askep_bronchitis dan emfisema

35
 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pen yak it Paru Obs truksi Kroni k ( PPOK ) adalah suatu pen yak it yan g dit and ai den gan ada nya obstr uks i ali ran uda ra yang dis eba bka n ole h bro nki tis kroni s atau empis ema. Obstr uksi aliran udara pada umumnya prog resif kadang diiku ti oleh hiperakti vitas jalan nafas dan kadan gkala parsial revers ibel, sekalipu n emp ise ma dan bro nki tis kronis har us did iagnos a dan dir awa t seb aga i pen yak it khus us, sebagian besar pasien PPOK mempun yai tanda dan gejala kedua penyakit tersebut . Rata-ra ta kema ti an akibat PPOK me ni ngka t cep at , terutama pada  penderita laki-laki lanjut usia. Oleh karena itu penyakit PPOK haruslah mendapatkan pengobatan yang  ba ik dan ter uta ma per awatan yang kompre hen sif , semenj ak ser ang an sampai dengan perawatan di rumah sakit. Dan yang lebih penting dalah perawatan untuk member ikan penget ahu an dan pen did ika n kep ada pas ien dan kel uar ga tentang  perawatan dan pencegahan serangan berulang pada pasien PPOK di rumah. Hal ini diperlukan perawatan yang komprehensif dan paripurna saat di Rumah Sakit. Dalam makalah ini, penyusun membahas tentang bronchitis dan emfisema, mulai dari konsep medisnya sampai pada konsep keperawatannya. 1.2 Permasalahan 1. Bagaimana kons ep medis dan kons ep kepe rawat an  pada klien bronchitis? 2. Ba gaimana kons ep medis dan kons ep kepe rawat an  pada klien emfisema? 1.3 Tujua n Penyus unan 1. Menjel askan k onsep medis d an konsep keperawatan pada k lien bro nchit is. 2. Menjel askan k onsep medis d an kon sep ke perawat an pada k lien emf isema. Bronchitis dan Emfisema Page 1

Upload: octa-dners

Post on 13-Jul-2015

414 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 1/35

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah suatu penyakit yang

ditandai dengan adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronkitis

kronis atau empisema. Obstruksi aliran udara pada umumnya progresif kadang

diikuti oleh hiperaktivitas jalan nafas dan kadangkala parsial reversibel, sekalipun

empisema dan bronkitis kronis harus didiagnosa dan dirawat sebagai penyakit

khusus, sebagian besar pasien PPOK mempunyai tanda dan gejala kedua penyakit

tersebut. Rata-rata kematian akibat PPOK meningkat cepat, terutama pada

 penderita laki-laki lanjut usia.

Oleh karena itu penyakit PPOK haruslah mendapatkan pengobatan yang

  baik dan terutama perawatan yang komprehensif, semenjak serangan sampai

dengan perawatan di rumah sakit. Dan yang lebih penting dalah perawatan untuk 

memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang

 perawatan dan pencegahan serangan berulang pada pasien PPOK di rumah. Hal ini

diperlukan perawatan yang komprehensif dan paripurna saat di Rumah Sakit.

Dalam makalah ini, penyusun membahas tentang bronchitis dan emfisema,

mulai dari konsep medisnya sampai pada konsep keperawatannya.

1.2 Permasalahan

1. Bagaimana konsep medis dan konsep keperawatan

 pada klien bronchitis?

2. Bagaimana konsep medis dan konsep keperawatan

 pada klien emfisema?1.3 Tujuan Penyusunan

1. Menjelaskan konsep medis dan konsep keperawatan pada klien bronchitis.

2. Menjelaskan konsep medis dan konsep keperawatan pada klien emfisema.

Bronchitis dan Emfisema Page 1

Page 2: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 2/35

 

BAB II

PEMBAHASAN

21 Bronchitis

2.1.1 Konsep Medis

1. Pengertian 

Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-

ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-

turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain. Bronkitis Kronik 

merupakan suatu definisi klinis yaitu batuk-batuk hampir setiap hari disertai

 pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan dalam setahun dan terjadi paling

sedikit selama 2 tahun berturut-turut.

2. Etiologi

Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok,

infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan

status sosial.

1) Rokok  

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control,

rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat

antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara

  patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan

metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan

 bronkostriksi akut.

2) Infeksi

Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virusyang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi

 paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.

3) Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila

ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan

 bronchitis adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N

2O,

hidrokarbon, aldehid, ozon.

Page 3: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 3/35

 

4) Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,

kecuali pada penderita defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu problem,

dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir 

enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan,

termasuk jaringan paru.

5) Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial

ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih

 jelek.

3. Patofisiologi

Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan

inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir 

dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak 

lendir yang dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit dan

tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan

membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar yang

  berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien

kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi  pernapasan. Penyempitan bronkial

lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas.

Pada waktunya mungkin terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan

mengakibatkan emfisema dan bronkiektasis.

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel-sel penghasil mukus di

  bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau

disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel

silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan

mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

4. Manifestasi klinis

a) Batuk, mulai dengan batuk-batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin

 berat, timbul siang hari maupun malam hari, batuk produktif sehingga

 penderita terganggu tidurnya.

Bronchitis dan Emfisema Page 3

Page 4: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 4/35

 

 b) Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen

atau mukopuruen dan kental.

c) Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang-kadang

disertai tanda-tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor 

 pulmonal yang menetap.

d) Biasanya sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu), lelah,

 bahkan sakit kepala.

5. Pemeriksaan fisik 

Inspeksi:

a. Wajah pucat.

 b. Berkeringat.

c. Bibir sianosis.

Palpasi:

a. Turgor kulit buruk.

 b. Palpitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali.

Perkusi : adanya hipersonor, pekak jantung berkurang.

Auskultasi:

a. Bunyi napas lembab kasar.

 b. Terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam.

c. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar 

ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi,

disertai bising mengi.

d. Suara nafas dan suara jantung lemah.

6. Pemeriksaan diagnostik 

1. Pemeriksaan radiologis

Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel,

keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan

 bronchus yang menebal.

2. Pemeriksaan fungsi paru

3. Analisa gas darah

Pa O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg)

Page 5: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 5/35

 

• Pa CO2

: tinggi (normal 35 – 45 mmHg).

• Saturasi hemoglobin menurun.

• Eritropoesis bertambah.

4. Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi,

memperkirakan derajat disfungsi.

5. TLC : Meningkat

6. Volume residu : Meningkat.

7. FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.

8. Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi,

 pembesaran duktus mukosa.

9. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi

 patogen.

10. EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.

7. Penatalaksanaan

a) Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :

Menghindari merokok 

Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.

Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.

 Nutrisi yang baik.

Hidrasi yang adekuat.

 b) Terapi khusus (pengobatan).

Bronchodilator 

Antimikroba

Kortikosteroid

Terapi aerosol

Terapi oksigen

Penyesuaian fisik 

Latihan relaksasi

Meditasi

Menahan nafas

Bronchitis dan Emfisema Page 5

Page 6: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 6/35

 

Rehabilitasi

Komplikasi dari bronchitis antara lain Atelektasis, Hipoksemia,

Pneumothoraks, Emfisema, Deformitas thoraks, bahkan gagal nafas.

2.1.2 Konsep Keperawatan

1. Pengkajian.

Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :

Aktivitas/istirahat

Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.

Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.

Ketidakmampuan untuk tidur.

Dispnoe pada saat istirahat.

Tanda : Keletihan

Gelisah, insomnia.

Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

Sirkulasi

Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi

  jantung/takikardia berat, Distensi vena leher, Edema dependent,

Bunyi jantung redup, Warna kulit/membran mukosa

normal/cyanosis Pucat, dapat menunjukkan anemi.

Integritas Ego

Gejala : Peningkatan faktor resiko

Perubahan pola hidup

Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

Makanan/cairan

Gejala : Mual/muntah.

 Nafsu makan buruk/anoreksia

Ketidakmampuan untuk makan

Penurunan berat badan, peningkatan berat badan

Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.

Penurunan berat badan, palpitasi abdomen

Page 7: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 7/35

 

Hygiene

Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan

Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

Pernafasan

Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama

minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.

Episode batuk hilang timbul.

Tanda : Pernafasan biasa cepat.

Penggunaan otot bantu pernafasan

Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.

Bunyi nafas ronchi

Perkusi hyperresonan pada area paru.

Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu

keseluruhan.

Keamanan

Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.

Adanya/berulangnya infeksi.

Seksualitas

Gejala : Penurunan libido

Interaksi sosial

Gejala : Hubungan ketergantungan

Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat

Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.

Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress

 pernafasan

Keterbatasan mobilitas fisik.

Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.

2. Diagnosa Keperawatan, Intervensi, dan Rasional

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

 produksi sekret.

Ditandai dengan :

Bronchitis dan Emfisema Page 7

Page 8: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 8/35

 

Penyataan sulit bernafas

Bunyi nafas tak normal

Batuk menetap dengan/tanpa sputum

Tujuan :

Mempertahankan jalan nafas paten.

Rencana Tindakan:

1. Auskultasi bunyi nafas

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan

nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.

2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan.

Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat

ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.

3. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian tempat tidur.

Rasional : Peninggian tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan

dengan menggunakan gravitasi

4. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir 

Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan

menurunkan jebakan udara.

5. Observasi karakteristik batuk 

Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia,

 penyakit akut atau kelemahan

6. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari

Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah

 pengeluaran.

7. Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi

Rasional : mempercepat proses penyembuhan dan pengurangan penyakit.

2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh

 sekresi, spasme bronchus.

Ditandai dengan :

Dispneu

Bingung, gelisah

Page 9: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 9/35

 

Ketidakmampuan membuang secret

Tujuan :

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat

dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Rencana Tindakan:

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.

Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya

 proses penyakit.

2. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.

Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi

dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea

dan kerja nafas.

3. Kaji/ awasi secara rutin warna kulit dan membrane mukosa.

Rasional : sianosis mungkin perifer atau sentral.

4. Auskultasi bunyi nafas.

Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area

konsolidasi.

5. Awasi tingkat kesadaran/ status mental

Rasional : gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum dari hipoksia.

6. Awasi tanda vital dan irama jantung

Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat

menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

7. Awasi GDA

Rasional : PaCO2

biasanya meningkat, dan PaO2

menurun sehingga

hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.

8. Berikan O2

tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA

Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

 pertahanan imun, menetapnya sekret, proses penyakit kronis.

Bronchitis dan Emfisema Page 9

Page 10: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 10/35

 

Ditandai dengan :

Tidak dapat diterapkan; adanya tanda dan gejala membuat diagnose

aktual

Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi

Rencana Tindakan:

1. Awasi suhu.

Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.

2. Observasi warna, bau sputum.

Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan

adanya infeksi.

3. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.

Rasional : mencegah penyebaran patogen.

4. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan

menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.

5. Berikan anti mikroba sesuai indikasi

Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang

teridentifikasi dengan kultur.

4) Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan

oksigenasi.

Ditandai dengan :

Laporan verbal kelelahan

Sianosis ketika beraktivitas

Dispneu karena kerja

Tujuan :

Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran

Rencana tindakan:

a) Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan

exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai.

Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan

lebih banyak O2.

Page 11: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 11/35

 

5) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Ditandai dengan :

Dispneu berat

Adanya ancaman kematian

Respon psikologis terhadap hipoksemia

Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.

Rencana tindakan:

1. Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).

Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga

memudahkan tindakan selanjutnya.

2. Berikan dorongan emosional.

Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk 

menerima keadaan penyakit yang dialami.

3. Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah

Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi

 beban pikiran yang dirasakan

4. Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan

Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau

 bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.

5. Beri dorongan spiritual

Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan

dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.

6) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit dan perawatan di rumah

Ditandai dengan :

Pertanyaan tentang informasi

Tidak akurat mengikuti instruksi

Pernyataan masalah/kesalahan konsep

Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Intervensi :

1. Jelaskan proses penyakit individu

Bronchitis dan Emfisema Page 11

Page 12: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 12/35

 

Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada

rencana pengobatan.

2. Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.

Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu

meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi

aktivitas

3. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara,

serbuk, asap tembakau.

Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial

dan peningkatan produksi sekret jalan nafas.

Page 13: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 13/35

 

3. Penyimpangan

KDM

Bronchitis dan Emfisema Page 13

Page 14: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 14/35

 

4. Evaluasi

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien

terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan

telah dicapai.

Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap

tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya

dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi,

intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi

mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas

efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi,

intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami

kondisi penyakitnya.

Page 15: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 15/35

 

2.2 Emfisema

2.2.1 Konsep Medis

1. Definisi

Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang

dan terus menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi. Emfisema adalah

 penyakit obtruktif kronik akibat kurangnya elastisitas paru dan luas permukaan

alveoli. Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara

distal bronkiolus terminal,disertai kerusakan dinding alveoli.

2. Etiologi

a) Faktor Genetik 

Factor genetic mempunyai peran pada penyakit emfisema. Factor 

genetic diataranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya eosinifilia atau

  peningkatan kadar imonoglobulin E (IgE) serum, adanya hiper responsive

 bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga, dan defisiensi protein

alfa-1 anti tripsin.

 b) Hipotesis Elastase-Anti Elastase

Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase

dan anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan

keseimbangan menimbulkan jaringan elastik paru rusak. Arsitektur paru akan

 berubah dan timbul emfisema.

c) Rokok  

Rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitits kronik dan

emfisema paru. Secara patologis rokok berhubungan dengan hyperplasia

kelenjar mucus bronkus dan metaplasia epitel skuamus saluran pernapasan.d) Infeksi

Infeksi menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga

gejalanyapun lebih berat. Infeksi pernapasan bagian atas pasien bronchitis

kronik selalu menyebabkan infeksi paru bagian dalam, serta menyebabkan

kerusakan paru bertambah. Bakteri yang di isolasi paling banyak adalah

haemophilus influenzae dan streptococcus pneumoniae.

Bronchitis dan Emfisema Page 15

Page 16: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 16/35

 

e) Polusi

Sebagai factor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya

tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi..

f) Faktor Sosial Ekonomi

Emfisema lebih banyak didapat pada golongan social ekonomi rendah,

mungkin kerena perbedaan pola merokok, selain itu mungkin disebabkan factor 

lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

3. Patofisiologi

Emfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai perobekan

alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih, dapat bersifat menyeluruh atau

terlokalisasi, mengenai sebagian tau seluruh paru. Pada emfisema, beberapa

factor penyebab obstruksi jalan nafas yaitu inflamasi dan pembengkakan bronki,

 produksi lender yang berlebihan, dan kolaps bronkiolus. Karena dinding alveoli

mengalami suatu kerusakan (suatu proses yang dipercepat oleh infeksi

kambuhan)

Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi

sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran

udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pemasukannya. Dalam

keadaan demikian terjadi penimbunan udara yang bertambah di sebelah distal

dari alveolus. Pada emfisema terjadi penyempitan saluran nafas, penyempitan ini

dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan sesak, penyempitan saluran nafas

disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru.

4. Manifestasi Klinis

1. Dispnea2. Pada inspeksi: bentuk dada ‘burrel chest’

3. Pernapasan dada, pernapasan abnormal tidak efektif, dan penggunaan

otot-otot aksesori pernapasan (sternokleidomastoid)

4. Pada perkusi: hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh bidang

 paru.

5. Pada auskultasi: terdengar bunyi napas dengan krekels, ronki, dan

 perpanjangan ekspirasi

Page 17: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 17/35

 

6. Anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan umum

7. Distensi vena leher selama ekspirasi.

5.Pemeriksaan Fisik 

• Inspeksi: bentuk dada ‘burrel chest’.

• Palpasi : fremitus melemah, sela iga melebar 

• Perkusi: hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh bidang

 paru.

• Auskultasi: terdengar bunyi napas dengan krekels, ronki, dan

 perpanjangan ekspirasi

6. Pemeriksaan diagnostik 

• Sinar x dada: dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru;

mendatarnya diafragma; peningkatan area udara retrosternal;

  penurunan tanda vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan

tanda bronkovaskuler (bronkitis), hasil normal selama periode

remisi (asma).

• Tes fungsi paru: dilakukan untuk menentukan penyebab

dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah

obstruksi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi

dan untuk mengevaluasi efek terapi, mis., bronkodilator.

• TLC: peningkatan pada luasnya bronkitis dan kadang-kadang

 pada asma; penurunan emfisema

• Kapasitas inspirasi: menurun pada emfisema

• Volume residu: meningkat pada emfisema, bronkitis kronis, dan

asma

• FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital

kuat menurun pada bronkitis dan asma

• GDA: memperkirakan progresi proses penyakit kronis

h.Bronkogram: dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus

 pada inspirasi, kollaps bronkial pada ekspirasi kuat (emfisema);

 pembesaran duktus mukosa yang terlihat pada bronchitis

• JDL dan diferensial: hemoglobin meningkat (emfisema luas),

Bronchitis dan Emfisema Page 17

Page 18: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 18/35

 

 peningkatan eosinofil (asma)

• Kimia darah: Alfa 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan

defisiensi dan diagnosa emfisema primer 

• Sputum: kultur untuk menentukan adanya infeksi,

mengidentifikasi patogen; pemeriksaan sitolitik untuk 

mengetahui keganasan atau gangguan alergi

• EKG: deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P (asma

 berat); disritmia atrial (bronkitis), peninggian gelombang P pada

lead II, III, AVF (bronkitis, emfisema); aksis vertikal QRS

(emfisema)

• EKG latihan, tes stres: membantu dalam mengkaji derajat

disfungsi paru, mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator,

 perencanaan/evaluasi program latihan.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan emfisema paru terbagi atas :

1. Penyuluhan : Menerangkan pada para pasien hal-hal yang dapat

memperberat penyakit, hal-hal yang harus dihindarkan dan

 bagaimana cara pengobatan dengan baik.

2. Pencegahan

a) Rokok ; Merokok harus dihentikan meskipun sukar.

Penyuluhan dan usaha yang optimal harus dilakukan.

  b) menghindari lingkungan polusi: Sebaiknya dilakukan

  penyuluhan secara berkala pada pekerja pabrik, terutama

 pada pabrik-pabrik yang mengeluarkan zat-zat polutan yang

 berbahaya terhadap saluran nafas.

c) Vaksin

Dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi, terutama

terhadap influenza dan infeksi pneumokokus.

3. Terapi farmakologi

Tujuan utama adalah untuk mengurangi obstruksi jalan nafas yang masih

mempunyai komponen yang reversible meskipun sedikit. Hal ini dapat

Page 19: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 19/35

 

dilakukan dengan :

1. Pemberian bronkodilator 

a. golongan teofilin :Biasanya diberikan dengan dosis 10-15 mg/kg BB

  per oral dengan memperhatikan kadar teofilin dalam darah.

Konsentrasi dalam darah yang baik antara 10-15 mg/L

 b. golongan agonis B2: Biasanya diberikan secara aerosol/nebuliser.

Efek samping utama adalah tremor,tetapi menghilang dengan

 pemberian agak lama.

2. Pemberian kortikosteroid

Pada beberapa pasien, pemberian kortikosteroid akan berhasil mengurangi

obstruksi saluran nafas.Hinshaw dan Murry menganjurkan untuk mencoba

 pemberian kortikosteroid selama 3-4 minggu. Kalau tidak ada respon baru

dihentikan.

3. Mengurangi sekresi mucus

1. Minum cukup,supaya tidak dehidrasi dan mucus lebih

encer sehingga urine tetap kuning pucat.

2. Ekspektoran, yang sering digunakan ialah gliseril

guaiakolat, kalium yodida, dan amonium klorida.

3. Nebulisasi dan humidifikasi dengan uap air 

menurunkan viskositas dan mengencerkan sputum.

4. Mukolitik dapat digunakan asetilsistein atau

 bromheksin.

4. Fisioterapi dan rehabilitasi

Tujuan fisioterapi dan rehabilitasi adalah meningkatkan kapasitasfungsional dan kualitas hidup dan memenuhi kebutuhan pasien dari segi

social, emosional dan vokasional. Program fisioterapi yang dilaksanakan

 berguna untuk :

1. Mengeluarkan mucus dari saluran nafas.

2. Memperbaiki efisiensi ventilasi.

3. Memperbaiki dan meningkatkan kekuatan fisis

5. Pemberian O2 dalam jangka panjang

Bronchitis dan Emfisema Page 19

Page 20: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 20/35

 

Pemberian O2

dalam jangka panjang akan memperbaiki emfisema disertai

kenaikan toleransi latihan. Biasanya diberikan pada pasien hipoksia yang

timbul pada waktu tidur atau waktu latihan. Menurut Make, pemberian O2

selama 19 jam/hari akan mempunyai hasil lebih baik dari pada pemberian

12 jam/hari.

Komplikasi dari emfisema antara lain Atelektasis, Hipoksemia,

Pneumothoraks, PPOK, Deformitas thoraks, bahkan gagal nafas.

2.2.2 Konsep Keperawatan 

1. Pengkajian

1) Aktivitas/Istirahat

Gejala:

• Keletihan, kelelahan, malaise

• Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena

sulit bernapas.

• Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk 

tinggi.

• Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau

latihan

Tanda:

• Keletihan, gelisah, insomnia.

• Kelemahan umum/kehilangan massa otot

2) Sirkulasi

Gejala:

•  pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda

• Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi

 jantung/takikardia berat, disritmia, distensi vena leher 

• Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung

• Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan

diameter AP dada)

Page 21: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 21/35

 

• Warna kulit/membran mukosa: normal atau abu-abu/sianosis

• Pucat dapat menunjukkan anemia

3) Makanan/Cairan

Gejala:

• Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)

• Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan

• Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan

 berat badan menunjukkan edema (bronkitis)

Tanda:

• Turgor kulit buruk, edema dependen

• Berkeringat, penuruna berat badan, penurunan massa otot/lemak 

subkutan (emfisema).

• Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali (bronkitis)

4) Hygiene

Gejala:

• Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan

aktivitas sehari-hari.

Tanda:

• Kebersihan, buruk, bau badan

5) Pernafasan

Gejala:

•  Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala

menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja, cuaca atau episode

 berulangnya sulit nafas (asma), rasa dada tertekan, ketidakmampuan

untuk bernafas (asma)

• “Lapar udara” kronis

• Bentuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada

saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun

Bronchitis dan Emfisema Page 21

Page 22: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 22/35

 

sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (hijau, putih dan kuning) dapat

 banyak sekali (bronkitis kronis).

• Episode batuk hilang timbul biasanya tidak produktif pada tahap dini

meskipun dapat terjadi produktif (emfisema).

• Riwayat pneumonia berulang: terpajan pada polusi kimia/iritan

  pernafasan dalam jangka panjang (mis., rokok sigaret) atau

debu/asap (mis., abses, debu atau batu bara, serbuk gergaji)

• Faktor keluarga dan keturunan, mis., defisiensi alfa-anti tripsin

(emfisema)

• Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus

Tanda:

• Pernafasan: biasanya cepat, dapat lambat, penggunaan otot bantu

 pernapasan.

• Dada: hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, gerakan

diafragma minimal.

• Bunyi nafas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema);

menyebar, lembut atau krekels, ronki, mengi sepanjang area paru.

• Perkusi: hiperesonan pada area paru

• Warna: pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku.

6) Keamanan

Gejala:

• Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan.

• Adanya/berulangnya infeksi

• Kemerahan/berkeringat (asma)

7) Seksualitas

Gejala:

• Penurunan libido

8) Interaksi social

Gejala:

• Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, ketidak 

Page 23: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 23/35

 

mampuan membaik/penyakit lama.

Tanda:

• Ketidakmampuan untuk/membuat mempertahankan suara pernafasan

• Keterbatasan mobilitas fisik, kelainan dengan anggota keluarga lalu

9) Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala:

• Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitan

menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur,

kegagalan untuk membaik.

2. Prioritas Keperawatan

1) Mempertahankan patensi jalan napas.

2) Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.

3) Meningkatkan masukan nutrisi

4) Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi

5) Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program

 pengobatan

3. Diagnosa, Intervensi dan rasional Keperawatan

1)  Jalan nafas inefektif b/d bronkospasme, peningkatan produksi sekret,

  sekresi tertahan, tebal, sekresi kental d/d pernyataan kesulitan

bernapas, perubahan kedalaman/kecepatan bernapas, penggunaan

otot bantu pernapasan, bunyi nafas tidak normal, mis., ronki, mengi,

krekels; batuk (menetap) dengan/tanpa produksi sputum.

Kriteria Hasil:

• Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih dan

 jelas.

• Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas,

mis., batuk efektif dan mengeluarkan secret.

Intervensi Rasional:

Intervensi Rasional

Bronchitis dan Emfisema Page 23

Page 24: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 24/35

 

Mandiri:

1) Auskultasi bunyi

napas, catat adanya

  bunyi napas

tambahan, mis.,

mengi, krekels,

ronki.

2) Kaji/pantau

frekuensi

  pernapasan, catat

rasio

inspirasi/ekspirasi.

3) Catat adanya derajat

dispnea, ansietas,

distres pernapasan,

  penggunaan otot

 bantu napas.

4) Tempatkan/atur   posisi pasien

senyaman mungkin,

mis., peninggian

kepala tempat tidur 

15-30°, duduk pada

sandaran tempat

tidur.

1) Beberapa derajat

spasme bronkus

terjadi dengan

obstruksi jalan napas

dan dapat/tidak  

dimanifestasikan

adanyan bunyi napas

advertisius.

2) Takipnea biasanya

ada pada beberapa

derajat dan dapt

ditemukan pada

  penerimaan atau

selama stres/adanya

 proses infeksi akut.

3) Disfungsi pernapasan

adalah variabel yang

tergantung pada tahap

  proses akut yang

menimbulkan

  perawatan di Rumah

Sakit.

4) Peninggian kepalatempat tidur  

memudahkan fungsi

  pernapasan dengan

menggunakan

gravitasi.

Page 25: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 25/35

 

5) Pertahankan udara

lingkungan/

minimalkan polusi

lingkungan, mis.,

debu, asap, dll.

6) Bantu latihan napas

abdomen atau bibir.

7) Tingkatkan masukan

cairan sampai

dengan 3000 ml/hari

sesuai toleransi

 jantung.

Berikan/anjurkan

minum air hangat.

8) Kolaborasi:

Berikan obat-obatan sesuai

indikasi, mis., bronkodilator 

5) Pencetus tipe reaksi

alergi pernapasan

dapat mentriger  

episode akut.

6) Memberikan pasien

  beberapa cara untuk 

mengatasi dan

mengontrol dispnea

dan menurunkan

 jebakan udara

7) Hidrasi membantu

menurunkan

kekentalan sekret,

  penggunaan cairan

hangat dapat

menurunkan spasme

 bronkus.

8) Merilekskan otot

halus dan

menurunkan spasme

  jalan napas, mengi,

dan produksi mukosa.

2) Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (obstruksi

 jalan nafas) oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara, kerusakan

alveoli d/d dispnea, bingung, gelisah, ketidakmampuan mengeluarkan

 sekret nilai GDA tidak normal (hipoksia dan hiperkapnea), perubahan

tanda vital, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

Kriteria Hasil:

• Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres

 pernapasan.

Bronchitis dan Emfisema Page 25

Page 26: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 26/35

 

• Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat

kemampuan/situasi.

Intervensi Rasional:

Intervensi Rasional

1) Kaji frekuensi, kedalaman

  pernapasan, catat

  penggunaan otot bantu

 pernapasan, napas bibir.

2) Tinggikan kepala tempat

tidur, bantu klien untuk 

memilih posisi yang mudah

untuk bernafas, dorong

nafas dalam perlahan.

3) Kaji / awasi secara rutin

kulit dan warna membran

mukosa

4) Anjurkan mengeluarkansputum, penghisapan bila

diindikasikan.

5) Auskultasi bunyi nafas, cata

area penurunan udara/bunyi

tambahan.

6) Awasi tanda vital dan irama

 jantung

7) Kolaborasi:

1) Berguna dalam

evaluasi derajat distres

 pernafasan/kronisnya

 proses penyakit.

2) Pengiriman oksigen

dapat diperbaiki

dengan posisi duduk 

tinggi dan latihan

nafas untuk  

menurunkan kolaps

 paru

3) Sianosis mungkin  perifer (terlihat pada

kuku)

4) Sputum kental, tebal

serta banyaknya

sekresi adalah sumber 

utama gangguan

  pertukaran gas pada

  jalan napas kecil.

Penghisapan

dibutuhkan bila batuk 

tidak efektif 

5) Bunyi nafas mungkin

redup karena

  penurunan aliran

udara atau area

Page 27: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 27/35

 

• Berikan oksigen sesuai

indikasi

• Berikan penekan SSP

(anti ansietas sedatif 

atau narkotik) dengan

hati-hati sesuai

indikasi.

konsolidasi, adanya

mengidentifikasi

spasme bronkus

6) Takikardi, disritmia

dan penurunan td

dapat menunjukkan

efek hipoksemia

sistemik pada fungsi

 jantung.

7) Kolaborasi

• Dapat

memperbaiki/mencega

h buruknya hipoksia

Untuk mengontrol

ansietas/gelisah yang

meningkatkan

konsumsi/kebutuhan oksigen.

3)   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d dispnea, efek   samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual/muntah d/d 

  penurunan berat badan, kehilangan massa otot, tonus otot buruk,

kelemahan, keengganan untuk makan.

Kriteri hasil:

• Menunjukkan BB meningkat.

• Mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda

malnutrisi• Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk menngkatkan dan

mempertahankan BB yang tepat.

Intervensi Rasional:

Intervensi Rasional

1) Catat status nutrisi pasien

  pada penerimaan , catat

turgor kulit, BB dan derajat

kekurangan BB,

1) Berguna dalam

mendefinisikan

derajat/luasnya masalah dan

  pilihan intervensi yang

Bronchitis dan Emfisema Page 27

Page 28: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 28/35

 

ketidakmampuan menelan.

2) Pastikan pola diet biasa pada

  pasien yang disukai/tidak 

disukai

3) Awasi

  pemasukan/pengeluaran dan

BB secara periodik.

4) Selidiki anoreksia, mual dan

muntah. Catat kemungkinan

dengan obat, awasi frekuensi,

volume, konsistensi feses.

5) Berikan periode istirahat

sering.

6) Berikan perawatan mulut.

7) Hindari makanan penghasil

gas dan minuman karbonat.

8) Hindari makanan yang sangat

 panas dan sangat dingin.

9) Anjurkan makan sedikit tapi

sering dengan makanan

TKTP

tepat.

2) Membantu dalam

mengidentifikasi kebutuhan

khusus. Pertimbangan

keinginan individu dapat

memperbaiki masukan diet.

3) Berguna dalam mengukur 

keefektifan nutrisi dan

dukungan cairan.

4) Dapat mempengaruhi

  pilihan diet dan

mengidentifikasi

  pemecahan masalah untuk 

meningkatkan pemasukan

nutrien.

5) Membantu menghemat

energi khususnya bila

kebutuhan metabolik 

meningkat saat demam.

6) Menurunkan rasa tidak 

enak karena sisa

sputum/obat yang

merangsang pasien muntah.

7) Dapat menghasilkan

distensi abdomen yang

mengganggu napas

abdomen dan gerakan

diafragma.

8) Suhu yang ekstrim dapat

Page 29: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 29/35

 

10) Motivasi orang terdekat

untuk membawa makanan

dari rumah dan untuk  

membagi dengan pasien

kecuali kontraindikasi

11) Kolaborasi:

• Rujuk ke ahli diet untuk 

menentukan komposisi

diet.

• Kaji/observasi nilai

  pemeriksaan Lab, mis:

  profil asam amino, besi,

glukosa, pemeriksaan

fungsi hati dan elektrolit.

meningkatkan spasme

 batuk 

9) Memaksimalkan masukan

nutrisi tanpa kelemahan,

menurunkan iritasi gaster.

10) Membuat lingkungan sosial

lebih normal selama makan

dan membantu memenuhi

kebutuhan personal.

11) Kolaborasi

• Memberikan bantuan dalam

  perencanaan diet dengan

nutrisi adekuat.

• Mengevaluasi/mengatasi

kekurangan dan mengawasi

keefektifan terapi nutrisi

4) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan utama

(penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas

(kerusakan jaringan dan peningkatan pemajanan terhadap lingkungan,

 proses penyakit kronis dan malnutrisi.

Kriteria Hasil:

• Pasien akan mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau

menurunkan resiko infeksi.• Perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman.

Intervensi Rasional:

Intervensi Rasional

Mandiri:

1. Kaji dan awasi suhu tubuh.

2. Kaji pentingnya latihan

napas, batuk efektif,

1) Demam dapat terjadi

karena infeksi atau

dehidrasi

2) Aktivitas ini

Bronchitis dan Emfisema Page 29

Page 30: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 30/35

 

  perubahan posisi sering dan

masukan cairan adekuat.

3. Observasi warna, karakter 

dan bau sputum

4. Diskusikan kebutuhan nutrisi

adekuat

5. Kolaborasi:

Dapatkan spesimen sputum

dengan batuk dan pengisapan

untuk pewarnaan gram,

/kultur/sensitifitas.

• Berikan anti mikrobial

sesuai indikasi

meningkatkan mobilisasi

dan pengeluaran sekret

untuk menurunkan

terjadinya resiko infeksi

 paru.

3) Sekret berbau, kuning atau

kehijauan menunjukkan

adanya infeksi paru

4) Malnutrisi dapat

mempengaruhi kesehatan

umum dan menurunkan

tahanan terhadap infeksi

5) Kolaborasi

• Dikakukan untuk  

mengiden-tifikasi

organisme penyebab dan

kerentanan terhadap

 berbagai anti microbial

Dapat diberikan untuk 

organisme khusus yang

teridentifikasi dengan kultur 

dan sensitifitas atau diberikan

secara profilaktik karena

resiko tinggi

5) Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit dan tindakan

 perawatan b/d kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi d/d 

 pertanyaan tentang informasi, tidak akurat mengikuti instruksi

Kriteria Hasil:

• Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan

• Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program

 pengobatan

Intervensi Rasional:

Intervensi Rasional

Page 31: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 31/35

 

1) Jelaskan tentang proses

 penyakit individu.

2) Instruksikan rasional untuk 

latihan napas, batuk efektif,

dan latihan kondisi umum.

3) Diskusikan pentingnya

menghindari orang yang

sedang infeksi pernapasan

aktif 

4) Kaji efek bahaya merokok 

dan nasehatkan meghentikan

merokok pada pasien dan

atau orang terdekat

5) Diskusikan obat pernapasan,

efek samping dan reaksi

yang tidak diinginkan

6) Tunjukkan/ajarkan teknik 

 penggunaan inhaler 

1) Menurunkan ansietas dan

dapat menimbulkan

  perbaikan partisipasi pada

rencana pengobatan

2) Napas bibir dan napas

  perut (abdominal)

menguatkan otot

  pernapasan, membantu

meminimalkan kolaps

  jalan napas kecil. Latihan

kondisi umum

meningkatkan toleransi

aktivitas, kekuatan otot dan

rasa sehat

3) Menurunkan pemajanan

dan insiden mendapatkan

infeksi saluran pernapasan

atas

4) Penghentian rokok dapat

menghambat kemajuan

PPOM.

5) Pentung bagi pasien

memahami perbedaan

antara efek samping

mengganggu dan

merugikan.

Pemberian obat yang tepat

meningkatkan keefektifannya.

4. Evaluasi

1) jalan nafas efektif.

Bronchitis dan Emfisema Page 31

Page 32: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 32/35

 

2) pola nafas efektif.

3) pertukaran gas adekuat.m

4) asukan nutrisi adekuat

5) infeksi tidak terjadi

6) intolerans aktivitas meningkat

7) kecemasan berkurang/hilang

8) klien memahami kondisi penyakitnya.

Page 33: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 33/35

 

5. Penyimpangan KDM

Bronchitis dan Emfisema Page 33

Page 34: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 34/35

 

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-

ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-

turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain. Sedangkan emfisema

adalah suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai dengan pelebaran

dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar yang terjadi

sedikit demi sedikit selama bertahun-bertahun. Biasanya mulai pada pasien perokok 

yang berkisar 15-25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada

saluran nafas kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif.

Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak nafas, hipoksemia dan perubahan spirometri.

Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal, yang dapat menyebabkan

kegagalan nafas dan meninggal dunia.

3.2 Saran

Bronchitis dan emfisema dapat menimbulkan penyakit yang lebih serius lagi

 berupa PPOK. Untuk itu pentingnya kiranya mengetahui tentang konsep medis dan

konsep keperawatan dari kedua penyakit tersebut. Demikian yang dapat penulis

sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi

 pembaca pada umumnya.Bagi para pembaca diharapkan dapat mengatur pola hidup

sehat mulai dari sekarang seperti tidak merokok, menghidari linkungan polusi dan

 bila perlu dapat dilakukan vaksinasi.

Page 35: Askep_Bronchitis Dan Emfisema

5/12/2018 Askep_Bronchitis Dan Emfisema - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askepbronchitis-dan-emfisema 35/35

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Askep PPOK. Dapat diakses di

http//:www.medicalword.com/Askep_PPOK (diakses pada tanggal 14

Desember 2011).

Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi EGC : Jakarta.

Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk 

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made

Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.

PRICE, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi; Konsep Klinis Proses – Proses

Penyakit, EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC;

Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit

FKUI, Jakarta.

Bronchitis dan Emfisema Page 35