askep perioperatif ( bph )

19
KMB III OLEH : NAMA : MUSTADIARTO NIM : 012008010 JURUSAN : S1 KEPERAWATAN SEMESTER : VI

Upload: anto-mustadiarto

Post on 03-Jul-2015

996 views

Category:

Documents


59 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

OLEH :

NAMA : MUSTADIARTO

NIM : 012008010

JURUSAN : S1 KEPERAWATAN

SEMESTER : VI

Page 2: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

Pendahuluan :

Masalah yang sering di alami seorang pria usia lanjut yang berhubungan dengan sistem

perkemihan adalah Benign Prostatic Hyperlasia (BPH). Prostat adalah organ perkemihan

yang sering mengalami neoplasma : Benigna atau Maligna.

Masalah ini sering terjadi pada 50 % pria diatas usia 50 tahun, dan 75 % pria di atas 70 tahun.

Di Indonesia insiden ini akan banyak ditemukan sehubungan dengan semakin banyaknya usia

lanjut karena meningkatnya usia harapan hidup. Dengan demikian akan banyak pula kasus ini

tinggal rawat di rumah sakit yang pada umumnya berindikasi pembedahan.

Pada kondisi ini, sebagai seorang perawat akan sering diperhadapkan dengan masalah

keperawatan yang terkait dengan kasus BPH terutama yang berhubungan dengan tindakan

pembedahan. Oleh karena itu perawat perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk

menangani klien BPH khususnya dalam asuhan keperawatan perioperatif (pra bedah, intra

bedah, dan pasca bedah).

Etiologi :

BPH adalah pembesaran jaringan kelenjar prostat yang bersifat jinak. Walaupun tidak

diketahui secara pasti penyebabnya sebab bersifat universal terjadi pada usia lanjut. Namun

demikian diperkirakan bahwa peningkatan jumlah sel prostat sebagai hasil dari adanya

perubahan endokrin yang berhubungan dengan proses penuaan. Terjadinya akumulasi

dihydroxytestosteron (hormonm androgen utama dalam kelenjar prostat), stimulasi estrogen,

dan aktifitas hormon pertumbuhan lokal lainnya dianggap berperan dalam terjadinya BPH

(Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2000)

Demikian pula dengan faktor yang berhubungan dengan diet, pengaruh inflamasi kronik,

faktor sosial ekonomi, herediter, dan ras semuanya dapat dipertimbangkan berperan dalam

terjadinya BPH (Black & Jacobs, 1997).

Faktor Resiko :

BPH sering ditemukan pada seorang pria lanjut usia, oleh karena itu tidak ada pencegahan

utamanya. Pria dengan kastraksi atau yang mengalami hypogonadism sebelum pubertas atau pada

Page 3: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

pria awal dewasa jarang mengalami BPH. Insiden meningkat pada pria kulit hitam, dan kurang pada

pria Asia (Black & Jacobs, 1997).

Yang utama adalah deteksi dini merupakan pencegahan sekunder yang terbaik. Deteksi dini

diperlukan guna menangani secara cepat sehingga mencegah terjadinya komplikasi yang

berhubungan dengan obstruksi saluran perkemihan bagian bawah.

Sebaiknya pemeriksaan prostat sudah dilakukan pada usia 40 tahun.

Pathophysiology :

Pembesaran prostat yang bersifat junak adalah peningkatan secara abnormal jumlah sel normal

(hyperlasia) dalam prostat, agaknya juga terjadi pembesaran sel-sel prostat (hypertrophy).

Kelenjar periurethral yang mengalami hiperplasi pada usia lanjut yang secara bertahap bertumbuh

dan menekan pada sekeliling jaringan prostat yang normal yang mendorong kelenjar kedepan, dan

membentuk kapsul.

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat pembesaran prostat termasuk hambatan aliran urin dan juga

akan mengakibatkan terjadinya urinary reflux (backward flow) yang akan menyebabkan

dekompensasi uretrovesical junction.

Akibat dekompensasi menyebabkan peningkatan tekanan kandung kemih yang lama, menipisnya

dinding kandung kemih akibat peregangan dan memudahkan terjadinya infeksi kandung kemih atau

terbentuknya batu kandung kemih.

Akibat tekanan kandung kemih, ureter akan mengalami tekanan dan obstruksi sehingga dapat

menyebabkan hydroureter dan selanjutnya dapat menyebabkan hydronephrosis, akibatnya piala

ginjal dan kaliks akan mengalami distensi dan jaringan parenkim ginjal akan mengalami atrofi.

Selanjutnya obstruksi yang terjadi bila berlangsung lama atau mengalami reflux akan menyebabkan

terjadinya insufisensi renal.

Manifestasi Klinik :

BPH biasanya terjadi secara perlahan-lahan sehingga dalam perkembangannya kadang-kadang tidak

dirasakan sebagai gangguan. Perlu diketahui bahwa pada usia lanjut, akan terjadi peningkatan

Page 4: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

frekuensi berkemih. Bila seseorang mengeluh bahwa jumlah dan kekuatan aliran urin tidak terjadi

secara normal, maka patut dicurigai terjadinya BPH dan perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut.

Pada BPH, aliran urin berkurang derasnya, nampak aliran melemah dan kadang-kadang hanya

menetes. Klien akan merasakan kurang puas dalam berkemih. Mungkin pula terdapat darah dalam

urin.

Akibat pembesaran prostat, akan sangat berbahaya terjadinya obstuksi perkemihan yang komplit

dan terjadi retensi. Retensi dapat dipicu oleh :

1. Demam

2. Peminum alkohol

3. Infeksi

4. Hambatan pengosongan

5. Trah baring.

Beberapa obat dapat memicu terjadinya retensi, seperti obat yang bersifat dekongestan,

anticholinergic, dan antidepressant.

Obstruksi dapat menyebabkan nyeri yang sangat sehingga perlu segera dilakukan pemasangan

kateter.

Beberapa upaya untuk mengkaji BPH :

1. Lakukan pemeriksaan fisik secara umum , termasuk digital rectal examination (DRE).

2. Pemeriksaan laboratorium : Darah, urine, dan fungsi ginjal.

3. X-ray termasuk intravenous pyelogram dan cystosgraphy

4. prosedur tindakan lain : misalnya kakaterisasi dan cystoscopy.

Komplikasi :

Klien BPH akan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih akibat kandung kemih tidak mengalami

pengosongan sempurna yang disebabkan oleh adanya obstruksi sebagian atau total pada bagian

proksimal uretra. Urin residu akan merupakan lingkungan yang baik sebagai tempat berkembang

biaknya bakteri.

Page 5: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

Batu dapat teerbentuk sebagai akibat terjadinya alkalinization dari urine residu. Robekan pembuluh

darah akibat peregangan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hematuria. Peningkatan

tekanan pada kandung kemih akan menyebabkan dinding kandung kemih mengalami peregangan

dan menyebabkan terbentuknya divertikula.

Komplikasi yang sangat serius akibat retensi urin adalah disfungsi kandung kemih, hydroureter,

kerusakan jaringan parenkim ginjal akibat hydronephrosis, dan terjadi pyelonephritis. Dan

komplikasi di atas dapat menyebabkan gagal ginjal.

Tindakan medik :

Tujuan penanganan medik yaitu memperbaiki aliran urin dari kandung kemih,

mengurangi/menghilangkan gejala-gejala, dan mencegah atau menangani komplikasi akibat BPH.

Apabila ditemukan klien berindikasi peningkatan obstruksi urethra,dilakukan tindakan penanganan

sesuai dengan indikasi. Berbagai tindakan sebagai pilihan penanganan BPH dapat dikategorikan

dalam tindakan pengobatan, nonsurgical invasive (invasif tanpa tindakan pembedahan, dan

surgical invasive (tindakan invasif dengan pembedahan).

1. Terapi Pengobatan :

Pemberian hormon dapat mengurangi/menghambat pertumbuhan jaringan melalui penghambatan

hormon adrogen. Pengobatan dilakukan secara kontinu. Efek samping dari pengobatan ini adalah

disfungsi ereksi, dimana ditemukan 10 % dari klien mengalami penurunan libido( Lewis,Heitkemper

& Dirksen, 2000).

Pengobatan herbal dapat digunakan untuk klien BPH.

2. Nonsurgical Invasive :

Pemasangan indwelling kateter secara temporer dapat digunakan untuk mengurangi gejala.

Pemasangan kateter dalam waktu yang lama agar dihindari guna mencegah terjadinya risiko infeksi.

Pemasangan Ballon dilatasi dalam uretra untuk meregangkan uretra sehingga aliran urin menjadi

Page 6: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

bebas dan lancar. Tindakan pemasangan ballon ini merupakan tindakan yang tidak permanen

(bersifat sementara).

3. Surgical Therapy :

Tindakan pembedahan dilakukan guna mnengatasi adanya obstruksi urin akibat BPH. Bagian dari

kelenjar prostat yang menyebabkan obstruksi dilakukan pengangkatan yang disebut Prostatectomy.

Indikasi prostatectomy adalah sebagai berikut ;

a. Bagian atas saluran kemih mengalami dilatasi (hydroureter, hydronephrosis) dan adanya

gangguan fungsi ginjal.

b. Nyeri yang hebat.

c. Total urinary obstruction.

d. Pengobatan yang diberikan kurang berespon.

e. Adanya batu kandung kemih, sebagai bukti adanya obstruksi yang lama sehubungan dengan

BPH dan adanya infeksi.

f. Obstruksi yang lama dengan adanya hydroureter dan hydronephrosis yang mengganggu

fungsi ginjal.

g. Hematuria yang lama dan hebat.

h. Menurunnya kualitas hidup sebagai akibat BPH.

i. Retensi urinary yang kronik.

j. Adanya infeksi saluran kemih yang berulang-ulang.

Penanganan Pra-Bedah :

Tujuan persiapan klien pra-bedah adalah mempertahankan output urin dan mencegah komplikasi.

Klien yang mengalami retensi akut memerlukan tindakan pembedahan. Biasanya pada kondisi ini

perlu dipertimbangkan pemasangan kateter.

Prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat jaringan prostat yang membesar, yaitu :

1. Transurethral resection of the prostat (TURP).

2. Suprapubic prostatectomy.

3. Retropubic prostatectomy.

4. Perineal prstatectomy.

Page 7: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

Prosedur di atas ditentukan oleh ukuran dari prostat dan kondisi umum kesehatan klien.

a. Transurethral Resection of the Prostate (TURP) adalah tinmdakan yang sering dilakukan dengan

mengangkat sebagian prostat. Tidak dilakukan insisi eksternal, karena dilakukan melalui

resectoscope melalui uretra dan dilaukan kauter pada jaringan prostat.. Setelah dilakukan

tindakan ini melalui three-way indwelling catheter dimasukkan cairan steril sebanyak 30 – 60 ml

guna hemostasis dan memfasilitasi aliran urin. Irigasi kandung kemi dilakukan 24 jan pertama

guna mencegah obstruksi bekuan darah. Tindakan ini digunakan bila klien mengalami

pembesaran prostat sedang.

Keuntungan tindakan ini adalah tidak dilakukan insisi eksternal dan tidak menyebabkan

gangguan disfungsi seksual (gangguan ereksi), dan tidak mengakibatkan inkontinen yang lama.

Kerugiannmya yaitu dengan tidak seluruhnya jaringan prostat diangkat akan memebrikan

potensi untuk mengalami kembali hyperplasia, dan dapat terjadi kanker prostat.

b. Transurethral Incision of the Prostat (TUIP).

Dilakukan pada klien dengan risiko tinggi, juga pada obstruksi ringan, atau pada klien usia yang

masih mudah. Insisi dilakukan kedalam jaringan prostat guna mengurangi obstruksi pada bagian

leher kandung kemih. Insisi dapat dibuat secara unilateral atau bilateral. Dilakukan monitor

output urin dan kemungkinan hematuria yang dilakukan pada 24 jam pertama melalui indwelling

kateter.

c. Suprapubic Resection.

Pengangkat massa jaringan dilakukan secara luas (diatas 60 g) yang biasa dilakukan pada kanker prostat. Insisi dilakukan dibagian bawah garis tengah abdomen melalui kandung kemih sampai pada bagian depan prostat. Tindakan ini dengan menggangkat seluruh kelenjar dan selanjutnya uretra dijahitkan pada kandung kemih. Setelah pembedahan, dipasang kateter pada bagian suprapubis yang dipasang melalui insisi abdominal yang bertujuan untuk mencegah terjadinya terkanan pada ahitan dan menungkin untuk penyembuhan kandung kemih. Indwelling kateter dipasang kedalam kandung kemih melalui urethra guna mencegah terjadinya striktur. Dilakukan irigasi kandung kemih pada 24 jam pertama.

Tindakan ini berisiko terjadinya infeksi saluran kemih, spasme kandung kemih, dan perdarahan.

d. Retropubic Resection

Page 8: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

Digunakan untuk mengangkat secara radikal yang dilakukan pada kanker prostat. Insisi pada bagian bawah garis abdomen sampai pada kelenjar prostat. Setelah pembedahan, dipasang indwelling kateter yang dipasang melalui urethra kedalam kandung kemih. Dipasang drain pada daerah insisi abdomen guna mengeluarkan cairan melalui area tersebut. Pada tindakan ini tidak dilakukan insisi kandung kemih. Prosedur ini berisiko terjadinya perdarahan. Pada klien yang kegemukan, agak sulit dilakukan reseksi suprapubis dan retropubis.

e. Perineal Resection.

Tindakan ini jarang dilakukan, tetapi dilakukan pada kanker prostat. Insisi dibuat melalui antara skrotum dan anus. Oleh karena kemungkinan dapat meluas ke area rektum maka klien sebelumnya dilakukan huknah, diberi antibiotik, dan diet rendah serat. Setelah pembedahan dipasang indwelling kateter melalui urethra. Dipasang drain pada daerah insisi.Dilakukan pergantian balutan setiap kali defekasi guna mencegah terjadinya infeksi pada daerah insisi.

Kerugian : Walaupun semua tindakan berisiko disfungsi ereksi, tetapi tindakan Perineal Resection merupakan insiden tertinggi, inkontinen urin, risiko infeksi karena berdekatan dengan anus.

Asuhan Keperawatan pada Klien BPH:

Perawat sangat berkepentingan dalam asuhan keperawatan klien, karena pada umumnya klien BPH

tinggal rawat di rumah sakit karena dilakukan pembedahan. Fokus asuhan keperawatan terutama

pada pra-bedah dan pasca-bedah.

Pengkajian Keperawatan :

Data objektif dan data subjektif harus dikumpulkan dari klien BPH, yaitu :

Data Subjektif :

- Informasi tentang status kesehatan : Pengobatan : testosteron dan estrogen yang diberikan

pada klien sebagai pengobatan BPH.

- Persepsinya tentang kesehatan : pengetahuan sehubungan dengan BPH, kurang minum, pola

eliminasi : berkemih yang mendesak (uninary urgency), aliran urin yang lemah, merasa tidak

sempurna dalam berkemih, urin menetes, retensi urin, inkontinen, nocturia

- Persepsi kognitif : dysuria, merasa kurang nyaman pada kandung kemih.

- Reprodusi/Seksual : Kecemasan tentang disfungsi seksual.

Page 9: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

Data Objektif :

- Umumnya terjadi pada pria lanjut usia.

- Adanya distensi kandungkemih teraba pada palpasi, dan teraba adanya pembesaran pada

prostat (dilakukan pemeriksaan rektal).

- Ditemukan pembesaran prostat pada ultrasonography, pada pemeriksaan laboratorium

ditemukan adanya lekosit, bakteri, atau hematuria, meningkatnya BUN dan kreatinin serum .

Asuhan Keperawatan sebelum pembedahan :

Pengkajian :

Klien mungkin secara samar-samar mengetahui tentang mengapa kelenjar prostat membesar, dan

klien mungkin merasa ketakutan sehubungan dengan pengkajian/test dan hasilnya. Hati-hati

menjelaskan setiap bagian dari proses pengakajian yang dilakukan. Bila perlu perlihatkan pada

klien/keluarganya gambar organ reproduksi dan kelenjar prostat dan jelaskan pengaruh adanya

pembesaran prostat dengan ekresi urin.

Tanyakan pada klien manifestasi klinik yang terjadi pada klien termasuk pola berkemih, adanya

urgency, frequency, menurunnya atau terjadinya gangguan aliran urin, hambatan berkemih, dan

nocturia. Tanyakan juga kemungkinan adanya hematuria.

1. NDx : Retensi urin berhubungan dengan Pembesaran prostat/obstruksi urethra.

Tujuan : Klien akan bebas dari gejala-gejala BPH ditandai dengan : tidak ditemukan adanya

Frequency, urgency, hesitancy, aliran yang melemah, retensi, atau nocturia.

Implementasi ;

- Observasi kekuatan aliran urin.

Rasional : Aliran yang melemah, menunjukkan adanya obstruksi pada saluran perkemihan

bagian bawah.

- Lakukan perkusi/palpasi area suprapubis.

Page 10: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

Rasional : Distensi kandung kemih dapat dirasakan pada area suprapubis.

- Monitor vital sign, observasi kemungkinan hipertensi, edema perifer, perobahan kesadaran.

Rasional : Kehilangan fungsi ginjal akan menghasilkan penurunan eliminasi cairan dan akumulasi

zat-zat toksik.

- Berikan rendaman hangat bila ada indikasi.

Rasional : Memungkinkan relaksasi otot, menurnkan edema, dan dapat mendorong terjadinya

pengosongan.

- Pasang indwelling kateter sesuai indikasi.

Rasional : Indwelling kateter sebagai alat memperetahankan aliran urin dari kandung kemih

secara adekuat/lancar.

2. NDx : Nyeri akut sehubungan dengan adanya iritasi mukosa sebagai akibat adanya distensi kandung kemih

Tujuan : Klien akan melaporkan nyeri terkontrol/berkurang, ditandai dengan ;

- Klien nampak relaksasi.

- Tidur cukup.

- Melaporkan nyeri hilang/berkurang.

- Vital sgn dalam batas normal.

Implementasi :

- Kaji adanya nyeri.

Rasional : Nyeri akibat obstruksi saluran kemih dirasakan pada area sekitar kandung

kemih/suprapubis.

- Lakukan tindakan relaksasi misalnya deep breathing exercise atau pengalihkan perhatian

dengan memberikan aktifitas yang bervariasi.

Rasional : Meningkatnya relaksasi, mengalihkan perhatian akan meningkatkan kemampuan

koiping klien.

Page 11: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

- Gunakan rendaman air hangat terutama pada daerah genitalia dan sekitarnya.

Rasional : Rangsang hangat akan mengakibatkan vasodilatasi, sehingga akan terjadi relaksasi.

- Pertahankan tirah baring .

Rasional : Nyeri akan meningkatkan stres sehingga penggunaan energi akan

meningkatkan. Energi diperlukan untuk mendorong kekuatan/desakan

pengeluaran urin.

- Pasang indwelling kateter.

Rasional : Mengeluarkan urin akan mengurangi distensi kandung kemih dan mencegah kegelisahan

klien.

- Diskusikan dengan dokter tentang pemberian obat :

- Golongan narkotik

Rasional : Memberikan relaksasi fisik dan mental.

- Antibiotik

Rasional : Mencegah adanya bakteri dalam saluran kemih.

3, NDx : Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi/pemahaman tentang penyakit, manifestasinya, dan tindakan.

Tujuan : Klien akan meningkat pengetahuannya tentang penyaki, manifestasi dan tindakan yang

dilakukan, yang ditandai dengan :

- Klien menunjukkan kepatuhan dalam menjalani tindakan/pengobatan.

- Klien pernyataan klien mendukung tindakan yang diberikan.

- Klien mampu menjelaskan kembali tentang pengetahuan, manfestasi penyakit dan

tindakan yang dilakukan.

Implementasi :

- Dorong klien untuk mengungkapkan ketakutannya/perasaannya dan keprihatinannya.

Page 12: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

Rasional : Klien merasa diberi perhatian serius, klien yakin perawat akan membantu dengan

baik.

- Berikan informasi bahwa penyakit ini bukan akibat hubungan seksual.

Rasional ; Informasi yang adekuat akan mengurangi kecemasannya.

- Sarankan:untuk menghindari minuman yang beralkohol/stimulan.

Rasional : Stimulan akan meningkatkan GFR sehingga produk urin akan meningkat sehingga

distensi kandung kemih akan bertambah.

- Diskusikan dengan dokter tentang pemberian informasi mengenai penyakit dan tindakannya.

Rasional : Pemahaman yang keliru tentang penyakit dan tindakannya/pengobatan akan

meningkatkan kecemasannya atau kurang kooperatif dalam tindakan yang

dilakukan.

Asuhan Keperawatan Perioperatif :

Pengkajian :

Kaji kemampuan klien mengosongkan kandung kemihnya. Kandung kemih klien di palpasi

kemungkinan adanya distensi kandung emih. Palpasi dilakukan di area suprapubis. Jika klien tidak

dapat berkemih dengan sempurna, pertimbangkan kemungkinan pemasangan indwelling kateter.

Oleh karena itu kaji adanya kebutuhan pemasangan kateter.

Pada pengkajian pra-bedah, perhatikan pengkajian yang berhubungan dengan aspek fisik dan

psikososial. Kaji tingkat pengetahuan klien sehubungan dengan pembedahan dan hasilnya. Oleh

karena banyak jenis tindakan pembedahan yang dapat dilakukan, jadi mungkin klien tidak mengerti

implikasi dari tindakan yang akan dilakukan.

implikasi dari tindakan yang diterima klien.

1. NDx : Ketakutan sehubungan dengan masalah yang dialami saat ini, tindakan dan fungsi seksual

Page 13: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

Tujuan : Klien akan dapat mengontrol ketakutannya ditandai dengan pernyataan sehubungan

dengan pemahamannya yang adekuat, kemampuan untuk bertanya secara jelas, dan

kemampuan untuk berisitrahat dengan baik.

Implementasi :

2, NDx : Nyeri akut sehubungan dengan tindakan invasif/edema daerah trauma. Ditandai dengan :

Klien melaporkan nyeri, gelisah, murung, perhatian terfokus, respon otonomi. pada

dirinya, ketegangan otot.

Tujuan : Klien akan melaporkan bahwa nyeri terkontrol /berkurang., ditandai dengan :

- Klien nampak relaksasi.

- Tidur cukup.

- Tenang.

Implementasi :

- Kaji tingkat nyeri, radiasi, dan tanda-tanda vital.

Rasional : Semakin kearak skor yang tinggi semakin menunjukkan tingkat nyeri hebat. Bila

ditemukan peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan klien dalam kondisi stres

akibat nyeri.

- Jelaskan pada klien terjadinya nyeri.

Rasional : Pemahaman yang keliru tentang nyeri akan meningkatkan stress sehingga nyeri akan

semakin meningkat intensitasnya.

- Kaji kemungkinan terjadinya distensi kandung kemih setelah pembedahan.

Rasional : Distensi kandung kemih terjadi sebagai akibat sumbatan bekuan darah pada saluran

perkemihan. Peregangan kandung kemih akan menyebabkan nyeri.

- Kolaborasi : Obat analgetik atau antispasmodik.

Page 14: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

Rasional : Obat ini akan mengurangi nyeri dan mencegah terjadinya spasme kandung kemih

- Berikan diet tinggi serat.

Rasional : Diet rendah serat akan mendorong klien mengedan saat defekasi sehingga menimbulkan

tarikan/regangan pada area jahitan atau menyebabkan perdarahan.

3. NDx : Risiko terjadinya injury sehubungan dengan adanya pemasangan kateter, irigasi atau drai

pada suprapubis.

Tujuan : Klien akan bebas dari injury seperti adanya infeksi, sumbatan kateter, atau injury akibat

pemasangan kateter. Ditandai dengan ;

- Tidak ada demam.

- Laboratorium lekosit normal.

- Penyembuhan luka pembedahan baik.

- Katater berfungsi dengan baik.

- Tidakj ada perdarahan.

- Aliran urin lancar.

Implementasi :

- Kaji aliran urin melalui kateter.

Rasional : ketidaklancaran aliran urin melalui kater sebagai akibat adanya sumbatan bekiuan darah

pada lumen kateter.

- Lakukan irigasi kandung kemih melalui kateter.

Rasional : irigasi akan mempertahankan aliran lancar dan membersihkan kandung kemih dari

bekuan darah dan jaringan nekrotis lainnya sehingga urin warna urin kembali

normal, dan mencegah terjadinya overdistensi kandung kemih yang dapat

menyebabkan perdarahan.

- Berikan informasi kepada klien tentang pemasangan drain dan kateter.

Page 15: ASKEP Perioperatif ( BPH )

KMB III

Rasional : Kurangnya pengetahuan klien tentang tindakan yang dilakukan akan

memungkinkan klien menarik/memegang kateter/drain.

- Observasi keadaan luka pembedahan apakah ada tanda-tanda radang.

Rasional : Adanya edema, kemerahan pada permukaan kulit di area pembedahan

menunjukkan terjadinya infeksi skunder.

- Pertahankan tehnik aseptik terutama saat perawatan luka pembedahan, hindari lakukan enema,

rectal tube, atau pemasangan termometer rektal.