askep pasien dengan efusi perikardium
DESCRIPTION
askep efusi perikardiumTRANSCRIPT
askep pasien dengan efusi perikardium
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkardium terdiri dari perikardium viseralis yang melekat ke miokardium
dan bagian luar yaitu perikardium parietalis yang terdiri dari jaringan elastis dan
kolagen serta vili-vili penghasil cairan perikardium dan membungkus
perikardium. Rongga perikardium normal berisi 15-50ml cairan perikardium yang
mengandung elektrolit, protein dan cairan limfe dan berfungsi sebagai lubrikan.
Efusi perikardial dapat berkembang pada pasien dengan perikarditis akut
atau dengan hubungan dengan berbagai gangguan sistemik. Ini mungkin
memiliki implikasi penting untuk prognosis (seperti pada pasien dengan
neoplasma intrathoracic, untuk diagnosis (seperti dalam myoperikarditis atau
perikarditis akut), atau keduanya (seperti pada diseksi dari aorta mendaki).
Efusi pericardial mendefinisikan kehadiran sejumlah abnormal dan / atau
karakter dalam ruang pericardial. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai
gangguan lokal dan sistemik, atau mungkin idiopatik. Efusi pericardial dapat akut
atau kronis dan tentu saja waktu pembangunan memiliki dampak yang besar
pada gejala pasien. Pengobatan berpariasi, dan diarahkan pada kedua
penghapusan cairan pericardial dan pengentasan dari penyebab yang
mendasari, yang biasanya ditentukan oleh kombinasi dari analisis fluida dan
korelasi dengan penyakit komorbid.
B. Tujuan
- Tujuan Umum
Yaitu, agar Mahasiswa/i memahami tentang “ Efusi Perikardial”
- Tujuan Khusus
Yaitu, agar Mahasiswa/i mengetahui dan memahami tentang :
1. Definisi Efusi Perikardial
2. Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler
3. Etiologi
4. Tanda dan Gejala
5. Patofisiologi
6. Penatalaksanaan Medis
7. Pengobatan
8. Asuhan Keperawatan.
C. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini adalah
metode narasi yang dilakukan dengan cara :
Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku sumber catatatan kuliah dan
makalah yang berhubungan dengan judul makalah ilmiah yang dibahas.
D. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan makalah ini, penulis membatasi topik pada materi Efusi
Perikardial, pembahasan mengenai :
1) Definisi Obstruksi Usus Besar
2) Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler
3) Etiologi
4) Tanda dan Gejala
5) Patofisiologi
6) Penatalaksanaan Medis
7) Pengobatan
8) Asuhan Keperawatan
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ilmiah tentang materi Efusi perikardial ini terdiri
dari 3 BAB, masing-masing BAB terdiri dari sub-sub bahasan yaitu :
1. BAB I Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup
penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II Pembahasan
Terdiri dari definisi, anatomi fisiologi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi,
penatalaksanaan medis, pengobatan, asuhan keperawatan.
3. BAB III Penutup
Terdiri dari kesimpulan, saran dan daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Efusi Perikardial
Efusi perikardial maligna (malignant pericardial effusion) adalah
penimbunan cairan dalam vakum perikardial sebagai akibat dari proses
keganasan ( . Apabila jumlah cairan ini semakin banyak sehingga mengganggu
pengisian diastolik jantung dan menimbulkan gangguan hemodinamik maka
disebut sebagai temponade jantung.
Jumlah cairan dapat bervariasi dari 200 ml sampai lebih dari 2000 ml.
Temponade jantung akibat keganasan merupakan gawat darurat onkologi yang
serius dan harus mendapat penanganan dengan segera.
Gambar 1. Efusi perikardium
Kelainan perikardial akibat keganasan tidak jarang dijumpai. Dilaporkan
bahwa 0,1 – 21% penderita kanker yang sudah bermetastasis disertai metastasis
pada perikardium ketika otopsi. Dalam satu seri kasus kanker yangdi otopsi
didapatkan bahwa metastase perikardial merupakan penyebab kematian
langsung pada 35% kasus kanker dan penyebab tambahan pada 50% kasus.
Radang menimbulkan pencurahan cairan kedalam kavitas perikardialis.
Sifat cairan ini berfariasi sesuai dengan etiologinya, bisa jernih atau berwarna
jerami (perikarditis virus dan non specifik), keruh atau jejas pulurenta (bakteri
dan agen infeksi lain) atau berdarah secara mikroskopik (uremia dan tumor).
Kadang-kadang efusi menahun berkolesterol tinggi ditemukan (perikarditis
kolesterol). Efusi ini mempunyai fluoresen, penampilan “cat emas”. Efusi
demikian lazim bagi pertukaran kolesterolnya berkurang (miksedema), tetapi
juga bisa menimbulkan respon nonspesifik terhadap berbagai rangsangan.
Perikardium mempunyai sifat elastik dan jika efusi tumbuh lambat, maka
bisa terkumpulnya volume besar tanpa kompresi jantung yang bermakna.
Pemeriksaan fisik pasien dengan efusi perikardium yang besar umumnya akan
menunjukan tingkatan tekanan vena yang diperlihatkan oleh distensi vena
servikalis. Impuls apeksnya yang difus atau tak ada serta bunyi jantung mufflet
atau jauh. Tetapi bunyi jantung bisa jelas terdengar pada efusi posterior atau
berlokulasi. Tanda eward atau redup pada efusi dibawah skapula kiri bisa
ditemukan, tetapi tak dapat diandalkan dengan adanya efusi fleura kiri, jika ada
kompresi jantung, maka ada gambaran dramatis tamponade jantung.
2.1.1 Temponade Jantung
Temponade jantung merupakan syndrom kompresi jantung serta
menimbulkan sifat
fisiologi. Perikardektomi memperbaiki kelainan fisiologi ini, tetapi mungkin
keadaan pasien tidak akan kembali normal. Tak adanya respon ini karena
adanya perikadektomi tak lengkap atau lebih sering karena pengurangan fungsi
miokardium. Telah didalilkan bahwa kontriksi yang lama menyebabkan atrofi
karena tak dipakai dan jejas beberapa pasien bisa membaik secara bermakna
dengan berlalunya waktu, sayangnya beberapa pasien memburuk, mungkin
akibat fibrosis miokardium serta kerusakanakibat proses radang asli dan efek
kompresi menahun.
2.2 Anatomi Fisologi Jantung
2.2.1 Pengertian
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat
dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas
(atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka
ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar.
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan
membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung
melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan
oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah
akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian
mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke
jaringan di seluruh tubuh.
Gambar2. Jantung tampak depan
2.2.2 Fungsi Jantung
Secara ringkas fungsi sistem kardiovaskuler adalah
1. Transfortasi oksigen,nutrisi, hormon dan sisamotabolisme.
Fungsi utama sistem kardiovaskuler adalah memenuhi kebutuhan sistem
kapiler dan mikrosirkulasi. Komponen darah akan membawa oksigen, glukosa,
asam amino, asam lemak, hormon dan elektrolit kesel dan kemudian
mengangkut karbondioksida, urea, asam laktat dan sifat sisa metabolisme
lainnya dari sel tersebut.
2. Tranfortasi dan distribusi panas tubuh
Sistem kardiovaskuler membantu meregulasi panas tubuh melalui
serangkaian pengiriman panas oleh komponen darah dari jaringan yang aktif
seperti pengiriman panasdari jaringan otot menuju kekulit dan di sebarkan
kelingkungan luar. Aliran darah yangaktifdi regulasi oleh pengatur suhu tubuh di
medula spinalis setelah menerima pesan di dari pusat pengatur suhu tubuh di
hipotalamus. Sistem kardiovaskuler menerima pesan dari hipotalamus kemudian
meregulasi aliran darah ke jaringan perifer sehingga menyebabkan
vasodilatasidan vasokontriksi pembuluh darah dikulit. Dengan demikian panas
tubuh akan keluar dari tubuh.
3. Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit
Sistem kardiovaskuler berfungsi sebagai media penyimpanan serta
transport cairan tubuh dan elektrolit.kedua substansi ini dikirim kesel-sel tubuh
melalui cairan intestinal dengan proses filtrasi, difusi, dan reabsosbsi. Sistem
kardiovaskuler memompa 1700 liter darah menuju ginjal setiap harinya agar sel-
sel tubuh memiliki cairan dan elektrolit yang seimbang.
2.2.3 lapisan Jantung
Jantung terdiri atas 3 bagian diantaranya
1. Lapisan luar di sebut Epikardium
Perikardium adalah suatu kantong fibrosa yang sangat kuat yang terdiri
dari jaringan elastik dan kolagen. Lapisan dalam melipat kedalam dan menutup
jantung secara erat sebahgai perikardium veserale. Jaringan serosa yang
dihasilkan mengandung 30ml cairan dan memberikan lingkunganpada
hakekatnya tanpa gesekan untuk kontraksi dan relaksasi jantung. Di rateral
kapitas di perikardialis berbatasan dengan pleura, di inferior dengan diafragma,
di anterior dengan sternum, di superior dengan timus, serta di posterior karina
danesofagus.
2. Lapisan tengah disebut miokardium
Miokardium terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi untuk
memompa darah. Ketebalan miokardium berfariasi dari satu ruang jantung
keruang lainnya. Serabut otot yang tersusun dalam berkas-berkas spiral melapisi
ruang jantung. Kontraksi miokardium menekan darah keluar dari ruang menuju
pembuluh darah aorta.
3. Lapisan dalam disebut endokardium
Tersusun dari lapisan endotelial yang terletakdi atas jaringan ikat. Lapisan
ini melapisi jantung, katup, dan menyambung dengan lapisan endotelial yang
melapisi pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan jantung.
Gambar 3 epikardium, miokardium endokardium
2.2.3 Pembuluh darah
Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri,
arteriola, kapiler, venula dan vena.
1. Ateri : Arteri (kuat dan lentur) membawa darah dari jantung dan menanggung
tekanan darah yang paling tinggi. Kelenturannya membantu mempertahankan
tekanan darah diantara denyut jantung. Arteri yang lebih kecil
2. Arteriola : Arteriola memiliki dinding berotot yang menyesuaikan diameternya
untuk meningkatkan atau menurunkan aliran darah ke daerah tertentu.
Gambar 4. Pembuluh darah jantung
3. Kapiler : Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat
tipis, yangberfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari
jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan
oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan
memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.
4. Venula : Dari kapiler, darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang
akan membawa darah kembali ke jantung.
5. Vena : Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar
daripada arteri, sehingga vena mengangkut darah dalam volume yang sama
tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan.
2.3 Etiologi
Penyebab tersering efusi perikardium pada keganasan ialah kanker paru
dan kanker payudara (25-35%) penyebab lainnya adalah limfoma kanker
saluran cerna dan melanoma. Tumor primer perikardium seperti mesotelioma
atau rhabkomiosarkoma jarang sebagai penyebab efusi perikardial. Perluasan
langsung keganasan disekitar jantung seperti kanker esofagus dan paru dapat
juga menyebabkan efusi perikardial. Perikardititis pasca radiasi pada penderita
kanker dapat menimbulkan efusi perikardial yang dapat timbul setelah beberapa
minggu sampai 12 bulan.
2.3.1 Penyebab efusi perikardial
1. kanker paru
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium,
otak, tulang rangka.
2. kanker payudara
Kanker payudara menyerang secara lokal dan menyebar awalnya melalui
kelenjar getah bening regional, aliran darah atau keduanya. Kanker payudara
metastatik dapat mempengaruhi hampir setiap organ dalam, paru- paru tubuh
yang paling sering, hati, tulang, kulit otak. Kanker payudara metastatik sering
muncul tahun atau dekade setelah diagnosis awal dan pengobatan. Kanker
payudara menyebabkan efusi pericardial karena letak fisiologis dengan jantung
berdekatan sehingga kanker payudara yang bermetastasis menyerang jantung
terutama dibagian selaput atau pericardium.
2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala tergantung dari jumlah cairan dan kecepatan
penimbunan cairan dalam kavum perikardium. Penderita efusi perikardial tanpa
temponade sering asimtomatik, kurang dari 30% penderita menunjukan tanda
dan gejala seperti nyeri dada, nafas pendek, ortopnea atau disfagia. Pada
pemeriksaan fisik tampak vena leher, terbendung suara jantung terdengar jauh,
tekanan nadi mengecil dan takikardia. Temponade jantung memberi gejala
gelisah, sesak nafas hebat pada posisi tegak dan sesak nafas berkurang jika
penderita membungkuk kedepan, takikardia, tekanan nadi menyempit, pulsus
paradoksus (tekanan sistolik turun lebih dari 10mmhg pada inspirasi), hipotensi
sampai syok. Batas jantung melebar suara jantung terdengar jauh, terdengar
gesekan perikardial, serta vena leher melebar dan berdenyut.
2.5 Patofisiologi
Pada kasus efusi perikardial metastasis perikardial multipel lebih sering
dijumpai pada perikardium parietalis dibandingkan dengan efusi perikardium
viseralis. Tumor ini secara langsung dapat mensekresi cairan (eksudat), tetapi
dapat juga menghalangi cairan limfe. Adanya tumor, timbunan cairan serta
penebalan perikardium akan menggangu gerak jantung. Penimbunan cairan
akan mengganggu pengisian diastolik ventrikel kanan sehingga menurunkan isi
sekuncup (stroke
volume). Hal ini diimbangi olehmekanisme kompensasiberupa takikardia dan
peningkatan kontraksi miokardium. Tetapi jika mekanisme kompensasi ini
dilewati, curah jantung (cardiac output) menurun, maka akan terjadi gagal
jantung, syok sampai kematian bagi penderita. Berapa jumlah cairan agar dapat
menimbulkan keadaan ini tergantung dari kecepatan pembentukan cairan dan
distensibilitas perikardium.
Bagan Patofisiologi
Efusi Perikardial
2.6
Penatalaks
anaan
Medis
Pengobatan penyakit dasar merupakan tujuan utama, tetapi beberapa
kronis idiopatik dapat diobati dengan menggunakan indometasin atau kartisol.
Bila efusi kronis tetap menimbulkan gejala keluhan maka perlu dipertimbangkan
perikardiektomi.
Penatalaksanaan pada efusi perikardium yang masif adalah dengan
melakukan perikardisintesis kedalam kantong perikardium dengan tujuan agar
drainase dari aspirasi dapat adekuat (Rubin 1990).
Penatalaksanaan dengan temponade jantung dilakukan pengobatan
dengan sesegera miungkin dapat menyelamatkan klien dari kematian, maka
pemeriksaan yang cepat dan tepat untuk menegakkan diagnosis secara tepat,
misalnya pemeriksaan ekokardiografi yang diikuti dengan katerisasi jantung
harus dilaksanakan. Temponade jantung memerlukan aspirasi perikardium
dengan jarum. Monitor EKG memerlukan perhatian dan kecurigaan yang lebih
cermat, karena dalam banyak hal, tidak ada penyebab yang jelas terlihat yang
menyatakan adanya penyakit perikardium. Pada klien dengan hipotensi dan
evaluasi tekanan vena jungularis, dengan lekuk X yang menonjol, bahkan tanpa
adanya lekuk Y, kemungkinan adanya temponade jantung dan harus
diperhatikan.
Temponade jantung harus dicapai bila terdapat perluasan daerah perkusi
yang redup didaerah dada anterior, nadi paradoksal, gambaran paru yang cukup
bersih, pulpasi bayangan jantung yang berkurang pada flouroskopi.
Pengurangan amplitude QRS, gangguan listrik dari P, QRS, T serta hal-hal
tersebut diawal.
Pada temponade jantung dengan tekanan yang rendah, klien biasanya
tanpa gejala atau mengeluh sesak dan kelemahan badan yang ringan dan dalam
hal ini diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan hemodinamik dan
gejala klinis segera membaik setelah dilakukan perikardiosentesis.
2.6.1 Evaluasi Diagnostik
1. Foto thoraks : akan menunjukan jantung membesar berbentuk globuler (water
bottle heart). Gambaran jantung seperti ini baru tampak jika cairan lebih dari
250ml serta sering juga dijumpai efusi pleura.
Gambar 5: water bottle heart
2. Ekokardiografi : merupakan pemeriksaan nonivasif yang paling akurat. Disini
akan tampak akumulasi cairan didalam kavum perikardium, kadang-kadang
tampak juga adanya metastasis pada dinding perikardium.
Gambar 6: Hasil pemeriksaan ekokardiografi
3. Perikardiosimtesis diagnostik : sebaiknya memakai tuntunan ekokardiografi
sehingga lebih aman. Sekitar 50% cairan aspirat bersifat hemoragik dan 10%
serosanguinus. Pada cairan ini dilakukan pemeriksaan kultur, hitung sel dan
sitologi. Pemeriksaan sitologi cukup sensitif dengan kemempuan diagnostik
sekitar 80%, tetapi hasil negatif palsu sering terjadi pada limfoma maligna dan
mesotelioma. Dalam keadaan demikian dilakukan biopsi perikardium.
4. Pemeriksaan lain : katerisasi jarang di perlukan. Disini dijumpai tekanan diastolik
dalam atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis hampir sama.
Gambar 7: katerisasi jantung
2.7 Pengobatan
Perlakuan dari efusi perikardial tergantung pada tingkat keparahan dan
penyebabnya. Efusi perikardial Kecil tanpa gejala dan (gagal ginjal misalnya,)
karena penyebab dikenal tidak memerlukan perlakuan khusus. Untuk efusi
perikardial karena perikarditis, mengobati perikarditis juga memperlakukan efusi
perikardial.
2.7.1 Pengobatan untuk efusi perikardial karena perikarditis meliputi:
1. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) seperti Motrin , Aleve , dan
Indocin.
2. Kortikosteroid, seperti prednison dan Solu-Medrol .
3. Colchicine
Jika infeksi berat atau gangguan jantung (tamponade jantung) yang muncul,
efusi perikardial harus segera dikeringkan.
2.7.2 Drainase efusi perikardial dilakukan dalam dua cara:
1. Pericardiocentesis: Seorang dokter memasukkan jarum melalui dada ke dalam
efusi perikardial. kateter adalah maju ke fluida, dan efusi perikardial adalah
disedot keluar.
2. Pericardiectomy (jendela perikardial): Seorang ahli bedah membuat sayatan di
dada, mencapai, dan memotong kembali sebagian dari pericardium. Hal ini
menguras efusi perikardial dan biasanya mencegah dari datang kembali.
Pericardiectomy membutuhkan anestesi umum dan membawa risiko lebih besar
dari pericardiocentesis.
Efusi perikardial yang berumur tiga bulan atau lebih disebut efusi
perikardial kronis. Seringkali, tidak menyebabkan diidentifikasi. Efusi kronis
perikardial sering dimonitor tanpa pengobatan. Jika mereka mulai menyebabkan
gejala atau gangguan jantung, drainase dari efusi perikardial biasanya
diperlukan.
efusi perikardial banyak disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti
infeksi HIV, lupus, atau TBC . Dalam kasus ini, merawat kondisi-kondisi medis
yang mendasari sering akan membantu mengobati efusi perikardial.
2.8 Asuhan Keperawatan
2.8.1 Pengkajian
1. Aktifitas dan istirahat
a. Gejala : kelelahan, kelemahan.
b. Tanda : takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktifitas.
2. Sirkulasi
a. Gejala : riwayat demmam rematik, penyakit jantung kongenial, CA paru, kanker
payudara.
b. Tanda : takikardi, disritmia, edema, murmur aortik, mitral, stenosis/insufisiensi
trikupid; perubahan dalam murmur yang mendahului. Disfungsi otot papilar.
3. Eliminasi
a. Gejala : riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi jumlah urine.
b. Tanda : urine pekat gelap.
4. Nyeri/ketidaknyamanan.
a. Gejala : nyeri pada dada (sedang sampai berat), diperberat oleh inspirasi,
gerakan menelan, berbaring : hilang dengan duduk, bersandar kedepan
(perikarditis). Nyeri dada/punggung/sendi (endokarditis).
b. Tanda : gelisah.
5. Pernapasan
a. Gejala : nafas pendek: nafas pendek kronis memburuk pada malam hari
(miokarditis)
b. Tanda : dispnea, dispnea noktural, batuk, inspirasi mengi, takipnea, krekels,
ronki, pernapasan dangkal.
6. Keamanan
a. Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis: trauma dada: penyakit
keganasan/iradiasi torakal.
b. Tanda : demam
2.8.2 Tujuan dan kriteria hasil
1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan istirahat, memberikan bantuan dalam perawatan diri.
3. Membantu dalam pengobatan/penghilangan penyebab yang mendasari.
4. Mengatasi penyakit sistemik dasar/mencegah komplikasi.
5. Memberitahu tentang etiologi penyakit, pengobatan dan pencegahan.
2.8.3 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b/d inflamasi pericardium
2. Intoleransi aktivitas b/d penurunan curah jantung
3. Curah jantung b/d akumulasi cairan dalam kantung perikardia
4. Perfusi jaringan b/d embolisasi trombus
5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang proses penyakit
2.8.4 Intervensi
1. Nyeri b/d inflamasi pericardium yang ditandai dengan nyeri dada, penyebaran ke
leher/punggung, nyeri sendi, nyeri meningkat dengan inspirasi dalam,
gerakan/aktifitas, posisi, demam dan menggigil.
a. Hasil yang diharapkan / kriterial evaluasi pasien akan
- Melaporkan nyeri berkurang/hilang/terkontrol.
- Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas pengalih
sesuai dengan indikasi untuk situasi individual.
b. Intervensi keperawatan.
NO.
Dx 1MANDIRI RASIONAL
1. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor
pemberat atau penurunan. Perhatikan petunjuk nonverbal
dari ketidaknyamanan, misal; berbaring dengan
diam/gelisah. Tegangan otot, menangis.
Nyeri perikarditis secara khas terletak subternal dan dapat
menyebar ke lehar dan punggung. Namun, ini berbeda dari
iskemia miokard/nyeri infark, pada nyeri ini menjadi
memburuk pada inspirasi dalam, gerakan, atau berbaring
dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk. Catatan:
nyeri dada dapat atau mungkin tidak menyertai endokarditis
dan miokarditis, tergantung pada adanya iskemia.
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan.
Misal; perubahan posisi, gosokan punggung, penggunaan
kompres panas/dingin, dukungan emosional.
Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan
emosional pasien.
3. Berikan aktivitas hiburan yang tepat. Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi
dalam tingkat aktivitas individu.
KOLABORASI RASIONAL
1. Berikan obat-obatan sesuai indikasi:
Agen nonsteroid, misal; indometasin (Indocin), ASA
(Aspirin).
Antiseptik, misal; ASA/asetaminofen (Tylenon)
Steroid.
Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi.
Untuk menurunkan demam dan meningkatkan kenyamanan.
Dapat diberikan untuk gejala yang lebih berat.
2. Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi. Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk ambilan untuk
menurunkan beban kerja jantung dan
menurunkanketidaknyamanan berkenaan dengan iskemia.
2. Intoleransi aktivitas b/d penurunan curah jantung ditandai dengan keluhan
kelemahan/keletihan/dispnea dengan aktifitas, perubahan dalam tanda vital
karena aktifitas.
a. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan
- Melaporkan/menunjukan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktifitas.
- Mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi.
- Mengungkapkan pemahaman tentang pembatasan terapeutik yang diperlukan.
b. Intervensi keperawatan.
NO.
Dx 2MANDIRI RASIONAL
1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan
adanya dan perubahan dalam keluhan kelemahan,
keletihan dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
Miokarditis menyebabkan inflamasi dan
kemungkinan kerusakan dan fungsi sel-sel
miokardial, sebagai akibat GJK. Penurunan
pengisian dan curah jantung dan
menyebabkan pengumpulan cairan dalam kantung perikardial bila
ada perikarditis. Akhirnya, endokarditis dapat terjadi dengan
disfungsi katup, secara negatif mempengaruhi curah jantung.
2. Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi
pernafasan sebelum/setelah aktivitas dan selama
diperlukan.
Membantu menentukan derajat dekompensasi
jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan
takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap
aktivitas.
3. Pertahankan tirah baring selama periode demam dan
sesuai indikasi.
Meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut
dari perikarditis/endokarditis. Catatan: demam meningkatkan
kebutuhan dan konsumsi oksigen, karenanya meningkatkan beban
kerja jantung dan menurunkan toleransi aktivitas.
4. Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur
tanpa gangguan.
Memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas
bertumpu pada jantung; meningkatkan
proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional.
5. Bantuan pasien dalam program latihan progresif
bertahap sesegera mungkin untuk turun dari tempat
tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi
pasien pada peningkatan aktivitas.
Saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu
melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard
permanen/terjadi komplikasi.
6. Evaluasi respons emosional terhadap situasi/berikan
dukungan.
Ansietas akan ada karena inflamasi/infeksi dan
respons jantung (fisiologis), serta derajat takut pasien serta
kebutuhan keterampilan koping emosional diakibatkan oleh
potensial penyakit yang mengancam hidup (psikologis). Dorongan
dan dukungan akan diperlukan untuk mengatasi frustrasi terhadap
tinggal diRS yang lama/periode pemulihan.
KOLABORASI RASIONAL
1. Berikan oksigen suplemen Peningkatan ketersediaan oksigen untuk ambilan miokard untuk
mengimbangi peningkatan konsumsi oksigen yang terjadi dengan
aktivitas.
3. Curah jantung b/d akumulasi cairan dalam kantung pericardia ditandai dengan
adanya tanda-tanda dan gejala yang membuat diagnosa aktual.
a. Hasil yang di harapkan/kriteria evaluasi, pasien akan.
- melaporkan/menunjukan penurunan episode dispnea, angina, dan disritmia.
- Mengidentifikasi prilaku untuk menurunkan kerja beban jantung.
b. Intervensi keperawatan.
NO
Dx3MANDIRI RASIONAL
1. Pantau frekuensi/irama jantung Takikardia dan disritmia dapat terjadi saat
jantung berupaya untuk meningkatkan curahnya berespons
pada demam, hipoksia, dan asidosis karena iskemia.
2. Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus
jantung, murmur,
gallop S3 dan S4
Memberikan deteksi dini dari terjadi nya komplikasi,
misal; GJK, tamponade jantung.
3. Dorong tirah baring dalam posisi semi-Fowler. Menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah
jantung.
4. Berikan tindakan kenyamanan, misal; gosokan punggung dan
perubahan posisi, dan aktivitas hiburan dalam toleransi
jantung.
Meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali
perhatian.
5. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misal;
bimbingan imajinasi, latihan pernapasan.
Perilaku yang bermanfaat untuk mengontrol ansietas,
meningkatkan relaksasi, menurunkan beban kerja jantung.
6. Selidiki nadi cepat, hipotensi, penyempitan tekanan nadi,
peningkatan CVP/DVJ, perubahan tonus jantung, penurunan
tingkat kesadaran.
Manifestasi klinis dari tamponade jantung yang dapat
terjadi pada perikarditis bila akumulasi cairan/eksudat
dalam kantung perikardia membatasi pengisian dan curah
jantung.
7. Evaluasi keluhan lelah, dispnea, palptasi, nyeri dada kontinu.
Perhatikan adanya bunyi napas adventisius, demam.
Manifestasi klinis dari GJK yang dapat menyertai
endokarditis (infeksi/disfungsi katup) atau miokarditis
(disfungsi otot miokard akut).
KOLABORASI RASIONAL
1. Berikan oksigen suplemen Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk fungsi miokard
dan menurunkan efek metabolisme anaerob, yang terjadi
sebagai akibat dari hipoksia dan asidosis.
2. Berikan obat-obatan sesuai indikasi, misal; digitalis, diuretik.
Antibiotik/antimikrobial intravena.
Dapat diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas
miokard dan menurunkan beban kerja jantung pada adanya
GJK (miokarditis).
Diberikan untuk mengatasi patogen yang teridentifikasi
(endokarditis, perikarditis, miokarditis) yang mencegah
keterlibatan/kerusakan jantung lebih lanjut.
3. Bantu dalam perikardiosentesis darurat. Prosedur dapat dilakukan di tempat tidur untuk
menurunkan tekanan cairan disekitar jantung, yang dapat
dengan cepat memperbaiki curah jantung (perikarditis).
4. Siapkan pasien untuk pembedahan, bila diindikasikan. Penggantian katup mungkin perlu untuk memperbaiki
curah jantung (endokarditis). Perikardektomi mungkin
diperlukan karena akumulasi cairan perikardial berulang
atau jaringan parut dan konstriksi fungsi jantung
(perikarditis).
4. Perfusi jaringan b/d embolisasi thrombus ditandai dengan adanya tanda dan
gejala membuat diagnosa aktual.
a. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi, pasien akan.
- Mempertahankan dan mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara
individual, misalnya: mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering,
nadi perifer ada/kuat, masukan seimbang.
b. Intervensi keperawatan.
NODx4 MANDIRI RASIONAL
1. Evaluasi status mental. Perhatikan terjadinya hemiparalisis,
afasia, kejang, muntah, peningkatan TD.
Indikator yang menunjukan embolisasi sistemik pada
otak.
2. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba yang disertai dengan
takipnea, nyeri pleuritik, sianosis pucat.
Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan/atau organ
vital lain, dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit
katup, dan/atau disritmia kronis. Kongesti/statis vena
dapat meninbulkan pembentukan trombus di vena
dalam dan embolisasi paru.
3. Observasi ekstremitas tehadap pembengkakan, eritema.
Perhatikan nyeri tekan/nyeri, tanda homan positif.
Ketidakaktifan/tirah baring lama mencetuskan stasis
vena, meningkatkan resiko pembentukan trombosis
vena.
4. Observasi hematuria, disertai dengan nyeri
punggung/pinggang, oliguria.
Menandakan emboli ginjal.
5. Perhatikan keluhan nyeri pada abdomen kiri atas yang
menyebar ke bahu kiri, nyeri tekan lokal, kekakuan
abdominal.
Dapat menandakan emboli splenik.
6. Tingkatkan tirah baring dengan tepat. Dapat membantu mencegah pembentukan atau
migrasi emboli pada pasien dengan endokarditis.
Tirah baring lama (sering diperlukan untuk pasien
dengan endokarditis dan miokarditis), namun,
membawa risikonya sendiri tentang terjadinya
fenomena tromboembolik.
7. Dorong latihan aktif/bantu dengan rentang gerak sesuai
toleransi.
sirkulasi perifer dan aliran balik vena, karenanya
menurunkan risiko pembentukan trombus.
KOLABORASI RASIONAL
1. Berikan/lepaskan stoking antiembolisme sesuai indikasi. Penggunaannya kontroversial, tetapi dapat
meningkatkan sirkulasi vena dan menurunkan risiko
pembentukan trombus vena superfisial/dalam.
2. Berikan antikoagulan, contoh heparin, warfarin (Coumadin). Heparin dapat digunakan secara profilaksis bila pasien
memerlukan tirah baring lama, mengalami sepsis atau
GJK, dan/atau sebelum/sesudah bedah penggantian
katup. Catatan: Heparin kontraindikasi pada
perikarditis dan tamponade jantung. Coumadin adalah
obat pilihan untuk terapi setelah penggantian katup
jangka panjang, atau adanya trombus perifer.
5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang proses penyakit ditandai dengan permintaan informasi, kegagalan membaik,
terulangnya komplikasi yang dapat dicegah
a. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi, pasien akan.
- Menyatakan pemahaman tentang proses inflamasi, kebutuhan pengobatan, dan kemungkinan komplikasi.
- Mengidentifikasi/melakukan pola hidup yang perlu atau perubahan prilaku untuk mencegah terulangnya/terjadinya komplikasi.
b. Intervensi keperawatan.
NO
Dx5MANDIRI RASIONAL
1. Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada
pasien. Ajarkan untuk memperhatikan gejala sehubungan
dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan
dengan segera pada pemberi perawatan, contoh demam,
peningkatan/nyeri dada tak biasanya, peningkatan berat
badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri,
pasien perlu memahami penyebab khusus,
pengobatan, dan efek jangka panjang yang diharapkan
dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala
yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.
2. Anjurkan pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek
samping obat; kebutuhan diet/pertimbangan khusus; aktivitas
yang diizinkan/dibatasi.
Informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri,
peningkatan keterlibatan pada program terapeutik,
mencegah komplikasi.
3. Kaji ulang perlunya antibiotik jangka panjang/terapi
antimikrobial.
Perawatan diRS lama/pemberian antibiotik
IV/antimikrobial perlu sampai kultur darah
negatif/hasil darah lain menunjukan tak ada infeksi.
4. Diskusikan penggunaan antibiotik profilaksis. Pasien dengan riwayat demam reumatik berisiko
tinggi untuk kambuh dan biasanya memerlukan
profilaksis antibiotik jangka panjang. Pasien dengan
masalah katup yang tidak mengalami riwayat demam
reumatik memerlukan perlindungan antibiotik jangka
pendek untuk prosedur yang menyebabkan
pemindahan bakteri. Seperti prosedur meliputi
prosedur gigi, tonsilektomi dan/atau adenoidektomi;
prosedur bedah/biopsi mukosa pernapasan;
bronkoskopi; insisi/drainase jaringan terinfeksi; dan
prosedur GI/GU, melahirkan.
5. Identifikasi tindakan pencegahan endokarditis seperti:
Pembersihan mulut dan perawatan gigi yang baik.
Hindari orang yang mengalami proses infeksi (khususnya
pernapasan).
Pilih metode KB yang tepat (untuk pasien wanita).
Bakteri umumnya ditemukan dimulut dapat masuk
dengan mudah ke sirkulasi sistemik melalui gusi.
Terjadinya infeksi, khususnya pernapasan
streptokokal/pneumokokal atau influenza.
Meningkatkan risiko keterlibatan jantung.
Penggunaan IUD telah dihubungkan dengan
peningkatan risiko proses inflamasi/infeksi pelvis.
Hindari penggunaan obat narkotik IV.
Menurunkan risiko masuknya patogen langsung ke
sistem sirkulasi.
6. Tingkatkan praktik kesehatan seperti nutrisi yang baik,
keseimbangan antara aktivitas/istirahat, pantau status
kesehatan sendiri dan melaporkan tanda infeksi.
Kekuatan sistem imun dan tahanan terhadap infeksi.
KOLABORASI RASIONAL
1. Berikan imunisasi; contoh vaksin influenza sesuai indikasi. Menurunkan risiko mengalami infeksi berat yang
dapat menimbulkan infeksi jantung.
2. Identifikasi dukungan individu/sumber yang tersedia pasca
pulang untuk memenuhi perawatan/kebutuhan pemeliharaan
dirumah.
Ketidaktoleransian terhadap aktivitas dapat
mengganggu kemampuan pasien melakukan tugas
yang dibutuhkan.
3. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan medis teratur.
Anjurkan pasien membantu perjanjian.
Pemahaman alasan untuk pengawasan medis dan
rencana untuk/penerimaan tanggung jawab untuk
evaluasi menurunkan risiko kambuh/komplikasi.
4. Identifikasi faktor risiko pencetus yang dapat dikontrol
pasien, contoh penggunaan obat IV (endokarditis) dan
penanganan masalah.
Pasien mungkin termotivasi dengan adanya masalah
jantung untuk mencari dukungan untuk menghentikan
penyalahgunaan obat/perilaku perusak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Efusi perikardial maligna (malignant pericardial effusion) adalah
penimbunan cairan dalam vakum perikardial sebagai akibat dari proses
keganasan ( Apabila jumlah cairan ini semakin banyak sehingga mengganggu
pengisian diastolik jantung dan menimbulkan gangguan hemodinamik maka
disebut sebagai temponade jantung.
3.2 Saran
Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
yang membacanya serta buku ini dapat menjadi referensi untuk pembuatan
makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
- Buku Ajar Bedah, Jonatan GS Wari,1995. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran
EGC
- Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemuka, Ethel Sloane,1995. Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran EGC.
- Gawat Darurat Dibidang Penyakit Dalam, Prof. Dr. dr. I. Made Bakta, SpPD
(KHOM). 1999. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC.
- Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular, Arif Muttaqin,2009. Jakarta : penerbit Salemba Medika.
- Rencana Asuhan Keperawatan, Marilynn E.Doengoes, et al, 1999. Jakarta :
EGC.