asuhan keperawatan gangguan pemenuhan …elib.stikesmuhgombong.ac.id/103/1/devi rahayu agustin...

50
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN PERLINDUNGAN: HIPOTERMI PADA BAYI NY. I DI RUANG PERISTI RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komperhensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan DisusunOleh: DEVI RAHAYU AGUSTIN A01301735 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2016

Upload: vuongthuan

Post on 20-Mar-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

RASA AMAN DAN PERLINDUNGAN: HIPOTERMI PADA BAYI NY. I

DI RUANG PERISTI RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komperhensif

Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

DisusunOleh:

DEVI RAHAYU AGUSTIN

A01301735

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2016

iv

Program Studi Diploma III Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Karya Tulis Ilmiah, 31 Juli 2016

Devi Rahayu Agustin, Isma Yuniar, M. Kep

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN

DAN PERLINDUNGAN: HIPOTERMI PADA BAYI NY. I DI RUANG PERISTIR

RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar Belakang. Hipotermi di negara berkembang merupakan penyebab kematian bayi baru lahir

dan umum terjadi terutama pada BBLR yang belum mampu beradaptasi terhadap lingkungan baru

dengan suhu lebih rendah dari rahim ibu (Sudarti, Fauziah, 2013)

Tujuan. Karya tulis ilmiah ini bertujuan agar mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan dan

memberikan tindakan pada bayi Ny. I dengan diagnosa gangguan rasa aman dan perlindungan:

hipotermi.

Asuhan Keperawatan. Pada 30 Mei 2016 didapatkan data klien belum pintar menghisap, kulit

dingin, jaringan lemak subkutan tipis. Pemeriksaan didapatkan nadi 130x/ menit, suhu 35,5ºC, dan

pernapasan 42x/ menit, laboratorium GDS adalah L49 mg/ dL, berat badan 1620 gram, diagnosa

hipotermi berhubungan dengan stratum korneum imatur. Implementasi yang dilakukan

menimbang berat badan, memberikan ASI 20cc, memonitor suhu inkubator, memonitor tanda

vital, memonitor kulit, mengambil sample darah. Hasil implementasi selama 3 hari hipotermi

dapat teratasi dengan memasukkan klien ke inkubator. Dibuktikan dengan suhu 36,4ºC, nadi 142x/

menit, pernapasan 42x/ menit, kadar glukosa L49 mg/ dL, jaringan lemak subkutan tipis, berat

badan 1570 gram.

Kesimpulan. Inkubator merupakan alat yang efisien untuk dapat menstabilkan suhu tubuh klien

agar terhindar dari hipotermi. Bayi yang dimasukan inkubator berbasis LAN suhunya meningkat

hingga 36,4ºC serta kelembaban meningkat 30-80%.

Kata kunci: asuhan keperawatan, hipotermi, inkubator

v

Nursing Diploma III Study Program

College of Health Sciences Muhammadiyah Gombong

Scientific Paper, Juli 31th

2016

Devi Rahayu Agustin, Isma Yuniar. M. Kep

ABSTRACT

NURSING CARE MEETING DISRUPTION THE NEEDS OF SECURITY AND

PROTECTION: HYPOTHERMIA IN INFANT NY. I IN PERISTI ROOM

dr. SOEDIRMAN HOSPITAL KEBUMEN

Background. In infant with low weight birth requiring complex treatment. Hypothermia in

developing countries is a cause of newborn deaths and is common especially in low weight birth

who hasn’t beable to adapt to a new environment with a low temperature than the mother’s womb

lenih (Sudarti, Fauziah, 2013).

Aim. This paper aims to allow students to arrange nursing care and provide measures in infants

disorders diagnoses of security and protection: Hypothermia.

Nursing Care. On May 30 2016 show the client has not been good at sucking, cold skin,

subcutaneous fat thin. After inspection obtained pulse 130x/ minute, temperature 35,5ºC,

respiration 42x/ minute, laboratory L49, loss weight, diagnosis of hypothermia associated with an

immature stratum corneum. Monitor the patient’s vital sign, monitor color of the skin, increase

fluid and nutrition, and place in the incubator. Implementation is weigh, provide breast milk 20cc,

monitor temperature of the incubator, vital signs, skin, take blood samples. Results of the

conclusions drawn during the three days of hypothermia can be resolved by entering the client to

incubator. Evidenced by temperature 36,4ºC, pulse 142x/ minute, respiration 42x/ minute, glucose

l49 mg/ dL, fat subcutaneous thin, weight 1570 gr.

Evaluation.Incubator is an efficient tool to be able to stabilize the body temperature clients to

avoid hypothermia. Baby that is fed into the LAN-based incubator temperature is increased up to

36,4ºC and increased humidity up to 30-80%.

Keywords: incubator, hypothermia, nursing care

1. University Student Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Science Instituse Of

Gombong

2. Lecsturer Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Science Instituse Of Gombong

vi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan ujian akhir program dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN

PERLINDUNGAN: HIPOTERMI PADA BAYI NY. I DI RUANG PERISTI

RSUD dr. SOEDIRMAN KEBUMEN”

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Gombong.

Selesainya laporan ini tidak lain berkat bantuan, bimbingan, dan

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Madkhan Anis, S. Kep. Ns. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Gombong

2. Sawiji Amani, S. Kep. Ns. M, Sc. Selaku Ketua Prodi Diploma III

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

3. Isma Yuniar, M, Kep. selaku Pembimbing Akademik Karya Tulis Ilmiah

4. Ernawati, M, Kep. Selaku Penguji Karya Tulis Ilmiah.

5. Segenap Staf, Dosen, dan Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Gombong

6. Samad sebagai ayah yang selalu mendukung dan memberi support baik fisik

maupun rohani

7. Tukinah sebagai Ibu yang selalu memberikan dukungan dan support dalam

segala hal

8. Nugraheni Agustiana sebagai adik yang selalu memberi semangat dan

memberi dukungan

9. Teman-teman yang berjuang bersama dan memberikan masukan serta saran

bagi penulis

vii

10. Seseorang yang namanya telah disebutkan di lauhulmahfudz insyallah kita

akan segera dipertemukan

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

terselesaikannya laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ujian akhir program ini

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan kedepannya.

Gombong, 21 Juni 2016

Devi Rahayu Agustin

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 3.3

Tabel 3.4

Tabel 3.5

Tabel 3.6

Rekomendasi Suhu Inkubator Sesuai Usia....…………...

Penilaian Status Gizi Berdasarkan Berat Badan………...

Rujukan BBu untuk Anak Perempuan Usia 0-6 bulan

Menurut WHO – NCHS………………………………...

Input Cairan……………………………………………..

Output Cairan……………………………………………

Input Cairan……………………………………………..

Output Cairan……………………………………………

Input Cairan……………………………………………..

Output Cairan……………………………………………

16

21

21

22

22

23

23

23

24

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………….

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING………………………

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI…………………………..…

ABSTRAK………………………………………………………….

KATA PENGANTAR……………………………………………...

DAFTAR TABEL…………………………………………………...

DAFTAR ISI………………………………..……………………….

i

ii

iii

iv

vi

viii

ix

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

PENDAHULUAN……………………………………..

A. Latar Belakang……………………………………

B. Tujuan……………………………………………..

C. Manfaat………………………………………........

TINJAUAN PUSTAKA………………………………

A. Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan………

B. Berat Badan Lahir Rendah………………………..

C. Hipotermi……………………………………….....

D. Inkubator…………………………………………..

RESUME KEPERAWATAN…………………………

A. Pengkajian…………………………………….......

B. Analisa Data………………………………………

C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi…………..

PEMBAHASAN………………………………………

A. Asuhan Keperawatan……………………………...

1. Hipotermi Berhubungan dengan Stratum

Korneum Imatur………………………………

2. Pola Makan Bayi Tidak Efektif Berhubungan

dengan Keterlambatan Neurologis……………

3. Resiko Infeksi Berhubungan dengan Prosedur

Invasif dan Imaturitas Organ………………….

1

1

6

6

8

8

9

12

15

19

19

27

28

37

37

37

40

41

x

BAB V

B. Analisa Tindakan..………………………………...

PENUTUP…………………………………………….

A. Kesimpulan………………………………………..

B. Saran………………………………………………

43

47

47

48

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………

LAMPIRAN………………………………………………………...

49

52

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam

keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual,

finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai keadaan yang

tidak diinginkan. Seperti yang diungkapkan oleh Nuraeni (2009) bahwa hal

yang tidak diinginkan dapat mengganggu proses pertumbuhan serta

kelangsungan hidup bayi dan anak.

Terjadinya suatu perpindahan kehidupan bayi dari dalam rahim ibu ke

dunia. Hal ini menyebabkan bayi harus siap mengalami banyak perubahan

seperti suhu lingkungan, proses tumbuh kembang dan dibutuhkan

kematangan organ untuk dapat melalui proses fisik maupun psikologis

tersebut. Pada bayi BBLR kematangan organ belum sempurna sehingga dapat

beresiko terjadi gangguan perkembangan dan pertumbuhan bahkan kematian.

Indikator derajat kesehatan dari kesejahteraan masyarakat ditandai

dengan jumlah kematian ibu, jumlah kematian bayi dan usia harapan hidup.

Hingga kini kematian bayi merupakan salah satu masalah prioritas bidang

kesehatan ibu dan anak di Indonesia.

Tingginya angka kematian bayi (AKB) serta lambatnya penurunan

angka tersebut, menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan ibu dan anak

sangat penting untuk diperhatikan lebih lanjut, agar terjadi penurunan angka

kematian ibu dan anak di Indonesia. Penurunan tersebut seharusnya

diimbangi pula dengan pelayanan tenaga kesehatan yang memadai sehingga

mencakup seluruh anggota masyarakat. Tujuan keempat dari MDGs pada

tahun 2015 bagi Indonesia merupakan tantangan yang seharusnya dapat

segera terpenuhi. Namun hal tersebut masih minim mengingat pertumbuhan

ekonomi serta pelayanan peningkatan kesehatan yang kurang memadai untuk

pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Sesuai dengan kesepakatan

2

global Indonesia yang merencanakan tingkat penurunan angka kematian bayi

menjadi 17 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (World Healthy

Organization (WHO), 2010).

Penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28

minggu sampai hari ke tujuh setelah masa persalinan. Penyebab kematian

bayi yang terbanyak adalah pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi

pada janin, kelahiran premature, dan berat badan lahir yang rendah, sekitar

40, 68% (Profil Depkes RI, 2006).

Angka prevalensi BBLR menurut World Health Organization (WHO)

2010 diperkirakan 15% dari jumlah kelahiran didunia dengan batasan 3,3%-

3,8% dan lebih sering terjadi pada negara-negara berkembang atau sosial

ekonomi rendah. Prevalensi BBLR tahun 2013 adalah sebesar 10,2% didunia.

Angka kematian bayi telah terjadi peningkatan dari tahun 2005 sebesar 26

orang sedangkan pada tahun 2006 sebesar 273 orang terjadi peningkatan

0,9% sekitar sepertiga dari jumlah BBLR ini meninggal sebelum stabil atau

dalam 12 jam pertama kehidupan bayi. Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) pada tahun 2006 angka kematian bayi adalah 35/ 1000

kelahiran hidup. Jumlah bayi BBLR di RSUD Sragen tahun 2008 adalah

sebesar 137 dari 566 kelahiran hidup (24,4%) dan pada tahun 2009 jumlah

BBLR di RSUD Sragen sebesar 130 dari 661 jumlah kelahiran hidup (Rekam

Medic RSUD Sragen, 2008-2009).

Perubahan kondisi pada neonates yang baru lahir terjadi karena pada

saat didalam tubuh ibunya, suhu tubuh selalu terjaga, namun begitu lahir

maka neonates harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui

aktivitas metabolismenya.

Semakin kecil tubuh neonates, semakin sedikit cadangan lemaknya.

Suhu permukaan kulit akan berubah seiring dengan perubahan lingkungan.

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya secara sempurna

sehingga perubahan suhu lingkungan sekitar bayi akan mempengaruhi suhu

tubuh neonates.

3

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan pada bayi baru

lahir. Berat badan bayi baru lahir menurut M. Sholeh Kosim (2007) dalam

rentang normal adalah 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung

menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah

berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. (Prawirohardjo,

2006).

BBLR memerlukan perawatan yang baik secara terus menerus hingga

kondisi bayi tersebut stabil. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007, dari jumlah bayi yang diketahui penimbangan berat badan lahirnya

waktu lahir 11,5% lahir dengan berat badan <2500 gram atau BBLR jika

dilihat dari jenis kelamin, presentase BBLR lebih tinggi pada bayi perempuan

disbanding laki-laki yaitu masing-masing 13% dan 10% (Depkes RI, 2009).

Setiap tahun diperkirakan terdapat sekitar 20 juta bayi berat lahir

rendah (BBLR). Salah satu penyebab BBLR adalah lahir kurang bulan

(premature). Jumlah BBLR di Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak

21.184 meningkat banyak apabila dibandingkan tahun 2010 yaitu skitar

15.631, jika dilihat dari presentasenya yaitu 3,735 pada tahun 2011 dan

2,69% pada tahun 2010 (Depkes Jawa Tengah, 2012).

Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Kabupaten Kebumen tahun

2015 tentang kematian neonates terdapat 7, 29 per 1000 kelahiran hidup. Dan

jumlah kematian bayi Tahun 2015 sebanyak 201 kasus dari jumlah 20.444

kelahiran hidup, atau 9,83/ 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian

terbanyak adalah berat badan lahir rendah atau BBLR yaitu 56 kasus atau

27,86%.

Bayi dengan berat lahir rendah belum tentu mempunyai tingkat

kematangan dalam seluruh organ tubuh, termasuk pengaturan termoregulasi

dalam tubuh. Hal tersebut disebabkan karena pada BBLR belum memilki

lemak subkutan yang cukup memadai untuk mengatur termoregulasi

tubuhnya terhadap lingkungan yang baru.

4

Semua aktivitas tubuh diatur oleh system persyarafan kecuali beberapa

organ vital seperti jantung dan paru-paru. Dan semua aktivitas hampir

semuanya diatur dalam hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu.

Pada bayi baru lahir pusat pengaturan suhu tubuhnya belum berfungsi secara

sempurna, sehingga mudah terjadi perubahan suhu tubuh seperti hipotermi.

Hal ini juga disebabkan karena suhu lingkungan yang belum menyatu

sempurna dengan suhu tubuh bayi. Dengan adanya keseimbangan tersebut

bayi baru lahir akan berusaha menyeimbangkan suhu tubuhnya erhadap

factor-faktor penyebab hilangnya panas karena lingkungan. Pada saat

kelahiran, bayi mengalami perubahan oleh lingkungan intra uterin yang

hangat ke lingkungan ekstra uterin yang lebih dingin. Sehingga menyebabkan

penurunan 2º-3ºC, terutama hilangnya panas karena evaporasi atau

penguapan cairan ketuban pada kulit bayi yang tidak segera dikeringkan,

yang dapat menimbulkan tubuh menjadi dingin merangsang respon

metabolism dan produksi panas.

Pada bayi dengan berat lahir rendah memerlukan perawatan yang

kompleks. Hipotermi di Negara berkembang merupakan penyebab utama

kesakitan dan kematian bayi baru lahir dan umm terjadi pada bayi baru lahir

terutama BBLR yang belum mampu beradaptasi terhadap lingkungan baru

dengan suhu lebih rendah dari Rahim ibu (Sudarti, Fauziah, 2013; Jurnal

Kesehatan Andalas, 2014; Wahyuni, 2011).

Menurut Riskesdas (2007) penyebab kematian neonatas 0-6 hari

adalah gangguan pernapasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%),

hipotermi (7%), ikterus (6%), dan kelainan kongenital (1%). Berdasarkan

hasil Riskesdas tahun 2012, hipotermi masih menjadi salah satu penyebab

kematian neonates dengan angka kejadian sebanyak 6,8%.

Lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu

dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir

akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat

seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat dari hipotermi pada

bayi baru lahir akan terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan

5

hipoksemia dan mengakibatkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah

perdarahan otak, syok, dan keterlambatan tumbuh kembang (Prawirohardjo,

2009).

Hipotermia adalah suhu tubuh kurang dari 36,5ºC pada pengukuran

suhu melalui ketiak dan menyebabkan perubahan metabolism tubuh yang

2007). Suhu normal pada neonates berkisar 36,5º-37,5ºC pada suhu ketiak

(Maryanti, 2011). Hipotermi terjadi pada neonates terutama BBLR karena

pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum sempurna, permukaan tubuh

bayi yang relative luas, kemampuan produksi dan penyimpanan panas

terbatas (Depkes, 2007).

Gejala awal hipotermia apabila suhu <36ºC atau kedua kaki dan tangan

teraba dingin bila seluruh tubuh bayi sudah teraba dingin, maka bayi sudah

mengalami hipotermi sedang (suhu 32ºC sampai 36ºC). Disebut hipotermi

kuat bila suhu tubuh <32ºC. Untuk mengukur suhu digunakan thermometer

ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25ºC (Sarwono, 2009).

Berbagai upaya dibidang pendidikan dan kemajuan teknologi

kedokteran telah diterapkan guna mempertahankan kelangsungan hidup bayi

kurang bulan dari berbagai tingkat perawatan. Namun belum sepenuhnya

dapat mengatasi masalah kesehatan seperti hipotermia.

Penanganan hipotermi dahulu menggunakan teknik manual yaitu

dengan teknik menyelimuti, teknik menghangatkan menggunakan lampu, dan

teknik menggunakan botol berisi air panas. Seiring berkembangnya teknologi

di bidang kesehatan kini penanganan hipotermi telah menggunakan alat

pengganti yang disebut inkubator.

Berdasarkan data diatas didapatkan hasil bahwa masih banyak bayi

yang mempunyai berat badan lahir rendah memiliki angka kematian yang

cukup tinggi khususnya dikarenakan hipotermi sehingga penulis tertarik

untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan Perlindungan: Hipotermi

Pada Bayi Ny. I Di Ruang Peristi Rsud dr. Soedirman Kebumen”.

6

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Karya tulis ilmiah ini bertujuan agar mahasiswa dapat menyusun

asuhan keperawatan dalam memberikan tindakan pada bayi Ny. I dengan

masalah keperawatan gangguan rasa aman dan perlindungan: hipotermi.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengkajian mengenai pengkajian terhadap Bayi Ny.

I dengan gangguan rasa aman dan perlindungan: hipotermi

b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan kepada Bayi Ny. I dengan

pemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan khususnya

hipotermia

c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada Bayi Ny. I dalam

upayapemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan khususnya

hipotermia.

d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan untuk menangani masalah

keperawatan gangguan rasa aman dan perlindungan: hipotermi

e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan terhadap

rencana tindakan yang sudah dilakukan

f. Mendeskripsikan analisa tindakan menggunakan inkubator pada Bayi

Ny. I dengan masalah keperawatan gangguan rasa aman dan

perlindungan: hipotermia

C. Manfaat

1. Manfaat Keilmuan

Secara keilmuan karya tulis ini bermanfaat untuk

mengembangkan keilmuan dalam bidang pendidikan dan keperawatan

khususnya tentang efektivitas penerapan penggunaan inkubator untuk

mengatasi masalah keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa

aman dan perlindungan: hipotermia di ruang peristi RSUD dr. Soedirman

Kebumen.

2. Manfaat Aplikatif

7

a. Bagi rumah sakit

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menentukan

tindakan preventif dengan memberikan penyuluhan meliputi berbagai

hal yang dapat mengurangi hipotermia

b. Bagi Institusi

Menjadi wacana dan bahan masukan dalam proses belajar

mengajar terhadap pemberian asuhan keperawatan pada pasien

dengan gangguan rasa aman dan perlindungan khususnya hipotermia.

49

DAFTAR PUSTAKA

Arifah, S. (2008). Peran Lemak Coklat Dalam Mekanisme Produksi Panas Pada

Bayi.

Bellienni CV, Cordelli DM, Caliani C, Camila P, Franci N, Perrone S, dkk. Inter-

observer reliability of two pain scale for newborns. J Earl Hum Dev. 2007;

83:549-52.

Bulecheck, Gloria M, Butcher, Howard K, Dochterman, J. McCloskey. 2012.

Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Lowba: Mosby

Elsavier.

Dep. Kes. RI. (2009). Modul Manajemen BBLR, Jakarta.

Dep. Kes. RI. (2010). Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Kematian

Bayi Perlu Kerja Keras. http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 21 Juni

2016.

Dinkes Jawa Tengah, 2011. Profil Kesehatan Jawa Tengah, Semarang: Depkes

Jateng.

Dinkes Kabupaten Kebumen, 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen,

Kebumen: Depkes Kabupaten Kebumen.

Fitri, D. I., Chundrayetti, E., & Semiarty, R. (2014). Hubungan pemberian ASI

dengan tumbuh kembang bayi umur 6 bulan di Puskesmas Nanggalo.

Jurnal Kesehatan Andalas, 3(2).

Fitriani, V. Y., Widyati, W., Huibeis, A., 7Wisanti, R. (2010). Studi Efek samping

Obat Pada Pasien Neonatus yang Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit

Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. Journal of Tropical Pharmacy and

Chemistry, 1(1).

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. Tenth Edition. 2014. NANDA International

Nursing Diagnoses: Definition & Classification, 2015-2017. Oxford:

Wiley Blackwell.

Jhonson, Marion. 2012. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fifth Edition.

St. Louis, Missouri: Mosby.

Kepera, A., & Balige, A. K. H. (2013). JURNAL KEPERAWATAN. Jurnal

Keperawatan HKBP Balige, 1(2).

50

Khoirunisa, Endang. (2010). Asuhan Kebidanan, Bayi, dan Anak Balita..

Yogyakarta: Nuha Medika

Kliegman, Robert M., etc. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18’th Edition.

United States of America: Elseiver.

Kosim, M,S., dkk., 2010. Buku Ajar Neonatalogi, Cetakan Kedua, Badan Penerbit

IDAI, Jakarta.

Kurniawan, A. (2012). Perancangan Inkubator Bayi Portable.

Maryanti Dwi. 2011. Buku Ajar Neonatal Bayi, dan Balita. Jakarta: Salemba

Medika.

Medforth, Janet, et al. 2012. Kebidanan Oxford: Dari Bidan Untuk Bidan. Jakarta:

EGC.

Muhammad Mahsyar D. M. (2013). Tujuan Kriminologis Terhadap Kejahatan

Pencurian Yang Dilakukan Oleh Anak. Studi Kasus Kabupaten Mamuju

Tahun 2010-2012. Universitas Hasanudin: Makassar.

Pantiawati. 2010. Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika

Paticia W. Ladewig, M. L. (2006). Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir.

Jakarta: EGC

Peter Stalker, 2008. Uapaya Pencapaian MDG’s di Indonesia. Jakarta: Badan

Pusat Statistik.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses, dan

Praktik. Jakarta: EGC.

Pratiwi1, D. P., Rizal, A., & Hadiyoso, S. (2014). Pada Sistem Pemantauan dan

Pengaturan Suhu Berbasis Inkubator Bayi Berbasis Wifi. Fakultas Teknik

Elektro: Universitas Telkom.

Prawirohardjo, S., Winkjosastro, H., Sumapraja, S. Ilmu Kandungan. Edisi 2.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono; 2007.

Proverawati dan Cahyo Ismawati. 2010. BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.

Rekam Medik RSUD Kabupaten Sragen, 2010. Buku Laporan Tahunan Pasien

Bedah Bangsal Mawar. Rekam Medik RSUD Kabupaten Sragen.

51

Restiani, R., & Arif, A. (2013). Hubungan Umur Dan Paritas Dengan Kejadian

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). E-Jurnal Obstretika, 1(1).

Ronger. Steven, A. (2013). Core Concept: Thermoregulation in The Newborn,

Part II: Prevention of Abberant Body Temeprature. American: American

Academy of Pediatrics.

Roesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:

Pustaka Bunda.

Saktie, I. P. (2011). Manajemen dan Sistem Monitoring Inkubator Bayi Berbasis

LAN (Local Area Network). EEPIS Final Project.

Santoso, Usman Ady, Wahyu Susihono, and Ade Sri Mariawati. "Perancangan

Inkubator untuk Bayi Prematur dengan Metode Rasional." Jurnal Teknik

Industri Untirta 2.3 (2014).

Sarwono. (2007). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Subakir, Bekti, 2008. Kadar MDA dan HSP 70 Pada Placenta Penderita Pre

Eklampsia. Fakultas Kedokteran UI, Jakarta: Makara Kesehatan.

Sudarti, Afroh. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.

Yogyakarta: Nuha Medika

Sukarni, I dan Sudarti. (2014). Patologi Kehamilan dan Masa Nifas. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Surasmi, dkk. (2006). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC

Unicef-WHO. (2010). Low Birth Weight: Country, Regional, and Global

Estimate. New York: Unicef-WHO.

Zakiah, Z., Noor, N. B., & Setiawati, E. (2016). Efektifitas Peningkatan Suhu

Tubuh Pada Perawatan Metode Kanguru Dengan Perawatan Inkubator Di

Blud Rs H. Boejasin Pelaihari Tanah Laut Tahun 2013. Jurnal Skala

Kesehatan, 5(1).

ZR, Arief, Weni Kristiyana Sari. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak.

Yogyakarta: Nuha Medika.