asuhan keperawatan pada an. h dengan gangguan kebutuhan

58
Asuhan Keperawatan pada An. H dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan Oleh Ice Sulastri Simarmata 142500010 PROGRAM STUDI DIIIKEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA JULI 2017 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit
di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa karna berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya Tulis ilmiah
dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada An. H dengan Gangguan Kebutuhan Dasar
Aman Nyaman : Kerusakan Integritas di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan ahli madya keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat
bantuan,bimbingan dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakisih
kepada :
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni,S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Dr.Siti Saidah Nasution , SKp, M.Kep. Sp.Mat, selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi
DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara
6. Ibu Farida Linda Sari Siregar S.Kep, Ns, M.Kep, selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiranya dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Ibu Nur Asnah Sitohang , S.Kep , Ns, M.Kep, selaku penguji yang meluangkan
waktu serta dengan sabar memberikan saran-sarannya.
8. Yang terhormat dan yang paling saya sayangi kepada kedua orangtua
saya,ayahanda (K.Simarmata), ibunda (R.Napitupuluh), kakak ( Siska
Simarmata dan Anita Simarmata), adik (Josua Simarmata dan Riswanri
Simarmata), sahabat saya ( Liska Yanti Angkat), anggota oppung talu (Icu,
Desu, Ledu, Husnu dan Naomu), serta seluruh anggota keluarga yang tidak lelah
Universitas Sumatera Utara
memberikan dukungan moril maupun material dan dengan penuh kasih sayang
sehingga penulis dapat meneylesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
khuushnya Program Studi DIII keperawatan stambuk 2014 yang telah
mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Teman-teman yang satu binbingan dengan saya Oni Shara, Litania dan Warno
yang telah memberi dukungan serta motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan penulis
semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermamfaat bagi kita semua.
Medan , Juli 2017
Ice Sulastri Simarmata
Universitas Sumatera Utara
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatandengan Masalah kerusakan Integritas
Kulit: Dermatitis Kontak Alergi ....................................................................... 4
2.1.1 Kerusakan Integritas .................................................................................... 5
2.1.2. Sistem Integumen ....................................................................................... 6
2.1.4.1 Pengkajian ............................................................................................ 16
2.2.1 Pengkajian ............ ......................................................................................23
3.1 Kesimpulan . ………………………………………………………………….41
3.2 Saran ................................................................................................................ 41
Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan
memberikan perawatan kulit yang terencana dan konsisten. Perawatan kulit yang
tidak terencana dan konsisten dapat mengakibatkan terjadinya gangguan integritas
kulit (Hoff, 1989 dalam Potter & Perry, 2005). Gangguan integritas kulit dapat
disebabkan oleh jamur,virus, kuman, parasit hewani, air yang tercemar dan lain-
lain. Mikroorganisme (bakteri, jamur) merupakan salah satu penyebab terjadinya
penyakit kulit seperti dermatitis (Rahmanita, 2013).
Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis
sebagairespons terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang
menimbulkan gejalaklinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula,
vesikel, skuama) dangatal (Rospa, 2009: 91). Dermatitis kontak ialah dermatitis
karena kontakeksternal, yang menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau
toksik (iritan)(Arif, dkk. 2000: 87). Dermatitis kontak dibagi menjadi dua yaitu
kontak iritan dan kontak alergi.
Dermatitis kontak iritan terjadi setelah pajanan lama atau berulang pada
trauma fisik atau kimiawi (misalnya cairan industri) dan bisa terjadi pada siapa
pun yang terpajan (David,dkk, 2007: 343). Sedangkan Dermatitis kontak alergi
yaitu penyakit yang timbul akibat terjadinya reaksi hipersensitivas tipe lambat
terhadap suatu alergen eksternal (Robin Graham, dkk. 2005: 69). Hasil Penelitian
Febria Suryani tahun 2011, faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis
kontak dapat terbagi dalam dua faktor, faktor langsung dan faktor tidak langsung.
Faktor langsung meliputi bahan kimia dan lama kontak. Faktor tidak langsung
yaitu Suhu dan Kelembaban, Masa Kerja, Usia, Jenis Kelamin, Ras, Riwayat
Alergi, Personel Hygine, Penggunaan Alat Pelindung Diri.
Bahan kimia merupakan penyebab utama dari penyakit kulit dan gangguan
pekerjaan. Kontak dengan bahan kimia merupakan penyebab terbesar dermatitis
Universitas Sumatera Utara
2
kontak alergi. Dalam hal ini bahan kimia yang sering menyebabkan dermatitis
kontak alergi yaitu bahan-bahan kimia yang ada dalam produk kosmetik,
perhiasan (nikel), bahan kimia dalam pewarna kain.
Dermatitis kontak alergika adalah dermatitis yang timbul akibat paparan
alergen baik sebentar maupun bertahun-tahun.Dermatitis kontak alergi tidak
berhubungan dengan atopi,tetapi berhubungan dengan reaksi hipersensitivitas tipe
IV yang juga di mediatori oleh limfosit yang dapat menyebabkan inflamasi kulit.
Dermatitis kontak alergi disebabkan oleh substansi dari luar dan pada dermatitis
ini timbul reaksi imunologik,reaksi antigen antbodi,dapat terjadi akut,subakutdan
kronik.(Mahdi,20).
prevalensi sebesar 0,69%, lebih sering pada kelompok wanita dibandingkan pria
dengan rasio 1,3:1 (Sri Adi Sularsito dan Suria Djuanda, 1993).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2010), diperoleh kasus gangguan
kulit di Indonesia sebesar 122.076 kasus. Menurut data Riskesdas (2007),
prevalensi dermatitis di Indonesia sebesar 6,78% sedangkan prevalensi
Dermatitisdi Sumatera Utara sebesar 2,63%. Penyakit kulit banyak dijumpai di
Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut
yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun jamur.
Berdasarkan data di atas prevalensi alergi di Indonesia sebesar 6,78%
sedangkan prevalensi dermatitis di Sumatera Utara sebesar 2,63%.Apabila tidak
segera mendapatkan perawatan dapat merusak integritas kulit. Oleh karena itu,
perawat sangat berperan dalam proses penyembuhan penderita gangguan
integumen dengan masalah gangguan integritas kulit melalui promosi kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis
Ilmiah dengan masalah: “Asuhan Keperawatan pada An. H dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit di Kelurahan Sari
Rejo Medan Polonia.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan penulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah untuk memberikan
asuhan keperawatan pada An.H dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar
Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
1.2.2 Tujuan Khusus
masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas
Kulit.
Kerusakan Integritas Kulit.
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien An. H
dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan
Integritas Kulit.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien An. H
dengan masalah masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman :
Kerusakan Integritas Kulit.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien An. H
dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan
Integritas Kulit.
1.3 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
manfaat:
khususnya pada pasien dengan diagnosa keperawatan masalah
Universitas Sumatera Utara
Kulit.
memberikan asuhan keperawatan masalah keperawatan masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas
Kulit.
strategis bagi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman
Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
Integritas Kulit.
Integritas Kulit: Dermatitis Kontak Alergi.
2.1.1 Kerusakan Integritas Kulit
Kerusakan integritas kulit k u l i t adalah keadaan dimana seseorang
individu mengalami atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan
dermis (Carpenito,2000). Batasan karakteristik mayor harus terdapat
gangguan jaringan epidermis dan dermis. Batasan minor mungkin
terdapat pemasukan kulit, eritema, lesi (primer,sekunder)
pruritus.(Carpenito, 2000). Dalam pembenaran penulis hanya akan
menambahkan data yang mendukung yaitu adanya warna kemerahan pada daerah
luka, terjadi nekrosis sekitar ulkus, karena pada data sebelumnya penulis hanya
menuliskan terdapatnya luka dikepala, keluar pus, luka terbalut kasa (Carpenito,
2000).
sebagai prioritas ketiga karena menurut Maslow, integritas kulit masuk dalam
kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang terdapat pada piramida
kedua(Potter&Perry,2005. Kerusakan integritas kulit juga diprioritaskan sebagai
diagnosa ketiga setelah nutrisi karena dengan meningkatnya kebutuhan nutrisi
dapat mempercepat penyembuhan luka (Smeltzer, S, C., 2001).
Kerusakan integritas kulit terjadi karena kerusakan sel β yang
menyebabkan produksi insulin berkurang dan mengakibatkan terjadinya
peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gula darah meningkat, darah
menjadi pekat dan mengakibatkan kerusakan sistem vaskuler, terjadi gangguan
fungsi imun, penurunan aliran darah menjadikan gangguan penyembuhan luka
pada ulkus (Corwin, E.J. 2000, 547)
Universitas Sumatera Utara
Sistem integumen (Kulit) merupakan suatu massa atau jaringan terbesar di
tubuh. Kulit bekerja melindungi struktur-struktur dibawahnya dan berfungsi
sebagai cadangan kalori. Kulit mencerminkan emosi dan stress yang kita
alami,serta berdampak pada penghargaan orang lain tehadap kita. Selama hidup,
kulit dapat terpotong, tergigit, mengalami iritasi, tebakar atau terinfeksi. Akan
tetapi, memiliki kapasitas dan daya tahan yang luar biasa untuk
pulih.(Muttaqin,2011)
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi
tubuh paling luar,kulit tidak bisa tepisah dari kehidupan manusia yang merupakan
organ esensial dan vital,kulit juga merupakan cermin kesehatan dari kehidupan
seseorang.(Hetharia,Rospa 2009)
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar dan membatasi bagian
dalam tubuh dari lingkungan luar dan merupakan pembungkus yang elastis.
Kulit terdiri atas tiga lapisan, yang masing-masing memiliki berbagai jenis
sel dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah
epidermis, dermis dan subkutis. (Muttaqin,2011)
Universitas Sumatera Utara
paling luar dan terdiri atas sel gepeng yang mati,tidak berinti,dan
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk).
Stratum lusidium terdapat langsung dibawah lapisan korneum,
yang merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan
protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
Lapisan ini tampak/nyata pada telapak tangan dan kaki.
Stratum granulosum(Lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3
lapisan sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar serta
terdapat inti diantranya dan terdapat jelas pada telapak tangan dan
kaki.
(Lapisan akanta). Sel stratum spinosum mengandung bayak
glikogen. Stratum basale terdiri dari sel yang bebentuk kubus
(kolumnar) yang tersusun vertikal pada pebatasan dermon
epidermal seperti pagar (palisade) dan merupakan lapisan
epidermis yang paling bawah,sel basal ini mengadakan mitosis
yang berfungsi reproduktif.
Sel-sel ini berbentuk kolumnar dengan protoplasma
terbentuk inti lonjong dan besar berhubungan satu degan
yang lain oleh jembatan antar sel.
Sel pembentuk melamin (melanosit) atau clear cell
merupakan sel berwarna muda,dengan sitoplasma basofisik
dan inti gelap yang mengandung butir pigmen
(melanosomes).
Lapisan ini tepatnya dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari
pada epidermis dan terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat.
Secara garis besar elemen seluler dan folakel rambut dibagi 2nyaitu:
Universitas Sumatera Utara
berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
Pars retikulare adalah bagian yang dibawahnya menonjol kearah
subkutan tediri dari serabut-serabut penunjang,misalnya serabut
(kolagen,elastin, dan retikulin). Dasar (matriks) lapisan ini terdiri
atas cairan kental, asam hialuronat dan kondroitin sulfat yang
terdapat pula fibroblast.
(bundel) yang mengandung hidro ksiprolin dan hidroksilin.
Kolagen muda bersipat lentur (dengan betambah umur menjadi
kurang larut sehingga stabil) serabut elastin biasanya
bergelombang,berbentuk amorft, mudah mengembang dan lebih
elastis.
Lapisan ini adalah kelanjutan dari dermis dan terdiri dari jaringan
ikat longgal berisi sel-sel lemak di dalamnya lapisan sel sel lemak
disebut panikutus Adipose berbentuk bulat dengan intinya terdesak
kepinggir,sehingga membentuk cicncin.Fungsi penikulus adiposa
adalah sebagai shok breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis
yang menimpa pada kulit,isolator panas atau untuk mempertahankan
suhu, penimbunan kalori dan tambahan untuk kecantikan tubuh.
Dibawah subkutan terdapat selaput otot dan lapisan berikutnya adalah
otot.
Kulit merupakan organ eksresi tempat pengeluaran keringat , bagian
kulit yang berfungsi intuk ini adalah bagian kelenjar keringat, hal ini
berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, keringat yang dikeluarkan dapat
menyerap panas tubuh ,untuk mempertahanka panas tubuh agar tetap
stabil. Selain sebagi alat eksresi kulit jugaberfungsi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
terhadap gangguan fisik atau mekanis.
Gangguan fisis misalnya :
bersifat iritan.
Gangguan bersifat panas misalnya : Radiasi ,sengatan sinar
ultra violet.
jamur.
lebih mudah diserap, begitujuga yang larut dalam lemak.
Fungsi eksresi yaitu fungsi kelenjar-kelnjar kulit mengeluarkan
zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam
tubuh seperti : NaCl,urea,asam urat dan amonia.
Fungsi persebsi, fungsi terhadap rangsangan panas yang di
perankan oleh badan-Ruffini di dermis dan subkutis.
Fungsi terhadap rangsangan dingin di perankan oleh badan krause
yang terletak di dermis.
rabaan.
Fungsi pengaturan suhu tubuh (Thermogulasi),peran kulit untuk
mengeluarkan suhu keringat dan menegerutkan otot (kontraksi
otot) pembuluh darah kulit.
Fungsi pembentuk pigmen, terletak di lapisan basal ini berasal dari
rigi saraf ( melanosit) dan peran untuk memnentukan warna
kulit,ras maupun individu.
Universitas Sumatera Utara
kolesterol dengan bantuan sinar matahari, kebutuhan vitamin tidak
cukup dengan sinar matahari sehingga vitamin D dapat di perlukan
dengan pemberian sistem vitamin D sistemik.
Fungsi Karatinisasi
A. Defenisi
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang
menimbulkan gejala klinis berupa eflorensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi inflamasi kulit terhadap unsur
fisik,kimia dan biologi.
Reaksi alergi timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada
umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan,
disebut alergen.
Respon inflamais pada kulit pada demaititis kontak diperantarai
melalui hipersensitivitas lambat jenis selula tipe IV.
C. Patofisiologi Alergi
Kontak yang lebih lama pada bagian tubuh yang sama atau pada
bagian tubuh lainnya dengan alergen akan menyebabkan
dermatitis.Patofisiologi Dermatitis kontak alergi,yang digolongkan
dalam reaksi imunologik type IV, merupakan hipersensitivitas lambat.
Ada dua fase untuk menimbulkan dermatitis kontak alergi :
Universitas Sumatera Utara
mempunyai berat molekul kecil ( hapten ) ke kulit. Yang kemudian
berikatan dengan karier protein di epidermis. Komponen tersebut
akan disajikan oleh sel langerhans ( LCs ) pada sel T. Dikelenjar
limfe regional, komplek yang terbentuk akan merangsang sel
limfosit T di daerah parakorteks untuk memperbanyak diri dan
berdiferensiasi menjadi sel T efektor dan sel memori. Terbentuklah
sel T memori yang akan bermigrasi ke kulit,peredaran perifer, dll.
2. Fase sekunder ( eksitasileferen ), yaitu perjalanan hapten pada
individu yang telah tersensitasi, sehingga antigen disajikan lagi
oleh sel langerhans ke sel T memori dikulit dan limfe regional.
Kemudian terjadi reaksi imun yang menghasilkan limfokin. Terjadi
reaksi inflamasi dengan perantara sel T, karena lepasnya bahan-
bahan limfokin dan sitokin. Terjadinya reaksi ini maksimum 24 -
48 jam. Setelah pemajanan alergen pada kulit, antigen tersebut
secara imunologi ditangkap oleh sel langerhans ( sel penyaji
antigen ), kemudian diproses dan disajikan kepada limfosit T
dengan bantuan molekul MHC kelas 2. Sel langerhans dan
keratinosit akan menghasilkan interleukin 1 ( limphocyte
aktivating factor ) dan sel langerhans akan mengalami perubahan
morfologis menjadi sel langerhans yang aktif sebagai penyaji sel (
APCs ). Sel ini akan bergerak kekulit di dermis, parakortikal,
kelenjar limfe. Sel langerhans menyajikan dalam bentuk yang
sesuai dengan HLA DR dengan reseptor HLA DR yang dimiliki
oleh sel limfosit T. APCs lain seperti sel monosit dan makrofak
hanya dapat merangsang sel T memori, tidak dapat mengaktifkan
sel T yang belum disensitasi. Pada fase eferent ini sel TH1 terletak
di sekitar pembuluh darah kapiler di dermis. Selain itu, sel limfosit
T itu harus diaktifkan oleh interlukin I yang dihasilkan oleh sel
langerhans dan sel keratinosit. Dan sel T ini akan meghasilkan
interlukin II ( lymphocyte proliferating cell ) dan menyebabkan sel
T berfloriferasi.
Manifestasi Klinis Gejala yang umum dirasakan penderita adalah
pruritus yang umumnya konstan dan seringkali hebat ( sangat gatal ).
Dermatitis kontak alergi biasanya ditandai dengan adanya lesi
eksematosa berupa eritema, udem, vesikula dan terbentuknya
papulovesikula; gambaran ini menunjukkan aktivitas tingkat selular.
Vesikel-vesikel timbul karena terjadinya spongiosis dan jika pecah
akan mengeluarkan cairan yang mengakibatkan lesi menjadi basah.
Mula-mula lesi hanya terbatas pada tempat kontak dengan alergen,
sehingga corak dan distribusinya sering dapat menunjukkan kausanya,
misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat curiga dengan
shampo atau cat rambut yang dipakainya. Mereka yang terkena
wajahnya dapat curiga dengan cream, sabun, bedak dan berbagai jenis
kosmetik lainnya yang mereka pakai. Pada kasus yang hebat,
dermatitis menyebar luas ke seluruh tubuhCiri khas dermatitis kontak
alergi adalah radang yang secara perlahan meluas, batas peradangan
tidak jelas ( difus ), rasa sakit dan panas tidak sehebat pada dermatitis
kontak iritan. Perjalanan dermatitis kontak alergi dapat akut, sub-akut,
ataupun kronis. Dermatitis kontak alergi akut ditandai dengan erupsi
eksematosa dengan eritem, udem, papula, vesikula dan biasanya bula,
serta patch berbatas tegas, single, ataupun multiple dengan berbagai
bentuk dan ukuran, akan tetapi umumnya diskoid. Erupsi umumnya
dapat saling berpengaruh, sehingga daerah yang terkena dapat meluas.
Intensitas dermatitis dapat memberat pada hari ke empat sampai hari
ke tujuh, jika tidak diberi pengobatan dan sudah tidak ada kontak
dengan alergen. Penyembuhan biasanya terjadi pada satu sampai dua
minggu hingga satu bulan. Dermatitis sub-akut ditandai dengan eritem,
udem yang minimal, vesikula dan krusta. Dermatitis kronik tampak
sebagai patch kering yang meng-alami likhenifikasi dan berskuama
serta fisura. Fase knonik sangat sulit dibedakan dengan dermatitis
kontak iritan, baik secara klinis maupun histopatologis, karena pada
keduanya sama-sama ditemukan eritema, penebalan, deskuamasi,
Universitas Sumatera Utara
cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti. Anamnesis Anamnesis
berperan sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Anamnesis
harus dilakukan dengan teliti, karena sangat menentukan terapi
maupun follow-up-nya, yaitu untuk sedapat mungkin mencegah
kekambuhan. Pada anamnesis perlu ditanyakan pekerjaan, hobi,
riwayat kontak dengan kontaktan atau objek personal, misalnya
tentang pemakaian kosmetik, pakaian baru, pemakaian jam tangan atau
perhiasan. Selain itu, perlu ditanyakan juga perihal riwayat atopi serta
pengobatan yang pernah diberikan, baik oleh dokter maupun yang
dilakukan sendiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema,
edema, papula dan vesikula yang jika pecah akan membentuk
dermatitis yang basah. Lokasi lesi biasanya pada tempat kontak, tidak
berbatas tegas, dan pada penderita yang sensitif dapat meluas. Dalam
membantu penegakan diagnosis dikenal istilah regional diagnosis.
Bagian-bagian tubuh tertentu sangat mudah tersensitisasi dibandingkan
dengan bagian tubuh lainnya, misalnya: kelopak mata, leher dan
genital, sedangkan pada bagian tubuh yang kulitnya tebal agak sulit
terjadi dermatitis kontak alergi, seperti telapak tangan, telapak kaki dan
kulit kepala. Bila terjadi kontak pada daerah itu, maka daerah yang
berbatasan yang kulitnya tipislah yang mengalami dermatitis.Kelopak
mata sangat mudah bereaksi terhadap pemakaian kosmetik (maskara),
obat (tetes mata), air borne alergen ( hair spray, debu, serbuk sari ) atau
terhadap alergen yang terbawa oleh jari tangan (cat kuku). Untuk leher,
penyebab umum drmatitis kontak alergi adalah kosmetik, parfum,
perhiasan (kalung) yang mengandung nikel yang menyebabkan coin
shape dermatitis. Dermatitis dan air borne alergen dan photo sensitizer
akan berbatas tegas atau menggambarkan segi tiga di fossa
suprasternal. Untuk daerah genital, baik pada laki - laki maupun
perempuan akan bereaksi terhadap alergen dengan tanda utama udem
dan gatal. Sensitizing-agent dapat dibawa ke genital ofeh tangan.
Benda-benda dari karet, seperti kondom, pesarium, pakaian serta obat-
Universitas Sumatera Utara
terjadinya dermatitis, walaupun kurang sensitif (reaktif),adalah :
1. Lengan dan tangan ; hampir 2/3 kasus dermatitis melibatkan
tangan. Pada kasus dermatitis karena pekerjaan, erupsi pertama
muncul di tangan, kemudian menyebar ke lengan bawah. Cairan
biasanya berefek di interdigital space; house wives contact
dermatitis biasanya muncul di bawah cincin kawin. Pada pekerja
yang menggunakan karet pelindung, dermatitis biasanya muncul
pada sisi atas karet pelindung.
2. Muka ; daerah yang paling sering terkena setelah lengan dan
tangan. Biasanya dipengaruhi oleh pemakaian kosmetik atau obat.
Juga oleh respon terhadap suatu kontak dan daerah sekitarnya,
terutama dan kelopak mata.
3. Bibir dan daerah perioral ; biasanya disebabkan oleh lipstick dan
bermanifestasi bibir kering dan pecah.
4. Paha dan tungkai bawah ; clothing dermatitis dapat
mempengaruhi bagian dalam dan bagian belakang paha, biasanya
dimulai dan tepi bawah rok dan nyata pada fossa poplitea.
5. Kaki; kaus kaki merupakan penyebab paling banyak dermatitis
pada kaki.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis
suatu dermatitis kontak alergi, antara lain :
a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik dapat menetapkan
kemungkinan penyebab eksternal pada pasien dermatitis,kontak
alergi dengan agen tertentu,yang dalam waktu 36 jam sebelumnya.
Gejela tersebut adalah adanya vesikulasi akut maupun lichen
faction. Riwayat pekerjaan,hobi serta problem medis dll.
Universitas Sumatera Utara
macam apa alergennya,kapan waktu pembacaan test harus
dilakukan,serta standarisasi test sesuai dengan TRUE test (Thin
Layer Rapid Onset Epicutaneus test).
d. Test aplikasi terbuka yaitu dengan cara pemberian antigen di fosa
antekubital 2x seminggu selama 1 minggu untuk mengawasi reaksi
yang tumbul.
e. Dapat juga dilakukan tes kulit yang bereaksi segera (prick atau
intradermal test).
yang timbul bersamaan dengan dermatitis alergi.
F. Penatalaksanaan
alergi, antara lain :
eritema (inflamasi kulit)
(kolaborasi).
dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen ataupun endogen yang
menimbulka gejala klinis berupa efloresensi polimofik
(eritema,edema,papul,vesikel,skuama,likenifikasi) dan gatal.
Sehingga hal tersebut harus segera ditangani. Kerusakan Itegritas Kulit dapat
mengganggua rasa Nyaman dan gangguan istirahat akibat gatal yang dilalami.
Pengkajian yang dapat dilakukan berupa (hetharia,2009)
I. Pemeriksaan fisik
1) Pengkajian kulit
hangat,pemeriksaan menggunakan penligt untuk menyinari
lesi amati kulit:
Turgor kulit
dilihat pada ekstremitas dan dasar kuku, bibir,
membran mukosa.
bilirubin
sarung tangan sebagai proteksi bagi pemeriksa. Pada
tindakan ini ini akan di temukan :
Turgor kulit
sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus
adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan
dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-
kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan
tahap awal dala proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan
data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien.Selanjutnya data dasar
tersebut digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan, merencanakan
asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-
masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk rumah sakit, selama
klien dirawat secara terus-menerus, serta pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data (Potter & Perry, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menetukan langkah-langkah
berikutnya.
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.
Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi,
mual, perasaan malu (Potter & Perry, 2005).
- Data Objektif
tingkat kesadaran (Potter & Perry, 2005).
Masalah keperawatan yang paling mungkin muncul dari penderita berdasarkan
diagnosa keperawatan Carpenito (2012):
1. Kerusakan integritas kulit
beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan
dermis.
tidak menyenagkan.
Batasan karakteristik :
Nyeri dan gatal
kesakitan, menangis).
gaya hidup yang di inginkannya.
Batasan karakteristik :
Minor
Gatal
Nyeri
pencerapan citra diri seseorang.
aktual
malu
Minor
Perubahan dalam keterlibatan sosial
Perasaan negatif terhadap tubuh
ketidak bersihan
mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau
keterampilan psikomotor berkenan dengan kondisi
atau rencana pengobatan.
Melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang di
anjurkan/yang di inginkan.
sehari-hari
integritas kulit (Carpenito,2012) adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan integritas kulit
5. Kurang pengetahuan
menyusun rencana yang akan dilakukan ppada klien untuk mengatasi
masalah,perencanaan disusun berdasarkan dignosa keperawatan
(Muttaqin&Sari,2011)
dan melindunginya terhadap kerusakan lebih lanjut.pola distribusi reaksi
ditentukan untuk membedakan dematitis tipe kontak alergi atau tipe iritan.
Riwayat sakit yang dirinciharus dianamnesa. Kemudian iritan yang
menyebebkan timbulnya keluhan di identifikasi dan di hilangkan. Iritasi
lokal harus di hindari dan pemakian sabun umumnya tidak dilakukan
sebelum terjadi kesembuhan.
dermatitis atau alergi. Ummunya losen yang netral dan tidak mengandung
obat dapat di oleskan pada bercak-bercak eritema yang kecil untuk
meningkatkan rasa nyaman dan mengirangi pruritus.
Pemberian kompres yang sejuk dan basah juga dapat dilakukan
pada daerah dermatitis vaskuler yang kecil. Remukan halus es yang di
Universitas Sumatera Utara
tambahkan pada air kompres sering kali memberikan efek anti pruritus.
Kompres basah biasanya membantu membersihkan lesi ekzema yang
menegluarkan sekret.kemudian preparat krim atau salep yang mengandung
salah satu jenis kortikosteroid dioleskan tipis-tipis.
Mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat di resap untuk
alergi dengan daerah lesi yang lebih luas,pemberian kortikosteroid jangka
pendek dapat di programkan.
pelaksanaan lanjutan perawatan/pengobatan diperlukan untuk menurunkan
respons eksaserbasi.
Polonia
Identitas orang tua
a. Ayah : Jawa
b. Ibu : Jawa
II. KELUHAN UTAMA :
An. H mengeluh luka, gatal dan merah pada area kaki, tangan, kepala dan
bokong.
1. Apa penyebabnya
Ny. C mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena An. H sering mandi
disungai. Setiap An. H mandi disungai (kisaran) tersebut pasti klien akan
mengalami hal yang sama.
Ny. C mengatakan keadaan akan membaik jika orangtua klien memberi
obat yang di dapat dari apotik yaitu Kortikosteroid.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
An. H merasakan gatal, luka dan merah di area kaki,tangan, kepala dan
bokong.
Tampak luka ,merah, dan edema pada kaki,tangan, bokong dan kepala,
kulit pasien kering dan turgor kulit agak lambat.
C. Severity
D. Time
Alergi dialamai An. H sejak ± 4 hari yang lalu dan sampai saat ini An. H
masih mengalami kondisi yang sama.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Ny. C mengatakan bahwa An. H sudah 3 kali mengalami penyakit yang
sama. Setiap klien mandi di sungai, An. H pasti mengalami penyakit yang
sama.
C. Pernah dirawat/dioperasi
D. Lama dirawat
E. Alergi
F. Imunisasi
A. Orang tua
Tn. B dan Ny. C tidak memiliki riwayat penyakit keturunan da sampai
saat ini masih sehat.
C. Penyakit keturunan yang ada keluarga
Ny. Cmengatakan tidak memiliki penyakit keturunan baik dari keluarga
Tn. B maupun dari keluarga Ny. C.
D. Anggota keluarga yang meninggal
Ny. C mengatakan anggota keluarga yang meninggal adalah Ayah Ny. C
sudah meninggal.
F. Genogram
Tn. B Ny. C
Klien mengatakan ia sering menyendiri karna malu dengan penampilan
tubuhnya.
kondisinya sekarang.
- Harga diri : Klien mengatakan malu dengan kondisinya sekarang.
- Peran diri : Klien sebagai seorang laki-laki yang belum menikah
dan sebagai anak.
C. Keadaan emosional
D. Hubungan sosial :
berarti adalah orang tuanya terutama ibunya.
- Hubungan dengan keluarga : Menurut Ny. C hubungan An. H
dengan keluarga baik dan harmonis.
Universitas Sumatera Utara
- Hubungan dengan orang lain : menurut Ny. C Selama klien sakit
hubungan sosialisasi dengan orang lain kurang baik karena klien hany
bermain di rumah.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : An. H masih kurang
jelas dalam berbicara, sehingga menghambat dalam berhubungan
dengan orang lain.
- Kegiatan ibadah Klien : Jarang mengikuti kegiatan ibadah.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
B. Tanda-tanda vital
- Nadi : 80 x/i
1. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan kulit kepala terdapat
lesi,merah, odem dan adanya push akibat alergi. Penyebaran rambut merata
dan tidak berbau.
Universitas Sumatera Utara
2. Wajah
Struktur wajah klien oval dan tidak ada kelainan, dengan warna kulit sawo
matang.
3. Mata
An. H memiliki dua mata dengan posisi simetris dan tidak ada kelainan
dengan konjungtiva anemis dan sclera normal, An. H masih bisa mampu
melihat dengan jarak ± 80 m dan tekanan bola mata baik, dapat digerakkan
kekiri dan kekanan.
4. Hidung
Posisi hidung An. H simetris dengan 2 lubang hidung dan cuping hidung
normal, klien tidak memakai alat bantu hidung.
5. Telinga
Bentuk telinga An. H simetris kiri dan kanan, ukuran telinga normal, lubang
telinga sedikit berair dan kotor dan An. H mampu mendengar dengan jarak ±
10 m.
6. Mulut dan Faring
Keadaan bibir An. H simetris, lidah bersih dan tidak ada kelainan, klien
mampu membedakan rasa asin dan manis.
7. Leher
Posisi trachea klien simetris dan tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid,
suara klien normal.
Turgor kulit : Jelek
Kehangatan : Kulit kaki An. H terasa hangat.
Lesi : Ada lesi dan pustula
Turgor kulit : Jelek
Edema : Ada edema
Bokong
Kehangatan : kulit bokong An. H terasa hangat.
Lesi : Ada lesi dan pustula
Turgor kulit : Jelek
Edema : Ada edema.
Membran mukosa : lembab
b.Palpasi
yang di dapatkan yaitu :
Edema : Adanya udem ( Pustula)
Edema : Adanya udem ( Pustula)
Edema : Adanya udem ( Pustula)
Edema : Adanya udem ( Pustula)
Ukuran dan bentuk payuudara An. H normal serta simetris, areola
berwarna hitam kecoklatan, tidak ada pembengkakan atau benjolan pada
payudara dan aksila.
Universitas Sumatera Utara
10. Pemeriksaan thoraks/dada
Bentuk dada normal tidak burrel chest ataupun fannel chest, pernafasan 23
x/ i dan An. H bernafas dengan teratur.
11. Pemeriksaan paru
Getaran suara paru kiri dan kanan sama, suara nafas vesikuler dan resonan
saat di perkusi.
12. Pemeriksaan jantung
Detak jantung An. H beraturan, tidak ada pembengkakan, bunyi jantung
normal lup-dup dan saat di perkusi dallnes.
13. Pemeriksaan abdomen
Abdomen An. H simetris kiri dan kanan dan tidak ditemukan adanya
benjolan, dan tidak ada suara tambahan.
14. Genetalia
- Nafsu/selera makan : Nafsu makan An. H baik
- Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri pada ulu hati
- Alergi :An. H tidak memiliki riwayat alergi
terhadap makanan dan minuman.
- Mual dan muntah : An. H Tidak ada mual dan muntah
- Waktu pemberian makan : Pagi(jam 8),siang( jam 1),sore(jam 7)
Universitas Sumatera Utara
- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jenis nasi + lauk pauk
- Waktu pemberian cairan : Tidak ditentukan (bila An.H haus, An. H
minum)
tidak mengalami masalah dalam makan dan minum.
II. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan gigi dan mulut : Gigi sedikit kotor dan busuk.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku tidak terlihat panjang
III. Pola kegiatan/Aktivitas
dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total: Klien melakukan
aktivitas mandi, makan, ganti pakaian harus diarahkan dan dibantu oleh
orang tuanya terlebih dahulu.
- Uraian aktivitas ibadah, Ny. C selalu mengajari pasien untuk sholat.
IV. Pola Eliminasi
- Karakter feses : Kadang keras dan kadang lembek
- Riwayat perdarahan : Tidak memiliki riwayat perdarahan
- BAB terakhir : Pagi hari
- Diare : Tidak mengalami diare
Universitas Sumatera Utara
- Kateter urine : Tidak memakai kateter urine
- Nyeri/rasa terbakar : Tidak ada nyeri atau kesulitan BAK
- Penggunaan diuretik : Tidak ada penggunaan diuretik
V. Mekanisme koping
2.2.2 ANALISA DATA
luka pada tangan, kaki,
ketidak nyamanan ;
tampak kesakitan,
fungsi berier kulit ditandai dengan An.H mengatakan adanya lesi
dan terjadi penebalan pada bagian tangan, kaki,bokong dan kepala.
2. Gangguan rasa Nyaman yang berhubungan dengan proses
inflamasi ( Nyeri dan gatal) ditandai dengan adanya pustula dan
An. H mengaruk area tangan, kaki, kepala serta bokong dan kulit
memerah,menebal dan terdapat lesi.
Hari/ta
nggal
No
Dx
Tujuan :
Dalam 3 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal
Kriteria hasil :
elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi).
Perfusi jaringan baik
Rencana tindakan Rasional
Observasi luka : lokasi,
dimensi, kedalaman luka,
Pembersihan kulit
dapat mencegah
Tujuan :
jam.
Universitas Sumatera Utara
harinya )
An. H berkurang.
mengaruk area alergi
dermatitis atopik, dermatitis numularis dan demertitis soboik. Penyebab dermatitis
alergi belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit
terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi
makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Manifestasi klinis alergi adanya
tanda-tanda radang akut terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema dan gangguan fungsi kulit. Pemeriksaan penunjang dan lab
dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa medis maupun keperawatan. Asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan mencakup beberapa diagnosa yaitu Kerusakan
integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, nyeri dan
gatal yang berhubungan dengan lesi kulit, perubahan pola tidur yang
berhubungan dengan pruritus.
pengetahuan khususnya dengan masalah keperawatan tentang Kerusakan
Integritas Kulit : Dermatitis Kontak Alergi.
2. Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Kerusakan Integritas Kulit : Dermatitis Kontak Alergi yang harus
lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari asuhan
keperawatan pada klien yang perlu di tekankan.
3. Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada bapak dan ibu atau
keluarga dari klien tentang Kerusakan Integritas Kulit : Dermatitis Kontak
Alergi.
DAFTAR PUSTAKA
Adi dan Suria Djuanda.(2005). Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: FKUI
Andi Dinajani S. Abidin Mahdi. (2008). Penatalaksanaan Penyakit Alergi. Edisi
ke- 2. Jakarta : FKUI.
Jakarta: Trans Info Media.
ke- 13. Jakarta : EGC.
Integumen. Jakarta: Salemba Medika.
dan Praktik.Edisi ke-4.Alih bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk.
Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta : EGC
Universitas Sumatera Utara
hari,telur 1 butir/hari
dan daging 1