Download - ASKEP Perioperatif ( BPH )
KMB III
OLEH :
NAMA : MUSTADIARTO
NIM : 012008010
JURUSAN : S1 KEPERAWATAN
SEMESTER : VI
KMB III
Pendahuluan :
Masalah yang sering di alami seorang pria usia lanjut yang berhubungan dengan sistem
perkemihan adalah Benign Prostatic Hyperlasia (BPH). Prostat adalah organ perkemihan
yang sering mengalami neoplasma : Benigna atau Maligna.
Masalah ini sering terjadi pada 50 % pria diatas usia 50 tahun, dan 75 % pria di atas 70 tahun.
Di Indonesia insiden ini akan banyak ditemukan sehubungan dengan semakin banyaknya usia
lanjut karena meningkatnya usia harapan hidup. Dengan demikian akan banyak pula kasus ini
tinggal rawat di rumah sakit yang pada umumnya berindikasi pembedahan.
Pada kondisi ini, sebagai seorang perawat akan sering diperhadapkan dengan masalah
keperawatan yang terkait dengan kasus BPH terutama yang berhubungan dengan tindakan
pembedahan. Oleh karena itu perawat perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk
menangani klien BPH khususnya dalam asuhan keperawatan perioperatif (pra bedah, intra
bedah, dan pasca bedah).
Etiologi :
BPH adalah pembesaran jaringan kelenjar prostat yang bersifat jinak. Walaupun tidak
diketahui secara pasti penyebabnya sebab bersifat universal terjadi pada usia lanjut. Namun
demikian diperkirakan bahwa peningkatan jumlah sel prostat sebagai hasil dari adanya
perubahan endokrin yang berhubungan dengan proses penuaan. Terjadinya akumulasi
dihydroxytestosteron (hormonm androgen utama dalam kelenjar prostat), stimulasi estrogen,
dan aktifitas hormon pertumbuhan lokal lainnya dianggap berperan dalam terjadinya BPH
(Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2000)
Demikian pula dengan faktor yang berhubungan dengan diet, pengaruh inflamasi kronik,
faktor sosial ekonomi, herediter, dan ras semuanya dapat dipertimbangkan berperan dalam
terjadinya BPH (Black & Jacobs, 1997).
Faktor Resiko :
BPH sering ditemukan pada seorang pria lanjut usia, oleh karena itu tidak ada pencegahan
utamanya. Pria dengan kastraksi atau yang mengalami hypogonadism sebelum pubertas atau pada
KMB III
pria awal dewasa jarang mengalami BPH. Insiden meningkat pada pria kulit hitam, dan kurang pada
pria Asia (Black & Jacobs, 1997).
Yang utama adalah deteksi dini merupakan pencegahan sekunder yang terbaik. Deteksi dini
diperlukan guna menangani secara cepat sehingga mencegah terjadinya komplikasi yang
berhubungan dengan obstruksi saluran perkemihan bagian bawah.
Sebaiknya pemeriksaan prostat sudah dilakukan pada usia 40 tahun.
Pathophysiology :
Pembesaran prostat yang bersifat junak adalah peningkatan secara abnormal jumlah sel normal
(hyperlasia) dalam prostat, agaknya juga terjadi pembesaran sel-sel prostat (hypertrophy).
Kelenjar periurethral yang mengalami hiperplasi pada usia lanjut yang secara bertahap bertumbuh
dan menekan pada sekeliling jaringan prostat yang normal yang mendorong kelenjar kedepan, dan
membentuk kapsul.
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat pembesaran prostat termasuk hambatan aliran urin dan juga
akan mengakibatkan terjadinya urinary reflux (backward flow) yang akan menyebabkan
dekompensasi uretrovesical junction.
Akibat dekompensasi menyebabkan peningkatan tekanan kandung kemih yang lama, menipisnya
dinding kandung kemih akibat peregangan dan memudahkan terjadinya infeksi kandung kemih atau
terbentuknya batu kandung kemih.
Akibat tekanan kandung kemih, ureter akan mengalami tekanan dan obstruksi sehingga dapat
menyebabkan hydroureter dan selanjutnya dapat menyebabkan hydronephrosis, akibatnya piala
ginjal dan kaliks akan mengalami distensi dan jaringan parenkim ginjal akan mengalami atrofi.
Selanjutnya obstruksi yang terjadi bila berlangsung lama atau mengalami reflux akan menyebabkan
terjadinya insufisensi renal.
Manifestasi Klinik :
BPH biasanya terjadi secara perlahan-lahan sehingga dalam perkembangannya kadang-kadang tidak
dirasakan sebagai gangguan. Perlu diketahui bahwa pada usia lanjut, akan terjadi peningkatan
KMB III
frekuensi berkemih. Bila seseorang mengeluh bahwa jumlah dan kekuatan aliran urin tidak terjadi
secara normal, maka patut dicurigai terjadinya BPH dan perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut.
Pada BPH, aliran urin berkurang derasnya, nampak aliran melemah dan kadang-kadang hanya
menetes. Klien akan merasakan kurang puas dalam berkemih. Mungkin pula terdapat darah dalam
urin.
Akibat pembesaran prostat, akan sangat berbahaya terjadinya obstuksi perkemihan yang komplit
dan terjadi retensi. Retensi dapat dipicu oleh :
1. Demam
2. Peminum alkohol
3. Infeksi
4. Hambatan pengosongan
5. Trah baring.
Beberapa obat dapat memicu terjadinya retensi, seperti obat yang bersifat dekongestan,
anticholinergic, dan antidepressant.
Obstruksi dapat menyebabkan nyeri yang sangat sehingga perlu segera dilakukan pemasangan
kateter.
Beberapa upaya untuk mengkaji BPH :
1. Lakukan pemeriksaan fisik secara umum , termasuk digital rectal examination (DRE).
2. Pemeriksaan laboratorium : Darah, urine, dan fungsi ginjal.
3. X-ray termasuk intravenous pyelogram dan cystosgraphy
4. prosedur tindakan lain : misalnya kakaterisasi dan cystoscopy.
Komplikasi :
Klien BPH akan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih akibat kandung kemih tidak mengalami
pengosongan sempurna yang disebabkan oleh adanya obstruksi sebagian atau total pada bagian
proksimal uretra. Urin residu akan merupakan lingkungan yang baik sebagai tempat berkembang
biaknya bakteri.
KMB III
Batu dapat teerbentuk sebagai akibat terjadinya alkalinization dari urine residu. Robekan pembuluh
darah akibat peregangan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hematuria. Peningkatan
tekanan pada kandung kemih akan menyebabkan dinding kandung kemih mengalami peregangan
dan menyebabkan terbentuknya divertikula.
Komplikasi yang sangat serius akibat retensi urin adalah disfungsi kandung kemih, hydroureter,
kerusakan jaringan parenkim ginjal akibat hydronephrosis, dan terjadi pyelonephritis. Dan
komplikasi di atas dapat menyebabkan gagal ginjal.
Tindakan medik :
Tujuan penanganan medik yaitu memperbaiki aliran urin dari kandung kemih,
mengurangi/menghilangkan gejala-gejala, dan mencegah atau menangani komplikasi akibat BPH.
Apabila ditemukan klien berindikasi peningkatan obstruksi urethra,dilakukan tindakan penanganan
sesuai dengan indikasi. Berbagai tindakan sebagai pilihan penanganan BPH dapat dikategorikan
dalam tindakan pengobatan, nonsurgical invasive (invasif tanpa tindakan pembedahan, dan
surgical invasive (tindakan invasif dengan pembedahan).
1. Terapi Pengobatan :
Pemberian hormon dapat mengurangi/menghambat pertumbuhan jaringan melalui penghambatan
hormon adrogen. Pengobatan dilakukan secara kontinu. Efek samping dari pengobatan ini adalah
disfungsi ereksi, dimana ditemukan 10 % dari klien mengalami penurunan libido( Lewis,Heitkemper
& Dirksen, 2000).
Pengobatan herbal dapat digunakan untuk klien BPH.
2. Nonsurgical Invasive :
Pemasangan indwelling kateter secara temporer dapat digunakan untuk mengurangi gejala.
Pemasangan kateter dalam waktu yang lama agar dihindari guna mencegah terjadinya risiko infeksi.
Pemasangan Ballon dilatasi dalam uretra untuk meregangkan uretra sehingga aliran urin menjadi
KMB III
bebas dan lancar. Tindakan pemasangan ballon ini merupakan tindakan yang tidak permanen
(bersifat sementara).
3. Surgical Therapy :
Tindakan pembedahan dilakukan guna mnengatasi adanya obstruksi urin akibat BPH. Bagian dari
kelenjar prostat yang menyebabkan obstruksi dilakukan pengangkatan yang disebut Prostatectomy.
Indikasi prostatectomy adalah sebagai berikut ;
a. Bagian atas saluran kemih mengalami dilatasi (hydroureter, hydronephrosis) dan adanya
gangguan fungsi ginjal.
b. Nyeri yang hebat.
c. Total urinary obstruction.
d. Pengobatan yang diberikan kurang berespon.
e. Adanya batu kandung kemih, sebagai bukti adanya obstruksi yang lama sehubungan dengan
BPH dan adanya infeksi.
f. Obstruksi yang lama dengan adanya hydroureter dan hydronephrosis yang mengganggu
fungsi ginjal.
g. Hematuria yang lama dan hebat.
h. Menurunnya kualitas hidup sebagai akibat BPH.
i. Retensi urinary yang kronik.
j. Adanya infeksi saluran kemih yang berulang-ulang.
Penanganan Pra-Bedah :
Tujuan persiapan klien pra-bedah adalah mempertahankan output urin dan mencegah komplikasi.
Klien yang mengalami retensi akut memerlukan tindakan pembedahan. Biasanya pada kondisi ini
perlu dipertimbangkan pemasangan kateter.
Prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat jaringan prostat yang membesar, yaitu :
1. Transurethral resection of the prostat (TURP).
2. Suprapubic prostatectomy.
3. Retropubic prostatectomy.
4. Perineal prstatectomy.
KMB III
Prosedur di atas ditentukan oleh ukuran dari prostat dan kondisi umum kesehatan klien.
a. Transurethral Resection of the Prostate (TURP) adalah tinmdakan yang sering dilakukan dengan
mengangkat sebagian prostat. Tidak dilakukan insisi eksternal, karena dilakukan melalui
resectoscope melalui uretra dan dilaukan kauter pada jaringan prostat.. Setelah dilakukan
tindakan ini melalui three-way indwelling catheter dimasukkan cairan steril sebanyak 30 – 60 ml
guna hemostasis dan memfasilitasi aliran urin. Irigasi kandung kemi dilakukan 24 jan pertama
guna mencegah obstruksi bekuan darah. Tindakan ini digunakan bila klien mengalami
pembesaran prostat sedang.
Keuntungan tindakan ini adalah tidak dilakukan insisi eksternal dan tidak menyebabkan
gangguan disfungsi seksual (gangguan ereksi), dan tidak mengakibatkan inkontinen yang lama.
Kerugiannmya yaitu dengan tidak seluruhnya jaringan prostat diangkat akan memebrikan
potensi untuk mengalami kembali hyperplasia, dan dapat terjadi kanker prostat.
b. Transurethral Incision of the Prostat (TUIP).
Dilakukan pada klien dengan risiko tinggi, juga pada obstruksi ringan, atau pada klien usia yang
masih mudah. Insisi dilakukan kedalam jaringan prostat guna mengurangi obstruksi pada bagian
leher kandung kemih. Insisi dapat dibuat secara unilateral atau bilateral. Dilakukan monitor
output urin dan kemungkinan hematuria yang dilakukan pada 24 jam pertama melalui indwelling
kateter.
c. Suprapubic Resection.
Pengangkat massa jaringan dilakukan secara luas (diatas 60 g) yang biasa dilakukan pada kanker prostat. Insisi dilakukan dibagian bawah garis tengah abdomen melalui kandung kemih sampai pada bagian depan prostat. Tindakan ini dengan menggangkat seluruh kelenjar dan selanjutnya uretra dijahitkan pada kandung kemih. Setelah pembedahan, dipasang kateter pada bagian suprapubis yang dipasang melalui insisi abdominal yang bertujuan untuk mencegah terjadinya terkanan pada ahitan dan menungkin untuk penyembuhan kandung kemih. Indwelling kateter dipasang kedalam kandung kemih melalui urethra guna mencegah terjadinya striktur. Dilakukan irigasi kandung kemih pada 24 jam pertama.
Tindakan ini berisiko terjadinya infeksi saluran kemih, spasme kandung kemih, dan perdarahan.
d. Retropubic Resection
KMB III
Digunakan untuk mengangkat secara radikal yang dilakukan pada kanker prostat. Insisi pada bagian bawah garis abdomen sampai pada kelenjar prostat. Setelah pembedahan, dipasang indwelling kateter yang dipasang melalui urethra kedalam kandung kemih. Dipasang drain pada daerah insisi abdomen guna mengeluarkan cairan melalui area tersebut. Pada tindakan ini tidak dilakukan insisi kandung kemih. Prosedur ini berisiko terjadinya perdarahan. Pada klien yang kegemukan, agak sulit dilakukan reseksi suprapubis dan retropubis.
e. Perineal Resection.
Tindakan ini jarang dilakukan, tetapi dilakukan pada kanker prostat. Insisi dibuat melalui antara skrotum dan anus. Oleh karena kemungkinan dapat meluas ke area rektum maka klien sebelumnya dilakukan huknah, diberi antibiotik, dan diet rendah serat. Setelah pembedahan dipasang indwelling kateter melalui urethra. Dipasang drain pada daerah insisi.Dilakukan pergantian balutan setiap kali defekasi guna mencegah terjadinya infeksi pada daerah insisi.
Kerugian : Walaupun semua tindakan berisiko disfungsi ereksi, tetapi tindakan Perineal Resection merupakan insiden tertinggi, inkontinen urin, risiko infeksi karena berdekatan dengan anus.
Asuhan Keperawatan pada Klien BPH:
Perawat sangat berkepentingan dalam asuhan keperawatan klien, karena pada umumnya klien BPH
tinggal rawat di rumah sakit karena dilakukan pembedahan. Fokus asuhan keperawatan terutama
pada pra-bedah dan pasca-bedah.
Pengkajian Keperawatan :
Data objektif dan data subjektif harus dikumpulkan dari klien BPH, yaitu :
Data Subjektif :
- Informasi tentang status kesehatan : Pengobatan : testosteron dan estrogen yang diberikan
pada klien sebagai pengobatan BPH.
- Persepsinya tentang kesehatan : pengetahuan sehubungan dengan BPH, kurang minum, pola
eliminasi : berkemih yang mendesak (uninary urgency), aliran urin yang lemah, merasa tidak
sempurna dalam berkemih, urin menetes, retensi urin, inkontinen, nocturia
- Persepsi kognitif : dysuria, merasa kurang nyaman pada kandung kemih.
- Reprodusi/Seksual : Kecemasan tentang disfungsi seksual.
KMB III
Data Objektif :
- Umumnya terjadi pada pria lanjut usia.
- Adanya distensi kandungkemih teraba pada palpasi, dan teraba adanya pembesaran pada
prostat (dilakukan pemeriksaan rektal).
- Ditemukan pembesaran prostat pada ultrasonography, pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan adanya lekosit, bakteri, atau hematuria, meningkatnya BUN dan kreatinin serum .
Asuhan Keperawatan sebelum pembedahan :
Pengkajian :
Klien mungkin secara samar-samar mengetahui tentang mengapa kelenjar prostat membesar, dan
klien mungkin merasa ketakutan sehubungan dengan pengkajian/test dan hasilnya. Hati-hati
menjelaskan setiap bagian dari proses pengakajian yang dilakukan. Bila perlu perlihatkan pada
klien/keluarganya gambar organ reproduksi dan kelenjar prostat dan jelaskan pengaruh adanya
pembesaran prostat dengan ekresi urin.
Tanyakan pada klien manifestasi klinik yang terjadi pada klien termasuk pola berkemih, adanya
urgency, frequency, menurunnya atau terjadinya gangguan aliran urin, hambatan berkemih, dan
nocturia. Tanyakan juga kemungkinan adanya hematuria.
1. NDx : Retensi urin berhubungan dengan Pembesaran prostat/obstruksi urethra.
Tujuan : Klien akan bebas dari gejala-gejala BPH ditandai dengan : tidak ditemukan adanya
Frequency, urgency, hesitancy, aliran yang melemah, retensi, atau nocturia.
Implementasi ;
- Observasi kekuatan aliran urin.
Rasional : Aliran yang melemah, menunjukkan adanya obstruksi pada saluran perkemihan
bagian bawah.
- Lakukan perkusi/palpasi area suprapubis.
KMB III
Rasional : Distensi kandung kemih dapat dirasakan pada area suprapubis.
- Monitor vital sign, observasi kemungkinan hipertensi, edema perifer, perobahan kesadaran.
Rasional : Kehilangan fungsi ginjal akan menghasilkan penurunan eliminasi cairan dan akumulasi
zat-zat toksik.
- Berikan rendaman hangat bila ada indikasi.
Rasional : Memungkinkan relaksasi otot, menurnkan edema, dan dapat mendorong terjadinya
pengosongan.
- Pasang indwelling kateter sesuai indikasi.
Rasional : Indwelling kateter sebagai alat memperetahankan aliran urin dari kandung kemih
secara adekuat/lancar.
2. NDx : Nyeri akut sehubungan dengan adanya iritasi mukosa sebagai akibat adanya distensi kandung kemih
Tujuan : Klien akan melaporkan nyeri terkontrol/berkurang, ditandai dengan ;
- Klien nampak relaksasi.
- Tidur cukup.
- Melaporkan nyeri hilang/berkurang.
- Vital sgn dalam batas normal.
Implementasi :
- Kaji adanya nyeri.
Rasional : Nyeri akibat obstruksi saluran kemih dirasakan pada area sekitar kandung
kemih/suprapubis.
- Lakukan tindakan relaksasi misalnya deep breathing exercise atau pengalihkan perhatian
dengan memberikan aktifitas yang bervariasi.
Rasional : Meningkatnya relaksasi, mengalihkan perhatian akan meningkatkan kemampuan
koiping klien.
KMB III
- Gunakan rendaman air hangat terutama pada daerah genitalia dan sekitarnya.
Rasional : Rangsang hangat akan mengakibatkan vasodilatasi, sehingga akan terjadi relaksasi.
- Pertahankan tirah baring .
Rasional : Nyeri akan meningkatkan stres sehingga penggunaan energi akan
meningkatkan. Energi diperlukan untuk mendorong kekuatan/desakan
pengeluaran urin.
- Pasang indwelling kateter.
Rasional : Mengeluarkan urin akan mengurangi distensi kandung kemih dan mencegah kegelisahan
klien.
- Diskusikan dengan dokter tentang pemberian obat :
- Golongan narkotik
Rasional : Memberikan relaksasi fisik dan mental.
- Antibiotik
Rasional : Mencegah adanya bakteri dalam saluran kemih.
3, NDx : Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi/pemahaman tentang penyakit, manifestasinya, dan tindakan.
Tujuan : Klien akan meningkat pengetahuannya tentang penyaki, manifestasi dan tindakan yang
dilakukan, yang ditandai dengan :
- Klien menunjukkan kepatuhan dalam menjalani tindakan/pengobatan.
- Klien pernyataan klien mendukung tindakan yang diberikan.
- Klien mampu menjelaskan kembali tentang pengetahuan, manfestasi penyakit dan
tindakan yang dilakukan.
Implementasi :
- Dorong klien untuk mengungkapkan ketakutannya/perasaannya dan keprihatinannya.
KMB III
Rasional : Klien merasa diberi perhatian serius, klien yakin perawat akan membantu dengan
baik.
- Berikan informasi bahwa penyakit ini bukan akibat hubungan seksual.
Rasional ; Informasi yang adekuat akan mengurangi kecemasannya.
- Sarankan:untuk menghindari minuman yang beralkohol/stimulan.
Rasional : Stimulan akan meningkatkan GFR sehingga produk urin akan meningkat sehingga
distensi kandung kemih akan bertambah.
- Diskusikan dengan dokter tentang pemberian informasi mengenai penyakit dan tindakannya.
Rasional : Pemahaman yang keliru tentang penyakit dan tindakannya/pengobatan akan
meningkatkan kecemasannya atau kurang kooperatif dalam tindakan yang
dilakukan.
Asuhan Keperawatan Perioperatif :
Pengkajian :
Kaji kemampuan klien mengosongkan kandung kemihnya. Kandung kemih klien di palpasi
kemungkinan adanya distensi kandung emih. Palpasi dilakukan di area suprapubis. Jika klien tidak
dapat berkemih dengan sempurna, pertimbangkan kemungkinan pemasangan indwelling kateter.
Oleh karena itu kaji adanya kebutuhan pemasangan kateter.
Pada pengkajian pra-bedah, perhatikan pengkajian yang berhubungan dengan aspek fisik dan
psikososial. Kaji tingkat pengetahuan klien sehubungan dengan pembedahan dan hasilnya. Oleh
karena banyak jenis tindakan pembedahan yang dapat dilakukan, jadi mungkin klien tidak mengerti
implikasi dari tindakan yang akan dilakukan.
implikasi dari tindakan yang diterima klien.
1. NDx : Ketakutan sehubungan dengan masalah yang dialami saat ini, tindakan dan fungsi seksual
KMB III
Tujuan : Klien akan dapat mengontrol ketakutannya ditandai dengan pernyataan sehubungan
dengan pemahamannya yang adekuat, kemampuan untuk bertanya secara jelas, dan
kemampuan untuk berisitrahat dengan baik.
Implementasi :
2, NDx : Nyeri akut sehubungan dengan tindakan invasif/edema daerah trauma. Ditandai dengan :
Klien melaporkan nyeri, gelisah, murung, perhatian terfokus, respon otonomi. pada
dirinya, ketegangan otot.
Tujuan : Klien akan melaporkan bahwa nyeri terkontrol /berkurang., ditandai dengan :
- Klien nampak relaksasi.
- Tidur cukup.
- Tenang.
Implementasi :
- Kaji tingkat nyeri, radiasi, dan tanda-tanda vital.
Rasional : Semakin kearak skor yang tinggi semakin menunjukkan tingkat nyeri hebat. Bila
ditemukan peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan klien dalam kondisi stres
akibat nyeri.
- Jelaskan pada klien terjadinya nyeri.
Rasional : Pemahaman yang keliru tentang nyeri akan meningkatkan stress sehingga nyeri akan
semakin meningkat intensitasnya.
- Kaji kemungkinan terjadinya distensi kandung kemih setelah pembedahan.
Rasional : Distensi kandung kemih terjadi sebagai akibat sumbatan bekuan darah pada saluran
perkemihan. Peregangan kandung kemih akan menyebabkan nyeri.
- Kolaborasi : Obat analgetik atau antispasmodik.
KMB III
Rasional : Obat ini akan mengurangi nyeri dan mencegah terjadinya spasme kandung kemih
- Berikan diet tinggi serat.
Rasional : Diet rendah serat akan mendorong klien mengedan saat defekasi sehingga menimbulkan
tarikan/regangan pada area jahitan atau menyebabkan perdarahan.
3. NDx : Risiko terjadinya injury sehubungan dengan adanya pemasangan kateter, irigasi atau drai
pada suprapubis.
Tujuan : Klien akan bebas dari injury seperti adanya infeksi, sumbatan kateter, atau injury akibat
pemasangan kateter. Ditandai dengan ;
- Tidak ada demam.
- Laboratorium lekosit normal.
- Penyembuhan luka pembedahan baik.
- Katater berfungsi dengan baik.
- Tidakj ada perdarahan.
- Aliran urin lancar.
Implementasi :
- Kaji aliran urin melalui kateter.
Rasional : ketidaklancaran aliran urin melalui kater sebagai akibat adanya sumbatan bekiuan darah
pada lumen kateter.
- Lakukan irigasi kandung kemih melalui kateter.
Rasional : irigasi akan mempertahankan aliran lancar dan membersihkan kandung kemih dari
bekuan darah dan jaringan nekrotis lainnya sehingga urin warna urin kembali
normal, dan mencegah terjadinya overdistensi kandung kemih yang dapat
menyebabkan perdarahan.
- Berikan informasi kepada klien tentang pemasangan drain dan kateter.
KMB III
Rasional : Kurangnya pengetahuan klien tentang tindakan yang dilakukan akan
memungkinkan klien menarik/memegang kateter/drain.
- Observasi keadaan luka pembedahan apakah ada tanda-tanda radang.
Rasional : Adanya edema, kemerahan pada permukaan kulit di area pembedahan
menunjukkan terjadinya infeksi skunder.
- Pertahankan tehnik aseptik terutama saat perawatan luka pembedahan, hindari lakukan enema,
rectal tube, atau pemasangan termometer rektal.