Download - Asuhan Keperawatan.combus Jadi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 ribu pasien
dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar
dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus luka bakar
dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam
pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan dan
mempromosikan undang undang tentang pengamanan kebakaran.
Asuhan keperawatan komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar adalah
penting untuk pencegahan kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi perawat untuk
memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan yang saling berhubungan pada semua
sistem tubuh setelah cedera luka bakar juga penghargaan terhadap dampak emosional dari
cedera pada korban luka bakar dan keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan
komprehensif perawat dapat memberikan intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua
tahapan penyembuhan.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas di dapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah definisi dari luka bakar ?
2. Bagaimana etiologi terjadinya luka bakar ?
3. Fase apa aja yang dapat menyebabkan terjadinya luka bakar ?
4. Luka bakar terbagi menjadi klsifikasi apa saja?
5. Komplikasi apa saja yang dapat di sebabkan dari luka bakar ?
6. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar ?
7. Perubahan fisiologis apa saja yang terjadi dari luka bakar ?
8. Indikasi luka bakar yang bagaimana yang dapat menyebabkan klien MRS ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari luka bakar ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar ?
1
1.3TUJUAN :
1.3.1 tujuan umum :
Dalam penyusunan makalah ini di tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
kegawat daruratan.
1.3.2 tujuan khusus :
Untuk mengetahui definisi dari luka bakar ?
Untuk mengetahui etiologi terjadinya luka bakar ?
Untuk mengetahui Fase apa aja yang dapat menyebabkan terjadinya luka bakar ?
Untuk mengetahui klsifikasi dari luka bakar?
Untuk mengetahui Komplikasi apa saja yang dapat di sebabkan dari luka bakar ?
Untuk mengetahui patofisiologi dari luka bakar ?
Untuk mengetahui Perubahan fisiologis apa saja yang terjadi dari luka bakar ?
Untuk mengetahui Indikasi luka bakar yang bagaimana yang dapat menyebabkan
klien MRS ?
Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari luka bakar ?
Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar ?
2
BAB II
KONSEP TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
2.1 Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna
Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
2.2 Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
2.3 Fase Luka Bakar
2.3.1 Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan
circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa
saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat
cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab
kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2.3.2 Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
3
menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju
epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
2.3.3 Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
2.4 Klasifikasi Luka Bakar
A. Dalamnya luka bakar.
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan
partial
superfisial
(tingkat I)
Jilatan api, sinar
ultra violet
(terbakar oleh
matahari).
Kering tidak ada
gelembung.
Oedem minimal atau
tidak ada.
Pucat bila ditekan dengan
ujung jari, berisi kembali
bila tekanan dilepas.
Bertambah
merah.
Nyeri
Lebih dalam
dari ketebalan
partial
(tingkat II)
- Superfis
ial
- Dalam
Kontak dengan
bahan air atau
bahan padat.
Jilatan api
kepada pakaian.
Jilatan langsung
kimiawi.
Sinar ultra violet.
Blister besar dan lembab
yang ukurannya
bertambah besar.
Pucat bial ditekan dengan
ujung jari, bila tekanan
dilepas berisi kembali.
Berbintik-
bintik yang
kurang jelas,
putih, coklat,
pink, daerah
merah coklat.
Sangat
nyeri
Ketebalan Kontak dengan Kering disertai kulit Putih, kering, Tidak sakit,
4
sepenuhnya
(tingkat III)
bahan cair atau
padat.
Nyala api.
Kimia.
Kontak dengan
arus listrik.
mengelupas.
Pembuluh darah seperti
arang terlihat dibawah
kulit yang mengelupas.
Gelembung jarang,
dindingnya sangat tipis,
tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan.
hitam, coklat
tua.
Hitam.
Merah.
sedikit
sakit.
Rambut
mudah
lepas bila
dicabut.
B. Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
C. Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor
antara lain :
1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2) Kedalaman luka bakar.
3) Anatomi lokasi luka bakar.
4) Umur klien.
5) Riwayat pengobatan yang lalu.
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American college of surgeon membagi dalam:
A. Parah – critical:
a) Tingkat II : 30% atau lebih.
b) Tingkat III : 10% atau lebih.
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
5
B. Sedang – moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%
b) Tingkat III : 1 – 10%
C. Ringan – minor:
a) Tingkat II : kurang 15%
b) Tingkat III : kurang 1%
6
2.5 Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997)
7
Bahan Kimia Termis Listrik/petirRadiasi
LUKA BAKAR MK:Gangguan
Konsep diriKurang
pengetahuanAnxietas
Pada Wajah Kerusakan kulitDi ruang tertutup
Kerusakan mukosa
Oedema laring
Gagal nafas
MK: Jalan nafas tidak efektif
Biologis
Keracunan gas CO
CO mengikat Hb
Hb tidak mampu mengikat O2
Obstruksi jalan nafas
Hipoxia otak
Penguapan meningkat
Peningkatan pembuluh darah kapiler
Ektravasasi cairan (H2O, Elektrolit, protein)
Tekanan onkotik menurun. Tekanan hidrostatik meningkatCairan intravaskuler
menurun
Hipovolemia dan hemokonsentrasi
Gangguan sirkulasi makro
Masalah Keperawatan:Resiko tinggi terhadap infeksi Gangguan rasa nyamanGanguan aktivitasKerusakan integritas kulit
Masalah Keperawatan:Kekurangan volume cairanGangguan perfusi jaringan
Gangguan sirkulasi seluler
Gangguan perfusi organ penting
Gangguan perfusi
Laju metabolisme meningkat
Glukoneogenesis glukogenolisis
MK: Perubahan nutrisi
Otak
Hipoxia
Sel otakmati
Gagal fungsi sentral
Kardiovaskuler Ginjal
Kebocoran kapiler
Penurunan curah jantung
Gagal jantung
Hipoxia sel ginjal
Fungsi ginjal
menurun
Gagal ginjal
Hepar
Pelepasan katekolamin
Hipoxia hepatik
Gagal hepar
GI Traktus
Dilatasi lambung
Neurologi
Gangguan Neurologi
Hambahan pertumbuhan
MULTI SISTEM ORGAN FAILURE
Psikologis
Imun
Daya tahan tubuh
menurun
2.6 Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar
Perubahan
Tingkatan hipovolemik
( s/d 48-72 jam pertama)
Tingkatan diuretik
(12 jam – 18/24 jam pertama)
Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari
Pergeseran
cairan
ekstraseluler
.
Vaskuler ke
insterstitial.
Hemokonsent
rasi oedem
pada lokasi
luka bakar.
Interstitial ke
vaskuler.
Hemodilusi.
Fungsi
renal.
Aliran darah renal
berkurang karena
desakan darah turun
dan CO berkurang.
Oliguri. Peningkatan
aliran darah
renal karena
desakan darah
meningkat.
Diuresis.
Kadar
sodium/natri
um.
Na+ direabsorbsi
oleh ginjal, tapi
kehilangan Na+
melalui eksudat dan
tertahan dalam
cairan oedem.
Defisit
sodium.
Kehilangan Na+
melalui diuresis
(normal
kembali setelah
1 minggu).
Defisit sodium.
Kadar
potassium.
K+ dilepas sebagai
akibat cidera
jarinagn sel-sel
darah merah, K+
berkurang ekskresi
karena fungsi renal
berkurang.
Hiperkalemi K+ bergerak
kembali ke
dalam sel, K+
terbuang
melalui diuresis
(mulai 4-5 hari
setelah luka
bakar).
Hipokalemi.
Kadar
protein.
Kehilangan protein
ke dalam jaringan
akibat kenaikan
permeabilitas.
Hipoproteine
mia.
Kehilangan
protein waktu
berlangsung
terus
Hipoproteinem
ia.
8
katabolisme.
Keseimbang
an nitrogen.
Katabolisme
jaringan,
kehilangan protein
dalam jaringan,
lebih banyak
kehilangan dari
masukan.
Keseimbanga
n nitrogen
negatif.
Katabolisme
jaringan,
kehilangan
protein,
immobilitas.
Keseimbangan
nitrogen
negatif.
Keseimbnag
an asam
basa.
Metabolisme
anaerob karena
perfusi jarinagn
berkurang
peningkatan asam
dari produk akhir,
fungsi renal
berkurang
(menyebabkan
retensi produk akhir
tertahan),
kehilangan
bikarbonas serum.
Asidosis
metabolik.
Kehilangan
sodium
bicarbonas
melalui
diuresis,
hipermetabolis
me disertai
peningkatan
produk akhir
metabolisme.
Asidosis
metabolik.
Respon
stres.
Terjadi karena
trauma,
peningkatan
produksi cortison.
Aliran darah
renal
berkurang.
Terjadi karena
sifat cidera
berlangsung
lama dan
terancam
psikologi
pribadi.
Stres karena
luka.
Eritrosit Terjadi karena
panas, pecah
Luka bakar
termal.
Tidak terjadi
pada hari-hari
Hemokonsentr
asi.
9
menjadi fragil. pertama.
Lambung. Curling ulcer (ulkus
pada gaster),
perdarahan
lambung, nyeri.
Rangsangan
central di
hipotalamus
dan
peingkatan
jumlah
cortison.
Akut dilatasi
dan paralise
usus.
Peningkatan
jumlah
cortison.
Jantung. MDF meningkat 2x
lipat, merupakan
glikoprotein yang
toxic yang
dihasilkan oleh
kulit yang terbakar.
Disfungsi
jantung.
Peningkatan zat
MDF (miokard
depresant
factor) sampai
26 unit,
bertanggung
jawab terhadap
syok spetic.
CO menurun.
2.7 Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
A. Luka bakar grade II:
1) Dewasa > 20%
2) Anak/orang tua > 15%
B. Luka bakar grade III.
C. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
2.8 Penatalaksanaan
A. Resusitasi A, B, C.
1) Pernafasan:
a) Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.
b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à Bronkhokontriksi
à obstruksi à gagal nafas.
10
2) Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler
à hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.
B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
C. Resusitasi cairan à Baxter.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½ à diberikan 8 jam pertama
½ à diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
D. Monitor urine dan CVP.
E. Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
- Tulle.
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
11
F. Obat – obatan:
o Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
o Analgetik : kuat (morfin, petidine)
o Antasida : kalau perlu
12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a) Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua
luka bakar).
c) Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan
bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e) Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f) Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
13
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g) Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
h) Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret
jalan nafas dalam (ronkhi).
i) Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa
hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut
dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh;
14
ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam
setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
j) Pemeriksaan diagnostik:
(1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.
(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
(4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
(5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
(6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and
documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai
berikut :
1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher;
kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan
cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik,
15
ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada
atau leher.
4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak
adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler
perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh
luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera
berat) atau katabolisme protein.
8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,
nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan
kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi;
kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber
informasi.
3.3 Rencana Intervensi
Diagnosa
Keperawata
n
Rencana Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
Resiko
bersihan
jalan nafas
Bersihan
jalan nafas
tetap efektif.
Kaji refleks
gangguan/menelan;
perhatikan pengaliran air
Dugaan cedera inhalasi
16
tidak efektif
berhubungan
dengan
obstruksi
trnkhial;
oedema
mukosa;
kompressi
jalan nafas .
Kriteria
Hasil :
Bunyi nafas
vesikuler,
RR dalam
batas
normal,
bebas
dispnoe/cya
nosis.
liur, ketidakmampuan
menelan, serak, batuk
mengi.
Awasi frekuensi, irama,
kedalaman pernafasan ;
perhatikan adanya
pucat/sianosis dan
sputum mengandung
karbon atau merah muda.
Auskultasi paru,
perhatikan stridor,
mengi/gemericik,
penurunan bunyi nafas,
batuk rejan.
Perhatikan adanya pucat
atau warna buah ceri
merah pada kulit yang
cidera
Tinggikan kepala tempat
tidur. Hindari
penggunaan bantal di
bawah kepala, sesuai
indikasi
Dorong batuk/latihan
nafas dalam dan
perubahan posisi sering.
Hisapan (bila perlu) pada
perawatan ekstrem,
pertahankan teknik steril.
Takipnea, penggunaan
otot bantu, sianosis dan
perubahan sputum
menunjukkan terjadi
distress
pernafasan/edema paru
dan kebutuhan
intervensi medik.
Obstruksi jalan
nafas/distres pernafasan
dapat terjadi sangat
cepat atau lambat contoh
sampai 48 jam setelah
terbakar.
Dugaan adanya
hipoksemia atau karbon
monoksida.
Meningkatkan ekspansi
paru optimal/fungsi
pernafasan.
Bilakepala/leher
terbakar, bantal dapat
menghambat
pernafasan,
menyebabkan nekrosis
pada kartilago telinga
yang terbakar dan
meningkatkan
konstriktur leher.
Meningkatkan ekspansi
paru, memobilisasi dan
drainase sekret.
17
Tingkatkan istirahat
suara tetapi kaji
kemampuan untuk bicara
dan/atau menelan sekret
oral secara periodik.
Selidiki perubahan
perilaku/mental contoh
gelisah, agitasi, kacau
mental.
Awasi 24 jam
keseimbngan cairan,
perhatikan
variasi/perubahan.
Lakukan program
kolaborasi meliputi :
Berikan pelembab O2
melalui cara yang tepat,
contoh masker wajah
Awasi/gambaran seri
GDA
Kaji ulang seri rontgen
Berikan/bantu fisioterapi
Membantu
mempertahankan jalan
nafas bersih, tetapi harus
dilakukan kewaspadaan
karena edema mukosa
dan inflamasi. Teknik
steril menurunkan risiko
infeksi.
Peningkatan
sekret/penurunan
kemampuan untuk
menelan menunjukkan
peningkatan edema
trakeal dan dapat
mengindikasikan
kebutuhan untuk
intubasi.
Meskipun sering
berhubungan dengan
nyeri, perubahan
kesadaran dapat
menunjukkan
terjadinya/memburukny
a hipoksia.
Perpindahan cairan atau
kelebihan penggantian
cairan meningkatkan
risiko edema paru.
Catatan : Cedera
inhalasi meningkatkan
kebutuhan cairan
sebanyak 35% atau lebih
karena edema.
O2 memperbaiki
18
dada/spirometri intensif.
Siapkan/bantu intubasi
atau trakeostomi sesuai
indikasi.
hipoksemia/asidosis.
Pelembaban
menurunkan
pengeringan saluran
pernafasan dan
menurunkan viskositas
sputum.
Data dasar penting
untuk pengkajian lanjut
status pernafasan dan
pedoman untuk
pengobatan. PaO2
kurang dari 50, PaCO2
lebih besar dari 50 dan
penurunan pH
menunjukkan inhalasi
asap dan terjadinya
pneumonia/SDPD.
Perubahan menunjukkan
atelektasis/edema paru
tak dapat terjadi selama
2 – 3 hari setelah
terbakar
Fisioterapi dada
mengalirkan area
dependen paru,
sementara spirometri
intensif dilakukan untuk
memperbaiki ekspansi
paru, sehingga
meningkatkan fungsi
pernafasan dan
menurunkan atelektasis.
19
Intubasi/dukungan
mekanikal dibutuhkan
bila jalan nafas edema
atau luka bakar
mempengaruhi fungsi
paru/oksegenasi.
Resiko tinggi
kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
Kehilangan
cairan
melalui rute
abnormal.
Peningkatan
kebutuhan :
status
hypermetabo
lik, ketidak
cukupan
pemasukan.
Kehilangan
perdarahan.
Pasien dapat
mendemostr
asikan status
cairan dan
biokimia
membaik.
Kriteria
evaluasi: tak
ada
manifestasi
dehidrasi,
resolusi
oedema,
elektrolit
serum dalam
batas
normal,
haluaran
urine di atas
30 ml/jam.
Awasi tanda vital, CVP.
Perhatikan kapiler dan
kekuatan nadi perifer.
Awasi pengeluaran urine
dan berat jenisnya.
Observasi warna urine
dan hemates sesuai
indikasi.
Perkirakan drainase luka
dan kehilangan yang
tampak
Timbang berat badan
setiap hari
Ukur lingkar ekstremitas
yang terbakar tiap hari
sesuai indikasi
Selidiki perubahan
mental
Memberikan pedoman
untuk penggantian
cairan dan mengkaji
respon kardiovaskuler.
Penggantian cairan
dititrasi untuk
meyakinkan rata-2
pengeluaran urine 30-50
cc/jam pada orang
dewasa. Urine berwarna
merah pada kerusakan
otot masif karena
adanyadarah dan
keluarnya mioglobin.
Peningkatan
permeabilitas kapiler,
perpindahan protein,
proses inflamasi dan
kehilangan cairan
melalui evaporasi
mempengaruhi volume
sirkulasi dan
pengeluaran urine.
Penggantian cairan
tergantung pada berat
badan pertama dan
20
Observasi distensi
abdomen,hematomesis,fe
ces hitam.
Hemates drainase NG
dan feces secara periodik.
Lakukan program
kolaborasi meliputi :
Pasang / pertahankan
kateter urine
Pasang/ pertahankan
ukuran kateter IV.
Berikan penggantian
cairan IV yang dihitung,
elektrolit, plasma,
albumin.
Awasi hasil pemeriksaan
laboratorium ( Hb,
elektrolit, natrium ).
Berikan obat sesuai
idikasi :
- Diuretika
contohnya Manitol
(Osmitrol)
- Kalium
- Antasida
perubahan selanjutnya
Memperkirakan luasnya
oedema/perpindahan
cairan yang
mempengaruhi volume
sirkulasi dan
pengeluaran urine.
Penyimpangan pada
tingkat kesadaran dapat
mengindikasikan
ketidak adequatnya
volume
sirkulasi/penurunan
perfusi serebral
Stres (Curling) ulcus
terjadi pada setengah
dari semua pasien yang
luka bakar berat(dapat
terjadi pada awal
minggu pertama).
Observasi ketat fungsi
ginjal dan mencegah
stasis atau refleks urine.
Memungkinkan infus
cairan cepat.
Resusitasi cairan
menggantikan
kehilangan
cairan/elektrolit dan
membantu mencegah
komplikasi.
Mengidentifikasi
21
Pantau:
- Tanda-tanda vital
setiap jam selama
periode darurat,
setiap 2 jam selama
periode akut, dan
setiap 4 jam selama
periode rehabilitasi.
- Warna urine.
- Masukan dan
haluaran setiap jam
selama periode
darurat, setiap 4 jam
selama periode akut,
setiap 8 jam selama
periode rehabilitasi.
- Hasil-hasil JDL
dan laporan
elektrolit.
- Berat badan
setiap hari.
- CVP (tekanan
vena sentral) setiap
jam bial diperlukan.
- Status umum
setiap 8 jam.
Pada penerimaan rumah
sakit, lepaskan semua
pakaian dan perhiasan
dari area luka bakar.
Mulai terapi IV yang
ditentukan dengan jarum
kehilangan
darah/kerusakan SDM
dan kebutuhan
penggantian cairan dan
elektrolit.
Meningkatkan
pengeluaran urine dan
membersihkan tubulus
dari debris /mencegah
nekrosis.
Penggantian lanjut
karena kehilangan urine
dalam jumlah besar
Menurunkan keasaman
gastrik sedangkan
inhibitor histamin
menurunkan produksi
asam hidroklorida untuk
menurunkan produksi
asam hidroklorida untuk
menurunkan iritasi
gaster.
Mengidentifikasi
penyimpangan indikasi
kemajuan atau
penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
Periode darurat (awal 48
jam pasca luka bakar)
adalah periode kritis
yang ditandai oleh
hipovolemia yang
mencetuskan individu
22
lubang besar (18G), lebih
disukai melalui kulit
yang telah terluka bakar.
Bila pasien menaglami
luka bakar luas dan
menunjukkan gejala-
gejala syok hipovolemik,
bantu dokter dengan
pemasangan kateter vena
sentral untuk pemantauan
CVP.
Beritahu dokter bila:
haluaran urine < 30
ml/jam, haus, takikardia,
CVP < 6 mmHg,
bikarbonat serum di
bawah rentang normal,
gelisah, TD di bawah
rentang normal, urine
gelap atau encer gelap.
Konsultasi doketr bila
manifestasi kelebihan
cairan terjadi.
Tes guaiak muntahan
warna kopi atau feses ter
hitam. Laporkan temuan-
temuan positif.
Berikan antasida yag
diresepkan atau antagonis
reseptor histamin seperti
pada perfusi ginjal dan
jarinagn tak adekuat.
Inspeksi adekuat dari
luka bakar.
Penggantian cairan
cepat penting untuk
mencegah gagal ginjal.
Kehilangan cairan
bermakna terjadi
melalui jarinagn yang
terbakar dengan luka
bakar luas. Pengukuran
tekanan vena sentral
memberikan data
tentang status volume
cairan intravaskular.
Temuan-temuan ini
mennadakan
hipovolemia dan
perlunya peningkatan
cairan. Pada lka bakar
23
simetidin luas, perpindahan cairan
dari ruang intravaskular
ke ruang interstitial
menimbukan
hipovolemi.
Pasien rentan pada
kelebihan beban volume
intravaskular selama
periode pemulihan bila
perpindahan cairan dari
kompartemen interstitial
pada kompartemen
intravaskuler.
Temuan-temuan guaiak
positif ennandakan
adanya perdarahan GI.
Perdarahan GI
menandakan adaya stres
ulkus (Curling’s).
Mencegah perdarahan
GI. Luka bakar luas
mencetuskan pasien
pada ulkus stres yang
disebabkan peningkatan
sekresi hormon-hormon
adrenal dan asam HCl
oleh lambung.
Resiko
kerusakan
pertukaran
gas
Pasien dapat
mendemonst
rasikan
oksigenasi
Pantau laporan GDA dan
kadar karbon monoksida
serum.
Mengidentifikasi
kemajuan dan
penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
24
berhubungan
dengan
cedera
inhalasi asap
atau sindrom
komparteme
n torakal
sekunder
terhadap luka
bakar
sirkumfisial
dari dada
atau leher.
adekuat.
Kriteroia
evaluasi: RR
12-24 x/mnt,
warna kulit
normal,
GDA dalam
renatng
normal,
bunyi nafas
bersih, tak
ada
kesulitan
bernafas.
Beriakan suplemen
oksigen pada tingkat
yang ditentukan. Pasang
atau bantu dengan selang
endotrakeal dan
temaptkan pasien pada
ventilator mekanis sesuai
pesanan bila terjadi
insufisiensi pernafasan
(dibuktikan dnegna
hipoksia, hiperkapnia,
rales, takipnea dan
perubahan sensorium).
Anjurkan pernafasan
dalam dengan
penggunaan spirometri
insentif setiap 2 jam
selama tirah baring.
Pertahankan posisi semi
fowler, bila hipotensi tak
ada.
Untuk luka bakar sekitar
torakal, beritahu dokter
bila terjadi dispnea
disertai dengan takipnea.
Siapkan pasien untuk
pembedahan eskarotomi
sesuai pesanan.
Inhalasi asap dapat
merusak alveoli,
mempengaruhi
pertukaran gas pada
membran kapiler
alveoli.
Suplemen oksigen
meningkatkan jumlah
oksigen yang tersedia
untuk jaringan. Ventilasi
mekanik diperlukan
untuk pernafasan
dukungan sampai pasie
dapat dilakukan secara
mandiri.
Pernafasan dalam
mengembangkan
alveoli, menurunkan
resiko atelektasis.
Memudahkan ventilasi
dengan menurunkan
tekanan abdomen
terhadap diafragma.
Luka bakar sekitar
torakal dapat membatasi
ekspansi adda.
Mengupas kulit
(eskarotomi)
memungkinkan ekspansi
25
dada.
Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan
Pertahanan
primer tidak
adekuat;
kerusakan
perlinduinga
n kulit;
jaringan
traumatik.
Pertahanan
sekunder
tidak
adekuat;
penurunan
Hb,
penekanan
respons
inflamasi
Pasien bebas
dari infeksi.
Kriteria
evaluasi: tak
ada demam,
pembentuka
n jaringan
granulasi
baik.
Pantau:
- Penampilan luka
bakar (area luka
bakar, sisi donor dan
status balutan di atas
sisi tandur bial
tandur kulit
dilakukan) setiap 8
jam.
- Suhu setiap 4
jam.
- Jumlah makanan
yang dikonsumsi
setiap kali makan.
Bersihkan area luka
bakar setiap hari dan
lepaskan jarinagn
nekrotik (debridemen)
sesuai pesanan. Berikan
mandi kolam sesuai
pesanan,
implementasikan
perawatan yang
ditentukan untuk sisi
donor, yang dapat ditutup
dengan balutan vaseline
atau op site.
Lepaskan krim lama dari
luka sebelum pemberian
krim baru. Gunakan
sarung tangan steril dan
beriakn krim antibiotika
Mengidentifikasi
indikasi-indikasi
kemajuan atau
penyimapngan dari hasil
yang diharapkan.
Pembersihan dan
pelepasan jaringan
nekrotik meningkatkan
pembentukan granulasi.
Antimikroba topikal
membantu mencegah
infeksi. Mengikuti
prinsip aseptik
melindungi pasien dari
infeksi. Kulit yang
gundul menjadi media
yang baik untuk kultur
pertumbuhan baketri.
Temuan-temuan ini
mennadakan infeksi.
Kultur membantu
26
topikal yang diresepkan
pada area luka bakar
dengan ujung jari.
Berikan krim secara
menyeluruh di atas luka.
Beritahu dokter bila
demam drainase purulen
atau bau busuk dari area
luka bakar, sisi donor
atau balutan sisi tandur.
Dapatkan kultur luka dan
berikan antibiotika IV
sesuai ketentuan.
Tempatkan pasien pada
ruangan khusus dan
lakukan kewaspadaan
untuk luka bakar luas
yang mengenai area luas
tubuh. Gunakan linen
tempat tidur steril,
handuk dan skort untuk
pasien. Gunakan skort
steril, sarung tangan dan
penutup kepala dengan
masker bila memberikan
perawatan pada pasien.
Tempatkan radio atau
televisis pada ruangan
pasien untuk
menghilangkan
kebosanan.
Bila riwayat imunisasi
tak adekuat, berikan
mengidentifikasi
patogen penyebab
sehingga terapi
antibiotika yang tepat
dapat diresepkan.
Karena balutan siis
tandur hanya diganti
setiap 5-10 hari, sisi ini
memberiakn media
kultur untuk
pertumbuhan bakteri.
Kulit adalah lapisan
pertama tubuh untuk
pertahanan terhadap
infeksi. Teknik steril
dan tindakan perawatan
perlindungan
lainmelindungi pasien
terhadap infeksi.
Kurangnya berbagai
rangsang ekstrenal dan
kebebasan bergerak
mencetuskan pasien
pada kebosanan.
Melindungi terhadap
tetanus.
Ahli diet adalah
spesialis nutrisi yang
dapat mengevaluasi
paling baik status nutrisi
27
globulin imun tetanus
manusia (hyper-tet)
sesuai pesanan.
Mulai rujukan pada ahli
diet, beriakn protein
tinggi, diet tinggi kalori.
Berikan suplemen nutrisi
seperti ensure atau
sustacal dengan atau
antara makan bila
masukan makanan
kurang dari 50%.
Anjurkan NPT atau
makanan enteral bial
pasien tak dapat makan
per oral.
pasien dan
merencanakan diet
untuk emmenuhi
kebuuthan nutrisi
penderita. Nutrisi
adekuat memabntu
penyembuhan luka dan
memenuhi kebutuhan
energi.
Nyeri
berhubungan
dengan
Kerusakan
kulit/jaringan
;
pembentukan
edema.
Manipulasi
jaringan
cidera contoh
debridemen
luka.
Pasien dapat
mendemonst
rasikan
hilang dari
ketidaknyam
anan.
Kriteria
evaluasi:
menyangkal
nyeri,
melaporkan
perasaan
nyaman,
ekspresi
wajah dan
postur tubuh
rileks.
Berikan anlgesik narkotik
yang diresepkan prn dan
sedikitnya 30 menit
sebelum prosedur
perawatan luka. Evaluasi
keefektifannya. Anjurkan
analgesik IV bila luka
bakar luas.
Pertahankan pintu kamar
tertutup, tingkatkan suhu
ruangan dan berikan
selimut ekstra untuk
memberikan kehangatan.
Berikan ayunan di atas
temapt tidur bila
Analgesik narkotik
diperlukan utnuk
memblok jaras nyeri
dengan nyeri berat.
Absorpsi obat IM buruk
pada pasien dengan luka
bakar luas yang
disebabkan oleh
perpindahan interstitial
berkenaan dnegan
peningkatan
permeabilitas kapiler.
Panas dan air hilang
melalui jaringan luka
bakar, menyebabkan
hipoetrmia. Tindakan
eksternal ini membantu
28
diperlukan.
Bantu dengan
pengubahan posisi setiap
2 jam bila diperlukan.
Dapatkan bantuan
tambahan sesuai
kebutuhan, khususnya
bila pasien tak dapat
membantu membalikkan
badan sendiri.
menghemat kehilangan
panas.
Menururnkan neyri
dengan
mempertahankan berat
badan jauh dari linen
temapat tidur terhadap
luka dan menuurnkan
pemajanan ujung saraf
pada aliran udara.
Menghilangkan tekanan
pada tonjolan tulang
dependen. Dukungan
adekuat pada luka bakar
selama gerakan
membantu meinimalkan
ketidaknyamanan.
Resiko tinggi
kerusakan
perfusi
jaringan,
perubahan/di
sfungsi
neurovaskule
r perifer
berhubungan
dengan
Penurunan/in
terupsi aliran
darah
arterial/vena,
contoh luka
bakar seputar
Pasien
menunjukka
n sirkulasi
tetap
adekuat.
Kriteria
evaluasi:
warna kulit
normal,
menyangkal
kebas dan
kesemutan,
nadi perifer
dapat diraba.
Untuk luka bakar yang
mengitari ekstermitas
atau luka bakar listrik,
pantau status
neurovaskular dari
ekstermitas setaip 2 jam.
Pertahankan ekstermitas
bengkak ditinggikan.
Beritahu dokter dengan
segera bila terjadi nadi
berkurang, pengisian
kapiler buruk, atau
penurunan sensasi.
Siapkan untuk
pembedahan eskarotomi
Mengidentifikasi
indikasi-indikasi
kemajuan atau
penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
Meningkatkan aliran
balik vena dan
menurunkan
pembengkakan.
Temuan-temuan ini
menandakan keruskana
sirkualsi distal. Dokter
dapat mengkaji tekanan
jaringan untuk
29
ekstremitas
dengan
edema.
sesuai pesanan. emnentukan kebutuhan
terhadap intervensi
bedah. Eskarotomi
(mengikis pada eskar)
atau fasiotomi mungkin
diperlukan untuk
memperbaiki sirkulasi
adekuat.
Kerusakan
integritas
kulit b/d
kerusakan
permukaan
kulit
sekunder
destruksi
lapisan kulit.
Memumjukk
an
regenerasi
jaringan
Kriteria
hasil:
Mencapai
penyembuha
n tepat
waktu pada
area luka
bakar.
Kaji/catat ukuran, warna,
kedalaman luka,
perhatikan jaringan
nekrotik dan kondisi
sekitar luka.
Lakukan perawatan luka
bakar yang tepat dan
tindakan kontrol infeksi.
Pertahankan penutupan
luka sesuai indikasi.
Tinggikan area graft bila
mungkin/tepat.
Pertahankan posisi yang
diinginkan dan
imobilisasi area bila
diindikasikan.
Pertahankan balutan
diatas area graft baru
dan/atau sisi donor sesuai
Memberikan informasi
dasar tentang kebutuhan
penanaman kulit dan
kemungkinan petunjuk
tentang sirkulasi pada
aera graft.
Menyiapkan jaringan
untuk penanaman dan
menurunkan resiko
infeksi/kegagalan kulit.
Kain nilon/membran
silikon mengandung
kolagen porcine peptida
yang melekat pada
permukaan luka sampai
lepasnya atau
mengelupas secara
spontan kulit
repitelisasi.
Menurunkan
pembengkakan
/membatasi resiko
pemisahan graft.
30
indikasi.
Cuci sisi dengan sabun
ringan, cuci, dan minyaki
dengan krim, beberapa
waktu dalam sehari,
setelah balutan dilepas
dan penyembuhan
selesai.
Lakukan program
kolaborasi :
- Siapkan / bantu
prosedur bedah/balutan
biologis.
Gerakan jaringan
dibawah graft dapat
mengubah posisi yang
mempengaruhi
penyembuhan optimal.
Area mungkin ditutupi
oleh bahan dengan
permukaan tembus
pandang tak reaktif.
Kulit graft baru dan sisi
donor yang sembuh
memerlukan perawatan
khusus untuk
mempertahankan
kelenturan.
Graft kulit diambil dari
kulit orang itu
sendiri/orang lain untuk
penutupan sementara
pada luka bakar luas
sampai kulit orang itu
siap ditanam.
BAB IV
K A S U S
I.IDENTITAS :
A. Identitas Klien
31
Initial : Tn. XUmur : 35 tahunJenis kelamin : laki - lakiTanggal MRS : 28 oktober 2009 pukul 10.00 WIBTanggal pengkajian : 28 oktober 2009 pukul 11.00 WIB
II. KELUHAN UTAMA
MRS : kx mengatakan lengan dan tungkai kanan klien terbakar
Pada saat pengkajian : kx mengatakan lengan dan tungkai kanan klien merasa nyeri dan panas
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengatakan 2 jam yang lalu ketika dia hendak menyalakan kompor untuk keperluan memasak, tanpa di sadari kompor yang akan di nyalakannya tiba –tiba meletup dan klien tidak bisa menghindari sehingga lengan dan tungkai kanan nya terbakar ketika hendak memadamkan api tersebut. Setelah itu begitu api di padamkan klien di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan di UGD. Di pada saat di UGD klien mendapat perawatan awal antara lain : pemasangan infus RL, injeksi anti biotik dan pemberian analgetik, setelah mendapatkan perawatan sementara di UGD, kemudian klien di bawa ke ruang bedah untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
IV. RIWAYAT PSIKOLOGI
Klien mengatakan cemas dengan kondisi saat ini, takut karena sakitnya ini mengganggu aktivitas dan pekerjaannya.
V. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : cukup, kesadaran compos mentis, dan klien tampak menyeringai kesakitan.
TTV : TD : 120/80 mmhg S : 38 ‘ C N : 80 x/ menit RR : 24 x/ menit
Pemeriksaan integument : terdapat luka bakar pada lengan dan tungkai kanan dan kiri, dan terdapat lepuhan kulit yang terbakar
Pemeriksaan muskuloskletal : klien mengatakan pada saat menggerakkan anggota gerak bagian atas dan bawah terdapat keterbatasan ROM
Neurologi : GCS 4,5,6 Pemeriksaan penunjang : elektrolit Penata laksanaan dan terapi : infus RL : D5 % 2 : 1
Cefotaxime inj 3 x 500 mg/ hr Analgetik 3 x 500 mg/ hr
ANALISA DATA
1. Kelompok data :Ds : Klien mengatakan nyeri pada lengan dan tungkai sebelah kanan
32
Do : wajah klien menyeringai kesakitan, skala nyeri sedang (6), terdapat luka bakar dan lepuhan pada tungkai kanan dan lengan klien.Masalah : gangguan rasa nyaman nyeriKemungkinan penyebab : terjadinya kerusakan jaringan kulit
DAFTAR PRIORITAS MASALAH
1.Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.di tandai dengan klien mengatakan
nyeri pada lengan dan tungkai sebelah kanannya, wajah klien menyeringai kesakitan,
skala nyeri 6, terdapat luka bakar dan lepuhan.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak
nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
BAB V
PENUTUP
33
5.1 Kesimpulan
luka bakar adalah suatu trauma yang di sebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan
petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam, yang apabila tidak di atasi
dengan benar akan menyebabkan gangguan pada organ.
5.2 Saran
denag di buatnya makalah ini di harapkan para mahasiswa mampu memahami tentang
penatalaksanaan pada kasus kegawat daruratan khusunya “Luka bakar / Combus” sehingga
menambah wawasan dalam menerapkan dalam tindakan keperawatan di lapangan. Dan kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami mohon saran saran dabkritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B.
Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.
34
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany.
Philadelpia. Hal. 752 – 779.
Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya.
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).
F.A. Davis Company. Philadelpia.
Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing
Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 – 401.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume 2,
(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis.
Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit
Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta.
35