perioperatif pernatologi.docx

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bedah anak adalah salah satu subspesialis bedah yang melibatkan pembedahan janin, bayi, anak, remaja, dan sebagainya. Dokter bedah anak berpraktek di Rumah sakit anak. Dokter bedah anak harus telah menyelesaikan pendidikan bedah umum, lalu menyelesaikan pendidikan 2 tahun lebih sebelum bisa ikut ujian untuk sertifikasi subspesialis. Namun, sekarang seorang dokter umum di Indonesia bisa menjadi dokter bedah anak. Sejak 2006, terdapat sekitar 39 dokter spesialis bedah anak di Indonesia. Bedah anak berkembang pada pertengahan abad ke-20 sebagai perawatan bedah untuk cacat bawaan yang memerlukan teknik dan metode khusus serta umumnya berbasis di rumah sakit khusus anak. Salah satu tempat 1

Upload: dedeness

Post on 01-Dec-2015

122 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bedah anak adalah salah satu subspesialis bedah yang melibatkan

pembedahan janin, bayi, anak, remaja, dan sebagainya. Dokter bedah anak

berpraktek di Rumah sakit anak.

Dokter bedah anak harus telah menyelesaikan pendidikan bedah umum,

lalu menyelesaikan pendidikan 2 tahun lebih sebelum bisa ikut ujian untuk

sertifikasi subspesialis. Namun, sekarang seorang dokter umum di Indonesia bisa

menjadi dokter bedah anak. Sejak 2006, terdapat sekitar 39 dokter spesialis bedah

anak di Indonesia. 

Bedah anak berkembang pada pertengahan abad ke-20 sebagai perawatan

bedah untuk cacat bawaan yang memerlukan teknik dan metode khusus serta

umumnya berbasis di rumah sakit khusus anak. Salah satu tempat terobosan ini

adalah Rumah Sakit Anak Philadelphia. Pada awal 1940-an, di bawah

kepemimpinan bedah C. Everett Koop, teknik terbaru untuk anestesi endotrakea

bayi yang lebih baru memungkinkan perbaikan bedah untuk cacat bawaan yang

sebelumnya tak tersembuhkan. Dari akhir 1970-an, tingkat kematian bayi dari

beberapa sindrom malformasi kongenital telah dikurangi hingga mendekatio nol.

Penyakit anak yang umum yang perlu pembedahan termasuk:

1

Page 2: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

Cacat bawaan organ dalam: higroma kistik, atresia esofagus dan fistula

trakeoesofagus, stenosis pyloricum hipertrofi, atresi usus,nekrosis enterokolitis,

penyakit Hirschsprung, imperforasi anus, testis yang tak menurun defek dinding

abdomen: omfalosel, gastroskisis, hernia cacat dinding dada tumor anak:

seperti neuroblastoma, tumorWilms, rhabdomiosarkoma, ATRT, tumor hati, 

teratoma.

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana perioperatif pada kasus bedah anak dan perinatologi?

2.      Bagaimana periopratif bedah anak dan perinatologi dilihat dari berbagai

aspek?

C. Tujuan

1.  Tujuan Umum

       Untuk mengetahui perioperatif bedah anak dan perinatologi

2.   Tujuan Khusus

Untuk mengetahui persiapan pra, intra dan post bedah anak dan perinatologi

D. Manfaat

1.  Manfaat Teoritis

Sebagai  pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya

ilmu  kebidanan.

2.  Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi institusi

2

Page 3: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

Kepada institusi, makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan

literature atau referensi pembuatan makalah selanjutnya

            b. Manfaat bagi mahasiswa

Kepada mahasiswa diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi

dalam kasus bedah anak dan perinatologi.

3

Page 4: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Bedah anak adalah salah satu subspesialis bedah yang melibatkan

pembedahan janin, bayi, anak, remaja, dan sebagainya. Dokter bedah anak

berpraktek di Rumah sakit anak.

Dokter bedah anak harus telah menyelesaikan pendidikan bedah umum,

lalu menyelesaikan pendidikan 2 tahun lebih sebelum bisa ikut ujian untuk

sertifikasi subspesialis. Namun, sekarang seorang dokter umum di Indonesia bisa

menjadi dokter bedah anak. Sejak 2006, terdapat sekitar 39 dokter spesialis bedah

anak di Indonesia. 

Bedah anak berkembang pada pertengahan abad ke-20 sebagai perawatan

bedah untuk cacat bawaan yang memerlukan teknik dan metode khusus serta

umumnya berbasis di rumah sakit khusus anak. Salah satu tempat terobosan ini

adalah Rumah Sakit Anak Philadelphia. Pada awal 1940-an, di bawah

kepemimpinan bedah C. Everett Koop, teknik terbaru untuk anestesi endotrakea

bayi yang lebih baru memungkinkan perbaikan bedah untuk cacat bawaan yang

sebelumnya tak tersembuhkan. Dari akhir 1970-an, tingkat kematian bayi dari

beberapa sindrom malformasi kongenital telah dikurangi hingga mendekatio nol.

Penyakit anak yang umum yang perlu pembedahan termasuk:

4

Page 5: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

Cacat bawaan organ dalam: higroma kistik, atresia esofagus dan fistula

trakeoesofagus, stenosis pyloricum hipertrofi, atresi usus,nekrosis

enterokolitis, penyakit Hirschsprung, imperforasi anus, testis yang tak

menurun

defek dinding abdomen: omfalosel, gastroskisis, hernia

cacat dinding dada

tumor anak: seperti neuroblastoma, tumor

Wilms, rhabdomiosarkoma, ATRT, tumor hati, teratoma

B. Persiapan Pada Anak

1. Persiapan umum

Bedah anak berbeda padari bedah dewasa. Yang pertama adalah

suatu usaha agar anak dapat terbentuk seta tumbuh dan berkembang

normal, sedangkan yang kedua adalah usaha mengembalikan anatomi

dan/atau fungsi organ agar kembali normal.

Masalah bedah pada bayi dan anak juga bukan suatu masalah

bedah makluk dewasa yang kecil, karena pada bayi dan anak ada factor

permukaan tubuh yang relative lebih luas dari permukaan tubuh yang

dewasa dengan cadangan kalori, air dan elektrolit yang lebih kecil.

Bedasarkan itu penanganan bayi dan anak membutuhkan perhatian lain

daripda perhatiaan untuk orang dewasa.

5

Page 6: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

2. Persiapan prabedah

Sama seperti dewasa, persiapan prabedah dimulai dari memeriksa bayi dan

anak sebelum ditentukan apakah pasien ini perlu dioperasi atau tidak,

dioperasi segera atau masih harus menunggu. Factor kelainan yang

membahayakan jiwa sampai factor orangtua yang dapat menerima

kenyataan bahwa anaknya harus dioperasi perlu dipertimbangkan masak-

masak.

Bahaya kedinginan harus kita ingat selalu, terlebih jika tidak tersedia

incubator yang hangat. Bayi dapat dibungkus dengan kertas aluminium

terutama waktu transfortasi. Letak bayi harus tepat agar tidak terjadi

bahaya pneumonia aspirasi, dislokasi sendi, atau kesulitan nafas.

Persiapan prabedah yang penting harus diperhatiakan pada bayi dan anak

ialah jalan nafas yang baik dan tidak ada gangguan sirkulasi,

keseimbangan cairan dan elektrolit, dan tidak ada gangguan pembekuan

darah.

Pada neonatus pengawasan kadar gula darah penting dilakukan karena

gula darah pada neonatus sangat labil dan kadar yang rendah akan

membahayakan jiwa

3. Pra medikasi

Pada bayi mungkin factor takut belum disadari, tetapi rsa takut yang

dialami oleh ornag tua sangat besar. Sehingga pada pasien bayi, factor

6

Page 7: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

menenangkan orangtua dengan cara member pengertian merupakan

keharusan.

Pada anak yang lebih besar sudah ada masalah takut dan rasa takut ini

bermacam-macam. Takut ditinggalkan oleh orangtiua atau pengasuh,

takut karena dikelilingi oleh orang asing baginya dan takut karena akan

disakiti. Tambahan lagi, anak justru takut pada dokter! Pemberian obat

penenang misalnya fenobarbital atau diazepam rectal, perlu pada hal

terakhir ini. Orang tua sedapt mungkin harus mendampingi bayi atau

anaknya sampai ke kamar persiapan.

4. Pengawasan saat pembedahan

Hipotermia(kurang dari 36oC) atau demam (lebih dari 38oC) akan

mengakibatkan pengeluaran energy yang berlebihan oleh bayi,

sedangkan energy cadangan tubuh tidak banyak, oleh karena itu pada

operasi bayi, pemantauan suhu bayi sangat penting terutama jika tidak

dipakai matras pemanas diataas meja operasi yang dapat diukur

suhunya. Penilaian kehilangan panas saat operasi harus dikerjalan

seteliti mungkin sehingga jika diperkirakan kehilanggan darah lebih

dari 10% volume darah, pasien sebaiknya diberikan tranfusi darah.

5. Pengawasan pasca bedah

Pengawasan pasien bayi dan adaka pasca bedah harus dikerjakan teliti

karena cadangan fungsi berbagai system tubuh terbatas. Perhatian

7

Page 8: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

terutama pada jalan nafas, sirkulasi, keseimbangan cairan dan

elektrolit, serta suhu badan.

Pada jenis operasi tertentu seperti operasi hernia, hidrokel, sirkumsisi,

operasi testis yang tidak turun, reposisi tulang dan prosedur endoskopi

penderita cukup dirawat sehari karena persiapan prabedah dapat

dikerjakan di rumah dan anak datang sudah dalam keadaan puasa dan

bersih. Operasi dikerjakan pagi hari dan setelah sadar dan dan bebas

dari pengaruh obat bius, anak dapat dipulangkan. Cara ini akan

menghindarkan dari trauma psikis, infeksi nosokomila dan juga secara

ekonomi menguntungkan bagi orang tua dan rumahsakit.

6. Keseimabangan cairan dan elektrolit

Umumnya bayi tidak boleh minum sebelum operasi. Pemberian cairan

int=ravena diperlukan untuk keperluan rumatan dan mencegah

dehidrasi. Kebutuhan cairan ini harus melingkupi kebutuhan elektrolit,

asam basa dan kalori.

Pemeriksaan darah sedapat meungkin dilakukan denganmetoda mikto

yang hanya memerlukan contoh darah kapiler dari ujung jari dan dapat

dilakukan berulang-ulang tanpa resiko flebitis.

7. Menjaga jalan nafas

Pada setiap pasien harus diperhatian kemungkinan untuk bernafas

dengan cara menyesuaikan letak kepala dan badan dengan kelainan

yang diderita. Pengisapan lendir dari rongga hidung dan mulut

8

Page 9: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

dilakukan berulang-ulang. Pemberian oksigen pada neonatus harus

didasarkan pada kebutuhan actual yang dinilai dari hasil analisis gas

dan darah untuk mencegah terjadinya fibroplasias retrolental

(pembentukan jaringan ikat fibrosa dibelakang lensa mata akibat

kelebihan oksigen) pada bayi terutama premature.

8. Antibiotic

Pengunaan antibiotic pada masa pra bedah ditunjukan untuk

menanggulangi infeksi agar rseiko pembedahan dapat ditekan serendah

mungkin. Dalam hal ini bila pembedahandapat ditunda, biasanya

infeksi diatasi dahulu. Tetapi secara khusus antibiotic diberikan untuk

tujuan pencegahan infeksi pasca bedah. Infeksi pasca bedah ini dapt

terji karena pembedahan ditempat yang memang penuh kuman, atau

mesuknya kuman melaui luka bedah. Jadi sebenarnya pemebrian

antibiotika profilaksis merupakan pelengkap bagi tindakan antisepsis

dan asepsis.

9. Antibiotika profilaksis

Pemebrian antibiotic profilaksis harus disertai dengan pertimbangan

yang benar. Dalam hai ini perlu diperhatikan adalah indikasi saat

pemberian dan lama pemebrian, serta pemberian dan lamanya

pemberian serta pilihan antibiotiknya. Katen bertujuan mencegah

infeksi pascabedah. Maka pemberianantibioptik hanya diberikan dalam

jangka waktu pendek, yaitu untukmelindungi penderita selama

9

Page 10: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

dilakukan tindakan bedah dan pada masa setelah pembedahan yaitu

masa daya pertahan penderita masih tertekan.

Berbagai antibiotic membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk

mencapai kadar dalam darah yang dibutuhkan untuk menghambat

pertumbuhan kuman.kadar ini biasanya 3-4 kali kadar hambat

minimal. Oleh karena itu antibiotic diberikan secra parenteral. Untuk

mencapai kada antibiotic di jaringan yang cukup tinggi pada waktu

dilakukan pembedahan harus diberikan 1-2 jam prabedah, dilajutkan

dengan 1-2 kali pemberian pascabedah. Pemberian antibiotic yang

dilanjutkan lebih lama pascabedah ternyata tidak menurunkan lagi

resiko infeksi pascabedah kecuali pada pembedahan tertentu. Bahkan

cenderung menimbulkan resistensi kuman yang akan menjadi masalah

bila timbul infeksi nosokomial.

10. Resiko terjadinya infeksi pascabedah

Antibiotic harus diberikan jika kemungkinan terjadi infeksi massif

pada luka bedah seperti pembedahan yang dilaksanakan pada atau

melalui jaringan yang mengandung banyak kuman atau oembedahan

pada penderita yang terkontaminasi atau mengalami infeksi di tempat

yang jau dari luka operasi. Berdasarkan resiko terjadinya infeksi

pascabedah ini pembedahan dapar digolongkan atas pembedahan

besih, bersih tercemar dan kotor . antibiotic profilaksis terbukti dapat

10

Page 11: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

mnurunkan kejadian infeksi pascabedah pada pembedahan tercemar

dan kotor tetapi tidak berpengaruh pada pembedahan bersih.

Antibiotic perlu diberikan pada penderita yang mengalami penurunan

imunitas misalnya karena infeksi HIV atau terapi steroid jangka lama.

Demikian pula pada operasi yang lama dan berat yang menyebabkan

depresi faali yang besar. Antibiotic juga diberikan bila diberikan

dampak infeksi yang mungkin sangan serius meskipun kemunginannya

kecil. Sebagai contoh, infeksi pada prosthesis sendi basemen atau pada

protesis katup jantung, karena infeksi disekitar benda asing sangat

sukar diatasi.

Resiko infeksi pescabedah meningkat pada penderita usia lanjut,

penderita penyakit kronis seperti DM, anemia, juga pada penderita

malnutrisi berat seperti patah tulang terbuka atau cedera tembus di

saluran cerna, pemeberian antibiotic sebaiknya dimulai segera setelah

penderita masuk rumah sakit.

Pada pemberian antibiotic harus diperhatikan kuman yang

diperkirakan menyebabkan infeksi dan antibiotic yang dipilih

disesuaikan dengan kuman tersebut. Misalnya infeksi pada bedah

vaskuler biasanya disebabkan oleh kokus gram positif sehingga

penisilin atau sefalosporin dapat digunakan. Sedangkan pada bedah

usus biasanya kuman anaerob sehingga siperlikanantibiotik yang

membunuh kuman anaerob.

11

Page 12: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

11. Bedah kolorektal

Infeksi akibat kontaminsi dengan feses merupakan infeksi yang serius.

Kuman yang terutama terdapat pada kolon dan rectum adalah kuman

E.Coli dan Str.faecalis, dan kuman anaerob B.fragilis dan klostridium.

Untuk operasi elektif perlu dilakukan pembersihan kolon dilakukan

dengan pemberian antibiotic oral. Pembersiahn kolon dimulai dengan

pemberian diet cair lima hari prabedah dan diakhiri dengan

pembersihan kolon secara mekanis dengan pencahar atau klisma. Cara

lain ialahlavase usus yang dilakukan dengan minum air(atau melalui

pipa lambung) selama beberapa jam sampai saluran cerna kosong.

Antibiotic umumnya diberikan secara oral dan digunakn untuk

mencegah infeksi oleh kiman anaeron maupun aerob dan tidak dapat

diserap diusus sehingga berada dikolon.

Penggunaan antibiotic untuk persiapan kolon dapat menyebabkan

kolotis pseudomembranosa. Kelainan ini timbul karena gangguan

antara berbagai golongan bakteri yang berada didalam kolon sehingga

dapat terjadi kolonisasi golongan tertentu di usus besar. Karena itu

antibiotic harus dipilih dengan seksama untuk mencegah penyulit yang

berbahaya ini. Antibiotic yang terkenak sering menyebabkan kalotis

pseudomembranosa adalah golongan linkomsin.

12. Bedah usus halus

Umumnya usus halus hanya mengandung kuman di ilium terminal,

kecuali dalam keadaan obstruksi, iskemia atau ileus paralitik. Dalam

12

Page 13: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

keadaan itu usus akan cepat dipenuhi kuman yang berasala dari masa

tinja, sehingga persiapan pembedahannya sama dengan persiapan

prabdeah kolonrektal.

13. Bedah apendik

Pada apendisk tanpa perforasi kejadian infeksi pesca bedah jarang

sekali terjadi.sehingga pemberian antibiotic golongan penisilin

diberikan secara parental. Bila terdapat peritonitis maka diberikan

antibiotic lebih lama Karen sebagai terapi.

14. Bedah vaskuler

Yang sering menyebabkan infeksi ianalah kokus gram positif,

antibiotic sefalosporin lazim diberikan selama 1-3 hari pasca bedah

endotrakeal. Prosthesis pembukuh yang sering digunakan merupakna

benda sing karena itu infeksi dapat menyebakan dampak besar.

15. Pemilihan antibiotic

Pilihan antibiotic yang akan diberikan ditentukan oleh jenis kuman

penyebaninfeksi. Pada keadaan yang membutuhkan pemberian

antibiotic segera jenis kuman yang laxim ada daerah infeksi tersebut.

Selain itu, harus dipertimbangkan keadaan penderita, terutama fungsi

hepar dan ginjal, status imunitas bahkan juga harga antibiotic.

16. Antibiotic kombinasi

Pemberian antibiotic sebaiknya tidak dalam kombinasi sebab ini

memudahkan terjadinya superinfeksi danresistensi kuman. Namun

kombinasi diindikasi pada keadaan tertentu yaitu infeksi campuran

13

Page 14: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

misalnya pada pembedahan reseksi usus yang selalu tercamar banyak

kuman. Kombinasi juga diberikan pada pengobatan awal infeksi berat

yang penyebabnya belum jelas misalnya septismia atau meningitis

purulenta. Kadanga diperlukan antibiotic untuk memndapatkan efek

sinergi missal penisilin dengan aminoglikosida. Sementara,

antituberkulosis kombinasi pada tuberkolois justru menghambat

terjadinya resistensi kuman tuberkolosis.

C. Perioperatif Bedah Anak dan Perinatologi

Penentuan waktu pembedahan elektif pada anak didasarkan pada beberapa

pertimbangan sebagai berikut:

       1.  Umur Anak

a.    Pembedahan pada bayi dan anak mempunyai 2 risiko yang harus dihadapi;

yakni risiko narkose dan risiko pembedahannya sendiri. Semakin dini

umur bayi, maka risiko untuk menghadai pembedahan (narkose dan

tindakan pembedahan) semakin besar. Dengan demikian pembedahan pada

bayi yang baru berumur beberapa hari, hendaknya dimaksudkan hanya

untuk kondisi tertentu sebagai “life threatening”.

b.    Kapasitas penyembuhan dan adaptasi pada umur muda akan lebih baik

dsan sempurna daripada umur anak yang lebih besar. Ruang tumbuh nya

lebih besar pada umur yang lebih muda.

14

Page 15: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

c.    Perkembangan anatomisnya sedang berlangsung. Semakin kecil umurnya

semakin sulit identifikasi jaringannya. Selain itu ada beberapa penyakit

yang bisa regresi atau menghilang secara alami dengan semakin

bertambahnya umur

d.    Perkembangan fungsi organ juga memberikan kontribusi pertimbangan

terhadap waktu pembedahan, misalnya fungsi fonasi pada kemampuan

bicara. Bila memori bahasa (bicara) pada anak dengan sumbing langitan

sudah terbentuk, maka walaupun sumbingnya sudah di koreksi dengan

baik tetapi kemampuan berbicaranya masih dengan nada fonasi semula,

sehingga memerlukan terapi wicara untuk bisa melatih ulang fungsi

bicaranya. Demikian juga kemungkinannya pada fungsi defekasi pada

pasien-pasien yang sejak bayi sudah dilakukan kolostomi. Juga pada

fungsi penglihatan, fungsi pernafasan, fungsi jantung, fungsi ginjal dan

fungsi hemostasis terutama pada bayi.

e.    Keadaan psikologis dan kosmetis. Di Indonesia yang masih memegang

adat dan tradisi kekeluargaan yang kuat, sering kali kecacatan bawaan

menyebabkan “rasa malu” bagi keluarga, dan tak jarang menjadi penyebab

terjadinya konflik dalam keluarga, sehingga memerlukan koreksi lebih

awal tanpa mengurangi perhatian kita pada risiko-risiko pembedahan.

Selain itu kecacatan juga sangat mempengaruhi perkembangan jiwa “si

anak” itu sendiri, dalam keadaan demikian hendak koreksi bedah

dilakukan sebelum pasien memasuki masa usia sekolah.

15

Page 16: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

       2.  Keadaan Anak yang Optimal

a.    Keadaan gizi anak. Keadaan gizi sangat berpengaruh terhadap proses

penyebuhan dan daya tahan anak terhadap stress narkose dan

pembedahan. Mungkin diperlukan waktu beberapa lama untuk

meningkatkan keadaan gizinya sebelum dilakukan pembedahan. Perlu

diperhatikan berat badan, dan kadar hemoglobin

b.    Semua kinerja organ harus dalam kondisi optimal untuk dapat

menghadapi stress narkose dan pembedahan. Bila diperlukan dapat

segera dilakukan pengobatan sebelum dilakukannya waktu pembedahan,

terutama pada pembedahan mayor.

c.    Adanya infeksi akut. Infeksi akut yang sering dijumpai pada anak adalah

infeksi saluran nafas, dimana banyaknya sekresi lendir dapat

mengganggu pembiusan dan proses pulih sadarnya. Harus juga

diperhatikan bahwa anak masih dalam masa inkubasi suatu penyakit;

misalnya dirumah ada keluarganya yang menderita morbili.

d.    Riwayat penyakit yang diderita, misalnya penyakit jantung bawaan, asma

bronkiale, allergi terhadap obat tertentu harus sudah diketahui bahkan

bile diperlukan sudah dilakukan pengobatan sebelum pembedahan

dilakukan. 

16

Page 17: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

       3.  Pertimbangan terhadap keselamatan pasien

a.    Alat-alat pembiusan, pembedahan, dan perawatan pada anak sangat

spesifik, terutama pada bayi, sehingga tersedianya sarana ini mempunyai

kontribusi dalam penentuan waktu pembedahan.

b.    Kemampuan spesialis bedah, spesialis anestesi, spesialis anak dan

spesialisasi lain yang akan menunjang kegiatan pembedahan. 

  Beberapa keadaan penyakit dan penentuan waktu pembedahannya:

       1.  Labiognatopalatoskisis

  Pembedahan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan keadaan pasien

dan maslahnya

a.    Tahap pertama. Dilakukan koreksi terhadap labioskisisnya, waktu yang

dipilih disesuaikan dengan maslah yang dihadapi diatas, terutama pada

umur ini bentuk alae nasi cukup baik dan bila pada sumbing dua sisi,

prolabiumnya belum mengalami protusi berat yang dapat mengaggu

koreksi bedahnya. Pembedahan yang dilakukan pertama kali adalah

labioplasti, waktu pembedahannya sesuai dengan “rule of ten”, sebagai

patokan;

      Umur lebih dari 10 minggu.

      Berat badan lebih dari 10 pound

17

Page 18: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

      Kadar hemoglobin lebih dari 10 g%

      Jumlah hitung lekosit kurang dari 10.000

b.    Tahap kedua. Koreksi terhadap defek pada palatum yang menyebabkan

“nasal escape” terutama pada fonasi suara letup; antara lain “b, d, g” dan

belum terjadi atrofi pada otot elevator daan tensor palatini. Palatoplasti

dikerjakan sebelum anak mulai belajar bicara; yaitu umur 11-12 bulan.

Hasil baikl bila fungsi bicaranya baik.

c.    Tahap selanjutnya dikerjakan bila mana diperlukan koreksi tambahan

atau koreksi ulang terhadap kemungkinan penyulit. Diharapkan seluruh

koreksi sudah selesai pada saat anak mulai masuk sekolah.  

       2.  Kelainan daerah leher

a.    Sinus atau kista brokogenik. Merupaka kelainan disepanjang celah insang,

terutama celah insang ke dua yang berjalan dari bagian depan telinga

menyusuri tepi depan otot sternokleidomastoideus. Pada bayi sering

dijumpai dalam bentuk fistel. Penentuan waktu pembedahan sebaiknya

berdasarkan “Rule of ten”

b.    Kista tiroglosus atau kista duktus tiroglosus persisten. Biasanya ditemukan

pada anak besar. Sebaiknya dilakukan pembedahan sebelum terjadi

infeksi, bila sudah terjadi infeksi, pembedahan nya sulit dan sering

residif.

18

Page 19: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

c.    Tortikolis. Biasanya baru tampak setelah berumur 1-2 bulan, dimana sudah

terjadi fibrosis sehingga terjadi pemendekan otot sternokleidomastoideus.

Pada bayi sebaiknya dilakukan fisioterapi dahulu, biasanya 90% akan

berhasil. Tanpa fisioterapi , biasanya baru menghilang dalam 10 bulan.

bila dibiarkan maka akan terjadi perubahan kedudukan mata,

hemihipoplasi kepala, letak skapula jadi tidak sama tinggi. Bila koreksi

pada umur tua, akan terjadi diplopia

d.    Hemangioma. Bisa meluas sampai umur 12 bulan, dsn biasanya bisa

regresi mulai umur 18-24 bulan; fase 4regresibisa dipercepat dengan cara

      Kontak radiasi sedalam 5 mm, dengan 3 kali penyinaran 300 rad.

Hal ini dikerjakan pada hemangioma lyas dan tidak dalam. Radiasi

pada kepala dan mama akan menganggu perkembangan organ

tersebut.

      Pada hemangioma tidak luas tetapi dalam, dapat dilakukan injeksi

NaCl3% sebulan sekali pada pangkal benjolan

      Pada hemsangioma luas dan dalam, diberikan cosrtcosteroid dosis

tinggi selama5-7 minggu, kemudian istirahat selama 5 minggu.

Selanjutnya dilakukan evaluasi apakah terjadi pengecilan.

Pengobatan dihentikan bila benjolan mengecil atau menetap

ukurannya. Bila tumor masih membesar, pengobatan seri kedua

dilanjutkan dan seterusnya.

19

Page 20: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

      Pembedahan dikerjakan dini bila letaknya di palpebra, telinga,

hidung dan bibir, yang bila meluas bisqa menyebabkan destruksi

jaringan. Pembedahan dini dikerjakan pula bila terletak ditempat

yang mudah terkensa cedera, misalnya peerineum, ketiak.

e.    Limfangioma. Limfangioma tidak terjadi regresi spontan dan bersifat

radioresisten. Tumor akan cepat membesar bila terdapat proses radang

pada jaringan didekatnya. Tumor inni mempunyai kista mikro dan kista

makro, sehingga sulit diangkat sekaligus. Pembedahan dikerjakan segera

setelah diagnosis ditegakan, semakin lama ditunda, maka pembedahan

akan semakin sulit karena perlengketannya.

       3.  Kelainan pada telinga

a.    Sinus preaurikular. Penyakit ini bisa dibiarkan bila tanpa keluhan. Bila

terjadi infeksi, lakukan pengobatan terlebih dahulu, pembedahan

dilakukan 2-3 bulan kemudian setelah infeksi mereda. Bila terjadi

abses,dilakukan insisi drainasedan pemberian antibiotika. Pembedahan

deefinitif dilakukan setelah infeksi mereda.

b.    Makro dan mikro aurikel. Pembedahan ini cukup sulit. Sebaiknya

pembedahan dikerjakan setelah daun telinga berhenti berkembang pada

umur 5 tahun.

20

Page 21: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

       4.  Kelainan umbilikus

a.    Hernia umbilikalis. Umumnya dapat menutup sendiri. Bila lubang nya

kecil, penutupan bisa dipercepat dengan menggukana koin dan plester.

Bila lubangnya cukup besar dan dalam umur 2 tahun tidak terjadi

penutupan sebaiknya dilakukan repair hereniorafi. Hernia para umbilikal

tidak menutup sendiri, dan dilakukan repair primer pada umur tersebut.

b.    Granuloma umbilikalis. Dicoba dulu dengan pemberian AgNO3 3%, bila

gagal lakukan pembedahan. Waktu pembedahan yang tepat sesuai

dengan “rule of ten”

c.    Persisten duktus urakus dan persisten duktus omfalo mesenterikus;

ditutup sesuai dengan “rule of ten”

       5.  Kelainan pada lipat paha dan genitalia eksterna

a.    Hernia lipat paha. Disiapkan sedini mungkin, karena potensial adanya

bahaya inkarserasi

b.    Hidrokel testis atau funikuli. Hidrokel non komunikan, cairannya akan

diresopsi sendiri oleh tubuh. Sedangkan hidrokel komunikans perlu

pembedahan, pembedahan biasa dikerjakan pada umur 2 tahun

c.    Gangguan penurunan testis. Bisa berupa arest (kriptorkismus) atau

ektopik. Pembedahan dilakukan sebelum fungsi spermatogenesis

berhenti, yakni sewaktu anak berumur 2,6 tahun. Pembedahan yang

21

Page 22: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

dikerjakan setelah saat itu, maka spermatogenesis akan terganggu,

sedangkan fungsi hormonalnya ntidak tergsanggu.

d.    Phymosis penis. (Pada dasarnya sirkumsisi dapat dikerjakan mulai masa

neonatus sampai anak besar). Pada phymosis bisa dicoba secara

konserfativ dengan dilatasi preputium, caranya: dengan menarik

preputium penis ke posterior sehingga terdilatasi sendiri secara

bertahap, hati-hati jangan sampai terjadi paraphymosis yang merupakan

keadaan emergensi. Keadaan emergensi juga bisa terjadi bila retensio

urin. Bila dalam perjalanan nya sering terjadi keluhan kesulitan buang

air kecil (retensio urin) ataau balanitis, sebaiknya segera dilakukan

sirkumsisi. Sirkumsisi pada neonatus bisa dikerjakan dengan anestesi

lokal.

e.    Hipospadia. Biasanya pembedahan dikerjakan 2 tahap.

      Tahap pertama dilakukan eksisi kordee yang dikerjakan pada umur

1 tahun.

      Tahap selanjutnya, uretroplasti dikerjakan pada umur 2 tahun

      Pembedahan tambahan atau koreksi atas penyulit diselesaikan

sebelum anak masuk sekolah (umur 5 tahun), selain itu pada umur

tersebut anatomis penis sudah cukup panjang

22

Page 23: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

       6.  Kelainan pada tangan-jari

a.    Polidaktili. Penentuan waktu pembedahan pada jari tangan didasarkan

pada “rule of ten”. Sedangkan pada jari kaki, karena kesulitan memakai

sepatu, maka eksisi dikerjakan pada umur 1 tahun. Bila tidak

mengganggu, penetuan berdasarkan permintaan keluarga

b.    Sindaktili. Eksisi pada jari tangan dierjakan pada umur 5 tahun, pada jari

kaki dikerjakan setelah umur 1 tahun.

Penentuan waktu pembedahan elektif pada anak didasarkan pada

beberapa pertimbangan sebagai berikut :

Dalam menentukan waktu optimum untuk operasi elektif pada anak harus

dipertimbangkan 2 hal :

a. Umur yang optimal

Untuk menentukan umur yang tepat, harus diperhatikan sifat

kelainan yang bersangkutan, yaitu:

i. Kelainan tersebut mempunyai potensi yang berbahaya.

ii. Kelainan dapat sembuh spontan.

iii. Kemungkinan penyembuhan dengan tindakan

konservatif dan operasi baru dilakukan bila tindakan

tersebut gagal.

iv. Menunggu sampai pertumbuhan organ tersebut cukup

matang, sehingga oprasi kelak akan mencapai nilai

kosmetik dan fungsionak yang maksimal.

23

Page 24: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

b. Keadaan anak yang optimal

Keadaan anak prabedah yang harus diperiksa baik oleh dokter anak

yang mengirim maupun oleh dokter bedah yang akan mengoperasi

anak tersebut meliputi:

i. Keadaan gizi anak

ii. Adakah infrksi akut, misalnya tinitis akut, leukositisis

atau demam.

iii. Kemungkinan anak masih dalam masa inkubasi suatu

infeksi (di rumah penderita anak lain sakit morbili).

iv. Kadar hemoglobin dan adakah kelainan system

pembekuan darah.

v. Lingkungan penderita: ketegangan dalam keluarga,

perceraian atau kematian.

Disamping pertimbangan diatas sehingga operasi harus menunggu umur dan

waktu tertentu, terdapat pula factor-faktor yang mengharuskan rencana operasi

dipercepat, yaitu:

1. Kapasitas penyembuhan dan adaptasi pada usia muda akan lebih baik dan

sempurna daripada usia tua.

2. Rangsangan untuk tumbuh, lebih besar pada usia muda akan lebih muda.

3. Menghindarkan kelainan psikologis anak, dengan lebih cepat memperbaiki

kelainan yang terdapat pada anak, yaitu sebelum anak banyak bergaul

dengan anak yang lain.

4. Menghindarkan trauma psikis yang besar pada orang tua penderita.

24

Page 25: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian

Bedah merupakan salah satu bentuk terapi medis

Dapat mendatangkan stres karena dapat ancaman terhadap integritas tubuh, jiwa

dan nyeri

Klasifikasi Bedah

1.      Lokasi

2.      Luas

3.      Ekstensi atau tujuan bedah

Lokasi

1.      Eksternal -> kulit atau jaringan dibawahnya

     - kerugian dapat meninggalkan jaringan   

       parut

     - disfigurasi/ perubahan langsung yang  

       dapat dilihat. Contoh Bedah plastik

2.      Internal ->penetrasi jaringan dalam tubuh, sering terjadi perlengketan, operasi

bedah  organ besar dapat mengurangi fungsi tubuh  

Klasifikasi menurut lokasi  Sistem Tubuh

1.      Bedah kardiovaskuler

25

Page 26: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

2.      Bedah thorax

3.      Bedah syaraf

4.      Bedah kebidanan

5.      Bedah tulang

6.      dll

Menurut Luas Jangkauan

1.      Bedah Minor bedah sederhana, risiko tehadap hidup sedikit, dapt dilakukan di

klinik, anestesi lokal,

2.      Bedah Mayor ->anestesi umum, dilakukan di RS, rawat inap/ rawat jalan

Tujuan Tindakan Bedah

1.      Dignostik -> menentukan sebab gejala. Contoh :biopsi, eksplorasi, laparatomi

2.      Kuratif -> contoh Apendektomi

3.      Restoratif-> memperkuat daerah pemulihan, memperbaiki deformitas,

menyambung daerah yang rusak. Contoh mengganti katub mitral yang lemeh,

memaku tulang,

4.      Paliatif -> mengurangi gejala tanpa menyembuhkan penyakit. Contoh simpathek

tomi

5.      Kosmetik  -> memperbaiki bentuk. Contoh Rhinoplasti

Istilah dalam Operasi

Diberi nama menurut lokasi menurut tipe pembedahan.

Kata-kata akhiran dalam bedah

1.      ektomi -> pengangkatan organ atau kelenjar

2.      rrhapy/rapi -> penjahitan atau membuat beberapa jahitan.

26

Page 27: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

3.      Ostomi -> membuat lobang (stoma)

4.      Plasti -> perbaikan menurut bedah plastik

5.      Skopi -> meneropong ke dalam

Faktor- faktor Risiko terhadap Bedah

1.      Usia

2.      Nutrisi

3.      Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin

4.      Penyakit kronis

5.      Merokok

Persiapan sebelum operasi

1.      Diet

2.      Kulit

3.      Persiapan psikologis

4.      Penjelasan tentang operasi

5.      Latihan bernafas dalam dan batuk

6.      Latihan kaki

7.      Mobilitas

8.      Membantu kenyamanan

Pelaksanaan Persiapan Akhir sebelum Operasi

1.      Cek gelang identifikasi

2.      Lepas alat-alat/ protese (gigi palsu, soflens,dll)

3.      Lepas perhiasan

4.      Bersihkan cat kuku k/p

27

Page 28: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

5.      Kolaborasi dengan dokter: pasang infus, kateter menetap, skintest antibiotika

6.      Cek kelengkapan status : 

  Persiapan status pasien

  Cek persiapan kulit

  Cek tanda vital, BB dan TB

  Obat-obat Premidikasi

  Pengobatan reguler dicatat

  Informed concent

  Pemeriksaan laboratorium, radiologi, EKG

  Rekam medik 

Komunikasi Intra Operatif

1.      Menjelaskan nama pasien

2.      Menyampaikan bentuk bedah yang akan dilakukan

3.      Menyiapkan alat-alat /instrumen yang diperlukan

4.      Menerangkan keterbatasan gerak

5.      Menerangkan gangguan akibat bedah

6.      Menerangkan tingkat kesadaran setelah operasi

7.      Komunikasi tentang perlengkapan operasi.

Perioperatif/Intra Operatif

1.      Pengelolaan Keamanan

Jaminan penghitungan kasa, jarum, instrumen

28

Page 29: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

Mengatur posisi pasien: posisi fungsional, membuka daerah untuk operasi,

mempertahankan posisi selama tindakan, menmasang alat grounding, menyiapkan

bantuan fisik

2.      Pemantauan Fisiologik

Memantau balance cairan

Membandingkan data normal dan abnormal (vital sign)

Melaporkan perubahan-perubahan vital sign

Pemantauan psikologi (sebelum induksi atau bila pasien sadar): menyiapkan

bantuan emosional, mempertahankan status emosional, mengkomonikasikan

status emosional kepada anggota keluarga dari tim kesehatan.

B.  Saran

Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu

pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca

semua agar bersedia memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

29

Page 30: PERIOPERATIF  PERNATOLOGI.docx

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E dkk (Eds). 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 1. Terjemahan olehA. Samik Wahab (Ed) dari Nelson Textbook of Pediatrics 15/E (1996). Jakarta: EGC.

Hassan, Rusepno dan Husein Alatas (Eds). 1985.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta:Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

http://bedahanak-rsudaws.blogspot.com/2010/02/pembedahan-pada-anak-kapan-

sebaiknya.html

http://rsudaws.kaltimprov.go.id/index.php/using-joomla/extensions/templates/

atomic/home-page-atomic/86-art-kesehatan/124-persiapan-bedah-anak.html

http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/07/persiapan-pemeriksaan-rutin-pra-

bedah.html

30