asubha karma.asuba karmadocx

19
Pada dasarnya sesuai dengan siklus rwabhineda, perbuatan itu terjadi dari dua sisi yang berbeda, yaitu perbuatan baik dan perbuatan yang tidak baik. Perbuatan baik ini disebut dengan Cubha Karma, sedangkan perbuatan yang tidak baik disebut dengan Acubha Karma. Siklus cubha dan acubhakarma ini selalu saling berhubungan satu sama lain dan tidak dipisahkan. Demikianlah perilaku manusia selama hidupnya berada pada dua jalur yang berbeda itu, sehingga dengan kesadarannya dia harus dapat menggunakan kemampuan yang ada di dalam dirinya, yaitu kemampuan berfikir, kemampuan berkata dan kemampuan berbuat. Walaupun kemampuan yang dimiliki oleh manusia tunduk pada hukum rwabhineda, yakni cubha dan acubhakarma (baik dan buruk, benar dan salah, dan lain sebagainya), namun kemampuan itu sendiri hendaknya diarahkan pada çubhakarma (perbuatan baik). Karena bila cubhakarma yang menjadi gerak pikiran, perkataan dan perbuatan, maka kemampuan yang ada pada diri manusia akan menjelma menjadi prilaku yang baik dan benar. Sebaliknya, apabila acubhakarma yang menjadi sasaran gerak pikiran, perkataan dan perbuatan manusia, maka kemampuan itu akan berubah menjadi perilaku yang salah (buruk). Berdasarkan hal itu, maka salah satu aspek kehidupan manusia sebagai pancaran dari kemampuan atau daya pikirnya adalah membeda-bedakan dan memilih yang baik dan benar bukan yang buruk atau salah. Manusah sarvabhutesu vartate vai cubhacubhe, achubhesu samavistam cubhesveva vakaravet. (Sarasamuccaya 2) Dari Demikian banyaknya mahluk yang hidup, yang dilahirkan sebagai manusia itu saja yang dapat melakukan perbuatan baik buruk itu; adapun untuk peleburan perbuatan buruk ke dalam perbuatan yang baik juga manfaatnya jadi manusia. Untuk memberikan batasan tentang manakah yang disebut tingkah laku baik atau buruk, benar atau salah, tidaklah mudah untuk menentukan secara tegas mengenai klasifikasi dari pada baik dan buruk itu adalah sangat sulit. Sebab baik dan buruk seseorang belum tentu baik atau bauruk bagi orng lain. Hal ini tergantung tingkat kemampuan dan kepercayaan serta pandangan hidup seseorang itu sendiri. Akan tetapi menurut agama Hindu disebutkan secara

Upload: bayu-dellonge

Post on 25-Oct-2015

107 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hindu religius

TRANSCRIPT

Page 1: asubha karma.asuba karmadocx

Pada dasarnya sesuai dengan siklus rwabhineda, perbuatan itu terjadi dari dua sisi yang berbeda, yaitu perbuatan baik dan perbuatan yang tidak baik. Perbuatan baik ini disebut dengan Cubha Karma, sedangkan perbuatan yang tidak baik disebut dengan Acubha Karma. Siklus cubha dan acubhakarma ini selalu saling berhubungan satu sama lain dan tidak dipisahkan.Demikianlah perilaku manusia selama hidupnya berada pada dua jalur yang berbeda itu, sehingga dengan kesadarannya dia harus dapat menggunakan kemampuan yang ada di dalam dirinya, yaitu kemampuan berfikir, kemampuan berkata dan kemampuan berbuat. Walaupun kemampuan yang dimiliki oleh manusia tunduk pada hukum rwabhineda, yakni cubha dan acubhakarma (baik dan buruk, benar dan salah, dan lain sebagainya), namun kemampuan itu sendiri hendaknya diarahkan pada çubhakarma (perbuatan baik). Karena bila cubhakarma yang menjadi gerak pikiran, perkataan dan perbuatan, maka kemampuan yang ada pada diri manusia akan menjelma menjadi prilaku yang baik dan benar. Sebaliknya, apabila acubhakarma yang menjadi sasaran gerak pikiran, perkataan dan perbuatan manusia, maka kemampuan itu akan berubah menjadi perilaku yang salah (buruk).Berdasarkan hal itu, maka salah satu aspek kehidupan manusia sebagai pancaran dari kemampuan atau daya pikirnya adalah membeda-bedakan dan memilih yang baik dan benar bukan yang buruk atau salah.Manusah sarvabhutesuvartate vai cubhacubhe,achubhesu samavistamcubhesveva vakaravet. (Sarasamuccaya 2)Dari Demikian banyaknya mahluk yang hidup, yang dilahirkan sebagai manusia itu saja yang dapat melakukan perbuatan baik buruk itu; adapun untuk peleburan perbuatan buruk ke dalam perbuatan yang baik juga manfaatnya jadi manusia.Untuk memberikan batasan tentang manakah yang disebut tingkah laku baik atau buruk, benar atau salah, tidaklah mudah untuk menentukan secara tegas mengenai klasifikasi dari pada baik dan buruk itu adalah sangat sulit. Sebab baik dan buruk seseorang belum tentu baik atau bauruk bagi orng lain. Hal ini tergantung tingkat kemampuan dan kepercayaan serta pandangan hidup seseorang itu sendiri. Akan tetapi menurut agama Hindu disebutkan secara umum bahwa perbuatan yang baik yang disebut Cubhakarma itu adalah segala bentuk tingkah laku yang dibenarkan oleh ajaran agama yang dapat menuntun manusia itu ke dalam hidup yang sempurna, bahagia lahir bathin dan menuju kepada persatuan Atman dengan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Sedangkan perbuatan yang buruk (acubhakarma) adalah segala bentuk tingkah laku yang menyimpang dan bertentangan dengan hal-hal tersebut di atas.Untuk lebih jelasnya, manakah bentuk-bentuk perbuatan baik (cubhakarma) dan bentuk-bentuk perbuatan yang tidak baik (Acubhakarma) menurut ajaran agama Hindu sebagaimana disjelaskan berikut ini:Çubhakarma (Perbuatan Baik)1. Tri Kaya ParisudhaTri kaya Parisudha artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan, yaitu berfikir yang bersih dan suci (manacika), berkata yang benar (Wacika) dan berbuat yang jujur (Kayika). Jadi dari pikiran yang bersih akan timbul perkataan yang baik dan perbuatan yang jujur. Dari Tri Kaya Parisudha ini timbul adanya sepuluh pengendalian diri yaitu 3 macam berdasarkan pikiran, 4 macam berdasarkan perkataan dan 3 macam lagi berdasarkan perbuatan. Tiga macam yang berdasarkan pikiran adalah tidak menginginkan sesuatu yang tidak halal, tidak berpikiran buruk terhadap mahkluk lain dan tidak mengingkari adanya hukum karmaphala. Sedangkan empat

Page 2: asubha karma.asuba karmadocx

macam yang berdasarkan atas perkataan adalah tidak suka mencaci maki, tidak berkata kasar kepada makhluk lain, tidak memfitnah dan tidak ingkar pada janji atau ucapan. Selanjutnya tiga macam pengendalian yang berdasarkan atas perbuatan adalah tidak menyiksa atau membunuh makhluk lain, tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda dan tidak berjina.2. Catur ParamitaCatur Paramita adalah empat bentuk budi luhur, yaitu Maitri, Karuna, Mudita dan Upeksa. Maitri artinya lemah lembut, yang merupakan bagian budi luhur yang berusaha untuk kebahagiaan segala makhluk. Karuna adalah belas kasian atau kasih sayang, yang merupakan bagian dari budi luhur, yang menghendaki terhapusnya pendertiaan segala makhluk. Mudita artinya sifat dan sikap menyenangkan orang lain. Upeksa artinya sifat dan sikap suka menghargai orang lain. Catur Paramita ini adalah tuntunan susila yang membawa masunisa kearah kemuliaan.3. Panca Yama BrathaPanca Yama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam hubungannya dengan perbuatan untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian bathin. Panca Yama Bratha ini terdiri dari lima bagian yaitu Ahimsa artinya tidak menyiksa dan membunuh makhluk lain dengan sewenang-wenang, Brahmacari artinya tidak melakukan hubungan kelamin selama menuntut ilmu, dan berarti juga pengendalian terhadap nafsu seks, Satya artinya benar, setia, jujur yang menyebabkan senangnya orang lain. Awyawahara atau Awyawaharita artinya melakukan usaha yang selalu bersumber kedamaian dan ketulusan, dan Asteya atau Astenya artinya tidak mencuri atau menggelapkan harta benda milik orang lain.4. Panca Nyama BrathaPanca Nyama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam tingkat mental untuk mencapai kesempurnaan dan kesucian bathin, adapun bagian-bagian dari Panca Nyama Bratha ini adalah Akrodha artinya tidak marah, Guru Susrusa artinya hormat, taat dan tekun melaksanakan ajaran dan nasehat-nasehat guru, Aharalaghawa artinya pengaturan makan dan minum, dan Apramada artinya taat tanpa ketakaburan melakukan kewajiban dan mengamalkan ajaran-ajaran suci.5.Sad ParamitaSad Paramita adalah enam jalan keutamaan untuk menuju keluhuran. Sad Paramita ini meliputi: Dana Paramita artinya memberi dana atau sedekah baik berupa materiil maupun spirituil; Sila Paramita artinya berfikir, berkata, berbuat yang baik, suci dan luhur; Ksanti Paramita artinya pikiran tenang, tahan terhadap penghinaan dan segala penyebab penyakit, terhadap orang dengki atau perbuatan tak benar dan kata-kata yang tidak baik; Wirya Paramita artinya pikiran, kata-kata dan perbuatan yang teguh, tetap dan tidak berobah, tidak mengeluh terhadap apa yang dihadapi. Jadi yang termasuk Wirya Paramita ini adalah keteguhan pikiran (hati), kata-kata dan perbuatan untuk membela dan melaksanakan kebenaran; Dhyana Paramita artinya niat mempersatukan pikiran untuk menelaah dan mencari jawaban atas kebenaran. Juga berarti pemusatan pikiran terutama kepada Hyang Widhi dan cita-cita luhur untuk keselamatan;  Pradnya Paramita artinyaa kebijaksanaan dalam menimbang-nimbang suatu kebenaran.6.Catur AiswaryaCatur Aiswarya adalah suatu kerohanian yang memberikan kebahagiaan hidup lahir dan batin terhadap makhluk. Catur Aiswarya terdiri dari Dharma, Jnana, Wairagya dan Aiswawarya. Dharma adalah segala perbuatan yang selalu didasari atas kebenaran; Jnana artinya pengetahuan atau kebijaksanaan lahir batin yang berguna demi kehidupan seluruh umat manusia. Wairagya artinya tidak ingin terhadap kemegahan duniawi, misalnya tidak berharap-harap menjadi pemimpin, jadi hartawan, gila hormat dan sebagainya; Aiswarya artinya kebahagiaan dan

Page 3: asubha karma.asuba karmadocx

kesejahteraan yang didapatkan dengan cara (jalan) yang baik atau halal sesuai dengan hukum atau ketentuan agama serta hukum yang berlaku di dalam masyarakat dan negara.7.Asta SiddhiAsta Siddhi adalah delapan ajaran kerohanian yang memberi tuntunan kepada manusia untuk mencapai taraf hidup yang sempurna dan bahagia lahir batin. Asta Siddhi meliputi: Dana artinya senang melakukan amal dan derma; Adnyana artinya rajin memperdalam ajaran kerohanian (ketuhanan); Sabda artinya dapat mendengar wahyu karena intuisinya yang telah mekar; Tarka artinya dapat merasakan kebahagiaan dan ketntraman dalam semadhi; Adyatmika Dukha artinya dapat mengatasi segala macam gangguan pikiran yang tidak baik; Adidewika Dukha artinya dapat mengatasi segala macam penyakit (kesusahan yang berasal dari hal-hal yang gaib), seperti kesurupan, ayan, gila, dan sebagainya. Adi Boktika artinya dapat mengatasi kesusahan yang berasal dari roh-roh halus, racun dan orang-orang sakti; dan Saurdha adalah kemampuan yang setingkat dengan yogiswara yang telah mencapai kelepasan.8 Nawa SangaNawa Sanga terdiri dari: Sadhuniragraha artinya setia terhadap keluarga dan rumah tangga; Andrayuga artinya mahir dalam ilmu dan dharma; Guna bhiksama artinya jujur terhadap harta majikan; Widagahaprasana artinya mempunyai batin yang tenang dan sabar; Wirotasadarana artinya berani bertindak berdasarkan hukum; Kratarajhita artinya mahir dalam ilmu pemerintahan; Tiagaprassana artinya tidak pernah menolak perintah; Curalaksana artinya bertindak cepat, tepat dan tangkas; dan Curapratyayana artinya perwira dalam perang.9. Dasa Yama BrathaDasa Yama Bratha  adalah sepuluh macam pengendalian diri, yaitu Anresangsya atau Arimbhawa artinya tidak mementingkan diri sendiri; Ksama artinya suka mengampuni dan  dan tahan uji dalam kehidupan;  Satya artinya setia kepada ucapan sehingga menyenangkan setiap orang; Ahimsa artinya tidak membunuh atau menyakiti makhluk lain; Dama artinya menasehati diri sendiri; Arjawa artinya jujur dan mempertahankan kebenaran; Priti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama mahluk; Prasada artinya berfikir dan berhati suci dan tanpa pamerih; Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun; dan Mardhawa artinya rendah hati; tidak sombong dan berfikir halus.10. Dasa Nyama BrathaDasa Nyama Bratha terdiri dari: Dhana artinya suka berderma, beramal saleh tanpa pamerih; Ijya artinya pemujaan dan sujud kehadapan Hyang Widhi dan leluhur; Tapa artinya melatih diri untuk daya tahan dari emosi yang buruk agar dapat mencapai ketenangan batin; Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Hyang Widhi; Upasthanigraha artinya mengendalikan hawa nafsu birahi (seksual); Swadhyaya artinya tekun mempelajari ajaran-ajaran suci khususnya, juga pengetahuan umum; Bratha artinya taat akan sumpah atau janji; Upawasa artinya berpuasa atau berpantang trhadap sesuatu makanan atau minuman yang dilarang oleh agama; Mona artinya membatasi perkataan; dan Sanana artinya tekun melakukan penyician diri pada tiap-tiap hari dengan cara mandi dan sembahyang.11.Dasa DharmaYang disebut Dasa Dharma menurut Wreti Sasana, yaitu Sauca artinya murni rohani dan jasmani; Indriyanigraha artinya mengekang indriya atau nafsu; Hrih artinya tahu dengan rasa malu; Widya artinya bersifat bijaksana; Satya artinya jujur dan setia terhadap kebenaran; Akrodha artinya sabar atau mengekang kemarahan; Drti artinya murni dalam bathin; Ksama artinya suka mengampuni; Dama artinya kuat mengendalikan pikiran; dan Asteya artinya tidak melakukan kecurangan.

Page 4: asubha karma.asuba karmadocx

12. Dasa ParamarthaDasa Paramartha ialah sepuluh macam ajaran kerohanian yang dapat dipakai penuntun dalam tingkah laku yang baik serta untuk mencapai tujuan hidup yang tertinggi (Moksa). Dasa Paramartha ini terdiri dari: Tapa artinya pengendalian diri lahir dan bathin; Bratha artinya mengekang hawa nafsu; Samadhi artinya konsentrasi pikiran kepada Tuhan; Santa artinya selalu senang dan jujur; Sanmata artinya tetap bercita-cita dan bertujuan terhadap kebaikan; Karuna artinya kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup; Karuni artinya belas kasihan terhadap tumbuh-tumbuhan, barang dan sebagainya; Upeksa artinya dapat membedakan benar dan salah, baik dan buruk; Mudhita artinya selalu berusaha untuk dapat menyenangkan hati oranglain; dan Maitri artinya suka mencari persahabatan atas dasar saling hormat menghormati.Açubhakarma (Perbuatan Tidak Baik)Acubhakarma adlah segala tingkah laku yang tidak baik yang selalu menyimpang dengan Cubhakarma (perbuatan baik). Acubhakarma (perbuatan tidak baik) ini, merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu segala bentuk perbuatan yang selalu bertentangan dengan susila atau dharma dan selalu cenderung mengarah kepada kejahatan. Semua jenis perbuatan yang tergolong acubhakarma ini merupakan larangan-larangan yang harus dihindari di dalam hidup ini. Karena semua bentuk perbuatan acubhakarma ini menyebabkan manusia berdosa dan hidup menderita. menurut agama Hindu, bentuk-bentuk acubhakarma yang harus dihindari di dalam hidup ini adalah:1. Tri MalaTri Mala adalah tiga bentuk prilaku manusia yang sangat kotor, yaitu Kasmala ialah perbuatan yang hina dan kotor, Mada yaitu perkataan, pembicaraan yang dusta dan kotor, dan Moha adalah pikiran, perasaan yang curang dan angkuh.2. Catur PatakaCatur Pataka adalah empat tingkatan dosa sesuai dengan jenis karma yang menjadi sumbernya yang dilakukan oleh manusia yaitu Pataka yang terdiri dari Brunaha (menggugurkan bayi dalam kandungan); Purusaghna (Menyakiti orang), Kaniya Cora (mencuri perempuan pingitan), Agrayajaka (bersuami isteri melewati kakak), dan Ajnatasamwatsarika (bercocok tanam tanpa masanya); Upa Pataka terdiri dariGowadha (membunuh sapi), Juwatiwadha (membunuh gadis), Balawadha (membunuh anak), Agaradaha (membakar rumah/merampok); Maha Pataka terdiri dari Brahmanawadha (membunuh orang suci/pendeta), Surapana (meminum alkohol/mabuk), Swarnastya (mencuri emas), Kanyawighna (memperkosa gadis), dan Guruwadha (membunuh guru); Ati Pataka terdiri dari Swaputribhajana (memperkosa saudara perempuan); Matrabhajana (memperkosa ibu), dan Lingagrahana (merusak tempat suci).3. Panca Bahya TustiAdalah lima kemegahan (kepuasan) yang bersifat duniawi dan lahiriah semata-mata, yaitu Aryana artinya senang mengumpulkan harta kekayaan tanpa menghitung baik buruk dan dosa yang ditempuhnya; Raksasa artinya melindungi harta dengan jalan segala macam upaya; Ksaya artinya takut akan berkurangnya harta benda dan kesenangannya sehingga sifatnya seing menjadi kikir; Sangga artinya doyan mencari kekasih dan melakukan hubungan seksuil; dan Hingsa artinya doyan membunuh dan menyakiti hati makhluk lain.4. Panca WiparyayaAdalah lima macam kesalahan yang sering dilakukan manusia tanpa disadari, sehingga akibatnya menimbulkan kesengsaraan, yaitu: Tamah artinya selalu mengharap-harapkan mendapatkan kenikmatan lahiriah; Moha artinya selalu mengharap-harapkan agar dapat kekuasaan dan kesaktian bathiniah; Maha Moha artinya selalu mengharap-harapkan agar dapat menguasai

Page 5: asubha karma.asuba karmadocx

kenikmatan seperti yang tersebut dalam tamah dan moha; Tamisra artinya selelu berharap ingin mendapatkan kesenangan akhirat; dan Anda Tamisra artinya sangat berduka dengan sesuatu yang telah hilang.5. Sad RipuSad Ripu adalah enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat manusia itu sendiri, yaitu Kama artinya sifat penuh nafsu indriya; Lobha artinya sifat loba dan serakah; Krodha artinya sifat kejam dan pemarah; Mada adalah sifat mabuk dan kegila-gilaan; Moha adalah sifat bingung dan angkuh; dan Matsarya adalah sifat dengki dan irihati.6.Sad AtatayiAdalah enam macam pembunuhan kejam, yaitu Agnida artinya membakar milik orang lain; Wisada artinya meracun orang lain; Atharwa artinya melakukan ilmu hitam; Sastraghna artinya mengamuk (merampok); Dratikrama artinya memperkosa kehormatan orang lain; Rajapisuna adalah suka memfitnah.7. Sapta TimiraSapta Timira adalah tujuh macam kegelapan pikiran yaitu:  Surupa artinya gelap atau mabuk karena ketampanan; Dhana artinya gelap atau mabuk karena kekayaan; Guna artinya gelap atau mabuk karena kepandaian; Kulina artinya gelap atau mabuk karena keturunan; Yowana artinya gelap atau mabuk karena keremajaan; Kasuran artinya gelap atau mabuk karena kemenangan; dan Sura artinya mabuk karena minuman keras.8. Dasa MalaArtinya adalah sepuluh macam sifat yang kotor. Sifat-sifat ini terdiri dari Tandri adalah orang sakit-sakitan; Kleda adalah orang yang berputus asa; Leja adalah orang yang tamak dan lekat cinta; Kuhaka adalah orang yang pemarah, congkak dan sombong; Metraya adalah orang yang pandai berolok-olok supaya dapat mempengaruhi teman (seseorang); Megata adalah orang yang bersifat lain di mulut dan lain di hati; Ragastri adalah orang yang bermata keranjang; Kutila adalah orang penipu dan plintat-plintut; Bhaksa Bhuwana adalah orang yang suka menyiksa dan menyakiti sesama makhluk; dan Kimburu adalah orang pendengki dan iri hati

Karma Phala

Page 6: asubha karma.asuba karmadocx

Hukum Karma Phala

Pengertian Hukum Karma

Karma berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya kerja atau berbuat.

Konsep hukum karma adalah bahwa setiap perbuatan akan memberikan hasil yang disebut ( phala ). Sehingga setiap hasil yang dipetik atau diterima oleh seseorang atas perbuatannya disebut karma phala.

Hukum karma adalah hukum Tuhan yang berlaku bagi semua orang. Tidak memandang apakah orang tersebut percaya atau tidak hukum karma tetap berlaku. Seperti hukum terbitnya matahari dari timur, orang buta ataupun orang eskimo yang tidak pernah melihat matahari, bukan berarti matahari tidak ada. Matahari tetap terbit dari timur. Demikianlah hukum karma berlaku bagi semua umat manusia dari semua negara, semua suku bangsa dan semua agama.

Dalam ajaran Hindu , hukum karma merupakan ajaran sebagai landasan ajaran etika dan pegangan dalam mencapai tujuan hidup.

Karma atau perbuatan ini ada tiga bentuk yaitu karma yang dilakukan oleh pikiran ( Manah ), karma dalam bentuk ucapan (waca ), dan karma dalam bentuk tindakan jasmanani ( kaya ).

Jadi apapun bentuk aktivitas seseorang pasti ada phalanya (hasilnya) .Ini berarti tidak ada perbuatan yang tanpa membuahkan hasil, sekecil apapun kegiatan tersebut.

Sedangkan jika dilihat dari baik buruknya maka perbuatan yang baik disebut Subha karma dan perbuatan yang buruk disebut Asubha karma.

Proses berlakunya karma phala

Setiap aktivitas karma seseorang didasari oleh keinginan ( Iccha ). Timbulnya keinginan akan direspon oleh pikiran. Pikiran inilah yang akan mengambil keputusan untuk melakukan tindakan dalam bentuk ucapan ataupun tindakan jasmani. Keputusan pikiran sangat ditentukan oleh pengetahuan (jnana), kebijaksanaan ( wiweka), pengalaman hidup serta karmawasana seseorang.

Jika digambarkan maka proses karma seseorang sebagai berikut :

Page 7: asubha karma.asuba karmadocx

Wujud Karma phala

Banyak orang menafsirkan bahwa wujud dari karma phala ( hasil perbuatan ) seseorang adalah berbentuk materi, seperti kekayaan, kecantikan atau ketampanan, jabatan, kehormatan dan sebagainya yang semata-mata diukur dari segi materi.

Secara garis besar memang wujud karmaphala ada dua yaitu berbentuk fisik dan psikis( batin).

Artinya hasil dari perbuatan tersebut dapat dirasakan secara langsung oleh badan jasmani melalui panca indria atau juga bisa memberikan suasana batin tertentu pada seseorang.

Contoh:

Jika seseorang pernah berbuat baik misalnya membantu orang yang jatuh di jalan , suatu saat ketika dia terjatuh di jalan akan ada orang lain yang menolong. Ini adalah phala secara fisik.

Contoh lain mungkin ada orang yang suka menipu justru akan membuat hatinya tersiksa karena selalu was-was, selalu berprasangka bahwa tipu dayanya akan ketahuan oleh orang lain. Ini berarti secara psikis dia menderita.

Wujud dari karmaphala yang akan diterima seseorang tidak dapat dipastikan. Artinya hasil karma tersebut bisa saja berbentuk fisik, atau psikis, ataupun kedua nya yaitu fisik dan psikis. Demikian pula kapan waktunya akan diterima seseorang atas perbuatannya juga merupakan rahasia Hyang Widhi. Yang jelas bahwa karmaphala itu ada dan akan hadir tepat pada waktunya.

Diatas kedua wujud karmaphala di atas yang terpenting untuk menjadi tolok ukur atas hasil perbuatan seseorang adalah akibat dari wujud karmaphala tersebut.

Artinya seseorang yang menerima karmaphala baik berwujud fisik maupun psikis apakah mengakibatkan adanya peningkatan kualitas sradha atau tidak. Apakah menyebabkan kebahagiaan atau penderitaan?

Contoh :

Page 8: asubha karma.asuba karmadocx

Seseorang yang mendapatkan uang sangat banyak dari hasil judi, diukur dari segi fisik tentu menyenangkan. Tetapi kemenangan itu justru menyebabkan dia semakin tergila-gila pada judi, suka berfoya-foya semata-mata memenuhi nafsu keinginannya. Suatu saat jika dia kalah berjudi maka kekesalan dan kemarahannya akan dilempahkan pada orang lain, seperti anak atau istrinya.

Ini menunjukkan bahwa uang yang diperoleh dari hasil judi tersebut bukan karmaphala yang baik, karena akibat dari uang yang diterima terebut justrui menjerumuskan dirinya pada karma-karma yang lebih buruk.

Contoh lain mungkin ada seseorang yang secara fisik cacat jasmani, tetapi dengan kekurangannya tersebut memberikan dia inspirasi dan kesadaran bahwa hidup ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik, sehingga dia menjadi orang yang teguh sradha bhakti, serta senantiasa merasa tentram . Jadi cacat jasmani tersebut bukan hasil karma buruk tetapi merupakan hasil karma baik yang membawa kebahagiaan bagi dirinya. Seperti halnya seseorang minum obat pahit untuk kesembuhan dari penyakitnya.

Kesimpulannya:

Karmaphala yang baik adalah yang dapat meningkatkan kualitas sradha bhakti untuk mencapai kebahagiaan lahir batin ( moksartham jagat hita )

Karmaphala yang buruk adalah yang menyebabkan seseorang menderita lahir batin dan menurunkan kualitas sradha bhakti.

Dampak karma bagi seseorang

Setiap karma yang dilakukan setidak-tidaknya ada tiga akibat yang terjadi :

Karma akan memberi akibat atau balasan atas setiap perbuatan manusia. Baik atau buruk yang akan diterima sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya.

Karma akan memberi kesan tersendiri kepada pelakunya yang akan melekat pada pikiran pelakunya.

Karma akan membentuk kepribadian seseorang.

Karma yang memberi kesan dan menjadi kepribadian jiwatman inilah yang merupakan karmawasana setiap orang, selalu melekat pada setiap kelahirannya.

Tiga Macam Karma

Jika dilihat dari segi waktu hasil karma seseorang maka dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu :

1. Sanchita Karma2. Prarabdha Karma

Page 9: asubha karma.asuba karmadocx

3. Kryamana Karma

Sancitha karma adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita yang sekarang.

Prarabdha karma adalah karma atau perbuatan seseorang yang pahalanya langsung diterima pada kehidupan ini.

Kryamana karma adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang..

Meskipun kita menggolongkan karma tersebut seperti di atas tetapi dalam kenyataan sangat sulit bagi kita untuk mengidentifikasi setiap karma yang kita terima saat ini. Mengenai kapan waktu kita akan menerima pahala atas karma yang kita lakukan juga merupakan rahasia Ida sang Hyang Widhi.

Manfaat kita mengetahui jenis-jenis karma tersebut adalah untuk meningkatkan sradha dan bhakti kepada Hyang Widhi. Kita harus yakin bahwa apapun yang kita alami pada kehidupan ini adalah hasil perbuatan diri sendiri. Bukan karena orang lain. Bisa saja merupakan pahala atas karma kita pada kehidupan terdahulu, atau pahala atas karma kita masa kini.

Oleh karena itu yang terbaik harus dilakukan adalah melaksanakan tugas sebaik-baiknya, selalu berbuat kebaikan serta tetap yakin dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Laksanakan semua kewajiban sebagai yadnya dan bhakti kepada Ida sang Hyang Widhi. Jika hal itu sudah dilakukan maka Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita. Apa yang seharusnya kita butuhkan pasti akan terpenuhi, sebagaimana wahyu Beliau dalam Kitab Bhagawad Gita Bab IX Sloka 22 :

Mereka yang memuja-Ku dan hanya bermeditasi kepada-Ku saja, kepada mereka yang senantiasa gigih demikian itu, akan Aku bawakan segala apa yang belum dimilikinya dan akan menjaga yang sudah dimilikinya.

Pelaksana Karmaphala

Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa wujud karmaphala bisa berbentuk fisik bisa juga berbentuk psikis. Jika karma seseorang harus diterima setelah meninggal dunia maka atmannya akan menuju sorga atau neraka. Tetapi bagaimana bentuk pahala dari karma yang harus dinikmati pada kehidupan ini?

Tentu saja akibat karma akan dirasakan oleh seseorang melalui interaksi dengan lingkungan, baik alam maupun sesama manusia. Pahala karma bisa saja dirasakan melalui tangan manusia, binatang, tumbuhan, serta bisa juga dari alam. Sehingga manusia disamping akan menerima pahala atas karmanya, tetapi juga sebagai alat untuk membalas karma orang lain.

Contoh sederhana mungkin suatu ketika kita menerima bantuan dari orang lain dimana pada

Page 10: asubha karma.asuba karmadocx

waktu tersebut kita benar-benar memerlukan pertolongan tersebut. Kejadian ini buakanlah suatu kebetulan. Itu adalah hasil karma kita yang mungkin kita sudah lupa kapan melakukannya, sehingga disaat yang tepat kita akan menerimanya. Dalam peristiwa tersebut yang menjadi alat Tuhan untuk menyampaikan pahala atas karma tersebut adalah manusia ( orang lain).

Meskipun manusia adalah alat pembalas karma, bukan berarti dia terbebas atas karma yang diperbuatnya itu tetapi pahala akan selalu mengikuti karma yang dilakukannya.

Misalkan Andi menolong Budi yang terjatuh dari sepeda motor. Dalam peristiwa tersebut Budi menerima pahala dalam bentuk pertolongan dari Andi, pahala tersebut mungkin saja atas kebaikan Budi di waktu lalu Dalam kasus ini Andi adalah sebagai alat pembalas karma perbuatan Budi di masa lalu. Meskipun Andi sebagai alat , atas perbuatannya menolong budi dia juga akan mendapat pahala atas karma tersebut.

Jadi setiap peristiwa karma yang melibatkan lebih dari satu orang maka dalam peristiwa tersebut ada dua jenis proses karma yang terjadi yaitu ada pihak yang menerima hasil karmanya dan ada orang yang yang berkarma dimana hasilnya belum diketahui kapan akan diterima.

Demikian pula alam bisa saja sebagai alat pembalas karma. Bencana alam bukanlah hukuman Tuhan, tetapi semua itu akibat perbuatan manusia sendiri.

Kesimpulannya :

o Pahala atas karma seseorang dapat diterima di alam niskala ( sorga atau neraka ) juga bisa dinikmati pada saat hidup.

o Pahala karma di dunia bisa diterima melalui tangan manusia atau alam lingkungan.

o Setiap peristiwa karma yang melibatkan lebih dari satu manusia maka akan ada pihak penerima pahala atas karmanya dan ada pihak sebagai pembalas karma sekaligus pelaku karma untuk dirinya.

o Setiap karma yang terjadi akan menjadi penyebab untuk karma-karma berikutnya.

o Dalam rangka meningkatkan karma baik maka pada saat berdoa mohonlah agar kita senantiasa menjadi alat pembalas karma yang baik.

Page 11: asubha karma.asuba karmadocx

Pendahuluan

Ajaran punarbhawa yang pasti merupakan akibat dari hukum karma phala. Oleh karena itu, harus ada kelahiran kembali untuk menikmati perbuatan yang tersisa.

B.      Pengertian Karma PhalaKarma phala berasal dari bahasa sansekerta. Kata karam berarti perbuatan atau tingkah laku dan phala berarti hasil atau buah. Jadi karma phala berarti hasil dari perbutan yang kita lakukan. Tujuan dari hukuman karma ialah untuk mencapai kesempurnaan serta kebahagiaan lahir batin(moksa). Dalam Bhagawadgita II. 47 dan 4. 5. 8 diuraikan tentang karma sebagai berikut:Karmany evadhikaras teMa phalesu kadacanaMa karma-phala-bhurMa te sango stv akarmaniTerjemahan :Hanya berbuat untuk kewajibanmuTidak hasil perbuatan itu yang kau pikirkanJangan sekali pahala jadi motif mu dalamBekerja jangan pula hanya berdiam diri

C.      Pengertian PunarbhawaKata punar bhawa berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari 2 kata yaitu punar yang berarti lagi dan bhawa yang berarti menjelma. Jadi punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang. Punarbhawa atau semsara diakibatkan oleh adanya hukum karma, dimana karma yang jelek menyebabkan atma menjelma kembali untuk memperbaharui perbuatan yang kurang baik. Adapun tujuan dari adaya punarbhawa yaitu:

1.       Untuk menerima pahala karma yang belum dinikmati di masa lalu.2.       Suatu kesempatan untuk membersihkan jiwa atma dari segala dosa awidya dan adharma.3.       Untuk mencapai tujuan ajaran agama hindu terkhir yaitu moksa. Bersatunya kembali antara

atma dengan Brahman.

D.      Macam-macam Karma PhalaHukum karma mengajarkan, bahwa perbuatn baik berubah kebaikan dan perbuatan buruk berubah keburukan. Adapun hukum karma tersebut dapat dibagi menjadi 3 macam menurut waktu yaitu:

1.       Sancita Karma PhalaAdalah sisa hasil perbuatan masa lalu yang belum sempat dinikmati dari masih merupakan benih yang dapat menentukan kehidupan sekarang. Ini artinya seseorang tidak hanya menggantungkan diri pada nasib atau benih kehidupan masa lalu karena karma baru pun dapat hidupnya sesuai dengan tingkat kesucian karmanya.

2.       Kriyamana Karma PhalaAdalah hasil perbuatan seseorang secara kumulatif belum sempat dinikmati dan akan dinikmati di kehidupan berikutnya.

3.       Praraba Karma PhalaAdalah hasil perbuatan pada masa sekarang yang habis dinikmati pada masa sekarang juga tanpa ada yang tersisa.

Page 12: asubha karma.asuba karmadocx

E.       Subha dan Asubha KarmaKata subha berarti baik, dan kata asubha berarti tidak baik. Dengan demikian, yang disebut dengan subha dan asubha karma ialah karma yang baik dan karma yang tidak baik. Untuk menimbulkan kesadaran yang mantap untuk melaksanakan karma-karma yang baik caranya adalah dengan menyucikan Tri Kaya Parisudha kita supaya suci bersih. Dapat disimpulkan bahwa siapa yang berbicara dan berbuat berdasarkan pikian yang suci maka kebahagiaan selalu mengikutinya. Begitu juga sebaliknya. Beberapa manfaat dari kita mempelajari hukum karma diantaranya : kita bisa memiliki kesabaran, pengendalian diri, kebijaksanaan, dan bhakti kepada Sang Hyang Widhi.Contoh subha dan asubha karma adalah adanya kelahiran yang berbeda-beda di dunia ini seperti:

1.       Adanya orang cacat, sakit-sakitan, sudah tentu ia lahir dari neraka akibat dari asubha karma.2.       Ada yang bahagia, suci, dermawan, welas asih, sudah tentu ia lahir dari surga akibat dari subha

karmanya.

F.       Hubungan Karma Phala Dengan PunarbhawaAdapun punarbhawa (semsara), kelahiran kembali yang berulang-ulang ke dunia ini mengikuti hukum karma phala, dimana jiwatman itu dapat lahir lagi sebagai manusia atau binatang atau pun makhluk hidup lainya sesuai dengan karma phala dan karma wesana. Jika jiwatman dapat meloloskan diri secara mutlak dari ikatan karma maka punarbhawa pun akan lenyap, atman akan kembali tinggal dengan brahman.

G.     Hubungan Karma dengan Neraka, Surga, dan MoksaSegala perbuatan baik maupun buruk akan membawa akibat tidak saja dalam kehidupan sekarang ini, tetepi juga di hakherat. Dengan suksma sarira terlepas dari stula sarira itu juga mempengaruhi dalam penjelmaan yang akan datang. Setelah atman bersama dengan suksma sarira bersenyawa kembali dalam stula sarira yang baru, Sang Hyang Widhi akan menghukumnya. Beliau akan merahmati atma seseorang yang berjasa dan amal saleh, dan akan menganpuni atma seseorang yang pernah berbuat dosa, bila dia berjanji tidak akan berbuat dosa lagi. Dan Sang Hyang Widhi akan menghukum atma yang tidak pernah berhenti-henti berbuat kejahatan.

H.     Contoh atau Bukti Terjadinya Punarbhawa1.       Rasa takut manusia menghadapi kematian.2.       Kesediaan bayi yang sejak baru lahir untuk menyusu pada ibunya menunjukan suatu

pengalaman yang pernah dialami pada kelahiran sebelumnya.3.       Adanya ilmu pengetahuan batin, kerohanian, paranormal, telepati dan intrans yang dapat

menceritakan keadaan pada masa lalu dengan jelas.

Page 13: asubha karma.asuba karmadocx

4.       Sebagaimana yang dituliskan oleh svani svananda dalam majalah “devine life”. Dikatakan bahwa ada seorang anak kecil yang bernama devi yang menggemparkan kota delhi karena ia dapat mengingat kehidupanya pada kehidupann sebelumnya.

I.        Contoh Hukum KarmaDalam ajaran agama hindu disebutkan bahwa manusia memiliki 3 sifat dalam dirinya yaitu icha(keinginan), jnana(tahu), dan kriya(kehendak), yang ketiganya membentuk karmanya. Begitu pula yang terjadi pada Prabu Dasarta. Suatu Prabu Dasarta berburu kehutan dan tanpa sengaja membunuh seorang brahmana muda. Setelah orang tuanya tahu, anaknya meninggal, lalu ia mengutuk Parabu Dasarta supaya meninggal pada saat ditinggalkan oleh anak yang paling dicintainya. Berpuluh-puluh tahun kemudian, Prabu Dasararta menerima nasibnya pada saat putra yang dicintainya yaitu Sri Rama meninggalkan istana dan pergi ke hutan atas tuntutan janjii dari devi keikayi.