asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan penglihatan

37
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN I. PENDAHULUAN Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Akibat dari masalah ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat, para ahli, bahkan oleh para lanjut usia sendiri. Dengan berkurangnya penglihatan, para lanjut usia sering kali kehilangan rasa percaya diri, berkurang keinginan untuk pergi keluar, untuk lebih aktif bergerak kesana kemari. Mereka akan kehilangan kemampuan untuk membaca atau melihat televise. Kesemua itu akan menurunkan aspek sosialisasi dari para lanjut usia., mengisolasi mereka dari dunia luar yang pada gilirannya akan menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya. II. PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Mata adalah organ sensorik yang mentrasmisikan rangsang melalui jaras pada otak ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang terjadi tentunya banyak perubahan yang terjadi.

Upload: ayu-marisha-desu

Post on 30-Oct-2014

131 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN

I. PENDAHULUAN

Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Akibat

dari masalah ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat, para ahli, bahkan oleh para lanjut usia

sendiri. Dengan berkurangnya penglihatan, para lanjut usia sering kali kehilangan rasa percaya

diri, berkurang keinginan untuk pergi keluar, untuk lebih aktif bergerak kesana kemari. Mereka

akan kehilangan kemampuan untuk membaca atau melihat televise. Kesemua itu akan

menurunkan aspek sosialisasi dari para lanjut usia., mengisolasi mereka dari dunia luar yang

pada gilirannya akan menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya.

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Mata adalah organ sensorik yang mentrasmisikan rangsang melalui jaras pada otak ke

lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang terjadi

tentunya banyak perubahan yang terjadi.

Perubahan normal pada system sensoris (penglihatan) akibat penuaan :

Perubahan Normal yang b.d Penuaan Implikasi Klinis

1. Penurunan kemampuan

akomodasi.

2. Kontriksi pupil sinilis.

1. Kesukaran dalam membaca

huruf-huruf yang kecil.

2. Penyempitan lapang pandang

3. Sensitivitas terhadap cahaya

Penurunan penglihatan pada malam

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

3. Peningkatan kekeruhan lensa

dengan perubahan warna

menjadi menguning.

hari

Kesukaran dengan persepsi

kedalamam

Sistem penglihatan erat kaitannya dengan presbiopi (old sight). Lensa kehilangan

elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman penglihatan

dan daya akomodasi dari jarak jauh/dekat berkurang. Ketajaman penglihatan dan daya

akomodasidari jarak jauh/dekat berkurang. Penggunaan kaca mata dan system penerangan yang

baik dapat digunakan untuk mengkompensasi hal tersebut.

Perubahan sistem indra pada penuaan :

Perubahan Morfologis Perubahan Fisiologis

Penglihatan

1. Penurunan jaringan

lemak sekitar mata

1. Penurunan penglihatan jarak dekat

2. Penurunan elastisitas

dan tonus jaringan

2. Penurunan koordinasi gerak

bola mata

3. Penurunan kekeuatan

otot mata

3. Distorsi bayangan

4. Penurunan ketajaman

kornea

4. Pandangaan biru-

merah

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

5. Degenerasi pada sclera,

pupil dan iris

5. Compromised night vision

6. Peningkatan frekuensi

proses terjadinya

penyakit

3. Penurunan ketajaman

mengenali warna

hijau, biru dan ungu

7. Peningkatan

densitas dan

rigiditas lensa

7. Kesulitan mengenali

benda yang bergerak

7. Perlambatan

proses informasi

dari system saraf

pusat

Ketika anda memeriksa mata lansia, ingat juga bahwa tanda-tanda penuaan ocular dapat

mengubah keadaan keseluruhan mata. Anda dapat melihat bahwa mata terletak lebih didalam

orbit tulang, hal ini merupakan temuan normal karena hilangnya jaringgan lemak akibat usia.

Periksa simetrisitas alis dan distribusi rambut. Bandingkan warna kelopak mata dengan warna

kulit wajah ; kelopak mata semestinya tidak mengalami perubahan warna seperti kemerahan.

Periksa apakah terdapat lesi atau edema, dan perhatikan arah bulu mata. Kaji apakah kelopak

mata atas menutupi sebagian atau seluruh mata, yang menandakan ptosis, hal ini adalah suatu

temuan abnormal. Inspeksi apparatus lakrimal, perhatikan apakah ada keluaran, kemerahan,

edema, air mata yang berlebihan atau nyeri tekan. Periksa sclera dan konjungtiva. Sclera

biasanya tampak berwarna putih krem. Inspeksi pupil, perhatikan ukuran, bentuk, dan reaksi

terhadap cahaya. Inspeksi iris, perhatikan setiap aberasi marjin. Anda dapat melihat pigmentasi

iris irregular bilateral, dengan pigmen normal yang berubah menjadi warna coklat pucat. Uji

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

ketajamam penglihatan dengan atau tanpa lensa korektif, perhatikan setiap perbedaan. Lakukan

pemeriksaan oftalmoskopik untuk memeriksa struktur internal.

2.2 Gangguan Penglihatan

2.2.1 Perubahan struktur kelopak mata

Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan kelopak mata.

Perubahan ini yang juga disebut dengan perubahan involusional terjadi pada :

1. M.orbicular

2. Retractor palpebra inferior

3. Tartus

4. Tendo kantus medial/lateral

5. Aponeurosis muskulus levator palpebra

6. Kulit

Berikut penjelasan dari uraian diatas :

1. M.orbicular

Perubahan pada m.orbicularis bias menyebabkan perubahan kedudukan palpebra yaitu

terjadi entropion atau ektropion. Entropion/ektropion yang terjadi pada usia lanjut disebut

entropion/ekropion senilis/ involusional. Adapun proses terjadinya mirip, namun yang

membedakan adalah perubahan pada m.orbicularis preseptal dimana enteropion muskulus

tersebut relative stabil.

Pada ektropion, bila margo palpebra mulai eversi, konjungtiva tarsalis menjadi terpapar

(ekspose), ini menyebabkan inflamasi sekunder dan tartus akan menebal sehingga secara

mekanik akan memperberat ektropionnya.

2. Retractor palpebra inferior

Kekendoran retractor palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah tarsus rotasi/ berputar

kearah luar sehingga memperberat terjadinya entropion.

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

3. Tartus

Bilaman tartus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan tepi atas lebih

melengkung ke dalam sehingga entropion lebih nyata.

4. Tendo kantus medial/lateral

Perubahan involusional pada usia lanjut juga mengenai tendon kartus medial/ lateral

sehingga secar horizontal kekencangan palpebra berkurang.

Perubahan-perubahan pada jaringan palpebra juga diperberat dengan keadaan dimana

bola mata pada usia lanjut lebih enoftalmus karena proses atropi lemak orbita. Akibatnya

kekencangan palpebra secara horizontal relative lebih nyata. Jadi apakah proses involusional

tersebut menyebabkan margo palpebra menjadi inverse atau eversi tergantung perubahan-

perubahan yang terjadi pada m.orbikularis oculi, retractor palpebra inferior dan tarsus.

5. Aponeurosis muskulus levator palpebra

Dengan bertambahnya usia maka aponeurosis m.levator palpebra mengalami disinsersi

dan terjadi penipisan, akibatnya terjadi blefaroptosis akuisita. Meskipun terjadi perubahan pada

aponeurosis m.levator palpebra namun m.levatornya sendiri relative stabil sepanjang usia. Bial

blefaroptosis tersebut mengganggu penglihatan atau secara kosmetik menjadi keluhan bias

diatasi dengan tindakan operasi.

6. Kulit

Pada usia lanjut kulit palpebra mengalami atropi dan kehilangan elastisitasnya sehingga

menimbulkan kerutan dan lipatan-lipatan kulit yang berlebihan. Keadaan ini biasanya diperberat

dengan terjadinya peregangan septum orbita dan migrasi lemak preaponeurotik ke arterior.

Keadaan ini bisa terjadi pada palpebra superior maupun inferior dan disebut sebagai

dermatokalis.

Gejala dan tanda :

1. Kesulitan menggangkat palpebra superior

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

2. Rasa tidak enak di daerah perorbita akibat penggunaan otot ocipitofrontalis dan otot

orbicularis oculi dalam mengatasi kesulitan mengangkat palpebra.

3. Terbatasnya lapangan pandang superior

4. Keluhan kosmetik.

Penanganan :

Dilakukan blefaroplasti untuk mengatasi gejala dan memperbaiki penampilan.

Dengan terjadinya perubahan struktur pada kelopak mata tersebut akibat proses penuaan,

maka secar klinis manifestasi yang sering dijumpai adalah :

1. Entropion involusional

2. Ektropion involusional

3. Blefaroptosis

4. Dermatokalasis

Aspek Klinis Entropion dan Ekstropion pada Usia Lanjut

1. Entropion Senilis / Involusional

Yaitu suatu keadaan dimana margo palpebra mengalami inverse yang terjadi pada lanjut usia.

Gejala dan tanda :

1. Mata merah

2. Berair

3. Rasa gatal

Hal ini disebabkan oleh karena iritasi dan abrasi cornea. Bila berlanjut bias menyebabkan ulkus

cornea.

Penanganan :

Koreksi entropion yaitu dengan cara :

1. Jahitan eversi

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

2. Prosedur Weis (splitting palpebra transversa + jahitan eversi) dengan / tanpa

pemendekan horizontal

3. Plikasi retractor palpebra inferior

2. Ektropion Senilis / Involusional

Yaitu suatu keadaan diman margo palpebra mengalami eversi yang terjadi pada usia lanjut.

Gejala dan tanda :

1. Epifora

2. Konjungtiva palpebra hipewremi dan hipertrofi

3. Konjungtiva bulbi hiperemi

Penanganan :

Koreksi ektropion dengan cara :

1. Lazy – T

2. Eksisi diamond tarsokonjungtiva

3. Pemendekan palpebra horizontal

2.2.2 Perubahan sistim lakrimalis

Pada usia lanjut seringkali dijumpai keluhan nrocos. Kegagalan fungsi pompa pada

system kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan palpebra, eversi punctum atau

malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan keluhan epifora. Namun sumbatan system

kanalis lakrimalis yang sebenarnya atau dacryostenosis sering dijumpai pada usia lanjut, diman

dikatakan bahwa dacryostenosis akuisita tersebut lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding

pria. Adapun patogenesia yang pasti terjadinya sumbatan ductus nasolakrimalis masih belum

jelas, namun diduga oleh karena terjadi proses jaringan mukosa dan berakibat terjadinya

sumbatan.

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Setelah usia 40 tahun khususnya wanita pasca menopause sekresi basal kelenjar lakrimal

secara progesif berkurang. Sehingga seringkali pasien dengan sumbatan pada duktus

nasolakrimalis tak menunjukkan gejala epifora oleh karena volume air matanya sedikit. Akan

tetapi bilamana sumbatan sistim lakrimalis tak nyata akan memberi keluhan mata kering yaitu

adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada pasir, mata tersa leleh dan

kering bahkan kabur. Sedangkan gejala obyektif yang didapatkan diantaranya konjungtiva bulbi

kusam dan menebal kadang hiperaemi, pada kornea didapatkan erosi dan filamen. Periksa yang

perlu dilakukan adalah Schirmer, Rose Bengal, “Tear film break up time”

2.2.3 Proses penuaan pada kornea

Arcus Senilis (Gerontoxon, Arcus Cornea)

Merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang sering dijumpai. Keberadaan arcus

senilis ini tidak memberikan keluhan, hanya secara kosmetik sering menjadi masalah. Kelainan

ini berupa infiltrasi bahan lemak yang berwarna keputihan, berbentuk cincin dibagian tepi

kornea. Mula-mula timbulnya dibagian inferior kemudian diikuti bagian superior berangsung

meluas dan akhirnya membentuk cincin.

Etiologi arcus senilis diduga ada hubungannya dengan peningkatan kolestereol dan low density

lipoprotein (LDL). Bahan-bahan yang membentuk cincin tersebut terdiri dari ester kolesterol,

kolesterol dan gliserid.

Arcus senilis mulai dijumpai pada 60% individu usia 40-60 tahun dan terjadi pada hamper semua

orang yan berusia diatas 80 tahun dimana laki-laki lebih awal timbulnya disbanding wanita.

Perubahan sensitivitas dan fragilitas kornea lansia

Dengan bertambahnya usia akan terjadi penurunan sensivitas kornea yang ditimbulkan

oleh rangsangan mekanis. Bagian sentral kornea lebih lama menurunnya disbanding dengan

bagian lainnya. Pengukuran CTT (Corneal Touch Threshold) pada orang sehat yang berbeda

usianya yaitu dengan merangsang kornea menggunakan benang nilon microfilament dengan

berbagai ukuran panjang, menunjukkan bahwa CTT masih tetap sama antara usia 7-40 tahun.

Mulai awal decade kelima CTT menjadi lebih tinggi, secara nermakna dan makin bertambah

dengan semakin bertambahnya usia. Pada usia 80 tahun, hamper 2 kalinya CTT usia 10 tahun.

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Penyebab dari penurunan sensitivitas kornea kemungkinan disebabkan penebalan jaringan

fibrous kornea, penurunan kandungan air atau atropi serabut-serabut saraf.

Fragilitas kornea diukur dengan menentukan seberapa besar tekanan yang diperlukan

untuk mencapai ambang kerusakan secara mekanis. Sampai usia 40 tahun fragilitas kornea masih

tetap sama. Namun setelah itu akan meningkat. Berdasarkan pengalaman klinis hal ini sejalan

dengan peningkatan fragilitas kulit pada usia yang makin lanjut.

2.2.4 Perubahan muskulus siliaris

Dengan bertambahnya usia, bentuk dari pada muskulus siliaris akan mengalami perubahan. Pada

masa kanak-kanak muskulus tersebut cenderung flat, namun semakin bertambah usia seseorang

maka serabut otot dan jaringan ikatnya bertambah sehingga muskulus tersebut menjadi lebih

tebal, terutama bagian interior. Proses tersebut berlanjut dan mencapai tebal maksimal pada

usia + 45 tahun. Setelah itu terjadi proses degenerasi pengerutan dan ini diduga untuk

mempertahankan bentuk. Dengan usia makin lanjut selain muskulus siliaris mengalami proses

atropi, juga terjadi hialinisasi. Tampak peningkatan jaringan ikat diantara serabut-serabut

muskulus siliaris dan nukleusnya menipis. Tampak pula butiran-butiran lemak dan deposit

kalsium diantara serabut muskulus tersebut.

Mengenai manifestasi klinik yang dikaitkan dengan perubahan muskulus siliaris pada lanjut usia,

dikatakan bahwa degenerasi muskulus siliaris bukan merupakan factor utama yang mendasari

terjadinya presbiopia. Dengan bertambahnya usia terjadi penurunan amplitude akomodasi

dengan manifestasi klinis yaitu presbiopoa. Penurunan amplitude akomodasi ini diakaitkan

dengan perubahan serabut-serabut lensa kurang dapat menyesuaikan bentuknya. Untuk

mengatasi hal tersebut muskulus siliaris mengadakan kompensasi sehingga mengalami

hipertropi. Proses ini terus berlanjut dengan semaki bertambahnya usia sehingga terjadi

manifestasi presbiopia.

2.2.5 Produksi humor aqueous

Pada mata sehat dengan pemeriksaan Fluorofotometer diperkirkan produksi H.Aqueous

2.4 + 0,06 micro liter/menit. Beberapa factor berpengaruh pada produksi H.Aqueous. dengan

pemeriksaan fluorofotometer menunjukkan bahwa dengan bertambahnya usia terjadi penurunan

produksi H.Aqueous 2% (0,06 mikro liter/menit) tiap decade. Penurunan ini tidsak sebanyak

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

yang diperkirakan, oleh karena dengan bertambahnya usia sebenarnya produksi H.Aqueous lebih

stabil disbanding perubahan tekanan intra okuler atau volume COA.

2.2.6 Perubahan refraksi

Pada orang muda, hipermetrop dapat diatasi dengan kontraksi muskulus silisris. Dengan

bertambahnya usia hipermetrop laten menjadi lebih manifest karena hilangnya cadangan

akomodasi. Namun bila terjadi sclerosis nucleus pada lensa, hipermetrop menjadi berkurang atau

terjadi miopisasi karena proses kekeruhan di lensa dan lensa cenderung lebih cenbung.

Perubahan astigmat mulai terlihat pada umur 10-20 tahun dengan astigmat with the rule 75,5%

dan astigmat against the rule 6,8%. Pada umur 70-80 tahun didapatkan keadaan astigmat with

the rule 37,2% dan against the rule 35%. Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan astigmat

antara lain kornea yang mengkerut oleh karena perubahan hidrasi pada kornea, proses penuaan

pada kornea.

Penurunan daya akomodasi dengan manifestasi presbiopia dimana seseorang akan kesulitan

untuk melihat dekat dipengaruhi oleh berkurangnya elastisitas lensa dan perubahan pada

muskulus silisris oleh karena proses penuaan.

2.2.7 Perubahan struktur jaringan dalam bola mata

1. Lensa Cyrstallina

Bentuk cakram biconvex ; berukuran diameter 9mm dan tebal bagian sentral 4mm.

Susunan anatominya :

1. Kapsul

2. Korteks

3. Nucleus

Pada usia muda lensa tidak bernukleus, pada usia 20tahun nucleus mulai terbentuk.

Semakin bertambah umur nucleus makin membesar dan padat, sedangkan volume lensa tetap,

sehingga bagian korteks makin menipis, elastisitas lensa berkurang, indeks bias berubah

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

(membias sinar jadi lemah). Lensa yang mula-mula bening transparan, menjadi tampak keruh

(Sklerosis).

2. Iris

Mengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang dan mengalami depigmentasi

tampak ada bercak berwarna merah muda sampai putih.

3. Pupil

Kontriksi, mula-mula berdiameter 3mm, pada usia tua terjadi 1mm, reflek direk lemah.

4. Badan Kaca (Vitreous)

Terjadi degenerasi, konsistensi lebih encer (Synchisis), dapat menimbulkan keluhan

Photopsia (melihat kilatan cahaya saat ada perubahan posisi bola mata).

5. Retina

Terjadi degenerasi (Senile Degeneration). Gambaran fundus mata mula-mula merah

jingga cemerlang, menjadi suram dan ada jalur-jalur berpigment (Tigroid Appearance) terkesan

seperti kulit harimau. Jumlah sel fotoreseptor berkurang sehingga adaptasi gelap dan terang

memanjang dan terjadi penyempitan lapang pandang.

2.2.8 Perubahan fungsional

Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan di dalam bola mata, media refrakta

menjadi kurang cemerlang dan sel-sel reseptor berkurang, visus tajam dibandingkan pada usia

muda. Keluhan silau (foto-fobi) timbul akibat proses penuaan pada kornea dan lensa.

2.2.9 Aspek Klinik

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

1. Katarak

Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab umum kehilangan

penglihatan yang bertahap. Lensa yang keruh menghalangi cahaya menenbus kornea, yang pada

akhirnya mengamburkan tangkapan bayangan pada retina. Sebagai hasilnya, otak

menginterprestasikan bayangan yang kabur.

Katarak umumnya mempengaruhi kedua mata, tetapi katarak di masing-masing mata

memburuk sendiri-sendiri. Pengecualian pada katarak traumatic, yang biasanya unilateral, dan

katarak congenital, yang kondisinya dapat tidak berubah. Katarak merupakan penyakit yang

paling banyak terjadi pada orang diatas usia 70 tahun. Pembedahan memperbaiki penglihatan

pada sekitar 95% pasien. Tampa pembedahan, katarak akhirnya menyebabkan kehilangan

penglihatan total.

Katarak di klasifikasikan berdasarkan penyebabnya :

1. Katarak senile terjadi pada lansia, kemungkinan karena perubahan kimiawi pada

protein lensa.

2. Katarak congenital terjadi pada bayi baru lahir akibat kesalahan metabolisme sebelum

dilahirkan atau akibat infeksi rubella maternal selama trimester pertama kehamilan.

Katarak tipe ini juga dapat terjadi akibat anomaly congenital atau akibat genetic.

Penurunanya biasanya dominant autosom; namun, katarak resesif mungkin terkait

dengan kromosom seks.

3. Katarak traumatic terjadi setelah benda asing mencederai lensa dengan tenaga yang

cukup untuk memungkinkan humor aqueous atau vitreous memasuki kapsul lensa.

4. Katarak dengan komplikasi terjadi sekunder akibat uveitis, glukoma, pigmentosa

retinitis, atau ablasio retina. Katarak tipe ini juga dapat terjadi dengan penyakit

sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroidisme atau dermatitis ektopik, atau akibat

radiasi ion atau sinar infarmerah.

5. Katarak toksik akibat dari obat-obatan atau toksisitas bahan kimiawi ergot atau

fenotiazin.

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Tanda dan gejala

1. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan tidak nyeri

2. Penglihatan baca yang buruk

3. Pandangan silau yang mengganggu dan penglihatan buruk pada sinar matahari yang

terang.

4. Pandangan silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada saat mengemudi

pada malam hari.

5. Kemungkinan memiliki penglihatan yang baik pada cahaya yang redup dibandingkan

pada cahaya yang terang (dengan kekeruhan pada sentral)

6. Pupil berwarna putih susu

7. Area putih keabu-abuan di belakang pupil (dengan katarak lanjut)

Katarak Senilis (Kekeruhan Lensa Pada Usia Tua)

Perjalanan prosesnya lewat 4 stadia :

1. Stad. Insipiens

Belum ada keluhan penurunan visus, kekeruhannnya pada korteks daerah equator, yang dapat

ditegakkan diagnosis bila pipil dilebarkan.

2. Stad. Immature

Kekeruhan lensa lebih merata, sudah menimbulkan keruhan visus saat itu terjadi inhibisi cairan

ke dalam lensa, sehingga bentuk lensa cembung menyebabkan perubahan refraksi kea rah

myope, disamping itu dapat terjadi komplikasi glaucoma sekunder, oleh karena kamar dapat

lebih dangkal dan sudut Irido-Cornealis lebih sempit.

3. Stad. Matura

Kekeruhan lebih padat dan rata, pemeriksaan refleks fundus tidak tampak. Pada stadium ini

indikasi paling baik untuk melakukan operasi Cataract ekstrasi.

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

4. Stad. Hipermatura

Korteks lenca mencair, sehingga nucleus tidak lagi pada posisi sentral, menggeser ke bawah dan

dapat bergoyang bila bola mata bergerak. Kapsula lentis mengalami exfoliasi dapat

menimbulkan Lens Induced Uveitis dan Glaukoma sekunder.

Pemeriksaan diagnostik

1. Oftamoskopi tidak langsung menunjukkan area gelap di refleks merah yang normalnya

homogen

2. Pemeriksaan slit-lamp memastikan diagnostic kekeruhan lensa

3. Pemeriksaan ketajaman penglihatan memastikan derajat kehilangan penglihatan

Penaganan

Ekstraksi lensa dengan pembedahan dan implantasi lensa intraocular untuk mengoreksi defisit

penglihatan adalah penanganan yang lazim dilakukan.

2. Glaukoma

Glaukoma adalah penyakit mata dengan tanda : tekanan intra-okuler meninggi,

penyempitan lapangan pandang dan atropi papil syaraf Opticus umumnya terjadi pada usia di

atas 40 tahun.

Glaukoma adalah salah satu penyebab kebutaan paling banyak di Amerika Serikat, yang

terhitung sekitar 12% dari kasus kebutaan yang baru didiagnosis. Kebutaan paling sering terjadi

pada lansia yang berusia 40 sampai 65 tahun; insidennya menurun seiring dengan pertambahan

usia dan paling banyak terjadi dikalangan wanita dan orang kulit hitam. Akan tetapi, deteksi dini

dan terapi yang efektif dapat menghasilakan prognosis yang baik dalam mempertahankan

penglihatan. Glaukoma yang tidak diobati dapat memburuk menjadi kebutaan total.

Tanda dan gejala

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

1. Sakit kepala tumpul di pagi hari

2. Rasa sakit yang ringan pada mata

3. Kehilangan penglihatan perifer (penglihatan menyempit)

4. Melihat lingkaran cahaya disekitar cahaya

5. Penurunan ketajaman penglihatan (khususnya pada malam hari) yang tidak dapat

dikoreksi dengan kacamata.

6. Inflamasi mata unilateral

7. Kornea berkabut

8. Pupil berdilatasi sedang yang tidak bereaksi terhadap cahaya

9. Peningkatan tekanan intraokuler, diketahui dengan cara membuat tekanan yang lembut

pada kelopak mata pasien yang tertutup menggunakan ujung jari; bola mata menahan

tekanan tersebut.

Ada 2 macam galukoma :

1. Primer

Ada dua macam :

1. Galukoma sudut sempit/ tertutup (juga dikenal sebagai glaucoma akut)

Perjalanan proses glaucoma sudut tertutup lewat empat stadia :

1. Stadium Prodromal

Stadium ini mempunyai cirri khas ialah terjadi serangan (Attack), tekanan intra okuler

mendadak meningkat, dengan keluhan kemeng, visus turun, nrocos. Gambaran obyektif adanya

tanda kongestif (Ciliary Injection, Edema Cornea dan Iris, Kamar Depan Dangkal, Pupil

Melebar)

2. Stadium Akut

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Bila stadium prodromal tidak dikelola dengan baik, akan timbul stadium akut, keluhan

subyektif dan gambaran kongestif menetap, kadang-kadang disertai Cephalgia dan mual.

Funduscopy terdapat Excavatio Glaukomatosa stadium ini termasuk kedaruratan medis.

3. Stadium Kronis

Masih ada gambaran kongestif dengan tambahan kelainan yang disebabkan oleh proses

yang menetap lama, ialah Keratopathia Bullosa dan Staphiloma Scelerae. Tekanan intra-okuler

sangat tinggi dan sulit diturunkan dengan obat.

4. Stadium Absolut

Terjadi kebutaan (Ophthalmological Blind) dengan visus nol, tidak dapat melihat/

menerima rangsang cahaya. Visus tidak dapat direhabilitasi dengan upaya apapun.

Upaya pencegahan kebutaan dan galukoma harus dilakukan sedini mungkin ialah pada

stadium prodromal, dilakukan operasi Iridectomy. Bila terjadi perubahan (Atrophy) pada papil

syaraf Optik, visus tidak lagi normal.

2. Glaukoma sudut lebar/ terbuka (juga dikenal sebagai glaukoma kronis, sederhana)

Dalam perjalanan proses penyakit ini tidak pernah menimbulkan keluhan sakit yang mencolok,

visus turun pelan-pelan dan lapangan pandang menyempit. Oleh karena tidak sakit umumnya

penderita dating berobat terlambat, pada pemeriksaan fundus copy sudah tampak terjadi

Excavasio Glaukomatosa dan Atrophy Papil Syaraf Opticus. Pengolahan penyakit ini lebih

ditekannkan pada pemakaian oabat anti glaucoma ; operasi baru dilakukan bila tekanan intra

okuler tinngi menetap tidak dapat turun dengan pemberian obat. Pemakaian obat anti glaucoma

dengan jangka panjang sering menimbulkan keluhan dan efek samping obat. Obat dapat

dihentikan sementara dan diganti dengan tindakan Laser Trabeculoplasty, obat digunakan lagi

setelah kira-kira dua bulan.

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

2. Sekunder, akibat dari penyakit mata yang lain

Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat kondisi-kondisi seperti infeksi, uveitis, cedera,

pembedahan, gangguan obat-obatan yang berkepanjangan (seperti kortikosteroid), oklusi vens

dan diabetes. Kadang kala, pembuluh darah baru dapat terbentuk (vaskularisasi baru) dan

menghambat drainase humor aqueosa.

Pemeriksaan diagnostik

1. Tonometri (dengan schiøtz pneumatic atau tonometer aplanasi) mengukur tekanan

intraokuler dan memberikan nilai dasar untuk perujukan. Rentang tekanan intraokuler

normal berkisar dari 8 sampai 21mmHg. Akan tetapi, pasien yang IOPnya menurun

dari rentang normal dapat mengalami tanda dan gejala glaucoma dan pasien yang

mempunyai tekanan tinggi mungkin tidak menunjukkan efek klinis.

2. Pemeriksaan slit lamp memperlihatkan efek glaucoma pada stuktur mata anterior,

meliputi kornea, iris dan lensa.

3. Gonioskopi menentukan sudut ruang anterior mata, yang memungkinkan pemeriksa

untuk membedakan glaucoma sudut terbuka dengan glaucoma sudut tertutup. Sudut

mata normal pada glaucoma sudut terbuka sedangkan pada glaucoma sudut tertutup

tampak tidak normal. Akan tetapi, pada pasien lansia penutupan sebagian dapat terjadi

yang memungkinkan dua bentuk glaucoma terjadi bersamaan.

4. Oftalmoskopi mempermudah visualisasi fundus. Pada glaucoma sudut terbuka,

pelengkungan discus optikus dapat terlihat lebih awal dibandingkan pada glaucoma

sudut tertutup

5. Perimetrik atau pemeriksaan lapang pandang menentukan keluasaan kehilangan

penglihatan perifer, yang membantu mengevaluasi pemburukan pada glaucoma sudut

terbuka.

6. Fotografi fundus memantau dan mencatat perubahan pada discus optikus.

Penanganan

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Untuk glaukoma sudut terbuka, terapi obat-obatan awal bertujuan untuk mengurangi

tekanan karena penurunan produksi humor aqueosa. Obat-obatan tersebut meliputi penyekat

beta, seperti timolol (digunakan secara hati-hati pada pasien yang menderita asma dan menderita

bradikardia) serta betaksolol; epineprin untuk mendilatasi pupil (dikontraindikasikan pada

glaucoma sudut tertutup); dan obat tetes mata miotik, seperti pilokarpin, untuk meningkatkan

aliran balik humor aqueosa.

Pasien yang tidak berespons terhadap terapi obat-obatan dapat memanfaatkan

trabekuloplasti laser argon; yaitu ahli oftalmologi memfokuskan sinar laser argon pada jalinan

trabekular pada sudut terbuka. Prosedur ini menghasilkan pembakaran termal yang mengubah

permukaan meshwork tersebut dan mudah aliran balik humor aqueosa.

Untuk melakukan trabekulektomi, ahli bedah mendiseksi lipatan sclera untuk membuka

jalinan trabekular. Ahli bedah menghilangkan blok jaringan kecil dan melakukan iridektomi

perifer, yang menciptakan lubang untuk aliran balik humor aqueosa dibawah konjungtiva dan

menghasilkan filtering bleb. Pada pascaoperatif, injeksi subkonjungtivafluororasil dapat

diberikan untuk mempertahankan tekanan fistula. Iridektomi mengurangi tekanan dengan cara

mengeksisi sebagian iris untuk mengembalikan aliran balik humor aqueosa. Beberapa hari

kemudian, ahli bedah melakukan iridektomi profilaktik pada mata lainnya (yang normal) untuk

mencegah episode glaukoma akut pada mata tersebut.

Glaukoma sudut tertutup (glaukoma akut) adalah kedaruratan yang membutuhkan terapi

segera untuk mengurangi tekanan intraokuler yang tinggi. Terapi obat-obatan praoperatif awal

menurunkan tekanan intraokuler dengan asetazolamid, pilokarpin (yang mengontriksikan pupil,

mendorong iris jauh dari trabekula dan memungkinkan cairan terbebas) dan manitol lewat I.V.

atau gliserin aoal (yang mendorong cairan dari mata dengan menjadikan hipertonik). Jika

pengobatan ini gagal untuk menurunkan tekanan, iridotomi laser atau iridektomiperifer dengan

pembedahan harus dilakukan dengan cepat untuk menyelamatkan penglihatan pasien.

Analgetik narkotik dapat digunakan jika pasien mengalami nyeri berat. Setelah

iridektomi perifer, tetes mata sikloplegik dapat diberikan untuk merilekskan otot-otot siliaris dan

mengurangi inflamasi, sehingga mencegah perlekatan.

2. Age Related Macular Degeneration (ARMD)

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Ada dua tipe :

1. Atrophic ARMD

2. Exudative ARMD

Beberapa factor resiko terjadinya ARMD :

1. Atherosclerosis

2. Diet Lipid Tinggi

3. Kadar Cholesterol serum tinggi

4. Merokok dan adanya refraksi anomaly hypermetrope

Teori yang mengemukakan bahwa ARMD disebabkan oleh kerusakan Retinal Pigment

Epithelium (RPE) akibat dari terkena paparan sinar yang kuat (Excessive Exposure to Light) atau

karena deficiency vitamin anti-oxidant dan mineral dalam diet, semua itu tidak pasti (not

consistent).

Pathogenesis ARDM berpangkal pada peningkatan resistensi Sirkulasi Choroid (tekanan

Chorio-Capilar), menyebabkan gangguan metabolisme dalam RPE, terjadi degenerasi dan

atropht RPE, ini merupakan gambaran ARMD type Atrophy.

Peningkatan tensi Chorio-Capillaris menyebabkan gangguan transport metabolit di dalam

RPE terejadi akumulasi drudendan deposit pada membrane basalis juga deposit lipoid dan

membrane bruch, mudah terjadi RPE detachment dan membrane neo vaskuler Choroidal ; ini

gambaran klasik dari bentuk ARMD exudative dan proliferative.

Prognosis qua ad visam pada dua type ARMD, jelek ; lebih-lebih pada type proferatif sangat

mudah terjadi perdarahan sub-retina, akibatnya visus mendadak hilang.

2. Degenerasi Retina Senilis (Senile Retinal Degeneration)

Sejalan dengan bertambahnya umur maka organ-organ pada manusipun, salah satu

bagian organ mata yang juga mengalami perubahan yaitu RETINA. Perubahan retina karena usia

merupakan hal yang fisiologis, Degenerasi Retina Senilis.

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Pada pemeriksaan obyektif didapatkan suatu gambaran fundus Senilis, Fundus Tygroid.

Faktor-faktor yang mendukung dari gambaran fundus normal, adalah :

1. Darah didalam pembuluh darah besar dan Chorio-Capillaris Choroid, merupakan

komponen merah.

2. Kepadatan Pigment dalam sel RPE dan sel melanosit di lapisan Choroid merupakan

komponen coklat.

3. Jenis dan intesitas cahaya yang berasal dari alat yang untuk melakukan pemeriksaan

merupakan sinar gelombang panjang (merah-kuning).

Perpaduan komponen merah dan coklat, yang mendapat pacuan sinar merah-kuning

mendapatkan hasil merah-jingga yang cemerlang, sebagai gambaran fundus Tygroid :

1. Sklerosis Involusional/Sklerosis senilis, terjadi pada arteriole di Retina dan Choroid,

menyebabkan berkurangnya komponen merah.

2. Kerusakan RPE dapat menimbulkan bercak hyper-pigmentasi, disamping kepadatan

pigment dalam sel Melanosit Choroid.

Beberapa perubahan/penurunan fungsi (Decreasing Function) pada Degenerasi Retina Senilis :

1. Sebagai akibat dari hilangnya sel reseptor dalam sel saraf, kira-kira 2,5% per decade,

maka visuskurang tajam,kemunduran sensitifitas lapang pandang, penurunan

sensitivitas kontras warna dan kenaikan ambang adaptasi gelap.

2. Perubahan kualitas syaraf optik

Jumlah akson syaraf optic berkurang dan ada penambahan jaringan ikat, warna papil saraf optic

lebih pucat. Atrofi perikapiler, depigmentasi sekeliling papil menimbulkan warna pucat

sekeliling papil.

2. Degenerasi Retina Perifer (Peripheral Retinal Degeneration)

Pada usia tua, retina dibagian perifer (antara Ora Serrata dan Equator) mengalami proses

degenerasi lebih awal bila dibandingkan dengan bagian sentral.

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Beberapa macam yang dapat/sering ditemukan :

1. Paving stone degeneration (Meyer Schwinckerath, 1960)

Terjadi pada 40% populasi usia diatas 45 tahun, lesi mulai disebelah bawah. Degenerasi

macam ini berhubungan dengan penipisan retina, hilangnya sejumlah sel reseptor, membrane

limitans luar serta sejumlah sel RPE, retina kurang melekat pada membrane Bruch dan adanya

perubahan Chorio-Capillaris. Lesi permulaan berbentuk bulat, diameter kira-kira 1,5 mm, dapat

melebar dan bergabung (Confluency) menjadi lebih besar. Tidak ada therapy.

2. Cystoid degeneration

Tampak ada rongga-rongga pada lapisan pleksiformis luar umumnya area temporo-

inferior. Lesi dapat menyebabkan gangguan lapangan pandang dan dapat berkembang menjadi

Retinonoschisis.

3. Retinoschisis sinilis

Pemisahan lapisan retina, biasanya pada lapisan pleksiformis luar sebagai perluasan dari

Degenerasi Cystoid yang progesif. Dinding retinoschisis dapat robek dan terjadi Retinal

Detachment. Retinosis yang meluas kebelakang equator menimbulkan gangguan lapang

pandang. Setiap ada lesi Retinoschisis perlu tindakan untuk mencegah Retinal Detachment,

dengan Laser Foto-Koagulasi.

3. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian pada lansia dengan gangguan penglihatan meliputi hal-hal berikut ini :

1. Ukuran pupil mengecil

2. Pemakaian kacamata

3. Penglihatan ganda

4. Sakit pada mata seperti glaucoma dan katarak

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

5. Mata kemerahan

6. Mengeluh ketidaknyamanan terhadap cahaya terang (menyilaukan).

7. Kesulitan memasukan benang ke lubang jarum.

8. Permintaan untuk membacakan kalimat

9. Kesulitan/ kebergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-

hari (mandi, berpakaian, ke kamar kecil, makan, BAK/BAB, serta berpindah)

10. Visus

1. Diagnosa Keperawatan

1. Masalah keperawatan

Masalah keperawatan yang biasanya terdapat pada lansia dengan masalah penglihatan

adalah sebagai berikut :

1. gangguan persepsi sensorik : penglihatan

2. risiko cidera : jatuh

3. gangguan mobilitas fisik

4. gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

5. kurang pengetahuan

6. kecemasan

Intervensi Keperawatan

Intervensi keperwatan pada lansia dengan masalah penglihatan adalah sebagai berikut :

1. kaji penyebab adanya gangguan penglihatan pada klien

2. pastikan objek yang dilihat dalam lingkup lapang pandang klien

3. beri waktu lebih lama untuk memfokuskan sesuatu

4. bersihkan mata, apabila ada kotoran gunakan kapas basah dan bersih

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

5. kolaborasi untuk penggunaan alat Bantu penglihatan seperti kacamata dan

penatalaksanaan medis untuk katarak.

6. Berikan penerangan yang cukup

7. Hindari cahaya yang menyilaukan

8. Tulisan dicetak tebal dan besar untuk menandai atau pemberian informasi tertulis

9. Periksa kesehatan mata secara berkala.

2. Diagnosis Keperawatan Utama dan Kriteria Hasi (Katarak)

o Ketakutan yang berhubungan dengan kehilangan penglihatan total yang

disebabkan oleh katarak yang tidak ditangani

Kriteria hasil tindaka : Pasien akan menyatakan bahwa ia merasa rasa takutnya berkurang dan

tidak menunjukkan tanda dan gejala takut.

oRisiko cidera yang berhubungan dengan penurunan penglihatan yang disebabkan

oleh katarak

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan terbebas dari cidera

oGangguan persepsi sensorik (penglihatan) yang berhubungan dengan penurunan

kemampuan untuk melihat dengan sesuai sebagai akibat katarak

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mendapatkan kembali penglihatan yang hilang dengan

terapi

Intervensi keperawatan

1. Siapkan pasien untuk pembedahan katarak dengan tepat.

2. Berikan lingkungan yang aman. Sebagai contoh, pertahankan sisi pengaman tempat

tidur dinaikkan dan Bantu pasien beraktivitas jika perlu. Evaluasi keamanan rumah

pasien.

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

3. Dengarkan pasien mengungkapkan ketakutan dan kecemasan mengenai kehilangan

penglihatan yang dialaminya.

4. Periksa penglihatan pasien secara teratur.

Penyuluhan pasien

1. Jelaskan bagaimana dan mengapa katarak terbentuk

2. Tekankan manfaat pemeriksaan oftalmologik yang teratur untuk memantau derajat

kerusakan penglihatan dan untuk menentukan kapan pembedahan dapat dilakukan.

3. Peringatkan pasien untuk melakukan kewaspadaan keamanan sampai katarak dapat

dihilangkan, termasuk menghindari mengemudi pada malam hari.

3. Diagnosis Keperawatan Utama dan Kriteria Hasil (Glaukoma)

o Gangguan persepsi sensori (penglihatan) yang berhubungan dengan

peningkatan tekanan intraokuler

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mencari bantuan medis ketika perubahan penglihatan terjadi

dan akan memperoleh kembali penglihatan normal serta mempertahankan penglihatan

normalnya dengan terapi.

oRisiko cidera yang berhubungan dengan gangguan penglihatan

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan melakukan tindakan kewaspadaan untuk mencegah cedera

karena kerusakan penglihatan.

oTakut yang berhubungan dengan kemungkinan kebutaan

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mengidentifikasi sumber-sumber rasa takut, mencari

informasi mengenai glaucoma dari sumber-sumber yang tepat untuk mengurangi rasa takut, dan

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

mengungkapkan pemahaman bahwa kepatuhan terhadap regimen terapi yang diresepkan dapat

mencegah kehilangan lebih lanjut.

Intervensi keperawatan

1. Bagi pasien yang menderita glaukoma sudut tertutup, berikan obat-obatan sesuai resep,

dan siapkan ia secara fisik dan psikologis untuk menjalani iridektomi laser atau

pembedahan.

2. Ingat untuk memberikan obat tetes mata sikloplegik hanya pada mata yang sakit. Pada

mata yang tidak sakit, obat tetes mata ini dapat mencetuskan serangan glaukoma sudut

tertutup dan dapat mengganggu penglihatan pasien yang masih tersisa.

3. Setelah trabekulektomi, berikan obat-obatan sesuai program untuk mendilatasi pupil.

Selain itu, oleskan kortikosteroid topical sesuai program untuk mengistirahatkan pupil.

4. Setelah pembedahan, lindungi mata dengan memasangpenutup mata dan pelindung

mata, menempatkan pasien pada posisi telungkup atau miring ke bagian yang tidak

sakitdan melakukan tindakan keamanan umum.

5. Pantau kemampuan pasien untuk melihat dengan jelas. Tanyakan pada pasien secar

teratur mengenai terjadinya perubahan penglihatan.

6. Pantau tekanan intraokuler secara teratur

7. Pantau kepatuhan pasien terhadap terapi dan perawatan tindak lanjut sepanjang hidup.

Penyuluhan pasien

1. Tekankan pentingnya kepatuhan yang sangat cermat terhadap terapi obat-obatan yang

diresepkan untuk mempertahankan tekanan intraokuler rendah dan mencegah

perubahan pada diskus optikus yang menyebabkan kahilangan penglihatan.

2. Jelaskan semua prosedur dan terapi, khususnya pembedahan, untuk membantu

mengurangi kecemasan pasien.

3. Informasikan pada pasien bahwa kehilangan penglihatan tidak dapat diperbaiki namun

terapi tersebut biasanya dapat mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut.

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

4. Ajarkan pada pasien mengenai tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian medis

segera, seperti perubahan penglihatan yang tiba-tiba atau nyeri pada mata.

5. Beri tahu pada anggota keluarga cara memodifikasi lingkungan agar aman bagi pasien.

Sebagai contoh, anjurkan untuk mempertahankan lorong dirumah dengan pencahayaan

yang terang dan orientasikan kembali pasien terhadap susunan ruang jika perlu.

6. Diskusikan pentingnya skrining glukoma untuk deteksi dan pencegahan dini. Tekankan

pada pasien semua orang di atas 35 tahun harus melakukan pemeriksaan tonometri

setiap tahun.

Daftar Pustaka

Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu

Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Stockslager, Jaime L . 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2.

Jakarta :EGC

Stanley M, Patricia GB.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.

Jakarta: EGC

Pudjiastuti SS, Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta:

EGC

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Maryam RS, ekasari MF, dkk .2008. Mengenal Usia Lanjut dan

Perawatannya. Jakarta: Salemba