aspirin
DESCRIPTION
FarmakologiTRANSCRIPT
Diskusi Obat
ASPIRIN
Oleh :
Ma’rufa Istiqomah
208.121.0017
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISMA
MALANG
2012
BAB IPENDAHULUAN
Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat
yang digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk oban antiradang
non-steroid (NSAID). NSAID seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen bukan
saja melegakan sakit, malah obat ini juga bisa mengurangi demam dan kepanasan.
Analgesik bersifat narkotik seperti opoid dan opidium bisa menekan sistem saraf
utama dan mengubah persepsi terhadap kesakitan (noisepsi). Obat jenis ini lebih
berkesan mengurangi rasa sakit dibandingkan NSAID.
Analgesik seringkali digunakan secara gabungan serentak, misalnya
bersama parasetamol dan kodeinpseudoefedrin untuk obat sinus, atau obat
antihistamin untuk alergi. dijumpai di dalam obat penahan sakit (tanpa resep).
Gabungan obat ini juga turut dijumpai bersama obat pemvasocerut seperti
Berbagai salisilat dan agen-agen lain yang mirip yang dipakai untuk
mengobati penyakit reumatik sama-sama memiliki kemampuan untuk menekan
tanda-tanda dan gejala-gejala inflamasi. Obat-obat ini mempunyai efek antipiretik
dan analgesik, tetapi sifat-sifat anti inflamasi merekalah yang membuat mereka
paling baik dalam menangani gangguan-gangguan dengan rasa sakit yang
dihubungkan dengan intensitas proses inflamasi.
Meskipun semua NSAID tidak disetujui oleh FDA untuk semua rentang
penyakit reumatik, semuanya mungkin efektif pada atritis rheumatoid, berbagai
spondiloartropati seronegatif (misalnya atritis psoriatis dan atritis yang dikaitkan
dengan penyakit usus meradang), osteroartritis, muskuloskeletal terlokalisir
(misalnya terkilir dan sakit punggung bawah) dan pirai (kecuali tolmetin yang
nampaknya tidak efektif pada pirai). Karena aspirin, permulaan NSAID,
mempunyai beberapa efek yang merugikan, banyak NSAID lainnya telah
dikembangkan dalam usaha untuk memperbaiki efektifitas dan toksisitasnya.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1. ASPIRIN
Pemakaian aspirin yang lama dan kemudahan memprolehnya tanpa resep
telah menghapus daya tariknya di bandingkan dengan NSAID yang lebih baru.
Akan tetapi, aspirin adalah standart ukuran bagi semua agen-agen antiinflamasi,
hingga mulai adanya ibuprofen bebas yang seefektif aspirin tetepi lebih aman.
Aspirin sekarang kurang dipakai sebagai pengobatan antiinflamasi daripada
sebelumnya. Ibuprofen dan naproxen mengikuti aspirin sebagai NSAID bebas di
Amerika Serikat. Keduanya memiliki catatan keamanan yang baik hingga baik
sekali., dan khusus ibuprofen sekarang merupakan setandart umum terhadap
NSAID lain yang dibandingkan.
2.2 FARMAKOKINETIK
Asam salisilat adalah asam organik sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin
mempunyai pKa 3,5. Sodium salisilat dan aspirin adalah obat antiinflamasi yang
sama efektifnya, walaupun aspirin mungkin lebih efektif sebagai analgesik.
Salisilat dengan cepat diserap oleh lambung dan usus kecil bagian atas,
menghasilkan kadar puncak plasma salisilat dalam 1-2 jam. Aspirin diserap dalam
cara yang sama dan dihidrolisis cepat menjadi acetic acid dan salisilat oleh
esterase-esterase dalam jaringan dan darah.
1. Absorpsi
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk
utuh di lambung, tetapi sebagian besar di usus halus bagian atas. Kecepatan
absorpsinya tergantung dari kecepatan disintegrasidan disolusi tablet, PH
permukaan mukosa dan waktu pengosongan lambung. Absorpsi pada
pemberian secara rectal lebih lambat dan tidak sempurna sehingga cara ini
tidak dianjurkan. Asam salisilat diabsorpsi cepat dari kulit sehat, terutama bila
dipakai sebagai obat gosok atau salep.
2. Distribusi
Setelah diabsorpsi, salisilat segera menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan
cairan transeluler sehingga ditemukan dalam cairan sinovial, cairan spinal,
cairan peritoneal, liur dan air susu. Obat ini mudah menembus sawar darah
otak dan sawar uri. Kira-kira 80%-90% salisilat plasma terikat pada albumin.
3. Metabolisme
Aspirin diserap dalam bentuk utuh, dihidrolisis menjadi asam salisilat terutama
dalam hati, sehingga hanya kira-kira 30 menit terdapat dalam plasma.
Biotransformasi salisilat terjadi di banyak jaringan, tetapi terutama di
mikrosom dan mitokondria hati.
4. Eksresi
Salisilat di eksresi dalam bentuk metabolitnya terutama melalui ginjal,
sebagian kecil melalui keringat dan empedu.
2.3 FARMAKODINAMIK
1. Efek-efek anti inflamasi.
Aspirin adalah penghambat non-selektif kedua isoform COX, tetapi salisilat
jauh lebih kurang efektif dalam menghambat kedua isoform. Salisilat yang
tidak di asetilasi mungkin bekerja sebagai scavenger radikal oksigen. Dari
catatan diketahui bahwa berbeda dari kebanyakan AINS lainnya, aspirin
menghambat COX secara irreversible, dan bahkan dosis rendah bisa efektif
dalam keadaan tertentu, misalnya penghambatan agregasi platelet.
2. Selain mengurangi sintesis mediator-mediator eicosanoid, aspirin juga
mempengaruhi mediator-mediator kimia dari sistem kallikrein. Sebagai
akibatnya, aspirin menghambat melekatnya granulosit pada vasculature yang
rusak, menstabilkan lisosome, dan menghambat migrasi leukosit
polimorfonuklear dan makrofag ke dalam daerah inflamasi.
3. Efek-efek analgesik.
Aspirin paling efektif untuk mengurangi nyeri dengan intensitas ringan sampai
sedang. Ia bekerja secara perifer melalui efeknya terhadap inflamasi, tetapi
mungkin juga menghambat rangsangan nyeri pada daerah subkortikal.
4. Efek-efek antipiretik.
Aspirin menurunkan suhu yang meningkat, sedangkan suhu badan normal
hanya terpengaruh sedidkit. Efek antipiretik aspirin mungkin diperantarai oleh
hambatan kedua COX dalam sistem saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang
dirilis dari makrofag selama episode inflamasi). Turunnya suhu, dikaitkan
dengan meningkatnya panas yang hilang karena vasodilatasi dari pembuluh
darah permukaan (superfisial) dan disertai keluarnya keringat yang banyak.
5. Efek-efek platelet.
Aspirin mempengaruhi hemostasis. Dosis rendah tunggal aspirin (kira-kira 80
mg sehari) menyebabkan sedikitnya perpanjangan waktu pendarahan, yang
menjadi dua kali lipat bila pemberiannya dilanjutkan selama seminggu.
Perubahan disebabkan oleh hambatan platelet COX yang irreversible, sehingga
efek antiplatelet dari aspirin berlangsung 8-10 hari (umur platelet). Secara
umum, aspirin harus dihentikan satu minggu sebelum pembedahan untuk
menghindari komplikasi perdarahan.
2.4 INDIKASI DAN DOSIS
1. Antipiretik
- Dosis dewasa: 325 mg – 650 mg, diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam.
- Dosis anak: 15-20 mg/KgBB, diberikan tiap 4-6 jam dengan dosis total
tidak melebihi 3,6 gram perhari
2. Analgesik
Salisilat bermanfaat untuk mengobati nyeri tidak spesifik misalnya sakit
kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia dan mialgia. Dosis sama seperti
penggunaan untuk antipiretik.
3. Demam Rematik Akut
- Dosis dewasa: 5-8 g perhari, diberikan 1 g perkali.
- Dosis anak: 100-125 mg/KgBB/hari, diberikan tiap 4-6 jam selama 1
minggu, setelah itu dosis berangsur diturunkan sampai 60 mg/kgBB/hari.
- Dalam waktu 24-48 jam setelah pemberian obat yang cukup terjadi
pengurangan nyeri, kekakuan, pembengkakan, rasa panas dan merahnya
jaringan setempat. Suhu badan, frekuensi nadi menurun dan pasien merasa
lebih enak.
4. Reumatoid Artritis
- Dosis: 4-6 g/hari, tetapi dosis 3 g/hari kadang-kadang cukup memuaskan.
- Walaupun telah banyak ditemukan obat antireumatoid baru, salisilat masih
dianggap obat standar pada studi perbandingan dengan obat anti reumatik
lain. Sebagian pasien artitis rheumatoid dapat dikontrol dengan salisilat saja,
bila hasilnya tidak memadai, dapat digunakan obat lain.
5. Penggunaan Lain
Aspirin digunakan untuk mencegah thrombus koroner dan rombus vena-dalam
berdasarkan efek penghambatan agregasi trombosit. Laporan menunjukkan
bahwa dosis aspirin kecil yang diminum tiap hari dapat mengurangi insiden
infark miokard akut, stroke dan kematian pada pasien angina tidak stabil
2.5 SEDIAAN
Aspirin (asam asetil salisilat) dan natrium salisilat merupakan sediaan yang
paling banyak digunakan. Aspirin tersedia dalam bentuk tablet 100 mg untuk anak
dan tablet 500 mg untuk dewasa. Metil-salisilat (minyak wintergreen) hanyak
digunakan sebagai obat luar dalam bentuk salep atau linimen dan dimaksudkan
sebagai counter irritant bagi kulit. Asam salisilat berbentuk bubuk, digunakan
sebagai keratolitik dengan dosis tergantung dari penyakit yang akan diobati.
2.6 PEMILIHAN OBAT
Aspirin dapat diperoleh dari berbagai macam pabrik, dan meskipun bisa
bervariasi dalam tekstur dan penampilan, kandungn aspirin tetap. Tes disintegrasi
adalah bagian dari standart resmi, dan sedikit bukti yang menunjukkan bahwa
perbedaan antara tablet tersebut memiliki keamanan klinis. Buffered Aspirin yang
paling popular tidak mengandung cukup alkali untuk mengurangi iritasi lambung
dan tidak ada bukti bahwa preparat yang lebih mahal ini dikaitkan kadar darah
yang lebih tinggi atau evektivitas klinis yang lebih besar.
2.7 EFEK SAMPING OBAT
Pada dosis yang biasa, efek aspirin yang paling berbahaya adalah gangguan
lambung. Efek ini bisa dikurangi denggan penyanggaan yang sesuai (menelan
aspirin bersamaan dengan makanan diikuti dengan segelas air atau antacid).
Dengan dosisi lebih tinggi , pasien-pasien mungkin mengalami salicylism,
muntah - muntah, tinnitus, pendengaran yang berkurang, dan vertigo yang
reversible dengan mengurangi dosis. Dosis salisilat yeng lebih tinggi
menyebabkan hiperpne melalui efek langsung pada medulla batang otak,
sedangkan dosis salisilat yang lebih rendah alkalosisi respiratorik mungkin terjadi.
Terkadang juga dapat menyebabkan hepatitis ringan dan penurunan filtrasi
glomeruli. Pada dosisi harian 2 gr atau kurang, akan menaikan kadar asam urat
dalam serum.
BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Aspirin adalah salah satu obat pereda nyeri yang digolongkan sebagai
NSAID (Non Steroid Anti Inflamatory Drugs). Obat-obat ini mempunyai efek
antipiretik dan analgesik, tetapi sifat-sifat anti inflamasi merekalah yang membuat
mereka paling baik dalam menangani gangguan-gangguan dengan rasa sakit yang
dihubungkan dengan intensitas proses inflamasi.
3.2 SARAN
Kami sadar bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna, maka dari itu
kami memerlukan kritik dan kontruksif guna tercapainya kesempurnaan dalam
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Deglin, Judith Hopfer . 2005. Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta : EGC
Gunawan, Gan Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik buku 2. Jakarta : Salemba
Medika.
Widodo, Samekto dan Abdul Gofir . 2001. Farmakoterapi dalam Neurologi.
Jakarta : Salemba Medika