askep model konsep self oremandri

41
APLIKASI MODEL KONSEPTUAL SELF CARE OREM DENGAN POST PARTUM FISIOLOGIS DI RUANG NIFAS RSD BALUNG OLEH: ANDRI FIFARI FARDIANSYAH NIM. 1401032003

Upload: andri-fardiansyah

Post on 10-Nov-2015

239 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

gtdhfjf

TRANSCRIPT

APLIKASI MODEL KONSEPTUAL SELF CARE OREM DENGAN POST PARTUM FISIOLOGIS DI RUANG NIFAS

RSD BALUNGOLEH:

ANDRI FIFARI FARDIANSYAHNIM. 1401032003PROGRAM STUDI PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2015PERSETUJUAN

Aplikasi Model Konseptual Self Care Orem Pada Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Post Partum Di Ruang Nifas RSD BalungTelah dilaksanakan pada tanggal 23 maret 2015 sampai 24 maret 2015 di ruang Nifas RSD Balung

Jember, Maret 2015 Pembimbing Ruangan

Pembimbing Akademik

Indar Purwati, S.ST.Ns. Awatiful Azza, M.Kep.,Sp.Kep.Mat.NIP : 19740410 200801 2018 NIP: 19701103 200501 2 002Mengetahui,Kepala ruangan Ruang NifasIndar Purwati, S.ST.

NIP : 19740410 200801 2018APLIKASI MODEL KONSEPTUAL SELF CARE OREM PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN POST PARTUM FISIOLOGIS DI RUANG NIFAS RSD BALUNGI. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKondisi post partum dimulai 2 jam setelah ibu melahirkan, dimana pada masa tersebut klien menuju masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Periode pasca partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Banyak faktor yang mempengaruhi masa ini,termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga profesional ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama ini (Bobak, 2005).Dalam masa nifas terjadi perubahan-perubahan yang dialami ibu dan kita harus melakukan pemantauan yang tepat pada ibu dan bayi. Apakah perubahan-perubahan yang terjadi termasuk fisiologis atau patologis, sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dan sesuai untuk memberikan asuhan keperawatan.

Kondisi Ny S pada fase transisi menuju proses pemulihan akan memerlukan berbagai bantuan. Tujuan akhir pada keadaan ini adalah kita memfasilitasi dan membawa klien untuk memulai menyadari tentang keterbatasannya, hingga pada akhirnya secara bertahap akan kembali memiliki fungsi self care- nya secara optimal.

Melalui pendekatan dengan menggunakan model konsep Orem, maka perawat akan memfasilitasi Ny S sesuai tingkat ketergantungannya untuk mengakomodasi pemberian askep secara komprehensif. Pada awal post partum tentunya Ny S akan berada pada tingkat ketergantungan sebagian, dan hal ini memerlukan bantuan petugas kesehatan supaya klien mencapai kembali fungsi self care-nya. Berkaitan dengan hal tersebut di atas tentunya kita harus berpedoman pada tingkat kemampuan klien dalam menuju proses self care. Kasus klien Ny S ini dipilih dan menarik untuk dipelajari karena kondisi post partum sekarang ini merupakan pengalaman pertama kali bagi Ny S, Hal ini tentunya memerlukan support sosial antara lain oleh petugas kesehatan. Selain itu pertama kali askep ini diberikan klien berada pada kondisi total care sehingga penulis ingin mengidentifikasi bagaimana perkembangan Ny S dalam mencapai fungsi self care-nya. Berdasarkan hal tersebut di atas,maka penulis tertarik untuk mengambil kasus klien Ny S dengan kondisi post partum masa nifas hari pertama dengan menggunakan pendekatan model konsep self care Orem. B. Perumusan Masalah

Klien dengan kondisi post partum dengan ruptur perineum akan mengalami ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas karena nyeri. Ny S masa nifas hari pertama berada pada tingkat ketergantungan sebagian, hal ini membutuhkan bantuan antara lain oleh petugas kesehatan menuju transisi pencapaian fungsi self care-nya. C. Tujuan

1. Tujuan UmumMempelajari aplikasi Model Konsep Keperawatan self care Orem pada kasus klien Ny S kondisi post partum masa nifas hari pertama di Ruang Nifas RSD Balung.2. Tujuan Khususa. Melakukan penerapan model konsep keperawatan self care Orem pada klie Ny S kondisi post partum nifas hari pertama.b. Melakukan pengelolaan pada kasus post partum dengan ruptur periniummasa nifas hari pertama pada klien Ny S dengan menggunakan pendekatan model konsep keperawatan tersebut.c. Melakukan pembahasan terhadap kasus yang telah dikelola.d. Menarik kesimpulan dari proses penerapan model konsep tersebut pada kasus post partum denganruptur perinium masa nifas hari pertama.

II. TINJAUAN PUSTAKAA. KONSEP MEDIS POST PARTUM1. Definisi

Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ( 6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2007).

Masa nifas atau masa puerperium dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 1999 dalam Indriyani, 2013).

2. Periode

Masa nifas dibagi dalam 3 periode:

a. Early post partum

Dalam 24 jam pertama.

b. Immediate post partum

Minggu pertama post partum.

c. Late post partum

Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.

3. Perubahan Fisiologis pada Ibu Post PartumMenurut Indriyani (2013), perubahan fisiologis ibu pospartum dapat dibagi menjadi:

a. Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Tinggi Fundus Uteri (TFU) dan berat uterus menurut masa involusi adalah saat bayi baru lahir TFU setinggi pusat dengan berat 1000 gram, saat plasenta lahir TFU 2 jari bawah pusat dengan berat 750 gram, 1 minggu setelah melahirkan TFU pertengahan pusat sympisis dengan berat 500 gram, 2 minggu setelah bersalin TFU tidak teraba diatas sympisis dengan berat 350 gram, 6 minggu setelah melahirkan TFU tambah kecil dengan berat 50 gram dan setelah 8 minggu TFU sebesar normal dengan berat 30 gram.b. Bekas implantasi plasenta

Plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih.

c. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari

d. Rasa sakit

Rasa sakit yang disebut after pain disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pascapersalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat antisakit dan antimulas.e. Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa nifas. Macam-macam lochea antara lain lochea rubra (cruenta) berisi darah segar sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel decidua, vernik kaseosa, lanugo, mekoneum selama 2 hari pasca melahirkan. Lochea sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari 3-7 pascapersalinan. Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari 7-14 pascapersalinan. Lochea alba, yaitu cairan putih setelah 2 minggu pascapersalinan, lochea purulenta bila terjadi infeksi, dan lochiostasis bila lochea tidak lancar keluarnya.f. Serviks

Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.g. Ligamen-ligamen

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.4. Perubahan Psikologis pada Ibu Post PartumMenurut Indriyani (2013), adaptasi psikologis ibu post partum adalah sebagai berikut:

a. Fase Menerima (Taking-in Phase)

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada sat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering diceritakan kembali. Kelelahan membuat ibu cukup perlu istirahat untuk mencegah kurang tidur. Oleh karena itu, kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.

b. Fase Dependen-Mandiri (Fase Taking Hold)Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu, perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang tepat. Oleh karena itu, pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh percaya diri.

c. Fase letting goFase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahiorkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

B. KONSEP MODEL SELF CARE OREM1. Pengertian Adalah suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit (Orems, 1980).

Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu.

2. Pengkajian/Riwayat Keperawatan.

Perawat perlu mengumpulkan data tentang adanya tuntutan dalam perawatan diri pasien, kekuatan dalam perawatan diri dan kebutuhan untuk perawatan diri, hal tersebut meliputi universal self care requisite, developmental self care requisite dan health deviation.

Pengkajian yang harus dilakukan menurut Orem diawali dengan pengkajian personel klien yang meliputi usia, sex, tinggi badan dan berat badan, budaya, ras, status perkawinan, agama dan pekerjaan klien. Selanjutnya menurut Orem seperti yang telah di sebutkan di atas pengkajian juga didaarkan pada 3 kategori perawatan diri yang meliputi:a. Universal Self Care RequisiteKebutuhan yang berkaitan dengan proses hidup manusia, proses mempertahankan integritas, struktur dan fungsi tubuh manusia selama siklus kehidupan berlangsung yang meliputi keseimbangan pemasukan air, udara, makanan, ekskresi atau eliminasi, aktivitas dan istirahat, solitude dan interaksi sosial, hambatan hidup dan kesejahteraan, peningkatan dan pengembangan fungsi manusia selama hidup dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi keterbatasan serta norma. b. Developmental Self Care RequisiteKebutuhan-kebutuhan yang dikhususkan untuk proses perkembangan, kebutuhan akibat adanya suatu kondisi yang baru, kebutuhan yang dihubungkan dengan suatu kejadian. Contohnya penyesuaian diri terhadap kondisi post partum dengan tindakan SC.

c. Health DeviationKebutuhan yang berkaitan dengan adanya penyimpangan status kesehatan seperti kondisi sakit atau injury, yang dapat menurunkan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan self care-nya baik secara permanen ataupun kontemporer, sehingga individu tersebut membutuhkan bantuan oranglain. 3. Perencanaana. The Wholly Compensatory Nursing SystemPerawat memberi perawatan total karena tingkat ketergantungan klien sangat tinggi. Contohnya guna mempertahankan keseimbangan pemasukan makanan dengan penatalaksanaan total parenteral nutrition.

b. The Partially Compensatory Nursing SystemPerawat dan klien saling berkolaborasi dalam melakukan tindakan keperawatan, seperti untuk mempertahankan keseimbangan pemasukan makanan dengan monitoring keseimbangan intake dan output bersama-sama klien.

c. The Education Nursing SystemPerawat memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi klien melakukan self care, tapi yang melakukan kegiatan tersebut adalah klien. Contoh monitoring keseimbangan intake dan output secara mandiri. 4. Implementasi

Orem memandang implementasi keperawatan sebagai assuhan kolaboratif dengan saling melengkapi antara klien dan perawat, dengan kata lain perawat bertindak dalam berbagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien. 5. EvaluasiEvaluasi difokuskan pada tingkat kemampuan klien untuk mempertahankan kebutuhan self care-nya, kemampuan klien untuk mengatasi self care deficit-nya dan sampai sejauh mana perkembangan kemandirian klien dan kemampuan keluarga dalam memberikan bantuan self care jika klien tidak mampu.

III. PATHWAYPost Partum

IV. APLIKASI MODEL KONSEP SELF CARE OREM DALAM STUDI KASUSMenurut Orem pengkajian sebelumnya diawali dengan pengkajian personal yaitu meliputi usia, sex, TB/BB, budaya, ras, status perkawinan, agama dan pekerjaan.A. PENGKAJIAN

1. Riwayat Pasiena. IdentitasNy S, usia 34 tahun, pendidikan SD, agama Islam, suku Jawa, pekerjaan IRT, suami Tn. R, usia 37 tahun, pendidikan SMP, agama Islam, pekerjaan Swasta.

b. Alasan Masuk Rumah SakitKlien datang ke RS karena perutnya terasa kenceng-kenceng sejak tanggal 23-03-2015 jam 6 pagi. keluar lender campur darah. Kemudian klien di bawa ke puskemas kasian. Karena post date klien di rujuk ke RSD Balung tangal 23-03-2015 jam 07.30c. Keluhan utama saat iniKlien mengeluh nyeri pada daerah kemaluand. Riwayat kesehatan1) Riwayat penyakit masa laluKlien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menahun, menular, dan 2) Riwayat penyakit saat iniKlien melahirkan anak pertama tgl 23-03-2015 jam 14.30 WIB di RSD Balung. klien mengalami ruptur perineum derajat II dan di hecting.3) Riwayat penyakit keluargaKlien mengatakan tidak ada dalam keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang menular atau kronis lainya.

e. Riwayat Obstetri dan Gynekologi1) Riwayat menstruasiMenarche: 12 tahunAmanya: 6-8 hariSiklus: teraturHPHT : 22-05-20142) Riwayat obstetriKlien mengatakan selama masa kehamilan klien memeriksakan kehamilannya dipuskesmas dan bidan desa terdekat.

f. Riwayat perkawinanKlien Menikah 1 kali dengan suami sekarang saat usia 25 tahun dan Tn M usia 28 tahun dan lama pernikahannya sampai saat ini sudah 9 tahun.g. Riwayat gynekologiKlien mengatakan tidak pernah mengalami suatu penyakit kandungan atau mengalami keguguran dll.h. Riwayat kontrasepsiKlien mengatakan sebelum hamil tidak pernah menggunakan kontrasepsi.i. Riwayat psikososialSaat ini orang yang dianggap paling penting dan dekat adalah suami. Menurut klien suaminya sabar dan sangat pengertian. Bila ada masalah selalu membicarakan dengan suami juga keluarga, karena klien merasa baru berumah tangga serta masih muda, mungkin dengan bantuan dan saran orangtua juga akan menjadi lebih lengkap. Hubungan dengan suami dan anggota keluarga (orangtua, mertua) termasuk tetangga adalah baik. Klien mengatakan kehamilan dan kelahiran pada anak yang ke-1 ini memang sangat diharapkan.

j. Pengkajian budayaKlien mengenal budaya pantang makan pada orang habis melahirkan. Tetapi klien juga menanyakan, sebenarnya apakah hal tersebut benar, dan apakah memang ada makanan pantang untuk dirinya. Klien ingin mengikuti hal-hal yang dianjurkan oleh petugas kesehatan saja. 2. Pengkajian Terhadap : (Tanggal 11-03-2015)

a. Universal self care requisite1) Udara/oksigenKlien tidak mengalami gangguan oksigenasi. Pernapasan 24 kali/menit, nadi 88 kali/menit, tekanan darah 120/80 mmHg, Capipilary refill time < 3 detik, konjungtiva tidak anemis, ekspansi dada maksimal, pernapasan regular.2) Keseimbangan pemasukan air (Cairan elektrolit) Minum diberikan, turgor kulit normal, edema ekstremitas -/-, balance cairan seimbang, suhu 36 C, mukosa bibir lembab

3) Makanan (nutrisi)Klien makan 3 kali sehari porsi sedang, nafsu makan klien baik. TB : 150 Cm, BB: 50 Kg

4) Ekskresi dan eliminasiBAK sehari 3 kali, pada masa nifas klien tidak BAB dan klien merasa takut karena sakit untuk BAB.

5) Aktifitas dan istirahatKlien mengalami nyeri pada jalan lahir, terutama bila untuk bergerak, tetapi klien juga menanyakan apakah dia sudah boleh bergerak misalnya miring kiri-kanan. Klien akan mencoba miring kanan-kiri kalau memang boleh dilakukan, walaupun masih terasa nyeri. Istirahat klien cukup, klien menyatakan bisa tidur walaupun terasa nyeri.

6) Interaksi sosialSuami mendampingi klien dan keluarga juga menjenguk saat jam berkunjung. b. Developmental self care requisiteKlien kooperatif dalam proses penyesuaian pada kondisinya saat ini, dan klien memiliki motivasi yang tinggi serta perilaku yang positip dalam menyesuaikan keadaan post partum.c. Health deviationKlien mengalami penyimpangan status kesehatan, karena klien kemampuan self care-nya mengalami sedikit penurunan. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya klien membutuhkan orang lain yaitu petugas kesehatan dan keluarga (suami). Pada kondisi ini petugas kesehatan membantu sesuai kemampuan klien dan memfasilitasi untuk kembali mencapai fungsi self care-nya secara optimal.

3. Pemeriksaan FisikKeadaan umum sedang, tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, suhu 36,5 C, pernapasan 24 kali/menit, BB 50 Kg, TB 150 cm, kesadaran compos mentis, secara umum penampilan klien cukup bersih. Kepala : rambut bersih, sedikit rontok, mata konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, palpebra tidak edema, tidak ada keluhan pandangan, muka : tidak sembab, tidak berjerawat. Telinga : bersih, tidak ada peradangan, tidak ada keluhan, Hidung bersih, leher tidak ada pembesaran tonsil, tenggorokan tidak meradang. Mulut bersih, gigi tidak ada karies, tidak ada kesulitan menelan. Dada : simetris, suara nafas normal vesikuler, tidak ada ronkhi baik sebelah kiri atau kanan, tidak ada wheezing, bunyi jantung I dan II normal. Payudara : membesar, areola mammae hiperpigmentasi, putting susu menonjol, kolostrum(+) ada ASI belum lancar. Abdomen :TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik,homan sign (-), Diastasis Rectus Abdominalis (-) Vulva/Vagina : Terdapat luka jahitan yang disebabkan oleh robekan jalan lahir,lokhea rubra, Rektum : tidak ada haemorroid. Ektremitas : tidak ada edema, tdak ada varises, pergerakan bebas tidak ada keluhan, refleks patella +/+

B. LANGKAH PERTAMAPada langkah pertama ini intinya kegiatan kita adalah melakukan analisa terhadap data dari hasil pengkajian yang telah ditemukan sampai dengan menemukan masalah keperawatan, hal tersebut antara lain :

1. Nyeri yang berhubungan dengan diskontinuitas jaringan sekunder terhadap luka robekan jalan lahir 2. Risiko infeksi yang berhubungan dengan terbukanya proteksi primer sekunder terhadap luka robekan jalan lahir

3. Memulai pencapaian adaptasi proses laktasi

4. Perilaku positif dalam perencanaan keluarga (memilih kontrasepsi).

C. LANGKAH KEDUAPada langkah ini kegiatannya adalah menetapkan tujuan dan intervensi keperawatan. Tujuan merupakan pernyataan respon dari diagnosa keperawatan yang difokuskan pada kesehatan klien. Adapun tujuan tersebut sebagai dasar dalam membuat perencanaan tindakan, dan hal ini disesuaikan dengan tingkat ketergantungan klien. Klien Ny S berada pada kondisi The Partially Compensatory Nursing System.

1. Diagnosa keperawatan ke -1

Tujuan

Memfasilitasi perilaku adaptasi klien dalam keterbatasan aktifitas dengan bantuan sebagian

Nyeri klien teratasi dalam waktu 2x24 jam.

Kriteria hasil

Klien menyatakan nyeri berkurang (bisa mengatasi nyeri krn merupakan nyeri fisiologis)

Rencana tindakan

a. Bina hubungan saling percaya antara perawat-klien, b. Beri penjelasan tentang nyeri setelah melahirkan

c. Ajarkan tehnik relaksasi saat mobilisasi

d. Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi.2. Diagnosa keperawatan ke-2

Tujuan

Klien mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi pada klien

Kriteria hasil

Tidak ditemukanya adanya tanda-tanda infeksi pada luka jahitan klien

Tidak ada

Rencana tindakan

a. Pantau tanda-tanda terjadinya infeksi dan faktor resiko infeksi

b. Lakukan menejemen perawatan luka pada hari ke -3

c. Dukung upaya pemenuhan nutrisi post partum secara adekuat dengan bertahap

d. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik pada klien

3. Diagnosa keperawatan ke-3

Tujuan

Klien dapat beradaptasi dalam proses laktasi secar optimal

dengan bantuan sebagianKriteria hasil

Klien mampu menyebutkan pengertian dan keuntungan ASI eklusif.

Klien menyatakan bersedia untuk memberikan ASI eklusif pada bayinya.

Klien dapat menyebutkan hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan & penurunan produksi ASI.

Klien dapat menyusui bayinya dengan benar

Klien dapat mempraktekkan perawatan payudara pada ibu menyusui.

Rencana tindakan

a. Gali pemahaman klien tentang tujuan dan manfaat pemberian ASI

b. Beri penjelasan dengan lebih lengkap tentang tujuan dan manfaat pemberian ASI.

c. Gali pemahaman klien tentang perawatan payudara pada ibu menyusui (sebagai review dari informasi yang telah diterima klien selam ANC di Puskesmas).

d. Beri reinforcement positip terhadap kemampuan klien untuk mempraktekkan perawatan payudara, lengkapi hal-hal yang belum dilakukan.

e. Beri informasi tertang hal-hal yang dapat meningkatkan dan menurunkan produksi ASI.

f. Beri informasi pada klien tentang tehnik menyusui yang benar, dan anjurkan klien untuk redemonstrasi menyusui pada bayinya secara langsung.

g. Beri informasi tentang waktu menyusui dan tehnik penyimpanan ASI.

4. Diagnosa keperawatan ke-4

Tujuan

Klien memutuskan untuk memilih salah satu jenis kontrasepsi

yang direncanakan setelah melalui informasi dan konseling.

Kriteria hasil

Klien mengungkapkan motivasinya untuk menggnakan

kontrasepsi, klien dapat menjelaskan tujuan, manfaat, dan sikap

yang harus dilakukan berkaitan dengan penggunaan salah satu

jenis kontrasepsi, klien dapat memutuskan untuk memilih salah

satu jenis kontrasepsi yang direncanakan.

Rencana tindakan

a. Menggali pendapat klien tentang perencanaan keluarga (mengatur jarak anak).

b. Gali pemahaman klien tentang penggunaan kontrasepsi

c. Beri penjelasan pada klien tentang jenis-jenis kontrasepsi meliputi tujuan, manfaat dan tehnik pelaksanaan dan efek samping.

d. Lakukan konseling KB pada klien dan keluarga tentang jenis kontrasepsi yang akan dipilih

e. Beri reinforcement positip terhadap pencapaian perilaku positip klien berkaitan dengan pemilihan jenis kontrasepsi

D. LANGKAH KETIGALangkah ketiga ini perawat dengan komponen kesehatan lain menolong klien, keluarga dan lain-lain, juga menggunakan kegiatan sehari-hari yang mendukung self care. Hal ini meliputi kegiatan Implementasi dan Evaluasi. 1. IMPLEMENTASI a. Diagnosa keperawatan ke-1

1) Membina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengenalkan tujuan kita selama berinteraksi, termasuk kontrak waktu yang akan dijalani. Mengevaluasi respon klien dalam proses menjalin trust.

2) Memberikan penjelasan pada klien tentang nyeri post partum dengan luka jahitan yaitu boleh miring kanan-kiri, tidur terlentang, selanjutnya belajar duduk, berdiri, bila tidak pusing dilanjutkan dengan latihan berjalan. 3) Menganjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap menganjurkan untuk miring kiri-kanan di tempat tidur.4) Melakukan evaluasi terhadap kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi, klien sudah melakukan miring kiri-kanan 2-3 jam sekali, dan mengatakan akan melakukan hal ini dengan mencoba tanpa bantuan. b. Diagnosa keperawatan ke-2

1) Melihat adanya tanda-tanda infeksi pada luka jahitan

2) Melakukan rawat luka pada perineum klien

3) Menanyakan pada klien apa sudah mengkonsumsi makanan yang dianjurkan.

4) Menanyakan pada klien apakah obatnya sudah diminum dengan tepat waktu.

c. Diagnosa keperawatan ke-3.

1) Menggali pemahaman klien tentang tujuan dan manfaat pemberian ASI, hal ini menurut klien juga pernah diterima melalui penyuluhan saat periksa hamil di Puskesmas.2) Memberi penjelasan kembali tentang tujuan dan manfaat ASI pada klien, untuk melengkapi pemahaman klien yang belum optimal.

3) Menggali pemahaman klien tentang tehnik perawatan payudara, klien mengatakan sudah bisa melakukan walaupun ada gerakan yang masih perlu dibetulkan, hal tersebut diulang oleh petugas kesehatan dengan demonstrasi.

4) Memberikan reinforcement positip terhadap redemonstrasi yang dilakukan klien.

5) Memberikan penjelasan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi meningkat dan menurunnya produksi ASI dengan penekanan pada kondisi klien saat ini.

6) Memberikan informasi tentang tehnik menyusui yang benar dan meminta klien untuk redemonstrasi, 7) Mencontohkan tehnik menyusui secara benar yang dilakukan oleh pasien lain terhadap bayinya saat menyusui.

8) Memberikan informasi tentang waktu menyusui dan tehnik penyimpanan ASI. Klien termasuk ibu rumah tangga tidak bekerja, jadi klien mengatakan akan menyusui bayinya secara eksklusif. d. Diagnosa keperawatan ke-4.1) Menggali pendapat klien tentang bagaimana perencanaan keluarga ke depan terutama yang berkaitan dengan mengatur jarak kelahiran anak. Klien ingin mempunyai 2 anak, tetapi dia menanyakan kapan boleh hamil lagi.

2) Menggali motivasi klien dalam menggunakan kontrasepsi. Hal ini direspon positip oleh klien, dan klien berencana akan menggunakan kontrasepsi.

3) Memberi penjelasan tentang jenis-jenis kontrasepsi dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami klien.

4) Melakukan konseling KB dengan melibatkan suami klien.

5) Memberikan reinforcement positip pada klien karena sudah memutuskan akan menggunakan kontrasepsi yang dipilih.2. EVALUASI (Tanggal 23-03-2015)a. Diagnosa keperawatan ke-1

Subyektif :saya tadi pagi sudah jalan ke kamar mandi sendiri & saya tidak lg merasa takut sakit disaat mau BAB atau BAK, denganberjalan pelan-pelan.Obyektif :Klien sudah mobilisasi jalan, saat klien turun dari tempat tidur klien melakukan relaksasi nafas dalam.Analysa : melakukan aktifitas secara mandiri.

Planning : Rencana tindakan dihentikanb. Diagnosa keperawatan ke-2

Subyektif : klien tidak merasakan tidak ada tanda-tanda infeksi pada dirinya

Obyektif :Tidak ditemukan adannya tanda-tanda infeksi pada luka jahitan perineum pada klien.

Analysa : Kemungkinan infeksi

Planning : Rencana tindakan dapat dipertahankan dirumah. c. Diagnosa keperawatan ke-3

Subyektif :Saya akan menyusui sendiri bayi saya, apalagi saya tidak bekerja, dan saya akan terus melakukan perawatan payudara sehari 2 kali setiap mandi pagi dan sore.

Obyektif :Dapat menyebutkan tujuan dan manfaat pemberian ASI, dapat melakukan redemonstrasi perawatan payudara pada ibu menyusui dengan benar, klien dapat menyebutkan hal-hal yang dapat meningkatkan dan menurunkan produksi ASI.

Analysa : Pencapaian adaptasi proses laktasi sudah dilakukan dengan bayinya.

Planning :Rencana tindakan dapat dipertahankan dirumahd. Diagnosa keperawatan ke-4

Subyektif :

Yang saya tahu selama ini dan saya dengar adalah KB suntik,

pil dan spiral. Jadi sedikitnya baru 2 tahun saya boleh hamil

lagi ? Saya akan menggunakan KB suntik yang 1 bulan

sekali.

Obyektif :

Klien dapat menjelaskan kembali tentang tujuan, manfaat dan

sikap yang harus dilakukan tentang KB suntik.

Analysa :

Perilaku positip dalam perencanaan keluarga (memilih

kontrasepsi) tetap dapat dipertahankan oleh klien.

Planning :

Rencana tindakan dihentikan, beri penguatan tentang rencana

klien dan keluarga dalam memilih salah satu jenis kontrasepsi.

IV. PEMBAHASANKondisi post partum dengan Ruptur perinium derajat II merupakan kondisi dimana klien akan dihadapkan pada tantangan yaitu pemulihan dari tahap pemulihan post partum (total care) sampai pada akhirnya mencapai fungsi self care-nya kembali.Ny S dengan G2P1A0 post partum dengan ruptur perinium masa nifas hari pertama teridentifikasi memiliki tingkat ketergantungan pada tahap the Partially Compensatory nursing system. Melalui asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan model konsep self care Orem, maka perawat akan memfasilitasi kebutuhan klien dalam dalam menyelesaikan masalah kesehatannya hingga akhirnya klien kembali mencapai fungsi self care-nya.Pada pengkajian menurut Orem pada Ny S melalui langkah pertama akhirnya dapat diidentifikasi bahwa masalah keperawatan yang muncul antara lain : nyeri, risiko infeksi, kurangnya pengetahuan tentang ASI eklusif. Setelah perawat menilai bahwa Ny S memiliki tingkat ketergantungan partial, maka penetapan tujuan merupakan kolaborasi antara perawat-klien dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki klien dalam menyelesaikan masalah keperawatannya.Selanjutnya pada langkah kedua ini kita menetapkan tujuan dan rencana tindakan yang semuanya disesuaikan dengan kondisi klien. Melalui langkah ketiga pada intinya adalah perawat melakukan kegiatan implementasi dan evaluasi. Semua rencana tindakan yang telah disusun dapat dilaksanakan. Klien mengatakan sejak waktu itu sudah belajar untuk memulai aktifitas sendiri, walaupun pada awalnya mengalami kesulitan, namun akhirnya klien bisa mengatasi rasa nyeri akibat ruptur perinium.

Evaluasi yang dapat diidentifikasi oleh petugas terhadap masalah keperawatan yang muncul adalah sebagian diagnosa keperawatan dapat teratasi dan klien pada tanggal 23-03-2015 sebagian sudah mencapai kembali fungsi self care-nya. Pada akhirnya pendekatan model konsep Self Care Orem dapat diterapkan secara optimal pada kasus post partum nifas hari pertama pada Ny S.V. PENUTUPA. KESIMPULANKondisi post partum merupakan kondisi post partum dengan tantangan yaitu memasuki fase pemulihan dari post partum. Post partum dengan ruptur perinium yang dialami oleh Ny S pada nifas hari pertama memiliki masalah keperawatan antara lain nyeri, risiko infeksi, kurangnya pengetahuan tentang ASI eklusif .Klien Ny S dalam menyelesaikan masalah keperawatannya berada pada kategori the partially compensatori nursing system, sehingga untuk selanjutnya penetapan tujuan dan rencana keperawatan merupakan kolaborasi antara perawat-klien dengan selalu melihat potensi klien.

Implementasi dapat dilakukan sesuai rencana tindakan.

Melalui evaluasi dapat diidentifikasi bahwa semua diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny S dapat diselesaikan secara optimal, dan klien dapat kembali mencapai fungsi self care-nya. B. SARANPada pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan post partum kasus dengan ruptur perinium sangat diperlukan terlebih dahulu untuk mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini dimaksudkan untuk penetapan tujuan dan rencana tindakan dalam membantu mengatasi masalah kesehatan klien. Pendekatan model konsep self care Orem sangat tepat untuk diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan klien dengan kasus post partum dengan ruptur perinium masa nifas hari pertama. Naman hal ini dapat dikombinasikan dengan mengunakan model konsep yang lain untuk pemberian asuhan yang lebih komprehensif. DAFTAR PUSTAKA

Bobak, LM., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D., (2005). (Alih Bahasa *

Danuatmaja, B., dan Meiliasari, M., (2003). 40 Hari Pasca Persalinan Masalah dan

FKUI, Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Cetakan 1, 2002, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.

FKUI, Ilmu Kebidanan, Edisi 3, 1999, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.

FKUI, Obstetri Fisiologi, 1993, E. Leman: Bandung.

Huliana, M., (2003). Perawatan Ibu Pasca Persalinan. Jakarta : Puspa swara

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, FK UI.Manuaba Ilmu kebidanan, (1998) Penyakit kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidik Bidan, Jakarta; EGCNeonatal. Jakarta : JNPKKR-POGI bekerjasama dengan YBP-Sarwono

Persis Mary Hamilton, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, 1995, EGC, Jakarta

Prawirohardjo.

Roy, S.C & Andrews, H.A., (1991). The Roy Adaptation Model, The Definitive Statement. California : Appleton & Lange

Saifuddin, A.B., dkk, (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan

Solusinya. Jakarta : Puspa Swara.

Wijayarini, M.A.), Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, H., dkk., (1999). Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan kelima.

Perubahan pola peran

Gangguan pemenuhan ADL

Penambahan anggota baru

Fase letinggo

Nyeri akut

Resti infeksi

Tak terpenuhi

Kelemahan fisik

Luka jahitan perinium

Fase taking hold

Proses parenting

Reva rubing

mekanis

Episiotomi ( insisi )

Psikologis

Fase taking in

Terputusnya inkontinyuitas jaringan