askep efusi pleura new

42
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN EFUSI PLEURA Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa trans sudat atau eksudat yang di akibatkan terjadinya ketidak seimbangan antara produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang menggangu sistem pernapasan. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit melainkan hanya merupakan gejala atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat suatu cairan berlebihan di rongga pleura, jika kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya. Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura, yaitu : 1. Cairan serus (hidrothorax) 2. Darah (hemothotaks) 3. Chyle (chylothoraks) 4. Nanah B. TIPE EFUSI PLEURA 1. Efusi transudatif

Upload: non-steroid

Post on 14-Aug-2015

99 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Efusi Pleura New

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EFUSI PLEURA

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan

dalam pleura berupa trans sudat atau eksudat yang di akibatkan terjadinya

ketidak seimbangan antara produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura

viseralis.

Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang menggangu sistem

pernapasan. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit melainkan

hanya merupakan gejala atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura

adalah suatu keadaan dimana terdapat suatu cairan berlebihan di rongga pleura,

jika kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya.

Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura,

yaitu :

1. Cairan serus (hidrothorax)

2. Darah (hemothotaks)

3. Chyle (chylothoraks)

4. Nanah

B. TIPE EFUSI PLEURA

1. Efusi transudatif

Cairan pleura bersifat transudat (kandungan konsentrasi protein atau

molekul besar lain rendah.

Penyebabnya:

a. Gagal jantung kongestif

b. Sindrom nefrotik

c. Sirosis hati

d. Sindrom meigs

e. Dialisis peritoneal

f. Hindronefrosis

g. Efusi pleura maligna/paramaligna

Page 2: Askep Efusi Pleura New

2. Efusi eksudat

Cairan pleura bersifat eksudat (konsentrasi protein lebih tinggi dari

transudat)

Penyebabnya

a. Penyakit abdomen

b. Penyakit pankreas

c. Penyakit kolagen

d. Trauma perikardium

e. Tuberkulosis

C. ETIOLOGI

Penyebab efusi pleura bisa bermacam-macam seperti gagal jantung,

adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang

berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni,

syndroma nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya. (Allsagaaf H, 1998, 68)

Penyebab paling sering efusi pleura transudatif di USA adalah oleh

karena penyakit gagal jantung kiri, emboli paru, dan sirosis hepatis, sedangkan

penyebab efusi pleura eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan

(ca paru, ca mammae, dan lymphoma merupakan 75 % penyebab efusi pleura

oleh karena kanker), infeksi virus.

Tuberkulosis paru merupakan penyebab paling sering dari efusi pleura

di Negara berkembang termasuk Indonesia. Selain TBC, keadaan lain juga

menyebabkan efusi pleura seperti pada penyakit autoimun systemic lupus

erythematosus (SLE), perdarahan (sering akibat trauma). Efusi pleura jarang

pada keadaan rupture esophagus, penyakit pancreas, abses intraabdomen,

rheumatoid arthritis, sindroma Meig (asites, dan efusi pleura karena adanya

tumor ovarium).

D. PATOFISIOLOGI

Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk

membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan

ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik,

tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh

Page 3: Askep Efusi Pleura New

kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir

kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter

seharinya.

Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi

bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada

hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia),

peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat

dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada

gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik,

dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun.

Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi.

Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat

jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih.

Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat

jenisnya rendah.

E. TANDA DAN GEJALA

TANDA

1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,

setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak,

penderita akan sesak napas.

2. Trakea mengalami pergeseran tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi

penumpukan cairan pleural yang signifikan.

3. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,

karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang

bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada

perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan

membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).

4. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani

dibagian atas garis lengkung. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah

pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi

daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.

Page 4: Askep Efusi Pleura New

5. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

GEJALA

1. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan

nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril

(tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.

2. Nyeri perut.

F. MANIFISTASI KLINIS

Manifestasi klinik efusi pleura akan tergantung dari jumlah cairan yang

ada serta tingkat kompresi paru. Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya <

250 ml), mungkin belum menimbulkan manifestasi klinik dan hanya dapat

dideteksi dengan X-ray foto thorakks. Dengan membesarnya efusi akan

terjadi restriksi ekspansi paru dan pasien mungkin mengalami :

1. Dispneu bervariasi

2. Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit pleura

3. Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi

4. Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)

5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena

6. Perkusi meredup di atas efusi pleura

7. Egofoni di atas paru-paru yang tertekan dekat efusi

8. Suara nafas berkurang di atas efusi pleura

9. Fremitus vokal dan raba berkurang

G. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk

mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan

ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab

dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).

1. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan

specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.

2. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa

hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan

Page 5: Askep Efusi Pleura New

protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini

kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang

dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk

mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.

3. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan

kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah

akumulasi cairan lebih lanjut.

4. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding

dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

EFUSI PLEURA

1. Pengkajian

Identitas

Penyakit efusi pleura biasanya diderita oleh orang laki-laki dengan usia

menengah keatas. Hal ini disebabkan karena penyakit efusi pleura ini

banyak disebabkan oleh penyakit sistem yang lain maupun bakteri atau

virus. Mengapa yang sering terkena penyakit ini adalah laki-laki dengan

usia menengah keatas ? Karena pada orang dengan kondisi tersebut

mempunyai faktor resiko yang lebih. Hal ini disebabkan manusia

dengan usia menengah keatas mulai mengalami degenerasi fungsi-

fungsi dalam tubuhnya, termasuk sistem imunnya. Dengan adanya

proses degenerasi ini maka m.o. asing yang bisa menyebabkan efusi

pleura lebih mudah untuk menginvasi tubuh kita. Apalagi dengan

ditambah oleh adanya gangguan psikologis, hal ini akan lebih

mempermudah terjadinya masalah dalam tubuh kita. Selain itu ada

faktor khusus yang menyebabkan seseorang pria lebih mudah terkena

efusi pleura, yaitu faktor gaya hidup ( merokok, dll.) Hal tersebut dapat

memperburuk kondisi kesehatan dari klien

Keluhan utama

Pasien datang ke RS akan mengatakan nyeri pada dadanya. Ia juga akan

mengatakan bahwa ada kesulitan bernafas, demam, menggigil, banyak

Page 6: Askep Efusi Pleura New

keringat, batuk , dan banyak riak. Hal ini disebabkan karena gejala yang

diakibatkan oleh efusi pleura.

Riwayat penyakit dahulu

Di sini kita tanyakan kepada klien penyakit-penyakit yang pernah

dialami oleh klien, seperti tuberkulosis, kanker, dll. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui dari riwayat penyakit tersebut apakah ada yang bisa

menyebabkan permasalahan yang timbul saat ini sehingga akan

mempermudah dalam penentuan diagnosa dan tindakan.

Riwayat penyakit sekarang

Di sini kita tanyakan kepada klien tentang gejala awal yang dirasakan

berikut waktu dan durasinya. Selain itu kita juga tanyakan masalah-

masalah yang muncul selanjutnya dan upaya apa yang telah dilakukan

untuk mengatasi masalah tersebut serta bagaimana hasil yang

didapatkan dari usaha yang telah ditetapkan. Kemudian kita tanyakan

juga keluhan utama yang paling dirasakan klien saat ini.

a. Anamnesis:

Pada umumnya tidak bergejala . Makin banyak cairan yang

tertimbun makin cepat dan jelas timbulnya keluhan karena menyebabkan

sesak, disertai demam sub febril pada kondisi tuberkulosis.

b. Kebutuhan istrahat dan aktifitas

1) Klien mengeluh lemah, napas pendek dengan usaha sekuat-kuatnya,

kesulitan tidur, demam pada sore atau malam hari disertai keringat

banyak.

2) Ditemukan adanya tachicardia, tachypnea/dyspnea dengan usaha

bernapas sekuat-kuatnya, perubahan kesadaran (pada tahap lanjut),

kelemahan otot, nyeri dan stiffness (kekakuan).

c. Kebutuhan integritas pribadi

1) Klien mengungkapkan faktor-faktor stress yang panjang, dan

kebutuhan akan pertolongan dan harapan

2) Dapat ditemukan perilaku denial (terutama pada tahap awal) dan

kecemasan

Page 7: Askep Efusi Pleura New

d. Kebutuhan Kenyamanan/ Nyeri

1) Klien melaporkan adanya nyeri dada karena batuk

2) Dapat ditemukan perilaku melindungi bagian yang nyeri, distraksi,

dan kurang istrahat/kelelahan

e. Kebutuhan Respirasi

1) Klien melaporkan batuk, baik produktif maupun non produktif, napas

pendek, nyeri dada

2) Dapat ditemukan peningkatan respiratory rate karena penyakit lanjut

dan fibrosis paru (parenkim) dan pleura, serta ekspansi dada yang

asimetris, fremitus vokal menurun, pekak pada perkusi suara nafas

menurun atau tidak terdengan pada sisi yang mengalami efusi pleura.

Bunyi nafas tubular disertai pectoriloguy yang lembut dapat

ditemukan pada bagian paru yang terjadi lesi. Crackles dapat

ditemukan di apex paru pada ekspirasi pendek setelah batuk.

3) Karakteristik sputum : hijau/purulen, mucoid kuning atau bercak

darah

4) Dapat pula ditemukan deviasi trakea

f. Kebutuhan Keamanan

1) Klien mengungkapkan keadaaan imunosupresi misalnya kanker,

AIDS , demam sub febris

2) Dapat ditemukan keadaan demam akut sub febris

g. Kebutuhan Interaksi sosial

1) Klien mengungkapkan perasaan terisolasi karena penyakit yang

diderita, perubahan pola peran.

h. Pengkajian Pola Fungsi

1) Pola persepsi dan tata laksana hidupsehat

a) Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit

mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang

juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan

kesehatan.

Page 8: Askep Efusi Pleura New

b) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol

dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi

timbulnya penyakit.

2) Pola nutrisi dan metabolism

a) Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu

melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk

mengetahui status nutrisi pasien,

b) Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama

MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu

makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur

abdomen.

c) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.

pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah.

3) Pola eliminasi

a) Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai

kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS.

b) Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih

banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain

akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan

peristaltik otot-otot tractus degestivus.

4) Pola aktivitas dan latihan

a) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi

b) Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

c) Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat

adanya nyeri dada.

d) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien

dibantu oleh perawat dan keluarganya.

5) Pola tidur dan istirahat

a) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat,

Page 9: Askep Efusi Pleura New

b) Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan

rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak

orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.

6) Pola hubungan dan peran

a) Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami

perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga,

pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu yang

harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya.

b) Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami

perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal

pasien. Pola persepsi dan konsep diri

c) Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah.

d) Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas,

nyeri dada. Pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya

adalah penyakit berbahaya dan mematikan.

e) Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif

terhadap dirinya

7) Pola sensori dan kognitif

Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan,

demikian juga dengan proses berpikirnya.

8) Pola reproduksi seksual

Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks

intercourse akan terganggu untuk sementara waktu karena pasien

berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.

9) Pola penanggulangan stress

Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan

mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada

perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin

dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.

10) Pola tata nilai dan kepercayaan

Page 10: Askep Efusi Pleura New

Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan

dirinya kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah

suatu cobaan dari Tuhan.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Status Kesehatan Umum

b. Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien

secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap

dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk

mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.

c. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.

d. Sistem Respirasi

1) Inspeksi

Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit

mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan

pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax

kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR

cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.

2) Palpasi

Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang

jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga

ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang

sakit.

3) Perkusi

Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya.

Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat

batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke

medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-

Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas

di punggung.

4) Auskultasi

Page 11: Askep Efusi Pleura New

Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada

posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada

kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan

ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar

batas atas cairan.

Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita diminta

mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang

disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol,

1994,79)

e. Sistem Cardiovasculer

1) Inspeksi

Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal

berada pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran

jantung.

2) Palpasi

Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan

harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung,

perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictus cordis.

3) Perkusi

Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah

jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah

pembesaran jantung atau ventrikel kiri.

4) Auskultasi

Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal

atau gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala

payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya

peningkatan arus turbulensi darah.

f. Sistem Pencernaan

1) Inspeksi

Page 12: Askep Efusi Pleura New

Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit

atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau

tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan

atau massa.

2) Palpasi

Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan

abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk

mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba, juga apakah

lien teraba.

3) Perkusi

Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau

cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta,

tumor).

4) Auskultasi

Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana

nilai normalnya 5-35 kali permenit.

g. Sistem Neurologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga

diperlukan pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau

comma. Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.

Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti

pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

h. Sistem Muskuloskeletal

1) Inspeksi

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial.

2) Palpasi

Palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat

perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refil time.

Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan

otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.

i. Sistem Integumen

Page 13: Askep Efusi Pleura New

1) Inspeksi

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada

tidaknya lesi pada kulit, pada Px dengan effuse biasanya akan tampak

cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport O2.

2) Palpasi

Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit

(dingin, hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar)

serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Rontgen dada

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang

dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan

adanya cairan. Pada permulaan didapati menghilangnya sudut

kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan

permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.

b. CT scan dada

CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan

bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor

c. USG dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan

yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

d. Torakosentesis

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui

dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh

melalui torakosentesis, yaitu pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan,

warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea

aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang

mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau

kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil

bendungan) atau eksudat (hasil radang). (pengambilan cairan melalui

Page 14: Askep Efusi Pleura New

sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada

dibawah pengaruh pembiusan lokal).

e. Biopsi

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya,

maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar

diambil untuk dianalisa.

Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan

pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat

ditentukan.

f. Analisa cairan pleura

Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi

lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura

sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA

paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto

thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang

tidak tajam.

Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:

1) Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH),

albumin, amylase, pH, dan glucose

2) Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui

kemungkinan terjadi infeksi bakteri

3) Pemeriksaan hitung sel

4) Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan

Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk

membedakan apakan cairan tersebut merupakan cairan transudat atau

eksudat. Efusi pleura transudatif disebabkan oleh faktor sistemik yang

mengubah keseimbangan antara pembentukan dan penyerapan cairan

pleura. Misalnya pada keadaan gagal jantung kiri, emboli paru, sirosis

hepatis. Sedangkan efusi pleura eksudatif disebabkan oleh faktor local

yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Efusi

Page 15: Askep Efusi Pleura New

pleura eksudatif biasanya ditemukan pada Tuberkulosis paru, pneumonia

bakteri, infeksi virus, dan keganasan

g. Bronkoskopi

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan

sumber cairan yang terkumpul.

4. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan kelemahan

dan upaya batuk menurun

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan

permukaan paru dan atalektasis

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan suplai 02 di jaringan

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan

kelemahan, dispnea dan anoreksia

5. Intervensi

a. Ketidak efektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan

kelemahan dan upaya batuk buruk.

NOC :

1) Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang efektif dan dibuktikan

dengan status pernafasan, pertukaran gas dan ventilasi yang tidak

berbahaya :

a) Mempunyai jalan nafas yang paten

b) Mengeluarkan sekresi secara efektif.

c) Mempunyai irama dan frekuansi pernafasan dalam rentang yang

normal.

d) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal.

2) Menunjukkan pertukaran gas yang adekuatditandai dengan :

a) Mudah bernafas

b) Tidak ada kegelisahan, sianosis dan dispnea.

c) Saturasi O2 dalam batas normal

d) Rontgen toraks dalam rentang yang diharapkan.

NIC :

Page 16: Askep Efusi Pleura New

1) Kaji dan dokumentasikan

a) Keefektifan pemberian oksigen dan perawatan yang lain.

R : untuk mengetahui apakah upaya terapi yang diberikan tepat

sasaran, dan hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan.

b) Keefektifan pengobatan.

R : untuk mengetahui efek dari obat apakah hasilnya sesuai

dengan apa yang kita inginkan dan untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi kinerja obat.

c) Kecenderungan pada gas darah arteri.

R : mengetahui status metabolik dan saturasi O2 dari klien.

2) Auskultasi dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya

penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi hambatan.

R : mengetahui adanya kelainan pada paru (sekret, abnormalitas

pernafasan) dan gambaran tentang kondisi paru.

3) Penghisapan jalan nafas

a) Tentukan kebutuhan penghisapan oral/trakeal.

R : untk memastikan kepatenan jalan nafas dan agar intervensi

yang kita berikan menjadi tepat serta mencegah terjadinya

komplikasi akibat penghisapan.

b) Pantau status oksigen dan status hemodinamik serta irama jantung

sebelum, selama dan setelah penghisapan.

R : menghindari masalah yang ditimbulkan akibat penghisapan,

dan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah penghisapan.

4) Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk menurunan viskositas

sekresi.

R : air berfungsi sebagai pelarut zat. Dengan hidrasi yang adekuat

sekret akan larut ke dalam air sehingga kekentalan sekret akan

berkurang.

5) Jelaskan penggunaan peralatan pendukung dengan benar, misalnya

oksigen, alat penghisap lendir.

Page 17: Askep Efusi Pleura New

R : agar klien menjadi kooperatif, dan tahu prosedur yang akan

dilakukan.

6) Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam

untuk memudahkan keluarnya sekresi.

R : agar klien tahu teknik pengeluaran sekret yang benar sehingga

bisa melakukannya secara mandiri untuk mempertahankan jalan

nafas.

7) Rundingkan dengan ahliterapi pernafasan sesuai dengan kebutuhan.

R : untuk memberikan tindakan yang tepat kepada klien sehingga

masalah dapat segera teratasi.

8) Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi.

R : humidifikasi dapat membuat udara yang masuk menjadi lebih

lembab sehingga udara yang masuk tidak kering dan meminimalisir

terjadinya iritasi pada mukosa hidung.

9) Beritahu dokter tentang hasil analisa gas darah yang abnormal.

R : agar dokter dapat menginterpretasi masalah yang ada secara tepat

dan merencanakan tindakan untuk mengatasinya.

10) Bantu dalam pemberian aerosol. Nebulizer dan perawatan paru lain

sesuai dengan kebijakan dan protocol institusi.

R : aerosol dan nebulizer akan mempermudah proses pengenceran

sekret sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan. Selain itu

pemberian obat dengan cara aerosol juga tidak mempengaruhi sitem

yang lain.

11) Anjurkan aktivitas fisik untuk meningkatkan pergerakan sekresi.

R : aktifitas fisik dapat merangsang otot dan pembuluh darah untuk

kontraksi dan relaksasi sehingga memudahkan pergerakan sekresi.

12) Jika pasien tidak mampu untuk melakukan ambulasi, letak posisi

tidur pasien diubah tiap 2 jam.

R : mencegah terjadinya gangguan status integritas kulit seperti

ulkus dekubitus.

13) Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur

Page 18: Askep Efusi Pleura New

R : untuk menurunkan kecemasan dan peningkatan kontrol diri.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan

permukaan paru dan atalektasis.

NOC :

1) Gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang dibuktikan dengan

status pernafasan yang tidak bermasalah.

2) Pertukaran gas tidak akan terganggu dibuktikan dengan indicator :

a) Status neurologist dalam rentang yang diharapkan.

b) Tidak ada dispnea saat istirahat dan aktifitas.

c) Tidak ada gelisah, siamosis dan keletihan

d) Pa O2, Pa CO2, pH arteri dan saturasi O2 dalam batas normal.

NIC :

1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman, usaha bernafas,

produksi sputum.

R : mengetahui kelainan yang terjadi pada sistem pernafasan dan

penyebab kelainan tersebut, serta mengetahui status respiratorik

klien saat ini.

2) Pantau saturasi O2 dengan oksimeter.

R : memantau julah oksigen dalam darah sehinngga bisa segera

memberikan tindakan bila ada masalah sehingga kita bisa

memastikan bahwa tubuh mendapatkan asupan oksigen yang

adekuat.

3) Pantau hasil analisa gas darah.

R : untuk mengetahui saturasi oksigen, karbondioksida dan Be pada

darah klien sehingga perawat bisa menggambarkan status metabolik

dari klien.

4) Pantau status mental ( tingkat kesadaran, gelisah, confuse)

R : mengetahui kondisi psikologis dan neurologis klien.

5) Peningkatan frekuanse pemantauan pada saat pasien tampak

somnolen.

Page 19: Askep Efusi Pleura New

R : mencegah terjadinya masalah berlanjut (klien menjadi tak sadar)

dan agar kita bisa segera memberikan tindakan bila terjadi

ketidaksadaran pada klien.

6) Observasi terhadap sianosis, terutama membrab mukosa mulut.

R : mengetahui ada atau tidaknya masalah yang terjadi pada perfusi

oksigen ke jaringan, dan untuk mengetahui adanya hipoksia.

7) Jelaskan penggunaan alat bantu yang digunakan.

R : memunculkan kemandirian pada klien sehingga mereka dapat

menggunakan peralatan bantuan yang serimg dibutuhkan dalam

kehidupan sehari-hari.

8) Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi.

R : agar klien tahu tehnik bernafas dan relaksasi yang benar serta

bisa melakukannya, sehingga bila suatu masalah terjadi berhubungan

dengan aspek tersebut, klien dapat mengatasinya sendiri.

9) Ajarkan batuk yang efektif.

R : agar klien tahu tehnik batuk yang efektif dan bisa melakukannya

secara mandiri sehingga sekret bisa keluar dan kepatenan jalan nafas

dapat terjaga.

10) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan pemeriksaan AGD

dan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan perubahan kondisi

pasien.

R : untuk mengetahui status metabolik klien agar tindakan yang kita

berikan tepat sasaran sehingga masalah dapat segera berkurang atau

teratasi

11) Laporkan perubahan kondisi pasien: bunyi nafas, pola nafas, hasil

AGD dan efek dari pengobatan.

R : agar tenaga kesehatan mengetahui kondisi klien seaktual

mungkin dan mengetahui efek dari tindakan yang telah diberikan

sehingga dapat ditentukan rencana tindakan yang lebih efektif.

12) Berikan obat-obat yang diresepkan.

R : agar efek terapi yang diharapkan dapat segera tercapai.

Page 20: Askep Efusi Pleura New

13) Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur.

R : untuk menurunkan ansietas, dan agar klien lebih kooperatif.

14) Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen.

R : masalah efusi pleura bisa menyebabkan asupan oksigen

seseorang menjadi tidak adekuat. Dengan penurunan konsumsi

oksigen diharapkan tercapai keseimbangan antara asupan dengan

penggunaan.

15) Atur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi dan mengurangi

dispnea.

R : agar kebutuhan oksigen klien dapat terpenuhi sehingga klien

terhindar dari masalah yang bisa diakibatkan oleh kekurangan

oksigen.

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

NOC :

1) Mentoleransi aktifitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan dengan

daya tahan, penghematan energi dan aktifitas kehidupan sehari-hari.

2) Menunjukkan penghematan energi ditandai dengan indicator :

a) Menyadari keterbatasan energi.

b) Menyeimbangkan aktifitas dan istirahat.

c) Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas.

NIC :

1) Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktifitas.

R : mengetahui kondisi psikologis dari klien sehingga jika terjadi

suatu masalah bisa segera dilakukan suatu tindakan.

2) Tentukan penyebab keletihan.

R : untuk mempermudah pemilihan tindakan keperawatan yang tepat

dalam mengatasi masalah keletihan dengan langsung mengatasi

penyebabnya, sehingga tindakan menjadi lebih efektif.

3) Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas.

Page 21: Askep Efusi Pleura New

R : mengetahui masalah yang terjadi pada sistem kardiovaskuler

yang mungkin timbul, sehingga bisa segera dilakukan suatu tindakan

untuk mengatasinya.

4) Pantau asupan nutrisi.

R : untuk memastikan keadekuatan sumber energi yang didapat oleh

klien.

5) Pantau pola istirahat pasien dan lamanya istirahat.

R : untuk mengetahui tingkat penggunaan energi dari klien, dan cara

yang dilakukan klien untuk mengembalikannya.

6) Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang teknik perawatan diri

yang akan meminimalkan konsumsi oksigen.

R : agar energi yang dikeluarkan untuk aktifitas ini dapat efisien

sehingga energi dapat dimanfaatkan untuk yang lain dan terhindar

dari masalah defisit energi.

7) Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu.

R : untuk mencegah penggunaan energi yang berlebihan sehingga

terhindar dari masalah defisit energi dan untuk mencegah kelelahan.

8) Hindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat.

R : untuk mencegah penggunaan energi yang berlebihan sehingga

terhindar dari masalah defisit energi dan untuk memberikan waktu

istirahat yang cukup bagi klien.

9) Bantu pasien untuk mengubah posisi tidur secara berkala dan

ambulasi yang dapat ditolerir.

R : mencegah terjadinya masalah pada integritas kulit dan sistem

muskuluskeletal pada klien seperti kontraktur otot, maupun ulkus

dekubitus.

10) Rencanakan aktifitas dengan pasien / keluarga yang meningkatkan

kemandirian dan daya tahan.

R : untuk mengembalikan kemandirian dan daya tahan dari klien

sehingga klien bisa segera melakukan kegiatan sehari-hari seperti

biasanya.

Page 22: Askep Efusi Pleura New

11) Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktifitas.

R : untuk memastikan aktifitas yang benar-benar berguna dan sesuai

dengan kondisi klien sehingga tidak terjadi masalah berkelanjutan.

12) Rencanakan aktivitas pada periode pasien mempunyai energi paling

banyak.

R : agar tidak terjadi masalah kekurangan energi berhubungan

dengan ketidakseimbangan antara input dan penggunaan

berhubungan dengan adanya suatu aktifitas.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan

kelemahan, dispnea dan anoreksia.

NOC :

1) Menunjukkan status gizi yang baik dengan indicator adekuatnya

makanan oral, pemberian makanan lewat NGT atau nutrisi

parenteral.

2) Mempertahankan berat badan dalam batas normal.

3) Nilai laboratorium albumin, transferin dan elektrolit dalam batas

normal.

NIC :

1) Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.

R : agar klien mau makan dalam jumlah yang cukup sehingga

kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

2) Pantau nilai laboratorium khususnya transferin, albumin dan

elektrolit.

R : mengetahui status nutrisi dari klien sehingga dapat segera

dilakukan tindakan bila terjadi ketidak adekuatan.

3) Ketahui makanan kesukaan pasien.

R : agar klien merasa suka dengan asupan nutrisi yang kita sajikan

sehingga diharapkan klien mau makan dalam jumlah yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.

4) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Page 23: Askep Efusi Pleura New

R : untuk mengetahui prognosis dari masalalah nutrisi klien dan

untuk memastikan kedepannya tentang asupan nutrisi yang dapat

diterima oleh klien sehingga dapat diperkirakan masalah yang akan

timbul dan dilakukan tindakan untuk mencegahnya.

5) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.

R : untuk mengetahui dan memastikan bahwa makanan yang

disajikan kepada klien mempunyai kandungan nutrisi yang tepat dan

sesuai dengan kebutuhan dari klien.

6) Timbang pasien pada interval yang tepat.

R : untuk mengetahui perkembangan yang terjadi pada masalah

nutrisi klien dan untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dari

tindakan yang telah dialkukan.

7) Ajarkan keluarga dan pasien tentang makanan yang bergizi dan tidak

mahal.

R : agar klien tahu tentang makanan yang bergizi sehingga

kebutuhan nutrisi klien dapat dipenuhi dan agar klien tahu bahwa

makanan yang bergizi itu bisa kita dapatkan dari sekitar kita dengan

harga yang murah.

8) Diskusikan dengan ahli gizi dalam memberikan asupan diet.

R : untuk mengatasi masalah kekurangan nutrisi secara tepat dan

cepat dengan diet yang proporsional dan sesuai kebutuhan dari klien.

9) Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi.

R : untuk memberikan tindakan yang lebih baik dengan

membawanya ke tim yang lebih mengetahui.

10) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.

R : untuk meningkatkan nafsu makan dari klien.

11) Bantu makan sesuai kebutuhan.

R : mengantisipasi adanya ketidakmampuan untuk makan sendiri

dan memastikan bahwa klien mendapatkan input nutrisi yang cukup.

12) Identifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap hilangnya

nafsu makan.

Page 24: Askep Efusi Pleura New

R : mengetahui faktor yang dapat menurunkan nafsu makan klien

sehingga kita bisa berusaha untuk menghilangkan faktor tersebut

atau meminimalisir efek dari faktor tersebut hingga ahirnya

diharapkan nafsu makan dari klien meningkat.

Page 25: Askep Efusi Pleura New

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan

dalam pleura berupa trans sudat atau eksudat yang di akibatkan terjadinya

ketidak seimbangan antara produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura

viseralis.

Efusi pleura dibedakan menjadi efusi pleura transudatif dan eksudatif.

Penyebab efusi pleura bisa bermacam-macam seperti gagal jantung,

adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang

berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni,

syndroma nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya.

Manifestasi klinik efusi pleura akan tergantung dari jumlah cairan yang

ada serta tingkat kompresi paru. Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya <

250 ml), mungkin belum menimbulkan manifestasi klinik dan hanya dapat

dideteksi dengan X-ray foto thorakks.

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk

mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan

ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab

dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).

Asuhan keperawatan pada klien dengan efusi pleura dilakukan dengan

cara pengkajian sampai evaluasi tindakan.

B. SARAN

Penulisan makalah ini hanya berdasarkan pada beberapa referensi saja.

Jika pembaca merasa kurang jelas terhadap isi makalah, dapat melengkapinya

dari daftar pustaka yang tercantum.

Page 26: Askep Efusi Pleura New

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E Mailyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk

peencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: ECG

Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi Konsep klinis proses-proses penyakit, Ed4.

Jakarta: ECG

Tucker, Susan Martin. 1998. Standart perawatan Pasien: proses keperwatan,

diagnosis, dan evaluasi. Ed5. Jakarta

:ECG

Page 27: Askep Efusi Pleura New