asuhan keperawatan.combus jadi

55
BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 ribu pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus luka bakar dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan dan mempromosikan undang undang tentang pengamanan kebakaran. Asuhan keperawatan komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar adalah penting untuk pencegahan kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi perawat untuk memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan yang saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar juga penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat memberikan intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan penyembuhan. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas di dapatkan rumusan masalah 1

Upload: j-tr-zainal-style-enjoy

Post on 16-Apr-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya.

Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 ribu pasien

dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar

dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus luka bakar

dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam

pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan dan

mempromosikan undang undang tentang pengamanan kebakaran.

Asuhan keperawatan komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar adalah

penting untuk pencegahan kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi perawat untuk

memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan yang saling berhubungan pada semua

sistem tubuh setelah cedera luka bakar juga penghargaan terhadap dampak emosional dari

cedera pada korban luka bakar dan keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan

komprehensif perawat dapat memberikan intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua

tahapan penyembuhan.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas di dapatkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah definisi dari luka bakar ?

2. Bagaimana etiologi terjadinya luka bakar ?

3. Fase apa aja yang dapat menyebabkan terjadinya luka bakar ?

4. Luka bakar terbagi menjadi klsifikasi apa saja?

5. Komplikasi apa saja yang dapat di sebabkan dari luka bakar ?

6. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar ?

7. Perubahan fisiologis apa saja yang terjadi dari luka bakar ?

8. Indikasi luka bakar yang bagaimana yang dapat menyebabkan klien MRS ?

9. Bagaimana penatalaksanaan dari luka bakar ?

10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar ?

1

Page 2: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

1.3TUJUAN :

1.3.1 tujuan umum :

Dalam penyusunan makalah ini di tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan

kegawat daruratan.

1.3.2 tujuan khusus :

Untuk mengetahui definisi dari luka bakar ?

Untuk mengetahui etiologi terjadinya luka bakar ?

Untuk mengetahui Fase apa aja yang dapat menyebabkan terjadinya luka bakar ?

Untuk mengetahui klsifikasi dari luka bakar?

Untuk mengetahui Komplikasi apa saja yang dapat di sebabkan dari luka bakar ?

Untuk mengetahui patofisiologi dari luka bakar ?

Untuk mengetahui Perubahan fisiologis apa saja yang terjadi dari luka bakar ?

Untuk mengetahui Indikasi luka bakar yang bagaimana yang dapat menyebabkan

klien MRS ?

Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari luka bakar ?

Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar ?

2

Page 3: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

BAB II

KONSEP TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

2.1 Definisi

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,

bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna

Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).

2.2 Etiologi

1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)

a. Gas

b. Cairan

c. Bahan padat (Solid)

2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)

3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)

4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

2.3 Fase Luka Bakar

2.3.1 Fase akut.

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan

mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan

circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa

saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat

cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab

kematian utama penderiat pada fase akut.

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

akibat cedera termal yang berdampak sistemik.

2.3.2 Fase sub akut.

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan

atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi

3

Page 4: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

menyebabkan:

1. Proses inflamasi dan infeksi.

2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju

epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.

3. Keadaan hipermetabolisme.

2.3.3 Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan

pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah

penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan

kontraktur.

2.4 Klasifikasi Luka Bakar

A. Dalamnya luka bakar.

Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan

Ketebalan

partial

superfisial

(tingkat I)

Jilatan api, sinar

ultra violet

(terbakar oleh

matahari).

Kering tidak ada

gelembung.

Oedem minimal atau

tidak ada.

Pucat bila ditekan dengan

ujung jari, berisi kembali

bila tekanan dilepas.

Bertambah

merah.

Nyeri

Lebih dalam

dari ketebalan

partial

(tingkat II)

- Superfis

ial

- Dalam

Kontak dengan

bahan air atau

bahan padat.

Jilatan api

kepada pakaian.

Jilatan langsung

kimiawi.

Sinar ultra violet.

Blister besar dan lembab

yang ukurannya

bertambah besar.

Pucat bial ditekan dengan

ujung jari, bila tekanan

dilepas berisi kembali.

Berbintik-

bintik yang

kurang jelas,

putih, coklat,

pink, daerah

merah coklat.

Sangat

nyeri

Ketebalan Kontak dengan Kering disertai kulit Putih, kering, Tidak sakit,

4

Page 5: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

sepenuhnya

(tingkat III)

bahan cair atau

padat.

Nyala api.

Kimia.

Kontak dengan

arus listrik.

mengelupas.

Pembuluh darah seperti

arang terlihat dibawah

kulit yang mengelupas.

Gelembung jarang,

dindingnya sangat tipis,

tidak membesar.

Tidak pucat bila ditekan.

hitam, coklat

tua.

Hitam.

Merah.

sedikit

sakit.

Rambut

mudah

lepas bila

dicabut.

B. Luas luka bakar

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal

dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:

1) Kepala dan leher : 9%

2) Lengan masing-masing 9% : 18%

3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%

5) Genetalia/perineum : 1%

Total : 100%

C. Berat ringannya luka bakar

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor

antara lain :

1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.

2) Kedalaman luka bakar.

3) Anatomi lokasi luka bakar.

4) Umur klien.

5) Riwayat pengobatan yang lalu.

6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.

American college of surgeon membagi dalam:

A. Parah – critical:

a) Tingkat II : 30% atau lebih.

b) Tingkat III : 10% atau lebih.

c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.

d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.

5

Page 6: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

B. Sedang – moderate:

a) Tingkat II : 15 – 30%

b) Tingkat III : 1 – 10%

C. Ringan – minor:

a) Tingkat II : kurang 15%

b) Tingkat III : kurang 1%

6

Page 7: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

2.5 Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997)

7

Bahan Kimia Termis Listrik/petirRadiasi

LUKA BAKAR MK:Gangguan

Konsep diriKurang

pengetahuanAnxietas

Pada Wajah Kerusakan kulitDi ruang tertutup

Kerusakan mukosa

Oedema laring

Gagal nafas

MK: Jalan nafas tidak efektif

Biologis

Keracunan gas CO

CO mengikat Hb

Hb tidak mampu mengikat O2

Obstruksi jalan nafas

Hipoxia otak

Penguapan meningkat

Peningkatan pembuluh darah kapiler

Ektravasasi cairan (H2O, Elektrolit, protein)

Tekanan onkotik menurun. Tekanan hidrostatik meningkatCairan intravaskuler

menurun

Hipovolemia dan hemokonsentrasi

Gangguan sirkulasi makro

Masalah Keperawatan:Resiko tinggi terhadap infeksi Gangguan rasa nyamanGanguan aktivitasKerusakan integritas kulit

Masalah Keperawatan:Kekurangan volume cairanGangguan perfusi jaringan

Gangguan sirkulasi seluler

Gangguan perfusi organ penting

Gangguan perfusi

Laju metabolisme meningkat

Glukoneogenesis glukogenolisis

MK: Perubahan nutrisi

Otak

Hipoxia

Sel otakmati

Gagal fungsi sentral

Kardiovaskuler Ginjal

Kebocoran kapiler

Penurunan curah jantung

Gagal jantung

Hipoxia sel ginjal

Fungsi ginjal

menurun

Gagal ginjal

Hepar

Pelepasan katekolamin

Hipoxia hepatik

Gagal hepar

GI Traktus

Dilatasi lambung

Neurologi

Gangguan Neurologi

Hambahan pertumbuhan

MULTI SISTEM ORGAN FAILURE

Psikologis

Imun

Daya tahan tubuh

menurun

Page 8: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

2.6 Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar

Perubahan

Tingkatan hipovolemik

( s/d 48-72 jam pertama)

Tingkatan diuretik

(12 jam – 18/24 jam pertama)

Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari

Pergeseran

cairan

ekstraseluler

.

Vaskuler ke

insterstitial.

Hemokonsent

rasi oedem

pada lokasi

luka bakar.

Interstitial ke

vaskuler.

Hemodilusi.

Fungsi

renal.

Aliran darah renal

berkurang karena

desakan darah turun

dan CO berkurang.

Oliguri. Peningkatan

aliran darah

renal karena

desakan darah

meningkat.

Diuresis.

Kadar

sodium/natri

um.

Na+ direabsorbsi

oleh ginjal, tapi

kehilangan Na+

melalui eksudat dan

tertahan dalam

cairan oedem.

Defisit

sodium.

Kehilangan Na+

melalui diuresis

(normal

kembali setelah

1 minggu).

Defisit sodium.

Kadar

potassium.

K+ dilepas sebagai

akibat cidera

jarinagn sel-sel

darah merah, K+

berkurang ekskresi

karena fungsi renal

berkurang.

Hiperkalemi K+ bergerak

kembali ke

dalam sel, K+

terbuang

melalui diuresis

(mulai 4-5 hari

setelah luka

bakar).

Hipokalemi.

Kadar

protein.

Kehilangan protein

ke dalam jaringan

akibat kenaikan

permeabilitas.

Hipoproteine

mia.

Kehilangan

protein waktu

berlangsung

terus

Hipoproteinem

ia.

8

Page 9: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

katabolisme.

Keseimbang

an nitrogen.

Katabolisme

jaringan,

kehilangan protein

dalam jaringan,

lebih banyak

kehilangan dari

masukan.

Keseimbanga

n nitrogen

negatif.

Katabolisme

jaringan,

kehilangan

protein,

immobilitas.

Keseimbangan

nitrogen

negatif.

Keseimbnag

an asam

basa.

Metabolisme

anaerob karena

perfusi jarinagn

berkurang

peningkatan asam

dari produk akhir,

fungsi renal

berkurang

(menyebabkan

retensi produk akhir

tertahan),

kehilangan

bikarbonas serum.

Asidosis

metabolik.

Kehilangan

sodium

bicarbonas

melalui

diuresis,

hipermetabolis

me disertai

peningkatan

produk akhir

metabolisme.

Asidosis

metabolik.

Respon

stres.

Terjadi karena

trauma,

peningkatan

produksi cortison.

Aliran darah

renal

berkurang.

Terjadi karena

sifat cidera

berlangsung

lama dan

terancam

psikologi

pribadi.

Stres karena

luka.

Eritrosit Terjadi karena

panas, pecah

Luka bakar

termal.

Tidak terjadi

pada hari-hari

Hemokonsentr

asi.

9

Page 10: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

menjadi fragil. pertama.

Lambung. Curling ulcer (ulkus

pada gaster),

perdarahan

lambung, nyeri.

Rangsangan

central di

hipotalamus

dan

peingkatan

jumlah

cortison.

Akut dilatasi

dan paralise

usus.

Peningkatan

jumlah

cortison.

Jantung. MDF meningkat 2x

lipat, merupakan

glikoprotein yang

toxic yang

dihasilkan oleh

kulit yang terbakar.

Disfungsi

jantung.

Peningkatan zat

MDF (miokard

depresant

factor) sampai

26 unit,

bertanggung

jawab terhadap

syok spetic.

CO menurun.

2.7 Indikasi Rawat Inap Luka Bakar

A. Luka bakar grade II:

1) Dewasa > 20%

2) Anak/orang tua > 15%

B. Luka bakar grade III.

C. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.

2.8 Penatalaksanaan

A. Resusitasi A, B, C.

1) Pernafasan:

a) Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.

b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à Bronkhokontriksi

à obstruksi à gagal nafas.

10

Page 11: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

2) Sirkulasi:

gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler

à hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.

B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.

C. Resusitasi cairan à Baxter.

Dewasa : Baxter.

RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.

Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:

RL : Dextran = 17 : 3

2 cc x BB x % LB.

Kebutuhan faal:

< 1 tahun : BB x 100 cc

1 – 3 tahun : BB x 75 cc

3 – 5 tahun : BB x 50 cc

½ à diberikan 8 jam pertama

½ à diberikan 16 jam berikutnya.

Hari kedua:

Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.

( 3-x) x 80 x BB gr/hr

100

(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.

Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.

D. Monitor urine dan CVP.

E. Topikal dan tutup luka

- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.

- Tulle.

- Silver sulfa diazin tebal.

- Tutup kassa tebal.

- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.

11

Page 12: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

F. Obat – obatan:

o Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.

o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.

o Analgetik : kuat (morfin, petidine)

o Antasida : kalau perlu

12

Page 13: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a) Aktifitas/istirahat:

Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang

sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

b) Sirkulasi:

Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);

penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer

umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia

(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua

luka bakar).

c) Integritas ego:

Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.

Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.

d) Eliminasi:

Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam

kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis

(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan

bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%

sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

e) Makanan/cairan:

Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

f) Neurosensori:

Gejala: area batas; kesemutan.

Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)

pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan

retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik

13

Page 14: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).

g) Nyeri/kenyamanan:

Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif

untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan

sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan

derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak

nyeri.

h) Pernafasan:

Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera

inhalasi).

Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan

menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.

Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan

nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema

laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret

jalan nafas dalam (ronkhi).

i) Keamanan:

Tanda:

Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari

sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.

Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler

lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan

cairan/status syok.

Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase

intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa

hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut

dan atau lingkar nasal.

Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.

Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh;

14

Page 15: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari

tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam

setelah cedera.

Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.

Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka

bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal

sehubungan dengan pakaian terbakar.

Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik

sehubungan dengan syok listrik).

j) Pemeriksaan diagnostik:

(1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.

(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini

terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam

pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.

(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,

khususnya pada cedera inhalasi asap.

(4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.

(5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan

kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.

(6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.

(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada

luka bakar masif.

(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :

Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and

documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai

berikut :

1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi

trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher;

kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.

2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan

cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik,

15

Page 16: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.

3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau

sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada

atau leher.

4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;

kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak

adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.

5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.

Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.

6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler

perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh

luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.

7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status

hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera

berat) atau katabolisme protein.

8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,

nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.

9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan

kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).

10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi;

kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.

11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber

informasi.

3.3 Rencana Intervensi

Diagnosa

Keperawata

n

Rencana Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria

Hasil

Intervensi Rasional

Resiko

bersihan

jalan nafas

Bersihan

jalan nafas

tetap efektif.

Kaji refleks

gangguan/menelan;

perhatikan pengaliran air

Dugaan cedera inhalasi

16

Page 17: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

tidak efektif

berhubungan

dengan

obstruksi

trnkhial;

oedema

mukosa;

kompressi

jalan nafas .

Kriteria

Hasil :

Bunyi nafas

vesikuler,

RR dalam

batas

normal,

bebas

dispnoe/cya

nosis.

liur, ketidakmampuan

menelan, serak, batuk

mengi.

Awasi frekuensi, irama,

kedalaman pernafasan ;

perhatikan adanya

pucat/sianosis dan

sputum mengandung

karbon atau merah muda.

Auskultasi paru,

perhatikan stridor,

mengi/gemericik,

penurunan bunyi nafas,

batuk rejan.

Perhatikan adanya pucat

atau warna buah ceri

merah pada kulit yang

cidera

Tinggikan kepala tempat

tidur. Hindari

penggunaan bantal di

bawah kepala, sesuai

indikasi

Dorong batuk/latihan

nafas dalam dan

perubahan posisi sering.

Hisapan (bila perlu) pada

perawatan ekstrem,

pertahankan teknik steril.

Takipnea, penggunaan

otot bantu, sianosis dan

perubahan sputum

menunjukkan terjadi

distress

pernafasan/edema paru

dan kebutuhan

intervensi medik.

Obstruksi jalan

nafas/distres pernafasan

dapat terjadi sangat

cepat atau lambat contoh

sampai 48 jam setelah

terbakar.

Dugaan adanya

hipoksemia atau karbon

monoksida.

Meningkatkan ekspansi

paru optimal/fungsi

pernafasan.

Bilakepala/leher

terbakar, bantal dapat

menghambat

pernafasan,

menyebabkan nekrosis

pada kartilago telinga

yang terbakar dan

meningkatkan

konstriktur leher.

Meningkatkan ekspansi

paru, memobilisasi dan

drainase sekret.

17

Page 18: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

Tingkatkan istirahat

suara tetapi kaji

kemampuan untuk bicara

dan/atau menelan sekret

oral secara periodik.

Selidiki perubahan

perilaku/mental contoh

gelisah, agitasi, kacau

mental.

Awasi 24 jam

keseimbngan cairan,

perhatikan

variasi/perubahan.

Lakukan program

kolaborasi meliputi :

Berikan pelembab O2

melalui cara yang tepat,

contoh masker wajah

Awasi/gambaran seri

GDA

Kaji ulang seri rontgen

Berikan/bantu fisioterapi

Membantu

mempertahankan jalan

nafas bersih, tetapi harus

dilakukan kewaspadaan

karena edema mukosa

dan inflamasi. Teknik

steril menurunkan risiko

infeksi.

Peningkatan

sekret/penurunan

kemampuan untuk

menelan menunjukkan

peningkatan edema

trakeal dan dapat

mengindikasikan

kebutuhan untuk

intubasi.

Meskipun sering

berhubungan dengan

nyeri, perubahan

kesadaran dapat

menunjukkan

terjadinya/memburukny

a hipoksia.

Perpindahan cairan atau

kelebihan penggantian

cairan meningkatkan

risiko edema paru.

Catatan : Cedera

inhalasi meningkatkan

kebutuhan cairan

sebanyak 35% atau lebih

karena edema.

O2 memperbaiki

18

Page 19: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

dada/spirometri intensif.

Siapkan/bantu intubasi

atau trakeostomi sesuai

indikasi.

hipoksemia/asidosis.

Pelembaban

menurunkan

pengeringan saluran

pernafasan dan

menurunkan viskositas

sputum.

Data dasar penting

untuk pengkajian lanjut

status pernafasan dan

pedoman untuk

pengobatan. PaO2

kurang dari 50, PaCO2

lebih besar dari 50 dan

penurunan pH

menunjukkan inhalasi

asap dan terjadinya

pneumonia/SDPD.

Perubahan menunjukkan

atelektasis/edema paru

tak dapat terjadi selama

2 – 3 hari setelah

terbakar

Fisioterapi dada

mengalirkan area

dependen paru,

sementara spirometri

intensif dilakukan untuk

memperbaiki ekspansi

paru, sehingga

meningkatkan fungsi

pernafasan dan

menurunkan atelektasis.

19

Page 20: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

Intubasi/dukungan

mekanikal dibutuhkan

bila jalan nafas edema

atau luka bakar

mempengaruhi fungsi

paru/oksegenasi.

Resiko tinggi

kekurangan

volume

cairan

berhubungan

dengan

Kehilangan

cairan

melalui rute

abnormal.

Peningkatan

kebutuhan :

status

hypermetabo

lik, ketidak

cukupan

pemasukan.

Kehilangan

perdarahan.

Pasien dapat

mendemostr

asikan status

cairan dan

biokimia

membaik.

Kriteria

evaluasi: tak

ada

manifestasi

dehidrasi,

resolusi

oedema,

elektrolit

serum dalam

batas

normal,

haluaran

urine di atas

30 ml/jam.

Awasi tanda vital, CVP.

Perhatikan kapiler dan

kekuatan nadi perifer.

Awasi pengeluaran urine

dan berat jenisnya.

Observasi warna urine

dan hemates sesuai

indikasi.

Perkirakan drainase luka

dan kehilangan yang

tampak

Timbang berat badan

setiap hari

Ukur lingkar ekstremitas

yang terbakar tiap hari

sesuai indikasi

Selidiki perubahan

mental

Memberikan pedoman

untuk penggantian

cairan dan mengkaji

respon kardiovaskuler.

Penggantian cairan

dititrasi untuk

meyakinkan rata-2

pengeluaran urine 30-50

cc/jam pada orang

dewasa. Urine berwarna

merah pada kerusakan

otot masif karena

adanyadarah dan

keluarnya mioglobin.

Peningkatan

permeabilitas kapiler,

perpindahan protein,

proses inflamasi dan

kehilangan cairan

melalui evaporasi

mempengaruhi volume

sirkulasi dan

pengeluaran urine.

Penggantian cairan

tergantung pada berat

badan pertama dan

20

Page 21: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

Observasi distensi

abdomen,hematomesis,fe

ces hitam.

Hemates drainase NG

dan feces secara periodik.

Lakukan program

kolaborasi meliputi :

Pasang / pertahankan

kateter urine

Pasang/ pertahankan

ukuran kateter IV.

Berikan penggantian

cairan IV yang dihitung,

elektrolit, plasma,

albumin.

Awasi hasil pemeriksaan

laboratorium ( Hb,

elektrolit, natrium ).

Berikan obat sesuai

idikasi :

- Diuretika

contohnya Manitol

(Osmitrol)

- Kalium

- Antasida

perubahan selanjutnya

Memperkirakan luasnya

oedema/perpindahan

cairan yang

mempengaruhi volume

sirkulasi dan

pengeluaran urine.

Penyimpangan pada

tingkat kesadaran dapat

mengindikasikan

ketidak adequatnya

volume

sirkulasi/penurunan

perfusi serebral

Stres (Curling) ulcus

terjadi pada setengah

dari semua pasien yang

luka bakar berat(dapat

terjadi pada awal

minggu pertama).

Observasi ketat fungsi

ginjal dan mencegah

stasis atau refleks urine.

Memungkinkan infus

cairan cepat.

Resusitasi cairan

menggantikan

kehilangan

cairan/elektrolit dan

membantu mencegah

komplikasi.

Mengidentifikasi

21

Page 22: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

Pantau:

- Tanda-tanda vital

setiap jam selama

periode darurat,

setiap 2 jam selama

periode akut, dan

setiap 4 jam selama

periode rehabilitasi.

- Warna urine.

- Masukan dan

haluaran setiap jam

selama periode

darurat, setiap 4 jam

selama periode akut,

setiap 8 jam selama

periode rehabilitasi.

- Hasil-hasil JDL

dan laporan

elektrolit.

- Berat badan

setiap hari.

- CVP (tekanan

vena sentral) setiap

jam bial diperlukan.

- Status umum

setiap 8 jam.

Pada penerimaan rumah

sakit, lepaskan semua

pakaian dan perhiasan

dari area luka bakar.

Mulai terapi IV yang

ditentukan dengan jarum

kehilangan

darah/kerusakan SDM

dan kebutuhan

penggantian cairan dan

elektrolit.

Meningkatkan

pengeluaran urine dan

membersihkan tubulus

dari debris /mencegah

nekrosis.

Penggantian lanjut

karena kehilangan urine

dalam jumlah besar

Menurunkan keasaman

gastrik sedangkan

inhibitor histamin

menurunkan produksi

asam hidroklorida untuk

menurunkan produksi

asam hidroklorida untuk

menurunkan iritasi

gaster.

Mengidentifikasi

penyimpangan indikasi

kemajuan atau

penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

Periode darurat (awal 48

jam pasca luka bakar)

adalah periode kritis

yang ditandai oleh

hipovolemia yang

mencetuskan individu

22

Page 23: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

lubang besar (18G), lebih

disukai melalui kulit

yang telah terluka bakar.

Bila pasien menaglami

luka bakar luas dan

menunjukkan gejala-

gejala syok hipovolemik,

bantu dokter dengan

pemasangan kateter vena

sentral untuk pemantauan

CVP.

Beritahu dokter bila:

haluaran urine < 30

ml/jam, haus, takikardia,

CVP < 6 mmHg,

bikarbonat serum di

bawah rentang normal,

gelisah, TD di bawah

rentang normal, urine

gelap atau encer gelap.

Konsultasi doketr bila

manifestasi kelebihan

cairan terjadi.

Tes guaiak muntahan

warna kopi atau feses ter

hitam. Laporkan temuan-

temuan positif.

Berikan antasida yag

diresepkan atau antagonis

reseptor histamin seperti

pada perfusi ginjal dan

jarinagn tak adekuat.

Inspeksi adekuat dari

luka bakar.

Penggantian cairan

cepat penting untuk

mencegah gagal ginjal.

Kehilangan cairan

bermakna terjadi

melalui jarinagn yang

terbakar dengan luka

bakar luas. Pengukuran

tekanan vena sentral

memberikan data

tentang status volume

cairan intravaskular.

Temuan-temuan ini

mennadakan

hipovolemia dan

perlunya peningkatan

cairan. Pada lka bakar

23

Page 24: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

simetidin luas, perpindahan cairan

dari ruang intravaskular

ke ruang interstitial

menimbukan

hipovolemi.

Pasien rentan pada

kelebihan beban volume

intravaskular selama

periode pemulihan bila

perpindahan cairan dari

kompartemen interstitial

pada kompartemen

intravaskuler.

Temuan-temuan guaiak

positif ennandakan

adanya perdarahan GI.

Perdarahan GI

menandakan adaya stres

ulkus (Curling’s).

Mencegah perdarahan

GI. Luka bakar luas

mencetuskan pasien

pada ulkus stres yang

disebabkan peningkatan

sekresi hormon-hormon

adrenal dan asam HCl

oleh lambung.

Resiko

kerusakan

pertukaran

gas

Pasien dapat

mendemonst

rasikan

oksigenasi

Pantau laporan GDA dan

kadar karbon monoksida

serum.

Mengidentifikasi

kemajuan dan

penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

24

Page 25: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

berhubungan

dengan

cedera

inhalasi asap

atau sindrom

komparteme

n torakal

sekunder

terhadap luka

bakar

sirkumfisial

dari dada

atau leher.

adekuat.

Kriteroia

evaluasi: RR

12-24 x/mnt,

warna kulit

normal,

GDA dalam

renatng

normal,

bunyi nafas

bersih, tak

ada

kesulitan

bernafas.

Beriakan suplemen

oksigen pada tingkat

yang ditentukan. Pasang

atau bantu dengan selang

endotrakeal dan

temaptkan pasien pada

ventilator mekanis sesuai

pesanan bila terjadi

insufisiensi pernafasan

(dibuktikan dnegna

hipoksia, hiperkapnia,

rales, takipnea dan

perubahan sensorium).

Anjurkan pernafasan

dalam dengan

penggunaan spirometri

insentif setiap 2 jam

selama tirah baring.

Pertahankan posisi semi

fowler, bila hipotensi tak

ada.

Untuk luka bakar sekitar

torakal, beritahu dokter

bila terjadi dispnea

disertai dengan takipnea.

Siapkan pasien untuk

pembedahan eskarotomi

sesuai pesanan.

Inhalasi asap dapat

merusak alveoli,

mempengaruhi

pertukaran gas pada

membran kapiler

alveoli.

Suplemen oksigen

meningkatkan jumlah

oksigen yang tersedia

untuk jaringan. Ventilasi

mekanik diperlukan

untuk pernafasan

dukungan sampai pasie

dapat dilakukan secara

mandiri.

Pernafasan dalam

mengembangkan

alveoli, menurunkan

resiko atelektasis.

Memudahkan ventilasi

dengan menurunkan

tekanan abdomen

terhadap diafragma.

Luka bakar sekitar

torakal dapat membatasi

ekspansi adda.

Mengupas kulit

(eskarotomi)

memungkinkan ekspansi

25

Page 26: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

dada.

Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan

Pertahanan

primer tidak

adekuat;

kerusakan

perlinduinga

n kulit;

jaringan

traumatik.

Pertahanan

sekunder

tidak

adekuat;

penurunan

Hb,

penekanan

respons

inflamasi

Pasien bebas

dari infeksi.

Kriteria

evaluasi: tak

ada demam,

pembentuka

n jaringan

granulasi

baik.

Pantau:

- Penampilan luka

bakar (area luka

bakar, sisi donor dan

status balutan di atas

sisi tandur bial

tandur kulit

dilakukan) setiap 8

jam.

- Suhu setiap 4

jam.

- Jumlah makanan

yang dikonsumsi

setiap kali makan.

Bersihkan area luka

bakar setiap hari dan

lepaskan jarinagn

nekrotik (debridemen)

sesuai pesanan. Berikan

mandi kolam sesuai

pesanan,

implementasikan

perawatan yang

ditentukan untuk sisi

donor, yang dapat ditutup

dengan balutan vaseline

atau op site.

Lepaskan krim lama dari

luka sebelum pemberian

krim baru. Gunakan

sarung tangan steril dan

beriakn krim antibiotika

Mengidentifikasi

indikasi-indikasi

kemajuan atau

penyimapngan dari hasil

yang diharapkan.

Pembersihan dan

pelepasan jaringan

nekrotik meningkatkan

pembentukan granulasi.

Antimikroba topikal

membantu mencegah

infeksi. Mengikuti

prinsip aseptik

melindungi pasien dari

infeksi. Kulit yang

gundul menjadi media

yang baik untuk kultur

pertumbuhan baketri.

Temuan-temuan ini

mennadakan infeksi.

Kultur membantu

26

Page 27: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

topikal yang diresepkan

pada area luka bakar

dengan ujung jari.

Berikan krim secara

menyeluruh di atas luka.

Beritahu dokter bila

demam drainase purulen

atau bau busuk dari area

luka bakar, sisi donor

atau balutan sisi tandur.

Dapatkan kultur luka dan

berikan antibiotika IV

sesuai ketentuan.

Tempatkan pasien pada

ruangan khusus dan

lakukan kewaspadaan

untuk luka bakar luas

yang mengenai area luas

tubuh. Gunakan linen

tempat tidur steril,

handuk dan skort untuk

pasien. Gunakan skort

steril, sarung tangan dan

penutup kepala dengan

masker bila memberikan

perawatan pada pasien.

Tempatkan radio atau

televisis pada ruangan

pasien untuk

menghilangkan

kebosanan.

Bila riwayat imunisasi

tak adekuat, berikan

mengidentifikasi

patogen penyebab

sehingga terapi

antibiotika yang tepat

dapat diresepkan.

Karena balutan siis

tandur hanya diganti

setiap 5-10 hari, sisi ini

memberiakn media

kultur untuk

pertumbuhan bakteri.

Kulit adalah lapisan

pertama tubuh untuk

pertahanan terhadap

infeksi. Teknik steril

dan tindakan perawatan

perlindungan

lainmelindungi pasien

terhadap infeksi.

Kurangnya berbagai

rangsang ekstrenal dan

kebebasan bergerak

mencetuskan pasien

pada kebosanan.

Melindungi terhadap

tetanus.

Ahli diet adalah

spesialis nutrisi yang

dapat mengevaluasi

paling baik status nutrisi

27

Page 28: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

globulin imun tetanus

manusia (hyper-tet)

sesuai pesanan.

Mulai rujukan pada ahli

diet, beriakn protein

tinggi, diet tinggi kalori.

Berikan suplemen nutrisi

seperti ensure atau

sustacal dengan atau

antara makan bila

masukan makanan

kurang dari 50%.

Anjurkan NPT atau

makanan enteral bial

pasien tak dapat makan

per oral.

pasien dan

merencanakan diet

untuk emmenuhi

kebuuthan nutrisi

penderita. Nutrisi

adekuat memabntu

penyembuhan luka dan

memenuhi kebutuhan

energi.

Nyeri

berhubungan

dengan

Kerusakan

kulit/jaringan

;

pembentukan

edema.

Manipulasi

jaringan

cidera contoh

debridemen

luka.

Pasien dapat

mendemonst

rasikan

hilang dari

ketidaknyam

anan.

Kriteria

evaluasi:

menyangkal

nyeri,

melaporkan

perasaan

nyaman,

ekspresi

wajah dan

postur tubuh

rileks.

Berikan anlgesik narkotik

yang diresepkan prn dan

sedikitnya 30 menit

sebelum prosedur

perawatan luka. Evaluasi

keefektifannya. Anjurkan

analgesik IV bila luka

bakar luas.

Pertahankan pintu kamar

tertutup, tingkatkan suhu

ruangan dan berikan

selimut ekstra untuk

memberikan kehangatan.

Berikan ayunan di atas

temapt tidur bila

Analgesik narkotik

diperlukan utnuk

memblok jaras nyeri

dengan nyeri berat.

Absorpsi obat IM buruk

pada pasien dengan luka

bakar luas yang

disebabkan oleh

perpindahan interstitial

berkenaan dnegan

peningkatan

permeabilitas kapiler.

Panas dan air hilang

melalui jaringan luka

bakar, menyebabkan

hipoetrmia. Tindakan

eksternal ini membantu

28

Page 29: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

diperlukan.

Bantu dengan

pengubahan posisi setiap

2 jam bila diperlukan.

Dapatkan bantuan

tambahan sesuai

kebutuhan, khususnya

bila pasien tak dapat

membantu membalikkan

badan sendiri.

menghemat kehilangan

panas.

Menururnkan neyri

dengan

mempertahankan berat

badan jauh dari linen

temapat tidur terhadap

luka dan menuurnkan

pemajanan ujung saraf

pada aliran udara.

Menghilangkan tekanan

pada tonjolan tulang

dependen. Dukungan

adekuat pada luka bakar

selama gerakan

membantu meinimalkan

ketidaknyamanan.

Resiko tinggi

kerusakan

perfusi

jaringan,

perubahan/di

sfungsi

neurovaskule

r perifer

berhubungan

dengan

Penurunan/in

terupsi aliran

darah

arterial/vena,

contoh luka

bakar seputar

Pasien

menunjukka

n sirkulasi

tetap

adekuat.

Kriteria

evaluasi:

warna kulit

normal,

menyangkal

kebas dan

kesemutan,

nadi perifer

dapat diraba.

Untuk luka bakar yang

mengitari ekstermitas

atau luka bakar listrik,

pantau status

neurovaskular dari

ekstermitas setaip 2 jam.

Pertahankan ekstermitas

bengkak ditinggikan.

Beritahu dokter dengan

segera bila terjadi nadi

berkurang, pengisian

kapiler buruk, atau

penurunan sensasi.

Siapkan untuk

pembedahan eskarotomi

Mengidentifikasi

indikasi-indikasi

kemajuan atau

penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

Meningkatkan aliran

balik vena dan

menurunkan

pembengkakan.

Temuan-temuan ini

menandakan keruskana

sirkualsi distal. Dokter

dapat mengkaji tekanan

jaringan untuk

29

Page 30: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

ekstremitas

dengan

edema.

sesuai pesanan. emnentukan kebutuhan

terhadap intervensi

bedah. Eskarotomi

(mengikis pada eskar)

atau fasiotomi mungkin

diperlukan untuk

memperbaiki sirkulasi

adekuat.

Kerusakan

integritas

kulit b/d

kerusakan

permukaan

kulit

sekunder

destruksi

lapisan kulit.

Memumjukk

an

regenerasi

jaringan

Kriteria

hasil:

Mencapai

penyembuha

n tepat

waktu pada

area luka

bakar.

Kaji/catat ukuran, warna,

kedalaman luka,

perhatikan jaringan

nekrotik dan kondisi

sekitar luka.

Lakukan perawatan luka

bakar yang tepat dan

tindakan kontrol infeksi.

Pertahankan penutupan

luka sesuai indikasi.

Tinggikan area graft bila

mungkin/tepat.

Pertahankan posisi yang

diinginkan dan

imobilisasi area bila

diindikasikan.

Pertahankan balutan

diatas area graft baru

dan/atau sisi donor sesuai

Memberikan informasi

dasar tentang kebutuhan

penanaman kulit dan

kemungkinan petunjuk

tentang sirkulasi pada

aera graft.

Menyiapkan jaringan

untuk penanaman dan

menurunkan resiko

infeksi/kegagalan kulit.

Kain nilon/membran

silikon mengandung

kolagen porcine peptida

yang melekat pada

permukaan luka sampai

lepasnya atau

mengelupas secara

spontan kulit

repitelisasi.

Menurunkan

pembengkakan

/membatasi resiko

pemisahan graft.

30

Page 31: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

indikasi.

Cuci sisi dengan sabun

ringan, cuci, dan minyaki

dengan krim, beberapa

waktu dalam sehari,

setelah balutan dilepas

dan penyembuhan

selesai.

Lakukan program

kolaborasi :

- Siapkan / bantu

prosedur bedah/balutan

biologis.

Gerakan jaringan

dibawah graft dapat

mengubah posisi yang

mempengaruhi

penyembuhan optimal.

Area mungkin ditutupi

oleh bahan dengan

permukaan tembus

pandang tak reaktif.

Kulit graft baru dan sisi

donor yang sembuh

memerlukan perawatan

khusus untuk

mempertahankan

kelenturan.

Graft kulit diambil dari

kulit orang itu

sendiri/orang lain untuk

penutupan sementara

pada luka bakar luas

sampai kulit orang itu

siap ditanam.

BAB IV

K A S U S

I.IDENTITAS :

A. Identitas Klien

31

Page 32: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

Initial : Tn. XUmur : 35 tahunJenis kelamin : laki - lakiTanggal MRS : 28 oktober 2009 pukul 10.00 WIBTanggal pengkajian : 28 oktober 2009 pukul 11.00 WIB

II. KELUHAN UTAMA

MRS : kx mengatakan lengan dan tungkai kanan klien terbakar

Pada saat pengkajian : kx mengatakan lengan dan tungkai kanan klien merasa nyeri dan panas

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Klien mengatakan 2 jam yang lalu ketika dia hendak menyalakan kompor untuk keperluan memasak, tanpa di sadari kompor yang akan di nyalakannya tiba –tiba meletup dan klien tidak bisa menghindari sehingga lengan dan tungkai kanan nya terbakar ketika hendak memadamkan api tersebut. Setelah itu begitu api di padamkan klien di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan di UGD. Di pada saat di UGD klien mendapat perawatan awal antara lain : pemasangan infus RL, injeksi anti biotik dan pemberian analgetik, setelah mendapatkan perawatan sementara di UGD, kemudian klien di bawa ke ruang bedah untuk mendapatkan perawatan lanjutan.

IV. RIWAYAT PSIKOLOGI

Klien mengatakan cemas dengan kondisi saat ini, takut karena sakitnya ini mengganggu aktivitas dan pekerjaannya.

V. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : cukup, kesadaran compos mentis, dan klien tampak menyeringai kesakitan.

TTV : TD : 120/80 mmhg S : 38 ‘ C N : 80 x/ menit RR : 24 x/ menit

Pemeriksaan integument : terdapat luka bakar pada lengan dan tungkai kanan dan kiri, dan terdapat lepuhan kulit yang terbakar

Pemeriksaan muskuloskletal : klien mengatakan pada saat menggerakkan anggota gerak bagian atas dan bawah terdapat keterbatasan ROM

Neurologi : GCS 4,5,6 Pemeriksaan penunjang : elektrolit Penata laksanaan dan terapi : infus RL : D5 % 2 : 1

Cefotaxime inj 3 x 500 mg/ hr Analgetik 3 x 500 mg/ hr

ANALISA DATA

1. Kelompok data :Ds : Klien mengatakan nyeri pada lengan dan tungkai sebelah kanan

32

Page 33: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

Do : wajah klien menyeringai kesakitan, skala nyeri sedang (6), terdapat luka bakar dan lepuhan pada tungkai kanan dan lengan klien.Masalah : gangguan rasa nyaman nyeriKemungkinan penyebab : terjadinya kerusakan jaringan kulit

DAFTAR PRIORITAS MASALAH

1.Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.

Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.di tandai dengan klien mengatakan

nyeri pada lengan dan tungkai sebelah kanannya, wajah klien menyeringai kesakitan,

skala nyeri 6, terdapat luka bakar dan lepuhan.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak

nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.

BAB V

PENUTUP

33

Page 34: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

5.1 Kesimpulan

luka bakar adalah suatu trauma yang di sebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan

petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam, yang apabila tidak di atasi

dengan benar akan menyebabkan gangguan pada organ.

5.2 Saran

denag di buatnya makalah ini di harapkan para mahasiswa mampu memahami tentang

penatalaksanaan pada kasus kegawat daruratan khusunya “Luka bakar / Combus” sehingga

menambah wawasan dalam menerapkan dalam tindakan keperawatan di lapangan. Dan kami

menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

kami mohon saran saran dabkritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B.

Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.

34

Page 35: Asuhan Keperawatan.combus Jadi

Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany.

Philadelpia. Hal. 752 – 779.

Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2

(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya.

Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).

F.A. Davis Company. Philadelpia.

Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing

Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 – 401.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume 2,

(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis.

Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.

Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku

Kedoketran EGC. Jakarta

Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit

Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan

Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku

Kedoketran EGC. Jakarta.

35