askep ppok

57
LEMBAR PENGESAHAN Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik Di Ruang Paru RSUD jombang

Upload: widha-widyaningrum

Post on 21-Oct-2015

50 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Di Ruang Paru RSUD jombang

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

1.1 Pengertian

a. PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi

pergerakan udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah

Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Black. J. M.

& Matassarin,.E. J. 1993).

b. Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus

menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3

kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan

Asthma Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah

komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B. 1996).

Bronkhitis Kronis

Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang

berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis

dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun

berturut – turut.

Emphysema

Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding

alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar

Asthma Bronkiale

Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari

trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi

berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang

menyeluruh dari saluran nafas.

Asthma dibedakan menjadi 2 :

1. Asthma Bronkiale Alergenik

2. Asthma Bronkiale Non Alergenik

Asthma tidak dibahas disini karena gejala dan tanda lebih spesifik dan ada

pembahasan khusus mengenai penyakit asma

1

2. PATOFISIOLOGI PPOK

Bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul

kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada infeksi saluran

nafas bagian atas, biasanya virus, seringkali merupakan awal dari serangan

bronchitis akut. Dokter akan mendiagnosa bronchitis kronis jika klien

mengalami batuk atau produksi sputum selama beberapa hari + 3 bulan dalam 1

tahun dan paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut.

Bronchitis timbul sebagai akibat dari adanya paparan terhadap agent infeksi

maupun non-infeksi (terutama rokok tembakau). Iritan akan menyebabkan

timbulnya respon inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti,

edema mukosa dan bronchospasme.

Klien dengan bronchitis kronis akan mengalami :

1. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang

mana akan meningkatkan produksi mukus.

2. Mukus lebih kental

3. Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme pembersihan

mukus. Oleh karena itu, "mucocilliary defence" dari paru mengalami

kerusakan dan meningkatkan kecenderungan untuk terserang infeksi. Ketika

infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia

sehingga produksi mukus akan meningkat.

4. Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali

ketebalan normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini bersama-

sama dengan produksi mukus yang banyak akan menghambat beberapa

aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis

mula-mula mempengaruhi hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya

seluruh saluran nafas akan terkena.

5. Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan

nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara

terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan

penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan asidosis.

6. Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi

abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi dapat

juga meningkatkan nilai PaCO2.

2

7. Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi

polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi

sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonary.

8. Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada

RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hypoxemia akan

timbul yang akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF

Emfisema paru

Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu perubahan

anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran

udara bagian distal bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding

alveolus. Sesuai dengan definisi tersebut, maka jika ditemukan kelainan

berupa pelebaran ruang udara (alveolus) tanpa disertai adanya destruksi

jaringan maka keadaan ini sebenarnya tidak termasuk emfisema, melainkan

hanya sebagai "overinflation".

3

Patofisiologi Bronkhitis Kronis dan Emphysema

MEROKOK PREDISPOSISI GENETIK FAKTORPOLUSI UDARA ( KEKURANGAN 1 – ANTI TRIPSIN ) TIDAK DIKETAHUI

GANGGUAN SEKAT DAN JARINGAN SEUMUR HIDUPPEMBERSIHAN PARU PENYOKONG HILANG

PERADANGAN BRONKUS & ALVEOLUS

SAAT EKSPIRASI SAL.UDARA YG KECIL KOLAPS

PERADANGANJALAN UDARA

DINDING BRONKIALEHYPOVENTILASI LEMAH & ALVEOLAR

PECAH

SAAT EKSPIRASI SALURANUDARA YANG KECIL KOLAPS

SERING CLE PLE PADABRONKIOLITIS TERJADI CLE DAN LANSIAKRONIS PLE TIDAK

TIMBUL

GEJALA

CLE BRONKEOLITIK KRONIK SERING

TERJADI

PLE

4

3 Penyebab PPOK

- Bronkitis Kronis

1) Faktor tak diketahui

2) Merokok

3) Polusi Udara

4) Iklim

- Emphysema

1) Faktor tak diketahui

2) Predisposisi genetic

3) Merokok

4) Polusi udara

- Asthma Bronkiale

Faktor Prediasposisi nya adalah :

a. Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)

b. Infeksi saluran nafas

c. Stress

d. Olahraga (kegiatan jasmani berat )

e. obat-obatan

f. Polusi udara

g. lingkungan kerja

h. Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan

pengawet dll)

4 Gambaran Klinis

a. Asthma Bronkiale

Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda kesulitan bernafas.

Permulaan tanda serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat),

Whezing, batuk non produktif, takhi kardi dan takipnea.

b. Manifestasi klinis Emphysema dan bronkhitis kronis

GAMBARAN EMPHYSEMA BRONKHITIS

Mulai timbul Usia 30 – 40 tahun 20 – 30 tahun batuk akibat

merokok (cacat pada usia

pertengahan)

Sputum Minimal Banyak sekali

Dispne Dispnea relatif dini Lambat

5

Rasio V/Q Ketidakseimbangan minimal Ketidakseimbangan nyata

Bnetuk Tubuh Kurus dan ramping Gizi cukup

Diameter AP dada Dada seperti tong Tidak membesar

Gambaran respirasi Hyperventilasi hypoventilasi

Volume Paru FEV 1 rendah

TLC dan RV meningkat

FEV 1 rendah

TLC normal RV meningkat

moderat

Pa O2

Sa O 2

Norml/rendah

normal

Meningkat

Desaturasi

Polisitemia normal Hb dan Hematokrit

meningkat

Sianosis Jarang sering

5. MANAGEMEN MEDIS

Intervensi medis bertujuan untuk :

1. Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan

spasme bronkus dan membersihkan secret yang

berlebihan

2. Memelihara keefektifan pertukaran gas

3. Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan

4. Meningkatkan toleransi latihan.

5. Mencegah adanya komplikasi (gagal nafas akut dan

status asmatikus)

6. Mencegah allergen/iritasi jalan nafas

7. Membebaskan adanya ansietas dan mengobati depresi

yang sering menyertai adanya obstruksi jalan nafas

kronis.

Managemen medis yang diberikan berupa

1) Pharmacologic management

a) Anti inflamasi ( kortikosteroid, sodium kromolin dll)

b) Bronkodilator

Adrenergik : efedrin, epineprin, beta adrenergik agonis selektif

Non adrenergik : aminophilin, tefilin

c) Antihistamin

d) Steroid

6

e) Antibiotic

f) Ekspektoran

Oksigen digunakan 3 l/m dengan cannula nasal.

2) Hygiene Paru.

Bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru-paru dan kemudian

meningkatkan kerja silia dan menurunkan resiko infeksi.

Dilaksanakan dengan nebulizer, fisioterapi dada, postural drainase

3) Exercise

Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot skeletal agar

lebih efektif.

Dilaksanakan dengan jalan sehat.

4) Menghindari bahan iritans

Penyebab iritans jalan nafas harus dihindari seperti asap rokok dan perlu juga

mencegah adanya alergen yang masuk tubuh.

5) Diet

Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya dipsnea. Pemberian

porsi yang kecil namun sering lebih baik daripada makan langsung banyak.

1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian :

1. Riwayat atau faktor penunjang :

- Merokok merupakan faktor penyebab utama.

- Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.

- Riwayat alergi pada keluarga

- Riwayat Asthma pada anak-anak.

2. Riwayat atau adanya faktor pencetus eksaserbasi :

- Alergen.

- Stress emosional.

- Aktivitas fisik yang berlebihan.

- Polusi udara.

- Infeksi saluran nafas.

3. Pemeriksaan fisik :

a. Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik :

Peningkatan dispnea.

Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot

7

abdominal, mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping

hidung).

Penurunan bunyi nafas.

Takipnea.

b. Gejala yang menetap pada penyakit dasar

Asthma

Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan

perasaan dada seperti terikat.

Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat

terdengar tanpa stetoskop.

Pernafasan cuping hidung.

Ketakutan dan diaforesis.

Bronkhitis

Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-

abuan, yang biasanya terjadi pada pagi hari.

Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing.

Sesak nafas

Bronkhitis (tahap lanjut)

Penampilan sianosis

Pembengkakan umum atau “blue bloaters” (disebabkan

oleh edema asistemik yang terjadi sebagai akibat dari kor

pulmunal).

Emphysema

Penampilan fisik kurus dengan dada “barrel chest”

(diameter thoraks anterior posterior meningkat sebagai

akibat hiperinflasi paru-paru).

Fase ekspirasi memanjang.

Emphysema (tahap lanjut)

Hipoksemia dan hiperkapnia.

Penampilan sebagai “pink puffers”

Jari-jari tabuh.

8

4. Pemeriksaan diagnostik

Test faal paru

1) Kapasitas inspirasi menurun

2) Volume residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma

3) FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru

Obstruktif Kronik

4) FVC awal normal menurun pada bronchitis dan astma.

5) TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada

emphysema).

Transfer gas (kapasitas difusi).

Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Transfer gas relatif baik.

Pada emphysema : area permukaan gas menurun.

Transfer gas (kapasitas difusi).menurun

Darah :

Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder.

Jumlah darah merah meningkat

Eo dan total IgE serum meningkat.

Analisa Gas Darah gagal nafas kronis.

Pulse oksimetri SaO2 oksigenasi menurun.

Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor pulmunale.

Analisa Gas Darah

PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada astma. PH normal

asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder.

Sputum :

Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran.

Kuman patogen >> :

Streptococcus pneumoniae.

Hemophylus influenzae.

Moraxella catarrhalis.

Radiologi :

9

Thorax foto (AP dan lateral).

Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.

Pada emphysema paru :

Distensi >

Diafragma letak rendah dan mendatar.

Ruang udara retrosternal > (foto lateral).

Jantung tampak memanjang dan menyempit.

Bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi

kuat.

EKG.

Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah

terdapat Kor Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada

hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan

di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian.

Aktivitas dan

istirahat

Gejala Keletihan, kelelahan, malaise

Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit

bernafas. Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea

pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan

Tanda Kelelahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa

otot

Sirkulasi

Gejala Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung

Distensi vena leher, sianosis perifer

10

Integritas ego

Gejala/tanda Ansietas, ketakutan dan peka rangsang

Makanan/cairan

Gejala Mual/muntah, Nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan

karena distress pernafasan

Penurunanan BB menetap (empisema) dan peningkatan BB

karena edema (Bronkitis)

Tanda Turgor kulit buruk, edema, berkeringat, penurunan BB,

penurunan massa otot

Hygiene

Gejala Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan

melakukan aktivitas tubuh

Tanda Kebersihan buruk, bau badan

Pernafasan

Gejala Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca atau episode

serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk

bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari

selama 3 bulan berturut-turut selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun.

Sputum hijau, putih, kuning dengan jumlah banyak (bronchitis)

Episode batuk hilang timbul dan tidak produktif (empisema),

Riwayat Pneumonia, riwayat keluarga defisiensi alfa antitripsin

Tanda Respirasi cepat dangkal, biasa melambat, fas ekspirasi

memanjang dengan mendengkur, nafas bibir (empisema)

Pengguanaan otot Bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan

diafragma minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup

Perkusi hypersonor pada area paru (udara terjebak, dan dapat

juga redup/pekak karena adanya cairan).

Kesulitan bicara 94 – 5 kalimat 0

Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.

Libido menurun

11

Seksualitas

Interaksi sosial

Gejala Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung

Tanda Keterbatasan mobilitas fisik

Kelalaian hubungan antar keluarga

12

3. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk,

peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas,

kelelahan otot pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus.

3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan

atau kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia.

4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya immunitas

tubuh

6. Kurang pengetahuan berhu bungan dengankurang informasi

4. Perencanaan

Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari

masing-masing masalah yang ditemukan.

Tujuan Penatalaksanaan

Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.

Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.

Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.

Kriteria Keberhasilan :

Berkurangnya gejala sesak nafas.

Berkurangnya frekuensi dan lamanya eksaserbasi.

Membaiknya faal paru.

Menurunnya gejala psikologik (depresi, kecemasan).

Memperbaiki kualitas hidup.

Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.

13

DIAGNOSA

KEPERAWATANTUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL

1. Bersihan jalan nafas

tidak efektif

berhubungan dengan

ketidakadekuatan batuk,

peningkatan produksi

mukus/peningkatan

sekresi lendir

Klien dapat mening-katkan

bersihan jalan nafas

Kriteria hasil

1. Mampu

mendemonstrasikan batuk

terkontrol

2. Intake cairan adekuat

1. Kaji kemampuan klien untuk memobilisasi

sekresi, jika tidak mampu :

a. Ajarkan metode batuk terkontrol

b. Gunakan suction (jika perlu untuk

mengeluarkan sekret)

c. Lakukan fisioterapi dada

2. Secara rutin tiap 8 jam lakukan auskultasi dada

untuk mengetahui kualitas suara nafas dan

kemajuannya.

3. Berikan obat sesuai dengan resep; mukolitik,

ekspektorans

4. Anjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari

bila tidak ada kontra indikasi

5. Anjurkan klien mencegah infeksi / stressor

a. Cegah ruangan yang ramai pengunjung

atau kontak dengan individu yang

menderita influenza

b. Mencegah iritasi : asap rokok

c. Imunisasi : vaksinasi Influensa.

1. Memantau tingkat kepatenan

jalan nafas dan meningkatkan

kemampuan klien merawat diri /

membersihkan/membebaskan

jalan nafas

2. Memantau kemajuan bersihan

jalan nafas

3. Mengencerkan secret agar

mudah dikeluarkan

4. mengencerkan sekert

5. Menghindarkan bahan iritan

yang menyebabkan kerusakan

jalan nafas

14

2. Gangguan pertukaran

gas berhubungan dengan

pembatasan jalan nafas,

kelelahan otot

pernafasan, peningkatan

produksi mukus atau

spasme bronkus.

Klien mampu menunjukkan

perbaikan oksigenasi.

Kriteria hasil

1. Gas arteri dalam batas

normal

2. Warna kulit perifer

membaik (tidak cianosis)

3. RR : 12 – 24 x /menit

4. Bunyi nafas bersih

5. Batuk (-)

6. Ketidaknyamanan dada

(–)

7. Nadi 60 – 100 x/menit

Dyspnea (–)

1. Observasi status pernafasan, hasil gas darah

arteri, nadi dan nilai oksimetri

2. Awasi perkembangan membran mukosa / kulit

(warna)

3. Observasi tanda vital dan status kesdaran.

4. Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas

klien

5. Berikan oksigenasi yang telah dilembabkan

6. Pertahankan posisi fowler dengan tangan

abduksi dan disokong dengan bantal atau

duduk condong ke depan dengan ditahan meja.

7. Kolaborasi untuk

a. Berikan obat yang telah diresepkan

b. Berikan obat depresan saraf dengan hati-

hati (sedatif/narkotik).

1. Memantau perkembangan

kegawatan pernafasan

2. Gangguan Oksigenasi perifer

tampak cianosis

3. Menentukan status pernafasan

dan kesadaran

4. Mengurangi penggunaan energi

berlebihan yang membutuhkan

banyak Okigen

5. Memenuhi kebutuhan oksiegen

6. Meningkatkan kebebasan suplay

oksiegn

Obat depresan akan mendepresi

system pernafasan dan

menyebabkan gagal nafas

15

3. Gangguan kebutuhan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

ketidakadekuatan intake

nutrisi sekunder terhadap

peningkatan kerja

pernafasan, kesulitan

masukan oral sekunder

dari anoreksia

Klien akan menunjukkan

kemajuan/peningkatan status

nutrisi

Kriteria hasil

a. Klien tidak mengalami

kehilangan BB lebih

lanjut

b. Masukan makanan dan

cairan meningkat

c. Urine tidak pekat

d. Output urine meningkat.

e. Membran mukosa lembab

f. Kulit tidak kering

g. Tonus otot membaik

1. Kaji kebiasaan diit. Catat derajat kesulitan

makan/masukan. Evaluasi BB

2. Berikan perawaatan oral

3. Hindari makanan penghasil gas dan minuman

karbont

4. Sajikan menu dalam keadaan hangat

5. Anjurkan makan sedikit tapi sering

6. Kolaborasi tim nutrisi untuk menentukan diit

1. Pasien distress pernafasan sering

anoreksia. Dan juga sering

mempunyai pola makan yang

buruk. Sehingga cenderung Bb

menurun

2. kebersihan oral menhilangkan

bakteri penumbuh bau mulut

dan eningkatkan rangsangan

/nafsu makan

3. menimbulkan distensi abdomen

dan meningkatkan dispnea

4. Menu hangat mempenga-ruhi

relaksasi spingkter / saluran

pencrnaan shg respon

mual/muntah berkurang

5. menegah perut penuh dan

menurunkan resiko mual

6. Menentukan diit yang tepat

sesuai perhitungan ahli gizi

16

4. Cemas berhubungan

dengan kurangnya

pengetahuan tentang

penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas

berkurang/hilang.

Kriteria Hasil :

1. Klien mengungkapkan

bahwa ia tidak cemas.

2. Ekspresi wajah rileks.

3. RR : 12 – 24 X / menit.

4. N : 60 - 100 X / menit

1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh

pasien.

2. Beri kesempatan pada pasien untuk

mengungkapkan rasa cemasnya.

3. Lakukan pendekatan kepada klien dengan

tenang dan meyakinkan dan hindari pemberian

informasi atau instruksi yang bertele-tele dan

terus menerus.

4. Berikan penjelasan yang sederhana dan singkat

tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan

diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk

ikut serta dalam tindakan keperawatan.

5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat,

dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha

memberikan pertolongan yang terbaik dan

seoptimal mungkin.

6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk

mendampingi pasien secara bergantian.

7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

1. Untuk menentukan tingkat

kecemasan yang dialami pasien

sehingga perawat bisa

memberikan intervensi yang

cepat dan tepat.

2. Dapat meringankan beban

pikiran pasien.

3. Agar terbina rasa saling percaya

antar perawat-pasien sehingga

pasien kooperatif dalam

tindakan keperawatan.

4. Penjelasan yang sederhana dan

singkat tentang tujuan intervensi

dan pemeriksaan diagnostik

serta anjurkan kepada klien

untuk ikut serta dalam tindakan

keperawatan dapat mengurangi

beban pikiran pasien.

5. Sikap positif dari tim kesehatan

akan membantu menurunkan

kecemasan yang dirasakan

17

pasien.

6. Pasien akan merasa lebih tenang

bila ada anggota keluarga yang

menunggu.

7. Lingkung yang tenang dan

nyaman dapat membantu

mengurangi rasa cemas pasien.

18

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga

University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga

University Press. Surabaya.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A

Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1.

Penerbit EGC. Jakarta.

Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk

Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit

FKUI. Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep

Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.

19

LAPORAN KASUS (PROSES KEPERAWATAN)

Nama Mahasiswa : Imanuddin

N I M : 010030189- B

Ruang : Paru RSUD jombang

Pengkajian diambil tanggal : 16 oktober 2011. Jam 10.00 WIB

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn A No. Regester : ...................................

Umur : 56 Tahun.

Jenis Kelamin : Laki-laki.

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Status Marietal : Kawin

Pekerjaan : PNS

Pendidikan : SLTA

Bahasa yang digunakan : Indonesia

Alamat : jln.veteran mancar jombang

Tanggal MRS : 16 oktober 2011 Jam…………..…. WIB.

Cara Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD jombangDiagnosa Medis : PPOK

Alasan Dirawat : Mendapatkan pertolongan pemberian Oksigen

2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

1) Riwayat keluhan utama

klien mengatakan bahwa dadanya sesak

2) Riwayat Penyakit Sekarang

klien mengatakan bahwa sering Sesak nafas sejak 5 tahun yang lalu, dan 5 hari

ini sesaknya bertambah berat, padahal sudah minum obat dan aerosol tetapi

masih tetap sesak. Pasien mengatakan kalau Sesak nafasnya datang pada waktu

berbaring, duduk, berdiri maupun berjalan. Sebelum sesak pasien batuk

berdahak berwarna putih kekuningan.lalu pasien pergi ke RSUD jombang pada

tanggal 16 oktober 2011 pukul 10.00 WIB

20

3) Upaya yang telah dilakukan

klien mengatakan pergi ke RSUD jombang

4) Terapi/operasi yang pernah dilakukan

klien mengatakan bahwa pasien pernah melakukan aerosol terapi sejak sesak dan

pasien tidak pernah operasi sebelumnya.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

klien mengatakan bahwa Orang tua dan anak dari pasien ada juga yang

menderita penyakit seperti yang diderita pasien saat ini

6) Genogram

: pasien yang menderita

: laki-laki

: perempuan

7) Riwayat Penyakit Dahulu

klien mengatakan bahwa sering Sesak nafas sejak 5 tahun yang lalu.pasien

pernah MRS dengan penyakit yang sama selama 8 kali. Mempunyai riwayat

Asthma Bronkiale sejak kecil. Pasien merokok selama 30 tahun sebanyak 2

pak/hari.

8) Keadaan Kesehatan Lingkungan

klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih.

9) Riwayat Kesehatan Lainnya

klien mengatakan pernah mempunyai penyakit asthma bronkiale sejak kecil

21

10) Riwayat sebelum sakit

klien mengatakan mempunyai penyakit keturunan (asthma)

11) Penyakit berat yang penah di derita

klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat selain sesak nafas

12) Obat-obatan yang biasa dikonsumsi

klien mengatakan bahwa biasanya mengkonsumsi obbat-obatan dari rumah sakit

13) Kebiasaan berobat

klien mengatakan biasanya berobat dirumah sakit.

14) Alergi

klien mengatakan bahwa tidak mempunyai alergi obat-obatan maupun makanan

15) Kebiasaan merokok/alkohol

klien mengatakan bahwa pasien mempunyai kebiasaan merokok 30 tahun 2

pak/hari

16) Alat bantu yang dipakai :

Gigi palsu : tidak

Kaca mata : tidak

Pengengaran : tidak

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan Umum :

Lemah , sesak nafas , batuk , kesadaran compos mentis.

2) Tanda-tanda vital

Suhu : 36,8 0C

- Axilla

Nadi : 100 X/menit.

22

- Kuat dan teratur

Tekanan darah : 100/60 mmHg.

- Lengan kanan

- Berbaring

Respirasi : 32 x/menit

- normal

3) Body Systems

(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)

Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 32 x/menit. Nafas pendek, khususnya

pada saat kerja, cuaca atau episode serangan asthma, rasa dada

tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas. Batuk menetap dengan produksi

sputum setiap hari selama 3 bulan berturut-turut selama 3 tahun sedikitnya 2

tahun. Sputum putihkekuningan dengan jumlah banyak. Pengguanaan otot

bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi

nafas, Ronki, wheezing, redup. Perkusi hypersonor pada area paru. Sianosis

bibir dan dasar kuku, jari tabuh.

Hasil foto Thorax PA 16 oktober 2011

Cor : bentuk Tear Drops

Pulmo : Tampak bronchopulmonary Pattern sedikit meningkat hiperacrated

kedua paru.

Kedua sinus Phrenicocostalis tumpul (tampak tenting pada kedua

hemidiafragma).

Tampak perselubungan homogen pada hemithorax kanan bawah lateral.

Tampak callus formation pada costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang.

Kesimpulan : Emphysematous Lung, Efusi Pleura bilateral yang telah

mengalami organisasi bekas fraktur Costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang.

(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)

Nadi 100 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 100/60 mmHg, Suhu 36,8 0C, Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Distensi vena leher, sianosis

perifer.

Hasil EKG tanggal 16 oktober 2011

23

Sinus takikardi disertai PAC dan PVC oleh karena pemberian Aminophyllin

(Efek Aritmogenik).

(3) Persyarafan (B 3 : Brain)

Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)

Verbal : Orientasi baik (5)

Motorik : Menurut perintah (6)

Compos Mentis : Pasien sadar baik.

Persepsi Sensori : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

Pendengaran : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

Penciuman : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

Pengecapan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

Penglihatan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

Perabaan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)

- Produksi urine : 1200 cc/24 jam

- Frekuensi urine : 6 x / hari

- warna urine : kuning muda.

- Bau urine : bau khas (amoniak)

(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)

- Mulut dan tenggorokan:

a. Warna lidah : normal/ merah muda

b. Lesi : tidak ada

c. Masa : tidak ada

d. Gangguan bicara : tidak ada/normal

- Abdomen : normal,

a. Inspeksi : tidak ada meteriosmus,tidak ada asites, tidak terdapat

obstipasi maupun diare

b. Auskultasi :

birsing usus 16 x / menit

Peristaltik normal

24

c. Perkusi : tidak terdapat timpani

d. Palpasi : tidak terdapat kelainan

- Rectum : normal, tidak ada masalah

- klien buang air besar 1 X/hari.

(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)

Kemampuan pergerakan sendi bebas/terbatas

Parese ada/tidak, Paralise ada/tidak, Hemiparese ada/tidak,

Ekstrimitas : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

Atas : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

Bawah : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

Tulang Belakang : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

Warna kulit : sianosis

Akral : hangat

Turgor : baik

Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.

(7) Sistem Endokrin

Terapi hormon : tidak ada terapi hormonal

Karakteristik sex sekunder : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik : Tidak ada kelainan/ Dalam

batas normal.

Pola aktivitas sehari-hari

(1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan

Pada klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik terjadi perubahan persepsi

dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak

Penyakit Paru Obstruktif Kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif

terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan

dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar

dan mudah dimengerti pasien.

25

(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Akibat mual/muntah, nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan karena

distress pernafasan maka berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan

tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme

yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.

TB = 162 cm. BB = 33 kg. BB Edial = (162 – 100) – 10% = 56 kg.

(3) Pola Eliminasi

Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda.

Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. Klien buang air besar 1 X/hari.

(4) Pola tidur dan Istirahat

Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea pada saat istirahat atau

respon terhadap aktivitas atau latihan.

Tanda : gelisah, insomnia.

(5) Pola Aktivitas dan latihan

Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari

karena sulit bernafas. Kelelahan, kelemahan umum/kehilangan masa otot.

(6) Pola Hubungan dan Peran

Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung.

Keterbatasan mobilitas fisik.

Kelalaian hubungan antar keluarga.

(7) Pola Sensori dan Kognitif

Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami

disorientasi.

(8) Pola Persepsi Dan Konsep Diri

26

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita

mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya

biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan

dan gangguan peran pada keluarga (self esteem). Klien mengalami cemas

karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik

dan tujuan tindakan yang diprogramkan.

(9) Pola Seksual dan Reproduksi

Libido menurun, gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi,

serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Selama dirawat di

rumah sakir klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.

(10) Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak

berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif

berupa kecemasan (Ansietas), ketakutan dan peka rangsang, mudah tersinggung

dan marah, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan

mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

(11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh berupa PPOK

tidak menghambat klien dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola

ibadah klien.

Personal Higiene

Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas

tubuh Kebersihan buruk, bau badan.

Ketergantungan

27

Klien tidak mempunyai kebiasaan minum-minuman yang mengandung alkohol.

Klien mempunyai kebiasaan merokok sejak 30 tahun yang lalu dan mampu

menghabiskan 2 pak / hari.

Aspek Psikologis

Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress

menghadapi tindakan yang diprogramkan.

Aspek Sosial/Interaksi

Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung.

Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan antar keluarga.

Aspek Spiritual

Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama Islam, ajaran agama

dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif

mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan oleh mesjid di sekitar rumah

tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.

Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya

DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan Laboratorium.

Darah lengkap tanggal : 16 oktober 2011

- Hb : 10,7 gr% mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)

- Leukosit : 18.600 (4000 – 11.000).

- Trombosit : 381 (150 – 350).

- PCV : 0,33

Faal Hati tanggal : 16 oktober 2011

- SGOT : 20 (L < 37 P < 31) U/L

Faal Ginjal tanggal : 16 oktober 2011

28

Ureum/BUN : 12 mg/dl (10 – 45)

- Serum Creatinin : 0,93 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3)

Darah lengkap tanggal : 16 oktober 2011

- Hb : 10,6 gr% mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)

- LED : 100 (L 0 – 15/jam P 0 – 20/jam

- Leukosit : 17.600 (4000 – 11.000).

- Hematokrit : 31,1 (L 0,40 – 0,47 P 0,38 – 0,42)

- Trombosit : 421 (150 – 350)

- PCV : 0,33

Gula darah tanggal : 16 oktober 2011

- Glukosa Puasa : 50 mg/dl (< 126 mg/dl)

Lemak tanggal : 16 oktober 2011

- Cholesterol Total : 217 (100 - 240)

Faal Hati tanggal : 16 oktober 2011

- Alkali Phospatase : 261

- SGOT : 29,2 (L < 37 P < 31) U/L

- SGPT : 16,11 (L < 40 P < 31) U/L

- Albumin : 3,81 gr/dl (3,2 – 3,5 gr/dl)

Faal Ginjal tanggal : 16 oktober 2011

- Uric Acid : 4,13 mg/dl (L : 3,4 – 7,0 P 2,4 – 5,7)

Elektrolit tanggal : 16 0ktober 2011

- Natrium : 136 mmol/l (135 – 145 mmol/l)

- Kalium : 2,2 mmol/l (3,5 – 5,5 mmol/l)

Gas Darah Analisa :

- PH : (7,35 – 7,45)

- PO2 : (80 – 100) mmHg

- PCO2 : (35 – 45) mmHg

- HCO3 : (22 – 26) mmol/L

- BE : (- 2,5 - + 2,5) mmol/L

29

TERAPI :

- Oksigen 2 Lt/mt

- Inj Cepotaxime 3 X 1 gr.

- Tab Cefrofloxacin 2 X 500 mg

- Atroven Nebulizer 4 x / hr.

- Bricasma Nebulizer 4 x / hr.

- Syr Antacid 3 X 1 C1

- Tab Ranitidin 2 X 1

- Tab Codein 3 X 10 mg

- Infus RL drip KCl 25 mg/24 jam

Tanda tangan mahasiswa

Kelompok 1

30

ANALISA DAN SINTESA DATA

NO D A T A ETIOLOGI MASALAH

1. S : Klien mengatakan sesak nafas. rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas.O : 1. Warna kulit perifer

cianosis.2. RR : 32 x /menit.3. Nafas pendek.4. Pengguanaan otot

bantu pernafasan5. Sianosis bibir dan

dasar kuku, jari tabuh.

inflamasi bronkus & alveoli

fibrosis

menurunnya fungsi ventilasi alveolar

penurunan PaO2

Gangguan pertukaran gas

2. S : Klien mengatakan selalu ingin batuk.Klien mengatakan mempunyai kebiasaan merokok sejak 30 tahun yang lalu dan mampu menghabiskan 2 pak / hari.O : 1. Bunyi nafas : Ronki,

wheezing, redup.2. Perkusi hypersonor

pada area paru.3. Batuk menetap

dengan produksi sputum (+)

Merokok /polusi udara

Gangguan pembersihanParu

Inflamasi brounkus &alveoli

Fungsi silia me

Meningkatnya keenjar mukus

Peningkatan produksi mukus

Bersihan jalan nafas tidak efektif

3. O : Klien hanya makan beberapa sendok dari makanan yang disajikan.S : Klien mengeluh sesak nafas pada waktu makan

Intake makanan yang kurang.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

4. O : S : Klien mengatalakn cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.Lamanya perawatan,

Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

Cemas

31

banyaknya biaya perawatan dan pengobatan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

5. O : S : Klien mengatakan kurang mengetahui tentang proses penyakit, perawatan maupun pengobatan serta kurangnya pengetahuan tentang diet.

Kurangnya informasi. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

mukus/peningkatan sekresi lendir

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Intake makanan yang kurang.

4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

32

RENCANA TINDAKAN

NODIAGNOSA

KEPERAWATANTUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan dalam 1x24 jam diharapkan Klien mampu menunjukkan perbaikan oksigenasi.Kriteria hasil1. Warna kulit perifer

membaik (tidak cianosis)2. RR : 12 – 24 x /menit3. Nafas panjang4. Tidak menggunakan otot

bantu pernafasan.5. Ketidaknyamanan dada

(–)6. Nadi 60 – 100 x/menit.7. Dyspnea (–)

1. Observasi status pernafasan, hasil gas darah arteri, nadi dan nilai oksimetri.

2. Awasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna).

3. Observasi tanda vital dan status kesadaran.

4. Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas klien.

5. Berikan oksigenasi yang telah dilembabkan.

6. Pertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan disokong dengan bantal atau duduk condong ke depan dengan ditahan meja.

7. Kolaborasi untuk pemberian obat yang telah diresepkan.

1. Memantau perkembangan kegawatan pernafasan.

2. Gangguan Oksigenasi perifer tampak cianosis.

3. Menentukan status pernafasan dan kesadaran.

4. Mengurangi penggunaan energi berlebihan yang membutuhkan banyak Okigen.

5. Memenuhi kebutuhan oksiegen.

6. Meningkatkan kebebasan suplay oksiegn.

7. Obat mukolitik dan ekspektoransia akan mengencerkan produksi mukus yang mengental.

33

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Klien dapat meningkatkan bersihan jalan nafasKriteria hasil1. Bunyi nafas

bersih/Vesikuler2. Batuk (-)3. Mampu

mendemonstrasikan batuk terkontrol.

4. Intake cairan adekuat

1. Kaji kemampuan klien untuk memobilisasi sekresi, jika tidak mampu :a. Ajarkan metode batuk

terkontrolb. Gunakan suction (jika perlu

untuk mengeluarkan sekret)c. Lakukan fisioterapi dada

2. Secara rutin tiap 8 jam lakukan auskultasi dada untuk mengetahui kualitas suara nafas dan kemajuannya.

3. Berikan obat sesuai dengan resep; mukolitik, ekspektorans

4. Anjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari bila tidak ada kontra indikasi

5. Anjurkan klien mencegah infeksi / stressora. Cegah ruangan yang ramai

pengunjung atau kontak dengan individu yang menderita influenza

b. Mencegah iritasi : asap rokok

c. Imunisasi : vaksinasi Influensa.

1. Memantau tingkat kepatenan jalan nafas dan meningkatkan kemampuan klien merawat diri / membersihkan/membebaskan jalan nafas.

2. Memantau kemajuan bersihan jalan nafas.

3. Mengencerkan secret agar mudah dikeluarkan.

4. mengencerkan sekert.

5. Menghindarkan bahan iritan yang menyebabkan kerusakan jalan nafas

34

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake makanan yang kurang.

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi Kriteria hasil :1. Berat badan dan tinggi

badan ideal.2. Pasien mematuhi dietnya.

1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

4. Identifikasi perubahan pola makan.

5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet Tinggi Kalori dan Tinggi Protein.

1. Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.

2. Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.

3. Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).

4. Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.

5. Pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat proses penyembuhan dan mencegah komplikasi.

4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan klien rasa cemas berkurang/hilang.Kriteria Hasil :1. Pasien dapat

mengidentifikasikan sebab kecemasan.

2. Emosi stabil., pasien tenang.3. Istirahat cukup.

1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

3. Gunakan komunikasi terapeutik.

4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta

1. Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

1 Dapat meringankan beban pikiran pasien.

2 Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.

3 Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat

35

dalam tindakan keperawatan.5. Berikan keyakinan pada pasien

bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.

6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.

7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

mengurangi beban pikiran pasien.4 Sikap positif dari timkesehatan akan

membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.

5 Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.

6 Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Setelah dilakukan tindakan asuhan kperwatan selama 1x 24jam diharapkan Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.Kriteria Hasil :1. Pasien mengetahui tentang

proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.

2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit paru obstruktif kronik.

2. Kaji latar belakang pendidikan pasien.

3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.

1. Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.

2. Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.

3. Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

4. Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

36

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)

DIAGNOSA

KEPERAWATANTINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.

1. Mengobservasi status pernafasan, nadi dan tekanan darah.2. Mengawasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna).3. Mengobservasi tanda vital dan status kesadaran.4. Mengevaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas klien.5. Memberikan oksigenasi yang telah dilembabkan.6. Mempertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan disokong

dengan bantal atau duduk condong ke depan dengan ditahan meja.7. Mengkolaborasikan untuk pemberian obat yang telah diresepkan.

S :O :1. Warna kulit perifer membaik (tidak cianosis)2. RR : 12 – 24 x /menit3. Ketidaknyamanan dada (–)4. Nadi 60 – 100 x/menit.5. Dyspnea (–)A : Tujuan BerhasilP : Intervensi dihentikan

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir

1. Mengkaji kemampuan klien untuk memobilisasi sekresi, jika tidak mampu :a. Mengajarkan metode batuk terkontrolb. Menggunakan suction (jika perlu untuk mengeluarkan sekret)c. Melakukan fisioterapi dada

2. Secara rutin tiap 8 jam melakukan auskultasi dada untuk mengetahui kualitas suara nafas dan kemajuannya.

3. Memberikan obat sesuai dengan resep; mukolitik, ekspektorans4. Menganjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari bila tidak ada

kontra indikasi5. Menganjurkan klien mencegah infeksi / stressor

a. Mencegah ruangan yang ramai pengunjung atau kontak dengan individu yang menderita influenza

b. Mencegah iritasi : asap rokok.

S :O :1. Bunyi nafas bersih2. Batuk (-)3. Mampu mendemonstrasikan batuk terkontrol.4. Intake cairan adekuatA : Tujuan BerhasilP : Intervensi dihentikan

37

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.

1. Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan.2. Menganjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.3. Menimbang berat badan setiap seminggu sekali.4. Mengidentifikasi perubahan pola makan.5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet Tinggi

Kalori Tinggi Protein.

S :

O : 1. Pasien mematuhi dietnya.A : Tujuan tercapai sebagianP : Intervensi terus dilakukan.

4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

1. Mengkaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.2. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa

cemasnya.3. Menggunakan komunikasi terapeutik.4. Memberi informasi yang akurat tentang proses penyakit dan

menganjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.5. Memberikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim

kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.

6. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.

7. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

S :

O : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab

kecemasan.2. Emosi stabil., pasien tenang.3. Istirahat cukup.A : Tujuan BerhasilP : Intervensi dihentikan

5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit PPOM.

2. Mengkaji latar belakang pendidikan pasien.3. Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

4. Menjelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi klien dan libatkan klien didalamnya.

S : O : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit,

diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.

2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

A : Tujuan BerhasilP : Intervensi dihentikan

38