asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan halusinasi

24
Asuhan keperawatan pada Klien dengan Gangguan Halusinasi ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HALUSINASI MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa OLEH : Ani Nurjanah (NIM: 044 143 11 003) AisaWanci (NIM : 044 143 11 003 ) Falia Dwi Mentari (NIM: 044 143 11 004) Ira Puji Sariyanti ( NIM: 044 143 11 007) Akademi Keperawatan Kebonjati Bandung

Upload: lutfi-ikbal

Post on 04-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

cccccc

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

Asuhan keperawatan pada Klien dengan Gangguan Halusinasi

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HALUSINASI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

OLEH :

Ani Nurjanah (NIM: 044 143 11 003)

AisaWanci (NIM : 044 143 11 003 )

Falia Dwi Mentari (NIM: 044 143 11 004)

Ira Puji Sariyanti ( NIM: 044 143 11 007)

Akademi Keperawatan Kebonjati

Bandung

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan

karunianyalah akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini, juga kepada orang tua kami yang

telah memberikan dorongan baik moril maupun materil serta semangat kepada penyusun.

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami mengenai asuhan keperawatan pada

pasien dengan halusinasi.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna, mengingat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masih sangat terbatas. Oleh

karena itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun semangat, agar

kedepan kami bias membuat makalah dengan lebih baik. Dan kami berharap makalah ini dapat

bermanfaat bagi kami, khususnya pembaca dan pihak yang memerlukan pada umumnya.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat serta karunianNya kepada semua pihak yang

telah turut membantu penyusunan makalah ini.

Penulis

Bandung, 17 Mei 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG

Makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ini dibuat

untuk memenuhi salah satu tugas mata Keperawatan Jiwa. Dimana dapat mengetahui tentang

asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi.

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

B.        TUJUAN

Makalah ini di harapkan dapat membantu mahasiswa untuk

1.      Mengerti dan mengetahui pengertian dari halusinasi

2.      Mengetahui asuhan keparawatan pada pasien dengan halusinasi

C.        SISTEMATIKA PENULISAN

KATA PENGANTAR

BAB I : PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

B.     Tujuan

C.     Sistematika Penulisan

BAB II : ISI

A.    Pengertian Halusinasi

B.     Klasifikasi

C.     Etiologi

D.    Tanda dan Gejala

E.     Penatalaksanaan

F.      Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi

BAB III: PENUTUP

A.    Simpulan

B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

A.      Pengertian

Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat simulus

(Yosep, 2009).

Halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory impressions or experiences”

yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau pengalaman indera. (Sundeen's, 2004).

Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang

pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional,

psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005).

Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa halusinasi merupakan bentuk kesalahan

pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan tidak disertai stimulus fisik yang

adekuat.

B.       Klasifikasi

Menurut Maramis, (1995) terdapat beberapa jenis halusinasi di antaranya:

1.      Halusinasi penglihatan ( visual, optik ) :

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

tak berbentuk ( sinar, kalipan atau pola cahaya ) atau berbentuk ( orang, binatang atau barang

lain yang dikenalnya), berwarna atau tidak

2.      Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) :

suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik

3.      Halusinasi pencium (olfaktorik) :

mencium sesuatu bau

4.      Halusinasi pengecap (gustatorik) :

merasa/mengecap sesuatu

5.      Halusinasi peraba (taktil) :

merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada ulat bergerak dibawah kulitnya

6.      Halusinasi kinestetik :

merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak (umpamanya

anggota badan bayangan atau “phantom limb”).

7.      Halusinasi viseral :

perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya

8.      Halusinasi hipnagogik :

terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja

salah

9.      Halusinasi hipnopompik : seperti no.8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun samasekali dari

tidurnya.

Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal.

10.  Halusinasi histerik : timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.

C.       Etiologi

1.      Faktor Predisposisi

Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang meenyebabkan halusinasi adalah :

a.       Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga

menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan

lebih rentan terhadap stress.

b.      Faktor Sosiokultural

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan,

kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

c.       Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami

seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik

neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.

d.      Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan

zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang

tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata

menuju alam hayal.

e.       Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung

mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan

yang sangat berpengaruh pada penyakit ini

f.       Faktor Presipitasi

Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya gangguan

halusinasi adalah :

a)      Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta

abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan

untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b)      Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk

menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c)      Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

D.      Tanda dan Gejala

Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat (1999) dikutip

oleh Syahbana (2009) perilaku klien yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut :

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

1.      Bicara, senyum, dan ketawa sendiri;

2.      Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon verbal yang lambat.;

3.      Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain;

4.      Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata;

5.      Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah;

6.      Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan berkonsentrasi dengan

pengalaman sensorinya;

7.      Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dan takut;

8.      Sulit berhubungan dengan orang lain;

9.      Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah;

10.  Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat;

11.  Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton;

E.       Penatalaksanaan

1.      Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan

ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara

individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang.

Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau

mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya

pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.

2.      Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong

pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding,

majalah dan permainan.

3.      Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang

di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati

agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.

4.      Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang

merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat

dengan pasien.

5.      Memberi aktivitas pada pasien misalnya pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan

gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat

membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

6.      Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. Keluarga pasien dan petugas lain

sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam

proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia

sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu

tidak terdengar jelas.

Sebaiknya perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam

permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga

pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak

bertentangan.

Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi

1.      Pengkajian

Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau

masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor

presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki

klien (Keliat, 2005).

Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan formulir pengkajian

dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian.

Isi pengkajian meliputi :

a.       Identitas klien

b.      Keluhan utama atau alasan masuk

c.       Faktor predisposisi

d.      Aspek fisik atau biologis

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

e.       Aspek psikososial

f.       Status mental

g.      Kebutuhan persiapan pulang

h.      Mekanisme koping

i.        Masalah psikososial dan lingkungan

j.        Pengetahuan

k.      Aspek medik

Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut :

a.       Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui observasi atau

pemeriksaan langsung oleh perawat.

b.      Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini

diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga. Data yang langsung didapat

oleh perawat disebut sebagai data primer, dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan

lain sebagai data sekunder.

Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang

dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah sebagai berikut :

a.       Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan

1)        Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi hanya memerlukan pemeliharaan

kesehatan dan memerlukan tindak lanjut secara periodik karena tidak ada masalah serta klien

telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah.

2)        Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan promosi, sebagai program

antisipasi terhadap masalah.

b.      Ada masalah dengan kemungkinan

1)        Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.

2)        Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung.

Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung merumuskan masalah

keperawatan dan masalah kolaboartif. Menurut FASID pada tahun 1983 dan INJF di tahun 1996,

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon

masalah (Keliat, 2005).

Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat. Masalah utama adalah

prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya, masalah

utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari

beberapa masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula

disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian seterusnya. Akibat adalah adalah salah

satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama.

Berikut adalah pohon masalah dengan masalah utama perubahan persepsi sensori :

halusinasi.

Gambar 2.2 Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (Keliat, 2005)

2.      Diagnosa Keperawatan

Menurut Stuart dan Laraia yang dikutip oleh Keliat (2005) diagnosa keperawatan adalah

identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik aktual maupun potensial.

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul klien dengan masalah utama perubahan persepsi

sensori : halusinasi menurut Yosep (2009) adalah sebagai berikut :

a.       Resiko tinggi perilaku kekerasan.

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

b.      Perubahan persepsi sensori halusinasi

c.       Isolasi sosial.

d.      Harga diri rendah kronis.

3.      Perencanaan

Intervensi keperawatan atau perencanaan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi

keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil pasien yang diharapkan dan

tujuan pemulangan (Doenges, 1999).

Intervensi keperawatan klien dengan masalah utama perubahan persepsi sensori halusinasi

(Komite Keperawatan RSKD. Atma Husada Mahakam Samarinda, 2009) adalah :

a.    Membina Hubungan Saling Percaya

1)      Klien

a)    Tujuan

Klien mampu membina hubungan saling percaya.

b)   Kriteria evaluasi

Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keadaannya saat ini secara verbal.

c)    Iintervensi

(1)   Salam terapeutik;

(2)   Perkenalkan diri;

(3)   Jelaskan tujuan interaksi;

(4)   Ciptakan lingkungan yang tenang;

(5)   Buat kontrak yang jelas;

(6)   Yakinkan bahwa kerahasiaan pasien senantiasa terjaga;

(7)   Tanyakan harapan terhadap pertemuan.

2)      Keluarga

a)    Tujuan

Keluarga mampu membina hubungan saling percaya.

b)   Kriteria evaluasi

Keluarga dapat mengungkapkan perasaannya dan keadaannya pasien saat ini.

c)    Intervensi

(1)   Salam terapeutik;

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

(2)   Perkenalkan diri

(3)   Jelaskan tujuan interaksi;

(4)   Ciptakan lingkungan yang tenang;

(5)   Buat kontrak yang jelas;

(6)   Tanyakan harapan terhadap pertemuan;

(7)   Tepati waktu

b.    Rencana Tindakan Keperawatan Pada Klien Halusinasi

1)      Klien

a)    Tujuan

Klien mampu : mengenali halusinasi yang dialaminya, mengontrol halusinasinya, dan mengikuti

program pengobatan secara optimal.

b)   Kriteria evaluasi

(1)     Tujuan

Klien dapat menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, perasaan dan mampu

memperagakan cara mengontrol halusinasinya.

(2)     Klien dapat menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu memperagakan cara

bercakap-cakap dengan orang lain.

(3)     Klien mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu membuat jadwal

kegiatan sehari-hari serta mampu memperagakannya.

(4)     Klien mampu menyebutkan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan mampu menyebutkan

manfaat dari program pengobatan.

c)    Intervensi

(1)   Bantu klien mengenal halusinasinya :

(a)    Isi;

(b)   Waktu terjadinya;

(c)    Frekuensi;

(d)    Situasi pencetus;

(e)     Perasaan saat terjadi halusinasi.

(2)   Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, tahapan tindakannya meliputi :

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

(a)  Jelaskan cara menghardik halusinasi;

(b)  Peragakan cara menghardik;

(c)  Minta klien memperagakan ulang;

(d)  Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku klien;

(e)  Masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari.

2) Keluarga

a)      Tujuan

Keluarga mampu merawat klien dengan halusinasi di rumah dan menjadi sistem pendukung yang

efektif bagi klien.

b)      Kriteria evaluasi

(1)   Keluarga mampu menjelaskan tentang halusinasi.

(2)   Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu memperagakan cara

merawat klien serta mampu membuat jadwal keluarga.

(3)   Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu melaksanakan follow

up rujukan.

(4)   Intervensi

(a)    Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat kllien;

(b)   Jelaskan tentang pengetahuan tentang halusinasi;

c. Rencana Tindakan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial

1)      Klien

a)    Tujuan

Klien mampu : menyadari penyebab isolasi sosial dan berinteraksi dengan orang lain.

b)   Kriteria evaluasi

(1)   Klien dapat menyebutkan : mengenal penyebab isolasi sosial, menyebutkan keuntungan dan

kerugian berinteraksi dengan orang lain, dan melakukan interaksi dengan orang lain secara

bertahap (dengan seorang perawat).

(2)   Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap (dengan 1 orang klien).

(3)   Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap (dengan 2 orang klien atau

lebih).

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

2)      Keluarga

a)      Tujuan

Keluarga mampu merawat klien dengan isolasi sosial di rumah dan menjadi sistem pendukung

yang efektif bagi klien.

b)      Kriteria evaluasi

(1)   Keluarga mampu menjelaskan tentang : pengertian isolasi sosial, tanda dan gejala isolasi sosial,

penyebab isolasi sosial, dampak isolasi sosial, cara merawat klien isolasi sosial, sikap keluarga

untuk membantu klien mengatasi isolasi sosial, pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah

putus obat, tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi klien.

(2)   Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu memperagakan cara

merawat klien serta mampu membuat jadwal keluarga

(3)   Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu memperagakan cara

merawat klien serta mampu membuat jadwal keluarga.

(4)   Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu melaksanakan follow

up rujukan.

c)      Intervensi

(1)   Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat klien;

(2)   Jelaskan tentang :

(a)    Pengertian tentangisoalsi sosial;

(b)   Tanda dan gejala isolasi sosial;

(c)    Penyebab klien isolasi sosial;

(d)   Dampak menarik diri (cara berkomunkasi, pemberian obat, dan pemberian aktifitas kepada

klien).

3)      Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau;

4)      Bermain peran cara merawat klien;

5)      Rencana tindak lanjut keluarga dan jadwal keluarga untuk merawat klien.

4.        Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam

bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan

komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling

bantu, kemampuan melakukan tehnik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistemis,

kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi

(Asmadi, 2008).

5.        Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan

pada klien (Keliat, 2005). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

sebagai pola pikir.

S, merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Dapat diukur dengan menanyakan “bagaimana perasaan Ibu setelah latihan nafas dalam?”.

O, merupakan respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan dilakukan. Atau

menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil

observasi.

A, adalah analisis ulang atas data subjektif atau objektif untuk menyimpulkan apakah

masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data kontra indikasi dengan masalah

yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.

P, merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons klien

yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut oleh perawat.

6.        Dokumentasi

Dokumentasi keperawatan merupakan aspek penting dari praktik keperawatan yaitu sebagai

segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti

bagi individu yang berwenang. Dokumentasi keperawatan juga mendeskripsikan tentang status

dan kebutuhan klien yang komprehensif, juga layanan yang diberikan untuk perawatan klien

(Potter & Perry, 2005). Dokumentasikan semua tindakan beserta respon klien (Keliat, 2005).

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

BAB III

PENUTUP

A.       Simpulan

Jadi dari beberapa pendapat dapat di simpulkan bahwa halusinasi ialah adanya rangsang

apapun pada panca indera seorang, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, atau bentuk

kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan tidak disertai stimulus

fisik yang adekuat.

B.       Saran

Akhirnya terselesaikannya makalah ini kami selaku mahasiswi menyadari dalam penyusunan

makalah ini yang membahas tentang sistem perkemihan masih jauh dari kesempurnaan baik dari

tata cara penulisan dan bahasa yang dipergunakan maupun dari segi penyajian materinya.

Untuk itu kritik dan saran dari pembimbing atau dosen yang terlibat dalam penyusunan

makalah ini yang bersifat positif dan membangun sangat kami harapkan supaya dalam penugasan

makalah yang akan datang lebih baik dan lebih sempurna.

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :EGC.

Doenges, Mrylin E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.