aspek ontologis histologi

6
Aspek ontologis histologi Histologi berasal dari kata greek (yunani) yaitu histos yang berarti jaringan dan logos yang berarti ilmu, atau dengan kata lain histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jaringan. Objek dari histologi adalah jaringan tubuh manusia dan hewan, perkembangan histologi sangat erat dengan penemuan mikroskop oleh Antonie Van Leeuwenhoek, dimana mikroskop digunakan sebagai alat untuk melihat benda dalam ukuran mikro (sangat kecil) yang sulit dilihat dengan mata normal tanpa bantuan alat pembesar. Mikroskop selalu digunakan dalam histologi karena objek dari histologi adalah jaringan yang ukurannya mikro. Dengan mikroskop dapat dilihat normal dan kelainan pada jaringan yang diperiksa juga dapat membatu penegakkan diagnosis suatu penyakit. Aspek Epistemologis histologi Histologi bersumber dari cabang ilmu kedokteran yaitu anatomi namun anatomi melihat ukuran objeknya dengan mata telanjang dengan kata lain merupakan objek yang besar(makro) , sehingga perlu adanya suatu ilmu yang mempelajari struktur benda-benda mikro dalam tubuh makhluk hidup. Histologi merupakan ilmu, oleh karena itu secara filsafati histologi mempunyai metode tersendiri dalam mengembangkan ilmunya. Histologi mempelajari jaringan yang tidak mampu dilihat secara kasat mata, oleh karena itu ilmuwan mengembangan suatu metode yang disebut MIKROTEKNIK atau PARAFIN TEKNIK. Mikroteknik adalah segala cara pembuatan sediaan histologik agar dapat diamati di bawah mikroskop. Mikroteknik

Upload: gestayun

Post on 22-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

aspek ontologis histo

TRANSCRIPT

Page 1: Aspek ontologis histologi

Aspek ontologis histologi

Histologi berasal dari kata greek (yunani) yaitu histos yang berarti jaringan dan logos yang berarti ilmu, atau dengan kata lain histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jaringan.

Objek dari histologi adalah jaringan tubuh manusia dan hewan, perkembangan histologi sangat erat dengan penemuan mikroskop oleh Antonie Van Leeuwenhoek, dimana mikroskop digunakan sebagai alat untuk melihat benda dalam ukuran mikro (sangat kecil) yang sulit dilihat dengan mata normal tanpa bantuan alat pembesar.

Mikroskop selalu digunakan dalam histologi karena objek dari histologi adalah jaringan yang ukurannya mikro. Dengan mikroskop dapat dilihat normal dan kelainan pada jaringan yang diperiksa juga dapat membatu penegakkan diagnosis suatu penyakit.

Aspek Epistemologis histologi

Histologi bersumber dari cabang ilmu kedokteran yaitu anatomi namun anatomi melihat

ukuran objeknya dengan mata telanjang dengan kata lain merupakan objek yang

besar(makro) , sehingga perlu adanya suatu ilmu yang mempelajari struktur benda-benda

mikro dalam tubuh makhluk hidup.

Histologi merupakan ilmu, oleh karena itu secara filsafati histologi mempunyai metode

tersendiri dalam mengembangkan ilmunya. Histologi mempelajari jaringan yang tidak

mampu dilihat secara kasat mata, oleh karena itu ilmuwan mengembangan suatu metode yang

disebut MIKROTEKNIK atau PARAFIN TEKNIK.

Mikroteknik adalah segala cara pembuatan sediaan histologik agar dapat diamati di

bawah mikroskop. Mikroteknik yang dibahas berikut ini adalah yang mengenai sediaan

histologik untuk pengamatan di bawah mikroskop optik. Sediaan histologik berupa sediaan

segar dan sediaan permanen.

Pada pembuatan sediaan segar, tidak ada perlakuan, yaitu bahan segar langsung diamati di

bawah mikroskop. Dengan cara ini kita mengamati keadaan alamiah sediaan misalnya

tentang warna, bentuk, jumlah, jenis komponen jaringan, adanya gerakan serta aktivitas

tertentu. Namun sediaan ini kurang efektif karena sediaan mudah rusak dan kontras antara

bagian-bagiannya tidak nyata

Di dalam laboratorium Histologi biasanya lebih banyak dibuat sediaan permanen.

Sediaan permanen dapat berupa sediaan utuh, sediaan apus dan sediaan irisan.

Di antara pembuatan sediaan permanen tersebut yang banyak dilakukan ialah pembuatan

sediaan irisan. Sasaran pembuatan sediaan irisan ialah struktur jaringan sedapat-dapatnya

Page 2: Aspek ontologis histologi

dipertahankan sama dengan aslinya, diperoleh irisan yang tipis sekali dan rata sehingga dapat

diamati di bawah mikroskop optik (tembus cahaya), kontras antara bagian-bagiannya nyata.

Perlu diingat bahwa pengamatan terhadap sediaan histologi terutama memberikan informasi

aspek struktur sediaan. Aktivitas sel/jaringan dapat disimpulkan dengan suatu seri

pengamatan yang berbeda-beda waktunya.

CARA PARAFIN

Semua tahap perlakuan tetap diupayakan agar ketiga sasaraan di atas dapat tercapai,

sedangkan aspek jaringan yang lain mungkin sekali dapat mengalami perubahan. Tahap

perlakuan sebagai berikut :

a. Pengambilan jaringan

Jaringan diambil sekecil mungkin, tetapi masih dapat

mewakili struktur keseluruhan (representatif). Tebal jaringan tidak melebihi

1 cm, kalau bisa kurang dari 5 mm.

b. Fiksasi

Maksud fiksasi ialah membuat struktur unsur-unsur jaringan stabil, tidak mengalami

perubahan post-mortem (pasca kematian).

Apabila sel/individu mati, maka ada dua hal yang dapat merusak struktur jaringan,

yaitu pengaruh enzim proteolitik dan pengaruh bakteri pembusuk. Pengaruh jelek

kedua faktor ini dapat dicegah dengan fiksasi. Dengan fiksasi, jaringan lebih tahan

terhadap perlakuan berikutnya dan dapat menaikkan indeks bias jaringan.

Ada dua macam fiksatif :

-sederhana, hanya terdiri atas 1 macam zat, misalnya formalin, ethanol, asam

cuka, kalium bikromat, sublimat

-campuran, mengandung lebih dari 1 macam zat, misalnya larutan Bouin,

  larutan Helly, larutan Zenker, larutan Carnoy.

  Volume cairan fiksatif yang dipakai paling sedikit 20 kali volume jaringan.

  Lamanya jaringan di dalam fiksatif tergantung pada tebal jaringan, macam

fiksatif (daya peresapannya) dan konsistensi jaringan.

  Jenis fiksatif yang dipergunakan, tergantung pada jenis jaringan serta teknik

  pewarnaan apa yang nantinya akan dipergunakan.

c. Dehidrasi

Maksud dehidrasi adalah untuk mengambil semua air (H2O) yang terkandung di

dalam jaringan dan untuk membersihkan sisa-sisa fiksatif. Bahan dehidrasi yang

umum dipakai ialah ethanol. Konsentrasi awal ethanol yang digunakan untuk

Page 3: Aspek ontologis histologi

dehidrasi tergantung kadar air cairan fiksatif. Misalnya apabila fiksatif yang dipakai

formalin 10 % maka dehidrasi dimulai dengan ethanol 30 kemudian diteruskan

dengan kadar yang lebih tinggi sampai ethanol absolut. Lamanya dehidrasi tergantung

pada volume jaringan.

d. Penjernihan

Maksud penjernihan ialah mengambil ethanol yang terkandung dalam jaringan

sesudah dehidrasi. Bahan penjernihan merupakan zat yang dapat bercampur dengan

bahan dehidrasi maupun parafin cair. Contoh bahan penjernihan ialah : xylol, toluol,

benzol, chloroform.

e. Pemancangan (Embedding)

Maksud pemancangan yaitu mengganti bahan penjernihan dalam jaringan dengan

parafin cair disertai pengerasan sehingga jaringan mudah dipotong menjadi irisan-

irisan yang sangat tipis. Tahap-tahap pemancangan peresapan (impregnasi), parafin

masuk ke dalam sela-sela jaringan. Pembuatan balok, membentuk balok parafin

sekeliling jaringan.

f. Pemotongan Jaringan yang terdapat dalam balok parafin dipotong dengan alat potong

mekanis (mikrotom), menjadi irisan-irisan yang sangat tipis. Tebal irisan biasanya

antara 5-12 p (1 mm = 1000 p).

g. Penempelan Irisan-irisan ditempelkan pada kaca obyek yang telah diolesi dengan

mounting media sebagai perekat misalnya albumin-gliserin, kemudian dikeringkan

pada suhu 25oC di bawah titik lebur parafin.

h. Pewarnaan sebelum diwarnai, semua parafin yang ada dalam irisan dan sekitarnya

harus dihilangkan lebih dahulu (deparafinisasi). Kemudian lingkungan(millieu) irisan

dibuat sama dengan pelarut zat pewarna yang akan digunakan. Setelah itu jaringan

diwarnai supaya unsur-unsur jaringan tampak jelas dan dapat saling dibedakan, bila

diperiksa dengan mikroskop. Pewarnaan yang umum dilakukan adalah dengan

Haematoxyline-Eosin (HE). Di samping itu ada pewarnaan khusus, tergantung

komponen apa yang akan diperagakan, contohnya Mallory-Azan (MA), reaksi

"Periodic-Acid-Schiff" (PAS) dsb. Proses pewarnaan pada sediaan histologi

berdasarkan berbagai mekanisme atau reaksi.

Dengan demikian sediaan histologi awetan telah selesai dikerjakan.

Kaca obyek sediaan masih perlu diberi label atau etiket sebelum disimpan di tempat

yang kering, sebaiknya gelap, terhindar dari debu dan jamur serta pengaruh cahaya

matahari langsung. Kondisi penyimpanan ini diatur seperti tersebut di atas agar

Page 4: Aspek ontologis histologi

sediaan tidak kotor, tidak rusak oleh jamur serta warnanya tidak lekas memudar

akibat oksidasi.