askep hepatoma

7
I. ASKEP HEPATOMA 2.2.1 Pengertian Hepatoma Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primerdan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnyaseperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kankerhati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jeniskanker yang berasal dari sel hati.Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yangmerupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalahfaktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnyaadalah virus hepatitis Bdan C. (Brunner dan Suddarth, 2002). ETIOLOGI Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C Bahan-bahan Hepatokarsinogenik : § Aflatoksin § Alkohol § Penggunaan steroid anabolic § Penggunaan androgen yang berlebihan § Bahan kontrasepsi oral § Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis) 2.2.3. Gejala-Gejala Hepatoma Hepatoma seringkali tak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutup oleh penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik. Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, malah banyak tanpa keluhan. Lebih dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah ada kanker yang besar sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa. Keluhan utama yang sering adalah : • Keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perutkanan atas • Nafsu makan berkurang, • Berat badan menurun, dan rasa lemas. • Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunancairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam,demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahandari dubur, dan lain-lain. 2.2.5 Patofisiologi Hepatoma Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik. Pedoman

Upload: lathifanur

Post on 13-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asm

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP HEPATOMA

I. ASKEP HEPATOMA2.2.1 PengertianHepatoma Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primerdan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnyaseperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma.Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kankerhati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jeniskanker yang berasal dari sel hati.Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yangmerupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalahfaktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnyaadalah virus hepatitis Bdan C.(Brunner dan Suddarth, 2002).

ETIOLOGIVirus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C Bahan-bahan Hepatokarsinogenik :§ Aflatoksin§ Alkohol§ Penggunaan steroid anabolic§ Penggunaan androgen yang berlebihan§ Bahan kontrasepsi oral§ Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis)

2.2.3. Gejala-GejalaHepatoma Hepatoma seringkali tak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutup oleh penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik. Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, malah banyak tanpa keluhan. Lebih dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah ada kanker yang besar sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa.

Keluhan utama yang sering adalah :• Keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perutkanan atas• Nafsu makan berkurang,• Berat badan menurun, dan rasa lemas.• Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunancairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam,demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahandari dubur, dan lain-lain.

2.2.5 PatofisiologiHepatoma Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak. Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokallagi.

2.2.6. Stadium HepatomaStadium I : Satu fokal tumorberdiameter \ hati.Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas padasegment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kirihati.Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheral kesistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.Stadium IV : Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan danlobus kiri hati.- atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intrahepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu

Page 2: ASKEP HEPATOMA

(biliary duct)- atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepaticvessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis)- atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extrahepatic metastase)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK · Laboratorium :

1. Darah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein ³ 500 mg/dl, HbsAgpositf dalam serum, Kalium, Kalsium.

2. Radiologi ; Ultrasonografi (USG)/C-7 Scan (Sidik Tomografi Komputer),CT-Scan, Thorak foto, Arteriography, Angiografi Hepatik, Skintigrafi Hepatik·

3. Biopsi jaringan hati dilakukan dengan tuntunan USG atau laparoskopi

PENGOBATANReseksi segmen atau lobus hatiPemberian kemoterapi secara infusPenyinaran .

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HEPATOMAI. PENGKAJIAN1. Biodata Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial

ekonomi, adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.

2. Riwayat Keperawatan Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakinmengganggu sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping itu disertai nyeri abdomen.a. Riwayat Penyakit sekarang

Riwayat Penyakit Sekarang dapat diperoleh melalui orang lain ataudengan klien itu sendiri.

b. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat Penyakit Dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang pernah diderita oleh klien.

c. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat Penyakit Keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit yang pernah dialami oleh anggota keluarga.

3. Pemeriksaan Fisika. Gejala klinik

- Fase dini : Asimtomatik.- Fase lanjut : Tidak dikenal simtom yang patognomonik. Keluhan berupa nyeri

abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan :1. Ascites2. Ikterus3. Splenomegali, Spider nevi, Eritema palmaris, Edema.

Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus Hepatoma, meliputi :• Gangguan metabolisme• Perdarahan• Asites• Edema• Hipoalbuminemia• Jaundice/icterus• Komplikasi endokrin• Aktivitas terganggu akibat pengobatan

Page 3: ASKEP HEPATOMA

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan pernapasan berhubungandengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanandiapragma)Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakanpernapasan efektif kembaliKriteria : Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 – 24 X/menit. Hasil Lab BGA Normal Intervensi :1) Pertahankan Posisi semi fowler.

Rasional : Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perutterhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk ekspansiparu yang maksimal. Disamping itu posisi ini juga mengurangipeningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yangdapat diisi oleh udara.

2) Observasi gejala kardinal dan monitor tanda – tanda ketidakefektifan jalan napas.Rasional : Pemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehinggadapat diambil tindakan penanganan segera.

3) Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utukmembatasi aktivitas.Rasional : Pengertian klien akan mengundang partispasi klien dalammengatasi permasalahan yang terjadi.

4) Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian Oksigen danpemeriksaan Gas darah.Rasional : Pemberian oksigen akan membantu pernapasan sehingga eskpasi paru dapat maksimal. Pemeriksaan gas darah untuk mengetahui kemampuan bernapas.

2. Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakan nyeri dapat berkurang atau Pasien bebas dari nyeri.Kriteria : Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak meringis, Nadi 70 – 80x/menit.Intervensi :5) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.

Rasional : Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapaisistim saraf sentral.

6) Atur posisi klien yang enak sesuai dengan keadaan.Rasional : Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya gravitasi, maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan penekanan sisi yang sakit.

7) Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri.Rasional : Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan klien untuk menangani nyeri.

8) Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi.Rasional : Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatiansehingga mengurangi emosional dan kognitif.

9) Observasi tanda-tanda vital.Rasional : Deteksi dini adanya kelainan

3. Diagnosa keperawatan : Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhanberhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpeniuhi.Kriteria : Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makananyang di sediakan.Intervensi :1) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin.

Rasional : Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme,mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu pembentukansel baru.

2) Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diityang di tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan.

Page 4: ASKEP HEPATOMA

Rasional : Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untukmengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balikklien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien tentangnutrisi

3) Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi dan memilih makananyang mengandung kalori dan protein tinggi.Rasional : Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah ditentukan.

4) Identifikasi busana klien buat padan yang ideal dan tentukankenaikan berat badan yang diinginkan berat badan ideal.Rasional : Diharapkan klien kooperatif.

5) Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat.Rasional : Dengan penyajian yang menarik diharapkan dapatmeningkatkan selera makan.

6) Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut.Rasional : Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehinggadiharapkan menambah rasa.

7) Monitor kenaikan berat badan.Rasional : Dengan monitor berat badan merupakan sarana untukmengetahui perkembangan asupan nutrisi klien.

4. Diagnosa keperawatan : Gangguan istirahat tidur berhubungandengan sesak dan nyeri. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapakn tidurterpenuhi sesuai kebutuhanKriteria : klien mengatakan sudah dapat tidur.Intervensi :1) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dananalgesik

Rasional : Dengan penambahan suplay O2 diharapkan sesak nafasberkurang sehingga klien dapat istirahat.

2) Beri suasana yang nyaman pada klien dan beri posisi yangmenyenangkan yaitu kepala lebih tinggi.Rasional: Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan ketegangan dansangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggidiharapkan membantu paru – paru untuk melakukan ekspansi optimal.

3) Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya istirahat tidur.Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien termotivasi untukmemenuhi kebutuhan istirahat sesuai dengan kebutuhan.

4) Tingkat relaksasi menjelang tidur.Rasional : Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan pikiranlebih tenang.

5) Bantu klien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur.Rasional : Dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan klienmempermudah klien untuk beradaptasi dengan lingkungan.

5. Diagnosa keperawatan : Gangguan aktifitas berhubungan dengansesak dan nyeri.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan klien dapatmelakukan aktivtas dengan bebas.Kriteria : Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.Intervensi :1) Bimbing klien melakukan mobilisasi secara bertahap.

Rasional : Dengan latihan secara bertahap klien dapat melakukan aktivitassesuai kemampuan.

2) Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.Rasional : Diharapkan ada upaya menuju kemandirian.

3) Ajarkan pada klien menggunakan teknik relaksasi yang merupakan salah satu teknik pengurangan nyeri.Rasional : Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendiandengan optimal.

4) Jelaskan tujuan aktifitas ringan.Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif.

5) Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas.Rasional : Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapatmeningkatkan rasa nyeri.

Page 5: ASKEP HEPATOMA

6) Anjurkan klien untuk mentaati terapi yang diberikan.Rasional : Diharapkan klien dapat kooperatif.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untukPerencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasaI Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alihbahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, AndryHartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.Corwin, J. Elizabeth. 2007. buku saku patofisiologi edisi 3. Jakarta ; EGC