asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik
DESCRIPTION
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal KronikTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
A. Pengertian
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, yang
menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam).
Klasifikasi GGK atau CKD (Cronic Kidney Disease) :
Stage Gbran kerusakan ginjal GFR (ml/min/1,73 m2)
1 Normal atau elevated GFR ≥ 90
2 Mild decrease in GFR 60-89
3 Moderate decrease in GFR 30-59
4 Severe decrease in GFR 15-29
5 Requires dialysis ≤ 15
B. Angka kejadian
Setiap tahun lebih 21.000 pasien baru di diagnosa gagal ginjal tahap akhir.
20% pasien gagal ginjal akut mengalami kerusakan ginjal yang berat.
50.000 orang Amerika meninggal karena gagal ginjal menetap.
C. Penyebab/ etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron
ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
1. Infeksi : pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan : glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif : nefrosklerosis benigna
nefrosklerosis maligna
stenosis arteri renalis
4. Gangguan jaringan penyambung : SLE
Poli arteritis nodosa
Sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan congenital dan herediter: Penyakit ginjal polikistik
Asidosis tubuler ginjal
6. Penyakit metabolic : DM, Gout, Hiperparatiroidisme, Amiloidosis
7. Nefropati obstruktif : Penyalahgunaan analgetik
nefropati timbale
8. Nefropati obstruktif : Sal. Kemih bagian atas:
Kalkuli, neoplasma, fibrosis, netroperitoneal
Sal. Kemih bagian bawah:
Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali
congenital pada leher kandung kemih dan uretra
D. Faktor predisposisi
Faktor-faktor predisposisi dalam perkembangan infeksi saluran kemih dan pielonefritis
kronik adalah sebagai berikut:
1. Ostruksi aliran kemih.
2. Jenis kelamin
3. Umur.
4. Kehamilan.
5. Refluks vesikoureter.
6. Peralatan kedokteran (terutama kateter tertinggal).
7. Kandung kemih neurogenik.
8. Penyalahgunaan analgesik secara kronik.
9. Penyakit ginjal (pielonefritis , glomerulonefritis, nefrosklerosis hipertensif, stenosis
arteria renalis)
10.Penyakit metabolik (diabetes, gout, batu)
E. Faktor pencetus
Faktor pencetus timbulnya Gagal Ginjal Cronis antara lain :
1. Trauma dengan perdarahan
2. Luka bakar.
3. Peritonitis.
4. Obat anti hipertensi atau obat vasodelator.
5. Stenosis atau trombosis arteri renalis.
6. Asidosis berat.
7. Kenaikan kapasitas vaskuler (infeksi, sepsis, reaksi anafilaksis)
8. Kegagalan pompa jantung (syok cardiogenik, chf, infark jantung)
9. Haluaran melalui gastro intestinl (muntah, diare)
10.Syok hipovolemik.
F. Patofisiologi
Perjalanan umum GGK melalui 3 stadium:
1. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal
-Kreatinin serum dan kadar BUN normal
-Asimptomatik
-Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
2. Stadium II : Insufisiensi ginjal
-Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
-Kadar kreatinin serum meningkat
-Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:
a. Ringan
40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
b. Sedang
15% - 40% fungsi ginjal normal
c. Kondisi berat
2% - 20% fungsi ginjal normal
3. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
-kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
-ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
-air kemih/urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010
Patofisiologi umum GGK
Toksik Uremik
Gagal ginjal tahap akhir↓
↓GFR
Kreatinin ↑ Prod. Met. Prot. Tertimbun ↑ phosphate serum Dalam darah ↓ kalsium serum
Sekresi parathormon
Tubuh tdk berespon dgn N Kalsium di tulang ↓ Met.aktif vit D↓
Perub.pa tulang/osteodistrofi ginjal
Hipotesis Bricker (hipotesis nefron yang utuh)
“Bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur,
namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal”
Jumlah nefron turun secara progresif
↓
Ginjal melakukan adaptasi (kompensasi)
-sisa nefron mengalami hipertropi
-peningkatan kecepatan filtrasi, beban solute dan reabsorbsi
tubulus tiap nefron, meski GFR untuk seluruh massa nefron menurun di bawah normal
↓
Kehilangan cairan dan elektrolit dpt dipertahankan
↓
Jk 75% massa nefron hancur
Kecepatan filtrasi dan bebab solute bagi tiap nefron meningkat
↓
Keseimbangan glomerulus dan tubulus tidak dapat dipertahankan
↓
Fleksibilitas proses ekskresi & konversi solute &air ↓
Sedikit perubahan pada diit mengakibatkan keseimbangan terganggu
↓
Hilangnya kemampuan memekatkan/mengencerkan kemih
BJ 1,010 atau 2,85 mOsml (= konsentrasi plasma)
↓
poliuri, nokturia
nefron tidak dapat lagi mengkompensasi dgn tepat
terhadap kelebihan dan kekurangan Na atau air
G. Pathway
Glomerulus Nefritik KronikObstruksi & Infeksi
Gagal Ginjal Kronik
Filtrasi Ginjal
Penimbunaan cairan & garam
Amonia dalam darah
HCO3 Uremia Masa hidup
Hipertensi
Renin, AngiotensinaAldosteron
Udema
H
Nyeri akutPola nafas tidak aktifIntoleransi aktivitas
Gangguan keseimbangan elektrolit (Asidosis metabolik)
Kelebihan volume cairan
Hiperventilasi
Asidosis
Sesak nafas & Nyeri dada
Met.bakteri
Gastrointestinal
Nafsu makan berkurang,
mual, muntah
Ketidakseimbangan nutrisi< kebutuhan
tubuh
Resiko cedera
Kerusakan integritas
kulit
Gatal
Penimbunan urokrom
Kelemahan otot
Perdarahan
Fe
Eritrocyt
H. Tanda dan gejala
1. Kelainan Hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia
a. Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa sal.cerna,
gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubuin serum
meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah retikulosit normal.
b. Defisiensi hormone eritropoetin
Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H eritropoetin →Depresi
sumsum tulang → sumsum tulang tidak mampu bereaksi terhadap proses
hemolisis/perdarahan → anemia normokrom normositer.
2. Kelainan Saluran cerna
a. Mual, muntah, hicthcup
Dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3) → iritasi/rangsang
mukosa lambung dan usus
b. Stomatitis uremia
Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak
mengandung urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.
c. Pankreatitis
Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase
d. Perdarahan gusi
Perubahan aktifitas platelet.
3. Sistem Respirasi
-hiperventilasi, dispnoe
-type pernapasan kussmaul
-edema pulmonum, disertai tanda pneumonia : Toxin uremic dalam pleura &
jaringan paru.
-respirasi berbau urine (uremia): urea dirubah → amonia oleh bakteri mulut.
- asam basa (asidosis metabolik): retensi asam organik hasil metabolisme
4. Sistem Kardiovaskuler
- Hipertensi, edema : Overload cairan mekanisme renin angiotensin
- Congestif Heart Failure : kelebihan cairan uremia
- Aterosklerosis Heart Disease : Hipertensi kronis pengapuran jaringan lunak.
Pericarditis : toxin uremic dalam pericardium
5.Sistem Endokrine
-Gangguan seksual(penurunan libido + ereksi) : penurunan produk testoteron &
spermatogenesis.
-Infertility : mekanismenya belum diketahui dengan jelas
-Gangguan menstruasi samapi dengan amenorrhoc : Rangsangan parathyroid
meningkat.
-Gangguan intoleransi karbohidrat :
-menurunnya sensitivitas pada insulin didalam jaringan perifer.
- penundaan produksi insulin oleh pancreas.
- meningkatnya waktu hidup insulin
- Hiperlipidemia :
- meningkatnya produksi serum Triglyserid
- Produk glyserides meningkat dalam hati → akibat dari insulin meningkat.
- Hiperparathyroid : fosfat dalam serum meningkat → Ca + dalam serum menurun
→ merangsang parathyroid.
6. Sistem Saraf Dan Otot
- Restless Leg Sindroma : pegal ditungkai bawah & selalu menggerakan kakinya
- Burning Feet Sindroma : rasa semutan seperti terbakar, terutama di telapak kaki.
- Encephalopati metabolik.
- Letih, sakit kepala, gangguan tidur : Toxin uremic.
7. Intugumen
a. kulit
- Kulit kuning : penimbunan urochrom
- pucat/ pallor : anemia
- kering & bersisik : penurunan aktifitas kelenjar keringat (semua kelenjar).
- pruritus/ gatal-gatal : kulit kering endapan fosfat
b. kuku
- Tipis & Rapuh : terbuangnya protein + Ca↓
c. rambut
- Kering & Rapuh :- aktifitas semua kelenjar ↓
- terbuangnya protein
d. sistem lain
- Tulang : klasifikasi metatastik
8.Psikososial
I. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang
terjadi.
-Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu atau obstruksi).
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan
tidak puasa.
-USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta
prostat.
-IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,
misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
-Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler,
parenkim, ekskresi), serta sisa fungsi ginjal.
-Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
-Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
-Pemeriksaan radiologi paru untuk mencari uremik lung : yang terakhir ini dianggap
sebagai bendungan.
-Pemeriksaan radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks
jari), kalsifikasi metastasik
b. EKG untuk melihat kemungkinan : hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)
c. Biopsi ginjal.
d. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang kemungkinan
adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : meninggi yang diperberat oleh adanya anemia dan
hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom dan jumlah retrikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin lebih kurang 20 : 1. perlu diingat perbandingan bisa meninggi oleh
karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid,
dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diit rendah
protein, dan test Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1, 24
(OH)2 vit D3 pada Gagal Ginjal Kronik.
- Fosfatase lindi meninggi akibat ganguan metabolisme tulang, terutama Isoenzim
fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia : umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal
ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat ganguan metabolisme lemak disebabkan peninggian
hormon insulin, hormon somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang menurun,
HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-
asam organik pada gagal ginjal.
J. Penatalaksanaan
Managemen terapi
GGK
Terapi konservatif
Penyakit ginjal terminal
Dialisis HD di RS, Rumah, CAPD
Transplantasi ginjal
Penatalaksanaan konservatif
Tujuan : - mencegah dan mengoreksi gangguan metabolik serta mempertahankan fungsi
ginjal yang masih tersisa.
- meringankan keluhan uremia.
- mengurangi gejala uremia dengan memperbaiki metabolisme.
Terdiri dari:
- Pengaturan cairan dan elektrolit dengan pengontrolan yang ketat terhadap diet
dan cairan
- Pengontrolan TD/ hipertensi dengan obat
- Peningkatan kenyamanan pasien.
Indikasi penatalaksanaan konserfatif :
- pada GGK & tahap insufisiensi ginjal.
- Faal ginjal 10-50% atau creatinin serum 2 mg% - 10%.
Modifikasi diit:
- protein dibatasi 0,6-0,7 gram/ kg BB/ Hari, untuk mengurangi produk nitrogen.
- Kalori memadai 35-50 kkal/ kg BB/ hari.
- Kalium dibatasi 40 mEq/ hari.
- Fosfat 800-1000 mg/ hari
- Natrium dan air sesuai kondisi kardiovaskuler, pada keadaan status cair stabil:
sebanyak urine keluar ditambah IWL
- Magnesium diluar diit dihindari
Terapi simptomatik: Suplemen alkali, transfuse, obat-obat local&sistemik, anti hipertensi
Terapi pengganti: HD (Hemodialisis), PD (Peritonial Dialisis), transplantasi ginjal, CRRT
(Continous Renal Replacement Therapi )
K. Komplikasi
-Hipertensi
-hiperkalemia
-anemia
-asidosis metabolic
-osteodistropi ginjal
-sepsis
-neuropati perifer
-hiperuremia
L. Prognosis
- Kematian biasanya disebabkan oleh penyakit penyebab, bukan gagal ginjal itu sendiri.
- Prognosa buruk pada pasien lanjut usia dan bila terdapat gagal organ lain.
- Penyebab kematian tersering adalah :
- Infeksi 30-50 %
- Perdarahan saluran cerna 10-20 %
- Jantung 10-20 %
- Gagal nafas 15 %
M. Pengkajian
Perubahan-perubahan yang sering terjadi pada GGK
A. Riwayat keperawatan :
- Riwayat penyakit infeksi ginjal.
- Penyakit batu/ obstruksi saluran kemih.
- Penggunaan obat-obatan
- Penyakit endokrin.
- Penyakit vaskuler.
- Penyakit jantung
- Pola berkemih.
- Penambahan BB/ edema.
B. Pemeriksaan fisik
1. Aktifitas dan istirahat/ tidur:
- lelah, lemah/ malaise.
- Gangguan pola tidur (insomnia/ restlessness)
- Tonus otot turun
- ROM <<
- Palpitasi, angina/ chest pain.
- Hipertensi, distensi vena jugularis.
- Cardiac dysrhythmias.
- Orthostatic hypotension
- Pucat, kulit kekuningan
- Mudah terjadi perdarahan
2. Eliminasi
3. Nutrisi/ cairan
4. Neurosensori
5. Nyeri/ rasa nyaman
6. Respirasi
7. Keamanan :
- infeksi berulang
- Pruritus
- Demam
- Petechiae, echimosis
8. Seksual
C. Pengkajian Psikososial
- integritas ego
- interaksi sosial
- tingkat pengertian klien tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
D.Pengkajian hasil diagnostik
N. Diagnosa keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Pola Nafas tidak efektif b/d hiperventilasi, penurunan energi / kelelehan
Setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 jam NOC : Respiratory status :
Ventilation Respiratory status : Airway
patency Vital sign Status
Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada sua
Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
NIC : Airway Management Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Berikan bronkodilator bila perlu
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea Pertahankan jalan nafas
yang paten Atur peralatan oksigenasi Monitor aliran oksigen Pertahankan posisi
pasien Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi Monitor adanya
kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring Monitor TD, nadi, suhu, dan
2. Kelebihan volume cairan b/d perubahan mekanisme regulasi, edema
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
NOC : Electrolit and acid base
balance Fluid balance Hydration
Kriteria Hasil:o Terbebas dari edemao Bunyi nafas bersih, tidak ada
dyspneu/ortopneuo vital sign dalam batas normalo Terbebas dari kelelahan,
kecemasan atau kebingunganoMenjelaskan indikator
kelebihan cairan
RR Catat adanya fluktuasi
tekanan darah Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi Monitor frekuensi dan irama
pernapasan Monitor suara paru Monitor pola pernapasan
abnormal Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
NIC :Fluid managemento Pertahankan catatan
intake dan output yang akurat
o Pasang urin kateter jika diperlukan
o Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt osmolalitas urin )
o Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
o Monitor vital signo Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
o Kaji lokasi dan luas edema
o Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
o Monitor status nutrisio Kolaborasikan pemberian
diuretik sesuai indikasio Batasi masukan cairan
pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l
o Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
Fluid Monitoringo Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan eliminasi
o Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
oMonitor berat badanoMonitor serum dan elektrolit
urineoMonitor serum dan
osmilalitas urineoMonitor TD, HR, dan RRoMonitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan irama jantung
oMonitor parameter hemodinamik infasif
o Catat secara akutar intake dan output
oMonitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB
oMonitor tanda dan gejala dari odema
o Beri obat yang dapat meningkatkan output urin
3 Intoleransi aktivitas b/d
fatigue
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
NOC : Energy conservationSelf Care : ADLs
Kriteria Hasil :o Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
o Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
NIC :Energy Managemento Observasi adanya
pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
o Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
o Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
o Monitor nutrisi dan sumber energi tanga adekuat
o Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
o Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
o Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapyo Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
o Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
o Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
o Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
o Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
o Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
o Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
o Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
o Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
o Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
4. Kerusakan intergritas kulit b/d edema dan menurunnya tingkat aktivitas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam diharapkan
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil : Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan
NIC : Pressure Management Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang longgar
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Oleskan lotion atau
kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
minyak/baby oil pada derah yang tertekan
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d pembatasan cairan, diit, dan hilangnya protein, Ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan NOC : Nutritional Status : food and
Fluid Intake Nutritional Status : nutrient
Intake Weight controlKriteria Hasil : Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :Nutrition Management Kaji adanya alergi
makanan Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Berikan substansi gula Yakinkan diet yang
dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring BB pasien dalam batas
normal Monitor adanya
penurunan berat badan Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nutrisi
5 Kecemasan b/d kurang pengetahuan, pengobatan yang lama
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam NOC : Anxiety control Coping
Kriteria Hasil : Klien mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) Gunakan pendekatan
yang menenangkan Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
Dorong keluarga untuk menemani anak
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
Jelaskan pada pasien tentang pengobatan yang harus dijalani
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2,
EGC, Jakarta
Bongard, Frederic, S. Sue, darryl. Y, 1994, Current Critical, Care Diagnosis and Treatment, first Edition, Paramount Publishing Bussiness and Group, Los Angeles
McCloskey, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby, USA
Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006, Philadelphia USA
Price, Sylvia A and Willson, Lorraine M, 1996, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses penyakit, Edisi empat, EGC, Jakarta
www. Us. Elsevierhealth.com, 2004, Nursing Diagnosis: for guide to Palnning care,
fifth Edition
GAGAL GINJAL KRONIK
TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH K M B
(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)
DISUSUN OLEH :
ENDANG HASTOWATI
NIM : N1B 006 006
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2007