-3 (tiga) setelah tanggal penjatahan sampai dengan tanggal pengembalian uang yang dihitung
berdasarkan tingkat suku bunga rata-rata deposito jangka waktu 1 (satu) bulan pada bank dimana
dana tersebut ditempatkan. Perseroan tidak dikenakan denda atas keterlambatan pengembalian uang
pemesanan saham apabila keterlambatan tersebut disebabkan oleh kesalahan pemesan pada saat
mencantumkan nama bank dan nomor rekening bank.
Bagi pemegang HMETD dalam Penitipan Kolektif KSEI yang melaksanakan haknya melalui KSEI
pengembalian uang pemesanan akan dilakukan oleh KSEI.
10. Penyerahan Saham Hasil Pelaksanaan HMETD dan Pengkreditan ke Rekening Efek
Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD bagi pemesan yang melaksanakan HMETD sesuai haknya
melalui KSEI, akan dikreditkan pada Rekening Efek dalam 2 (dua) Hari Kerja setelah permohonan
pelaksanaan HMETD diterima dari KSEI dan dana pembayaran telah diterima dengan baik di rekening
bank Perseroan.
Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD bagi pemegang HMETD dalam bentuk warkat yang
melaksanakan HMETD sesuai haknya akan mendapatkan Sertifikat Kolektif Saham (SKS) atau saham
dalam bentuk warkat selambatnya 2 (dua) Hari Kerja setelah permohonan diterima oleh BAE
Perseroan dan dana pembayaran telah efektif (in good funds) di rekening bank Perseroan.
Adapun Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD hasil penjatahan atas pemesanan Saham Baru hasil
pelaksanaan HMETD tambahan akan tersedia untuk diambil Sertifikat Kolektif Sahamnya atau akan
didistribusikan dalam bentuk elektronik dalam Penitipan Kolektif di KSEI selambat-lambatnya 2 (dua)
Hari Kerja setelah penjatahan.
PT Bank of India Indonesia Tbk
125
Surat Kolektif Saham (SKS) untuk Saham Baru hasil pelaksanaan HMETD dapat diambil pada setiap Hari
Kerja (Senin - Jumat, pukul 09.00 – 15.00 WIB) mulai tanggal 3 Januari 2018 hingga 9 Januari 2018.
Pengambilan dilakukan di kantor BAE dengan menunjukkan/menyerahkan dokumen-dokumen sebagai
berikut:
a. asli KTP/Paspor/KITAS yang masih berlaku (untuk perorangan); atau
b. fotokopi anggaran dasar (bagi lembaga/badan hukum) dan susunan direksi/dewan komisaris atau
pengurus yang masih berlaku;
c. asli surat kuasa sah (bagi lembaga/badan hukum atau perorangan yang dikuasakan) bermaterai
Rp6.000,- (enam ribu Rupiah) dilengkapi dengan fotokopi KTP/Paspor/KITAS dari pemberi dan
penerima kuasa;
d. Asli bukti tanda terima pemesanan saham.
11. Alokasi Terhadap HMETD yang Tidak Dilaksanakan
Jika Saham Baru yang ditawarkan dalam PUT III ini tidak seluruhnya diambil oleh Pemegang HMETD,
maka sisanya akan dialokasikan kepada Pemegang HMETD lainnya yang melakukan pemesanan
tambahan, secara proporsional berdasarkan hak yang telah dilaksanakannya. Apabila setelah alokasi
tersebut masih terdapat sisa HMETD yang tidak dilaksanakan, maka terhadap seluruh HMETD yang
tersisa tersebut tidak akan dikeluarkan saham dari portepel.
PT Bank of India Indonesia Tbk
126
XIV. PENYEBARLUASAN PROSPEKTUS, FORMULIR DAN SERTIFIKAT BUKTI HMETD
Perseroan telah mengumumkan informasi penting berkaitan dengan PUT III ini melalui iklan di surat kabar.
1. Bagi pemegang saham yang sahamnya berada dalam sistem penitipan kolektif di KSEI, HMETD akan
didistribusikan secara elektronik melalui rekening Efek Anggota Bursa atau Bank Kustodian masing-
masing di KSEI selambat-lambatnya satu Hari Kerja setelah tanggal pencatatan pada DPS yang berhak
atas HMETD, yaitu pada tanggal 28 Desember 2017 pada jam 16:15 WIB. Prospektus, FPPS Tambahan
dan formulir lainnya akan didistribusikan oleh Perseroan kepada KSEI dan dapat diperoleh oleh
pemegang saham dari masing-masing Anggota Bursa atau Bank Kustodiannya.
2. Bagi pemegang saham yang sahamnya tidak dimasukkan dalam sistem penitipan kolektif di KSEI,
Perseroan akan menerbitkan Sertifikat Bukti HMETD atas nama pemegang saham.
Para pemegang saham baik yang beralamat di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek)
maupun yang beralamat di luar Jabodetabek dapat mengambil sendiri Sertifikat Bukti HMETD, FPPS
Tambahan dan formulir lainnya selama waktu dan hari kerja pada tanggal 27 Desember 2017 dengan
menunjukkan asli kartu tanda pengenal yang sah (KTP/Paspor/KITAS) dan menyerahkan fotokopinya serta
asli Surat Kuasa bagi yang tidak bisa mengambil sendiri, pada BAE Perseroan:
PT Adimitra Jasa Korpora
Kirana Boutique Office
Jl. Kirana Avenue III Blok F3 No.5 Kelapa Gading
Jakarta Utara
Telp. 021 - 2974 5222
Fax. 021 – 2928 9961
Apabila sampai dengan tanggal 5 Januari 2018 pemegang saham Perseroan yang namanya tercatat dalam
DPS Perseroan tanggal 27 Desember 2017 belum mengambil Sertifikat Bukti HMETD, Prospektus, FPPS
Tambahan dan formulir lainnya dan tidak menghubungi BAE Perseroan, maka segala risiko ataupun
kerugian yang mungkin timbul bukan menjadi tanggung jawab Perseroan ataupun BAE, melainkan
merupakan tanggung jawab para pemegang saham yang bersangkutan.
PT Bank of India Indonesia Tbk
127
XV. INFORMASI TAMBAHAN
Untuk informasi lebih lanjut atau pertanyaan sehubungan dengan Prospektus ini, para pemegang saham
dipersilahkan menghubungi:
PT Bank of India Indonesia
Jl. KH. Samanhudi No.37
Jakarta 10710
Telp: (021) 3500007 Faks: (021) 3808178
Situs Internet: www.boiindonesia.co.id