referat hepatoma

55
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN REFERAT APRIL 2013 HEPATOMA Oleh: Andi Fajar Apriani 110 209 0106 Pembimbing: dr. Rachmat Saleh Konsulen: dr. Sri Asriyani, Sp. Rad Penguji: dr. Luthfy Attamimi, Sp. Rad DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN RADIOLOGI 1

Upload: a-fajar-apriani

Post on 21-Jan-2016

249 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Referat Hepatoma (Departemen Radiologi)

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Hepatoma

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN REFERAT

APRIL 2013

HEPATOMA

Oleh:Andi Fajar Apriani

110 209 0106

Pembimbing:dr. Rachmat Saleh

Konsulen:dr. Sri Asriyani, Sp. Rad

Penguji:dr. Luthfy Attamimi, Sp. Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2013

1

Page 2: Referat Hepatoma

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Andi Fajar Apriani

NIM : 110 209 0106

Judul Referat : Hepatoma

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian

Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, April 2013

Penguji, Konsulen, Pembimbing,

dr. Luthfy Attamimi, Sp. Rad dr. Sri Asriyani, Sp.Rad dr. Rachmat S.

Mengetahui,

Ketua Bagian Radiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. dr. Muhammad Ilyas, Sp.Rad(K)

2

Page 3: Referat Hepatoma

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

I. PENDAHULUAN.......................................................................1

II. INSIDENSI.................................................................................2

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI ...................................................3

IV. ETIOLOGI..................................................................................5

V. PATOLOGI.................................................................................6

VI. DIAGNOSIS...............................................................................8

A. GAMBARAN KLINIS ..........................................................8

B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM............................. .....9

C. PEMERIKSAAN RADIOLOGI ...........................................11

D. PEMERIKSAAN LAINNYA........................................... .....27

VII. DIAGNOSIS BANDING............................................................ ....28

VIII. PENATALAKSANAAN............................................................. ....30

IX. PROGNOSIS...................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ...32

LAMPIRAN

3

Page 4: Referat Hepatoma

HEPATOMA

(Andi Fajar Apriani, Rachmat Saleh, Sri Asriyani)

I. PENDAHULUAN

Karsinoma hati primer (KHP) atau hepatoma adalah merupakan salah satu

tumor ganas hati yang paling sering ditemukan.1 Tumor hepar ganas sering

dipaparkan sebagai ikterus dan hilangnya berat badan. Tumor ini paling sering

merupakan metastasis dari berbagai organ lain. Yang tergolong tumor hepar

ganas primer yaitu karsinoma sel hepar (karsinoma hepatoseluler),

kolangiokarsinoma (adenokarsinoma ductus biliaris), angiosarkoma

(neoplasma ganas endotel vaskuler), dan hepatoblastoma (tumor hepar primer

pada anak-anak).2 Karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carsinoma = HCC)

merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit, demikian pula

dengan karsinoma fibrolamelar dan hepatoblastoma. Tumor ganas hati lainnya,

kolangiokarsinoma (cholangiocarsinoma = CC) dan sistoadenokarsinoma

berasal dari sel epitel bilier, sedangkan angiosarkoma dan leiomiosarkoma

berasal dari sel mesenkim. Dari seluruh tumor ganas hati yang pernah

didiagnosis, 85% merupakan HCC; 10% CC, dan 5% adalah jenis lainnya.3

Tumor ini sangat prevalen di daerah-daerah tertentu di Asia dan Afrika sub-

Sahara, tempat insidensi tahunan mencapai 500 kasus per 100.000 populasi. Di

Amerika Serikat dan Eropa Barat, tumor ini jauh lebih jarang, menyebabkan

hanya sekitar 1-2 % tumor ganas pada autopsi.4 Kanker hati dan kanker

kantong empedu primer merupakan tumor yang relatif jarang terjadi di

Amerika, akan tetapi kanker hati primer cukup sering terjadi di Afrika dan dan

Jepang. Tumor ganas primer di hati ini berasal dari sel parenkim atau epitel

saluran empedu. Yang pertama (dikenal sebagai karsinoma hepatoseluler)

merupakan 80 hingga 90% keganasan hati primer; yang terakhir disebut

sebagai kolangiokarsinoma. Sekitar 75% penderita karsinoma hepatoseluler

mengalami sirosis hati, terutama tipe alkoholik dan pasca nekrotik.5

4

Page 5: Referat Hepatoma

II. INSIDENSI

Menurut data dari Pusat Kanker Internasional pada tahun 2000 penderita

hepatoma dari seluruh dunia berjumlah sekitar 564 ribu jiwa, meninggal 549

ribu jiwa. Di China, insiden hepatoma pertahun 306 ribu, meninggal 300 ribu,

menempati 54,6 % dari mortalitas hepatoma dunia, mortalitas tersebut

menduduki urutan kedua dari mortalitas berbagai tumor utama, di pedesaan

berada dibawah karsinoma gaster, di perkotaan di bawah karsinoma paru.

Insiden hepatoma memiliki karateristik distribusi geografis yang menonjol.

Insidennya relatif tinggi di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan Afrika

Tenggara, sedangkan relatif rendah di Amerika, Eropa, Oseania, dll. Negara

dan wilayah dengan insiden hepatoma tinggi adalah Mozambik, Uganda,

Afrika Selatan, untuk Afrika, dan Malaysia, Indonesia, Singapura, Hongkong,

Thailand, Filipina, China, Jepang untuk Asia.1

Walaupun jenis tumor hati amat banyak, namun dalam kenyataannya yang

terbanyak ditemukan di Indonesia hanyalah bentuk karsinoma hati primer,

kemudian menyususl kholangiokarsinoma. Di Indonesia, data insiden HCC

belum ada. Diperkiraan datanya mirip dengan Singapura, dimana dilaporkan

28,1 per 100.000. Data yang ada di Indonesia hanya berupa prevalensi relatif,

yaitu jumlah penderita HCC yang dirawat di beberapa rumah sakit besar di

Indonesia. Prevalensi HCC pada tahun 1984 di RSCM adalah 2.5% jumlah

penderita yang dirawat di bangsal perawatan Bagian Ilmu Penyakit Dalam,

angka yang tidak berbeda dengan penemun terdahulu.6

Insiden puncak terjadi pada dekade ke-5 sampai ke-6 di negara barat,

tetapi satu atau dua dekade lebih dini di daerah Asia dan Afrika dengan

prevalensi karsinoma hati yang tinggi.4 Di Indonesia, usia terbanyak penderita

HCC adalah pada dekade ke-5. HCC jarang dijumpai pada anak-anak. Di

Indonesia, usia termuda yang ditemukan dilaporkan pada anak usia 3 tahun.6

Mortalitas sebelum usia 30 tahun relatif rendah, setelah usia 30 tahun

meningkat tajam, mortalitas kelompok usia 30-44 tahun menduduki urutan

teratas dari mortalitas akibat semua tumor ganas.1 Penyakit ini dapat timbul

pada semua golongan usia, rata-rata usia kejadian penyakit adalah 43,7

5

Page 6: Referat Hepatoma

tahun.6 Pria lebih banyak daripada wanita, ratio kelamin mortalitas adalah

2,59.1 Karsinoma hepatoseluler 4x lebih sering pada laki-laki daripada

perempuan dan biasanya timbul pada hati yang sirotik.4 Keterangan mengapa

lebih banyak ditemukan pada pria mungkin dihubungkan dengan faktor

hormonal atau prevalensi HbsAg yang tinggi pada pria.6

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rata-rata sekitar 1.500 gr

atau 2 % berat badan orang dewasa normal. Hati memiliki 2 lobus utama

yaitu kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan

psoterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak terlihat dari luar. Lobus

kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsiformis

yang terlihat dari luar. Ligamentum falsiformis berjalan dari hati ke

diafragma dan dinding depan abdomen. Permukaan hati diliputi oleh

peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang

melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang merupakan

peritoneum membantu menyokong hati. Dibawah peritoneum terdapat

jaringan ikat padat yang disebut sebagai kapsula Glisson, yang meliputi

permukaan seluruh organ; bagian paling tebal pada kapsula ini terdapat pada

porta hepatis, membentuk rangka untuk cabang vena porta, arteri hepatika

dan saluran empedu. Porta hepatis adalah fisura pada hati tempat masuknya

vena porta dan arteri hepatika serta tempat keluarnya ductus hepatika.5

Hati memiliki dua sumber suplai darah, dari saluran cerna dan limpa

melalui vena porta hepatika, dan dari aorta melalui arteria hepatika. Sekitar

1/3 darah yang masuk adalah darah arteria dan 2/3 adalah darah vena dari

vena porta. Volume total darah yang melewati hati setiap menitnya adalah

1.500 mL dan dialirkan melalui vena hepatika kanan dan kiri, yang

selanjutnya bermuara pada vena cava inferior.5

6

Page 7: Referat Hepatoma

Gambar 1. Organ hepar (dikutip dari kepustakaan 7)

Fungsi utama hati adalah membentuk dan mengekskresikan empedu;

saluran empedu mengangkut empedu sedangkan kandung empedu

menyimpan dan mengeluarkan empedu ke dalam usus halus sesuai

kebutuhan. Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak

dalam usus halus. Hati berperan penting dalam metabolisme 3 makronutrien

yang dihantarkan oleh vena porta pasca-absorbsi di usus. Fungsi metabolisme

hati yang lain adalah metabolisme lemak, penimbunan vitamin, besi, dan

tembaga, konjugasi dan ekskresi steroid adrenal dan gonad, serta detoksikasi

sejumlah zat endogen dan eksogen.5

7

Page 8: Referat Hepatoma

IV. ETIOLOGI

Dewasa ini hepatoma dianggap terjadi dari hasil interaksi sinergis

multifaktor dan multifasik, melalui inisisasi, akselerasi, dan transformasi dan

proses banyak tahapan, serta peran serta banyak onkogen dan gen terkait,

mutasi multigenetik. Etiologi hepatoma belum jelas, menurut data yang ada,

virus Hepatitis, aflatoksin, dan pencemaran air minum merupakan 3 faktor

utama yang terkait dengan timbulnya hepatoma.1 Sampai saat sekarang,

belum diketahui dengan pasti penyebab sebenarnya dari karsinoma hati

primer. Tetapi ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab atau

merupakan faktor predisposisi.8

Sirosis hati

Sering disebut-sebut bahwa sebagai predisposisi yang terbanyak

ialah sirosis hati, atau bahkan sering karsinoma hati primer ditemukan

bersama-sama dengan sirosis hati. Kemungkinan timbulnya karsinoma

pada sirosis hepatis adalah adanya hiperplasia noduler yang akan berubah

menjadi adenomata multipel, dan kemudian berubah menjadi karsinoma

yang multipel. Ini terbukti bahwa sirosis bentuk makronoduler (post

nekrotik) sering ditemukan pada penderita karsinoma hati primer.8

Hepatitis

Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan timbulnya HCC

terbukti kuat, baik secara epidemiologis, klinis, maupun eksperimental.

Karsinogenitas HBV terhadap hati mungkin terjadi melalui proses

inflamasi kronik, peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA

ke dalam DNA sel penjamu, dan aktivitas protein spesifik HBV

berinteraksi dengan gen hati. Diwilayah dengan tingkat infeksi HBV

rendah, HCV merupakan faktor resiko penting dari HCC. Metaanalisis

dari 32 penelitian kasus-kelola menyimpulkan bahwa resiko terjadinya

HCC pada pengidap infeksi HCV adalah 17 kali lipat dibandingkan

dengan resiko pada bukan pengidap.3

Aflatoksin (AFT)

8

Page 9: Referat Hepatoma

Sejak ditemukannya aflatoksin pada tahun 1960-an sudah berkali-

kali dibuktikan aflatoksin dapat memicu hepatoma pada hewan,

diantaranya AFT-B1 dianggap salah satu karsinogenik paling poten pada

hewan, dosis minimal untuk memicu hepatoma adalah konsumsi hanya

10 mikrogram perhari. Tidak sedikit data penelitian menunjukkan

aflatoksin dan HBV berefek sinergistis.1

Pencemaran air minum

Dari hasil survey epidemiologi China, ditemukan pencemaran air

minum dan kejadian hepatoma berkaitan erat, menunjukkan peminum air

saluran perumahan dan air kolam memiliki mortalitas hepatoma secara

jelas lebih tinggi dari peminum air sumur dalam. Algae biru-hijau dalam

air saluran perumahan dan air kolam dianggap sebagai salah satu

karsinogen utama.1

V. PATOLOGI

Pengamatan makroskopis, karsinoma hepatoseluler dibagi atas 3 bentuk,

yaitu :

1. Tipe noduler, sering berbentuk multinoduler. Biasanya hati membesar,

dengan nodul yang bermacam-macam besar dan bentuknya (nodul

yang ireguler). Warna juga bermacam-macam, dari kuning kehijauan

sampai hijau tua. Seringkali disertai sirosis.8

2. Tipe masif, yaitu suatu bentuk masif yang besar pada salah satu satu

lobus dengan hanya 1 nodul saja. Oleh karena itu disebut juga

mononodular masif. Tumor massa yang besar tersebut sering kali

terdapat di lobus kanan dan mungkin pada lobus lainnya dijumpai

tumor kecil-kecil. Kadang-kadang pada lobus kanan terdapat tumor

yang masif, dan lobus kiri bentuk sirosis.8

3. Tipe difus, umumnya besarnya hati terdapat dalam batas normal tapi

seluruhnya terisi oleh sel-sel karsinoma yang difus, dan yang kadang-

kadang susah dibedakan dengan sirosis portal.8

Pengamatan mikroskopik :8

9

Page 10: Referat Hepatoma

1. Karsinoma hepatoseluler

Kanker sel hati di RRC menempati 95% lebih dari hepatoma

primer, berasal dari hepatosit.1 Sel-sel karsinoma biasanya lebih kecil

daripada sel-sel hati yang normal, poligonal dengan sitoplasma

granuler. Seringkali ditemukan sel raksasa yang atipis. Sel tumor

mungkin bernukleoli ganda dan terlihat adanya mitosis. Bila

sitoplasma yang eosinofil menjadi basofil berati tumor lebih ganas.

Inti mengalami hiperkromasi dan lebih bervariasi besarnya daripada

sel hati yang normal. Pusat tumor seringkali nekrosis. Sering disertai

dengan sirosis hati. Dalam struktur asiner sering ditemukan empedu.8

2. Karsinoma kholangioseluler.

Di RRC menempati sekitar 3% dari hepatoma primer, berasal dari

epitel saluran empedu intrahepatik.1 Sel-sel berbentuk kubois atau

silindris dan membentuk tubules atau alveoli yang dikelilingi oleh

jaringan ikat. Pada kholangioseluler, karsinoma di dalam sel tidak ada

sitoplasma granuler. Jarang ditemukan bersama-sama dengan sirosis

hati. Gambaran mitosis tidak ditemukan, jarang sekali ditemukan

adanya sel raksasa. Dalam struktur asiner tidak ditemukan empedu.8

3. Karsinoma hepatokholangioseluler

Suatu bentuk gambaran antara hepatoseluler dan kholangioseluler,

ini jarang sekali ditemukan.8

Metastase. Dapat terjadi metastase secara intrahepatik dan ekstrahepatik.

1. Metastase intrahepatik8

Sering terjadi metastase dalam hati sendiri, dan biasanya berbentuk

tumor yang multipel. Dapat pula terjadi metastase dalam 1 lobus

sehingga berbentuk tumor multipel dalam 1 lobus saja, sedang pada

lobus lain tak ada tumor, atau terjadi metastase ke lobus lain.

2. Metastase ekstrahepatik8

Dapat terjadi penyebaran ke kelenjar limfe, yaitu : pada hilus hati,

mediastinum atau kelenjar servikal. Dapat terjadi metastase pada vena

yang besar, misalnya vena hepatika, vena porta, atau vena cava

10

Page 11: Referat Hepatoma

inferior dan terjadi trombose sekunder. Dapat pula berupa tumor

emboli melalui atrium kanan dan masuk ke dalam jaringan paru-paru.

VI. DIAGNOSIS

A. Gambaran Klinis

Kanker hati pada mulanya tidak terdeteksi secara klinis karena kanker ini

sering timbul pada pasien yang telah menderita sirosis dan gejala serta tanda

mungkin mengisyaratkan perburukan penyakit yang mendasari. Gambaran

pertama yang paling sering timbul adalah nyeri abdomen dsertai adanya

massa abdomen dikuadran kanan atas. Mungkin terdengar friction rub atau

bruit diatas hati. Pada 20% kasus ditemukan cemaran darah dalam asites.

Ikterus jarang terjadi, kecuali terdapat perburukan hebat fungsi hati atau

sumbatan mekanis saluran empedu. Sering terdapat peningkatan fosforilase

alkali dan alfa fetoprotein (AFP) serum. Suatu protrombin jenis abnormal,

des-gamma-karboksi protrombin, juga dapat ditemukan dan secara umum

berkorelasi dengan peningkatan AFP.4

Sebagian kecil pasien karsinoma hepatoseluler mungkin memperlihatkan

tanda sindroma paraneoplastik : dapat terjadi eritrositosis akibat aktivitas

mirip eritropoetin yang dihasilkan oleh tumor, atau timbul hiperkalemia

akibat sekresi hormon mirip paratiroid.4 Hipoglikemia merupakan manifestasi

paraneoplastik yang sering dijumpai dan berbahaya. Diperkirakan bahwa

glukosa masuk ke dalam sel kanker dimana tidak terdapat insulin. Sel kanker

bersifat sebagai karet busa (sponse) terhadap glukosa.6 Manifestasi lain

adalah hiperkolestronemia, hipoglikemia, porfiria didapat, disfibrogenemia,

dan kriofibrinogenemia.4

Secara umum, manifestasi klinis hepatoma terbagi atas :

hepatoma fase subklinis

Yang dimaksud hepatoma fase subklinis atau stadium dini adalah

pasien yang tanpa gejala dan tanda fisik hepatoma yang jelas, biasanya

ditemukan melalui pemeriksaan AFP dan teknik pencitraan. Sebelum awal

tahun 1970-an, hepatoma subklinis sulit ditemukan. Pada akhir tahun

11

Page 12: Referat Hepatoma

1970-an dan awal 1980-an, dengan kemajuan teknik pencitraan medis,

meningkatnya taraf hidup dan kesadaran kesehatan masyarakat, lewat

pemeriksaan kesehatan hepatoma subklinis dapat ditemukan. Caranya

adalah dengan gabungan pemeriksaan AFP dan pencitraan, teknik

pencitraan terutama dengan USG terlebih dahulu, bila perlu dapat

digunakan CT atau MRI.1

hepatoma fase klinis

Hepatoma fase klinis tergolong hepatoma stadium sedang, lanjut,

manifestasi utama yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen kanan,

massa abdomen atas, perut kembung, anoreksia, letih, berat badan

menurun, demam, ikterus, asites, dan gejala lainnya seperti terdapatnya

kecenderungan pendarahan, diare, nyeri bahu belakang kanan, udem kedua

tungkai bawah, kulit gatal dan lainnya, juga manifestasi sirosis hati seperti

splenomegali, palmar eritema, lingua hepatik, spider nevi, venodilatasi

dinding abdomen, dll. Pada stadium akhir hepatoma sering timbul

metastasis ke paru, tulang, dan banyak organ lain.1

B. Pemeriksaan Laboratorium

Sel-sel darah

Sering tidak terjadi perubahan. Bila ada perubahan, yang sering

ditemukan yaitu sedikit penurunan kadar Hb, biasanya sekitar 10 gr%.

Jumlah lekosit sedikit meningkat. Kenaikan laju endap darah bermacam-

macam, tergantung dari kerusakan sel hati dan metastase, tetapi

umumnya meningkat.8

Tes biokimiawi

Tes biokimiawi yang perlu dilakukan yaitu tes faal hati, walaupun

sampai sekarang belum ada tes faal hati yang khas untuk KHP. Namun

demikian, ada beberapa tes faal hati yang kadang-kadang dapat

membantu menegakkan diagnosis antara lain : alkali fosfatase, SGOT,

SGPT yang biasanya terdapat kenaikan kadarnya. Tes faal hati yang

dapat memperkuat dugaan kearah KHP adalah terdapat peninggian kadar

alkali fosfatase. Belakangan ini telah dikembangkan pemeriksaan asam

12

Page 13: Referat Hepatoma

empedu, yang untuk KHP diperoleh hasil yang meningkat. Tes faal hati

lainnya yang dapat berubah bila pada penderita disertai dengan sirosis

hati, yaitu kadar albumin menurun, kolestrol dan trigliserida juga

menurun.8

Pemeriksaan serologis

1. Alfa-fetoprotein (AFP)

AFP memiliki spesifitas tinggi dakam diagnosis karsinoma

hepatoselular. Jika AFP ≥ 500 ng/L bertahan 1 bulan atau ≥ 200 ng/L

bartahan 2 bulan, tanpa bukti penyakit hati aktif, dapat disingkirkan

kehamilan dan kanker embrional kelenjar reproduksi, maka dapat

dibuat diagnosis hepatoma, diagnosis ini dapat lebih awal 6-12 bulan

dari timbulnya gejala hepatoma. AFP sering dapat dipakai untuk

menilai hasil terapi. Pasca reseksi hepatoma, kadar AFP darah terus

menurun dengan wakru paruh 3-9,5 hari, umumnya pasca operasi

dalam 2 bulan kadarnya turun hingga normal, jika belum dapat turun

hingga normal, atau setelah turun naik lagi, maka petanda terjadi

residif atau rekurensi tumor.1

2. HbsAg

Berdasarkan hasil penelitian Prof. Dr. dr. Sujono Hadi, pada

penderita dengan HbsAg positif secara RPHA, ditemukan pada

hepatitis kronis aktif 36,4 %, sirosis hati 38,3 %, dan KHP 34,5 %.

Demikian pula dengan hasil penelitian Nishioka (1978) menemukan

HbsAg positif pada 30 % kasus dengan hepatitis kronis dan sirosis

hati. Disamping itu, ditemukan lebih dari 10 % HbsAg positif pada

penderita KHP. Selanjutnya, Nishioka mengadakan penelitian Anti

HBc pada kasus KHP, ditemukan 80-90 % positif, walaupun beberapa

diantara penderita memperlihatkan HbsAg negatif.8

3. Petanda tumor lainnya

Zat petanda hepatoma sangat banyak, tetapi semuanya tidak

spesifik untuk diagnosis sifat hepatoma primer. Penggunaan gabungan

13

Page 14: Referat Hepatoma

untuk diagnosis kasus dengan AFP negatif memiliki nilai rujukan

tertentu, yang relatif umum digunakan adalah : des-gama karboksi

protrombin (DCP), alfa-L-fukosidase (AFU), γ glutamil transpeptidase

(GGT-II), CA 19-9, antitripsin, feritin, CEA, dll.1

C. Pemeriksaan Radiologi

USG, CT, dan MRI merupakan modalitas pencitraan yang akurat untuk

mendeteksi 3 jenis utama dari HCC : multinodular, infiltratif, atau massa

soliter. Dilakukan penilaian terhadap invasi tumor ke vena porta dan IVC.

Angiografi dapat bermanfaat.9

Foto thorax

Foto thorax hendaknya merupakan pemeriksaan rutin untuk

penderita yang diduga menderita KHP. Foto thorax berguna untuk

melihat peninggian diafragma kanan dan ada tidaknya gambaran

metastase ke paru-paru.8

Gambar 2 : (A-D) Gambaran 4 foto thorax pada pasien-pasien yang positif terdiagnosis

dengan karsinoma hati menunjukkan elevasi diafragma kanan. (C dan D)

Sinus costophrenicus menjadi tumpul oleh efusi pleura minimal (dikutip dari

kepustakaan 10)

Foto polos abdomen

Foto polos umumnya tidak begitu berguna sebagai petunjuk utama

dalam kasus-kasus kecurigaan massa hepar.1 Kadang-kadang dapat ikut

menegakkan diagnosis, terutama bila dalam pembuatan foto dimasukkan

14

Page 15: Referat Hepatoma

udara ke dalam rongga perut, akan terlihat suatu massa tumor diperut

kanan atas.8 Tanda-tanda sekunder, seperti peningkatan diafragma kanan

atau disposisi fleksura hepatik dapat memperlihatkan adanya massa pada

hepar pada X-ray abdomen. Umumnya, tanda-tanda yang lebih spesifik

dapat terlihat seperti adanya udara di dalam abses atau tampak kalsifikasi

pada kista hidatid.11

Angiografi hepatik

Adapun gambaran KHP secara angiografi hepatik, pada fase arteri

tampak hipervaskularisasi, neovaskularisasi, terdesaknya arteri oleh

tumor, dan shunt arterovenosus. Pada fase kapiler, tampak penimbunan

media kontras yang disebut tumor stain atau pooling, tanda threat and

streaks. Tanda threat and streaks diperoleh karena pembuluh darah arteri

masuk ke dalam trombus vena porta, menembus dan mengelilinginya,

kemudian menggabungkan diri kedalam vena porta di dekat hilus.8

Gambar 3 : (A) “Threads and streaks” sign, diagnostik untuk invasi tumor intravaskuler

(panah = Celiac Artery). (B) pembesaran gambar (A) (Dikutip dari

kepustakaan 12)

Pada fase venosa, akan terlihat gambaran vena hepatika, tumor

trombus di vena hepatika. Disamping itu juga ditemukan sumbatan,

pendesakan, deviasi dari vena porta.Secara angiografi hepatik nodul KHP

yang mampu dideteksi berdiameter > 2 cm.8

CT Scan, radionuklir, dan USG tidak dapat memperlihatkan

anatomi intrahepatik dengan cukup tepat untuk melihat penjalaran tumor

pada massa tumor tersebut. Angiografi hepatik merupakan prosedur yang

15

Page 16: Referat Hepatoma

tepat pada pasien-pasien HCC untuk menentukan apakah tumornya dapat

direseksi (berpotensi untuk dapat disembuhkan) atau tidak.12

Gambar 4 : Tampak massa yang besar yang divaskularisasi oleh Arteri hepatika dextra,

juga dengan cabang dari Arteri hepatika sinistra (panah) ke segmen

medial lobus kiri. Pasien ini 2 tahun bebas penyakit setelah mengalami

reseksi hepar kanan. (Dikutip dari kepustakaan 12)

Hepatoma dapat muncul sebagai tipe massa fokal yang besar atau

seperti infiltrat yang difus. Meskipun HCC ini dapat dikenali dengan

adanya hipervaskular, lesi ini dapat tampak mirip dengan metastasis

hipervaskular (renal cell carcinoma, choriocarcinoma).12

Gambar 5 : Massa hipervaskular besar pada lobus kanan hepar dengan neovaskularisasi

hebat dan arterivenous shunting. Pada pasien ini dilakukan hepatektomi

kanan dan telah bertahan hidup lebih dari 6 tahun. (Dikutip dari

kepustakaan 12)

Ultrasonografi (USG)

USG merupakan metode yang paling sering digunakan dalam

diagnosis hepatoma. Kegunaan dari USG dapat dirangkum sebagai

16

Page 17: Referat Hepatoma

berikut : memastikan ada tidaknya lesi penempatan ruang dalam hati;

dapat dilakukan penapisan gabungan dengan USG dan AFP sebagai

metode diagnosis penapisan awal untuk hepatoma; mengindikasikan sifat

lesi penempatan ruang, membedakan lesi berisi cairan dari yang padat;

membantu memahami hubungan kanker dengan pembuluh darah penting

dalam hati.1 Dengan melakukan USG pada hati, akan diperoleh gambaran

pada struktur anatomi, yaitu gambaran parenkim, vena hepatika, vena

porta, saluran empedu intra dan ekstrahepatal, demikian juga kandung

empedu.8

Secara USG dapat ditentukan pula klasifikasi KHP, yaitu bentuk

noduler, masif atau soliter, difus, dan bentuk campuran dengan densitas

gema rendah heterogen.8

Gambar 6 : (A) Karsinoma hepatoseluler. USG menggambarakan lesi tidak

berkapsul yang sebagian hiperechoic, bagian dalam isoechoic

dibandingkan dengan gambaran parenkim sekitar. Kontur liver ireguler,

batas hepar bulat. Semua gambaran tersebut cocok dengan gambaran

sirosis liver yang diasosiasikan dengan tingginya resiko kejadian HCC.

(B) Cholangiocellular Carcinoma (CCC). Terdapat gambaran yang

hipoechoic dibandingkan jaringan hepar sekitarnya. Dilatasi duktus

biliaris tidak tampak. (Dikutip dari kepustakaan 13)

Gambaran USG dari HCC bervariasi dari gambaran tumor

hiperechoic hingga massa kista. Beberapa lesi tampak memiliki pola

echo campuran. Kebanyakan kasus HCC (77,4%) berukuran kecil (< 3

cm) dan cenderung tidak terlalu baik dalam pencitraan. HCC yang

17

Page 18: Referat Hepatoma

berukuran kecil kadang dibatasi oleh batasan hipoechoic atau halo.

Sekitar 50 % dari kasus HCC berukuran besar tampak bayangan echo,

yang biasanya akibat dari adanya pendarahan, fibrosis, dan nekrosis.

Namun, beberapa kasus HCC berukuran kecil mungkin tampak

hiperechoic dan kurang tampak batasan hipoechoic dari kebanyakan lesi-

lesi maligna, sehingga sulit membedakannya dari hemangioma dengan

hanya menggunakan pemeriksaan USG saja.14

Gambar 7 : (A) HCC pada pasien dengan sirosis. (B) HCC multifokal (panah) pada

pasien sirosis. (C) pasien dengan sindrom Budd-Chiari kronik, terdapat

sebuah nodul hepar dengan kecurigaan lesi pada dekat permukaan

anterior. (D) pemakaian kontras pada pasien yang sama (C) dimana

terjadi peningkatan penyangatan pada fase arteri, dengan wash-out

kontras pada fase portal, membantu melokalisasi lesi dan

mengidentifikasi lesi tersebut sebagai HCC (Dikutip dari kepustakaan

15)

Gambaran HCC pada USG bervariasi, mulai dari hipoechoic

hingga hiperechoic, atau campuran. Pada umumnya, sulit melokalisasi

HCC yang kecil pada hepar yang telah mengalami sirosis yang bertekstur

kasar dan bernodul. Pada kasus-kasus seperti ini, CT dan MRI sangat

membantu. Lesi ini dapat soliter ataupun multifokal. Warna dan

18

Page 19: Referat Hepatoma

spektrum Doppler dapat memperlihatkan aliran yang kuat, yang dapat

membantu membedakan HCC dari kasus-kasus metastase atau

hemangioma, dimana pada kelainan tersebut memperlihatkan aliran yang

lemah atau tidak adanya aliran.15

Gambar 8 : Karateristik warna Doppler menunjukkan adanya HCC pada hepar : lesi

kaya vaskularisasi yang dibandingkan dengan parenkim hepar

disekitarnya. Hemangioma : pola berbentuk titik. Metastasis multipel :

pola melingkar. Focal Nodular Hyperplasia (FNH) : pola ruji-ruji roda

(dikutip dari kepustakaan 16)

USG dengan kontras digunakan untuk mendeteksi dan

menggambarkan HCC pada pasien-pasien dengan latar belakang penyakit

hati. HCC cenderung memperlihatkan gambaran adanya peningkatan

gambaran pembuluh darah yang berliku-liku, disertai dengan warna

gambaran yang lebih terang dibandingkan dengan gambaran hati

normal.15

19

Page 20: Referat Hepatoma

Gambar 9 : Penyangatan kontras pada lesi HCC. Pada saat sebelum penyangatan (A),

aliran darah hanya terlihat pada area perifer dari lesi hipoechoic yang

berukuran 15 mm (panah). Setelah diinjeksi Levovist melalui vena Cubiti

(B), kontras yang melalui vena porta (panah) mengalir keluar dari tumor

dan masuk ke dalam cabang posterior superior vena porta yang ada.

(dikutip dari kepustakaan 16)

Gambar 10 : Trombus tumor hampir menutupi seluruh vena porta pada pasien dengan

HCC multifokal. (Dikutip dari kepustakaan 15)

USG berguna dalam mengarahkan prosedur dalam operasi;

membantu memahami penyebaran dan infiltrasi hepatoma dalam hati dan

jaringan organ sekitarnya, memperlihatkan ada tidaknya trombus tumor

dalam percabangan vena porta intrahepatik : dibawah panduan USG

dapat dilakukan biopsi punksi perkutan, injeksi obat intratumor dan

terapi ablasi lokal.1

20

Page 21: Referat Hepatoma

Gambar 11 : USG intraoperatif menunjukkan adanya Hepatocellular Carcinoma dengan

diameter sekitar 2 cm. Tumor ini memiliki echo internal yang berpola

mosaik dengan tampak adanya halo ( permukaan dilihat dari ventral)

(dikutip dari kepustakaan 16)

Keunggulan pencitraan USG antara lain yaitu bersifat noninvasif,

relatif ekonomis, dapat diulang, tanpa ruda paksa radiasi. Kekurangannya

adalah mudah terpengaruh tulang iga dan paru, terdapat area buta yang

sulit diperiksa ultrason. Selain itu hasil pemeriksaan kurang reprodusibel,

tingkat akurasi mudah dipengaruhi faktor lainnya. Penyangatan USG

yang dikembangkan belakangan ini sangat meningkatkan nilai diagnostik

USG.1

CT Scan

CT telah menjadi parameter pemeriksaan rutin terpenting untuk

diagnosis lokasi dan sifat hepatoma. CT dapat membantu memperjelas

diagnosis, menunjukkan lokasi tepat, jumlah, dan ukuran tumor dalam

hati, hubungannya dengan pembuluh darah penting, dalam penentuan

modalitas terapi sangatlah penting.1

Hepatoma diidentifikasi dengan derajat penyangatan medium

kontras, dan karena sifat hipervaskularisasinya, tumor ini menyangat

kontras lebih cepat dibandingkan jaringan hepar sekitarnya. Pada tumor

metastasis, khususnya yang berasal dari adenocarcinoma traktus

gastrointestinal, biasanya tampilannya kurang menyangat dan menyerap

21

Page 22: Referat Hepatoma

kontras lebih lambat. Hepatoma, yang disuplai oleh cabang-cabang Arteri

hepatika, tampak dengan densitas hiperdens maksimal selama fase

arterial dari tahap proses scanning dinamik, kemudian menurun secara

cepat densitasnya saat terjadi aliran fase portal yang dominan. Pola ini

dapat terlihat dengan baik pada CT dinamik dan CT fase tunda kasus

hepatoma.17

Gambar 12 : HCC tipikal. Gambaran CT menunjukkan lesi homogen yang menyangat.

(dikutip dari kepustakaan 18)

Gambar 13 : HCC yang besar dengan pola mosaik. (A) helical CT Scan memperlihatkan

lesi heterogen dengan komponene hiper dan hipovaskuler (B) Pada CT

tunda, kapsul tumor tampak jelas. (dikutip dari kepustakaan 18)

Gambar 14 : (A) HCC dengan perlemakan. Gambaran mikroskopisnya memperlihatkan

gambaran HCC berkapsul dengan perlemakan hati yang menonjol. (B)

HCC dengan invasi pada vaskularisasi hepar. Gambaran helical CT Scan

vena portal memperlihatkan massa HCC berkapsul yang besar pada lobus

kiri hepar, yang menginvasi cabang-cabang portal kiri hepar. (dikutip dari

kepustakaan 18)

22

Page 23: Referat Hepatoma

Gambar 15 : Pasien 32 tahun dengan HCC fibrolamelar. Pada potongan axial CT Scan,

tampak tumor (panah) memperlihatkan peningkatan echo yang halus.

(Dikutip dari kepustakaan 19)

Gambar 16 : Cholangiocellular Carcinoma (CCC). (A) Tumor (panah putih) memiliki

batas yang reguler dan berdensitas hipodens. Selain itu, juga terdapat

biloma subkapsuler (panah hitam). (B) Setelah pemasukan kontras, tumor

menyangat pada bagian perifernya dengan pola geografik, seperti yang

biasa tampak pada kasus CCC. (Dikutip dari kepustakaan 13)

Hati yang normal akan menghasilkan densitas yang homogen,

dengan gambaran vena porta, saluran empedu, dan vena hepatika.

Dengan CT dapat ditentukan kelainan lokal di hati. KHP akan

memperlihatkan suatu massa dengan densitas rendah bila dibandingkan

dengan jaringan normalnya. Gambaran tersebut tetap sama atau

diperjelas setelah penyuntikan media kontras intravena (20-40 mL

urografin 76% atau 220 mL 30% meglumin iothalamate).8

23

Page 24: Referat Hepatoma

Gambar 17 : (A) Teknik bolus. Setelah ± 30 detik setelah bolus. Aorta (huruf (A)) dan

vena cava inferior (huruf (I)) densitasnya bertambah. Cabang-cabang

vena portal paten dan teridentifikasi sebagai struktur cabang dengan

gambaran yang lebih terang (panah) digantikan dengan adanya

gambaran massa yang besar pada lobus hepar kanan. (B) sebelum

kontras. Terdapat gambaran massa besar berbatas tidak tegas pada

lobus kanan hepar yang difus. (Dikutip dari kepustakaan 20)

Gambar 18 : (A) Sebelum kontras. Massa tumor yang besar mengisi hampir seluruh

lobus kanan hepar. (B) dengan teknik bolus, ± 30 detik setelah dibolus.

Tampak filling defect (t) pada vena cava inferior yang berdilatasi

menunjukkan gambaran adanya tumor atau bekuan darah. Oklusi vena

portal juga dimungkinkan oleh adanya tumor di sepanjang vena, dan

tidak tampak adanya gambaran dengan densitas yang lebih terang

setelah penginjeksian kontras. (Dikutip dari kepustakaan 20)

Mendeteksi tumor dengan pola difus umumnya sulit, khususnya

ketika parenkim hati telah berubah karena penyakit hati yang difus. Rata-

rata 24 % tumor dikelilingi oleh kapsul fibrosis. Pendarahan intratumor

dan nekrosis umumnya sering ditemukan karena kurangnya stroma pada

tumor. Kalsifikasi terjadi pada ± 10% kasus. Mendeteksi hepatoma

24

Page 25: Referat Hepatoma

dengan latar belakang penyakit sirosis dan nodul regeneratif merupakan

tantangan besar dalam teknik pencitraan.21 Pada CT dengan penyangatan

kontras atau MRI, tumor akan sangat menyangat pada fase arteri sewaktu

pengisisan kontras.13

Gambar 19 : pada kasus karsinoma hepatoselular ini, hepar telah mengalami sirosis

yang difus, pada parenkim hepar terdapat gambaran noduler. Asites juga

tampak. Fase awal arteri setelah pengisian kontras menunjukkan adanya

penyangatan oleh tumor. (Dikutip dari kepustakaan 13)

Gambar 20 : Dua gambaran nodul HCC pada pasien sirosis 58 tahun. (A) pada potongan

axial menunjukkan nodul inhemoragik yang tergambar baik pada lobus

kiri hepar (panah). (B) pada gambaran arteri CT, nodul menunjukkan

adanya gambaran hemoragik (panah). Nodul dengan hipervaskularisasi

yang letaknya berdekatan tampak pada gambar (panah kecil) (Dikutip

dari kepustakaan 22)

25

Page 26: Referat Hepatoma

Terhadap lesi mikro dalam hati yang sulit ditentukan CT rutin

dapat dilakukan CT dipadukan dengan angiografi (CTA), atau ke dalam

arteri hepatika disuntikkan lipiodol, sesudah 1-3 minggu dilakukan lagi

pemeriksaan CT, pada waktu ini CT lipiodol dapat menemukan

hepatoma sekecil 0,5 cm.1

MRI

MRI merupakan teknik pemeriksaan nonradiasi, tanpa pemberian

zat kontras berisi iodium juga dapat secara jelas menunjukkan struktur

pembuluh darah dan saluran empedu dalam hati, juga cukup baik

memperlihatkan struktur internal jaringan hati dan hepatoma, sangat

membantu dalam menilai efektivitas aneka terapi. Dengan zat kontras

spesifik hepatosit dapat menemukan hepatoma kecil kurang dari 1 cm

dengan angka keberhasilan 55%.1

Gambar 21 : (D) pada fat-suppressed-T2-weighted MRI, bagian sentral dari tumor

(kepala panah) menunjukkan intensitas rendah dibandingkan parenkim

hepar sekitarnya. (E) pada T1-weighed-opposed-phase MRI, tumor juga

tampak dengan intensitas rendah. (Dikutip dari kepustakaan 19)

26

Page 27: Referat Hepatoma

Gambar 22 : pasien 59 tahun dengan HCC predominan tipe clear cell. (B) pada fat-

suppressed T2-weighted image, tampak masa heterogen dengan intensitas

tinggi pada area sekitar hepar. (C) T1-weighted-in-phase MRI

memperlihatkan lesi berlobus (panah) dengan intensitas rendah pada lobus

kanan hepar. (D) TI-weighted opposed-phase MRI memperlihatkan

adanya tanda signal drop dalam massa (panah), yang menunjukkan

adanya komposisi lemak yang tinggi pada massa. Parenkim hepar juga

memperlihatkan signal drop, yang mengindikasikan steatosis difus.

(Dikutip dari kepustakaan 19)

MRI dan CT (pada tingkat yang lebih rendah) dapat

memperlihatkan gambaran nodul dan perubahan fibrosis pada pasien

dengan sirosis, khususnya jika ada nodular siderotik.23

Gambar 23 : (F) dan (G), penyangatan dengan Gadolinium pada fase arteri (F) dan fase

vena (G) T1-weighted MRI menunjukkan massa yang menyangat pada tepi

massa. (Dikutip dari kepustakaan 19)

27

Page 28: Referat Hepatoma

Gambar 24 : mikro dan makrosirosis campuran (nodul siderotic regeneratif) (A) fast-

spin-echo T2 memeperlihatkan banyak sekali nodul-nodul siderotik dengan

intensitas yang lebih rendah dibandingkan parenkim hepar sekitarnya.

Nodul yang mengandung Fe juga tampak pada lien. (B) gradien echo dari

T1 memdapatkan level yang sama dengan yang ditunjukkan pada nodul

siderotik dengan hipo intens yang lebih banyak dan lebih luas akibat

sensitivitas yang lebih besar dari gradien-echo. Spin echon T1 sering

memperlihatkan gambaran nodul siderotik ini. (C)Tidak seperti CT tanpa

kontras, T1-galodinium ini menampilkan level yang sama dengan (A) dan

(B), menunjukkan bahwa nodul regeneratif siderotik ini masih dapat

muncul pada intensitas rendah setelah pemasanan bahan kontras. (Dikutip

dari kepustakaan 23)

Sidik hati ( Sintigrafi hati)

Untuk melihat kelainan hati secara sintigrafi, biasa dipakai zat

radiofarmaka 113In, 99mTc.8 Sintigrafi hati biasanya menggunakan 99mTc-

labelled campuran sulfur koloid, yang diserap oleh sel Kupffer di hepar

(bukan oleh hepatosit), lien, dan sedikit pada sumsum tulang. Lesi hepar

yang lebih besar dari 1 cm dapat terlihat.11

Karsinoma hati primer akan memperlihatkan gambaran suatu

daerah kosong (space occupying lesion = SOL), karena ditempat tumor

tersebut idak menampung zat radiofarmaka, dan disebut daerah dingin.

28

Page 29: Referat Hepatoma

Gambaran semacam ini juga ditemukan pada kelainan lokal lain di hati,

antara lain kista, abses, dan kanker hati metastasis. Untuk membedakan

SOL tersebut perlu diberikan suntikan zat radiofarmaka golongan blood

pool scan, antara lain 75Se selenomethionin, 113In transferin. Zat

radiofarmaka ini digunakan untuk melihat kelainan berdasarkan

perbedaan tingkat vaskularisasi. KHP merupakan suatu kelainan yang

vaskuler dan masih memiliki aktivitas metabolisme, akan

memperlihatkan penampungan zat radiofarmaka golongan blood pool

scan.8

Gambar 25 : Hepatoma. (A) lesi hipervaskuler pada lobus kiri hepar. (B) gambaran 1

menit dan 2 jam blood pool scan. Adanya peningkatan aktivitas dengan

pola yang sama dengan adanya peningkatan aliran. Bukti adanya

penyakit hati yang mendasari . (Dikutip dari kepustakaan 24)

Sintigrafi khususnya berguna untuk melihat permukaan diafragma

yang sulit dinilai oleh teknik pencitraan lain. Teknik ini umumnya

digunakan untuk melengkapi pemeriksaan CT dan USG, dan kadang

dapat menemukan metastasis yang biasanya tidak terdeteksi oleh

modalitas lain. Kebanyakan massa liver tampak sebagai filling defect,

kecuali untuk hiperplasia nodular fokal, yang biasanya mengandung sel

Kupffer dan oleh karena itu tampak jejak-jejak serapannya.11

Pemeriksaan radiologi konvensional dengan kontras

29

Page 30: Referat Hepatoma

Pemeriksaan radiologi konvensional dengan kontras kadang-kadang

dapat membantu, misalnya gastroduodenografi atau barium meal, dimana

dapat dilihat ada tidaknya varises esofagus, dan ada tidaknya pendesakan

pada kurvatura minor lambung. Pada foto colon perlu dilihat ada

tidaknya pendesakan pada daerah fleksura hepatika atau kolon

transversum ke bawah.8

D. Pemeriksaan Lainnya

Laparaskopi

Secara laparaskopik, dapat dikenal beberapa bentuk KHP,antara lain :

a. Bentuk noduler, ditandai dengan adanya nodul-nodul multipel dengan

permukaan ireguler, mempunyai warna lebih muda daripada jaringan

sekitarnya.

b. Bentuk masif, biasanya tumor ini sangat besar dan ireguler, yang

kadang-kadang menggantikan seluruh lobus hati, sedangkan lobus

hati lain tampak normal.

c. Bentuk difus, bentuk tumor ini meluas dan mengisis seluruh jaringan

hati, sehingga tidak tampak jaringan hati yang normal

d. Bentuk campuran, suatu bentuk yang tidak dapat digolongkan pada

bentuk tersebut diatas, antara lain berbentuk seperti bunga kol.8

Biopsi hati

Guna menegakkan diagnosis klinis, sekurang-kurangnya diperlukan

pemeriksaan jaringan hati secara histopatologi. Untuk mendapatkan

jaringan hati, perlu dilakukan biopsi jarum, yaitu :8

a. Biopsi jarum membuta (blind needle biopsy), dilakukan ditempat

yang diperkirakan merupakan tempat benjolan yang paling keras.

b. Biopsi jarum terpimpin/terarah (guided needle biopsy), antara lain

secara laparaskopik, sintigrafi, ultrasonografi (USG), dan computed

tomografi (CT).

VII. DIAGNOSIS BANDING

Lesi hepar fokal benigna

30

Page 31: Referat Hepatoma

a. Hemangioma

Pada gambaran CT non kontras, hemangioma tampak sebagai

gambaran yang hipodens dengan batas yang jelas. Kalsifikasi jarang,

dan umumnya terdeteksi secara tidak sengaja. Kalsifikasi ini bisa

marginal atau sentral, besar dan kasar; atau multiple, kecil, berbintik

(contoh : phlebolith).25

Perlakuan dengan CT kontras (pada 2-15 menit setelah diinjeksi

media kontras) lesi nodular dengan bagian perifernya yang menyangat

dengan kontras yang mengisi bagian dalam lesi secara sentripetal

tampak. Awal penyangatan lesi hepar fokal yang tampak bahkan

sebelum media kontras di aorta tampak adalah khas untuk

hemangioma.25

Gambar 27 : Hemangioma tipikal. (A) gambaran pre kontras CT menunjukkan suatu

lesi hipodens pada lobus kanan hepar (panah hitam). (B) dan (C)

gambaran arterial-phase dan venous-phase memperlihatkan lesi nodular

dengan bagian perifer yang menyangat secara sentripetal (panah). (D)

Gambaran CT tunda menunjukkan bahwa lesi tersebut berdensitas

isointens, dibandingkan dengan jaringan parenkim sekitarnya. Tampak

material kontras mengisis lesi (panah). (Dikutip dari kepustakaan 25)

b. Focal Nodular Hyperplasia (FNH)

31

Page 32: Referat Hepatoma

Pada gambaran CT, FNH tampak sebagai lesi hipodens (42-57%)

atau isodens (40-48%) tanpa batas yang jelas dan kadang dengan zona

sentral hipodens yang intensif. Jika lesinya isodens, efek “massa”

mungkin merupakan satu-satunya kriteria untuk mendeteksi FNH.25

Pada fase arteri, FNH menyangat dengan cepat dan tampak

hiperdens (89-100%) karena vaskularisasi arteri hepatic (memasuki

lesi likal hepar). Pada keadaan seperti ini, jaringan sentral yang

hipodens dapat terlihat dengan jelas. Sedangkan pada fase vena porta,

perbedaan antara FNH dan jaringan hepar normal menurun, dan

kemudian lesinya akan tampak hipodens keculai jaringan sentralnya,

yang tampak hiperdens pada fase ini (biasanya jaringan ini terbentuk

dari vena sentral eferen).25

Gambar 28 : Focal Nodular Hyperplasia dengan deformasi batas hepar. (A) Pada fase

arteri, tampak lesi hipervaskuler dengan jaringan sentralnya yang

hipodens. (B) dan (C), pada fase vena porta, gambaran CT dari FNH

adalah iso- atau hipodens dibandingkan dengan jaringan hepar

disekitarnya. (Dikutip dari kepustakaan 25)

Lesi hepar maligna

a. Lesi metastasis

Pada CT kontras, gambaran karateristik penyangatan metastasis

hepar ditentukan dari tumor primernya. Kebanyakan lesi metastasis

adalah hipovaskuler. Itulah sebabnya pada gambarannya tampak

hipodens pada CT, khususnya pada fase vena portal, yang

dibandingkan dengan jaringan hepar normal. Area sentral yang

32

Page 33: Referat Hepatoma

hipodens disebabkan oleh jaringan nekrosis, yang mungkin tampak

pada gambaran CT.25

Gambar 26 : (atas) Gambaran tumor metastasis dari karsinoma kolon pada pasien pria

58 tahun. Gambaran bertahap pada fase awal gambaran CT (A1) dan

fase delayed gambaran CT (B1) memperlihatkan tumor metastasis

berdiameter 4 cm dengan densitas hipodens.

(bawah) Gambaran hepatoma pada pasien wanita 68 tahun. Gambaran

bertahap pada fase awal gambaran CT (A2) dan fase delayed gambaran

CT (B2) memperlihatkan tumor metastasis berdiameter 7 cm dengan

densitas hipodens (Dikutip dari kepustakaan 17)

VIII. PENATALAKSANAAN

Tiga prinsip penting dalam terapi hepatoma adalah terapi dini efektif,

terapi gabungan, dan terapi berulang.1 Karena sirosis hati yang

melatarbelakanginya serta tingginya kekerapan multinodularitas,

resektabilitas HCC sangat rendah. Disamping itu, kanker ini juga sering

kambuh meskipun sudah menjalani reseksi bedah kuratif. Pilihan terapi

ditetapkan berdasarkan atas ada tidaknya sirosis, jumlah dan ukuran tumor,

serta derajat perburukan hepatik. Untuk menilai status klinis, sistem skor

Child-Pugh menunjukkan estimasi yang akurat mengenai kesintasan

pasien.3

33

Page 34: Referat Hepatoma

Semakin dini diterapi, semakin baik hasil terapi terhadap tumor. Untuk

hepatoma kecil pasca reseksi 5 tahun survivalnya adalah 50-60%,

sedangkan hepatoma besar hanya sekitar 20%. Terapi efektif menuntut

sedapat mungkin memilih cara terapi terbaik sebagai terapi pertama.

Dewasa ini, reseksi bedah terbaik pun belum dapat mencapai hasil yang

memuaskan, berbagai terapi hepatoma memiliki kelebihan masing-masing,

harus digunakan secara fleksibel sesuai kondisi setiap pasien, dipadukan

untuk saling mengisi kekurangan, agar semaksimal mungkin membasmi dan

mengendalikan tumor, tetapi juga semaksimal mungkin mempertahankan

fisik, memperpanjang survival. Terapi satu kali terhadap hepatoma

seringkali tidak mencapai hasil ideal, sering diperlukan terapi ulangan

sampai berkali-kali, misalnya berkali-kali dilakukan kemoembolisasi

perkutan arteri hepatika, injeksi alkohol absolut intratumor berulang kali,

reseksi ulangan pada rekurensi pasca operasi, dll.1

XI. PROGNOSIS

Hepatoma primer jika tidak diterapi, survival rata-rata alamiah adalah 4,3

bulan. Kausa kematian umumnya adalah kegagalan sistemik, perdarahan

saluran cerna atas, koma hepatik, dan ruptur hati. Faktor yang mempengaruhi

prognosis terutama adalah ukuran dan jumlah tumor, ada tidaknya trombus

kanker dan kapsul, derajat sirosis yang menyertai, metode terapi, dll. Data

1465 kasus pasca reseksi radikal hepatoma dari Insitut Riset Hepatoma Univ.

Fudan di Shanghai menunjukkan survival 5 tahun 51,2 %. Dari 1389 kasus

hepatoma di RS. Kanker Universitas Zhongshan di Guangzhou, pasca

hepatektomi survival 5 tahun 37,6 %, untuk hepatoma < 5 cm survival 57,3

persen. Tidak sedikit kasus yang pasca reseksi bertahan hidup lama.1

DAFTAR PUSTAKA

34

Page 35: Referat Hepatoma

1. Desen W., Buku Ajar Onkologi Klinis. 2 ed, 2011, Jakarta: FK UI,

halaman 408-23.

2. Underwood JCE. Patologi Umum dan Sistemik. Ed 2, 2000. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC, halaman 493-6.

3. Sudoyo W et al, Karsinoma Hati, dalam, Harmono M.T. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Edisi V, Jilid I, 2009, Jakarta : Interna Publishing,

halaman 685-91.

4. Isselbacher KJ, Dienstag JL, Tumor Hati, dalam, Klein H.G. Harrison

Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Volume 4, 2000, Jakarta :

Buku Kedokteran EGC halaman 1678-80.

5. Lindseth GN. Gangguan Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas. in Price

SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed

6 Vol 1. 2006. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; halaman 472-6,

507-8.

6. Sulaiman A. Tumor Hati. In: Sulaiman A, Dildiyono, Akbar N, Rani A,

Gastroenterologi Hepatologi. 1997. Jakarta: Sagung Seto; halaman 370-5.

7. Putz HvR, Pabst R. Sobotta Anatomie des Menschen. 2007. Germany:

Urban & Fischer; p. 400.

8. Hadi S. Gastroenterologi. 2002. Bandung: Penerbit PT Alumni; halaman

694-733.

9. Patel P.R. Lecture Notes Radiologi. Ed 2. 2009. Jakarta: Penerbit

Erlangga; halaman 144-5.

10. Jewel KL, Primary Carcinoma of the Liver : Clinical and Radiologic

Manifestations. American Journal of Roentgenology.1971; 113:84-6

11. Lisle DA. Imaging of Student. 2nd Ed. 2001. New York: Oxford

University Press, Inc.; p. 120-22.

12. Marks WM, et al. Hepatocellular Carcinoma: Clinical and Angiographic

Findings and Predictability for Surgical Resection. American Journal of

Roentgenology.1979; 132:7-10

35

Page 36: Referat Hepatoma

13. Eastman GW, Wald C, Crossin J. Getting Started in Clinical Radiology :

From Image to Diagnostic. 2006. Stuttgart, New York: Thieme; p. 204-7.

14. Pedersen OM, Odegaard S. Ultrasonography of the Liver, Biliary System

and Pancreas, in Odegaard S, Gilja OH, Gregersen H. Basic and New

Aspects of Gastrointestinal Ultrasonography. vol 3. 2005. Denver, USA:

World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.; p. 90-1

15. Bates J. Abdominal Ultrasound : How, Why, and When. 2nd Ed. 2004.

Leeds, UK: Harcourt Publishers; p. 93-5.

16. Livraghi T, Makuuchi M, Buscarini L, Diagnostic and Treatment of

Hepatocellular Carcinoma.1997. London: Greenwich Medical Media; p

104-5, 112

17. 24. Honda H, et al. Differential Diagnosis of Hepatic Tumors

(Hepatoma, Hemangioma, and Metastasis) with CT : Value of Two-Phase

Incremental Imaging. American Journal of Roentgenology.1992; 159:735-

40

18. Vilgrain V, et al. Primary Hepatic Malignant Neoplasm : Radiologic-

Pathologic Correlations. in Gourtsoyiannis N, Ros PR. Radiologic-

Pathologic Correlations from Head to Toe. 2005. Berlin: Springer-Verlag;

p. 367-73

19. Chung YE, et al. Hepatocellular Carcinoma Variants: Radiologic

Pathologic Correlation. American Journal of Roentgenology.

2009;193:W7-13

20. Kunstlinger F, Federle MP, Moss AA, Marks W. Computed Tomography

of Hepatocellular Carcinoma. American Journal of Roentgenology.1980;

134:431, 434-5

21. Brant WE, Liver, Biliary Tree and Gallbladder in Brant WE, Helms CA.

Fundamental of Diagnostic Radiology. 3 ed. 2007. Virginia: Lippincott

Williams and Wilkins; p. 765-66

22. Bolog N, Andreisek G, Oancea I, Mangrau A. CT and MR Imaging of

Hepatocellular Carcinoma. PubMed.gov; June 2011

36

Page 37: Referat Hepatoma

23. Baron RL, Peterson MS. Screening the Cirrhotic Liver for Hepatocellular

Carcinoma with CT and MR Imaging : Opportunties and Fitfalls.

RadioGraphics; October 2001

24. Rabinowitz RA, McKusick KA, Strauss HW, 99MTc Red Blood Cell

Scintigraphy in Evaluating Focal Liver Lessions. American Journal of

Roentgenology.1984; 143:63,66

25. Zviniene K, Differential Diagnosis of Hepatocellular Carcinoma on

Computed Tomography. in Lau JWY. Hepatocellulaar Carcinoma-Clinical

Research. 2012. Rijeka, Croatia:InTech; p:105-7, 110-11, 127-28

37