aspek ontologis histologi
DESCRIPTION
aspek ontologis histoTRANSCRIPT
Aspek ontologis histologi
Histologi berasal dari kata greek (yunani) yaitu histos yang berarti jaringan dan logos yang berarti ilmu, atau dengan kata lain histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jaringan.
Objek dari histologi adalah jaringan tubuh manusia dan hewan, perkembangan histologi sangat erat dengan penemuan mikroskop oleh Antonie Van Leeuwenhoek, dimana mikroskop digunakan sebagai alat untuk melihat benda dalam ukuran mikro (sangat kecil) yang sulit dilihat dengan mata normal tanpa bantuan alat pembesar.
Mikroskop selalu digunakan dalam histologi karena objek dari histologi adalah jaringan yang ukurannya mikro. Dengan mikroskop dapat dilihat normal dan kelainan pada jaringan yang diperiksa juga dapat membatu penegakkan diagnosis suatu penyakit.
Aspek Epistemologis histologi
Histologi bersumber dari cabang ilmu kedokteran yaitu anatomi namun anatomi melihat
ukuran objeknya dengan mata telanjang dengan kata lain merupakan objek yang
besar(makro) , sehingga perlu adanya suatu ilmu yang mempelajari struktur benda-benda
mikro dalam tubuh makhluk hidup.
Histologi merupakan ilmu, oleh karena itu secara filsafati histologi mempunyai metode
tersendiri dalam mengembangkan ilmunya. Histologi mempelajari jaringan yang tidak
mampu dilihat secara kasat mata, oleh karena itu ilmuwan mengembangan suatu metode yang
disebut MIKROTEKNIK atau PARAFIN TEKNIK.
Mikroteknik adalah segala cara pembuatan sediaan histologik agar dapat diamati di
bawah mikroskop. Mikroteknik yang dibahas berikut ini adalah yang mengenai sediaan
histologik untuk pengamatan di bawah mikroskop optik. Sediaan histologik berupa sediaan
segar dan sediaan permanen.
Pada pembuatan sediaan segar, tidak ada perlakuan, yaitu bahan segar langsung diamati di
bawah mikroskop. Dengan cara ini kita mengamati keadaan alamiah sediaan misalnya
tentang warna, bentuk, jumlah, jenis komponen jaringan, adanya gerakan serta aktivitas
tertentu. Namun sediaan ini kurang efektif karena sediaan mudah rusak dan kontras antara
bagian-bagiannya tidak nyata
Di dalam laboratorium Histologi biasanya lebih banyak dibuat sediaan permanen.
Sediaan permanen dapat berupa sediaan utuh, sediaan apus dan sediaan irisan.
Di antara pembuatan sediaan permanen tersebut yang banyak dilakukan ialah pembuatan
sediaan irisan. Sasaran pembuatan sediaan irisan ialah struktur jaringan sedapat-dapatnya
dipertahankan sama dengan aslinya, diperoleh irisan yang tipis sekali dan rata sehingga dapat
diamati di bawah mikroskop optik (tembus cahaya), kontras antara bagian-bagiannya nyata.
Perlu diingat bahwa pengamatan terhadap sediaan histologi terutama memberikan informasi
aspek struktur sediaan. Aktivitas sel/jaringan dapat disimpulkan dengan suatu seri
pengamatan yang berbeda-beda waktunya.
CARA PARAFIN
Semua tahap perlakuan tetap diupayakan agar ketiga sasaraan di atas dapat tercapai,
sedangkan aspek jaringan yang lain mungkin sekali dapat mengalami perubahan. Tahap
perlakuan sebagai berikut :
a. Pengambilan jaringan
Jaringan diambil sekecil mungkin, tetapi masih dapat
mewakili struktur keseluruhan (representatif). Tebal jaringan tidak melebihi
1 cm, kalau bisa kurang dari 5 mm.
b. Fiksasi
Maksud fiksasi ialah membuat struktur unsur-unsur jaringan stabil, tidak mengalami
perubahan post-mortem (pasca kematian).
Apabila sel/individu mati, maka ada dua hal yang dapat merusak struktur jaringan,
yaitu pengaruh enzim proteolitik dan pengaruh bakteri pembusuk. Pengaruh jelek
kedua faktor ini dapat dicegah dengan fiksasi. Dengan fiksasi, jaringan lebih tahan
terhadap perlakuan berikutnya dan dapat menaikkan indeks bias jaringan.
Ada dua macam fiksatif :
-sederhana, hanya terdiri atas 1 macam zat, misalnya formalin, ethanol, asam
cuka, kalium bikromat, sublimat
-campuran, mengandung lebih dari 1 macam zat, misalnya larutan Bouin,
larutan Helly, larutan Zenker, larutan Carnoy.
Volume cairan fiksatif yang dipakai paling sedikit 20 kali volume jaringan.
Lamanya jaringan di dalam fiksatif tergantung pada tebal jaringan, macam
fiksatif (daya peresapannya) dan konsistensi jaringan.
Jenis fiksatif yang dipergunakan, tergantung pada jenis jaringan serta teknik
pewarnaan apa yang nantinya akan dipergunakan.
c. Dehidrasi
Maksud dehidrasi adalah untuk mengambil semua air (H2O) yang terkandung di
dalam jaringan dan untuk membersihkan sisa-sisa fiksatif. Bahan dehidrasi yang
umum dipakai ialah ethanol. Konsentrasi awal ethanol yang digunakan untuk
dehidrasi tergantung kadar air cairan fiksatif. Misalnya apabila fiksatif yang dipakai
formalin 10 % maka dehidrasi dimulai dengan ethanol 30 kemudian diteruskan
dengan kadar yang lebih tinggi sampai ethanol absolut. Lamanya dehidrasi tergantung
pada volume jaringan.
d. Penjernihan
Maksud penjernihan ialah mengambil ethanol yang terkandung dalam jaringan
sesudah dehidrasi. Bahan penjernihan merupakan zat yang dapat bercampur dengan
bahan dehidrasi maupun parafin cair. Contoh bahan penjernihan ialah : xylol, toluol,
benzol, chloroform.
e. Pemancangan (Embedding)
Maksud pemancangan yaitu mengganti bahan penjernihan dalam jaringan dengan
parafin cair disertai pengerasan sehingga jaringan mudah dipotong menjadi irisan-
irisan yang sangat tipis. Tahap-tahap pemancangan peresapan (impregnasi), parafin
masuk ke dalam sela-sela jaringan. Pembuatan balok, membentuk balok parafin
sekeliling jaringan.
f. Pemotongan Jaringan yang terdapat dalam balok parafin dipotong dengan alat potong
mekanis (mikrotom), menjadi irisan-irisan yang sangat tipis. Tebal irisan biasanya
antara 5-12 p (1 mm = 1000 p).
g. Penempelan Irisan-irisan ditempelkan pada kaca obyek yang telah diolesi dengan
mounting media sebagai perekat misalnya albumin-gliserin, kemudian dikeringkan
pada suhu 25oC di bawah titik lebur parafin.
h. Pewarnaan sebelum diwarnai, semua parafin yang ada dalam irisan dan sekitarnya
harus dihilangkan lebih dahulu (deparafinisasi). Kemudian lingkungan(millieu) irisan
dibuat sama dengan pelarut zat pewarna yang akan digunakan. Setelah itu jaringan
diwarnai supaya unsur-unsur jaringan tampak jelas dan dapat saling dibedakan, bila
diperiksa dengan mikroskop. Pewarnaan yang umum dilakukan adalah dengan
Haematoxyline-Eosin (HE). Di samping itu ada pewarnaan khusus, tergantung
komponen apa yang akan diperagakan, contohnya Mallory-Azan (MA), reaksi
"Periodic-Acid-Schiff" (PAS) dsb. Proses pewarnaan pada sediaan histologi
berdasarkan berbagai mekanisme atau reaksi.
Dengan demikian sediaan histologi awetan telah selesai dikerjakan.
Kaca obyek sediaan masih perlu diberi label atau etiket sebelum disimpan di tempat
yang kering, sebaiknya gelap, terhindar dari debu dan jamur serta pengaruh cahaya
matahari langsung. Kondisi penyimpanan ini diatur seperti tersebut di atas agar
sediaan tidak kotor, tidak rusak oleh jamur serta warnanya tidak lekas memudar
akibat oksidasi.