askep nina ket

43
BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFENISI Perjalanan hasil konsepsi dapat terganggu dalam perjalanan sehingga tersangkut dalam lumen tuba. Tuba fallopi tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang dan menampung pertumbuhan janin sehingga setiap saat kehamilan yang terjadi terancam pecah. Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai aterm. Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba fallopii, ovarium, serviks dan abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba fallopii (Muria, 2002) Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan di ventrikel pada uterus. Berdasarkan tempat implantasinya kehamilan ektopik : Pars interstisial tuba Pars ismika tuba Pars ampuralis tuba Kehamilan infundibulum tuba Kehamilan abdominal primer atau sekunder

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 23-Jul-2015

109 views

Category:

Data & Analytics


2 download

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFENISI

Perjalanan hasil konsepsi dapat terganggu dalam perjalanan sehingga tersangkut dalam

lumen tuba. Tuba fallopi tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang dan menampung

pertumbuhan janin sehingga setiap saat kehamilan yang terjadi terancam pecah.

Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar

endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik

karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam

uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya

tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai aterm.

Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum uterus.

Implantasi dapat terjadi di tuba fallopii, ovarium, serviks dan abdomen. Namun kejadian

kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba fallopii (Muria, 2002)

Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada

ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan di

ventrikel pada uterus.

Berdasarkan tempat implantasinya kehamilan ektopik :

         Pars interstisial tuba

         Pars ismika tuba

         Pars ampuralis tuba

         Kehamilan infundibulum tuba

         Kehamilan abdominal primer atau sekunder

2. ETIOLOGI

Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba sehingga setiap gangguan pada tuba

yang disebabkan infeksi akan menimbulkan gangguan dalam perjalanan hasil konsepsi menuju

rahim. Sebagai gambaran penyebab kehamilan ektopik dapt dijabarkan sebagi berikut :

a. Gangguan pada lumen tuba

    Infeksi menimbulkan perlengketan endosalping sehingga menyempitkan lumen

     Hipoplasia tuba sehingga lumennya menyempit

      Operasi plastik pada tuba (rekontruksi) atau melepaskan perlengketan dan tetap

menyempitkan tuba

b.      Gangguan di luar tuba

     Terdapat endometriosis tuba sehingga memperbesar kemungkinan implantasi

     Terdapat diventrikel pada lumen tuba

     Terdapat perlengketan sekitar tuba sehingga memperkecil lumen tuba

      Kemungkinan migrasi eksternal, sehingga hasil konsepsi mencapai tuba dalam keadaan

blastula

Dengan terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat terjadi beberapa kemungkinan :

1. Hasil konsepsi mati dini

   Tempatnya tidak mungkin memberikan kesempatan tumbuh kembang hasil konsepsi mati

secara dini

   Karena kecilnya kemungkinan diresorbsi

2. Terjadi abortus

       Kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil konsepsi mati dan lepas

dalam lumen

       Lepasnya hasil konsepsi menimbulkan perdarahn dalam lumen tuba atau keluar lumen

serta membentuk timbunan darah

      Tuba tampak berwarna biru pada saat dilakukan operasi

3. Tuba fallopii

      Karena tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah

       Jonjot villi menembus tuba, sehingga terjadi rupture yang menimbulkan timbunan darah

ke dalam ruangan abdomen.

      Rupture tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan kemungkinan untuk

melakukan implantasi menjadi kehamilan abdominal sekunder

     Kehamilan abdominal dapat mencapai cukup besar.

3. PATOFISIOLOGI

Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan

halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Pada yang

pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur

selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan

kemudian diresorbsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot

endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan

jaringan yang menyerupai dsidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan

desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak tampak, dengan mudah villi

korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak

jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa

factor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi

oleh invasi trofoblas.

Di bawah pengaruh hormone estrogen dan progesterone dari korpus luteum graviditatis dan

trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek; endometrium dapat berubah pula menjadi desidua.

Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada endometrium yang disebut fenomena Arias-

Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk

tak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa dan kadang-kadang ditemukan

mitosis. Perubahan tersebut hanya ditemukan pada sebagian kehamilan ektopik.

Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan

berkeping-keping, tetapi kadang-kadang dilepaskan secara utuh, perdarahan yang dijumpai pada

kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan desidua yang

degeneratif.

4. KLASIFIKASI

Menurut Taber (1994), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya

antara lain:

1.      Kehamilan Abdominal

Kehamilan atau gestasi yang terjadi dalam kavum peritonium. (sinonim: kehamilan

intraperitonial)

2.      Kehamilan Ampula

Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba falopii. Umumnya berakhir sebagai abortus

tuba

3.      Kehamilan Servikal

Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis

servikalis uteri

4.      Kehamilan Heterotopik  kombinasi

Kehamilan bersamaan intauterin dan ekstrauterin

5.      Kehamilan Kornu

Gestasi yang berrkembang dalam kornu uteri

6.      Kehamilan Interstisial

Kehamilan pada pars interstisial tuba falopii

7.      Kehamilan Intraligamenter

Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum, estela rupturnya kehamilan

tuba melalui dasar dari tuba falopi

8.      Kehamilan Ismik

Gestasi pada pars ismikus tuba falopii

9.      Kehamilan Ovarial

Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada

permukaan ovarium

10.  Kehamilan tuba

kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba falopii

5. GEJALA KLINIS

Gambaran klinik kehamilan ektopik bervariasi dari bentuk abortus tuba atau terjadi rupture

tuba. Mungkin dijumpai rasa nyeri dan gejala hamil muda. Pada pemeriksaan dalam terdapat

pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan tua kehamilan dan belum dapat diraba kehamilan

pada tuba, karena tuba dalam keadaan lembek. Bila terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya

tergantung pada tua kehamilan tuba, lamanya ke dalam rongga abdomen, jumlah darah yang

terdapat dalam rongga abdomen, dan keadaan umum ibu sebelum kehamilan terjadi. Dengan

demikian trias gejala klinik hamil ektopik terganggu sebagai berikut :

1.      Amenorea

    Lamanya amenorea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan

     Dengan amenorea dapat dijumpai tanda-tanda kehamilan muda, yaitu morning sickness,

mual-mual, terjadi perasaan ngidam.

2.      Terjadi nyeri abdomen

    Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah

     Rasa nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen tergantung dari perdarah di dalamnya

     Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat terjadi nyeri di daerah

bahu

    Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan di daerah kavum Douglas akan

terjadi rasa nyeri di bagian bawah dan saat buang air besar

3.      Perdarahan

     Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba terdapat perdarahan ke dalam kavum

abdomen dalam jumlah yang bervariasi

      Darah yang tertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi gangguan

dalam sirkulasi umum yang menyebabkan nadi meningkat, tekanan darah menurun

sampai jatuh dalam keadaan syok

      Hilangnya darah dari peredaran darah umum yang mengakibatkan penderita  tampak

anemis, daerah ujung ekstremitas dingin, berkeringat dingin, kesadaran menurun, dan

pada abdomen terdapat timbunan darah

     Setelah kehamilannya mati, desidua dalam kavum uteri dikeluarkan dalam bentuk

desidua spuria, seluruhnya dikeluarkan bersama dan dalam bentuk perdarahan hitam

seperti menstruasi.

Selain gejala klinis diatas, terdapat tanda-tanda untuk mengetahui kehamilan ektopik yaitu :

1.      Abdomen tegang : rasa tegang abdomen yang generalized atau localized

2.      Nyeri goyang serviks

3.      Ketegangan pada adneksa terdapat pada 75% kehamilan ektopik

4.      Massa adneksa. Masa unilateral pada adneksa dapat diraba pada sampai setengah kasus

kehamilan ektopik

5.      Kadang-kadang ditemukan masa pada kavum Douglas atau hematokele

6.      Perubahan pada uterus : terdapat perubahan seperti kehamilan normal

6. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik pada klien dengan kehamilan ektopik aalah sebagai berikut :

1.     Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada umumnya ibu

menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut

bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal, uterus

membesar dan lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan kehamilan.

Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada

pemeriksaan bimanual.

2.     Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan banyak yang tiba-

tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat

diagnosisnya

3.     Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. pada rupture tuba

nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitas yang kuat disertai dengan

perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk ke dalam syok.

4.     Perdarahan pervaginam merupakan salah satu tanda penting yang kedua pada kehamilan

ektopik terganggu (KET). Hal ini menunjukkan kematian janin.

5.     Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya

amenore bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam

rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian

bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.

Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan

serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit

membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar

ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya

hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan

denga infeksi pelvik.

Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah merah

berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada

tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya

ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat

setelah 24 jam.

Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukositosis

meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat 

diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk

pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes

negative tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena

kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human

chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative.

Kuldosentris : adalah suatu cara  pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavum Douglas

ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan

ektopik terganggu. Tekniknya :

1.     Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi

2.     Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic

3.     Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam servik ; dengan

traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak

4.     Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml

dilakukan penghisapan

5.     Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan

perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan :

6.     Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku; darah ini

berasal dari arteri atau vena yang tertususk

7.     Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan

kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.

Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti ialah

apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut

jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik. Walaupun

demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan

intrauterine pada kasus uternus bikornis.

Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan

ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain meragukan. Melalui

prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis

dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya

darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal

ini menjadi indikasi untuk melakukan laparotomi.

8. PENATALAKSANAAN

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam tindakan

demikian, beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:

1.      Kondisi ibu pada saat itu

2.      Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya

3.      Lokasi kehamilan ektopik

4.      Kondisi anatomis organ pelvis

5.      Kemampuan teknik bedak mikro dokter

6.      Kemampuan teknologi fertilitasi in vitro setempat

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada

kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila kondisi ibu

memburuk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi . pada

kasus kehamilan ektopik di pars sampularis tuba yang belum pecah biasanya ditangani

dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan.

B.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN

a)     Sirkulasi: penurunan perfusi ke jaringan

b)    Cairan: perdarahan

c)     Nyeri: nyeri pada panggul dan perut

d)    Genetalia: nyeri pada servik

e)     Penyuluhan/pembelajaran: riwayat penggunaan alat kontrasepsi (IUD), tanda-tanda

kehamilan

2. DIAGNOSA

Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut :

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih banyak pada uterus

b. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi , perdarahan

c. Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii, perdarahan intraperitonial

d. Kelemahan berhubungan dengan banyaknya darah yang keluar saat perdarahan

e. Berduka berhubungan dengan kematian janin

f. Ansietas berhubungan dengan proses akan dilakukannya pembedahan

g. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal

sumber-sumber informasih.    

h.   Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat laparotomi

i. Risiko infeksi berhubungan dengan luka operasi dan pemasangan alat-alat perawatan

3.      INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan dan kriteria

hasil

Intervensi Rasional

1 Perubahan perfusi

jaringan berhubungan

dengan perdarahan

yang lebih banyak

pada uterus

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama…..x jam

diharapkan pasien

mampu

mendemonstrasikan

perfusi yang adekuat

-    Awasi tanda vital,

kaji pengisisn kapiler,

warna kulit atau

membran mukosa dan

dasar kuku

-  Memberikan

informasi

tentang

derajat/keadek

uatan perfusi

jaringan dan

membantu

secara individual

dengan KH:

-    Kulit hangat dan

kering

-    Ada nadi perifer /

kuat

-    Tanda vital dalam

batas normal

-   Pasien

sadar/berorientasi

-   Keseimbangan

pemasukan/pengeluaran

-    Tak ada edema

-    Kaji respon verbal

melambat, mudah

terangsang, agitasi,

gangguan memori,

bingung

-    Catan keluhan rasa

dingin. Pertahankan

suhu lingkungan dan

tubuh hangat sesuai

indikasi

Kolaborasi :

-    Berikan SDM yang

lengkap/packed,

produk darah sesuai

indikasi. Awasi ketat

untuk komplikasi

tranfusi

-    Berikan oksigen

tambahan sesuai

indikasi

menentukan

kebutuhan

intervensi

-  Dapat

mengindikasik

an gangguan

funsi serebral

karena

hipoksia atau

defisiensi

vitamin B12

-  Fase

konstriksi

(organ vital)

menurunkan

sirkulasi

perifer.

Kenyamanan

pasien atau

kebutuhan rasa

hangat harus

seimbang

dengan

kebutuhan

untuk

menghindari

panas

berlebihan

pencetus

fasodilatasi

(penurunan

perfusi organ)

-  

Meningkatkan

jumlah sel

pembawa

oksigen ;

memperbaiki

defisiensi

untuk

menurunkan

risiko

perdarahan.

-  

Memaksimalka

n transfer

oksigen ke

jaringan.

2 Defisit volume cairan

yang berhubungan

dengan rupture pada

lokasi implantasi

sebagai efek dari

tindakan pembedahan

Setelah diberikan askep

selama …x jam

diharapkan pasien

menunjukkan volume

cairan yang adekuat

dengan criteria hasil :

-    Tanda vital stabil

-    Nadi teraba

-    Haluaran urine, berat

jenis dan pH dalam

batas normal

-      Awasi tekanan darah

dan frekuensi jantun

-     Evaluasi turgor kulit,

pengisian kapiler dan

kondisi umum

membran mukosa

-     Catat respon

fisiologis individual

pasien terhadap

perdarahan misalnya :

perubahan mental,

kelemahan, gelisa,

ansietas, pucat,

berkeringat, tacipnea,

peningkatan suhu.

-     Pertahankan

pencatatan akurat sub

total cairan / darah

selama terapi

penggantian

Kolaborasi :

-      Berikan cairan Iv

sesuai indikasi

-      Memberikan SDM,

trombosit, dan factor

pembekuan

- Perubahan

dapat

menunjukkan

efek

hipovolemik

(perdarahan/de

hidrasi)

- Indicator

langsung status

cairan/hidrasi

-

Simtomatologi

dapat berguna

dalam

mengukur

berat/ lamanya

episode

perdarahan.

Memburuknya

gejala dapat

menujukkan

berlanjutnya

perdarahan

atau tidak

adekuatnya

penggantian

cairan.

-  Potensial

kelebihan

tranfusi cairan

khususnya bila

volume

tambahan

diberikan

sebelum

tranfusi darah.

Mempertahank

an

keseimbangan

cairan/elektroli

t pada tak

adanya

pemasukan

melalui oral;

menurunkan

risiko

komplikasi

ginjal.

Memperbaiki/

menormalkan

jumlah SDM

dan kapasitas

pembawa

oksigen untuk

memperbaiki

anemi, berguna

untuk

mencegah/

mengobati

perdarahan

3 Nyeri yang

berhubungan dengan

rupture tuba fallopii,

Setelah dibserika askep

selama….x jam pasien

dapat

-   Tentukan sifat,

lokasi, dan dirasi nyeri.

Kaji kontraksi uterus,

-   Membantu

dalam

mendiagnosis

perdarahan

intraperitonial

mendemonstrasikan

teknik relaksasi, tanda-

tanda vital dalam batas

normal, tidak meringis

perdarahan, atau nyeri

tekan abdomen

-    Kaji stress psikologi

ibu atau pasangan dan

respon emosional

terhadap kejadian.

-    Berikan lingkungan

yang tenang dan

aktifitas untuk

menurunkan rasa nyeri.

Instruksikan klien

untuk menggunakan

metode relaksasi

misalnya nafas dalam,

visualisasi distraksi dan

jelaskan prosedur.

Kolaborasi :

-    Berikan narkotik atau

sedative berikut obat-

obat praoperatif bila

dan

menentukan

tindakan yang

akan

dilakukan.

Ketidaknyama

nan

dihubungkan

dengan aborsi

spontan dan

molahidatidosa

karena

kontraksi

uterus yang

mungkin

diperberat oleh

infuse

oksitosin.

Ruptur

kehamilan

ektopik

mengakibatkan

nyeri hebat

karena

hemoragi yang

tersembunyi

saat tuba

fallopii rupture

ke dalam

abdomen.

-   Ansietas

sebagai respon

terhadap

situasi darurat

dapat

memperberat

ketidaknyaman

an karena

sindrom

prosedur pembedahan

diindikasikan

-   Siapkan untuk

prosedur bedah bila

terdapat indikasi

ketegangan,

ketakutan dan

nyeri.

-  Dapat

membantu

dalam

menurunkan

tigkat nyeri

dan karenanya

mereduksi

ketidaknyaman

an

-   

Meningkatkan

kenyamanan,

menurunkan

risiko

komplikasi

pembedahan.

-   Tindakan

terhadap

penyimpangan

dasar akan

menghilangkan

nyeri

4 Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

kelemahan dan

banyaknya darah

yang keluar saat

perdarahan

Setelah diberikan askep

selama ….x jam

diharapkan pasien

mampu melaporkan

peningkatan toleransi

aktivitas dan

menunjukkan

penurunan tanda

-   Kaji kemampuan

pasien untuk

melakukan tugas, catat

laporan kelelahan,

keletihan, dan kesulitan

dalam menyelesaikan

tugas

-    Awasi tekanan darah,

-  

Mempengaruhi

pemilihan

intervensi/

bantuan

-  Manifestasi

kardio

pulmonal dari

fisisologis intoleransi

dengan KH:

-  Tanda vital masih

dalam rentang normal

pernapasan dan nadi

selama dan sesudah

aktivitas. Catat respon

terhadap aktivitas

(misal peningkatan

denyut jantung atau

tekanan darah,

disritmia, pusing,

dipsnea, takipnea, dan

sebagainya)

-   Berikan lingkungan

tenang, pertahankan

tirah baring bila

diindikasikan. Pantau

dan batasi pengunjung,

telepon, dan gangguan

berulang tindakan yang

tak direncanankan.

-   Ubah posisi pasien

dengan perlahan dan

pantau terhadap pusing

-   Rencanakan

kemajuan aktivitas

dengan pasien

termasuk aktivitas yang

pasien pandang perlu.

Tingkatkan tingkat

aktivitas sesuai

toleransi

-   Gunakan teknik

penghematan energy

misal mandi dengan

duduk, duduk untuk

melakukan tugas-tugas.

upaya jantung

dan paru untuk

membawa

jumlah oksigen

adekuat ke

jaringan.

-  

Meningkatkan

istirahat untuk

menurunkan

kebutuhan

oksigen tubuh

dan

menurunkan

regangan

jantunga dan

paru.

-  Hipotensi

postural atau

hipoksia

serebral dapat

menyebabkan

pusing,

berdenyut, dan

peningkatan

risiko cedera-  

Meningkatkan

secara bertahap

tingkat

aktivitas

sampai normal

dan

memperbaiki

tonus otot /

stamina tanpa

kelemahan

-  Mendorong

pasien untuk

melakukan

banyak dengan

membatasi

penyimpangan

energy dan

mencegah

kelemahan

5 Berduka berhubungan

dengan kematian

janin

Seteleh diberikan askep

selama …x jam

diharapkan pasien

menunjukkan rasa

pergerakan kea rah

resolusi dari rasa duka

dan harapan untuk

masa depan

-    Berikan lingkungan

yang terbuka dimana

pasien merasa bebas

untuk dapat

mendiskusikan

perasaan dan masalah

secara realistis

-    Identifikasi rasa duka

(seperti penyangkalan,

marah, tawar menawar,

depresi, dan

penerimaan)

-   Identifikasi dan

solusi pemecahan

masalah untuk

keberadaan respon-

respon fisik misalnya :

makan, tidur, tingkat

aktifitas, dan hasrat

seksual

-   Dengarkan dengan

aktif pandangan pasien

dan selalu sedia untuk

membantu jika

diperlukan

Kolaborasi :

-    Rujuk pada sumber-

sember lainnya

-   Kemampuan

komunikasi

terapiutik

seperti aktif

mendengarkan,

diam, selalu

bersedia, dan

pemahaman

dapat

memberikan

pasien

kesempatan

untuk

berbicara

secara bebas

dan

berhadapan

dengan

perasaan/

kerugian actual

-   Kecermatan

akan

memberikan

pilihan

intervensi yang

sesuai pada

waktu individu

menghadapi

rasa duka

dslam berbagai

cara yang

misalnya konseling

psikoterapi sesuai

petunjuk

berbeda

-  Mungkin

dibutuhkan

tambahan

bantuan untuk

berhadapan

dengan aspek-

aspek fisik dari

rasa berduka

-  Proses

berduka tidak

berjalan dalam

cara yang

teratur, tetapi

fluktuasinya

dengan

berbagai aspek

dari berbagai

tingkat yang

muncul pada

suatu

kesempatan

atau pada

kesempatan

yang lain. Jika

prosesnya

bersifat

disfungsional

atau

perpanjangan

intervensi yang

lebih agresif

mungkin

dibutuhkan

untuk

mepermudah

proses

-  Mungkin

dibutuhkan

bantuan

tambahan

untuk

mengatasi rasa

duka membuat

rencana dan

menghadapi

masa depan.

6 Ansietas berhubungan

dengan proses akan

dilakukannya

pembedahan

Seteleh diberikan askep

selama …..x jam

diharapkan cemas

pasien berkurang

dengan KH:

Pasien tampak tenang

Pasien tidak gelisah

Menunjukkan

kemampuan untuk

menghadapi masalah

-   Pertahankan

hubungan yang sering

denngan pasien.

Berbicara dan

berhubungan dengan

pasien

-   Berikan informasi

akurat dan konsisten

mengenai

prognosis.hindari

argumentasi mengenai

persepsi pasien

terhadap situasi

tersebut

-   Wapada terhadap

tanda-tanda

penolakan/depresi,mis:

menarik diri, marah,

ucap-ucapan yang tidak

tepat. Tentukan

timbulnya ide bunuh

diri dan kaji

potensialnya pada skala

1-10

-   Berikan lingkungan

terbuka dimana pasien

akan merasa aman

untuk mendiskusikan

perasaan atau menahan

-  Menjamin

bahwa pasien

tidak akan

sendiri atau

ditelantarkan:

menunjukkan

rasa

menghargai,

dan menerima

orang tersebut,

membantu

meningkatkan

rasa percaya.

-  Dapat

mengurangi

ansietas dan

ketidakmampu

an pasien

untuk

membuat

keputusan/pilh

an berdasarkan

realita

-  Pasien

mungkin akan

menggunakan

mekanisme

bertahan

dengan

penolakan dan

terus berharap

diri untuk berbicara

-   Izinkan pasien untuk

merefleksikan rasa

marah,takut, putus asa

tanpa konfrontasi.

Berikan informasi

bahwa perasaannya

adalah normal dan

perlu diekspresikan

bahwa

diagnosanya

tidak

akurat.rasa

bersalah dan

tekanan

spiritual

mungkin akan

menyebabkanp

asien menarik

diri dan

percaya bahwa

bunuh diri

adalah suatu

alternatif

-  Membantu

pasien untuk

merasa

diterima pada

kondisi

sekarang tanpa

persaan

dihakimi dan

meningkatkan

persaan harg

diri dan

kontrol

-   Penerimaan

perasaan akan

membuat

pasien dapat

menerima

situasi

7 Kurangnya

pengetahuan yang

berhubungan dengan

kurang pemahaman

atau tidak mengenal

Seteleh diberikan askep

selama …..x jam pasien

berpartisipasi dalam

proses belajar,

mengungkapkan dalam

-   Menjelaskan tindakan

dan rasional yang

ditentukan untuk

kondisi hemoragi

-   Berikan kesempatan

-    Memberikan

informasi,

menjelaskan

kejelasan

konsep

sumber-sumber

informasi.

istilah sederhana

mengenai patofisiologi

dan implikasi klinis.

bagi ibu untuk

mengajukan pertanyaan

dan mengungkapkan

kesalahan konsep.

-   Diskusikan

kemungkinan

komplikasi jangka

pendek pada ibu/janin

dari keadaan

perdarahan

-   Tinjau ulang

komplikasi jangka

panjang terhadap

situasi yang

memerlukan evaluasi

dan tindakan tambahan

pemikiran ibu

mengenai

prosedur yang

akan dilakukan

dan

menurunkan

stress yang

berhubungan

dengan

prosedur yang

diberikan

-    Memberikan

klarifikasi dari

konsep yang

salah,

identifikasi

masalah-

masalah dan

kesempatan

untuk memulai

mengembangk

an ketrampilan

penyesuaian

atau koping

-    Memberikan

informasi

tentang

kemungkinan

komplikasi dan

meningkatkan

harapan

realitas dan

kerjasama

dengan aturan

tindakan.

-    Ibu dengan

kehamilan

ektopik dapat

memahami

kesulitan

mempertahank

an setelah

pengankatan

tuba atau

ovarium yang

sakit.

8 Nyeri akut

berhubungan dengan

diskontinuitasjaringan

kulit sekunder akibat

laparotomi

Setelah dibserika askep

selama….x jam pasien

dapat

mendemonstrasikan

teknik relaksasi, tanda-

tanda vital dalam batas

normal, tidak meringis

-Tentukan karakteristik

dan lokasi nyeri,

perhatikan isyarat

verbal dan nonverbal

- Panatu tekanan darah,

nadi dan pernafasan

- Kaji stres psikologis

ibu dan respon

emosional terhadap

kejadian

- Terapkan teknik

distraksi

-Ajarkan teknik

relaksasi(napas dalam)

dan sarankan ntuk

mengulangi bila

merasa nyeri

- Beri dan biarkan

pasien posisi yang

paling nyaman

Kolaborasi:

- pemberian analgetik

-         

Menentukan

tindak lanjut

intervensi

-      Nyeri dapat

menyebabkan

gelisah serta

tekanan darah

meningkat,

nadi,

pernafasan

meningkat

-       Ansietas

sebagai respon

terhadap

situasi dapat

memperberat

ketidaknyaman

an karena

sindrom

ketegangan

dan nyeri

-         

Mengalihkan

perhatian dari

rasa nyeri

-       Relaksasi

mengurangi

ketegangan

otot-otot

sehingga

mengurangi

penekanan dan

nyeri

-         

Mengurangi

ketegangan

area nyeri

-     Analgetik

akan mencapai

pusat rasa

nyeri dan

menimbulkan

penghilangan

nyeri

9 Risiko infeksi

berhubungan dengan

luka operasi dan

pemasangan alat-alat

perawatan

Setelah dibserikan askep

selama….x jam,

diharapkan infeksi tidak

terjai dengan KH:

-          Dolor (-)

-          Rubor (-)

-          Tumor (-)

-          Kalor (-)

-          Fungsiolaesa (-)

- Kaji adanya tanda-

tanda infeksi

-Ukur tanda-tanda vital

-Observasi tanda-tanda

infeksi

-Lakukan perawatan

luka dengan

menggunakan teknik

septik dan aseptik

-Observasi luka insisi

Kolaborasi:

-Berikan antibiotik

sesuai indikasi

-         

Menentukan

tindak lanjut

intervensi

-       Untuk

mendeteksi

secara dini

gejala awal

terjadinya

infeksi

-        Deteksi

dini terhadap

infeksi akan

mempermudah

dalam

penanganan

-         

Menurunkan

terjadinya

resiko infeksi

dan

penyebaran

bakteri.

-         

Memberikan

deteksi dini

terhadap

infeksi dan

perkembangan

luka

-       Mencegah

terjadinya

infeksi

4.      EVALUASI

a. Dx 1 : Kulit hangat dan kering

Ada nadi perifer / kuat

Tanda vital dalam batas normal (nadi : 60-100x/mnt, suhu : 36-37 0 C, TD: 110-130/ 70-

90 mmHg)

Pasien sadar/berorientasi

Keseimbangan pemasukan/pengeluaran

Tak ada edema

b. Dx 2 : Tanda vital stabil ( nadi : 60-100x/mnt, suhu : 36-37 0 C, TD: 110-130/ 70-90

mmHg)

Nadi teraba

Haluaran urine, berat jenis dan pH dalam batas normal

c. Dx 3 : Dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas normal,

tidak meringis

d. Dx 4 : Tanda vital masih dalam rentang normal (nadi : 60-100x/mnt, suhu : 36-37 0 C,

TD: 110-130/ 70-90 mmHg)

e. Dx 5 : Menunjukkan rasa pergerakan kea rah resolusi dari rasa duka dan harapan untuk

masa depan

f. Dx 6 : Cemas pasien berkurang dengan tanda:

Pasien tampak tenang

Pasien tidak gelisah

Menunjukkan kemampuan untuk menghadapi masalah

g. Dx 7:  Pasien berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah

sederhana mengenai patofisiologi dan implikasi klinis

h. Dx 8: Dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas normal,

tidak meringis

i. Dx 9: infeksi tidak terjadi dengan :

-          Dolor (-)

-          Rubor (-)

-          Tumor (-)

-          Kalor (-)

-          Fungsiolaesa (-)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehamilan ektopik terganggu(KET) adalah sebuah keadaan gawat darurat yang terjadi

dimana dapat mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan perkembangan kehidupan

janin.Kehamilan di luar kandungan juga merupakan salah satu penyebab utama kematian

sang ibu dan umumnya terjadi pada trimester 1.

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya

tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai aterm.

Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum uterus.

Implantasi dapat terjadi di tuba fallopii, ovarium, serviks dan abdomen. Namun kejadian

kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba fallopii (Muria, 2002).Sebagian besar

kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada ovarium,

rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan di ventrikel

pada uterus

B. Saran

Penulis menyarankan kepada para pembaca untuk mengkaji dan mempelajari makalah ini

secara mendalam dan membaca sumber lain agar menemukan materi yang di bahas lebih otentik

dan lebih mudah di pahami.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bgus Gde.1998.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga

BerencanaUntuk Pendidikan Bidan.Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Doengoes, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang

dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut.Keadaan gawat ini dapat

menyebabkan menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu.Kehamilan ektopik terganggu

merupakan peristiwa yang sering di hadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang

sangat beragam.Hal yang perlu di ingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi

dengan gangguan atau keterlambatan haid yang di sertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat

mengalami kehamilan ektopik terganggu.

Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah

menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa

meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan sebagai

kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat

seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang

terjadi pada cornu uteri.Jika di biarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai

komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian.

Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih

banyak dipakai.Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah tuba,

khususnya di ampulla dan isthmus.Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh

terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi

seberangnya.

B. Rumusan Masalah

Apa Defenisi dari Kehamilan Ektopik (KET)?Apa Penyebab dari Kehamilan Ektopik (KET)?Bagaimana Patofisiologi dari KET?Apa Manifestasi Klinis dari KET tersebut?Bagaimana Pemeriksaan Penunjang KET?Bagaimana Penatalaksanaan dari KET tersebut?Bagaimana Asuhan Keperawatan dari KET ?

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui defenisi dari Kehamilan Ektopik (KET)Untuk mengetahui Penyebab dari KET Untuk mengetahui Patofisiologi dari KETUntuk mengetahui Manifestasi Klinis dari KET tersebut?Untuk mengetahui Bagaimana Pemeriksaan Penunjang KET?Untuk mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan dari KET tersebut?Untuk mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan dari KET ?

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah kita diberikan nikmat kesehatan hingga sampai

sekarang ini. Dan tak lupa pula shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita

Nabi besar Muhammad SAW. Serta para sahabat-sahabat-Nya, pengikut-pegikutnya hingga

akhir zaman. Dimana yang telah mengajarkan iman dan islam kepada kita, sehingga kita

dapat menikmati indahnya keimanan dan Islam.

Dengan penuh rasa syukur kami ucapkan karena dapat menyelesaikan tugas Keperawatan

Maternitas ini, yang diberikan oleh dosen kepada kami sebagai tugas dalam mengikuti

proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Maternitas,dalam penulisan dan penyusuan

kata-kata pada tugas ini masih banyak kesalahan penulisan, untuk itu kami selaku penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pambaca demi

kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Akhir kata semoga Makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................................B. Rumusan Masalah......................................................................................................................C. Tujuan Masalah..........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit..............................................................................................................1. Defenisi Kehamilan Ektopik(KET).....................................................................................2. Etiologi Kehamilan Ektopik(KET)3. Patofisiologi Kehamilan Ektopik(KET)..............................................................................4. Manifestasi Kehamilan Ektopik(KET)................................................................................5. Pemeriksaan Penunjang KET..............................................................................................6. Penatalaksanaan KET..........................................................................................................

B. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................................................1. Pengkajian............................................................................................................................2. Diagnosa..............................................................................................................................3. Intervensi.............................................................................................................................4. Implementasi........................................................................................................................5. Evaluasi................................................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................................B. Saran..........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Makalah” Kep.Maternitas”

ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN KEHAMILAN EKTOPIK (KET)

OLEH

Kelompok 6 :

1. ROSNINA2. YUSPRIANTO3. SABRIANI SABA4. ASLIA5. MUHAMMAD SALEH6. ZAINUL BADRI7. ASNAWIN8. HALIMUDIN

AKPER PEMKAB MUNA2014