aspek perpajakan pada siklus produksi pt sembilan …
TRANSCRIPT
iv
ASPEK PERPAJAKAN PADA SIKLUS PRODUKSI
PT SEMBILAN MATAHARI
Oleh :
DIETA PUSPITA SARI
NIM: 232011174
LAPORAN MAGANG
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI: AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena laporan
magang telah selesai dengan baik. Penulis menyadari bahwa penyelesaian laporan ini dapat
berjalan dengan baik karena dukungan oleh berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin
menyempaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Keluarga tercinta yaitu bapak, mama, kakak, dan adik-adik yang telah memberi
dukungan penuh selama proses pembuatan dari awal hingga selesainya laporan
ini.
2. Ibu Gusti Tanggulungan, SE., M.Ak. selaku wali studi sekaligus yang telah
membimbing penulis dari awal hingga selesainya laporan magang ini.
3. Bapak Hari Sunarto, SE,M.Com,Ph.D, selaku dekan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
4. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE, MBA, selaku kepala program studi akuntansi
5. David A.A Pesudo, SE., M.Ak yang telah memberikan saran dan masukan, serta
seluruh dosen yang telah memberikan ilmu kepada saya selama kegiatan belakar
mengajar di Universitas Kristen Satya Wacana.
6. Pak Adi, Pak Soni, Pak Fathony, Pak Adri, Kang Ale, Kang Ali, Teh Iin, Teh
Anisya, Teh Kikoy, dan semua rekan yang telah membantu saya selama
melaksanankan magang di PT Sembilan Matahari yang tak bisa saya sebut satu-
persatu.
7. Radian Kanugroho yang telah mendukung, memberi semangat, menemani saat
sulit dalam setiap proses dari awal hingga selesainya laporan ini.
8. Teman-teman roompik, Kak Okta, Kak Dian, Kak Tika, Kak Jess. Teman-teman
seperjuangan, Airin, Devi, Sani, Devira, dan semua teman-teman seagkatan 2011
yang tidak bisa saya sebut satu-persatu.
9. Keluarga besar Finger Kine Klub yang telah banyak memberikan pelajaran dan
pengalaman bagi saya selama berkuliah, berkarya dan berorganisasi.
10. KFC Cabang Salatiga yang telah memberikan pelayanan terbaik dan menjadi
tempat yang nyaman untuk menyelesaikan laporan ini.
11. Temen-teman atau pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu saya
sampaikan terma kasih atas segala dukungannya.
vi
MOTTO
“Jika kau tidak memperjuangkan apa yang kau inginkan, jangan pernah
menangisinya.” - NN
vii
ABSTRACT
Production house company has a different business characteristics with other businesses, production
house is a combination of types of manufacturing businesses are wrapped with services.
Characteristics of the different activities make tax aspects that arise in the production house is also
different from other businesses. But the players in this industry still lay on taxation. So, to determine
the taxation aspects of the production cycle production house to do the process of acquiring data
through internships at PT Sembilan Matahari in which there are interviews, observation and
participation. From the analysis of the data obtained, identified on the taxation aspects of the
production cycle PT Sembilan Matahari is Stamp Duty, Income Tax Article 4 Paragraph (2) as the
implementation of the Regulation No. 46 Year 2013 on Income Tax, article 21, article 22, article 23,
and VAT. However, in practice, found an error in the calculation of income tax over 21 permanent
employees and crediting of VAT that cause errors in the deposit and reporting elements. In addition,
there was no process count, deposit and report on labor income tax 21 Income tax 23 off and on
rental equipment and production equipment. While the implementation of the Regulation No. 46 Year
2013, PT Sembilan Matahari does not have the Income Tax Exemption Certificate 22 despite having
activities related to government agencies.
Keywords: Production House, aspects of taxation.
viii
SARIPATI
Rumah produksi memiliki karateristik bisnis yang berbeda dengan usaha lain, rumah produksi
merupakan kombinasi antara jenis usaha manufaktur yang dibalut dengan jasa. Karateristik aktivitas
yang berbeda membuat aspek perpajakan yang timbul dalam rumah produksi juga berbeda dengan
bisnis lain. Namun pemain dalam industri ini masih awam mengenai perpajakan. Sehingga, untuk
mengetahui aspek perpajakan pada siklus produksi rumah produksi dilakukan proses perolehan data
melalui kegiatan magang di PT Sembilan Matahari yang didalamnya terdapat wawancara, observasi
dan partisipasi. Dari hasil analisis data yang diperoleh, teridentifikasi aspek perpajakan pada siklus
produksi PT Sembilan Matahari adalah Bea Materai, PPh Pasal 4 Ayat (2) sebagai pelaksanaan PP No
46 Tahun 2013 atas PPh Badan, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPN. Namun pada
praktiknya, ditemukan kesalahan dalam penghitungan PPh 21 atas karyawan tetap dan pengkreditan
PPN yang menimbulkan kesalahan dalam unsur setor dan pelaporannya. Selain itu, tidak ditemukan
proses hitung, setor dan lapor PPh 21 atas tenaga kerja lepas dan PPh 23 atas sewa peralatan dan
perlengkapan produksi. Sedangkan atas pelaksanaan PP No 46 Tahun 2013, PT Sembilan Matahari
tidak memilki Surat Keterangan Bebas PPh 22 meskipun memiliki aktivitas yang berkaitan dengan
instansi pemerintah.
Kata Kunci : Rumah Produksi, Aspek Pajak.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
menyertai selama proses awal hingga akhir selesainya laporan magang ini dengan baik.
Penulis telah menyelesaikan kegiatan magang dan menyusun laporan magangyang
berjudul Aspek Perpajakan pada Siklus Produksi PT Sembilan Matahari sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana.
Aspek Perpajakan pada siklus produksi rumah produksi menarik untuk diulas karena
realitanya masih banyak pemain dalam industri kreatf ataupun rumah produksi masih awam
tentang perpajakan. Oleh karena itu, dengan melakukan magang kerja pada PT Sembilan
Matahari diharapkan hasil laporan berupa identifikasi aspek perpajakan pada rumah produksi
pada umumnnya dan PT Sembilan Matahari secara khususnya dapat memberikan tambahan
pengetahuan bagi pembaca mengenai aspek perpajakan yang terdapat pada siklus produksi
rumah produksi, dan juga memberikan masukan bagi pengelolaan perpajakan pada rumah
produksi secara umum dan PT Sembilan Matahari secara khususnya.
Penulis menyadari masih memiliki kekurangan dalam penulisan laporan ini, sehingga
penulis mengharapkan adanya masukan kritik dan saran yang dapat menjadikan laporan ini
menjadi lebih baik. Penulis juga mengharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca
agar dapat memberikan pengetahuan dari hasil magang ini.
Salatiga, 4 Mei 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................. i
Pernyataan Keaslian Skripsi.............................................................................................. ii
Halaman Persetujuan/Pengesahan................................................................................ iii
Ucapan Terimakasih.......................................................................................................... iv
Halaman Motto.................................................................................................................. v
Abstract............................................................................................................................. vi
Saripati.............................................................................................................................. vii
Kata Pengantar.................................................................................................................. viii
Daftar Isi............................................................................................................................ ix
Daftar Tabel....................................................................................................................... xi
Daftar Lampiran................................................................................................................ xii
PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
TINJAUAN LITERATUR
Pengertian Rumah Produksi....................................................................................... 2
Tahapan Produksi Rumah Produksi........................................................................... 2
Aspek Perpajakan Rumah Produksi........................................................................... 5
METODA MAGANG DAN PELAPORAN..................................................................... 8
PEMBAHASAN
Profil PT Sembilan Matahari..................................................................................... 9
Aktivitas Terkait Pajak pada Siklus Produksi PT Sembilan Matahari....................... 10
Aspek Perpajakan pada Siklus Produksi PT Sembilan Matahari............................... 14
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan.................................................................................................................... 20
xi
Saran........................................................................................................................... 21
Daftar Pustaka................................................................................................................... 22
Lampiran-Lampiran.......................................................................................................... 23
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Aktivitas Idea & Script Development dan Jenis Pajak yang Terkait
Tabel 2 Aktivitas Preproduction dan Jenis Pajak yang Terkait
Tabel 3 Aktivitas Production dan Jenis Pajak yang Terkait
Tabel 4 Aktivitas Post Production dan Jenis Pajak yang Terkait
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SOP Production PT Sembilan Matahari
Lampiran 2 Aspek Perpajakan pada Siklus Produksi PT Sembilan Matahari
Lampiran 3 Kegiatan Magang
Lampiran 4 Surat Keterangan Magang
1
PENDAHULUAN
Berdasar Undang-undang Nomor 33 Tahun 2009 Rumah Produksi merupakan sebuah
usaha perfilman yang adalah penyelenggara berbagai hal yang berhubungan dengan film
yang langsung berhubungan dengan film dan bersifat komersial. Pada tahun 1980-an sampai
dengan tahun 2000-an usaha rumah produksi menjamur karena jumlah stasiun televisi
semakin bertambah sedangkan mereka tak mampu untuk memproduksi sendiri seluruh
program acaranya. Sehingga, rumah produksi menjadi salah satu usaha yang dicari oleh
stasiun televisi (Ayuningtyas, 2008: 39). Wahyudi (1992) mengatakan bahwa tugas utama
rumah produksi adalah memproduksi dan menyiarkan informasi audio atau informasi
audiovisual gerak dalam bentuk film, kaset audio, dan kaset audiovisual. Seiring
berkembangnya teknologi, industri rumah produksi di Indonesia semakin berkembang
mengikuti teknologi multimedia.
Berdasar karateristik siklus produksinya, rumah produksi merupakan kombinasi
antara jenis usaha manufaktur dan jasa pembuatan video. Hal ini membuat rumah produksi
memiliki aktivitas siklus bisnis yang berbeda dengan jenis usaha lain. Karateristik aktivitas
yang berbeda tersebut membuat aspek perpajakan yang timbul dalam rumah produksi juga
berbeda dengan bisnis lain. Namun studi tentang rumah produksi terkait aspek perpajakan
masih jarang dijumpai. Fenomena yang terjadi adalah banyak pemain dalam industri kreatif
ataupun rumah produksi yang masih awam tentang perpajakan, hal ini juga menjadi
pendukung untuk dapat menganalisis dan mengulas aspek perpajakan dalam siklus produksi
pada rumah produksi.
PT Sembilan Matahari merupakan sebuah rumah produksi yang berdiri di Bandung,
Jawa Barat yang kegiatannya membuat film,video mapping, 3D holographic, dan corporate
video. Sampai saat ini PT Sembilan Matahari telah mengikuti berbagai macam festival baik
didalam maupun diluar negeri sebagai bentuk eksistensinya dalam industri rumah produksi
dalam skala nasional maupun internasional. PT Sembilan Matahari memiliki karateristik
pelanggan yang beragam, tak hanya berasal dari konsumen umum namun juga berasal dari
instansi pemerintah. Sehingga PT Sembilan Matahari diduga memiliki aspek perpajakan yang
cukup lengkap dari segi siklus produksinya dan mampu mewakili rumah produksi lainnya.
Untuk mengetahui mengenai aspek perpajakan yang terdapat pada siklus produksi di PT
Sembilan Matahari, maka akan dilakukan analisis dan penelitian dalam bentuk magang kerja
yang akan memperhatikan setiap aspek perpajakan yang terdapat dalam setiap siklus produksi
PT Sembilan Matahari. Mulai dari mengidentifikasi aktivitas terkait perpajakan pada siklus
2
produksi, melakukan perhitungan pajak yang timbul selama proses produksi, menghitung
pajak penghasilan atas karyawan dan badan, serta menyiapkan pelaporan pajak berupa SPT
Masa atas setiap aspek pajak yang terdapat pada siklus produksi PT Sembilan Matahari.
Laporan identifikasi aspek perpajakan pada rumah produksi diharapkan dapat
memberikan tambahan pengetahuan bagi pembaca mengenai aspek perpajakan yang terdapat
pada siklus produksi rumah produksi, dan juga memberikan masukan bagi pengelolaan
perpajakan pada rumah produksi secara umum dan PT Sembilan Matahari secara khususnya.
TINJAUAN LITERATUR
Pengertian Rumah Produksi
Rumah produksi adalah wadah usah/lembaga yang mencari, mengumpulkan,
menyeleksi, dan mengolah informasi untuk dijadikan informasi audio visual gerak/ statis
dengan cara elektris. Output dari rumah produksi adalah informasi yang dimasukkan ke
dalam film, kaset audio,dan kaset audio visual. Rumah produksi memproduksi informasi
audiovisual gerak/ statis ke dalam film, kaset audio dan kaset audiovisual dan menjualnya
kepada khalayak, termasuk kepada publishing house (Wahyudi, 1992:57). Rumah produksi
merupakan salah satu jenis usaha dalam ekonomi kreatif. Sedangkan menurut Kementrian
Perdagangan Indonesia ekonomi kreatif adalah industri yang berasal dari pemenfaatan
kreativitas, ketrampilan, serta bakat idividu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan
pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreatif dan daya cipta individu
tersebut.
Menurut Ayunigtyas (2008) produk dari rumah produksi secara umum terdiri dari
Program dan Non Program. Produk yang berjenis program adalah produk yang berbentuk
film yang berisikan cerita maupun non cerita dan materi fisiknya bisa berupa video maupun
celluloid, antara lain serial film, sinetron, dokumenter, reality show, dan kuis. Sedangkan
produk berjenis non program diantaranya adalah iklan, company profile, dan video klip.
Tahapan Produksi di Rumah Produksi
Dalam proses produksi di rumah produksi, secara garis besar terdiri atas beberapa
tahapan. Dalam skala rumah produksi di Hollywood, menurut Grillo (2006) sebuah rumah
produksi memiliki 5 tahapan:
3
1. Tahap Development
Menurut Grillo (2006: 233), pada tahap development ini seorang kepala rumah
produksi bermitra dengan tim kreatif pada proyek multitipe dan berfikir kritis bagi
kesuksesan finansial rumah produksi. Ketika proyek sedang dalam pengembangan dan
dekat dengan praproduksi, kepala produksi membaca skenario dan berbagi pikiran
dengan koordinator dari tiap divisi film. Kemudian dilakukanlah perundingan tentang
lokasi syuting, besarnya biaya, lama waktu persiapan produksi, jumlah shoot
(pengambilan gambar), penetapan tanggal rilis, alternative sutradara, produser kreatif
dan pelaksana, serta pemain.
Hal lain yang harus dipertimbangkan adalah jenis dan genre film, jumlah dan
jarak tiap lokasi, ketersediaan lokasi atau pembuatan lokasi, biaya dan ketersediaan
peralatan serta set dressing, urutan kerja produksi, penyutingan, jumlah artis, figuran
serta pemeran pengganti dalam setiap adegan, physical effect, efek visual, musik
(termasuk perizinan), unit kerja dan kompleksitas pascaproduksi.
2. Praproduksi
Praproduksi merupakan tahapan persiapan sebelum memulai proses produksi,
dimana para kepala dari tiap divisi film berkumpul dan mempersiapkan segala
kebutuhan dan keperluan selama produksi. Tahapan praproduksi terdiri dari 28 langkah
yang terdiri dari 5 fokus kerja.
Pertama, produser eksekutif berkumpul bersama dengan sutradara dan produser
kreatif serta pelaksana untuk membicarakan output dari tahapan development yang
sudah selesai dirancang. Kemudian pembicaraan meluas dengan melibatkan pihak-
pihak terkait dalam tahap produksi hingga pasca produksi, dan juga ahli-ahli khusus
sebagai penasihat proyek. Pertemuan tersebut menghasilkan jadwal pelaksanaan
syuting, pengadeganan, perubahan skrip, anggaran produksi, perlatan, kesepakatan
kerja dengan pihak pekerja dan terkait. Kedua, sutradara dan para produser mencari
lokasi dan mempekerjakan pekerja, pemain, pemeran pengganti, serta figuran melalui
wawancara terbuka maupun tertutup. Ketiga, produser dan sutradara melakukan
pertemuan dengan pihak-pihak terkait perijinan ke komisi film dan pejabat setempat.
Membuat kesepakatan dengan kru, pemilik rental peralatan, pihak penyedia akomodasi
transportasi, dan pihak terkait lain. Keempat, adalah penandatanganan kontrak.
Kemudian dilaksanakan rapat rutin dengan seluruh kru. Terakhir, aktivitas persiapan
4
produksi semakin terlihat dengan dimulainya membangun kantor, survey lokasi, latihan
pemain, uji kostum, make-up, penataan rambut, dan peralatan, rapat rutin produksi, dan
membuat ruang editing serta keperluan pasca produksi yang lain. Pada hari terakhir
rapat rutin praproduksi para pemain dan kru mendapat call sheet, yaitu jadwal
keterangan rinci pelaksanaan syuting.
3. Produksi
Produksi adalah proses dimana komponen materi film dibuat. Tahapan
produksi merupakan tahap pelaksanaan atas perencanaan yang telah dibuat pada tahap
praproduksi. Tahap produksi terdiri atas 14 langkah. Langkah-langkah tersebut berisi
panduan dalam melaksanakan proses produksi yang terdiri dari 3 fokus pekerjaan, yaitu
menjalankan, mengawasi, mengevaluasi.
Pertama, menjalankan setiap tugas masing-masing berdasarkan call sheet. Kru
dan pemain menjalankan jadwal syuting, asisten sutradara, sutradara, dan produser
membuat penyesuaian jadwal syuting jika call sheet tidak dapat terlaksana, produser
dan tim melakukan publikasi sebagai langkah marketing, serta menangani akomodasi
dan transportasi pemain dan pekerja. Pekerjaan kedua adalah mengawasi. Mengawasi
setiap proses produksi yang sedang, sudah, dan akan berjalan, memantau perubahan
skrip, mengawasi visual efek yang berkaitan pada proses editing di tahap pasca
produksi, dan mengawasi anggaran atas biaya harian dan mingguan selama tahap
produksi. Pekerjaan ketiga adalah mengevaluasi. Hasil dari memantau proses produksi
dibicarakan dalam rapat produksi harian untuk menganalisis dan menyelesaikan
persoalan atas kinerja, hasil dan anggaran keuangan produksi. Pada akhir tahap ini,
biasanya akan diadakan Warp Party sebagai perayaan dan ucapan terimakasih kepada
seluruh kru dan pemain atas kerja dan usaha mereka selama tahap produksi.
4. Pasca Produksi
Di tahapan ini, materi film dirakit dan diedit oleh editor yang telah ditunjuk
dan direkrut di tahap praproduksi. Pada tahapan ini, baik gambar, suara maupun efek
diolah menjadi sebuah produk film yang utuh. Terdapat 25 langkah dalam tahap pasca
produksi ini. 25 langkah itu terdiri dari 3 fokus kerja.
Pertama, setelah tahap produksi selesai maka seluruh perlengkapan dan
peralatan dikembalikan, kantor produksi, lokasi, kostum, dan set dressing dibongkar.
5
Produser melakukan pengecekan dan pembayaran tagihan serta melakukan transfer data
materi film hasil tahap produksi ke pihak pelaksana editing. Pada fokus kerja kedua
dimulailah proses editing dari penambahan efek suara ataupun visual, review sutradara
dan produser, hingga film selesai dan dilakukan uji penayangan. Setelah itu, film akan
dibawa ke pihak sensor dan dilakukan penyensoran. Fokus kerja ketiga, membuat dan
mengadakan rencana distribuasi, pembuatan poster, premier film, jumpa pers,
pengumuman tanggal rilis dan segala macam bentuk publikasi lain. Setelah perijinan,
persyaratan, serta penyensoran selesai, maka film dapat dirilis dan dijual atau
didistribusikan ke pihak lain.
5. Tahap Penjualan dan Distribusi
Tahap penjualan dan distribusi ini merupakan tahapan akhir dimana film
dirilis ke bioskop, konsumen media (DVD, VCD, VHS, Blu-ray), download dari
penyedia, ataupun diserahkan kepada klien. Di Dindonesia rumah produksi terkadang
menyerahkan/ menjual proses tahapan ini kepada pihak distributor atau lembaga lain
yang bergerak di bidang sales dan distribusi, namun ada juga yang memilih
mengelolanya sendiri. Distributor film biasanya merilis sebuah film dengan launching
party, pers release, wawancara dengan pers, pemutaran pers preview, pemutaran film
festival, dan berbagai cara lain.
Aspek Perpajakan pada Rumah Produksi
Berdasar sistem pemungutan pajak, rumah produksi sebagai sebuah badan bisnis
selain sebagai pelaku self assessment system, juga sebagai pihak ketiga dalam withholding
assessment system. Dalam menjalankan self assessment system, rumah produksi diberi
kewenangan untuk menghitung, melaporkan, serta menyetor sendiri kewajiban pajaknya dan
fiskus bertugas sebagai pengawas. Sedangkan dalam tugasnya sebagai pihak ketiga dalam
withholding assessment system, rumah produksi bertugas memotong/ memungut dan
menyetorkan kewajiban pajak tertentu atas wajib pajak yang berkaitan dengan bisnisnya.
1. Rumah Produksi Sebagai Pelaku Self Assessment System
Rumah produksi bertugas untuk menghitung, melaporkan, dan menyetor
kewajiban pajaknya. Dasar pengenaan pajak penghasilan badan adalah laba bersih
menurut aturan fiskal. Laba bersih menurut aturan fiskal adalah laba bersih yang diakui
berdasarkan peraturan perundang-undangan pajak. Untuk mengetahui besarnya sisa
6
pajak yang harus disetor lagi atau kelebihan penyetoran pajak pada tahun pajak
tersebut, maka besar nilai pajak terutang dikurangkan dengan jumlah kredit pajak yang
telah disetorkan, yaitu PPh 22, PPh 23, PPh 24, dan PPh 25, PPh 26. Maka, akan
didapatlah nilai pajak PPh 28/29 atas kurang bayar atau lebih bayar. Di setiap akhir
masa pajak, rumah produksi wajib melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak
dalam bentuk SPT Masa dan SPT tahunan. SPT Masa disampaikan paling lambat 20
hari setelah akhir masa pajak. Sedangkan SPT Tahunan untuk badan maksimal 4 bulan
setelah masa pajak, namun dapat mengajukan perpanjangan maksimal 2 bulan apabila
wajib pajak mengajukan SPT beserta perhitungan pajak sementara. SPT dapat
disampaikan ke KPP/ KP4 secara langsung, atau melalui Kantor Pos secara tercatat.
Jika penyampaian SPT terlambat, maka rumah produksi dikenai sanksi denda sesuai
dengan ketentuan berlaku. Penyetoran angsuran pajak atau PPh 25 dapat melalui
Kantor Pos atau Bank yang sudah ditunjuk oleh Dirjen Pajak. Jika terjadi kurang bayar
atau muncul PPh 29, maka pajak terutang yang belum dibayarkan harus dilunasi
sebelum penyampaian SPT Tahunan PPh. Jika yang terjadi adalah lebih bayar atau
muncul PPh 28, maka kelebihan bayar tersebut dapat direstitusi atau dikreditkan
kembali pada tahun pajak berikutnya.
Namun dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima
atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu, jika rumah
produksi memiliki peredaran bruto dalam satu tahun pajak tidak lebih dari Rp 4,8
Milyar (PMK197/PMK.03/2013) maka atas pajak penghasilan badannya dikenai tarif
1%. PP Nomor 46 Tahun 2013 ini termasuk dalam PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat
final, sehingga pada akhir tahun pajak nilainya tidak dapat dijadikan sebagai kredit
pajak. Penyetoran untuk PP Nomor 46 Tahun 2013 dilakukan paling lambat tanggal 15
bulan berikutnya dengan menggunakan Surat Setor Pajak (SSP) dan tidak perlu
melaporkan dalam bentuk SPT masa karena nomor validasi NTPN dianggap sama
dengan tanggal validasi NTPN dalam SPT. Wajib pajak hanya cukup melaporkan STP
Tahunan PPh pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final dan/atau bersifat
final.
7
2. Rumah Produksi dalam Withholding Assessment System
Rumah produksi sebagai pihak ketiga ataupun subjek atas pemungutan PPh
pasal 21, PPh pasal 23, PPN dan PPnBM. Sebagai pelaku bisnis yang memberikan
penghasilan kepada para pekerjanya, rumah produksi wajib memungut PPh 21 atas
karyawan dan tenaga kerjanya. Pekerja di rumah produksi terdiri atas pegawai tetap
yang biasanya bekerja di bagian kantor yang digaji tiap bulannya, dan juga tenaga kerja
lepas yang direkrut sebagai kru atau pemain jika akan dilaksanakan sebuah produksi.
Pada umumnya tenaga kerja lepas tersebut diberi upah harian atau borongan, sesuai
dengan kontrak kerja. Berdasar peraturan PPh 21 dengan PTKP tahun 2013,
perhitungan PPh pasal 21 dibagi menjadi 5 macam yaitu: PPh pasal 21 untuk pegawai
tetap dan penerima pensiun berkala, PPh pasal 21 untuk pegawai tidak tetap atau tenaga
kerja lepas, PPh pasal 21 bagi anggota dewan pengawas atau dewan komisaris yang
tidak merangkap sebagai pegawai tetap, PPh pasal 21 bagi orang pribadi yang berstatus
sebagai bukan pegawai, PPh pasal 21 bagi peserta kegiatan.
Ketika rumah produksi melakukan sewa misalnya peralatan untuk
produksinya, rumah produksi juga wajib memungut pajak penghasilan atas pasal 23
sebagai pihak ketiga. PPh pasal 23 yang dipungut rumah produksi selain atas
pembayaran sewa, juga pembayaran lain berupa deviden, bunga, royalty, dan jasa.
Rumah produksi sebagai badan yang bergerak dalam produksi yang memberikan jasa
manajemen, maka atas setiap penghasilan rumah produksi akan dipungut PPh pasal 23
sebagai subjek pajak penghasilan. Jika penghasilan yang diperoleh olah rumah produksi
berasal dari instansi pemeritahan, maka atas penghasilan tersebut rumah produksi juga
dipotong PPh 22 sebagai subjek pajak penghasilan.
Selain sebagai pemungut PPh pasal 21, pasal 22 dan pasal 23, rumah produksi
yang memiliki peredaran bruto atau omzet melebihi Rp 4.800.000.000,00 setahun
(PMK 197/PMK.03/2013) atau memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak wajib memungut PPN. Jika barang atau jasa yang diserahkan tergolong mewah
dari pembeli atau pemakai jasanya, maka atas penyerahan tersebut dikenai juga pajak
PPnBM. PPN adalah pajak yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang berkaitan
dengan transaksi penyerahan barang atau jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang
dilakukan oleh wajib pajak badan maupun orang pribadi. Berdasar output dari rumah
produksi maka atas setiap penyerahan film, kaset video, dan hasil produksi lainnya,
rumah produksi wajib memungut pajak PPN atas barang/jasa kena pajak tersebut
8
seperti yang diatur dalam UU Nomer 42 Tahun 2009 Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Jika barang yang diserahkan
tergolong Barang Mewah berdasar Peraturan Mentri Keuangan tentang jenis barang
yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah, maka penyerahan atas barang
tersebut dikenai juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif paling rendah
10% dan paling tinggi 200% berdasar Peraturan Pemerintah. Dasar Pengenaan Pajak
atas PPN dan PPnBM adalah sebesar nominal uang pengganti atas penyerahan barang
atau jasa kena pajak.
Sebagai pihak yang memungut PPN dan PPnBM, rumah Produksi juga dapat
menjadi subjek yang dipungut PPN dan PPnBM oleh pihak lain. Sehingga dalam suatu
masa pajak, rumah produksi selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga
wajib melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak. Apabila Pajak Masukan untuk
penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan untuk mengetahui jumlah penyerahan yang terutang
pajak dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Selain sebagai pihak ketiga dalam sistem pemungutan withholding tax, rumah
produksi juga bisa berlaku sebagai subjek pajak yang pemungutannya dipungut oleh
pihak lain/ pihak ketiga. Jika rumah produksi menerapkan PP Nomor 46 Tahun 2013,
maka atas pemungutan pajak tersebut dapat dikenakan bebas bayar jika rumah produksi
dapat menunjukkan Surat Keterangan Bebas atas PPh tersebut yang telah dilegalisir
oleh KPP tercatat. Sedangkan tanggung jawab rumah produksi sebagai orang ketiga
tetap berlangsung kecuali subjek pajaknya mempu menunjukkan Surat Keterangan
Bebas atas PPh tersebut.
METODA MAGANG & PELAPORAN
Pelaporan magang ini meliputi hasil kajian atas aktivitas pada siklus produksi PT
Sembilan Matahari untuk menggambarkan aspek perpajakan yang terdapat pada siklus
produksi perusahaan. PT Sembilan Matahari beralamatkan di Jalan Muararajeun No. 26,
Bandung, Jawa Barat dengan surat izin usaha nomor 510/1-4918-BPPT. Kegiatan magang
kerja untuk mendapatkan data dilakukan selama Mei – Juli 2014 (Lihat Lampiran 3). Dalam
magang kerja tersebut dilakukan aktivitas wawancara dengan kepala bagian keuangan,
pegawai administrasi, dan production manager untuk mengetahui setiap aktivitas pada siklus
9
produksi perusahaan, observasi dan partisipasi untuk mengetahui praktek perpajak
perusahaan.
Dari hasil wawancara diperoleh alur aktivitas siklus produksi pada perusahaan, dan
dari aktivitas observasi dan partisipasi diperoleh data berupa jenis pajak yang disetorkan dan
terhutang atas perusahaan dan unsur-usurnya berupa subjek pajak, objek pajak, tarif dan dasar
pengenaan pajak, perhitungan, dan pelaporan. Dari hasil data yang diperoleh tersebut
kemudian dilakukanlah analisis untuk mengetahui aspek perpajakan apa saja yang seharusnya
ada pada siklus produksi perusahaan. Langkah analisis data adalah sebagai berikut:
1. Menghitung pajak withholding tax (PPh 21, PPh 22, PPh 23, PPN dan PPnBM)
2. Menghitung pajak self assessment system (PPh Badan)
3. Membuat dan melaporkan SPT Masa untuk withholding tax
4. Mengidentifikasi aspek perpajakan yang terdapat pada setiap aktivitas produksi
PT Sembilan Matahari
PEMBAHASAN
Profil PT Sembilan Matahari
PT. Sembilan Matahari dibentuk pada tahun 2005 secara organisasi dan pada tahun
2007 resmi menjadi sebuah badan usaha Perseroan Terbatas oleh M. Adi Panuntun dan M.
Budi Sasono. Berdasar klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia 2005 PT. Sembilan
Matahari masuk dalam kelompok KLU 92112, dengan aktivitas usaha pembuatan dan
pendistribusian film dan video untuk pertunjukan yang dikelola oleh swasta termasuk editing,
cutting, dubbing, titling film atas dasar balas jasa juga usaha pembuatan film utuk televisi dan
jasa pengiriman film dan agen pembukuan film. PT Sembilan Matahari sebagai sebuah rumah
produksi melakukan tugas utamanya untuk memproduksi informasi audio atau informasi
gerak dalam bentuk produk baik program maupun non program yang hasilnya akan dijual
kepada pihak broadcasting house atau diserahkan kepada pihak pemesan. Atas seluruh
aktivitas bisnisnya, PT Sembilan Matahari dibantu oleh 27 karyawan tetap dan tenaga kerja
lepas yang dikontrak berdasar tingkat kebutuhan projek.
Berdasar surat keterangan terdaftar nomor: PEM-01143/WPJ.09/KP.0203/2013, PT
Sembilan Matahari resmi terdaftar sebagai Wajib Pajak wilayah DJP Jawa Barat I KPP
Pratama Bandung Cibeunying pada tanggal 12 Juni 2013 dengan NPWP 02.567.804.6-
423.000. Dalam surat keterangan terdaftar tersebut, PT Sembilan Matahari diklasifikasikan
sebagai badan dengan jenis usaha nomor 46100 – Perdagangan Besar atas Dasar Balas Jasa
10
(FEE) atau Kontrak dengan kewajiban pajak PPh Pasal 4 (2), PPh 21, PPh 25, dan PPh 29.
Namun, PT Sembilan Matahari pada tahun 2103 memiliki peredaran bruto sebesar Rp 4,3
Milyar sehingga atas pajak penghasilan badannya perusahaan menerapkan PP Nomor 46
Tahun 2013.
Aktivitas Terkait Pajak pada Siklus Produksi PT Sembilan Matahari
PT Sembilan Matahari memiliki 2 departemen jika berdasar jenis proyeknya, yaitu
Film dan Video Mapping yang dipimpin oleh masing-masing seorang Produser Manejemen.
Produser Manajemen ini bertanggung jawab untuk mengatur seluruh proses produksi dari
praproduksi, produksi, pasca produksi. Selain itu, Produser Managemen bertugas untuk
menegosiasikan harga sebuah projek dengan para klien dalam proses project development.
Dalam menentukan nilai harga sebuah projek, produser manajemen berkomunikasi dengan
Kepala Kreatif.
Secara garis besar siklus aktivitas produksi di PT Sembilan Matahari dibagi menjadi 4
tahapan, yaitu Idea & Script Development, Preproduction, Production, Post Production.
1. Idea & Script Development
Idea & Script Development adalah tahapan dimana sebuah ide inti
dikembangkan oleh kepala kreatif dan timnya menjadi sebuah naskah untuk keperluan
pitching kepada klien. Setelah ide inti dikembangkan, maka dilakukan negosiasi harga
dengan klien. Negosiasi harga dilakukan menawarkan harga dengan menggunakan
Service/Purchase Order. Setelah terjadi persetujuan dilakukanlah penandatanganan
kontrak kerjasama. Dalam perusahaan, surat kontrak kerjasama, surat penugasan kerja,
atau surat sejenis lainnya jarang digunakan. Perusahaan biasa menggunakan
Service/Purchase Order sebagai sebuah bukti kesepakatan dan kerjasama dengan pihak
klien. Setelah service/purchase order diterima bagian keuangan untuk diarsipkan,
perusahaan akan mengirimkan invoice secara elektronik kepada klien atas pembayaran
termin I senilai 30% dari nilai service/purchase order. Dokumen invoice tersebut akan
dikirimkan kepada pihak klien setelah perusahaan menerima pembayaran, sebagai bukti
pembayaran yang telah dilakukan. Dengan diterbitkannya dokumen invoice ini, maka
proses praproduksi dapat dimulai. Namun jika klien adalah instransi pemerintahan,
biasanya pembayaran hanya akan dilakukan 1 kali pada saat penyerahan hasil produksi.
Berdasar analisis terhadap aktivitas-aktivitas diatas, maka atas tahapan idea &
script development perusahaan memiliki aspek perpajakan berupa bea materai atas
11
pembuatan dokumen berupa surat kontrak dan invoice sebagai bukti pembayaran, PPN,
PP No 46, PPh 23 atas pelunasan termin I, dan PPh 21 atas pembayaran gaji pegawai
tetap. Jenis pajak terkait pada setiap aktivitas tersebut adalah seperti berikut.
Tabel 1
Aktivitas Idea & Script Development dan Jenis Pajak yang TerkaitError! Not a
valid link.
2. Preproduction
Preproduction adalah tahapan yang berisi persiapan-persiapan sebelum
produksi dilakukan. Pada tahapan ini hanya peawai tetap saja yang bekerja. Lamanya
proses praproduksi disesuaikan dengan project schedule yang telah dibuat oleh
produser manajemen dengan klien dan disepakati oleh seluruh anggota tim produksi.
Pada perusahaan Project schedule sendiri telah masuk dalam SOP perusahaan (Lihat
Lampiran 1).
Tim produksi dapat berasal dari internal anggota tim produksi atau melakukan
perekrutan anggota di luar tim produksi perusahaan dengan cara project contract.
Penandatanganan kontrak dan perjanjian kerja dengan tim di luar tim produksi
perusahaan, dilakukan sebelum proses produksi dilaksanakan dengan diketahui oleh
produser dan keuangan. Panjangnya waktu perjanjian dan kontrak kerja disesuaikan
dengan kebutuhan tim produksi untuk mengerjakan sebuah proyek.
Pada praproduksi ini, juga dilakukan proses research/ survey lokasi yang akan
digunakan untuk produksi yang dilakukan untuk pengembangan script. Pada proses
research/ survey ini, dilakukan juga permohonan ijin/ sewa penggunaan lokasi untuk
proses produksi. Proses persiapan lain yang juga sangat penting adalah terkait
peralatan, akomodasi dan transportasi yang digunakan pada saat produksi. Perusahaan
memiliki standart equipment yang digunakan untuk menjaga kualitas hasil produksi
yang telah disepakati. Jika ada peralatan yang tidak dimiliki oleh perusahaan, maka
peralatan itu akan disewa dari tempat penyewaan yang sudah dipercaya. Pada masa ini,
seluruh peralatan dan perlengkapan produksi hanya disiapkan atau dipesan pada pihak
penyedia, namun pembayaran dan faktur biasanya akan dilakukan dan diserahkan
setelah produksi dilakukan.
Setelah semua persiapan sudah matang dan siap untuk dilanjutkan ke tahap
produksi, bagian keuangan akan kembali mengirim invoice sebagai penagihan
pembayaran termin II sebesar 50% dari nilai service/ purchase order dalam bentuk
12
elektronik kepada klien. Dokumen invoice termin II akan dikirim setelah bagian
keuangan menerima pembayaran dari pihak klien, sebagai bukti pembayaran.
Maka atas hasil analisis aktivitas-aktivitas pada tahap preproduction diatas,
jenis pajak yang terhutang dalam tahap ini adalah bea materai atas pembuatan dokumen
berupa surat kontrak dan invoice termin II sebagai bukti pembayaran, PPN, PP Nomor
46, dan PPh 23 atas pelunasan termin II dan pemesanan sewa peralatan dan
perlengkapan, dan PPh 21 atas pembayaran gaji pegawai tetap.
Tabel 2
Aktivitas Preproduction dan Jenis Pajak yang TerkaitError! Not a valid link.
3. Production
Proses produksi pada perusahaan biasanya baru akan dimulai jika bagian
keuangan telah menerima pembayaran termin II. Dalam proses produksi, seluruh tim
produksi baik yang berstatus pegawai tetap maupun non pegawai tetap bekerja sesuai
dengan tanggung jawab dan jobdesc masing-masing. Pada setiap akhir tahap
production, akan dilakukan production preview yang dipimpin oleh produser untuk
melihat hasil produksi yang sudah dilakukan selama 1 hari. Hasil dari production
preview tersebut kemudian dirangkum menjadi laporan produksi harian beserta segala
proses administrasi yang dilakukan baik pembayaran pegawai, sewa peralatan yang
sudah dipesan pada preproduction, dan untuk kepentingan produksi lainnya. Di akhir
produksi, laporan produksi ini akan disusun oleh production manager untuk dibuat
laporan produksi secara komprehensif.
Berdasar analisis aktivitas yang dilakukan pada tahapan production, maka
jenis pajak yang terhutang adalah PPh 21 atas pembayaran gaji dan upah, dan PPh 23
atas pembayaran sewa peralatan dan perlengkapan produksi.
Tabel 3
Aktivitas Production dan Jenis Pajak yang TerkaitError! Not a valid link.
4. Post Production
Tahapan ini akan lebih berkaitan dengan bagian studio/ lab. Setelah dicapai
hasil yang memuaskan pihak klien, maka video siap untuk final rendering/ mastering.
Pada PT Sembilan Matahari materi musik yang digunakan adalah buatan sendiri atau
menggunakan materi musik yang bersifat non lisensi, sehingga tidak diperlukan adanya
perijinan terkait suara dan efeknya. Untuk sensoring, PT Sembilan Matahari tidak
13
pernah memasukkan produk mereka ke pihak sensor karena seluruh materi mereka
dirasa sudah memenuhi standar badan sensoring.
Hasil yang diterima oleh klien adalah berupa keping DVD yang telah melalui
proses convert file. Setelah produk diterima oleh klien, selesailah tanggung jawab
perusahaan kepada klien. Bagian keuangan kemudian mengirim invoice termin III atau
invoice kepada pihak klien yang berasal dari instansi pemerintah secara elektronik
sebagai bentuk penagihan pelunasan. Setelah bagian keuangan menerima pembayaran
maka dokumen invoice baru dikirim sebagai tanda bukti pelunasan.
Pada tahapan post production segala kegiatan administrasi dalam siklus
produksi juga akan diselesaikan, salah satunya adalah membayar semua upah dan gaji.
Berdasar aktivitas-aktivitas tersebut, maka dalam tahap post production ini, terdapat
beberapa jenis pajak yang terhutang, antara lain bea materai atas dokumen berupa
invoice termin III sebagai bukti pelunasan, PPN, PP Nomor 46, dan PPh 23 atas
pelunasan temin III, PPh 22 jika pelunasan termin III diperoleh dari bendaharawan
pemerintah, dan PPh 21 atas pembayaran gaji dan upah pegawai.
Tabel 4
Aktivitas Post Production dan Jenis Pajak yang TerkaitError! Not a valid link.
Aspek Perpajakan pada Siklus Produksi PT Sembilan Matahari
Berdasar aktivitas yang terdapat pada siklus produksi PT Sembilan Matahari, maka
terdapat 6 jenis pajak yang terhutang baik perusahaan sebagai subjek pajak maupun pihak
ketiga dalam skema pengungutan pajak withholding tax, maupun self assessment system. PT
Sembilan Matahari dalam skema pemungutan self assessment system terhutang atas PPh
Pasal 4 ayat (2) sebagai penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013, dan Bea Materai atas dokumen
yang dikeluarkan kepada pihak eksternal. Sedangkan dalam skema pemungutan pajak
withholding tax, PT Sembilan Matahari sebagai pihak ketiga memiliki kewajiban pajak atas
PPh 21 atas penghasilan dan upah pegawai, PPh 23 atas penyewaan peralatan produksi, dan
PPN. Selain itu, PT Sembilan Matahari terhutang atas pajak PPh 23 atas pemberian jasa, dan
PPh 22 atas transaksi dengan bendaharawan pemerintah.
1. Bea Materai
Bea Materai merupakan salah satu aspek perpajakan yang berkaitan dengan
sistem administrasi perusahaan. Dalam rangka memenuhi dokumen administrasi
dengan pihak lain yaitu klien sebagai pihak pelanggan dan tenaga kerja lepas sebagai
pegawai upahan, maka perusahaan membuat surat perjanjian kontrak yang berisi
14
tanggungjawab dan kewajiban masing-masinng pihak. Atas dokumen tersebut, pihak
perusahaan sebagai pengguna dokumen tersebut dikenai bea materai sebesar Rp
6.000,00. Namun, dalam praktiknya perusahaan tidak selalu membuat surat perjanjian
kontrak atas kerjasama yang dilakukan dengan pihak bersangkutan. Dalam kacamata
perpajakan hal ini tidak menjadi masalah, namun dari kacamata bisnis hal ini
merupakan salah satu kelemahan pengendalian dalam perusahaan karena jika terjadi
keadaan yang bersifat perdata berhubungan dengan kerjasama dengan klien atau tenaga
kerja lepas maka perusahaan tidak memiliki alat bukti kuat yang dapat dijadikan
pembuktian dalam persidangan.
Dokumen administrasi lain yang dikenai bea materai adalah invoice. PT
Sembilan Matahari menggunakan invoice elektronik dalam penagihan, dan dokumen
invoice baru akan dikirim ke pihak klien setelah pembayaran diterima oleh bagian
keuangan sebagai bukti pembayaran. Sehingga, PT Sembilan Matahari selalu
membubuhi materai atas invoice yang dikirim ke pihak klien sesuai dengan aturan PP
Nomor 24 Tahun 2000 (Lihat Lampiran 2 no. 1).
Tabel 5
Kesesuaian Praktik Bea Materai di PT Sembilan MatahariError! Not a valid link.
2. PPh Pasal 4 Ayat (2)
Dalam pencatatan keuangannya PT Sembilan Matahari menggunakan metode
cash basis, dan pada tahun 2013 perusahaan mencatat peredara brutonya sebesar Rp 4,3
Milyar. Oleh karena itu maka setiap terdapat aktivitas perusahaan memperoleh
pembayaran atas termin baik termin I, II, dan III terdapat unsur PPh pasal 4 ayat (2)
yang terhutang sebagai implementasi PP Nomor 46 Tahun 2013 atas PPh Badan
perusahaan.
Praktik pada PT Sembilan Matahari atas PPh pasal 4 ayat (2) ini sudah
berjalan sesuai dengan peraturan perpajakan yang ada. Pada awal bulan sebelum
tanggal 10, PT Sembilan Matahari megakumulasikan semua nilai pembayaran termin
yang diperoleh pada bulan sebelumnya melalui arsip invoice keluar bermaterai yang
telah dikirim ke klien sebagai bukti pembayaran. Kemudian total nilai tersebut menjadi
peredaran bruto yang menjadi dasar pengenaan pajak PPh Pasal 4 ayat (2) yang
dibayarkan dalam 1 Surat Setor Pajak (Lihat Lampiran 2 no. 2).
Tabel 6
15
Kesesuaian Praktik PPh Pasal 4 Ayat (2) di PT Sembilan MatahariError! Not a
valid link.
3. PPh 21
PT Sembilan Matahari memiliki 2 jenis tenaga kerja berdasar kontrak
kerjanya, yaitu pegawai tetap dan tenaga kerja lepas. Pegawai tetap adalah seluruh
tenaga kerja yang biasanya memiliki masa kontrak kerja selama 1 tahun, sedangkan
tenaga kerja lepas adalah tenaga kerja yang dikontrak hanya ketika dibutuhkan pada
sebuah proyek dengan masa kerja selama proyek tersebut berlangsung.
Pegawai tetap memperoleh gaji setiap akhir bulan secara langsung ditransfer
ke rekening para pegawai tanpa dipotong PPh pasal 21. Hal ini karena PT Sembilan
Matahari meggunakan metode net dengan menanggung PPh pasal 21 dan Jamsostek
pegawai tetap. Maka, setiap pegawai tetap PT Sembilan Matahari diwajibkan memiliki
NPWP supaya nilai PPh 21 yang ditanggung oleh perusahaan efisien. Nilai PPh pasal
21 dikenai tarif proporsional sesuai Pasal 17 dari penghasilan kena pajak setiap
pegawai. Namun, pada prakteknya perusahaan salah dalam menghitung nilai
penghasilan kena pajak. Nilai Jamsostek yang memiliki unsur Jaminan Kecelakaan,
Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua secara langsung dikurangkan dari nilai
penghasilan bruto pegawai. Seharusnya, jamsostek ditambahkan sebagai penghasilan
dimasukkan dalam nilai penghasilan bruto pegawai seperti terlihat pada lampiran 2.
Dengan terjadinya salah hitung ini, maka nilai penghasilan kena pajak menjadi terlalu
rendah untuk beberapa pegawai yang mendapat tunjangan Jamsostek (Lihat Lampiran 2
no. 3).
Pembayaran upah untuk tenaga kerja lepas biasanya dibayarkan secara tunai
setelah tanggungjawab pekerjaan telah diselesaikan. Nilai upah tenaga kerja lepas
biasanya dihitung dalam harga borongan atau harian dengan dibayar sekaligus. Jika
nilai upah yang diberikan kepada tenaga kerja lepas lebih besar dari Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) harian sebesar Rp 200.000,00, maka seharusnya atas upah yang
diberikan dikenai pemotongan PPh pasal 21. Namun, pada prakteknya PT Sembilan
Matahari sama sekali tidak memotong upah tenaga kerja lepas dengan PPh 21
meskipun upah yang diberikan melebihi PTKP harian. Hal ini terjadi karena perusahaan
memahami bahwa PPh pasal 21 hanya dikenai atas penghasilan pegawai tetap saja
(Lihat Lampiran 2 no. 3).
Tabel 7
16
Kesesuaian Praktik PPh Pasal 21 di PT Sembilan MatahariError! Not a valid link.
4. PPh 22
PT Sembilan Matahari juga menangani proyek yang berasal dari instansi
pemerintah. Dalam proyek dengan instansi pemerintah, biasanya pembayaran hanya
dilakukan 1 kali pada saat penyerahan barang. Maka, pada tahapan post production
bagian keuangan baru akan membuat invoice dan menerima pembayaran dari
bendaharawan pemerintah. Atas aktivitas ini jika PT Sembilan Matahari menggunakan
peraturan PPh Umum, maka PT Sembilan Matahari dikenai pajak penghasilan pasal 22
atas pembelian barang oleh bendaharawan pemerintah. Nilai PPh 22 ini adalah sebesar
1.5% dari nilai kontrak tidak termasuk PPN.
Namun, PT Sembilan Matahari menerapkan PP Nomor 46 Tahun 2013.
Dengan diterapkannya PP Nomor 46 Tahun 2013 ini, maka PT Sembilan Matahari
dapat mengajukan bebas pemungutan PPh 22 oleh bendaharawan pemerintah dengan
menunjukkan Surat Keterangan Bebas PPh 22 yang telah dilegalisir.
Pada praktiknya perusahaan tidak mengetahui adanya unsur PPh 22 atas
aktivitas mereka. Faktur pajak sebagai bukti pemotongan juga tidak mereka peroleh, hal
ini menjadi salah satu alasan PT Sembilan Matahari tidak membuat Surat Keterangan
Bebas PPh 22 (Lihat Lampiran 2 no. 4).
Tabel 8
Kesesuaian Praktik PPh Pasal 22 di PT Sembilan MatahariError! Not a valid link.
5. PPh 23
Proyek yang dikerjakan oleh PT Sembilan Matahari merupakan proyek yang
didalamnya terdapat unsur jasa teknik atau jasa manajeman sesuai dengan kesapakatan
kerja yang ada. Sehingga jika PT Sembilan Matahari menerapkan peraturan PPh
Umum, atas penghasilan yang diberikan oleh klien dalam pembayaran setiap termin
dipotong Pajak Penghasilan pasal 23 sebesar 2% dari nilai kontrak. Namun PT
Sembilan Matahari menerapkan PP Nomor 46 Tahun 2013, sehingga perusahaan dapat
mengajukan bebas bayar dengan menunjukkan Surat Keterangan Bebas PPh 23 yang
telah dilegalisir. Pada praktiknya, atas aktivitas ini PT Sembilan Matahari telah
17
melaksanaakan sesuai dengan peraturan perundangan berdasar PP Nomor 46 Tahun
2013 dengan nomor SKB PPh 23 KET-00094/POTPUT-PP46/WPJ.09/KP.0203/2014.
Selain sebagai subjek pajak PPh 23, PT Sembilan Matahari juga menjadi pihak
ketiga dalam skema pemungutan PPh 23 yang dipotong atas penghasilan pihak lain dari
pembayaran sewa peralatan dan perlengkapan produksi. Pada praktiknya, PT Sembilan
Matahari tidak pernah memotong PPh pasal 23 atas pembayaran sewa peralatan dan
perlengkapan selama produksi. Hal ini disebabkan karena perusahaan kurang
memahami bahwa ada aspek pajak PPh 23 atas penghasilan sewa (Lihat Lampiran 2 no.
5).
Tabel 9
Kesesuaian Praktik PPh Pasal 23 di PT Sembilan MatahariError! Not a valid link.
6. PPN
PT Sembilan Matahari dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan
nomor pengukuhan PEM-03187/WPJ.09/KP.0203/2013 pada tanggal 18 November
2013 oleh Dirjen Pajak. Meskipun peredaran bruto PT Sembilan Matahari pada tahun
2013 hanya sebesar Rp 4,3 Milyar, namun PT Sembilan Matahari memilih untuk tetap
menjadi Pengusaha Kena Pajak. Menurut kepala bagian keuangan, akan lebih
menyusahkan ketika harus mengajukan penghapusan PKP tahun ini, kemudian
membuat pengajuan lagi sebagai PKP di tahun depan dibandingkan dengan tetap
menyetor dan melaporkan PPN setiap bulannya. Selain itu dengan pertimbangan bahwa
unsur PPN yang dimiliki perusahaan hanyalah PPN Keluaran yang ditanggung oleh
pihak klien, yang artinya baik sebagai PKP maupun non-PKP perusahaan tidak
mengalami kerugian secara materi.
Semua penyerahan barang video mapping dan film yang diproduksi oleh PT
Sembilan Matahari merupakan objek PPN keluaran, sehingga perusahaan sebagai pihak
ketiga dalam pemungutan PPN wajib memugut PPN dari klien mereka. Sedangkan
aktivitas produksi yang dilakukan oleh PT Sembian Matahari, perusahaan tidak
mengakui adanya unsur PPN masukan. Nilai PPN yang seharusnya disetorkan oleh
perusahaan adalah sebesar PPN keluaran dikurangi PPN masukan, namun karena PT
Sembilan Matahari tidak mengkreditkan PPN masukannya namun diperlakukan sebagai
biaya usaha. Oleh karena itu, nilai PPN yang PT Sembilan Matahari setorkan adalah
sebesar PPN keluaran tanpa dikreditkan dengan PPN masukan. Dengan tidak mengakui
18
nilai PPN masukan, perusahaan mengalami kerugian sebesar nilai PPN masukan yang
seharusnya dapat dikreditkan atas nilai PPN yang disetorkan setiap periode masanya.
Praktek penyetoran dan pelaporan yang terjadi pada PT Sembilan Matahari
sudah sesuai dengan peraturan perpajakan. Setiap tanggal 15 dan 30 perusahaan selalu
menyetorkan dan melaporkan SPT Masa PPN 1111 secara online ke KPP Pratama
Cibeunying (Lihat Lampiran 2 no. 6).
Tabel 9
Kesesuaian Praktik PPN di PT Sembilan MatahariError! Not a valid link.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil analisis sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek
perpajakan yang terdapat pada siklus produksi PT Sembilan Matahari adalah Bea Materai,
PPh Pasal 4 Ayat (2) sebagai pelaksanaan atas PP Nomor 46 tahun 2013 atas PPh badan, PPh
21, PPh 22, PPh 23, dan PPN. Bea Materai terhutang atas aktivitas membuat surat kontrak
kerjasama dengan pihak luar dan membuat dokumen invoice. PPh Pasal 4 Ayat (2) atas
adanya aktivitas penerimaan pembayaran oleh klien. PPh 21 atas aktivitas membayar gaji dan
upah pegawai. PPh 22 atas aktivitas penyerahan hasil produksi pada instansi pemerintah. PPh
23 atas aktivitas menerima pembayaran dari klien karena memberikan jasa manajemen dan
membayar sewa peralatan dan perlengkapan produksi. PPN atas aktivitas menerima
pembayaran atas penjualan video kepada klien.
Namun pada praktiknya ditemukan PT Sembilan Matahari kurang memperhatikan
aspek perpajakan atas aktivitas membayar gaji pegawai tetap pada unsur perhitungan pajak.
PT Sembilan Matahari selama ini juga kurang memperhatikan bahwa atas aktivitas
membayar upah tenaga kerja lepas terhutang PPh 21, penyerahan hasil produksi pada instansi
pemerintah terhutang PPh 22, dan membayar sewa peralatan dan perlengkapan produksi
terhutang PPh 23. Hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan gambaran umum pada
pengelolaan aspek perpajakan atas siklus produksi pada rumah produksi secara umum dan PT
Sembilan Matahari khususnya.
Saran
PT Sembilan Matahari sebaiknya lebih memperhatikan lagi setiap aspek perpajakan
dengan melihat setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dan memperbaiki praktik
perpajakan yang sudah ada, antara lain:
19
1. PT Sembilan Matahari sebaiknya memotong PPh Pasal 21 atas tenaga kerja lepas,
dan memperbaiki penghitungan pajak PPh 21 atas karyawan tetap
2. PT Sembilan Matahari lebih pro aktif dalam transaksi dengan instansi pemerintah
terkait administrasi PPh 22 dan membuat Surat Keterangan Bebas PPh 22 jika
menerapkan PP No 46 Tahun 2013
3. PT Sembilan Matahari sebaiknya memotong PPh 23 atas sewa peralatan dan
perlengkapan produksi untuk melaksanakan perannya sebagai pihak ketiga dalam
withholding assessment system
4. PT Sembilan Matahari sebaiknya melakukan pengakuan atas PPN masukan, sehingga
pengkreditan PPN dapat diefektifkan dan dapat mengefisiensikan nilai beban pajak
perusahaan.
Selain itu PT Sembilan Matahari juga dapat memperdalam dan memperbaharui
wawasan perpajakan dengan sering berkomunikasi dengan pihak KPP atau mengikuti
seminar, pelatihan, atau penyuluhan yang diselenggarakan oleh KPP.
DAFTAR PUSTAKA
Ayuningtyas, Rr. Nurina. 2008. “Penentuan Pajak Pertambahan Nilai Paket Program Acara di
Televisi”. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Jakarta.
Grillo, Michael. 2006. “Production Management”. In Squire Jason E. (Ed). The Movie Business
Book. International 3th Edition, pp 232-243.
Pangestu, DR. Mari Elka. 2008. “Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif
Indonesia 2025: Rencana Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia (2009-
2015). Departemen Perdagangan Republuk Indonesia. Jakarta, Indonesia.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 197/PMK.03/2013 tentang Batasan
Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai.
Surat Edaran Dierktur Jendral Pajak Nomor SE-66/PJ/2010 tentang Penegasan atas pelaksanaan
Pasal 31E ayat (1) UU Nomor 36 Tahun 2008.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman.
20
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.
Wahyudi,J.B. 1992. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, Jakarta: Gramedia.
Lampiran 1: SOP Produksi PT Sembilan Matahari
Stage Stage Description Person in Charge Work Duration
Idea & Script Development
Research/Survey Producer, Script Writer 2-3 days
Collecting Data Script writer, Client 2-3 days
Creative Briefing Producer/Director 1 day
Writing Script Outline Script writer 3-5 days
Treatment Script writer 2-3 days
Writing Script (Draft) Script writer 3-5 days
Writing Script (Final) Script writer 3-5 days
Presentation Director, script writer 1 day
Storyboard Director, Storyboard Artist 3-5 days
PreProduction Casting Casting Director, Director, Producer 1-3 days
Recce UPM, Director, DOP 1-3 days
Asset Collect Animator 2-5 days
Compositing&Animating Animator 5-7 days
Coloring Asset Animator 5-7 days
Production Shooting All Crew 1-3 days
Production Preview Director, Producer, 1-2 days
Post Production Collecting footage & data Producer, Video Editor 1-2 days
Offline Editing Director, Video Editor 3-7 days
Voice over recording Director, Narrator 1 day
Music scoring Director, Music director 3-7 days
Animation/motion graphics Animator / motion designer 7-10 days
Preview 1 Producer, Director, Client 1 day
Final Cut Director, Video Editor 3-5 days
Online Editing Video Editor 3-5 days
Coloring Video Editor 3-5 days
Preview 2 Producer, Director, Client 1 day
Finalizing Video Editor 2-3 days
Rendering master Video Editor 1-3 days
DVD authoring Video Editor 1 days
Lampiran 2 : Tabel Aspek Perpajakan pada Siklus Produksi PT Sembilan Matahari
No Jenis
Pajak
PT Sembilan Matahari
dalam Skema
Pemungutan
Aktivitas
Aspek Perpajakan
Unsur
Pajak
Normatif PT Sembilan Matahari
1 Bea
Materai
Self Assessmet System Membuat
surat kontrak
kerjasama
dengan klien
dan tenaga
kerja lepas
Subjek PT Sembilan Matahari PT Sembilan Matahari
Objek Surat Kontrak Surat Kontrak
Tarif Rp
6.000
Rp
6.000 DPP
Perhitungan
Pelaporan Bea materai tidak perlu dilaporkan
dalam bentuk SPT ke KPP
Bea materai tidak dilaporkan
dalam SPT, hanya dicatat dalam
pembukuan perusahaan sebagai
biaya administrasi
Keterangan PT Sembilan Matahari jarang membuat surat kontrak kerjasama baik
dengan klien maupun tenaga kerja lepas
Membuat
invoice
termin I, II,
dan III
Subjek PT Sembilan Matahari PT Sembilan Matahari
Objek Invoice Invoice
Tarif - Jika nilai invoice ≥ Rp 1.000.000,
maka bea materai terutang adalah Rp
6.000
- Jika nilai invoice termin ≥ Rp
1.000.000, maka bea materai
terutang adalah Rp 6.000
DPP - Jika nilai invoice termin ≤ Rp
1.000.000, maka bea meterai terutang
adalah Rp 3.000
- Jika nilai invoice termin ≤ Rp
1.000.000, maka bea meterai
terutang adalah Rp 3.000 Perhitungan
Pelaporan Bea materai tidak perlu dilaporkan
dalam bentuk SPT ke KPP
Bea materai tidak dilaporkan
dalam SPT, hanya dicatat dalam
pembukuan perusahaan sebagai
biaya administrasi
Keterangan PT Sembilan Matahari menggunakan invoice sebagai alat bukti
pembayaran, sehingga atas dokumen invoice dikenai bea materai sesuai
besar nilai pembayaran dalam invoice
2 PPh Pasal 4 Self Assessmet System Menerima Subjek PT Sembilan Matahari PT Sembilan Matahari
Lampiran 2 : Tabel Aspek Perpajakan pada Siklus Produksi PT Sembilan Matahari
ayat (2) [PP
Nomor 46
Tahun
2013]
pembayaran
termin I, II,
dan III
Objek Peredaran bruto Penjualan Video
Tarif 1% (Final) 1% (Final)
DPP Omzet Nilai invoice
Perhitungan PPh Pasal 46 (final) = 1% x Jumlah
omzet
PPh Pasal 46 (final) = 1% x Nilai
invoice
Pelaporan Penyetoran dan pelaporan PPh pasal 4
ayat (2) paling lambat tanggal 15
bulan berikutnya dengan
menggunakan SSP. Jika SSP sudah
divalidasi NTPN, maka subjek pajak
dianggap telah menyampaikan SPT
Masa sesuai dengan tanggal validasi
NTPN
Penyetoran dan pelaporan PPh
pasal 4 ayat (2) paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya
dengan menggunakan SSP. Jika
SSP sudah divalidasi NTPN, maka
subjek pajak dianggap telah
menyampaikan SPT Masa sesuai
dengan tanggal validasi NTPN
Keterangan PT Sembilan Matahari pada tahun 2013 memiliki peredaran bruto dibawah
Rp 4,8 Milyar sehingga menerapkan PP Nomor 46 Tahun 2013 atas pajak
penghasilannya. PT Sembilan Matahari melakukan penyetoran dengan
mengakumulasikan seluruh PPh pasal 4 ayat (2) dalam 1 Surat Setor Pajak.
3 PPh 21 Withholding Tax (Pihak
ke-3)
Membayar
gaji pegawai
tetap
Subjek Pegawai Tetap Pegawai Tetap
Objek Penghasilan Penghasilan
Tarif 5%, 15%, 25%, 30%, denda = 2%
(non-NPWP)
5%, denda = 2% (non-NPWP)
DPP Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak
Perhitungan Gaji xx Gaji
a
Jamsostek xx Pengurangan:
Penghasilan Bruto a Biaya Jabatan (5% x a)
yy
Pengurangan: Jamsostek
yy
Biaya Jabatan (5% x a) yy Total Pengurangan
Lampiran 2 : Tabel Aspek Perpajakan pada Siklus Produksi PT Sembilan Matahari
b
Total Pengurangan b Penghasilan Neto Sebulan
(a-b)
Penghasilan Neto Sebulan (a-
b)
Penghasilan Neto Setahun
12(a-b)
Penghasilan Neto Setahun 12(a-
b)
Penghasilan Tidak Kena Pajak:
Penghasilan Tidak Kena Pajak: WP OP 24.300.000
WP OP 24.300.000 Kawin 2.025.000
Kawin 2.025.000 Tanggungan (max 3)
@2.025.000
Tanggungan (max 3) @ 2.025.000 Total PTKP c
Total PTKP c PKP Setahun 12(a-b) -
c
PKP Setahun 12(a-b) - c PPh Terutang 5% x 12(a-b)
- c
PPh Terutang (tarif) x 12(a-b) -
c
PPh Pasal 21 per bulan =
PPh Pasal 21 per bulan = [5% x 12(a-b)-c] / 12
[5% x 12(a-b)-c] / 12
Pelaporan Pemotongan PPh 21 dilaporkan dalam
SPT PPh 21 1721 - A1 max tanggal
10 masa pajak berikutnya ke KPP
tercatat
PT Sembilan Matahari
melaporkan pemotongan PPh 21
dalam SPT PPh 21 1721 - A1
setiap max tanggal 10 bulan pajak
berikutnya ke KPP
Keterangan Tarif yang digunakan di PT Sembilan Matahari adalah 5%, karena semua
penghasilan kena pajak pegawai tidak ada yang melebihi Rp 50 juta dalam
setahun. Seluruh PPh pasal 21 dan Jamsostek pegawai tetap ditanggung
oleh perusahaan.
Withholding Tax (Pihak
ke-3)
Membayar
upah tenaga
Subjek Pegawai tidak tetap Tidak ada
Objek Penghasilan
Lampiran 2 : Tabel Aspek Perpajakan pada Siklus Produksi PT Sembilan Matahari
kerja lepas Tarif 5%, 15%, 25%, 30%, denda = 2%
(non-NPWP)
DPP Penghasilan kena pajak
Perhitungan - Dalam hal upah/uang saku harian
atau rata-rata upah/uang saku harian
belum melebihi Rp200.000,00, dan
jumlah kumulatif yang diterima atau
diperoleh dalam bulan kalender yang
bersangkutan belum melebihi
Rp2.025.000,00, maka tidak ada PPh
Pasal 21 yang harus dipotong (PER-
31/PJ/2012)
- Jika upah borongan:
upah borongan
XX
upah borongan sehari
(XX/ jmlh hari kerja) a
upah sehari diatas 200ribu
(a - 200.000) b
upah borongan terutang pajak
(jmlh hari kerja x b) c
PPh Pasal 21 = 5% x c
Pelaporan Pemotongan PPh 21 dilaporkan dalam
SPT PPh 21 1721 - A1 max tanggal
10 masa pajak berikutnya ke KPP
tercatat
Keterangan Pembayaran upah tenaga kerja lepas biasa dibayarkan secara tunai. Nilai
upah yang diberikan dihitung secara borongan atau harian dengan dibayar
sekaligus. Namun, PT Sembilan Matahari tidak memotong PPh 21
meskipun upah yang diberikan melebihi PTKP harian.
Lampiran 2 : Tabel Aspek Perpajakan pada Siklus Produksi PT Sembilan Matahari
4 PPh 22 Withholding Tax (Subjek
Pajak)
Penyerahan
hasil
produksi
Subjek PT Sembilan Matahari PT Sembilan Matahari
Objek Pembelian video Pembelian video
Tarif 1,5% 1,5%
DPP Nilai kontrak non PPN Nilai kontrak non PPN
Perhitungan - PPh 22 = 1,5% x (nilai kontrak -
PPN)
PT Sembilan Matahari memiliki
peredaran bruto dibawah Rp 4,6
Milyar, sehingga dapat
mendapatkan pembebasan
pemotongan PPh 22 dengan
menunjukkan Surat Keterangan
Bebas PPh 22 yang telah
dilegalisir oleh KPP
- Jika subjek pajak dapat
menunjukkan Surat Keterangan Bebas
PPh 22 yang telaah dilegalisir, maka
mendapatkan bebas potong
Pelaporan Faktur pajak PPh 22 disimpan dan
dapat digunakan sebagai kredit pajak
pada akhir masa pajak
Keterangan PT Sembilan Matahari tidak memperoleh faktur pajak PPh 22 dari
bendaharawan pemerintah. Selain itu, perusahaan juga tidak mengetahui
bahwa ada pemotongan PPh 22 oleh bendaharawan pemerintah sehingga
perusahaan tidak membuat SKB PPh 22.
5 PPh 23 Withholding Tax (Subjek
Pajak)
Menerima
pembayaran
termin I, II,
dan III
Subjek PT Sembilan Matahari PT Sembilan Matahari
Objek Pemberian jasa Pemberian jasa manajemen
Tarif 2% 2%
DPP nilai invoice Nilai invoice
Perhitungan - PT Sembilan Matahari memiliki
peredaran bruto dibawah Rp 4,6
Milyar, sehingga dapat mendapatkan
pembebasan pemotongan PPh 23
dengan menunjukkan Surat
Keterangan Bebas PPh 23 yang telah
dilegalisir oleh KPP
PT Sembilan Matahari memiliki
peredaran bruto dibawah Rp 4,6
Milyar, sehingga dapat
mendapatkan pembebasan
pemotongan PPh 23 dengan
menunjukkan Surat Keterangan
Bebas PPh 23 yang telah
Lampiran 2 : Tabel Aspek Perpajakan pada Siklus Produksi PT Sembilan Matahari
- Jika tidak dapat menunjukkan SKB,
maka berlaku perhitungan = 2% x
nilai invoice
dilegalisir oleh KPP
Pelaporan Faktur pajak PPh 23 disimpan dan
dapat digunakan sebagai kredit pajak
pada akhir masa pajak dalam SPT PPh
Tahunan
Keterangan PT Sembilan Matahari memiliki SKB PPh 23 dengan nomor XXX
Withholding Tax (Pihak
ke-3)
Membayar
sewa
peralatan dan
perlengkapan
produksi
Subjek Pemberi sewa peralatan produksi
Tidak ada
Objek sewa peralatan
Tarif 2%, 4% (non NPWP)
DPP harga sewa peralatan
Perhitungan - tarif x harga sewa peralatan
- Jika pemberi sewa menggunakan PP
Nomor 46, maka pemberi sewa cukup
menunjukkan Surat Keterangan Bebas
PPh 23.
Pelaporan Menyampaikan SPT Masa PPh 23 ke
KPP sebelum tanggal 20 bulan
berikutnya.
Keterangan PT Sembilan Matahari tidak pernah memotong PPh 23 atas sewa peralatan
dan perlengkapan produksi
6 PPN Withholding Tax (Pihak
ke-3)
Menerima
pembayaran
termin I, II,
dan III
Subjek Klien Klien
Objek Penjualan Video Penjualan Video
Tarif 10% 10%
DPP Nilai invoice Nilai invoice
Perhitungan PPN = 10% x Nilai invoice PPN = 10% x Nilai invoice
Lampiran 2 : Tabel Aspek Perpajakan pada Siklus Produksi PT Sembilan Matahari
Pelaporan SPT PPN 1111 max tanggal 30 masa
pajak berikutnya
PT Sembilan Matahari
melaporkan SPT PPN 1111
online, dan dilaporkan ke KPP
Cibeunying antara tanggal 25-30
masa pajak berikutnya
Keterangan
Withholding Tax (hanya
sebagai pelapor)
Menerima
pembayaran
dari
bendaharawa
n pemerintah
Subjek Instansi pemerintah Instansi pemerintah
Objek Penjualan Video Penjualan Video
Tarif 10% 10%
DPP Nilai kontrak Nilai kontrak
Perhitungan PPN = 10% x Nilai kontrak PPN = 10% x Nilai kontrak
Pelaporan SPT PPN 1111 max tanggal 30 masa
pajak berikutnya
PT Sembilan Matahari
melaporkan SPT PPN 1111
online, dan dilaporkan ke KPP
Cibeunying antara tanggal 25-30
masa pajak berikutnya
Keterangan PT Sembilan Matahari hanya sebagai pelapor, karena PPN akan dipungut
oleh bendaharawan pemerintah
Lampiran 3: Kegiatan Magang
No Tanggal Kegiatan Magang Sumber Data Data yang Diperoleh
1 2 Mei 2014
– 4 Mei
2014
Mengenal dan mempelajari
aspek perpajakan yang
terdapat pada PT Sembilan
Matahari
- Arsip-arsip dan data
perpajakan tahun-
tahun sebelumya
- Wawancara dengan
kepala bagian
keuangan
- Jenis-jenis pajak
yang terdapat pada
perusahaan
- Aspek perpajakan
secara umum pada
perusahaan
2 5 Mei 2014
– 9 Mei
2014
Menghitung, menyetorkan,
dan melaporkan PPh pasal
21
- Data Personalia
- Data Jamsostek
- Praktik pelaksanaan
PPh pasal 21 pada
perusahaan
3 10 Mei
2014 – 16
Mei 2014
Menghitung, menyetorkan,
dan melaporkan PPh badan
(PP Nomor 46 Tahun 2013)
- Arsip invoice keluar - Praktik pelaksanaan
PPh Badan pada
perusahaan
4 17 Mei
2014 – 23
Mei 2014
Menghitung, menyetorkan,
dan melaporkan PPN
- Arsip invoice keluar
- Faktur pajak PPN
- Praktik pelaksanaan
PPN pada
perusahaan
5 24 Mei
2014 – 30
Mei 2014
Membuat Surat Keterangan
Bebas PPh pasal 23
- SPT Tahunan 2013
- Wawancara AR KPP
- Praktik dan implikasi
PPh 23 pada
perusahaan
6 1 Juni 2014
– 6 Juni
2014
Menghitung, menyetorkan,
dan melaporkan PPh pasal
21
- Data Personalia
- Data Jamsostek
- Praktik pelaksanaan
PPh pasal 21 pada
perusahaan
7 7 Juni 2014
– 13 Juni
2014
Menghitung, menyetorkan,
dan melaporkan PPh badan
(PP Nomor 46 Tahun 2013)
- Arsip invoice keluar - Praktik pelaksanaan
PPh Badan pada
perusahaan
8 14 Juni
2014 – 20
Juni 2014
Menghitung, menyetorkan,
dan melaporkan PPN
- Arsip invoice keluar
- Faktur pajak PPN
- Praktik pelaksanaan
PPN pada
perusahaan
9 21 Juni
2014 – 27
Juni 2014
Memahami siklus dan
aktivitas produksi pada
perusahaan
- Wawancara kepala
dan asisten
production manager
setiap divisi
- Aktivitas dalam
siklus produksi pada
perusahaan
10 28 Juni
2014 – 4
Juli 2014
Menghitung, menyetorkan,
dan melaporkan PPh pasal
21
- Data Personalia
- Data Jamsostek
- Praktik pelaksanaan
PPh pasal 21 pada
perusahaan
11 5 Juli 2014
– 11 Juli
Menghitung, menyetorkan,
dan melaporkan PPh badan
- Arsip invoice keluar - Praktik pelaksanaan
PPh Badan pada
Lampiran 3: Kegiatan Magang
2014 (PP Nomor 46 Tahun 2013) perusahaan
12 12 Juli
2014 – 18
Juli 2014
Menghitung, menyetorkan,
dan melaporkan PPN
- Arsip invoice keluar
- Faktur pajak PPN
- Praktik pelaksanaan
PPN pada
perusahaan
13 19 Juli
2014 – 25
Juli 2014
Menganalisis aspek
perpajakan berdasar pada
aktivitas siklus produksi
- Hasil wawancara
dengan kepala dan
asisten production
manager
- Aspek perpajakan
yang seharusnya
terdapat pada
perusahaan
14 26 Juli
2014
Memahami penyebab tidak
adanya beberapa aspek
pajak pada perusahaan
- Wawancara pada
kepala bagian
keuangan
- Praktik pelaksanaan
perpajakan yang ada
pada perusahaan
- Penyebab
ketidaksesuaian yang
terjadi pada aspek
perpajakan
perusahaan