askep lansia konsep diri kel 8 fix edit

48
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI Disusun oleh : Kelompok 8 (A.12.1) Diksi Puspita Dewi (22020112130031) Ebtabes Fianfi (22020112130057) Viki Nisa Fuqoha (22020112130059) Aisyah Ayu Daris (22020112140080)

Upload: diksi-puspita-dewi

Post on 27-Sep-2015

287 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

S

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

Disusun oleh :Kelompok 8 (A.12.1)Diksi Puspita Dewi(22020112130031)Ebtabes Fianfi(22020112130057)Viki Nisa Fuqoha(22020112130059)Aisyah Ayu Daris(22020112140080)

JURUSAN ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGORO2014BAB IKONSEP DIRI

A. Definisi Konsep DiriKonsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual. Termasuk didalamnya adalah persepsi individ u tentang sifat dan potensi yang dimilikinya, interaksi individu dengan orang lain maupun lingkungannya, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, sertatujuan, harapan, dan keinginannya (Sunaryo, 2004).Gangguan konsep diri yang terjadi pada lansia cenderung akibat penurunan kondisi fisik yang dialaminya dan keterbatasan dukungan sosial khususnya dari pihak keluarga (Miller, 2004). Hal ini sangat mempengaruhi aspek psikologis pada lansia. Pada kehidupan lansia, aspek psikologis ini lebih menonjol dari aspek materiil (Suardiman, 2007).Berbagai masalah yang cenderung ditemukan pada lansia akibat gangguan psikologis adalah: harga diri rendah, kecemasan yang tinggi, mudah marah, mudah tersinggung, kurang percaya diri, kesepian, dan sebagainya (Tyson, 1999). Permasalahan ini sangat mempengaruhi motivasi dan kepatuhan lansia dalam menjaga dan meningkatkan kesehatannya.

B. Komponen Konsep DiriTerdapat 2 komponen konsep diri, yaitu :1. Gambaran Diri (Body Image)Adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi peformance, pontensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. Hal-hal penting yang terkait dengan gambaran diri sebagai berikut :a. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remajab. Bentuk tubuh, TB dan BB serta tanda-tanda pertumbuhan kelamin sekunder (mamae, menstruasi, perubahan suara, pertumbuhan bulu), menjadi gambaran diric. Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologisd. Gambaran yang realistik terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga dirie. Individu yang stabil, realistik, dan konsistenterhadap gambaran dirinya, dapat mendorong sukses dalam kehidupan.

2. Ideal DiriAdalah persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan, tipe orang yang diidam-idamkan, dan nilai yang ingin dicapai. Hal-hal yang terkait dengan ideal diri :a. Perkembangan awal terjadi pada masa kanak-kanakb. Terbentuknya masa remaja melalui proses identifikasi terhadap orang tua, guru, dan temanc. Dipengaruhi oleh orang-orang yang dipandang penting dalam memberi tuntunan dan harapand. Mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma keluarga dan sosial

Faktor-faktor yang memengaruhi ideal diri :a. Menetapkan ideal diri sebatas kemampuanb. Faktor kultur dibandingkan dengan standar orang lainc. Hasrat melebihi orang laind. Hasrat untuk berhasile. Hasrat memenuhi kebutuhan realistikf. Hasrat menghindari kegagalang. Adanya perasaan cemas dan rendah diri

3. Harga DiriAdalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai, dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri. Harga diri dapat diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri.Aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain.Harga diri rendah apabila :a. Kehilangan kasih sayang atau cinta kasih dari orang lainb. Kehilangan penghargaan dari orang lainc. Hubungan interpersonal yang buruk

4. Peran DiriAdalah pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat. Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang diduduki individu lain, misalnya ada individu yang ingin menjadi ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), namun belum ada pergantian ketua BEM yang lama.Peran yang tidak jelas, terjadi apabila individu diberikan peran yang kabur, sesuai perilaku yang diharapkan. Misalnya, individu ditetapkan sebagai ketua panitia, tetapi tidak disertai uraian tugas apa yang ia harus lakukan atau kerjakan.Peran yang tidak sesuai, terjadi apabila individu dalam proses peralihan mengubah nilai dan sikap. Misalnya, seseorang yang masuk anggota organisasi profesi keperawatan, terdapat konflik antara sikap dan nilai individu dengan profesi.Peran berlebih, terjadi jika seseorang individu memiliki banyak peran dalam kehidupannya. Misalnya, sebagai istri, sebagai perawat, sebagai mahasiswa, sebagai ketua PKK, dan sebagai ibu dari anak-anaknya.

5. Identitas DiriAdalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh.Hal-hal penting yang terkait dengan identitas diri, yaitu :a. Berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri.b. Individu yang memiliki perasaan identitas diri kuat akan memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik, dan tidak ada duanya.c. Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayid. Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan perempuan serta banyak dipengaruhi oleh pendangan maupun perlakuan masyarakate. Kemandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai diri sendiri, kemampuan, dan penguasaan dirif. Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.

Ciri identitas diri :a. Memahami diri sendiri sebagai organisme yang utuh, berbeda dan terpisah dari orang lainb. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakatc. Mengakui jenis kelamin sendirid. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datange. Memandang bebagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keserasian dan keselarasanf. Mempunyai tujuan hidup yang bernilai dan dapat direalisasikan

BAB IIPENUAAN

A. Definisi PenuaanPenuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.

B. Teori-Teori Proses PenuaanAda beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori psikologis teori sosial, dan teori spiritual.1. Teori BiologiTeori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.a. Teori genetik dan mutasiMenurut teori genetik dan mutasi, menua terpogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel). Terjadi pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh adalah adanya pigmen lipofusin di sel otot jantung dan sel susunan saraf pusat pada lansia yang mengakibatkan terganggunya fungsi sel itu sendiri.Pada teori biologi dikenal istilah pemakaian dan perusakan (wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah (pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan terjadinya peningkatan jumlah kolagendalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi.b. Immunology slow theoryMenurut imunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.c. Teori stres Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.d. Teori radikal bebasRadikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.e. Teori rantai silangPada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khusunya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

2. Teori PsikologiPada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya.Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada. Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ otak. Namun untuk fungsi-fungsi positif yang dapat dikaji ternyata mempunyai fungsi lebih tinggi, seperti simpanan informasi usia lanjut, kemampuan memberi alasan secara abstrak, dan melakukan perhitungan.Memori adalah kemampuan daya ingat lansia terhadap suatu kejadian / peristiwa baik jangka pendek maupun jangka panjang. Memori terdiri atas tiga komponen sebagai berikut.a. Ingatan yang paling singkat dan segera. Contohnya pengulangan angkab. Ingatan jangka pendek. Contohnya peristiwa beberapa menit hingga beberapa hari yang laluc. Ingatan jangka panjang

3. Teori SosialAda beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development theory), dan teori usia (age stratification theory).a. Teori Interaksi SosialTeori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-haal yang dihargai masyarakat. Interaksi sosial terjadi berdasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa. Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.Pokok-pokok teori interaksi sosial adalah sebagai berikut :1) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing2) Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor harus mengeluarkan biaya4) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian5) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnyab. Teori Penarikan DiriKemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.c. Teori KesinambunganPokok-pokok teori kesinambungan adalah :1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalaman di masa lalu, lansia harus memilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti3) Lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk beradaptasid. Teori PerkembanganTeori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa.Erickson (1930), membagi kehidupan lansia menjadi 8 fase, yaitu :1) Lansia yang menerima apa adanya2) Lansia yang takut mati3) Lansia yang merasakan hidup penuh arti4) Lansia yang menyesali dirinya5) Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan6) Lansia yang kehidupannya berhasil7) Lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri8) Lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan (ego integrity vs despair)

C. Perubahan Sosial Pada Lansia1. Peran: post power syndrome, single woman, dan single parent2. Keluarga: kesendirian, kehampaan3. Teman: ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan akan meninggal. Berada di rumah terus-menerus akan cepat pikun (tidak berkembang)4. Abuse: kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit, tidak diberi makan)5. Masalah hukum: berkaitan dengan perlindungan aset dan kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda6. Pensiun: jika menjadi PNS akan ada tabungan (dana pensiun). Jika tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.7. Ekonomi: kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi lansia dan income security8. Rekreasi: untuk ketenangan batin9. Keamanan: jatuh, terpleset10. Transportasi: kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok bagi lansia11. Politik: kesempatan yang sama untuk terlibat dan memebrikan masukan dalam sistem politik yang berlaku12. Agama: melaksanakan ibadah13. Panti jompo: merasa dibuang atau diasingkan

D. Perubahan Psikologis Pada LansiaPerubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan.Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahan yang dialaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut :Masalah-masalah umum yang sering dialami oleh lansia :1. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung pada orang lain2. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagau perubahan besar dalam pola hidupnya3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik4. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal atau pergi jauh dan/atau cacat5. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah6. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa7. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk orang dewasa8. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk orang dewasa 9. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk lansia dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang berat dengan yang lebih cocok

BAB IIIKONEP DIRI PADA LANSIA

Erickson telah mengidentifikasi tugas utama dalam kehidupan akhir adalah memelihara integritas ego (rasa harga diri) dibandingkan hanya berputus asa. Sikap terhadap penuaan, tingkat harga diri sepanjang hidup, tingkat perubahan fisik akibat penuaan dan penyakit, ada atau tidak adanya sistem dukungan emosional, dan kemampuan untuk mempertahankan tingkat kontrol akan berdampak pada apakah orang dewasa dalam mengalami proses penuaan akan berhasil dalam menyelesaikan tugas ini. Dalam menjalani proses penuaan, seseorang harus menjalaninya berdasarkan persepsi masing-masing. Banyak lansia mengungkapkan dengan realisasi dan bahkan dapat mengidentifikasi saat tertentu ketika mereka dianggap diri mereka sebagai "tua." Menurunnya konsep diri, depresi, dan perasaan negatif lainnya merupakan sesuatu yang umum di kalangan lansia. Lansia yang memiliki konsep diri yang buruk sepanjang hidup mereka tidak bisa percaya diri dalam menjalani proses penuaan. Bahkan mereka yang memiliki tingkat harga diri yang kuat selama mereka masih muda mungkin akan mengalami masalah selama penuaan. Hal ini disebabkan sebagian sikap masyarakat saat ini. Masyarakat sering menganggap lansia memiliki fisik dan mental tidak layak, tidak produktif, dan ketergantungan. Karena tanda-tanda penuaan itulah seseorang banyak menghabiskan uangnya untuk menjadikan dirinya awet muda. Dalam upaya untuk mempertahankan rasa harga diri, seseorang yang mulai menua melakukan beberapa hal, misalnya bedah kosmetik, mewarnai rambut, dan penggantian rambut. Bagi kalangan yang masih muda, sulit memahami perubahan yang terjadi pada lansia. Banyak kalangan muda merasa bahwa tindakan tersebut terlihat tidak masuk akal, dan mereka merendahkan lansia yang berdampak menurunkan harga diri lansia.Lansia yang terpengaruh dengan persepsi negatif masyarakat tentang dirinya cenderung akan sedih. Persepsi negatif tersebut dapat menyebabkan hilangnya harga diri, fisik, sosial, dan ekonomi. Perubahan tersebut dapat merubah persepsi mereka terhadap tubuhnya. Semakin besar jumlah perubahan, semakin besar lansia mengalami masalah yang berkaitan dengan konsep diri. Perubahan kecil dalam penampilan atau fungsi (misalnya, kerutan, nyeri atau sakit) dan perubahan besar seperti penyakit kronis (seperti stroke). Lansia yang terpisah dari keluarga mereka dan orang lain cenderung lebih besar meningkatkan risiko mengalami penurunan harga diri. Lansia sering merasa tidak berguna, tidak dicintai, dan tidak diinginkan. Jika keluarga dan teman-teman sering mengunjungi dan menunjukkan kepedulian yang positif, harga diri dapat dipertahankan.

Persepsi diri dan Perubahan Konsep DiriKetika orang tua memiliki konsep diri yang buruk, ketakutan dan kecemasan akan meningkat, harga diri rendah bahkan menjadi depresi. Depresi tersebut menyebabkan lansia mengisolasi dirinya dari orang lain

BAB IVASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KONSEP DIRI

A. Pengkajian1. Apakah klien mengungkapkan ketakutan atau kekhawatiran? 2. Apakah rasa takut tersebut sumbernya dapat diketahui atau tidak?3. Apakah klien mengungkapkan merasa kehilangan kontrol atas hidupnya? 4. Apakah klien baru saja mengalami kerugian yang signifikan? 5. Apakah klien baru saja pindah atau terpisah dari orang lain ? 6. Bagimana penampilan umum dan posturnya? 7. Apakah klien menghindari kontak mata? 8. Apakah klien mengatakan kekhawatiran mengenai perubahan dalam penampilannya? 9. Apakah klien berkomentar negatif mengenai dirinya sendiri? 10. Apakah klien menghindari jika melihat di cermin atau bagian tubuh yang berubah? 11. Apakah klien mengungkapkan perasaan gagal? 12. Apakah klien mengungkapkan putus asa? 13. Apakah klien menghabiskan sebagian besar waktunya saja, atau apakah ia berinteraksi dengan orang lain? 14. Apakah klien pasif jika menerima petunjuk dari pengasuh, atau apakah klien mengungkapkan keinginan untuk membuat keputusan sendiri? 15. Apakah klien menunjukkan agresi, kemarahan, atau menuntut perilaku? 16. Apakah ada tanda-tanda perubahan pada sistem saraf otonom stimulasi (misalnya, peningkatan denyut nadi dan frekuensi pernapasan, tekanan darah tinggi, diaforesis)? 17. Apakah klien menunjukkan gejala khas gangguan emosi (mondar-mandir, meremas-remas tangan, menangis, gerakan yang berulang, tics, agresivitas)? 18. Apakah ada perubahan dalam kualitas vokal (misalnya, gemetar)? 19. Apakah klien mengeluh sakit kepala? 20. Apakah klien mengalami kesulitan berfokus pada kegiatan, mengingat hal-hal, atau membuat keputusan? 21. Apakah klien mengungkapkan keinginan untuk mengakhiri hidupnya?

Faktor risiko terkait dengan persepsi diri dan konsep diri pada lansia :1. Kondisi yang mengakibatkan perubahan penampilan tubuh (operasi pengangkatan bagian tubuh, luka bakar, obesitas, penyakit kulit, kemoterapi) 2. Ketidakmampuan untuk mengontrol fungsi tubuh 3. Kerugian yang signifikan (kehilangan orang lain, harta, peran sosial, status keuangan) 4. Sakit kronis

B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan Citra TubuhOrang-orang yang mengalami gangguan citra tubuh cenderung menolak untuk melihat atau menyentuh bagian tubuh yang terkena. Dalam gangguan yang parah, individu mungkin menolak perubahan yang telah terjadi dan bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi. Banyak orang yang menderita masalah ini, tetapi tidak bersedia untuk mendiskusikan masalah mereka dengan orang lain sehingga mereka akan merasa ditolak atau merasa "berbeda". Jika mereka bersedia untuk mengungkapkan perasaan mereka, mungkin akan berbicara tentang diri mereka dengan sangat negatif atau mereka akan merasa jijik bahwa mereka tidak lagi seperti dulu. Mereka mungkin menjadi sibuk dengan fungsi tubuh mereka dan terlalu memperhatikan setiap perubahan kecil. Mereka mungkin perlu diyakinkan dan diberitahu apa yang telah terjadi pada mereka. Banyak orang dengan citra tubuh yang berubah akan menolak untuk berpartisipasi dalam perawatan mereka sendiri dan menolak rencana untuk rehabilitasi. Mereka cenderung mengungkapkan perasaan tidak berharga dan tidak berdaya. Diagnosa Keperawatan Gangguan citra tubuh

Tujuan Keperawatan / Hasil Tujuan keperawatan untuk orang lanjut usia dengan gangguan citra tubuh adalah :a. Lansia mengungkapkan tentang perasaannya terhadap perubahan penampilan dan fungsi tubuhnyab. Untuk mengidentifikasi kekuatan pribadi mereka c. Untuk mengakui dan melihat perubahan yang sebenarnya dalam penampilan tubuhd. Lansia bersedia untuk mengubah gaya hidup dalam mengatasi perubahan fisik e. Lansia menunjukkan kesiapan untuk berpartisipasi dalam terapi dan menggunakan alat bantu yang diperlukan.

Intervensi keperawatan a. Kaji persepsi individu lansia tentang diri, termasuk kekuatan dan sistem pendukung. Walaupun dengan gangguan serius, lansia dapat memiliki kekuatan yang akan membantu mereka mengatasi perubahan. Perawat perlu mengidentifikasi kekuatan unik untuk setiap orang sehingga ini dapat dimanfaatkan ketika merencanakan perawatan. b. Menetapkan hubungan saling percaya. Untuk membantu pekerjaan lansia dalam melalui dan menerima perubahan fisik atau cacat, perawat harus menunjukkan penerimaan baik secara verbal dan nonverbal. Secara aktif mendengarkan keprihatinan dan merencanakan perawatan untuk mereka. Perawatan mencakup memberi kesempatan bagi pasien untuk mengungkapkan perasaannya sehingga dapat membangun kepercayaan dirinya.

c. Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi. Perawat adalah orang yang paling mungkin untuk melihat perubahan apapun yang terjadi pada klien. Sehingga sangat penting bahwa perawat tidak boleh menunjukkan rasa jijik saat memberikan pelayanan. Perawat harus ekstra berhati-hati untuk tidak menunjukkan bahasa tubuh secara halus maupun ekspresi wajah yang dapat dirasakan oleh lansia sebagai tanda ketidak-penerimaan d. Mendorong orang untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh yang terkena. Melihat dan menyentuh bagian yang berubah akan membantu orang menerima kenyataan yang ada. Sampai ia mampu melakukan hal ini, individu tidak akan siap untuk mengajar atau perawatan diri. e. Fokus pada kemampuan, bukan cacat. Memotivasi lansia sehingga dia merasa bahwa dia mampu melakukan aktivitas. Berfokus pada apa yang dapat dilakukan, bukan pada apa yang tidak dapat dilakukan dapa meningkatkan harga diri. f. Membantu dalam memilih pakaian dan / atau berpakaian lansia dengan cara yang de-menekankan perubahan tubuh. Bantu lansia memilih pakaian yang sehingga dapat membantu menjaga dan meningkatkan citra tubuh. Pakaian seperti sweater dan pemakaian lainnya yang dapat menutupi kekurangan.g. Pastikan bahwa orang tersebut harus dipersiapkan dengan hati-hati. Pakaian kotor harus segera diganti. Wajah dan tangan harus selalu bersih dan bebas dari makanan atau sampah lainnya. Hal-hal kecil seperti menyisir dan menata rambut dengan rapi, bercukur, atau menggunakan make up dengan tipis dapat membuat perbedaan penampilan pada seseorang sehingga dia akan merasa lebih diperhatikan. Buat penampilan lansia sesuai dengan usianyah. Mengkoordinasikan perawatan rehabilitatif dengan departemen lain. Terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, farmasi, dan departemen lain mungkin terlibat dalam perawatan orang yang telah mengalami perubahan signifikan dalam fungsi tubuh. Perawat harus mengkoordinasikan kegiatan tersebut dalam rencana perawatan untuk memastikan bahwa semua kelompok bekerja menuju tujuan yang sama. Hal ini juga penting bagi perawat untuk memonitor respon pasien mereka terhadap terapi dan kemampuan mereka untuk mentolerir upaya yang diperlukan dalam terapi.

2. Gangguan Harga DiriMereka yang memiliki harga diri yang rendah cenderung menampilkan perilaku karakteristik tertentu. Lansia sering menunduan kepala, ekspresi wajah kesedihan, dan mereka biasanya menghindari kontak mata. Orang-orang tersebut juga cenderung membicarakan diri mereka dalam hal negatif. Pernyataan seperti "Jangan membuang waktu anda bersama saya" atau "Saya tidak bisa melakukan apapun dengan benar" adalah indikasi dari lansi tersebut mengalami harga diri yang rendah. Ucapan individu dengan harga diri yang rendah memperlihatkan kesedihan, kehilangan, depresi, kecemasan, dan kemarahan. Orang dengan harga diri yang rendah tidak memperhatian kebersihan atau perawatan diri mereka. Mereka cenderung sangat pasif, membiarkan pengasuh mengatur semua aspek kehidupan mereka. Mereka tidak mungkin dapat melakukan kegiatan, dan jika mereka melakukannya mereka akan meninggalkan kegiatannya walaupun belum selesai. Orang tua dengan harga diri yang rendah cenderung menghindari kontak sosial. Jika terpaksa berada dalam kontak dengan orang lain, mereka cenderung menghindari interaksi dan tinggal di tepi kelompok atau suatu kegiatan.

Diagnosa Keperawatan Gangguan harga diri

Tujuan Keperawatan / Hasil Tujuan keperawatan untuk orang lanjut usia dengan gangguan harga diri adalah :a. Mengidentifikasi kekuatan personalb. Mengekspresikan perasaan dan kekhawatiranc. Perilaku praktek yang mempromosikan diri mempromosikan kepercayaan diri.

Intervensi keperawatan a. Jelajahi perasaan dan kekhawatiran. Untuk merencanakan intervensi yang efektif untuk meningkatkan perasaan harga diri, perawat harus mengetahui kekhawatiran pada lansiab. Menunjukkan penerimaan terhadap lansia, mendorong mereka untuk membuat pilihan, tindak lanjut dengan permintaan mereka, dan termasuk mereka dalam perencanaan perawatan. Mendengarkan dan merespon apa yang lansia katakan merupakan cara menunjukkan penerimaan. c. Mendorong partisipasi dalam aktivitas perawatan diri. Partisipasi dalam kegiatan perawatan diri memungkinkan lansia dapat membantu mempertahankan rasa harga diri. d. Memberikan kesempatan untuk kembali kemasa lampau. Mengulas kehidupan yang dahulu adalah sesuatu yang sangat penting untuk lansia. e. Menghormati hak lansia untuk menolak. Kekuatan utama yang dimiliki oleh pasien adalah hak untuk menolak perawatan. Ketika seseorang menolak makanan, perawatan, atau pengobatan, perawat harus mengetahui alasan penolakan. Setelah alasan diketahui, perawat harus mengembangkan rencana untuk mengurangi atau menghilangkan keberatan. f. Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk mengingat kenangan dengan menyediakan gambar atau benda yang membawa kembali kenangan saat-saat bahagia. Foto dapat merangsang lansia untuk mengingat kenangan dan bercerita tentang kehidupan mereka kepada anak dan cucu-cucu mereka. Foto pasangan yang tersenyum, menari, atau melakukan kegiatan dapat membantu lansia mengingat kembali lebih. Hal ini juga dapat membantu keluarga menyadari bahwa mereka dan lansia mempunyai harapan dan tantangan yang sama dalam hidup. Hal ini juga dapat memberikan peluang bagi lansia dan keluarga untuk saling berbagi perasaan.g. Dorong keluarga untuk mengkomunikasikan perasaan positif kepada lansia.

3. KetakutanTakut adalah perasaan ketakutan yang penyebabnya dapat diidentifikasi. Ketakutan paling umum yang dapat diidentifikasi pada lansia adalah perubahan dan gangguan dalam hidup mereka, kejahatan, kehilangan orang yang dicintai, penyakit, cedera, rasa sakit dan penderitaan, kehilangan kesejahteraan, keuangan menurun, dan kesepian. Menariknya, kematian bukanlah hal yang paling ditakuti; lansia jarang mengungkapkan ketakutannya pada kematian. Banyak dari mereka yang menganggap kematian sebagai pembebasan dari ketakutan dan kesempatan untuk bergabung kembali orang-orang terkasih. Ketakutan adalah erat kaitannya dengan kecemasan. Individu yang ketakutan biasanya juga mengalami kecemasan. Setiap orang mengungkapkan ketakutannya dengan cara yang berbeda. Beberapa mungkin menarik diri dari orang lain, dan yang lain menjadi agresif. Takut juga dapat mengakibatkan gejala fisiologis karena stimulasi sistem saraf simpatik. Gejala tersebut termasuk pupil melebar, mulut kering, gemetar, tekanan darah tinggi, peningkatan denyut nadi dan laju pernapasan, jantung berdebar, diaforesis, diare dan frekuensi kencing. Tingkat kecemasan yang tinggi dapat membahayakan lansia, antara lain menganggu sistem endokrin, pernapasan, kardiovaskular, atau penyakit neurologis.

Diagnosa Keperawatan Takut

Tujuan Keperawatan / Hasil a. Untuk mengidentifikasi ketakutan secara spesifik b. Untuk mengidentifikasi strategi koping yang telah digunakan secara efektif mengatasi digunakan ketakutan yang muncul saat inic. Untuk menggunakan strategi yang membantu mengontrol rasa takut

Intervensi keperawatan a. Memberikan kesempatan bagi orang tua untuk mengekspresikan ketakutan mereka. Ketakutan dapat membuat seseorang melakukan hal negatif. Langkah pertama adalah mengidentifikasi ketakutan. Jika orang tua menunjukkan tanda-tanda ketakutan selama perawatan, perawat harus menghentikan kegiatan dan memberikan individu kesempatan untuk mengekspresikan ketakutannya. b. Menghilangkan atau mengurangi sumber yang memicu rasa takut. Setiap orang takut dengan sesuatu yang berbeda-beda. Jatuh adalah sesuatu yang paling sering ditakuti oleh lansia. c. Memberikan penjelasan untuk semua prosedur perawatan. Banyak tindakan keperawatan yang ditakuti oleh lansia, mereka berpikir bahwa prosedur tersebut menyebabkan cedera tubuh atau nyeri. Perawat harus berhati-hati ketika menjelaskan mengapa prosedur tersebut harus dilakukan, apa yang akan terjadi. Penjelasan tidak akan menghilangkan rasa takut, namun dapat mengurangi.

4. Kecemasan Kecemasan adalah perasaan tidak tenang atau gelisah yang penyababnya tidak dapat diidentifikasi. Diagnosa Keperawatan Kecemasan Tujuan Keperawatan / Hasil a. Mengidentifikasi metode yang digunakan untuk membantu mengurangi kecemasan

Intervensi keperawatan a. Mendorong lansia mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan mereka. Setelah mengetahui penyebabnya, strategi dapat dirancang untuk membantu orang mengatasi kecemasan. Membiarkan lansia mengungkapkan secara verbal mengenai kemarahan mereka atau menangis dapat memungkinkan mereka menjadi lebih tenang. b. Berikan lingkungan yang tenang dan mengurangi stimulasi yang berlebihan. Kebisingan atau aktivitas yang berlebihan biasanya meningkatkan kecemasan. Sebuah ruangan yang tenang dapat membantu menenangkan lansia. c. Memberikan distraksi atau pengalihan. Kecemasan sedang dapat menurun jika individu menjadi terlibat dalam kegiatan yang menyenangkan, seperti mendengarkan musik, menonton televisi, atau membuat kerajinan.

5. Keputusasaan Keputusasaan adalah keadaan subjektif di mana seseorang merasa tidak mampu memecahkan masalah atau menetapkan tujuan. Mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki alternatif atau pilihan, bahkan ketika sebenarnya mereka dapat mengendalikan apa yang terjadi. Seseorang yang putus asa mengungkapkan perasaan apatis dalam menanggapi masalah. Mereka sering membuat pernyataan seperti "Apa gunanya mencoba; tidak akan ada hasilnya. Karena orang-orang yang putus asa tidak bisa mencari solusinya, mereka cenderung pasif dan tidak tertarik. Mereka merasa sulit dan mustahil untuk memecahkan masalah atau membuat keputusan. Dalam kebanyakan kasus, orang-orang ini menampilkan beberapa emosi (meskipun beberapa merespon dengan kemarahan). Perilaku merusak diri sendiri adalah gejala yang sering pada lansia, bahkan bunuh diri. Lansia dengan tanda-tanda keputusasaan yang tinggi perlu diawasi dengan ketat. Lansia dapat menggunaakan alkohol atau obat depresan lainnya yang meningkatkan risiko untuk bunuh diri.

Diagnosa Keperawatan Keputusasaan

Tujuan Keperawatan / Hasil Tujuan keperawatan untuk lansia didiagnosis dengan keputusasaan adalah untuk mengidentifikasi kegiatan atau intervensi yang dapat meningkatkan harapan hidup.

Intervensi Keperawatana. BHSP pada lansia untuk mengetahui keputusasaan.Hal ini diperlukan untuk mengembangkan kepercayaan lansia untuk berbagi kekhawatiran mereka dan lansia dapat mengungkapkan perasaan mereka. b. Menilai potensi perilaku merusak diri sendiri atau bunuh diri. Ungkapan verbal pada lansia dari keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri harus ditanggapi dengan serius. Beberapa bunuh diri pasif, misalnya menolak untuk makan, menolak perawatan medis, atau tidak memenuhi perawatan medis seperti minum obat.

6. Risiko Bunuh Diria. Setidaknya 6000 orang usia 65 tahun atau lebih tua bunuh diri setiap tahun. b. Laki-laki berkulit putih adalah kelompok yang paling mungkin untuk melakukan bunuh diri. c. Penyakit medis merupakan faktor utama untuk bunuh diri. d. Isolasi sosial, depresi serius, dan riwayat perilaku merusak diri sendiri meningkatkan risiko untuk bunuh diri. e. Peristiwa kehidupan seperti kehilangan orang yang dicintai, nyeri tak terkendali, dan perubahan besar dalam hidup seperti pensiun meningkatkan risiko bunuh diri.Intervensi yang berhubungan dengan bunuh diri a. Kaji tanda-tanda depresi Perubahan nafsu makan atau pola tidur Kelelahan Apatis atau kehilangan minat dalam hidup Kesulitan berkonsentrasi atau keraguan Penarikan sosial dari keluarga dan / atau teman-teman Kehilangan minat dalam kegiatan normal atau hobi Kehilangan minat pada penampilan pribadi Menangis tanpa alasan yang jelasb. Kaji perubahan perilaku lainnya Memberikan harta berharga Berbicara tentang kematian atau bunuh diri Mengambil risiko yang tidak biasa atau tidak perlu Peningkatan konsumsi alkohol atau obat-obatan Kegagalan untuk menindaklanjuti dengan obat yang diresepkan atau diet Pembelian senjatac. Menunjukkan minat dan terlibat dengan orang Ambil petunjuk bunuh diri secara serius, jangan mengabaikan mereka. Mintalah orang tersebut jika ia sedang mempertimbangkan bunuh diri. Hindari pernyataan menghakimi. Penawaran harapan dan membantu orang-orang mencari alternatif. Mempromosikan lingkungan yang aman dengan menghapus metode bunuh diri yang mudah. Carilah bantuan dari orang atau lembaga yang mengkhususkan diri dalam pencegahan bunuh diri.

7. Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan terjadi ketika lansia merasa mereka telah kehilangan kendali atas apa yang terjadi pada mereka. Perasaan tersebut dapat dihasilkan dari hilangnya kontrol fungsi fisik atau bagian tubuh atau dari hilangnya bagian tubuh. Diagnosa Keperawatan Ketidakberdayaan

Tujuan Keperawatan / hasil Tujuan keperawatan untuk lansia didiagnosis dengan ketidakberdayaan adalah a. Untuk mengidentifikasi tindakan di mana mereka dapat dilakukan b. Untuk membuat keputusan dan memiliki masukan dalam rencana perawatan.

Intervensi Keperawatan a. Biarkan lansia untuk membuat pilihan bila memungkinkan. b. Mendorong lansia untuk melakukan kegiatanKetika orang melakukan perawatan sendiri, mereka merasa lebih memegang kendali. Seperti kontrol dari hal-hal sederhana yang dapat membantu mempertahankan rasa mampu mempengaruhi apa yang terjadi.c. Beradaptasi lingkungan untuk mendorong kegiatan mandiri. Perawat harus mengevaluasi lingkungan, dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterbatasan lansia. Misalnya menyediakan makanan ringan dan minuman di tempat yang mudah diakses. d. Jelaskan alasan untuk setiap perubahan dalam rencana perawatan. Pada saat rencana perawatan mungkin perlu diubah. Bila ini diperlukan, orang tua harus diberitahu segera setelah perubahan dikenal. Alasan untuk perubahan harus dijelaskan sehingga orang memahami bahwa perubahan itu terjadi karena keadaan tertentu, bukan hanya karena perawat mengasumsikan kontrol dari hak pasien untuk membuat pilihan.e. Hindari menjadi overprotective Jika perawat overprotective, dapat menyebabkan lansia marah marah dan tidak mau diasuh. Perawat harus percaya pada lansia bahwa mereka dapat melakukan kegiatannya.

BAB VPERAN PANTI DAN RS DALAM DALAM MELAKUKAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

A. Tujuan dan Fungsi PelayananTujuan pelayananannya adalah 1. Terpenuhinya kebutuhan lansia yang mencakup biologis, psikologis,sosial dan spiritual.2. Memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktivitas lansia.3. Terwujudnya kesejahteraan sosial lansia yang diliputi rasa tenang, tentram, bahagia dan mendekatkan diri kepada tuhan YME. Tugas pelayanan meliputi : 1. Memberi pelayanan sosial kepada lansia yang meliputi pemenuhan kebutuhan hidup, pembinaan fisik, mental dan sosial, memberi pengetahuan serta bimbingan keterampilan dalam mengisi kehidupan yang bermakna.2. Memberi pengertian kepada keluarga lanjut usia, masyarakat untuk mau dan mampu menerima, merawat, dan memenuhi kebutuhan lansia.Fungsi pelayanan dapat berupa pusat pelayanan lanjut usia, pusat informasi pelayanan sosial lanjut usia, pusat pengembangan pelayanan lanjut usia, dan pusat pemberdayaan lanjut usia.B. Kebutuhan dan TindakanDengan memperhatikan keanekaragaman latar belakang biologis, psikologis, sosial dan spiritual lansia, kebutuhan dan tindakan dalam pelayanan untuk lansia dapat diidentifikasi. Dalam tindakan ini, petugas berkewajiban memotivasi, mengarahkan, mengajarkan, dan membantu melaksanakan kegiatan lansia.1. Kebutuhan psikologisa. Sering marah1) Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab sering marah.2) Mengajarkan lansia cara marah yang baik atau sehat.3) Mendampingi lansia saat marah sedang memuncak (untuk keamanan).4) Mendorong lansia mengungkapkan perasaan dan rasa marahnya.5) Meluangkan waktu memberi perhatian pada lansia.6) Memberi pujian atas perilaku marah yang baik.b. Rasa aman dan tenang1) Meluangkan waktu beberapa menit untuk mendengarkan yang dikeluhkan.2) Memberi penjelasan secara ringkas.3) Jangan menuntut lansia memutuskan hal saat itu juga.4) Melibatkan orang terdekat untuk meyakinkan lansia.5) Menanyakan pada lansia kegiatan yang disukai.6) Memberi pujian kepada lansia.c. Ketergantungan1) Mengidentifikasi ketergantungan pada lansia.2) Menumbuhkan rasa percaya diri agar tidak bergantung pada orang lain.3) Memberi kegiatan secara bertahap.4) Memberi perhatian secara wajar.5) Memberi penghargaan atas hasil kerja lansia.d. Sedih dan kecewa1) Mengidentifikasi penyebab kesedihan dan kekecewaan.2) Meluangkan waktu untuk bercakap-cakap dengan lansia.3) Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.4) Menerima lansia apa adanya.5) Mengembangkan sikap positif lansia.e. Kesepian1) Mendampingi lansia.2) Mendengarkan keluhan.3) Mengarahkan kegiatan yang bermanfaat.

2. Kebutuhan Sosiala. Aktivitas yang bermanfaat1) Mengidentifikasi kemampuan atau potensi lansia yang sesuai dengan hobi.2) Menciptakan kegiatan atau peluang kerja yang bermanfaat.3) Memberi penghargaan dan hukuman yang layak atas kegiatan yang dilakukan.b. Kesulitan menyesuaikan diri1) Mengidentifikasi kesulitan penyesuaian diri.2) Mengintegrasikan lansia ke dalam situasi, lingkungan, dan kegiatan panti.3) Memotivasi agar dapat berinteraksi dengan situasi, lingkungan, dan kegiatan panti.c. Kesulitan berhubungan dengan orang lain.Kesulitan ini mungkin berhubungan dengan keluarga, sesama lansia, atau petugas.1) Mengidentifikasi adanya penyebab kesulitan berhubungan.2) Mendorong lansia mengungkapkan masalah/isi hatinya yang dipandu oleh petugas.3) Melibatkan lansia dalam kegiatan kelompok.d. Bersosialisasi dengan sesama lansia1) Menyediakan tempat dan waktu untuk kegiatan bersama.2) Mengarahkan kegiatan bersama sehingga berdampak positif.e. Kunjungan keluarga1) Menghubungi dan memotivasi kaluarga lansia untuk sering berkunjung (bersilaturahmi) atau sebaliknya, sesuai prosedur.2) Menyediakan tempat pertemuaan yang nyaman.3) Memberi kesempatan kepada lansia untuk berkunjung ke keluarga dengan ketentuan: mampu secara fisik dan mental serta membawa surat izin.f. Rekreasi/hiburan (di dalam dan di luar panti)1) Menyediakan sarana hiburandalam panti, antara lain TV, radio, karaoke, organ, angklung, rebana, dan lain-lain.2) Membuat jadwal kegiatan.3) Mengundang relawan untuk menghibur lansia sesuai dengan kemampuan masing-masing.4) Menyelenggarakan acara dari, oleh, untuk, dan bersama lansia.5) Darmawisata ke objek pariwisata.6) Menghubungi relawan, sponsor/donatur yang peduli terhadap lansia.g. Mengikuti pendidikan usia ketiga1) Mengidentifikasi kemauan, kemampuan, dan kesempatan.2) Menghubungkan lansia dengan program pendidikan usia ketiga.3) Memfasilitasi lansia untuk mengikuti pendidikan.4) Mendorong semangat lansia untuk mengikuti pendidikan tersebut.h. Tabungan/simpanan bagi lansia yang berpenghasilan.1) Membantu cara menyimpan uang yang aman melalui perbankan.2) Membantu mengamankan/mengalihkanuang simpanan dari pihak yang berhak.i. Bimbingan kerohanian1) Mengenali dan memahami keyakinan dan kepercayaan yang dianut lansia.2) Memberi motivasi untuk melakukan kegiatan keagamaan.3) Memberi pemahaman yang berhubungan dengan keagamaan.4) Mengikutsertakan lansia dalam kegiatan kerohania.5) Menyediakan sarana dan prasarana peribadatan seperti pembimbing, tempat beribadah, buku keagamaan.6) Mengingatkan agar selalu melakukan ibadah.7) Memberi pujian atas usaha yang dicapai sebagai tanda penghormatan.8) Memberi kesempatan beribadah.9) Menghubungi pemuka agama dalam rangkabimbingan.10) Menyelenggarakan peringatan hari besar keagamaan.j. Akhir hayat bermanfaat.1) Mengidentifikasi lansia yang meninggal dunia (terutama menurut agama dan kepercayaan).2) Memperoleh persetujuan keluarga.3) Melaksanakan perawatan dan pemeliharaan jenazah.4) Memberi penghormatan terakhir sesuai dengan agama, keyakinan, dan kepercayaan lansia masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.Miller,C.A. 2004. Nursing For Wellness In Older Adults Four Edition. Philadelphia : Lippincott. Williams & Wilkins.Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta : EGC.Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.Tyson,S.R. 1999. Gerontologi Nursing Care. Philadelphia : WB.Saunderscompany.Zulfitri, Reni. 2011. Konsep Diri Dan Gaya Hidup Lansia Yang Mengalami Penyakit Kronis Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Khusnul Khotima H. Pekanbaru. Jurnal Ners Indonesia Vol.1 No.2.