askep septi marlina

34
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME karena atas berkatNya penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawwatan ini dengan judul”Asma Attack” pada ‘’NY I ” di unit Instalasi Gawat Darurat RS myria Palembang Asuhan Keperawatan ini ditunjukan sebagai salah satu persyaratan praktik belajar lapangan dengan mata ajar keperawatan gawat darurat di semester VI tingkat III .A Program Studi S1 Keperawatan STIkes Perdhaki Charitas Palembang. Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ketua STIkes Perdhaki Charitas Palembang 2. Ketua pimpinan RS RK Charitas Palembang 3. Ketua Prodi S1 Keperawatan STIkes Perdhaki Charitas Palembang 4. Kepala bagian Instalasi Gawat Darurat RS RK Charitas Palembang 5. Pembimbing ruangan Asuhan Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat RS RK Charitas Palembang 6. Dosen pembimbing praktik belajar lapangan STIkes Perdhaki Charitas Palembang 7. Staff dan perpustakaan serta teman-teman yang membantu menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Upload: ratih-indah-sari

Post on 11-Sep-2015

275 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bvhvvhkbkjbjbkjbkj

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME karena atas berkatNya penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawwatan ini dengan judulAsma Attack pada NY I di unit Instalasi Gawat Darurat RS myria PalembangAsuhan Keperawatan ini ditunjukan sebagai salah satu persyaratan praktik belajar lapangan dengan mata ajar keperawatan gawat darurat di semester VI tingkat III .A Program Studi S1 Keperawatan STIkes Perdhaki Charitas Palembang.Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :1. Ketua STIkes Perdhaki Charitas Palembang2. Ketua pimpinan RS RK Charitas Palembang3. Ketua Prodi S1 Keperawatan STIkes Perdhaki Charitas Palembang4. Kepala bagian Instalasi Gawat Darurat RS RK Charitas Palembang5. Pembimbing ruangan Asuhan Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat RS RK Charitas Palembang6. Dosen pembimbing praktik belajar lapangan STIkes Perdhaki Charitas Palembang7. Staff dan perpustakaan serta teman-teman yang membantu menyelesaikan Asuhan Keperawatan iniPenulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang,Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISIHalamanHALAMAN JUDULiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUAN.................................................................A. Latar Belakang1B. Tujuan Penulisan1 1. Tujuan Umum.................................................................. 2. Tujuan Khusus.................................................................C. Metode PenulisanD. Sistematika PenulisanBAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................... A. Konsep Dasar Medik 1. Pengertian 2. Anatomi Fisiologi 3. Etiologi3 4. Patofisiologi4 5.Manifestasi Klinik4 6. Komplikasi5 7. Pemeriksaan Diagnostik5 8. Penatalaksanaan Medik dan Keperawatan...................... B. Konsep Dasar Asuhan Keperwatan ...................................7 1. Pengkajian7 2. Diagnosa Keperawatan7 3. Perencanaan Keperawatan8 4. Implementasi Keperawatan11 5. Evaluasi Keperawatan11 6. Dischar Planning C. Patoflow Diagram Teori......................................................BAB III : TINJAUAN KASUS.......................................................A. Pengkajian Keperawatan12B. Patoflow Kasus12C. Analisa Data..........................................................................D. Diagnosa Keperawatan.............................................................E. Rencana Keperawatan...............................................................F. Pelaksanaan Keperawatan.........................................................G. Evaluasi Keperawatan...............................................................BAB IV : PEMBAHASAN.....................................................................A. Pengkajian Keperawatan..........................................................B. Diagnosa Keperawatan.............................................................C. Rencana Keperawatan..............................................................D. Pelaksanaan Keperawatan........................................................E. Evaluasi Keperawatan..............................................................BAB V : PENUTUP................................................................................A. Kesimpulan..............................................................................B. Saran........................................................................................DAFTAR PUSTAKA.............................................................................LAMPIRAN...........................................................................................

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAsma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri. Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid dkk,2007) Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke- 4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik.

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan UmumMahasiswa mampu mengungkapkan pola pikir ilmiah dalam menyelesaikan masalah kesehatan pasien secara komperehensif sehingga mendapatkan gambaran dan memberikan Asuhan Keperawatan.2. Tujuan Khususa. Mahasiswa mampu membuat pengkajian keperawatan pada pasien dengan kasus Asma b. Mahasiswa mampu membuat diagnosa sesuai dengan kasus pada pasien dengan Asmac. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan sesuai untuk mengatasi masalah pada pasien dengan Asmad. Mahasiswa mampu mengimplementasikan semua rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatane. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan seseai dengan tindakan pada pasien dengan Asmaf. Mahasiswa mampu mendokumentasikan semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasienC. Metode Penulisan1. WawancaraMelakukan tanya jawab langsung dengan pasien dan keluarga dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti2. ObservasiMelakukan pengaatan intensif dan berkelanjutan dengan menggunakan indra penglihatan untuk melihat gambaran umum pasien3. Pemeriksaan FisikMerupakan pemeriksaan seluru anggota tubuh untuk mengetahui kelainan yang terjadi dengan metode inspeksi,palpasi,perkusi,auskultasi4. Metode DokumentasiUntuk mendapatkan data dan informasi dari status kesehatan pasien5. Metode KepustakaanPengumpulan data melalui baaan dari berbagai sumber buku yang bersifat teoritisD. Sistematika PenulisanBAB I. PENDAHULUANTerdiri dari latar belakang,tujuan penulisan,metode penulisan,dan sistematika penulisan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKATerdiri dari konsep dasar medik: pengertian,anatomi fisiologi,etiologi,patofisiologi,manifestasi klinik,komplikasi

BAB III. TINJAUAN KASUSTerdiri dari pengkajian,patoflow kasus,analisa data,diagnosa,intervensi,implementasi, dan evaluasiBAB IV. PEMBAHASANTerdiri dari pengkajian,diagnosa,intervensi,implementasi,evaluasi

BAB V. PENUTUPTerdiri dari kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis

1. PengertianAsma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah, 2005).Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan saluran bronchial mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2008).Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).

2. Anatomi Fisiologi

www.nhlbi.gov

www.nlbi.nih.govOrgan-organ pernafasan a. HidungMerupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara (Hidayat, 2006).b. Tekak (faring)Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.c. Laring (pangkal tenggorok)Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.d. Trakea (batang tenggorok)Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.e. Bronkus (cabang tenggorokan)Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V.f. Paru-paruMerupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya 90 meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara.3. EtiologiAdapun faktor penyebab dari asma adalah faktor infeksi dan faktor non infeksi. Faktor infeksi misalnya virus, jamur, parasit, dan bakteri sedangkan faktor non infeksi seperti alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis (Mansjoer, 2000).4. Patofisiologi

Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi.

Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis.

5. Manifestasi klinik

Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain mengi/wheezing, sesak nafas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk, pilek, nyeri dada, nadi meningkat, retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis dan gelisah.

6. Komplikasi Adapun komplikasi yang timbul yaitu bronkitis berat, emfisema, atelektasis, pneumotorak dan bronkopneumonia

7. Pemeriksaan DiagnostikA.Pemeriksaan Radiologi 1. Foto thorakPada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik, atelektasis juga ditemukan pada anak-anak 6 tahun.2. Foto sinus paranasalisDiperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.

B.Pemeriksaan darahHasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .1. Uji faal paruDilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalui mulut kemudian menghebuskan dengan kuat).2. Uji kulit alergi dan imunologiPemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.8. Penatalaksanaan Medik dan Keperawatan 1. Oksigen 4 - 6 liter / menit2. Pemeriksaan analisa gas darah mungkin memperlihatkan penurunan konsentrasi oksigen.3. Anti inflamasi (Kortikosteroid) diberikan untuk menghambat inflamasi jalan nafas.4. Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi5. Pemberian obat ekspektoran untuk pengenceran dahak yang kental6. Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan bronkus7. Pemeriksaan foto torak8. Pantau tanda-tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan pernafasan dapat segera tertolong.

BAB lllASUHAN KEPERAWATANB. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1. Pengkajian KeperawatanPengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan (Gaffar, 1999). Pada tahap ini akan dilaksanakan pengumpulan, pengelompokan dan penganalisaan data. Pada pengumpulan data akan diperoleh data subyektif yaitu data yang diperoleh dari keterangan pasien atau orang tua pasien. Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik. Dari data subyektif pada pasien asma biasanya diperoleh data pasien dikeluhkan sesak nafas, batuk, pilek, nafsu makan menurun, lemah, kelelahan dan gelisah. Dari data obyektif diperoleh data mengi/wheezing berulang, ronchi, dada terasa tertekan atau sesak, pernapasan cepat (takipnea), sianosis, nafas cuping hidung dan retraksi otot dadaMenurut Doenges (2000), proses asuhan keperawatan pada klien dengan Asma meliputi:a) Aktivitas/istirahat Gejala : Pada klien dengan Asma gejala yang dapat ditimbulkan antara lain keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit berafas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi tinggi, dispnoe pada saat istirahat atau respon terhadap aktivatas/latihan.Tanda : Tanda-tandanya antara lain keletahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot.b) SirkulasiGejala : Gejala yang ditimbulkan antara lain pembengkakan pada ekstremitas bawah.Tanda : Tanda-tandanya antara lain peningkatan TD, peningakatan frekuensi jantung/takikardi berat,disritmia,distensi vena leher,odema dependan,tidak berhubungan dangan penyakit jantung, bunnyi jantung redup (berkaitan dengan peningkatan diameter AP dada), warna kulit/membran mukosa normal/abu-abu(sianosis), kaku tubuh,sianosis perifer,pucat dapat menunjukkan anemia.c) Makanan/cairanGejala : mual,muntah,nafsu makan buruk/anoreksia,kemampuan untuk makan menurun karena distress pernafasan, penurunan BB menetap (emfisema), peningkatan BB menunjukan edema(bronkitis).Tanda : turgor kulit buruk, adema dependen, berkeringat.d) PernafasanGejala : nafas pendek,dispnoe, dada terasa tertekan,sesak nafas berulang,riwayat pneumonia berulang,terpajan polusi atau debu/asap, faktor keluarga/keturunan. Tanda : pernafasan cepat/lambat, penggunaan otot bantu pernafasan, nafas bibir, barrel chest, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi, crackles atau ronchi, hiperesonan atau pekak pada paru, sianosis bibir dan pada dasar kuku.e) HigieneGejala : Penurunan kemampuan beraktivitas,Tanda : kebersihan buruk, bau badan.f) KeamananGejala : riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat/faktor lingkungan, adanya infeksi, kemerahan/berkeringat.g) SeksualitassGejala : Penurunan libidoh) Interaksi sosialGejala : hubungan ketergantungan , kurang sistem pendukung, penyakit lama/ketidkmampuan membaik. Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan suara, keterbatasan mobilitas fisik, kelainan hubungan dengan anggota keluarga lain (Doenges, Marilynn. 2000:152).2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual/potensial terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul seperti : (Carpenito, 2000 & Doenges, 1999)a) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum/sekret.b) Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran alveolar kapilerc) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2

3. Intervensi KeperawatanA. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeabronkialTujuan : bersihan jalan nafas efektifRencana tindakan :a) Ukur vital sign setiap 6 jamRasional : Mengetahui perkembangan pasienb) Observasi keadaan umum pasienRasional :Mengetahui efektivitas perawatan dan perkembangan pasien.c) Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dadaRasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris, sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dada dan/atau cairan paru.d) Auskultasi area paru, bunyi nafas, misal krekel, mengi dan ronchiRasional: Bunyi nafas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi, krekel, mengi dan ronchi terdengar pada inspirasi atau ekspirasi pada respon bertahap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan nafas/obstruksi.e) Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektifRasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas pasien.f) Anjurkan banyak minum air hangatRasional : Air hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.g) Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler)Rasional : Memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat serta menurunkan ketidaknyamanan dada.h) Delegatif dalam pemberian bronkodilator, kortikosteroid, ekspktoran dan antibiotikRasional : Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan bronkus dengan memobilisasi sekret. Kortikosteroid yaitu anti inflamasi mencegah reaksi alergi, menghambat pengeluaran histamine. Ekspektoran memudahkan pengenceran dahak, Antibiotik diindikasikan untuk mengontrol infeksi pernafasan.

B. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapilerTujuan : Ventilasi dan pertukaran gas efektif.Rencana tindakan :a) Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jamRasonal :Penurunan keadaan umum dan perubahan vital sign merupakan indikasi derajat keparahan dan status kesehatan pasien.b) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kukuRasional :Sianosis menunjukkan vasokonstriksi, hipoksemia sistemik.c) Pertahankan istirahat tidurRasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.d) Tinggikan kepala dan sering mengubah posisiRasional : Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasie) Berikan terapi oksigen sesuai indikasiRasional : Mempertahankan PaO2C. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2Tujuan : Aktivitas dapat ditingkatkanRencana tindakan :a) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitasRasional : Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.b) Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan istirahatRasional : Menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan

c) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannyaRasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen.d) Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahatRasional: Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja atau bantale) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasienRasional : Keluarga mampu melakukan perawatan secara mandiri4. Pelaksanaan KeperawatanPada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan dari yang telah di tentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebuthan klien secara optimal.pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun.5. Evaluasi KeperawatanDP I : 1. Jalan nafas kembali efktif 2. Sekret/sputum mulai berkurang 3. Pernafasan mulai vesikuler 4. Tanda pernafasan wheezing mulai hilangDP II : 1. Aktivitas pasien mulai dilakukan mandiri 2 .Pasien dapat beristirahat dengan nyaman 3. Aktivitasnya mulai pulih kembaliDP III : 1. Ventilasi mulai efektif 2. Pertukaran gas mulai efektif 3. Sesak pasien mulai berkurang 4. Pasien tidak sianosis lagi 6. Dicsharge Planninga. Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan, mendeteksi substansi yang mencetuskan terjadinya serangan.b. Menghindari agen penyebab serangan antara lain bantal, kasur (kapas), pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, kuda, sabun, makanan tertentu, jamur dan serbuk sari.c. Menganjurkan pasien untuk segera melaporkan tanda-tanda dan gejala yang menyulitkan seperti bangun saat malam hari dengan serangan akut atau mengalami infeksi pernafasan.d. Hidrasi adekuat harus dipertahankan untuk menjaga sekresi agar tidak mengental.e. Pasien harus diingatkan bahan infeksi harus dihindari karena infeksi dapat mencetuskan serangan.f. Menggunakan obat-obat sesuai dengan resep.g. Kontrol ke dokter sesuai pesanan.

C. Patoflow Diagram TeoriBAGAN 1Web of Caution (WOC) Asma

Etiologi Faktor infeksi Virus (respiratory syntitial virus) dan virus parainfluenzaBakteri (pertusis dan streptoccus)Jamur (aspergillus)Parasit (ascaris)Faktor non infeksi AlergiIritanCuacaKegiatan jasmaniPsikis Reaksi hiperaktivitas bronkusAntibody muncul (IgE)Sel mast mengalami degranulasiMengeluarkan mediator (histamin dan bradikinin)Peningkatan produksi mukusEdema mukosaKontraksi otot polos bronkusMempermudah proliferasiTerjadi sumbatan dan daya konsolidasiGangguan ventilasiHipoventilasi Hiperventilasi Konsentrasi O2 dalam alveolus menurunKonsentrasi CO2 dalam alveolus meningkatGangguan difusiOksigenasi ke jaringan tidak memadaiGangguan perfusiAnoreksia Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhBatuk, pilek Mengi / wheezingSesak Bersihan jalan nafas tak efektifHipoksemia dan hipoksiaKelelahanLemah Dada terasa tertekan / sesak, nyeri dada, nadi meningkat Intoleransi aktivitasNyeri SianosisTakipneaGelisah Nafas cuping hidungRetraksi otot dadaKerusakan pertukaran gasKeluarga bertanya tentang penyakit anaknyaCemas dan gelisahAnsietas orang tua

BAB VPENUTUPKESIMPULAN Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke- 4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik.satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.

B. SaranSetelah melihat teori dan kasus yang ada dilapangan, kita sebagai perawat mempunyai peran sangat penting terutama dalam memberikan penyuluhan kepada pasien tentang penyakit asma penyebab, tanda dan gejala, obat-obatan serta control teratur ke dokter1. Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan asma perlu pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan teori penyakit bagi seorang perawat.2. Informasi yang adekuat dan edukasi sangat bermanfaat bagi pasien agar pasien dan keluarga mampu mengatasi masalahnya dengan mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.Corwin, J.E. 2002. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculspius.NANDA International. 2009-2011. Diagnosa Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: Prima Medika.Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.Soegondo, Sidartawan. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI.Suyono. 2003. Metabolic Endokrin: Diabetes Mellitus Di Indonesia. Jakarta: PAPDI FKUI.Price, A.S. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Edisi 6 Volume 1: Proses Penyakit. Jakarta: EGC.Wilkinson, J.M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NICDan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta: EGC.Hans, Tandra. 2007.Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia.