print askep bph 1.doc

56
1 BAB I TINJAUAN TEORI 1.1 Konsep Dasar Penyakit 1.1.1 Pengertian Hypertropi prostate adalah kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium uretra ( Smeltzer & Bare, 2002). Hypertropi prostat adalah Pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih dari usia 50 thn) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral & pembatasan aliran urinarius ( Doengoes, 1999). Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. ( Jong, Wim de, 1998). 1.1.2 Anatomi dan Fisiologi A. Anatomi 1

Upload: marianatha

Post on 13-Nov-2015

87 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

28

BAB I

TINJAUAN TEORI1.1 Konsep Dasar Penyakit

1.1.1 PengertianHypertropi prostate adalah kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium uretra ( Smeltzer & Bare, 2002).

Hypertropi prostat adalah Pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih dari usia 50 thn) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral & pembatasan aliran urinarius ( Doengoes, 1999).Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. ( Jong, Wim de, 1998).1.1.2 Anatomi dan Fisiologi

A. Anatomi

B. FisiologiKelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar 4.4 cm- Tebal 2.6 cm. Secara embriologis terdiro dari 5 lobur:- Lobus medius 1 buah- Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah- Lobus lateral 2 buahSelama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan melintang uretra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari:

- Kapsul anatomis

- Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler- Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:o Bagian luar disebut kelenjar sebenarnyao Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatus zone

o Di sekitar uretra disebut periuretral gland

Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba.Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.1.1.3 Etiologi

Banyak teori yang menjelaskan terjadinya pembesaran kelenjar prostat, namun sampai sekarang belum ada kesepakatan mengenai hal tersebut. Ada beberapa teori mengemukakan mengapa kelenjar periurethral dapat mengalami hiperplasia, yaitu :

1. Teori Sel Stem (Isaacs 1984).

Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan prostat terdapat sel stem yang dapat berproliferasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasia kelenjar periurethral.2. Teori MC Neal (1978)Menurut MC. Neal, pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya sebelah proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona periurethral.3. Teori Di Hidro Testosteron (DHT)Testosteron adalah hormon pria yang dihasilkan oleh sel leyding. Testosteron sebagian besar dihasilkan oleh kedua testis, sehingga timbulnya pembesaran prostat memerlukan adanya testis yang normal. Jumlah testosteron yang dihasilkan oleh testis kira-kira 90 % dari seluruh produksi testosteron, sedang yang 10 % dihasilkan oleh kelenjar adrenal.Sebagian besar testosteron dalam tubuh berada dalam keadaan terikat dengan protein dalam bentuk Serum Binding Hormon (SBH). Sekitar 2 % testosteron berada dalam keadaan bebas. Hormon yang bebas inilah yang memegang peranan dalam proses terjadinya pembesaran kelenjar prostat. Testosteron bebas dapat masuk ke dalam sel prostat dengan menembus membran sel ke dalam sitoplasma sel prostat sehingga membentuk DHT reseptor komplek yang akan mempengaruhi Asam Ribo Nukleat (RNA) yang dapat menyebabkan terjadinya sintetis protein sehingga dapat terjadi proliferasi sel (MC Connel 1990). Perubahan keseimbangan testosteron dan 50 tahun ke atas.( estrogen dapat terjadi dengan bertambahnya usia. 1.1.4 Tanda dan GejalaWalaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urineb. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencingc. Miksi yang tidak puasd. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam hari miksi harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)g. Massa pada abdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badan turunm. AnemiaKadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.1.1.5 Patofisiologi

Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

1.1.6 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah :

a. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter,

hidronefrosis, gagal ginjal.

b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi

c. Hernia / hemoroid

d. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuria

f. Sistitis dan Pielonefritis.

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan pemeriksaan :1. Laboratorium

Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin2. Radiologis Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).3. Prostatektomi Retro Pubis

Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.4. Prostatektomi Parineal

Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.1.1.8 Penatalaksanaan Therapeutik

Pengobatan untuk hipertropy prostat ada 2 macam :a. Konsevatifb. OperatifDalam pengobatan ini dilakukan berdasarkan pembagian besarnya prostat, yaitu derajat 1 4.

a. Derajat I

Dilakukan pengobatan koservatif, misalnya dengan fazosin, prazoin dan terazoin (untuk relaksasi otot polos).

b. Derajat II

Indikasi untuk pembedahan. Biasanya dianjurkan resekesi endoskopik melalui urethra.c. Derajat III

Diperkirakan prostat cukup besar dan untuk tindakan yang dilakukan yaitu pembedahan terbuka melalui transvesical, retropubic atau perianal.d.Derajat IV

Membebaskan penderita dari retensi urine total dengan memasang catheter, untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam pelaksanaan rencana pembedahan. Konservatif.

Pengobatan konservatif ini bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan pembesaran prostat. Tindakan dilakukan bila terapi operasi tidak dapat dilakukan, misalnya : menolak operasi atau adanya kontra indikasi untuk operasi.Tindakan terapi konservatif yaitu :a. Mengusahakan agar prostat tidak mendadak membesar karena adanya infeksi sekunder dengan pemberian antibiotika. b. Bila retensi urine dilakukan catheterisasi.

OperatifPembedahan merupakan pengobatan utama pada hipertropi prostat benigna (BPH), pada waktu pembedahan kelenjar prostat diangkat utuh dan jaringan soft tissue yang mengalami pembesaran diangkat melalui 4 cara yaitu (a) transurethral (b) suprapubic (c) retropubic dan (d) perineal.

a. Transurethral. Dilaksanakan bila pembesaran terjadi pada lobus medial yang langsung mengelilingi urethra. Jaringan yang direseksi hanya sedikit sehingga tidak terjadi perdarahan dan waktu pembedahan tidak terlalu lama. Rectoscope disambungkan dengan arus listrik lalu di masukkan ke dalam urethra.Kandung kemih di bilas terus menerus selama prosedur berjalan.Pasien mendapat alat untuk masa terhadap shock listrik dengan lempeng logam yang di beri pelumas di tempatkan pada bawah paha.Kepingan jaringan yang halus di buang dengan irisan dan tempat-tempat perdarahan di tutup dengan cauter. Setelah TURP di pasang catheter Foley tiga saluran yang di lengkapi balon 30 ml.Setelah balon catheter di kembangkan, catheter di tarik ke bawah sehingga balon berada pada fosa prostat yang bekerja sebagai hemostat.Ukuran catheter yang besar di pasang untuk memperlancar pengeluaran gumpalan darah dari kandung kemih.Kandung kemih diirigasi terus dengan alat tetesan tiga jalur dengan garam fisiologisatau larutan lain yang di pakai oleh ahli bedah.Tujuan dari irigasi konstan ialah untuk membebaskan kandung kemih dari ekuan darah yang menyumbat aliran kemih.Irigasi kandung kemih yang konstan di hentikan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan dari kandung kemih.Kemudian catheter bisa dibilas biasa tiap 4 jam sekali sampai catheter di angkat biasanya 3 sampai 5 hari setelah operasi.Setelah catheter di angkat pasien harus mengukur jumlah urine dan waktu tiap kali berkemih.

b. Suprapubic Prostatectomy. Metode operasi terbuka, reseksi supra pubic kelenjar prostat diangkat dari urethra lewat kandung kemih.

c. Retropubic Prostatectomy Pada prostatectomy retropubic dibuat insisi pada abdominal bawah tapi kandung kemih tidak dibuka.

d. Perianal prostatectomy. Dilakukan pada dugaan kanker prostat, insisi dibuat diantara scrotum dan rectum.1.1 Konsep Dasar Keperawatan 1.2.1 Pengkajian Penggunaan antihipertensif atau antidepresan, antibiotic urinaria atau agen antibiotik, obat yang dijual bebas untuk flu/alergi obat mengandung simpatominetik.

Kaji peninggian TD (efek pembesaran ginjal)

Eliminasi : Penurunan kekuatan/dorongan aliran urine, nokturia, dysuria, hermaturia, distensi kandung kemih, hemeroid, nyeri tekan kandung kemih.

Demam, anoreksia (mual - muntah), penurunan berat badan.

Seksualitas mengalami gangguan (pembesaran prostat,nyeri tekan prostat).

1.2.2 Diagnosa Keperawatan1. Retensi urine/kronik berhubungan dengan pembesaran prostat.

2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit (disfungsi ginjal).

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kemungkinan

5. Kurang pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.1.2.3 Intervensi Keperawatan1. Retensi urine akut/kronik berhubungan dengan pembesaran prostat

Tujuan : Mengalami perbaikan pola eliminasi urin

Kriteria hasil : -Berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba distensi kandung kemih.

-Mununjukkan residu pasca berkemih kurang dari 50 ml dengan tidak adanya tetesan atau kelebihan aliranINTERVENSIRASIONALISASI

Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jan dan bila tiba-tiba dirasakan.

Observasi aliran urin,perhatikan ukuran dan kekuatan.

Awasi tanda vital dengan ketat

.

Berikan kateter dan perawatan perineal.

Berikan rendam duduk sesuai indikasi.1.Meminimalkan retensi urin distensi berlebihan pada kandung kemih.

2.Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi.

3.Kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi cairan dan akumulasi sisa toksin dapat berlanjut ke penurunan ginjal.

4.Menurunkan resiko infeksi asenden.

5.Meningkatkan relaksasi otot,edema,dan dapat meningkatkan upaya berkemih.

2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa

Tujuan

: Menghilangkan rasa nyeri

Kriteria hasil

:-Melaporkan nyeri hilang/terkntrol

:-Tampak rileks

:-Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.

INTERVENSIRASIONALISASI

Kaji nyeri,perhatikan lokasi

Berikan tindakan kenyamanan(teknik relaksasi/latihan napas dalam.

Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen.

Dorong menggunakan rendam duduk,sabun hangat untuk perineum

Berikan obat epiridin1.Memberikan informasi untuk membantu menentukan pilihan/keefektifan intervensi.

2. Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan mengulangi rasa nyeri.

3. Mencegah penarikan kandung kemih dan erasi pertemuan penis sclera.

4. Meningkatkan relaksasi otot

5.Untuk menghilangkan nyeri berat,memberikan relaksasi mental dan fisik.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidaksetimbangan elektrolit (disfungsi ginjal).Tujuan

: Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit klien

Kriteria hasil: Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,nadi parifer teraba,pengisian kapiler baik,dan membrane mukosa lambab.

INTERVENSIRASIONALISASI

Perhatikan keluaran 100-200 ml/jam

Dorong peningkatan pemasukan oral berdasarkan kebutuhan individu.

Awas, TD, nadi dengan sering

Tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi

Berikan cairan IV sesuai kebutuhan (garan faal hipertenik)1.Diuresis cepat dapat menyebabkan kekurangan volume total cairan,karena ketidakcukupan jumlah natrium diobservasi dalam tubulus ginjal.

2.Pasien dibatasi pemasukan oral dalam upaya mengontrol gejala urinaria hemeostatik pengurangan cadangan dan peningkatan resiko dehidrasi/hipovelemia.

3.Memampukan deteksi dini/intervensi hopovolemik sistemik

4.Menurunkan kerja jantung memudahkan hemeostasis sirkulasi

5.Mengantikan kehilangan cairan dan natrium untuk mencegah.

4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kemungkinan prosedur bedah

Tujuan

: Menghilangkan kecemasan klienKriteria hasil

:-tampak rileks

-menyatakan pengetahuan yang skurat tentang situasi

-melaporkan ansietes menurun sampai tingkat dapat ditangani

INTERVENSIRASIONALISASI

Buat hubungan saling percaya dengan pasien/orang terdekat

Berikan informasi tentang prosedur

Lindungi privasi pasien

Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah/perasaan

Beri penguatan informasi pasien yang telah diberikan sebelumnya1.Menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantu dalam diskusi tentang subjek sensitive

2.Membantu pasien memahami tujuan dari apa yang dilakukan dan mengurangi masalah karena ketidaktahuan termasuk ketakutan akan kanker

3.Menghilangkan rasa malu

4.Mendefinisikan masalah, memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan memperjelan kesalahan konsep dan solusi pemecahan masalah

5.Memungkinkan pasien untukmenerima kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada pemberi penguatan dan pemberi informasi.

5. Kurang pengetahuan tantang berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi

Tujuan

: Pemahaman tentang pengobatan

Kriteria hasil

: Menyatakan pemahaman proses penyakit

Berpartisipasi dalam program pengobatan.INTERVENSIRASIONALISASI

Kaji ulang proses penyakit pengalaman pasien.

Orang menyatakan rasa takut perasaan dan perhatian

Berikan informasi tentang anatomi dasar seksual

Berikan informasi bahwa kondisi tidak ditularkan secara seksual.1.Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi terapi

2.Membantu pasien mengalami perasaan dapat merupakan rehabilitasi vital

3.Membantu pasien memahami implikasi tindak lanjut sesuai dengan efek penampilan seksual

4.Mungkin merupakan yang tidak dibicarakan.

1.2.4 Implementasi KeperawatanTindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (DEPKES RI, 2000).1.2.5 Evaluasi Keperawatan

1. Pasien berkemih dengan jumlah yang cukup

2. Nyeri pasien berkurang

3. Volume cairan dan elektrolit terpenuhi

4. Pasien tampak tenang

5. Pasien paham tentang tindakan pengobatan.

BAB IITINJAUAN KASUS2.1 Pengkajian2.1.1 Data Biografi

Nama

: TnH

Jenis kelamin

: Laki-LakiUmur

: 55 Tahun

Status perkawinan

: Kawin

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Becak

Alamat

: Jln.Abusamah NO.3779 RT.41 RW.6 Palembang

Tanggal masuk RS

: 14 Juni 2010Medical Record

: 320726Register

: 08031367

Ruangan/kamar

: MARWAH (BEDAH) /VIII (DELAPAN)

Golongan Darah

: A

Tanggal Pengkajian

: 15 Juni 2010Tanggal operasi

: 19 Juni 2010Diagnosa medis

: Hipertropi Prostat

Penanggung Jawab :

Nama

: NyN

Hubungan dgn pasien

: Istri Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Jln.Abusamah NO.3779 RT.41 RW 6 Palembang.2.1.2 Riwayat kesehatan

2.1.2.1. Riwayat kesehatan sekarang2.1.2.2 Keluhaan Utama saat MRS Kemih tidak dapat dikeluarkan sampai habis walaupun mengedan.2.1.2.3 Keluhan utama saat pengkajianSejak 3 minggu yang lalu klien mengalami kesulitan dalam berkemih walaupun mengedan, pancaran air kemih melemah, pada malam hari sering terbangun untuk berkemih, merasa nyeri pada saat berkemih dan klien merasa cemas terhadap dirinya sehingga pada tanggal 7 juni 2010 berobat ke poliklinik penyakit dalam RS Dr. Mohammad Hoesin Palembang dan disarankan untuk dirawat.2.1.2.4. Riwayat kesehatan masa lalu

Tidak ada2.1.2.5 Riwayat kesehatan keluargaDalam keluarga klien tidak ada penyakit yang diderita oleh klien.

NamaUmurHubunganPendidikanPekerjaanKeterangan

Tn.H55 tahunAyahSMABecakKlien

Ny. N49 tahunIbuSMPIRTIstri

An. R20 tahunAnakSMASopirAnak

An. F17 tahunAnakSMPPelajarAnak

Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Hubungan keluarga: Tinggal serumah.2.1.3 Pola aktivitas sehari - hari

Aktifitas (ADL)Sebelum masuk rumah sakitSesudah masuk rumah sakit

Nutrisi

Frekuensi makan

Jenis makan

Makanan yg disukai

Makanan pantangan

Nafsu makan

Minum

Jenis

Frekuensi

Jumlah3x sehari

Nasi, Lauk pauk

Buah - buahan

Tidak ada

Ada

Air putih dan teh

3-6 kali sehari

1250 cc3x sehari

Nasi, lauk-pauk, diet TKTP.

Makanan yang hangat

Tidak ada

Ada

Air putih dan IVFD

4 -5 kali sehari

750 cc

Eliminasi

Frekuensi

Warna

Konsistensi

Urine

Frekuensi

Warna

Bau1 x sehari

Kuning

Lunak

7 15 kali

Kuning

Amoniak1 x sehari

Kuning

Lunak

Pasang kateter dalam 24 jam

Kuning

Amoniak

Istirahat dan Tidur

Waktu tidur

Waktu bangun

Masalah tidur

Hal yang mempermudah tidur

Hal yang mempermudah bangunPukul 21.00 WIB

Pukul 05.00 WIB

Tidak ada

Lelah

BerisikTidak tentu

Tidak tentu

Tidak ada

Ngantuk

Berisik

Aktivitas dan Personal Hygiene

Aktivitas

Jenis olahraga

Frekuensi

Personal Hygiene

Mandi

Gosok gigi

Ganti pakaianBola kaki

Tidak tentu

2 kali sehari

2 kali sehari

1 kali seharitidak ada

tidak ada

2 kali sehari dengan lap

2 kali sehari

1 kali sehari dibantu keluarga.

2.1.4 Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

Lemah, kesadaran compos menthis (cm). 2.1.4.1 Tanda-tanda vital

TD

: 130/90 mmHg

Nadi

: 68 x/ menit

Suhu

: 36,5 C

RR

: 22 X/ Menit

Tinggi badan: 169 cm

Berat badan: 60 kg

2.1.4.2 Pemeriksaan kepala, rambut, wajah dan leher

KepalaBentuk kepala bulat,tidak ada tumor,kepala dan ubun-ubun bersih dan tidak ada lesi. Rambut

Penyebaran merata,rambut lurus dan bewarna hitam.

Wajah

Struktur wajah klien tidak ada kelainan,warna kulit wajah klien sawa matang dan wajah klien tampak cemas.

Leher

Pembesaran kelenjar limpa tidak adapeningkatan vena juga tidak ada dan dapat bergerak kesegala arah,serta denyut nadi karotis teraba.

Mata

Penglihatan ketajaman mata kurang baik dua mata lengkap dan simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, skelera tidak interus tidak stobismus dan tidak ditemukan peningkatan bola mata.

Hidung

Fungsi penciuman baik ditandai dengan dapat membedakan bau susu dan obat, struktur dan lubang simetris tidak dijumpai peradangan dan pendarahan.

TelingaBentuk anatomi,telinga normal,ukuran simetris tidak dijumpai peradangan dan penumpukan serumen.Kebersihan baik dan fungsi pendengaran normal.Mulut dan Faring

Kebersihan mulut dan gigi cukup keadaan bibir lembab, tidak ada stomatitis, pada pemeriksaan gigi dan gisi tidak ditemukan gingivitis (radang gusi) lidah dan faring tidak ditemukan peradangan dan pendarahan.Pemeriksaan integumentSuhu hangat,warna kulit sawa matang,tidak ada interuskebersihan cukup dan ditemukan edema.Pemeriksaan Thoraks

Inpeksi thoraks

Bentuk simetris,frekuensi pernafasan 22 x/ menit,dengan irama vesikuler tidak jumpa tanda-tanda kesulitan bernafas.

Pemeriksaan paru-paru

Pada pemeriksaan palpasi getaran suara dengan vocal premitus taktil kiri dan kanan simetris,perkusi kedua lapang paru terdengar dan tidak ditemukan adanya suara tambahan seperti weezing,ronchi dan crakles.

Pemeriksaan jantung

Inpeksi dengan pemeriksaan warna kulit dan membrane mukosa, kuku, jari pada dasar kuku tidak ditemukan sianosis. Perkusi pada jantung dalam atas normal yaitu pada bagian ICS II kiri, kanan pada ICS III, IV, pemeriksaan Auskultasi jantung I terdengar paling keras pada daerah mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung II terdengar paling keras pada daerah aorta dan pulmonal pada klien ini tidak ditemukan bunyi jantung tambahan seperti mur-mur, frekuensi,100x/mnt.

Pemeriksaan Abdomen

Abdomen datar dan lembut tidak ada luka bekas operasi normal terkandung kemih, masa padat dibawah abdomen bawah teraba saat di palpasi. Banyak pembuluh darah tidak terlihat, auskultasi, peristaltik usus 15x/mnt, hepatomegaly, splenomegaly dan Ascites. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

Pada genitalia klien rambut pubis merata, kebersihan cukup, tidak ada infeksi ditemukan pembesaran kelenjar prostat dan hemoroid.

Pemeriksaan muskuloskletal / ekstremitas

Otot pada ekgtremitas atas bawah simetris antara sebelah kanan dan kiri pada ekstremitas atas klien mampu melakukan gerakan pada kedua tangannya dengan skala 5,mampu mengenggam mampu melakukan gerakan rotasi akan tetap. Pada ekstremitas atas sebelah kiri / tangan kiri terpasang infus NacL 0,9 % dgn gtt : 20 x/ mnt. Pada ekstremitas bawah sebelah kanan klien mampu melakukan gerakan pada skala 5 (kekuatan otot). Pada pergerakan kaki kanan dan kiri klien mampu melakukan gerakan fleksi, rotasi, abdukasi, dan aduksi.

2.1.4.3 Pemeriksaan Neurologi

1. Tingkat kesadaran

Pemeriksaan kesadaran dengan pengukuran objek (GCS) mununjukkan skala respon 15 dengan klasifikasi respon membuka mata (4), respon verbal (5) dan respon materik (6).

2. Meningeal Sign

Tidak dijumpai kaku duduk yang dialami klien.3. Status Emosional

Kondisi emosional dan perasaan klien terkadang labil,orientasi klien dapat mengenal orang tempat waktu serta dapat mengingat dengan baik.2.1.4.4. Pemeriksaan Neurologi

a. Nervus olfaktorius / N1

Klien dapat mengidentifikasi dengan baik,dapat membedakan bau obat dan susu.

b. Nervus optikus / N II

Ketajaman penglihatan klien berkurang / kabur.

c. Nervus ekulomotorius / N III Trochealaris / N IV,Abdusen / N V

Pada pemeriksaan pupil klien isokar, pergerakan pada mata dapat mengikuti gerak tangan.

d. Nervus trigeminus /N VI

Klien dapat merasakan sentuhan, reflex kornea baik, mampu menggigit dan mengunyah, tonus otot utuh.e. Nervus fasialis /N VII dan Nervus vegtibulococlearis / N VII

Klien dapat tersenyum dan mengembungkan pipi,klien dapat merasakan rasa manis, asin, dan nervus vestibulococlearis pada pemeriksaan telinga klien yaitu ketajaman pendengaran baik / normal.

f. Nervus glessefaringeus/N IX vagus/N Xt

Klien dapat menelan dengan baik dan suara tidak serak dalam berbicara.

g. Nervus asoserius/N XI

Klien mempunyai ukuran dan kekuatan otot trapezius secara bilateral sama dengan gerakan kedepan,klien dapat mengangkat bahu,mumutar kepala dan mengangguk.

h. Nervus hipogiesus/N XII

Klien dapat mengerakkan dan menjulurkan lidah.Fungsi motorik

Klien dalam keadaan bedreg,pada saat dilakukan jari hidung klien dapat menyentuh hidungnya dank lien mempunyai koordinasi baik.Fungsi sensorik

Mengidentifikasi sentuhan ringan klien dapat merasakan sentuhan rasa panas dan dingin,dapat mengidentifikasi uang logam yang diletakkan di tangannya dan ada pemeriksaan streognosis pada test graphestesia dapat memberlakukan dua dan dapat membedakan bagian tubuh.

Refleks

Reflex trisep klien mampu ekstensi jari tengah. Refleks patella tidak dapat melakukan karena klien masih bedrest.

2.1.4.5 Riwayat psikologi dan sosial

Riwayat psikologi

Dalam kehidupan sehari-hari bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah(Palembang).klien yakin penyakitnya akan sembuh.konsep diri klien baik,hal ini ditandai dengan klien dapat menerima keadaan dirinya dank lien berharap segera sembuh dari penyakitnya,dan dapat berkumpul dengan keluarganya dirumah,serta klien cepat melakukan aktifitasnya seperti biasa.Klien dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya dimana klien dirawat.Akan tetapi klien Nampak cemas dan gilisah selama dirawat karena penyakit yang dialaminya.

Riwayat Sosial

Hubungan klien dengan lingkungan sekitarnya baik,kuluarga,saudara,dan tetanganya yang dating untuk berkunjung pada waktu perawat dan dokter mengajak berkomunikasi klien tampak kooperatif,ada kontak mata terhadap lawan bicara.

2.1.6 Pemeriksaan Laboratorium

TanggalJenis pemeriksaanHasilNilai normalSatuan

Juni 2010Hematologi

Haemoglobin Trombosit

Leukosit Hitung Jenis :

Basofil

Eosinofil

Batang

Segment

Limfosit

Monosit11,4

214000

9300

0

2

0

71

6

1L : 14 18 P : 12 16

200.000 500.000

5000 10.000

0 1

1 3

2 6

50 70

20 40

2 8g/dl

mm3

mm3

%

%

%

%

%

%

Juni 2010Kimia Darah

Ureum

Kreatinin

Natrium

Kalium

BSS17

1,7

152

3,9

9215 39

L : 0,9 1,3 P : 0,6 1,6

135 155

3,5 55Mg / dl

Mg / dl

MmoL/ I

MmoL / I

Mg / dl

Juni 2010Urine

Sel epitel

Eritrosit

Silinder

Kristal

Leukosit+

0 1

-

-

1 2

Radiologi

Pada klien Tn. H tidak dilakukan pemeriksaan radiologi.

USG.

2.1.8 Analisa data

Data (Symptom)EtiologiMasalah (Problem)

Data Subjektif :

Klien mengatakan sering berkemih 12 kali dalam semalam.Data Objektif:

Klien terpasang dower kateter tertampungnya urin di urin bag sebanyak 200 cc warna coklat gelap, hasil laboratorium

Kimia darah :

Ureum = 17 mg/dL

Kreatinin =1,7 mg/dL

Urine :

Kristal = (+)

Silinder = (+)Hipertropi Prostat

Dilatasi sekitar obstruksi

Terjadi fase penebalan / konvensasi

Retensio urine kronikRetensio urin kronik

Data subjektif :

Klien mengatakan nyeri saat berkemih

Data Objektif :

Klien terpasang dower kateter, klien tampak meringis, hasil laboratorium

Kimia darah :

Ureum = 17 mg/dL

Kreatinin =1,7 mg/dL

Urine :

Kristal = (+)

Silinder = (+)

Hematologi hitung jenis :

Segment = 71%

Limfosit = 6%

Monosit = 1%

Tertampungnya urine di urin bag 200 cc warna coklat gelapHipertropi Prostat

Dilatasi sekitar obstruksi

Terjadi fase penebalan / konvensasi

Retensio urine kronik

Terjadi pengkristalan urin di dalam vesika dan infeksi

Nyeri

Nyeri

Data Subjektif :

Klien sering bertanya tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan

Data Objektif :

Klien tampak cemas

Vital sign :

TD : 130/90 mmHg

Nadi : 98 x/menit

RR : 22 x/menit

Klien akan di operasi tanggal 16 juni 2010

Hipertropi prostat

Kurang pengetahuan tentang penyakitnya

Tidak mengetahuinya tindakan yang akan dilakukan / tindakan operasi (TURP)

CemasCemas

2.1.9 Prioritas Masalah1. Retensio urine kronik berhubungan dengan pembesaran prostat

2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa dan distensi kandung kemih

3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan tindakan bedah TURP.

2.2 Diagnosa Keperawatan

NoDiagnosa KeperawatanDitemukanDipecahkan

TanggalParafTanggalParaf

1.Retensio urine kronik berhubungan dengan pembesaran prostat12 Juni 201013 juni 2010

2.Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa dan distensi kandung kemih14 Juni 201015 juni 2010

3.Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan tindakan bedah TURP.15 Juni 201016 Juni 2010

2.3 Intervensi Keperawatan

NoDiagnosa keperawatanPerencanan

TujuanIntervensiRasionalisaasi

1.Retensio urine kronik berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai dengan :

Data Subjektif :

Klien mengatakan sering kemih 12 kali dalam semalam

Data Objektif :

Klien terpasang dower kateter tertampungnya urin di urin bag sebanyak 200 cc warna coklat gelap, hasil laboratorium

Kimia darah :

Ureum = 17 mg/dL

Kreatinin =1,7 mg/dL

Urine :

Kristal = (+)

Silinder = (+)Tupan :

Urine keluar lancar

Tupen :

Dalam jangka waktu 1 X 24 jam frekuensi kemih klien menurun dengan kriteria hasil

-frekuensi kemih 6 X semalam

-warna urine kuning

-kimia darah

Ureum = 20 mg/dL

Kreatinin = 0,5 mg/dL

-urine

Kristal = (-)

Silinder = (-)-Dorong klien untuk berkemih bila tiba-tiba dirasakan tiap 2-4 jam

-Observasi aliran urine, ukuran dan kekuatan-Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat ditrepan-untuk meminimalkan retensio urine distensi berlebihan pada kandung kemih

-Untuk mengevaluasi obstruksi dan melanjutkan intervensi-Untuk menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan iritasi dari kateter.

2.Data Subjektif :

Klien mengatakan nyeri saat berkemih

Data Objektif :

Klien terpasang dower kateter, klien tampak meringgis

Tertampungnya urine di urin bag 200 cc warna coklat gelap

Hasil laboratorium :

Kimia darah

Ureum = 17 mg/dL

Kreatinin =1,7 mg/dL

Urine :

Kristal = (+)

Silinder = (+)

Hematologi hitung jenis

Segment = 71%

Limfosit = 6%

Monosit = 1%

Tupan :

Nyeri klien hilang saat berkemih

Tupen :

Dalam jangka waktu 1 X 24 jam nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil :

-urine keluar melalui kateter

-warna urine kuning

-kimia darah

Ureum = 20 mg/dL

Kreatinin = 0,5 mg/dL

-urine

Kristal = (-)

Silinder = (-)

-Hematologi hitung

Segment = 50%

Limfosit = 20%

Monosit = 2%-Kaji lokasi, intensitas dan lamanya nyeri

-Ajarkan teknik relaksasi /latihan nafas dalam

-kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat eperidin-Memberikan informasi dalam mementukan keefektifan intervensi

-Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien

-Untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi mental dan fisik

4.Data Subjektif :

Klien sering bertanya tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan

Data Objektif :

Klien tampak cemas

Vital sign :

TD : 130/90 mmHg

Nadi : 98 x/menit

RR : 22 x/menit

Klien akan di operasi tanggal 16 juni 2010

Tupan :

Rasa cemas klien hilang

Tupen :

Dalam jangka waktu 1 X 24 jam rasa cemasklien berkurang dengan kriteria hasil :

-klien menerima keadaan penyakitnya dan tindakan bedah

-klien tampak tenang

-vital sign :

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 70 x/menit

RR : 22 x/menit-Kaji tingkat kecemasan klien

-berikan informasi tentang prosedur yang akan dilakukan

-Dorong klien untuk mengungkapkan permasalahannya-Untuk mengurangi rasa cemas yang dialami oleh klien

-untuk membantu pasien memahami tujuan dari operasi

-Untuk mendefinisikan masalah, memperjelas kesalahan konsep dan solusi pemecahan masalah.

2.4 Implementasi Keperawatan

TanggalWaktuPelaksanaan dan evaluasiDPParaf

Juni 201008.00-08.10 WIB-Menganjurkan klien untuk berkemih bila tiba-tiba dirasakan tiap 2-4 jam

-Mengobservasi aliran urine,

-Berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat ditrepan 3X1 tablet

Evaluasi : tidak teratasi tanggal 14 juni 2010

-Klien berkemih tiap 2 jam sekali

-urin mengalir dengan lancar sebanyak 200 cc/24 jam yang tertampung di urin bag

-obat ditrepan diminum teratur yaitu 3X1 tablet

Juni 201008.00-09.10 WIB-Mengkaji lokasi nyeri, intensitas (skala 1-10) dan lamanya

-Mengajarkan teknik relaksasi / latihan nafas dalam

-Berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat eperidin 3X1 tablet

Evaluasi : teratasi sebagian tanggal 15 juni 2010

-Skala nyeri 8, dikandung kemih dan lamanya 10 menit

-Klien melakukan teknik relaksasi/nafas dalam

-Obat eperidin diminum teratur oleh klien yaitu 3X1 tablet

Juni 201008.00-09.00 WIB-Mengkaji tingkat kecemasan klien dengan skala 1-3 (ringan, sedang, berat)

-Memberikan informasi tentang prosedur dan tes khusus yang akan dilakukan seperti kateter, urine berdarah, iritasi kandung kemih dan prosedur tindakan bedah

-Menganjurkan klien untuk mengungkapkan permasalahannya

Evaluasi :

-Cemas klien skala 2 (sedang)

-Klien mengetahui penyakitnya dan tindakan prosedur bedah

-Klien akan di operasi

2.5 Evaluasi keperawatan

TanggalDPCATATAN PERKEMBANGANPARAF

Juni 20101S = Klien mengatakan sering kemih 12 kali semalam.

O = Klien terpasang dower kateter.

-Tertampungnya urin di bag 200cc warna coklat gelap.

- Hasil laboratorium

Kimia darah

* Ureum=17mg/dl

* creatinin=1,7mg/dl

Urine

* Kristal=(+)

* Silinder(+)

A = Masalah tidak teratasi

P = Intervensi dilanjutkan:

- Anjurkan klien untuk berkemih bila tiba-tiba dirasakan tiap 2-4 jam

- Observasi aliran urine,ukuran dan kekuatan.

- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat ditropan.

I = - Implementasi dilanjutkan

- Menganjurkan klien untuk berkemih bila tiba-tiba dirasakan tiap 2-4 jam.

- Observasi aliran urin ukuran dan kekuatan.

- Berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat Ditropan 3X1 tablet.

E = - Klien berkemih tiap 2 jam sekali

- Urin mengalir dengan lancer sebanyak 500cc/24 jam yang tertampung diurin bag.

- Obat Ditropan diminum teratur yaitu 3X1 tablet.

R = -

2S = Klien mengatakan nyeri saat berkemih

O = - Klien tampak meringgis

- Klien terpasang dower kateter

- Tertampungnya urine di urin bag 200cc warna coklat gelap.

- Hasil laboratorium

Kimia darah

*Ureum=17mg/dl

*Creatinin=1,7mg/dl

Urine

*Kristal=(+)

*Silinder=(+)

Hematologi : hitung jenis

*Segment=71%

*Limfosit=6%

*Monosit=1%

A = Masalah tidak teratasi

P = - Kaji lokasi,intensitas dan lamanya nyeri

- Ajarkan teknik relaksas/latihan nafas dalam.

- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat epiridin.

I = Implementasi dilanjutkan

-Mengkaji lokasi nyeri,intensitas (skala 1-10) dan lamanya.

-Mengajarkan teknik relaksasi/latihan nafas dalam.

-Berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat epiridin 3X1 tablet.

E = -Skala nyeri 8,dikandung kemih 10 menit.

-Klien melakukan teknik relaksasi/nafas dalam.

-Obat epiridin diminum teratur oleh klien yaitu 3X1 tablet.

R = -

3S = Klien sering bertanya tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan.O = -Klien tampak cemas

-Vital sign :

TD=130/90mmHg

Nadi=98x/mnt

RR=22x/mnt

A = Masalah tidak teratasi

P = Intervensi dilanjutkan:

-Kaji tingkat kecemasan klien.

-Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus yang akan dilakukan.

-Anjurkan klien untuk mengungkapkan permasalahannya.

I = Implementasi dilanjutkan

-Mengkaji tingkat kecemasan klien dengan skala 1-3(ringan,sedang,berat)

-Memberikan informasi tentang prosedur dan tes khusus yang akan dilakukan seperti kateter urin berdarah,iritasi kandung kemih,dan prosedur tindakan bedah

-Menganjurkan klien untuk mengungkapkan permasalahannya.

E = -Cemas klien skala 2 (sedang)

-Klien mengetahui penyakitnya dan tindakan prosedur bedah.

-Klien akan dioperasi.

R = -

Juni 20101S = Klien mengatakan sering kemih 12 kali semalam.

O = -Klien terpasang dower kateter.

-Tertampungnya urin diurin bag 200cc warna coklat gelap.

P = Intervensi dihentikan(klien diopersi)

I = -

E = -Klien terus-menerus kemih frekuensi 12 kali semalam.

-Klien dioperasi.

R = -

2S = -Klien mengatakan nyeri berkurang saat berkemih

O = -Klien tampak bedrest

-Klien terpasang dower kateter.

-Urin didalam urin bag sebanyak 200cc warna coklat gelap.

A = Masalah teratasi sebagian

P = Intervensi dihentikan (klien dioperasi).I = -

E = -Skala nyeri 7

-Obat epiridin diminum teratur oleh klien yaitu 3X1 tablet.

R = -

3S = Klien mengatakan tidak cemas terhadap penyakitnya dan prosedur tindakan bedah yang akan dilakukan.

O = Klien tampak tenang

I = -

E = -Klien mengetahui penyakit yang dialaminya.

-Klien tampak tenang

-Klien akan dioperasi.

R= -

28