makalah ket

48
TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS II Kehamilan Ektopik Terganggu Disusun oleh: KELOMPOK 1 Aminatus Sa`diyah (109104000003) Ayu Muthmainnah (108104000027) Cicy Chintyawati (109104000001) Etika Rahmawati (109104000052) Ica Sholihatunnisa (108104000042) Mar`atus Sholihah (108104000020) Roselina (108104000043) Sri Wahyuningsih (109104000002) Walidatul Laili Mardliyah (109104000051) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Upload: endah-sarwendah

Post on 29-Dec-2015

164 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah KET

TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS II

Kehamilan Ektopik Terganggu

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

Aminatus Sa`diyah (109104000003)

Ayu Muthmainnah (108104000027)

Cicy Chintyawati (109104000001)

Etika Rahmawati (109104000052)

Ica Sholihatunnisa (108104000042)

Mar`atus Sholihah (108104000020)

Roselina (108104000043)

Sri Wahyuningsih (109104000002)

Walidatul Laili Mardliyah (109104000051)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2012

Page 2: Makalah KET

ANATOMI FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA

"GENITALIA INTERNA"

Organ Reproduksi Wanita

Alat reproduksi wanita terdiri dari alat/ organ eksternal dan internal, sebagian besar

terletak dalam rongga panggul. Eksternal (sampai vagina): fungsi ovulasi, internal: fungsi

ovulasi, fertilisasi ovum transportasi blastosit, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.

Fungsi sistem reproduksi wanita dipengaruhi/ dikendalikan oleh hormon-hormon

gonadotropin atau steroid dari poros hormonal thalamus-hipothalamus-hipopisis-adrenal-

ovarium.  Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ ekstragenital yang juga dipengaruhi

oleh siklus reproduksi (payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya).

GENITALIA INTERNA

A. Definisi

    Genitalia interna adalah organ reproduksi wanita yang terletak di dalam rongga pelvis.

B. Bagian-bagian Genitalia Interna

1. Uterus

a. Merupakan jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis diantara kandung kemih

dan rectum

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 2

Page 3: Makalah KET

b. Dinding depan, belakang dan atas tertutup peritoneum, sedangkan bagian

bawahnya berhubungan dengan kandung kemih

c. Bagian uterus seperti bola lampu atau buah pir yang pipih

d. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas

e. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm

Uterus (Genitalia Interna)

         Uterus terdiri dari 2 bagian :

          1. Serviks Uteri

             a. Bagian bawah istmus uteri

             b. Berdasarkan perlekatan dengan vagina, terbagi menjadi 2 :

                 1. Portio

                 2. Supravaginal

          2. Korpus Uteri

              Korpus uteri terdiri dari beberapa bagian:

a. Istmus uteri: tempat dimana kanalis endoserviks membuka ke kavum uteri.

b. Kornu : tempat bermuara kedua tuba falopii yaitu dibagian superior dan lateral

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 3

Page 4: Makalah KET

c. Fundus : bagian atas uterus yang berbentuk konveks diantara kedua kornu

  

   2. Tuba Falopii/ Salping

        Merupakan organ tubulo muskuler, dengan panjang sekitar 12 cm adan

diameternya antara 3 sampai 8 mm.

Tuba Falopii

        Tuba fallopi terbagi menjadi 4 bagian :

a. Pars Interstitialis, terletak diantara otot rahim, mulai dari ostium internum tubae

b. Pars Istmika tubae, bagian tuba yang berada diluar uterus dan merupakan

bagian yang paling sempit

c. Pars ampularis tubae, bagian yang paling luas dan membentuk huruf "S"

d. Pars infudibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki umbai yang

disebut fimbriae tubae

   3. Ovarium

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 4

Page 5: Makalah KET

Ovarium terdapat 2 buah yaitu kiri dan kanan. Ovarium terdiri dari 2 bagian :

1. Kortaks Ovarii

a. Mengandung folikel primodial

b. Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graaf

c. Terdapat korpus luteum dan albican

2. Modula ovarii

        a. Terdapat pembuluh darah limfe

        b. Terdapat serat syaraf

C. Fungsi Masing-masing Bagian Dari Genitalia Interna

    1. Uterus

a. Siklus mentruasi

b. Kehamilan

c. Persalinan

      

   2. Tuba Falopii

a. Menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi

b. Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi

c. Tempat terjadinya konseps

d. Tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk

blastula, yang siap mengadakan implantasi

    3. Ovarium

a. Perkembangan dan pelepasan ovum

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 5

Page 6: Makalah KET

b. Sintesa dan sekresi hormon steroid

Kehamilan Ektopik Terganggu

A. Definisi

Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar

endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik

karena kehamilan pada pars interstisial tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam

uterus, tetapi jelas bersifat ektopik (Sarwono Prawirihardjo:2002).

Kejamilan ektopik ialah kehamilan ditempat yang luar biasa. Kehamilan ektopik dapat terjadi

diluar rahim, misalnya dalam tuba, ovrium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi

didalam rahim ditempat yang luar biasa, misalnya dalam cervix, pars interstisialis tubae atau

dalam tanduk rudimenter rahim (Sulaeman Sastrawinata, Djamhoer Martadisoebrata, dan

Firman F. Wirakusumah:2004)

Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada

ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter, dan divertikel

pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars

interstinalis tuba, kehamilan pars ismika tuba, kehamilan pars ampullaris tuba, dan

kehamilan infundibulum tuba.

Kehamilan diluar tuba ialah kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan

servikal, dan kehamilan abdominal yang bisa primer atau sekunder.

Kehamilan intrauterin dapat ditemukan bersamaan dengan kehamilan ekstrauterin. Dalam hal

ini dibedakan dalam dua jenis, yaitu combined ectopic pregnancy dimana kehamilan

intrauterin terdapat pada waktu yang sama dengan kehamilan ekstrauterin dan compound

ectopic pregnancy yang merupakan kehamilan intrauterin pada wanita dengan kehamilan

ekstrauterin lebih dahulu dengan janin sudah mati menjadi litopedion.

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 6

Page 7: Makalah KET

B. Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tapi sebagian besar penyebabnya tidak

diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur dibagian ampulla tuba, dan

dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih ada di

tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah.

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor dalam lumen tuba:

a) endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba

menyempit atau membentuk kantung buntu

b) pada hiplopasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk dalam hal ini sering

disertai gangguan fungsi silia endosalping

c) operasi plastik tuba dan sterilsasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba

menyempit

2. Faktor pada dinding tuba

a) endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba

b) divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang

dibuahi tuba ditempat itu.

3. Faktor diluar dinding tuba

a) perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat mengahambat perjalanan

telur

b) tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.

4. Faktor lain:

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 7

Page 8: Makalah KET

a) migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya,

sehingga dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus ;

pertumbuahan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur

b) fertilisasi in vitro, yaitu fertilisasi yang terjadi oleh obat-obatan pemacu ovulasi

c) Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun

d) Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

e) Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, meningkatnya risiko ini kemungkinan

karena salpingitis yang terjadi sebelumnya

f) Merokok

g) Penggunaan dietilstilbestrol (DES)

h) Uterus berbentuk huruf T

i) Riwayat operasi abdomen

j) Kegagalan penggunaan kontrasepsi yang mengandung progestin saja

k) Ruptur appendix

l) Mioma uteri

m) Hidrosalping

C. Jenis Kehamilan Ektopik

1. Kehamilan Tuba

Kejadian kehailan tuba ialah 1 diantara 150 persalinan (Amerika). Sebab-sebab kehamilan

tuba ialah:

A. Hal-hal yang mempersulit perjalanan telur kedalam cavum uteri:

salpingitis chronica

kelainan kongenital tuba

tumor-tumor yang menekan pada tuba

perlekatan tuba dengan alat-alat sekitarnya

migratio externa: perjalanan telur panjang dan lama, hingga sudah terbentuk trofoblast

sebelum ada telur dalam cavum uteri

B. Tuba yang panjang seperti pada hyplopasia uteri

C. Hal-hal yang memudahkan nidasi.

Adanya endometrium yang ektopik di dalam tuba (jarang).

Menurut tempatnya nidasi maka terjadilah:

kehamilan ampuler-dalam ampulla tubae

kehamilan isthmik-dalam isthmus tubae

kehamilan interstisial-dalam pars interstisial tubae

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 8

Page 9: Makalah KET

Kadang-kadang malahan nidasi terjadi pada fimbria. Dari bentuk diatas secara sekunder dapat

terjadi kehamilan tubo-abdominal, tubo-ovarial atau kehamilan dalam ligamentum latum.

Kehamilan paling sering terjadi didalam ampulla tubae.

Implantasi telur dapat bersifat columner ialah pada puncak lipatan selaput tuba atau

intercolumnar ialah antara lipatan selaput lendir.

Setelah telur menembus epitel, maka pada implantasi intercolumner telur masuk kedalam

lapisan otot tuba karena tidak ada decidua; pada implantasi columner telur terletak dalam

lipatan selaput lendir.

Walaupun kehamilan terjadi diluar rahim, rahim membesar juga karena hipertrofi dari otot-

ototnya yang disebabkan pengaruh hormon-hormon yang dihasilkan trofoblast; begitu pula

endometriumnya berubah menjadi decidua vera.

Setelah janin mati, decidua ini mengalami degenerasi dan dikeluarkan sepotong demi

sepotong, tapi kadang-kadang lahir secara keseluruhan hingga merupakan cetakan dari cavum

uteri.

Pelepasan decidua ini disertai dengan perdarahan dan kejadian ini menerangkan gejala

perdarahan per vaginam pada kehamilan ektopik yang terganggu.

Perkembangan kehamilan tuba: kehamilan tuba biasanya tidak dapat mencapai cukup bulan,

biasanya berakhir pada minggu ke 6-minggu ke 12, yang paling sering antara minggu ke 6-

minggu ke 8.

Berakhirnya kehamilan tuba ada dua cara:

- Abortus tuber

- Ruptura tubae

2. Kehamilan Interstisial

Implantasi telur terjadi dalam pars interstisial tuba. Karena lapisan miometrium disisni lebih

tebal, ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ketiga atau keempat.

Kalau terjadi ruptur, perdarahan hebat karena tempat ini banyak pembuluh darah sehingga

dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan kematian.

3. Kehamilan Abdominal

Menurut kepustakaan, kehamilan abdominal jarang terjadi kira-kira1 diantara 1.500

kehamilan.

Kehamilan abdominal ada 2 macam, yaitu:

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 9

Page 10: Makalah KET

1. Kehamilan abdominal primer-terjadi bila telur dari awal mengadakan implantasi dalam

rongga perut

2. Kehailan abdominal sekunder-berasal dari kehamilan tuba dan setelah ruptur baru

menjadi kehamila abdominal.

Kebanyakan kehamilan abdominal adalah kehamilan abdominal sekunder. Biasanya plasenta

terdapat didaerah tuba, permukaan belakang rahim, dan ligamentum latum.

Walaupun adanya kehamilan abdominal mencapai umur yang cukup bulan, hal ini jarang

terjadi, yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum cukup bulan, prognosis janin kurang baik,

banyak yang mati setelah dilahirkan dan kelainan kongenital lebih tinggi dibanding dengan

kehamilan intrauterin.

Nasib janin yang mati di inraabdominal sebagai berikut:

1. Terjadi penahanan sehingga kantong kehamilan menjadi abses yang dapat pecah

melalui dinding perut atau kedalam usus atau kandung kencing. Dengan nanah keluar

bagian-bagian janin seperti tulang-tulang, potongan-potongan kulit, dan rambut.

2. Terjadi pengapuran (kalsifikasi)-Anak yang mati mengapur, menjadi kersa karena

endapan-eendapan garam kapur hingga berubah menjadi anak batu (lithopedion)

3. Terjadi perlemakan-Janin berubah menjadi zat kuning seperti minyak kental

(adipocere)

Kalau kehamilan sampai cukup bulan, akan timbul his, artinya pasien merasa nyeri dengan

teratur seperti pada persalinan biasa. Akan tetapi, kalau kita periksa dengan teliti, tumor yang

mengandung anak tidak pernah mengeras (Braxton hicks).

Pada pemeriksaan dalam ternyata pembukaan tidak menjadi besar (± 1-2 jari) dan serviks

tidak merata. Kalau kita masukkan jari kedalam kavum uteri, akan teraba uterus yang kosong.

Oleh karena itu, kalau kedaan ini tidak lekas ditolong dengan laparatomi, akan menyebabkan

kematian pada anak.

4. Kehamilan Ovarial

Kehamilan ovaral primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan atas

dasar 4 kriterium dari Spiegelberg, yakni:

1. tuba pada sisi kehamilan harus normal

2. kantong janin harus berlokasi pada ovarium

3. kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamnetum

4. jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong janin.

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 10

Page 11: Makalah KET

Pada kehamilan ovarial biasanya terjadi ruptur pada kehamilan muda dengan akibat

perdarahan dalam perut. Hasil konsepsi dapat pula mengalami kematian sebelumnya,

sehingga tidak terjadi ruptur; ditemukan bejolan dengan berbagai ukuran , yang terdiri atas

jaringan ovarium yang mengandung darah,villi koriales, dan mungkin juga selaput mudigah.

5. Kehamilan Servikal

Kehamilan servikal sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam kanalis servikalis,

maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan muda. Jika kehamilan berlangsung

terus, serviks membesar dengan ostium uteri eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal

jarang melampaui 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh karena perdarahan.

Pengeluaran hasil konsepsi per vaginam dapat menyebabkan banyak perdarahan, sehingga

untuk menghentikan perdarahan diperlukan histerektomia totalis.

Rubin (1911) mengajukan kriteria kehamilan servikal sebagai berikut:

1) kelenjar serviks harus ditemukan diseberang tempat implantasi plasenta;

2) tempat implantasi plasenta harus dibawah arteria uterina atau dibawah peritoneum

viserale uterus;

3) janin/mudigah tidak boleh terdapat didaerah korpus uterus;

4) implantasi plasenta di serviks harus kuat.

Kesulitan dalam penilaian kriteria Rubin ialah bahwa harus dilakukan histerektomi atau

biopsi jaringan yang adekuat. Oleh sebab itu Paalman dan McElin (1959) membuat kriteria

klinik sebagai berikut:

1) ostium uteri internum tertutup

2) ostium uteri eksternum terbuka sebagian

3) seluruh hasil konsepsi terletak dalam endoserviks

4) perdarahan uterus setelah fase amenorea tanpa disertai nyeri

5) serviks lunak, membesar, dapat lebih besar dari fundus uterus, sehingga terbentuk

hour-glass uterus.

6. Combined Ectopic Pregnancy dan Compound Ectopic Pregnancy

Sangat jarang kehamilan ektopik berlangsung bersamaan dengan kehamilan intrauterin.

Keadaan ini disebut combined ectopic pregnancy. Frekuensi combined ectopic pregnancy

berkisar 1 diantara 10.000 sampai 1 diantara 30.000 persalinan. Di Indonesia dilaporakan 5

kasus.

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 11

Page 12: Makalah KET

Pada umumnya diagnosis kehmilan tersebut dibuat pada waktu operasi kehamilan ektopik

yang terganggu. Pada laparatomi ditemukan selain kehamilan ektopik uterus yang membesar

sesuai dengan tuanya kehamilan, dan 2 korpora lutea. Pengamatan lebih lanjut adanya

kehamilan intauterin menjadi lebih jelas.

Sedangkan yang dimaksud dengan compound ectopic pregnancy merupakan kehamilan

intrauterin pada wanita dengan kehamilan ekstrauterin lebih dahulu dengan janin sudah mati

dan menjadi litopedion.

7. Kehamilan Intraligamenter

Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya

kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.

8. Kehamilan Ektopik Lanjut

Istilah kehamilan ektopik lanjut disini dipakai karena pada kedaan ini anatomi sudah kabur,

sehingga biasanya tidak dapat ditentukan apakah kehamilan ini kehamilan abdominal,

kehamilan tubo-ovarial, atau kehamilan ligamenter.

Kehamilan ektopik lanjut pada umumnya terjadi setelah ruptur tuba atau abortus tuba dan

selanjutnya janin dapat tumbuh terus karena mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen

dari plasenta yang dapat meluaskan insersinya pada jaringan sekitarnya, seperti tuba, uterus,

dinding panggul, usus dan sebagainya. Kehamilan ini merupakan komplikasi obstetrik yang

mempunyai morbiditas dan mortalitas janin yang tinggi dan sangat membahayakan ibu.

D. Manifestasi Klinis

A. KEHAMILAN TUBA

1. Nyeri perut : gejala yang paling sering terjadi

2. Amenorrhoe

3. Perdarahan per vaginam : dengan matinya telur deciduas mengalami degenerasi dan

nekrose dan dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan yang banyak harus

mengarahkan pikiran ke abortus biasa

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 12

Page 13: Makalah KET

4. Syok karena hypovolaemia ; tanda syok lebih jelas terlihat bila pasien duduk dan juga

terdapat oliguria

5. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)

6. Nyeri pada palpasi : perut pasien biasanya tegang dan agak kembung

7. Nyeri pada toucher : apabila cerviks digerakkan atau pada perabaan cavum douglasi

(nyeri digoyang)

8. Pembesaran uterus

9. Tumor pada rongga panggul : teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan

darah di tuba dan sekitarnya

10. Gangguan kencing : sering kencing karena perangsangan peritoneum oleh darah di

dalam rongga perut

11. Perubahan darah : kadar HB rendah pada kehamilan tuba yang terganggu, karena

perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut

B. KEHAMILAN ABDOMINAL

1. Mual, muntah, kembung perut, konstipasi atau diare dan nyeri perut

2. Pusing yang hebat pada kehamilan abdominal sekunder

3. Tumor yang mengandung anak tidak pernah mengeras (tidak ada kontraksi Braxton

Hicks)

4. Pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu

5. Bunyi jantung anak lebih jelas terdengar

6. Bagian anak lebih mudah teraba karena hanya terpisah oleh dinding perut

7. Disamping tumor yang mengandung anak ada tumor lain ialah rahim yang membesar

8. Pada pemeriksaan foto rontgent, abdomen atau USG biasanya tampak kerangka anak

yang tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa

9. Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebrata ibu

10. Adanya sufel vascular medial dari spina iliaka. Sufel ini diduga berasal dari arteri

ovarika

E. Komplikasi

F. ABORTUS TUBA

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 13

Page 14: Makalah KET

Oleh karena telur bertambah besar menembus endosalfing (selaput lendir

tuba), masuk ke lumen dan dikeluarkan kea rah infundibulum. Hal ini terutama terjadi

kalau telur berimplantasi di daerah ampula tuba. Disini biasanya telur tertanam

kolumnar karena llipatan-lipatan selaput lendir yang tinggi dan banyak. Abortus tuba

kira-kira terjadi antara minggu ke 6-12. Perdarahan yang timbul dari abortus tuba

keluar dari ujung tuba terkavum Douglas , terjadilah hematokel retrounterin. Ujung

tuba yang tertutup karena perlekatan-perlekatan hingga darah terkumpul di dalam

tuba dan menggembung di tuba disebut hematosalping.

G. RUPTUR TUBA

Telur menembus lapisan otot tuba kea rah kavum peritoneum. Hal ini terutama

kalau implantasi telur dalam istmus tuba. Rupture pada istmus tuba terjadi sebelum

minggu ke -12 karena dinding tuba tipis, tetapi ruptur pada pars interstisialis terjadi

lambat kadang-kadang baru pada bulan ke-4 karena dindingnya tebal. Ruptur bisa

terjadi spontan atau violent, misalnya karena periksa dalam, defekasi, atau koitus.

Biasanya terjadi ke dalam kavum peritoneum, tetapi terkadang ke dalam ligamentum

latum implantasi pada dinding bawah tuba. Pada ruptur tuba seluruh telur dapat

melalui robekan dan masuk ke dalam kavum peritoneum, telur yang keluar dari tuba

itu sudah mati.

Bila hanya janin yang melalui robekan dan plasenta tetap melekat pada

dasarnya, kehamilan dapat berlangsung terus dan berkembang sebagai kehamilan

abdominal. Oleh karena pada awalnya merupakan kehamilan tuba dan baru kemudian

menjadi kehamilan abdominal, kehamilan ini disebut kehamilan abdominal

sekunder. Plasentanya kemudian dapat meluas ke dinding belakang uterus,

ligamentum latum, omentum dan usus. Jika insersi dari telur pada dinding bawah

tuba, ruptur terjadi ke dalam ligamentum latum. Kelanjutan dari kejadian ini ialah

telur mati dan terbentuknya hematom di dalam ligamentum latum atau kehamilan

berlangsung terus di dalam ligamentum latum.

H. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam

menegakkan diagnosisi kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda

perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 14

Page 15: Makalah KET

anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam

(Prawiroharjo S, 2002 ; 330).

b. Pemeriksaan Kuldosentesis (Pengambilan cairan peritoneal dari ekstra vasio rektou

terina (ruang Douglas), melalui tindakan pungsi melalui dinding vagina) adalah suatu

cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kovum Douglas ada darah. Cara ini

amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu.

c. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan

kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini

hanya terdapat pada 15% kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini

masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterin pada

kasus uternus bikornis.penggunaan ultrasonografi pada kehamilan ektopik.

d. Pemeriksaan Genekologi

Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan serviks menyebakan

rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-

kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum

Douglas yang menonjol dan nnyeri raba merunjukkan adanya hematokel retrouterina,

suhu kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaaan dengan infeksi serviks.

e. Laparoskopi atau laparotomi

Laparotomi meupakan tindakan terbaik untuk pasien dengan kedaruratan bedah.

Dewasa ini, laparoskopi dengan salpingostomi linear antimesenterik (lebih disukai

dengan laser) makin digunakan secara luas untuk kehamilan ektopik yang tidak

rupture dan pada situasi bukan kedaruratan

f. Dilatasi dan kerokan

Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk menunjang diagnosis kehamilan ektopik

tidak dianjurkan. Berbagai alasan dapat dikemukakan:

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 15

Page 16: Makalah KET

a) Kemungkinan adanya kehamilan dalam uterus bersama kehamilan ektopik

b) Hanya 12 sampai 19% kerokan pada kehamilan ektopik menunjukkan reaksi

desidua

c) Perubahan endometrium yang berupa reaksi Arias- Stella tidak khas untuk

kehamilan ektopik. Namun jika jaringan yang dikeluarkan bersama dengan

perdarahan terdiri atas desidua tanpa villi koriales, hal itu dapat memperkuat

diagnosis kehamilan ektopik terganggu.

I. Penatalaksanaan Medis untuk Kehamilan Ektopik Terganggu

1. Penatalaksanaan secara umum :

a. Segera di bawa ke rumah sakit

b. Tranfusi darah dan pemberian cairan untuk mengoreksi anemia dan

hipovolemia.

c. Operasi dengan segera dilakukan setelah diagnosis dipastikan

Untuk kehamilan di tuba dilakukan salpingektomi

Untuk kehamilan di kornu dilakukan oovorektomia atau

salpingooforektomia

Kehamilan di kornu dilakukan

Histerektomia bila telah umur > 35 tahun

Fundektomi bila masih muda untuk kemungkinan masih bisa dapat

haid

Insisi bila kerusakan pada kornu kecil dan kornu dapat direparasi

Kehamilan abdominal

Bila mudah, kantong dan plasenta diangkat

Bila besar atau susah (kehamilan abdominal lanjut), anak dilahirkan

dan tali pusat dipotonng dekat plasenta, plasenta ditinggalkan dan

dinding perut ditutup.

2. Dalam menangani kasus kehamilan ektopik, beberpa hal harus diperlihatkan dan

dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita saat itu, keinginan penderita akan fungsi

reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvis, kemampuan

tekhnik bedah dokter operator, dan kemampuan tekhnologi fertilisasi invitro setempat.

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 16

Page 17: Makalah KET

kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya

dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba.

3. Salpingektomi dapat dilakukan dalam beberapa kondisi, yaitu:

a. Kondisi penderita buruk, misalnya dalam kondisi syok

b. Kondisi tuba buruk, terdapat jaringan parut yang tinggi resikonya akan

kehamilan ektopik berulang

c. Penderita menyadari kondisi fertilitasnya dan menginginkan fertilitas invitro,

maka dalam hal ini salpingektomi mengurangi resiko kehamilan ektopik pada

prosedur fertilisasi inviltro.

d. Penderita tidak ingin punya anak lagi.

4. Apabila tindakan konserfatif dipikirkan, maka harus dipertimbangkan :

a. Kondisi tuba yang mengalami kehamilan ektopik, yaitu berapa panjang bagian

yang rusakdan berapa panjang bagian yang masih sehat, berapa luas

mesosalping yang rusak dan berapa luas pembuluh darah tuba yang rusak

b. Kemampuan operator akan tekhnik bedah mikro dan kelengkapan alatnya,

oleh karena pelaksanaan tekhnik pembedahan harus sam seperti pelaksanaan

bedah mikro.

Tekhnik Salpingektomi

1. Setelah peritoneum dibuka dan tuba yang sakit telah diidentifikasi, maka tuba

dipegang dengan ibu jari dan telunjuk, kemudian diangkat ke atas agar pembuluh-

pembuluh darah tuba di daerah mesosalping menjadi jelas.

2. Mesosalping dijepit dengan 2 buah klem kelly mulai dari arah bagian fimbriatuba,

sedekat mungkin dengan tuba, untuk menghindari perusakan pembuluh darah ke

ovarium. (gambar 20-4 A)

3. Mesosalping diantara kedua klem Kelly digunting dan disayat dengan pisau. Klem

pertama di sisi tuba dibiarkan tetap menjepit untuk mencegah pendarahan balik dan

mempermudah mengangkat tuba. Jaringan disisi klem kedua diikat dengan jahitan

cat-gut kromik . (gambar 20-4 B)

4. Prosedur tersebut diulangi menyusuri tuba sampai di daerah tuba memasuki kornu

uterus . (gambar 20-4 C)

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 17

Page 18: Makalah KET

5. Operator mengangkat tuba sedemikian rupa sehingga insersi tuba di daerah kornu

uterus tampak jelas. Dilakukan jahitan matras ke dalam otot uterus di bawah insersi

tuba. Jahitan ini dibiarkan lepas, tidak diikat dulu. (gambar 20-4 D)

6. Tuba dipotong di daerah insersinya dalam sayatan baji. Jahitan matras diikat dan

pendarahan akan berhenti. (gambar 20-4 E)

7. Tunggul-tunggul ikatan pada mesosalping dibenamkan dalam lipatan peritonium

dengan menggunakan jahitan satu persatu atau delujur. (gambar 20-4 F)

8. Ligamentum rotundum didekatkan disekatkan ke kornu dan dijahitkan ke dinding

belakang uterus, sehingga menutupi daerah luka operasi tuba. (gambar 20-4 G)

9. Keuntungan reseksi tuba di daerah kornu ialah mengurangi sisa tuba, sehingga

mencegah kemungkinan kehamilan di daerah itu. Kerugiannya ialah menimbulkan

titik lemah di uterus yang dapat menjadi faktor predisposisi ruptura uteri pada

kehamilan berikutnya.

Tekhnik Eksisi Kehamilan kornu dan salpingoooforektomi

Tekhnik ini hanya dilakukan pada kehamilan kornu dimana pendarahan biasanya sangat

banyak dengan alasan uterus dipertahankan dan kondisi penderita memungkinkan.

1. Dilakukan salpingo-ooforektomi (gambar 20-5 A)

2. Cabang ke atas arteria uterina diikat di dekat kornu (gambar 20-5 B)

3. Kehamilan kornu di eksisi dalam bentuk V, dan miometrium didekatkan dengan

jahitan angka 8. Dalam melakukan eksisi, sebaiknya ligamentum rotundum dipotong.

(gambar 20-5 B)

4. Ligamentum rotundum yang terpotong dijahitkan lagi ke daerah kornu. Mesosalping

dan lapisan serosa dijahit delujur. (gambar 20-5 C)

5. Luka di daerah kornu di tutup dengan lipatan ligamentum rotundum dan ligamentum

latum (gambar 20-5 D)

Tekhnik Konservasi Tuba

1. Salpingostomi

Tekhnik ini dilakukan pada kehamilan di ampula dan di infundibulum

a. Insisi longitudinal dilakukan di permukaan kantung kehamilan ektopik di sisi tuba

yang berlawanan dengan mesosalping. Insisi dapat dilakukan dengan pisau, atau

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 18

Page 19: Makalah KET

lebih baik menggunakan kauter atau laser yang mempunyai efek hemostasis

(gambar 20-6 A)

b. Hasil konsepsi dikeluarkan melalui luka insisi menggunakan klem penjepit

(grasping forceps). Jaringan nekrotik dan sisa jaringan trofoblas tidak perlu

dikeluarkan semuanya, karena akan menyebabkan pendarahan yang bila tidak

teratasi harus dilakukan salpingektomi (gambar 20-6 B). Ada yang menganjurkan

penyuntikan larutan pitresin encer sepanjang sisi operasi untuk mengurangi

pendarahan, namun hal ini dikhawatirkan hanya bersifat sementara dan justru

dapat timbul pendarahan susulan setelah operasi selesai.

c. Luka insisi dapat dijahit atau dibiarkan tetap terbuka. (gambar 20-6 C). Yang

menganjurkan penjahitan memberi alasan bahwa hal ini untuk hemostasis dan

mencegah adhesi pasca bedah . yang membiarkan tetap terbuka memberi alasan,

bahwa hal ini mengurangi iskemia jaringan dan dengan demikian mengurangi

kemungkinan adhesi. Lagi pula pada kehamilan ampula sebenarnya hasil konsepsi

tidak terletak di dalam lumen tuba melainkan di dalam dinding tuba, oleh sebab

itu penjahitan tidak diperlukan untuk menjamin patensi tuba.

2. Khusus pada kehamilan infundibulum, untuk mengeluarkan hasil konsepsi dapat

dilakukan tanpa insisi melainkan dengan tekhnik pengurutan (milking), yaitu tuba di

pegang di daerah proksimal, kemudian di urut ke arah ostium abdominalissampai

hasil konsepsi dikeluarkan. Tekhnik ini pada kehamilan di ampula, menyebabkan

angka kehamilan ektopik berulang meningkat., karena hasil konsepsi terletak di dalam

dinding tuba , bukan di dalam lumen tuba, sehingga pengurutan berakibat pasasi yang

salah dan menimbulkan jaringan parut dan stenosis.

Reanastomosis Tuba

Tekhnik ini dilakukan pada kehamilan ismus. Berbeda dengan kehamilan di ampula dan

di infundibulum , pada kehamilan di ismus proses kehamilan mencapai lumen tuba,

sehingga patensi tuba pasca salpingostomi tuba tidak memuaskan. Selain itu, perdarahn

yang terjadi juga lebuh banyak. Tindakan yang dilakukan ialah salpingektomi parsialis,

kemudian dilakukan Reanastomosis Tuba. Permasalahnnya ialah apakah Reanastomosis

dilakukan pada saat setelah salpingektomi atau ditunda beberapa waktu kemudian. Pada

umumnya Reanastomosis Tuba ditunda untuk beberapa waktu menunggu sampai jaringan

tuba tidak edem lagi dan l;ebih mudah di identifikasi, serta menganjurkan kepada

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 19

Page 20: Makalah KET

penderita untuk menggunakan kontrasepsi sampai Reanastomosis dilakukan, mengingat

kehamilan ektopik dapat terjadi lagi di segmen distal tuba yang tidak diangkat.

Penanganan Kehamilan ektopik terganggu akut

1. Penderita pada umunya dalam keadaan syok akibat pendarahan, oleh karena itu harus

diberi tranfusi darah, tetapi kalao darah tidak tersedia, yang terpenting diberi cairan

infus untuk mengatasi hipovolemia. Operasi harus segera dilakukan dalam kondisi yang

memungkinkan.

2. Setelah otot dinding perut dipisahkan , peritoneum akan tampak kebiruan karena

hemoperitoneum. Setelah peritoneum dibuka, tidak boleh membuang waktu hanya

untuk mengeluarkan dan membersihkan darah. Tangan operator segera dimasukkan ke

dalam pelvis untuk mengidentifikasi uterus.

3. Setelah uterus dipegang, berpedoman pada uterus maka tangan pembedah meraba

adneksa untuk mencari masa kehamilan ektopik yang ruptur. Setelah masa terpegang,

masa tersebut diangkat ke atas, setelah diidentifikasi selanjutnya dilakukan

salpingektomi. Sebaiknya salpingostomi tidak dilakukan, mengingat penderita dalam

keadaan buruk, dan tujuan pembedahan ialah untuk menyelamatkan nyawa penderita

4. Andaikata ada perabaan adneksa tidak teraba masa, maka uterus yang diangkat ke atas

dan selanjutnya dicari tempat kehamilan ektopik yang terganggu

5. Sebelum salpingektomi dilakukan, tuba sisi yang lainharus di periksa terlebih dahulu.

6. Dalam keadaan sulit mencari darah untuk tranfusi,apabila dijumpai banyak darah segar

dalam rongga perut, maka darah ini dapat digunakan untuk tranfusi penderita dengan

menyaringnya terlebih dahulu dengan kain kassa dan dimasukan ke dalam botol yang

telah diberikan larutan sitrat, selanjutnya segera ditranfusikan. Resikonya adalah

dilakukan.

Penanganan kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel

1. Pada kasus ini omentum biasanya melekat dibagian fundus dan di adneksa yang sakit,

yang mudah dibebaskan.

2. Hematosalping biasanya tertanam dalam bekuan darah di dasar panggul di kavum

Douglas, yang mudah dibebaskan dengan jari tanggan

3. Selanjutnya tuba yang sakit dapat diangkat atau dilakukan tindakan bedah konservatif

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 20

Page 21: Makalah KET

4. Setelah hematokel dikeluarkan dan dibersihkan, kadang-kadang masih terdapat

rembesan darah dan kavum Douglas. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan

penekanan menggunakan kain kasa basah yang hangat

Penanganan kehamilan ektopik terganggu dengan hematom intralegamenter

1. Kehamilan ektopik terganggu dapat ruptur ke dalam ruang di antara kedua lembar

ligamentum latum. Pendarahan yang terjadi akan menimbulkan hematoma

intraligamentum yang dapat meluas retroperitoneal ke dalam fosa iliakan dan ke atas

ke arah ginjal dan mesokolon

2. Dilakukan insisi peritoneum ligamentum latum lateral, dan bekuan darah dikeluarkan

dengan jari tangan

3. Dilakukan salpingektomi tuba yang sakit

4. Ureter harus diperhatikan jangan sampai cidera. Identifikasi ureter di daerah

hematoma kadang-kadang sulit , tetapi lebih mudah mengidentifikasi di bagian

kranial kemudian diurut ke kaudal

5. Histerektomi tidak perlu dilakukan , kecuali terdapat pendarahan dari dinding uterus

yang tidak dapat diatasi

6. Apabila hemostasis selesai dilakukan, insisi ligamentum latum ditutup tanpa

memasang drain, kecuali masih terdapat rembesan darah dari pembuluh darah.

J. Asuhan Keperawatan

ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah

DS: Klien mengatakan:

- keluar darah dari jalan lahir, sejak 5 hari

sebelum masuk RS

- Pernah mengalami keputihan sedikit

DO:

- Hasil USGFM ( 16-03-2012):

- pada adneksa kanan terdapat massa dengan

Perdarahan hebat Resiko syok

hipovolemik

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 21

Page 22: Makalah KET

struktur berisi yolk salk diameter 1,7 mm,

ukuran massa 14x9 mm = kehamilan tuba kanan

- terdapat cairan hemopoetin.

DS

- Ibu mengatakan perut terasa sakit sekali dan

khawatir dengan kondisinya, serta

- Berharap kehamilan serta janin yang

dikandungnya dapat dipertahankan “Saya

menginginkan anak saya karena anak yang

pertama sudah besar. Saya tidak mau kalau

operasi justru menyebabkan saya kehilangan

bayi”.

DO

USG 4 hr SMRS dinyatakan KET

- Diinstruksikan: laparotomi cito

- Ibu tampak menangis saat diberi penjelasan

harus dilakukan operasi segera

- RR 20x/mnit.

- Nadi : 104x/mnit

krisis situasi,

ancaman yang

dirasakan dari

kesejahteraan

maternal

Ansietas

DS: Klien mengatakan:

- nyeri hebat perut kanan bawah

- tidak ada mules

- tidak ada riwayat trauma

- tidak ada riwayat koitus

- pernah mengalami keputihan sedikit tidak

berbau dan tidak gatal.

DO:

Klien tampak:

- Kesakitan

- kesadaran kompos mentis

diskontinuitas

jaringan kulit

sekunder akibat

pembesaran buah

kehamilan

extrauterin

Nyeri

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 22

Page 23: Makalah KET

- TD 90/60 mmhg,

- nadi : 104x/mnit,

- suhu 36,9C,

- RR 20x/mnit.

- Abdomen : defans muskuler (+), bising usus

(+), akral hangat,

- VT: portio lunak, nyeri goyang, cavum douglas

menonjol.

- Io : portio livid, orivisium uretra tertutup,

fluksus (+), beta HCG (+).

DS: Klien mengatakan:

- nyeri hebat perut kanan bawah

DO:

- TD 90/60 mmhg,

- nadi : 104x/mnit,

- suhu 36,9C,

- RR 20x/mnit.

- Abdomen : defans muskuler (+), bising usus

(+), akral hangat,

Resiko penurunan

curah jantung

I. ANAMNESIS

Tanggal 20 Maret jam 12.31 WIB

A. Identitas Penderita

Nama : Ny. S

Umur : 22 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Alamat : Jakarta

Tanggal Masuk : 20 maret 2012

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 23

Page 24: Makalah KET

No.CM : 944027

Berat badan : 65 Kg

Tinggi Badan : 158 cm

B. Keluhan Utama

Klien mengeluh keluar darah dari jalan lahir, sejak 5 hari sebelum masuk RS,

terdapat nyeri hebat perut kanan bawah, tidak ada mules, tidak ada riwayat

trauma, tidak ada riwayat koitus, pernah mengalami keputihan sedikit tidak berbau

dan tidak gatal.

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Datang seorang ibu G2P1A0 hamil 8 minggu, dengan KET, hari pertama haid

terakhir tanggal 21-1-2012, taksiran persalinan 28-10-2012, pemeriksaan rutin

dilakukan di bidan sejak 6 minggu kehamilan. Anak pertama lahir di bidan, jenis

kelamin perempuan, BB 3000gram, saat ini usianya 4 tahun.

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Mondok : Disangkal

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

E. Riwayat Obstetri

Sekarang

F. Riwayat Haid

Menarche : 13 tahun

Lama menstruasi : 3-5 hari

Siklus menstruasi : 28-35 hari

Setiap hari ganti 3-4 pembalut

II. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Interna

Keadaan Umum : CM

Tanda Vital :

TD : 90/60 mmHg

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 24

Page 25: Makalah KET

Nadi : 104 x / menit

Respiratory Rate : 20 x/menit

Suhu : 36,9 0C

Abdomen:

defans muskuler (+), bising usus (+), akral hangat, VT: portio lunak, nyeri goyang,

cavum douglas menonjol. Io : portio livid, orivisium uretra tertutup, fluksus (+), beta

HCG (+).

B. Status Obstetri

Pemeriksaan Dalam :

Inspekulo : cavum douglas menonjol

VT : portio lunak, nyeri goyang. Io : portio livid, orivisium uretra tertutup,

fluksus (+), beta HCG (+).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium Darah tanggal 16-03-2012:

Hemoglobin : 10,8 gr/dL

Leukosit : 31,0 x 103/uL

Trombosit : 400 x 103/uL

Golongan Darah : B

GDS : 81 mg/dL

Ureum : 12 mg/dL

Creatinin : 0,6 mg/dL

Na+ : 138 mmol/L

K+ : 3,6 mmol/L

Ion klorida : 110 mmol/L

HbS Ag : negatif

PP Test : positif

PT : 12,3 detik

APTT : 27,6 detik

SGOT : 30 mc/L

SGPT : 29 mc/L

B. Ultrasonografi (USG) tanggal16 maret 2012 :

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 25

Page 26: Makalah KET

uterus retro fleksi, bentuk dan ukuran normal, miometrium homogen,

endometrium regular. Kedua ovarium bentuk dan ukuran normal di adneksa kanan

tampak massa 14x9 mm berasal dari kehamilan tuba kanan. Tampak cairan

hemoperitoneum.

Kesimpulan : kehamilan ektopik terganggu

1. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut b/d diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio caesaria, pembesaran buah

kehamilan extrauterin.

b. Ansietas b/d krisis situasi, ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal

c. Risiko syok hipovolemik b/d perdarahan hebat

d. Risiko infeksi b/d adanya laparastomi

2. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional

1 Resiko penurunan

cardiac output b.d

Ditandai dengan

DS: Klien

mengatakan:

- nyeri hebat perut

kanan bawah

DO:

Tujuan :

penurunan

cardiac output

tidak terjadi

setelah diberi

askep 1x6 jam

Kriteria Hasil :

- TTV

dalam

Kaji frekuensi

nadi, RR, TD,

secara teratur

setiap 4 jam

Catat bunyi

jantung

Kaji perubahan

memonitor adanya

perubahan sirkulasi

jantung sedini

mungkin.

mengetahui adanya

perubahan irama

jantung

pucat menunjukkan

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 26

Page 27: Makalah KET

- TD 90/60 mmhg,

- nadi : 104x/mnit,

- suhu 36,9C,

- RR 20x/mnit.

- Abdomen : defans

muskuler (+),

bising usus (+),

akral hangat,

keadaan

normal

- TD: 90-

120/60-90

mmHg

- RR: 16-20

x/menit

- N:

60-100x/meni

t

- S: 36,5-

37,50C

- Melapor

kan

penurunan

episode

dispneu

- Melapor

kan nyeri

berkurang

warna kulit

terhadap sianosis

dan pucat

Batasi aktifitas

secara adekuat

Berikan kondisi

psikologis

lingkungan yang

tenang

adanya penurunan

perfusi terhadap

tidak adekuatnya

curah jantung.

Sianosis terjadi

sebagai akibat

adanya obstruksi

aliran darah pada

ventrikel.

istirahat memadai

diperlukan untuk

memperbaiki

efisiensi kontraksi

jantung dan

menurunkan

konsumsi O2 dan

kerja berlebihan.

stress emosional

menghasilkan

vasokontriksi yang

meningkatkan TD

dan meningkatkan

kerja jantung

2. Nyeri akut b/d

diskontinuitas

jaringan kulit

sekunder akibat

pembesaran buah

kehamilan extrauterin.

Ditandai dengan:

DS: Klien

Tujuan : nyeri

berkurang atau

teratasi setelah

diberi askep

1x24 jam

KH:

- Melaporkan

nyeri

Tentukan karakteristik

dan lokasi nyeri,

perhatikan isyarat

verbal dan non verbal

setiap 6 jam

Pantau tekanan darah,

nadi dan pernafasan

tiap 6 jam

menentukan tindak

lanjut intervensi

nyeri dapat

menyebabkan gelisah

serta tekanan darah

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 27

Page 28: Makalah KET

mengatakan:

- nyeri hebat perut

kanan bawah

- tidak ada mules

- tidak ada riwayat

trauma

- tidak ada riwayat

koitus

- pernah mengalami

keputihan sedikit

tidak berbau dan

tidak gatal.

DO:

Klien tampak:

- Kesakitan

- kesadaran kompos

mentis

- TD 90/60 mmhg,

- nadi : 104x/mnit,

- suhu 36,9C,

- RR 20x/mnit.

- Abdomen : defans

muskuler (+),

bising usus (+),

akral hangat,

- VT: portio lunak,

nyeri goyang,

cavum douglas

menonjol.

- Io : portio livid,

orivisium uretra

tertutup, fluksus

berkurang

- TTV dalam

keadaan

normal

- TD: 90-

120/60-90

mmHg

- RR: 16-20

x/menit

- N:

60-100x/meni

t

- S: 36,5-

37,50C

Kaji stress psikologis

ibu dan respons

emosional terhadap

kejadian

Terapkan tehnik

distraksi (berbincang-

bincang)

Ajarkan tehnik

relaksasi (nafas dalam)

dan sarankan untuk

mengulangi bila

merasa nyeri

Beri dan biarkan

pasien memilih posisi

yang nyaman.

Kolaborasi dalam

pemberian analgetika.

meningkat, nadi,

pernafasan meningkat

Ansietas sebagai

respon terhadap situasi

dapat memperberat

ketidaknyamanan

karena sindrom

ketegangan dan nyeri.

mengalihkan perhatian

dari rasa nyeri

relaksasi mengurangi

ketegangan otot-otot

sehingga nmengurangi

penekanan dan nyeri.

mengurangi

keteganagan area nyeri

analgetika akan

mencapai pusat rasa

nyeri dan menimbulkan

penghilangan nyeri.

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 28

Page 29: Makalah KET

(+), beta HCG (+).

3. Ansietas b/d krisis

situasi, ancaman yang

dirasakan dari

kesejahteraan

maternal

Ditandai dengan:

DS

- Ibu mengatakan

perut terasa sakit

sekali dan khawatir

dengan kondisinya,

serta

- Berharap

kehamilan serta

janin yang

dikandungnya

dapat

dipertahankan

“Saya

menginginkan anak

saya karena anak

yang pertama

sudah besar. Saya

tidak mau kalau

operasi justru

menyebabkan saya

kehilangan bayi”.

DO

USG 4 hr SMRS

dinyatakan KET

- Diinstruksikan:

laparotomi cito

Tujuan :

ansietas

berkurang,

pasien dapat

menggunakan

sumber/system

pendukung

dengan efektif

setelah diberi

askep 1x24 jam

KH:

Pasien

khawatirnya

berkurang dan

memahami

alasan

mengapa

harus

dioperasi

Pasien

menentukan

keputusan

untuk

dioperasi atau

tidaknya

setelah diberi

penjelasan

Wajah klien

tampak

tenang

Kaji respons psikologi

pada kejadian dan

ketersediaan sitem

pendukung.

Tetap bersama ibu, dan

tetap bicara perlahan,

tunjukan empati.

Beri penguatan aspek

positif pada diri ibu

Anjurkan ibu

pengungkapkan atau

mengekspresikan

perasaan.

Dukung atau arahkan

Makin ibu meraakan

ancaman, makin besar

tingkat ansietas.

Membantu membatasi

transmisi ansietas

interpersonal dan

mendemonstrasakan

perhatian terhadap

ibu/pasangan.

Membantu membawa

ancaman yang

dirasakan/actual ke

dalam perspektif.

Membantu

mengidentifikasikan

perasaan dan

memberikan kesempatan

untuk mengatasi

perasaan ambivalen atau

berduka. Ibu dapat

merasakan ancaman

emosional pada harga

dirinya karena

perasaannya bahwa ia

telah gagal, wanita yang

lemah.

Mendukung mekanisme

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 29

Page 30: Makalah KET

- Ibu tampak

menangis saat

diberi penjelasan

harus dilakukan

operasi segera

- RR 20x/mnit.

- Nadi : 104x/mnit

kembali mekanisme

koping yang

diekspresikan.

Berikan masa privasi

terhadap rangsangan

lingkungan seperti

jumlah orang yang ada

sesuai keinginan ibu.

koping dasar dan

otomatis meningkatkan

kepercayaan diri serta

penerimaan dan

menurunkan ansietas.

Memungkinkan

kesempatan bagi ibu

untuk memperoleh

informasi, menyusun

sumber-sumber, dan

mengatasi cemas dengan

efektif.

4. Risiko infeksi

berhubungan dengan

adanya laparatomi

Tujuanya:

Infeksi tidak

terjadi selama

perawatan

KH :

- bekas

laparatomi

membaik

- TTV klien

dalam

keadaan

normal

- TD: 90-

120/60-90

mmHg

- RR: 16-20

x/menit

- N:

60-100x/meni

t

Perhatikan personal

hygiene klien

Beritahu klien

mengenai faktor-

faktor yang akan

menimbulkan infeksi

Kolaborasi dengan

dokter tentang

pemberian antibiotik

Mencegah resiko

infeksi

Mengetahui hal-hal

yang akan

menyebabkan infeksi

sehingga infeksi dapat

dihindari

Anti biotik dapat

mencegah infeksi

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 30

Page 31: Makalah KET

- S: 36,5-

37,50C

- Tidak ada

tanda-tanda

infeksi

(RKTDF)

5. Risiko syok

hipovolemik b/d

perdarahan hebat

Tujuan:

kekurangan

volume cairan

tidak terjadi

1x4 jam

KH:

- Tidak ada

tanda-tanda

syok

hivovolemik

- TTV klien

normal:

- TD: 90-

120/60-90

mmHg

- RR: 16-20

x/menit

- N:

60-100x/meni

t

- S: 36,5-

37,50C

Monitor/Cek vital sign

setiap

Kaji perdarahan: catat

jumlah dan sifat

kehilangan darah,

lakukan penghitungan

pembalut.

Observasi adanya

tanda-tanda shock

Pasang infus

Kolaborasi Cek

golongan darah

Cek Hb/Ht,

Na,albumin, dan

waktu pembekuan

Kolaborasi dengan tim

medis : transfusi darah

Indikator volume

sirkulasi/perfusi

Perdarahan yang terus-

menerus dapat

menurunkan curah

jantung

Memonitor kondisi

klien dan menentukan

perlunya tindakan

segera.

Menegmbalikan cairan

dan penggantian

elektrolit

Menyiapkan darah

transfusi yang sesuai

Menunjukkan hidrasi

dan mengidentifikasi

retensi natrium/kadar

protein yang dapat

menimbulkan

pembentukan edema

Mengembalikan

sejumlah darah yang

hilang dan mencegah

terjadinya syok

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 31

Page 32: Makalah KET

Kolaborasi tindakan

salpingotomi

Pengangkatan tuba

fallopi yang ruptur dan

menghentikan

perdarahan pada kavum

douglas

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk, (2004), Keperawatan Maternitas, Jakarta: EGC, (Bab I, Hal 29–30)

Hacker and Moor, (2001), Esensial Obstetri Dan Ginekologi,  Jakarta: 

Hipokrates, (Bab I, Hal 3 – 9)

Manuaba,Ida Bagus, (2002), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan  Keluarga

Berencana Untuk pendidikan Bidan,  Jakarta: EGC (Bab II, Hal 80-187)

 Williams, (2005), Obstetri Williams,  Jakarta: EGC, (Bab III, Hal 187 – 200)         

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 32

Page 33: Makalah KET

Wiknjosastro, Hanifa & dkk. Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi pertama cetakan kelima.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2000

Saifuddin , Abdul Bari & dkk. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi

bagian 1. Jakarta : Balai penerbit FKUI. 2006

Prawirihardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. : Jakarta Pusat :Yayasan Bina Pustaka.

2002.

Sastrawinata,Sulaiman...[et al.]. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi.

Jakarta: EGC.2004.

Tugas Keperawatan Maternitas II: Kehamilan Ektopik Terganggu 33