asuhan keperawatan hipertensi pada lansia bu endang
DESCRIPTION
hvghfhTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan
oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, karena angka prevalensinya
yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya (Slamet Suyono, 2001).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi
primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Slamet Suyono, 2001).
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10%
lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder
dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat
diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih
mendapatkan prioritas. Banyak penelitian dilakukan terhadap hipertensi primer, baik
mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya.
Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 dinyatakan sebagai
hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline
hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan jenis kelamin dan usia, sedangkan
batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh
Kaplan (1985) sebagai berikut : pria yang berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika
tekanan darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia >
45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang
mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau lebih dinyatakan hipertensi (Slamet Suyono,
2001).
Berdasarkan latar belakang di atas, dengan tinggi persentase penyakit hipertensi
pada lansia, maka kelompok kami tertarik mengangkat masalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Gerontik pada Klien Hipertensi”.
1
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui terapi farmakologis hipertensi pada lansia
2. Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi.
1.3. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.
1. TERAPI FARMAKOLOGIS
Obat-obat Antihipertensi :
1. Diuretik
2
Cara kerja : meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga volume
plasma dan cairan ekstrasel.
Untuk terapi jangka panjang pengaruh utama adalah mengurangi resistensi
perifer.
Terdapat beberapa golongan, yaitu :
a. Diuretik Tiazid dan sejenisnya (paling luas digunakan) , contoh :
- Hidroklorotiazid (HCT) – tab 25 dan 50 mg
- Klortalidonn – tab 50 mg
- Bendroflumentiazid – tab 5 mg
- Indapamid – tab 2,5 mg
- Xipamid – tab 20 mg
b. Diuretik kuat :
a. Furosemid – tab 40 mg
c. Diuretik hemat kalium :
a. Amilorid – tab 5 mg
b. Spironolakton – tab 25 dan 100 mg
Efek samping : hipotensi dan hipokalemia.
2. Penghambat Adrenergik
Efektif untuk menurunkan denyut jantung dan curah jantung, serta
menurunkan sekresi renin
Kontraindikasi bagi pasien gagal jantung kongestif
Terdiri dari golongan :
- penghambat adrenoreseptor α / α –bloker : terazosin, doxazosin,
prazosin
- penghambat adrenoreseptor β / β-bloker : propanolol, asebutolol,
atenolol, bisoprolol
- penghambat adrenoreseptor α dan β : labetalol
- adrenolitik sentral : klonidin, metildopa, reserpin, guanfasin
3. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang
akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah
Yang termasuk golongan ini adalah natrium nitroprusid, hidralazin,
doksazosin, prazosin, minoksidil, diaksozid.
3
Yang paling sering digunakan adalah natrium nitroprusid dengan efek
samping hipotensi ortostatik.
4. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Bekerja menghambat sistem renin-angiotensin, menstimulasi sintesis
prostaglandin dan juga mengurangi aktivitas saraf simpatis
Preparat yang paling banyak digunakan adalah Kaptopril, diberikan 1 jam
sebelum makan. Pada gagal ginjal dosis dikurangi (bila CCT > 1.5 mg%).
Efek samping : batuk kering , eritema, gangguan pengecap, proteinuria, gagal
ginjal dan agranulositosis.
5. Antagonis Kalsium
Mempunyai efek mengurangi tekanan darah dengan cara menyebabkan
vasodilatasi perifer yang berkaitan dengan refleks takikardi yang kurang nyata
dan retensi cairan yang kurang daripada vasodilator lainnya.
Preparat yang biasa digunakan seperti nifedipin, nikardipin, felodipin,
amilodipin, verapamil dan diltiazem.
6. Antagonis Reseptor Angiotensin II (AIIRA / ARB)
Merupakan golongan obat antihipertensi terbaru, tidak mempengaruhi
produksi Angiotensin II tetapi memblok di tempat kerja pada organ target.
Kelebihannya adalah tidak menimbulkan batuk karena tidak mempengaruhi
metabolisme bradikinin.
Proses apoptosis dan regenerasi jaringan juga tetap berlangsung karena
reseptor tidak dipengaruhi.
Prinsip pemberian obat anti hipertensi pada lansia :
Dimulai dengan 1 macam obat dengan dosis kecil (START LOW GO SLOW)
Penurunan tekanan darah sebaiknya secara perlahan, untuk penyesuaian
autoregulasi guna mempertahankan perfusi ke organ vital.
Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya sekali sehari
Antisipasi efek samping obat-obat antihipertensi
Pemantauan tekanan darah untuk evaluasi efektivitas pengobatan
Setelah tercapai target maka pemberian obat harus disesuaikan kembali untuk
maintenance (Gambar 2)
4
Pengobatan harus segera dilakukan pada hipertensi berat dan apabila terdapat
kelainan target organ. Oleh karena fungsi ginjal telah menurun dan terdapat gangguan
metabolisme obat, sebaiknya dosis awal dimulai dengan dosis yang lebih rendah. Pada
hipertensi tanpa komplikasi golongan diuretik dosis rendah (HCT 12,5 – 25 mg atau
setara) yang dikombinasi dengan diuretik hemat kalium dapat diberi sebagai
pengobatan awal. Obat anti hipertensi lain dapat diberikan atas indikasi spesifik.
Pada pasien dengan payah jantung, obat penghambat ACE dan diuretik
merupakan obat pilihan pertama. Tetapi pada pemberian diuretika sering menimbulkan
efek hipokalemia dan hiponatremia karena kedua mineral tadi ikut terbuang bersama
urine.
Pada pasien pascainfark miokard, pemakaian penyebat β yang kardioselektif
dianjurkan. Akan tetapi pada umumnya pemakaian penyekat β tidak begitu disukai oleh
karena menimbulkan perburukan penyakit vaskuler perifer dan bronkospastik.
Penghambat α merupakan pilihan pada pasien dengan dislipidemia dan hipertrofi
prostat, akan tetapi harus hati-hati terhadap efek hipotensi ortostatik, karena hal ini
dapat menyebabkan lansia jatuh bahkan sampai mengalami komplikasi fraktur.
Antagonis kalsium jangka panjang cukup efektif, terutama karena mempunyai
efek natriuretik dan dianjurkan pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Pada
pasien dengan diabetes dan proteinuria diindikasikan pemakaian obat penghambat
ACE.
Obat simpatolitik sentral seperti metildopa, klonidin dan guanfasin walaupun
efektif, pemakaiannya kurang dianjurkan pada usia lanjut karena efek samping sedasi,
mulut kering dan hipotensi ortostatik. Dan obat-obat yang mempunyai pengaruh pada
susunan saraf pusat, α dan ß bloker dapat mengakibatkan depresi serta penurunan
kesadaran/fungsi kognitif.
Pemberian antihipertensi pada lansia harus hati-hati karena pada lansia terdapat :
Penurunan refleks baroreseptor sehingga meningkatkan risiko hipotensi ortostatik.
Gangguan autoregulasi otak sehingga iskemia serebral mudah terjadi dengan hanya
sedikit penurunan tekanan darah sistemik.
Penurunan fungsi ginjal dan hati sehingga terjadi akumulasi obat.
Pengurangan volume intravaskular sehingga sensitif terhadap deplesi cairan.
Sensitivitas terhadap hipokalemi sehingga mudah terjadi aritmia dan kelemahan otot.
5
Pemberian obat juga harus dipikirkan mengenai penyakit komorbid yang ada pada
lansia itu. Jangan sampai obat antihipertensif yang kita beri mempunyai efek
samping yang dapat memperberat gejala penyakit komorbid.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka sebaiknya obat-obat yang dapat menyebabkan
hipotensi ortostatik, yaitu guanetidin, guanadrel, alfa bloker dan labetolol sebaiknya
dihindarkan atau diberikan dengan hati-hati, tekanan darah diturunkan perlahan-lahan
dengan cara memberi dosis awal yang lebih rendah dan peningkatan dosis yang lebih
kecil dengan interval yang lebih panjang dari biasanya pada penderita yang lebih muda,
dan pilihan antihipertensi harus secara individual, berdasarkan pada kondisi penyerta.
Tahap-tahap yang perlu diperhatikan agar terapi hipertensi dapat berhasil adalah :
1. Diagnosis yang tepat dan sedini mungkin (pengukuran beberapa kali dan kalau
perlu lebih dari 1 kali kunjungan)
2. Pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan akan bahaya hipertensi
dan makna serta manfaat bila tekanan darah dapat dinormalkan.
3. Menyampaikan data yang akurat dari studi klinik pada tenaga kesehatan maupun
masyarakat, khususnya mengenai manfaat penurunan/terapi hipertensi.
4. Meningkatkan kepatuhan berobat atau control pasien.
5. Memotivasi para tenaga kesehatan untuk berusahamenurunkan tekanan darah
pasien hipertensi.
Menggunakan obat antihipertensi yang dapat ditoleransi dengan baik dan yang dapat dimakan sekali
sehari.
6
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA
Contoh Kasus
Ny A usia 78 tahun datang ke RSUD Jombang dengan keluhan sering merasa pusing,
pusing dirasakan saat beraktivitas dan berkurang jika istirahat. Ny.A mengatakan juga
mengalami nyeri kepala yang terasa berdenyut dan badannya lemas. Kadang Ny.A merasakan
ada yang kaku di lehernya. Pasien mengatakan pandangan kabur saat jalan, kepala seperti
berputar-putar dan terkadang seperti akan jatuh sehingga sangat berhati-hati saat akan
berjalan. Saat pengkajian didapatkan Tekanan Darah 160/100 mmHg, Nadi 96x/menit, Suhu
36,80C, RR 22x/menit dan Skala Nyeri 3. Pasien tampak memegangi kepalanya yang sakit
dan tampak lemah. Dokter mendiagnosa pasien mengalami hipertensi. Dari keterangan, anak
pasien mengatakan bahwa Ny.A sudah mengalami hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.
Keluarga mengatakan Ny.A tidak bisa menjaga pola makannya dan tetap saja masih sering
mengkonsumsi makanan yang mengandung garam dan berlemak.
I. PENGKAJIAN
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas/Data Biografis Pasien
a. Nama : Ny. A
b. Umur : 78 tahun
c. Pendidikan terakhir : SD
d. Agama : Islam
e. Status perkawinan : Sudah menikah
f. Alamat : Megaluh Jombang
g. Jenis kelamin : Perempuan
h. Orang yang paling dekat dihubungi : Ny. S
i. Hubungan dengan usila : Anak
j. Alamat : Kepanjen Jombang
k. Jenis kelamin keluarga : Perempuan
2. Riwayat Keluarga
a. Pasangan
1) Nama : Tn. A
7
2) Umur : 80 tahun
3) Pekerjaan : Pengangguran
4) Alamat : Megaluh Jombang
5) Hidup/mati : Hidup
6) Kesehatan : Mempunyai penyakit hipertensi dan saluran pernafasan
b. Anak
1) Nama : Ny. S
2) Umur : 40 tahun
3) Pekerjaan : Petani
4) Alamat : Megaluh Jombang
5) Hidup/mati : Hidup
a. Riwayat Kematian dalam Keluarga (1 tahun terakhir)
Dalam 1 tahun terakhir tidak ada keluarga yang meniggal.
b. Kunjungan Keluarga
Setiap lebaran (idul fitri) keluarga besar Ny.A selalu berkumpul di rumah Ny. A.
3. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengatakan saat masih muda bekerja sebagai petani dengan suami,
sekarang ini pasien hanya tinggal dirumah tidak bekerja seperti sebelumnya
dikarenakan kondisi fisiknya yang semakin melemah serta faktor usia yang semakin
tua.
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Pasien tinggal di daerah yang berdekatan dengan sawah, kondisi rumah cukup
bersih, ada ventilasi, ada jendela, kamar pasien cukup bersih, kamar mandi dan WC
tertutup, dan ada tempat pembuangan sampah.
5. Riwayat Rekreasi
Pasien mengatakan bahwa dirinya jarang pergi untuk rekreasi. Waktunya hanya
dihabiskan dirumah untuk berkumpul dengan suami serta anak dan cucunya.
6. Sumber / Sistem Pendukung yang digunakan
Pasien mengatakan jika dirinya sakit biasanya pergi ke mantri karena merupakan
salah satu pelayanan kesehatan yang terdekat dengan rumahnya.
7. Kebiasaan Ritual
Pasien mengatakan sholat 5 waktu, terkadang ikut puasa di bulan Ramadhan
dengan penuh, klien juga ikut pengajian setiap minggunya jika kondisinya sehat.
8. Status Kesehatan Saat Ini
8
a. Keluhan utama
Ny. A mengeluh pusing.
b. Gejala yang dirasakan
Pasien mengatakan merasa pusing pada kepala bagian belakang. nyeri terasa
seperti berdenyut-denyut dan menunjukan skala nyeri 3. Pasien sering memegang
kepalanya yang sakit dan tampak lemah. Pandangan kabur saat jalan, kepala seperti
berputar-putar dan terkadang seperti akan jatuh sehingga klien sangat berhati-hati
saat akan berjalan.
c. Faktor pencetus
Ny. A mengatakan mungkin penyebabnya karena kelelahan.
d. Timbulnya keluhan
Ny. A mengatakan pusing dirasakan setiap hari saat beraktivitas dan badannya
lemas.
e. Waktu timbulnya keluhan
Ny. A mengatakan pusing timbul sewaktu-waktu
f. Upaya mengatasi
Ny. A mengatakan biasanya kalau hipertensinya kambuh dibuat untuk beristirahat,
jika keluhan belum teratasi, Ny. A pergi ke mantri.
9. Status Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah di derita
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah menderita hipertensi sejak 2
tahun yang lalu.
b. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi
c. Riwayat di rawat di RS
Pasien sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit dan hanya periksa ke mantri
saja.
d. Riwayat pemakaian obat
Pasien mengatakan tidak mengonsumsi obat obatan tertentu.
10. Genogram
B. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi
9
Pasien mengatakan sehari makan 3 kali, makan hanya habis ½ porsi dengan nasi, lauk
pauk dan terkadang tanpa sayuran. Pasien juga sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung garam dan berlemak.
2. Eliminasi
a) BAK
Klien mengatakan biasanya BAK 6x/hari dengan warna putih bening, bau khas.
b) BAB
Klien BAB 2 hari sekali dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan
bau khas. Biasanya klien BAB di pagi hari. Klien tidak mempunyai keluhan
mengenai BAB ataupun BAK.
3. Personal Hygiene
a. Mandi
Ny. A mengatakan mandi sehari 2x dengan menggunakan sabun.
b. Oral Hygiene
Ny. A tidak menggosok gigi karena Ny. A sudah tidak mempunyai gigi.
c. Cuci Rambut
Ny. A biasanya Ny. A membersihkan rambutnya dengan shampo 2 hari sekali.
d. Kuku dan Tangan
Ny. A mengatakan memotong kukunya setiap hari Jumat, Ny. A juga sering
mencuci tangannya dengan sabun.
e. Istirahat dan Tidur
Ny. A mengatakan tidurnya tidak bisa nyenyak karena Ny. A sering terbangun di
tengah malam, merasa kepalanya pusing dan sulit untuk bisa tidur lagi. Keluarga
Ny. A (anak klien) mengatakan Ny. A sering nglindur saat tidur. Ny. A
mengatakan biasa menonton TV sebelum tidur dan biasanya Ny. A tidur malam
jam 21.00-02.00 dan tidur siang jam 13.10-15.30.
f. Kebiasaan Mengisi Waktu Luang
Ny. A suka jalan-jalan ke pasar di pagi hari. Biasanya Ny. A menggunakan waktu
luangnya untuk nonton TV, memasak ataupun berkebun.
g. Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Ny. A tidak pernah melakukan kebiasaan yang dapat menurunkan kesehatannya
seperti merokok, minum-minuman keras, Ny. A juga tidak ada ketergantungan
terhadap obat-obatan.
10
11. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
- Penampilan : Klien tampak lemah
- Kesadaran : Kualitas : Composmentis, Kuantitas : GCS 4,5,6
b. Tanda-tanda Vital, TB dan BB
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 37°C
- RR : 20 x/menit
- Berat Badan : 40 kg
- Tinggi Badan : 150 cm
c. Pemeriksaan Per Sistem
1) Sistem Pernapasan
Hidung
Inspeksi : tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab
Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : simetris kanan kiri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid
Faring
Inspeksi : tidak ada odem
Area dada
Inspeksi : pergerakan dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, irama reguler
2) Sistem Kardiovaskuler
Wajah
11
Inspeksi : konjungtiva pucat, sklera putih
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : dada terlihat simetris
Palpasi : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis midklavikula
sinistra)
Perkusi : redup
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2 tunggal), irama regular
3) Sistem Persyarafan
Pemeriksaan nervus
Nervus I olfaktorius (pembau)
Pasien bisa membedakan aroma saat diberi kopi
Nervus II opticus (penglihatan)
Pasien tidak bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
Nervus III oculomotorius
Tidak oedem pada kelopak mata
Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil
Nervus V trigeminus
Pasien bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan
Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
Nervus VII facialis
Pasien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah
simetris
Nervus VIII auditorius/akustikus
Pasien tidak bisa mendengar nada yang rendah seperti bisikan dari dokter dan
perawat
Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan pasien baik dan dapat membedakan rasa pahit
Nervus X vagus
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut
12
Nervus XI aksesorius
Pasien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan
tahanan
Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, pasien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya
ke segala arah
4) Sistem Perkemihan dan Eliminasi Uri
Genetalia eksterna
Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi maupun varises
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Kandung kemih
Inspeksi : tidak ada benjolan, dan pembesaran
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ginjal :
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5) Sistem Pencernaan – Eliminasi Alvi
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, kondisi gigi kurang bersih, tidak ada
stomatitis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut
Lidah
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada odem.
Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada acites,
tidak ada luka bekas operasi.
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar
13
6) Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
Kulit : turgor kulit menurun, CRT < 2 detik, kulit bersih, kering, keriput,
bersisik.
5 5
Kekuatan otot
4 4
Ekstremitas Atas
Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
Auskultasi : tidak ada krepitasi
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : tidak ada varises, tidak ada oedem, tidak ada clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
Auskultasi : tidak ada krepitasi
7) Sistem Endokrin
Kepala
Inspeksi : rambut sedikit rontok, tidak alophesia (botak)
Palpasi : tidak ada benjolan
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada nyeri tekan.
8) Sistem Reproduksi
Genetalia
Inspeksi : tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak ada tanda -
tanda infeksi
Palpasi : tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan
9) Sistem Persepsi Sensori
Mata
14
Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam, lensa jernih,
sklera putih, konjungtivapucat, tidak ada sekret, tidak ada oedem
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada pembesaran conchae, tidak ada polip , distribusi
rambut rata, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada pembengkakan, tidak ada fraktur , dan tidak ada nyeri
tekan
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada
stomatitis, tidak ada undulasi
Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada oedem, tidak ada serumen
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
12. Lingkungan tempat tinggal
a. Kebersihan dan kerapian ruangan
Keadaan rumah Ny. A bersih dan rapi, Ny. A mengatakan setiap hari mebersihkan
dan merapikan rumahnya sendiri.
b. Penerangan dan sirkulasi udara
Pencahayaan dan sirkulasi di rumah Ny. A cukup, dilihat dari rumah Ny. A yang
memiliki jendela dan ventilasi di setip ruangan.
c. Keadaan kamar mandi dan WC
Rumah Ny. A memiliki kamar mandi beralaskan keramik, lantainya licin karena
sering basah, WC berbentuk leher angsa dan terlihat bersih.
d. Pembuangan air kotor
Rumah Ny. A memiliki pembuangan air kotor (got)
e. Sumber air minum
Ny. A menggunakan air minum dari sumur bor dengan sanyo.
f. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah ada di belakang rumah , di bakar 2 minggu sekali.
g. Sumber pencemaran
Asap dari dapur (Ny. A masih menggunakan tungku untuk memasak)
15
h. Privasi
Privasi cukup baik, kamar mandi Ny. A tertutup kamar tidur Ny. A memiliki
cendela dan pintu yang mudah di tutup.
i. Resiko injury
Keadaan kamar andi licin, tidak ada tangga di rumah Ny. A.
13. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif, Psikologis dan Sosial
a. Pengkajian Status Fungsional
B
16
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian,ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, berpindah, dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi, tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G
Berdasarkan data, maka Ny. A memperoleh skor A. Maka lansia tsb mempunyai
kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.
b. Pengkajian Status Kognitif dan Afektif
Short Portable Mentol Status Questionnaire (SPMSQ)
Skor No. Pertanyaan Jawaban
+ -
Tanggal berapa hari ini? 19 Februari 2014
+ Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal,
tahun)
Sabtu
+ Apa nama tempat ini? Jatimulya
Berapa nomor telpon Anda? -
Dimana alamat Anda? (tanyakan hanya
bila klien tidak mempunyai telepon)
+ Berapa umur Anda? 80 tahun
Kapan Anda lahir? 1935
Siapa presiden Indonesia sekarang? Susilo Bambang
Yudhoyono
Siapa presiden sebelumnya? Megawati
Soekarno Putri
Siapa nama kecil ibu Anda? Siti Saniyah
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan
3 dari setiap angka baru, semua secara
menurun
17, 14, 11, 8, 5,
2
Jumlah kesalahan total 7
17
Penilaian SPMSQ
- Kesalahan 5 - 7 : fungsi intelektual sedang
- Berdasarkan data, maka Ny. A memperoleh kesalahan 6. Maka lansia tsb
mempunyai fungsi intelektual sedang.
c. Pengkajian Status Psikologis
Skala Depresi Yessavage
Skala Depresi geriatrik Yesavage, bentuk singkat
1. Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda? ya)
2. Sudahkah Anda mengeluarkan aktifitas dan minat Anda? (tidak)
3. Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong? tidak)
4. Apakah Anda sering bosan? tidak)
5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu? ya)
6. Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi pada Anda? tidak)
7. Apakah Anda merasa bahagia di setiap waktu? ya)
8. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, daripada
pergi dan melakukan sesuatu yang baru? (ya)
9. Apakah Anda merasa bahwa Anda mempunyai lebih banyak masalah
dengan ingatan Anda daripada yang lainnya? (tidak)
10. Apakah Anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini? ya)
11. Apakah Anda merasa saya sangat tidak berguna dengan keadaan Anda
sekarang? (tidak)
12. Apakah Anda merasa penuh berenergi? (ya)
13. Apakah Anda berfikir bahwa situasi Anda tak ada harapan? tidak)
14. Apakah Anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada
Anda? (ya)
Analisa hasil :
- Jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1. (nilai poin 1 untuk setiap
respons yang cocok dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan).
- Nilai 5 atau lebih dapat menandakan depresi.
- Berdasarkan data, maka Ny. A memperoleh nilai 3. Maka lansia tsb tidak
mengalami depresi.
d. Pengkajian Status Sosial
18
APGAR keluarga
No. Fungsi Uraian Skore
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
1
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
2
Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
2
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap
emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai
1
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama-sama
2
Analisa hasil :
- Skor : 8-10 : fungsi sosial normal
- Skor : 5-7 : fungsi sosial cukup
- Skor : 0-4 : fungsi sosial kurang/suka menyendiri
- Berdasarkan data, maka Ny. A memperoleh nilai 8. Maka lansia tsb mempunyai
fungsi sosial normal.
19
ANALISA DATA
No. Symptom Etiologi Problem
1. DS: klien
mengeluh sakit kepala
sakit kepalanya berdenyut-denyut
Klien mengatakan tearasa kaku di kuduknya
Klien mengatakan sakit kepaalanya dating sewaktu-waktu
Klien mengeluh penglihatannya kabur
DO: Klien tampak
sering memegangi kepalanya
Lien tampak lemah
Skala nyeri 5 (0-10) sedang.
TTVTD: 160/90 mmHgN: 87 x/menitS : 36,7 oCRR: 20 x/menitBB: 45 kg
Arteri besar kehilangan
kelenterun dan menjadi kaku
Pembuluh darah tidak dapat
mengembang
Vasokonstriksi pembuluh darah
TD meningkat
Peningkatan tekanan vaskuler
serebral
Nyeri
Gangguan rasa nyaman : Nyeri
2. DS : Elastisitas Penurunan curah jantung
20
- Klien mengeluh pusing dan merasa tegang pada punggung dan leher
DO : - TD : 180/110
mmhg- Nadi :
60x/mnt- P : 28x/mnt- Udema pada
ke dua kaki
pembuluh darah menghilang, katup jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa
darah menurun
Kontraksi jantung menurun
Volume darah keseluruh tubuh
menurun
Penurunan curah jantung
3. DS : - Klien
mengatakan cepat lelah saat beraktifitas
DO: - Klien
telihat lemah
- Enggan untuk bergerak
Suplai darah kejantung menurun
Gangguan suplai darah keseluruh
tubuh
Sel-sel darah dalam tubuh berkurang
Suplai O2 berkurang
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
21
4. DS:- Klien
mengatakan sering merasa pusing dan penglihatan kabur.
DO:- Klien
berjalan
perlahan-
lahan dan
nampak
berhati-
hati.
Peningkatan TD
Tekanan intravaskuler meningkat
Tekanan pembuluh darah otak meningkat
TIO meningkat
Gangguan penglihatan
Defisit lapang pandang
Resiko cedera
Resiko cedera
22
INTERVENSI
NOC NIC
OUTCOME INDIKATOR INTERVENSI AKTIVITAS
Level Nyeri
(2102)
Def :
Kekuatan
dari nyeri
yang diamati
atau
dilaporkan.
Laporan
nyeri : 5
Lamanya
nyeri: 5
Kurang
Istirahat : 5
Manajemen
Nyeri
Def :
Mengurangi
nyeri atau
menurunkan
nyeri ke level
kenyamanan
yang diterima
oleh pasien.
1. Lakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, kekuatan
nyeri dan faktor
presipitasi..
2. Ajarkan teknik
penggunaan non
farmakologi
(mis., relaksasi,
distraksi)
3. Memberikan
penkes
bagaimana cara
mengontrol nyeri
4. Anjurkan klien
melaporkan
apabila skala
nyeri bertambah
5. Berikan obat
sesuai indikasi
23
Dx 2
Fluid
overload
severity
(0603)
Def:
Severity of
excess fluids
in the
intracellular
and
extracellular
compartment
s
- Lethargy :
5
- Headache :
4
- Increased
blood
pressure :
4
- Weight
gain : 4
- Decreased
urine
output : 4
Pengaturan
hemodinamik
Def:
Optimalisasi
dari denyut nadi,
beban awal,
beban akhir, dan
kontraktilitas
1. Kenali perubahan
tekanan darah
2. Auskultasi suara
paru adanya suara
krakles atau suara
tambahan lain
3. Auskultasi bunyi
jantung
4. Monitor dan
dokumentasi
denyut jantung
irama dan nadi
5. Pantau EKG, catat
atau perhatikan
kecepatan atau
irama jantung dan
adanya disritmia
6. Sarankan untuk
tirah baring, batasi
aktivitas yang
tidak perlu
Fatigue level - Headaches Manajemen 1. Tentukan
24
(0007)
Def :
Severity of
observed or
reported
prolonged
generaluzed
fatigue
: 4
- Activities
of daily
living : 4
- Balance of
activities
and rest : 5
Energi
Def :
Mengatur
penggunaan
energi untuk
mengobati atau
mencegah
kelelahan dan
mengoptimalkan
fungsi.
keterbatasan fisik pasien
2. Memantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang memadai
3. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara-cara untuk meningkatkan asupan makanan berenergi tinggi
4. Pola tidur. Monitor / catatan pasien dan jumlah jam tidur
5. Memantau lokasi dan sifat ketidaknyamanan atau nyeri selama gerakan / aktivitas
6. Membantu pasien untuk menjadwalkan waktu istirahat
Dx 2
Risk control
(1902)
- Acknowle
dges risk
factors : 5
- Monitors
Pencegahan
Kecelakaan /
Jatuh (6470)
1. Identifikasi
kognitif atau
kelemahan
2. Gunakan tempat
25
Def :
Personal
actions to
prevent
eliminate or
reduce
modifiable
health
threats.
environme
ntal risk
factors : 5
- Develops
effective
risk
control
strategies :
5
- Adjusts
risk
control
strategies :
5
- Monitors
health
status
changes : 5
Def:
Tindakan
pencegahan
khusus dengan
pasien yang
berisiko untuk
jatuh.
tidur dengan posisi
rendah
3. Sediakan alat
pemanggil(bel,
lampu pemanggil)
ketika pemberi
layanan kesehatan
tidak ada
4. Hindari barang-
barang yang
berserakan di
lantai
5. Edukasi keluarga
tentang faktor
resiko
6. Tetap siaga dengan
tanda-tanda injury
dan faktor resiko
7. Kolaborasi dengan
tim kesehatan
tentang efek
samping obat yang
bisa
mengakibatkan
jatuh (misal
hipotensi,
ortostalik)
IMPLEMENTASI
No
.
Diagnosa/
Masalah
Tgl/jam Tindakan Paraf
26
kolaboratif
1. Nyeri Akut 28 Mei 2001 /
08.30 WIB
1. Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, kekuatan
nyeri dan faktor
presipitasi..
2. Mengajarkan teknik
penggunaan non
farmakologi (mis.,
relaksasi, distraksi)
3. Memberikan penkes
bagaimana cara
mengontrol nyeri
4. Menganjurkan klien
melaporkan apabila
skala nyeri bertambah
5. Memberikan obat
sesuai indikasi
2. Penurunan curah jantung
1. Kenali perubahan
tekanan darah
2. Auskultasi suara paru
adanya suara krakles
atau suara tambahan
lain
3. Auskultasi bunyi
jantung
4. Monitor dan
dokumentasi denyut
jantung irama dan nadi
5. Pantau EKG, catat atau
27
perhatikan kecepatan
atau irama jantung dan
adanya disritmia\
6. Sarankan untuk tirah
baring, batasi aktivitas
yang tidak perlu
3. Intoleransi aktivitas
1. Tentukan keterbatasan fisik pasien
2. Memantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang memadai
3. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara-cara untuk meningkatkan asupan makanan berenergi tinggi
4. Pola tidur. Monitor / catatan pasien dan jumlah jam tidur
5. Memantau lokasi dan sifat ketidaknyamanan atau nyeri selama gerakan / aktivitas
6. Membantu pasien untuk menjadwalkan waktu istirahat
4. Resiko cedera
1. Identifikasi kognitif
atau kelemahan
2. Gunakan tempat tidur
28
dengan posisi rendah
3. Sediakan alat
pemanggil(bel, lampu
pemanggil) ketika
pemberi layanan
kesehatan tidak ada
4. Hindari barang-barang
yang berserakan di
lantai
5. Edukasi keluarga
tentang faktor resiko
6. Tetap siaga dengan
tanda-tanda injury dan
faktor resiko
Kolaborasi dengan tim
kesehatan tentang efek
samping obat yang bisa
mengakibatkan jatuh
(misal hipotensi,
ortostalik)
EVALUASI
No. Diagnosa/
Masalah
kolaboratif
Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf
1. Nyeri Akut 28 Mei 2001 /
09.30 WIB
S : Pasien mengatakan
pusingnya mulai
berkurang
O : Tanda- tanda Vital
29
S : 37 0C
N : 88 x/menit
TD : 150/100 mmHg
Skala nyeri : 2
A : Nyeri akut teratasi
sebagian
P : Rencana tindakan
keperawatan 1
sampai 5
dilanjutkan
2. Penurunan
curah
jantung
S : Pasien mengatakan
pusingnya mulai
berkurang
O : Tanda- tanda Vital
S : 37 0C
N : 88 x/menit
TD : 150/100 mmHg
Skala nyeri : 2
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Rencana tindakan
keperawatan 1 sampai
6 dilanjutkan
3. Intoleransi aktivitas
S : Pasien mengatakan
masih merasa lemah
O : - klien tampak lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Rencana tindakan
keperawatan 1 sampai
6 dilanjutkan
4. Resiko
cedera
S : Klien mengatakan
pusing sudah mulai
berkurang dan
pandangannya juga
30
sudah mulai jelas
kembali
O : Klien berjalan perlahan-
lahan dan nampak masih
berhati-hati.
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Rencana tindakan
keperawatan 1 sampai 7
dilanjutkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan meningkatnya populasi lanjut usia di Indonesia, kejadian hipertensi
pada populasi ini meningkat pula. Meningkatnya tekanan darah sudah terbukti
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada usia lanjut. Salah satu karakteristik
hipertensi pada usia lanjut adalah terdapatnya berbagai penyakit penyerta (komorbid)
31
dan komplikasi organ target, seperti kejadian penyakit kardiovaskuler, ginjal,
gangguan pada sistem saraf pusat dan mata. Dengan menurunkan tekanan darah
sampai target 140/90 mmHg dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
Selain diagnosis yang sangat teliti, tatalaksana hipertensi pada usia lanjut harus
juga memperhatikan kedua hal tersebut di atas. Penatalaksanaan hipertensi pada lansia
tidak berbeda dengan penatalaksanaan hipertensi pada umumnya, yaitu merubah pola
hidup dan pengobatan anti hipertensi. Dan saat ini berbagai pilihan obat-obat anti
hipertensi telah beredar di pasaran. Pemakaian berbagai obat tersebut bisa disesuaikan
dengan penyakit komorbid yang menyertai keadaan hipertensi tersebut.
3.2 Saran
Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan hipertensi :
1. Klien diberi support untuk mempercepat penyembuhan
2. Memberikan perawatan dan perhatian kepada klien dalam proses perawatan
3. Klien diberi pengertian tentang penyakit yang dialaminya.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Chobanian A . 2003. JNC VII Report 18th Annual Scientific Meeting
and Exposotion of American Society of Hypertension. New York,
USA.
2. Martono, H. (2004). Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut,
Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi Ke-3. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI.
3. Geratosima, Salma 2004. Buku Ajar GERIATRI (ilmu kesehatan usia
lanjut) edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Ganiswarna S., et al. 1995. Farmakologi & Terapi Edisi 4. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
5. Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.
Jakarta : EGC.
34