askep dhf edit

19
DHF (Dengue Haemorragic Fever) KONSEP MEDIS A. Defenisi Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virusdengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.(Yuliani pesuriadi, 2001). Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi akut yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Sindrom renjatan dengue (Dengue Shock Syndrom, selanjutnya disingkat DSS) adalah penyakit DBD yang disertai dengan renjatan. B. Etiologi DBD disebabkan oleh Arbovirus (Arthropod Borne Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti).Virus dengue serotipe 1, 2, 3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti, nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe besangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain. Ciri-ciri vektor Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus antara lain sebagai berikut: 1). Ciri – ciri Aedes Aegypti a. Berwarna hitam dengan belang-belang (loreng) putih pada tubuhnya dengan bercak-bercak putih di sayap dan kakinya b. Berkembang biak ditempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi/WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman, air tempat minum burung dan lain-lain. c. Biasanya menggigit pada siang hari

Upload: ade-muhamad-sofyan

Post on 21-Feb-2016

2 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dhf

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Dhf Edit

DHF (Dengue Haemorragic Fever)

KONSEP MEDIS

A. Defenisi

Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virusdengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.(Yuliani pesuriadi, 2001).

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi akut yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Sindrom renjatan dengue (Dengue Shock Syndrom, selanjutnya disingkat DSS) adalah penyakit DBD yang disertai dengan renjatan.

B. Etiologi

DBD disebabkan oleh Arbovirus (Arthropod Borne Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti).Virus dengue serotipe 1, 2, 3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti, nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe besangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain.Ciri-ciri vektor Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus antara lain sebagai berikut:

1).    Ciri – ciri Aedes Aegyptia.       Berwarna hitam dengan belang-belang (loreng) putih pada tubuhnya dengan bercak-bercak putih di sayap dan kakinyab.      Berkembang biak ditempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi/WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman, air tempat minum burung dan lain-lain.c.       Biasanya menggigit pada siang harid.      Nyamuk betina membutuhkan darah manusia untuk mematangkan telurnya agar dapat meneruskan keturunannya.e.       Kemampuan terbang 100 m.f.       Siklus menghisap darah seseorang pasien DBD / carier, maka nyamuk ini seumur hidupnya dapat menularkan virus ini.g.       Umur nyamuk betina rata-rata 2 – 3 bulan.

2).Ciri-ciri Aedes Albopictusa.       Habitatnya ditempat air jernih, biasanya di dekat rumah atau pohon-

pohon, dimana tertampung air hujan yang bersih, yaitu pohon pisang, pandan, kaleng bekas dan lain sebagainya.

b.      Menggigit pada waktu siang haric.       Jarak terbang 50 meter

Page 2: Askep Dhf Edit

C. Patofisiologi

DBD biasanya timbul apabila seseorang telah terinfeksi dengan virus dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Reinfeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi komplek antigen antibodi (komplek virus anti bodi) yang tinggi.

Terdapatnya komplek antigen antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan :

1).    Aktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya mediator anafilatoksin C 3a dan C 5a, dua peptida yang berdaya melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (plasma – Leakage), dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu, renjatan yang tidak diatasi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir kematian.

2).    Depresi sumsum tulang mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat terjadi trombositopenia hebat dan perdarahan.

pathway

Page 3: Askep Dhf Edit

D. Manifestasi Klinik

Gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi seperti pelana kuda. Masa inkubasi Dengue 3-15 hari tetapi rata 5-8 hari.

Menurut patokan WHO tahun 1975, diagnosa DHF/DBD harus berdasarkan gejala klinik :

· Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.· Manifestasi perdarahan; paling tidak terdapat uji turniket positif dan adanya salah satu

bentuk perdarahan yang lain misalnya: Petekie, ekimosis, epitaksis, perdarahan gusi, melena atau hematuria.

· Pembesaran hati (sudah teraba sejak permulaan sakit).· Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun menjadi 20

mmHg atau kurang, tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari kaki dan tangan (akral).

· Pada pemeriksaan laboratoriumditemukan trombosit di bawah 100.000 mm3 dan hematokrit 20 % atau lebih.

DBD juga dibagi ke dalam beberapa derajat (WHO, 1975) :

· Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan (uji

turniket positif).

· Derajat II : seperti derajat I tetapi disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan

lain.

· Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi yang cepat dan

lemah, tekanan nadi menurun, disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah.

· Derajat IV : Renjatan berat (DSS) dengan nadi dan tekanan darah yang tak dapat diukur.

Page 4: Askep Dhf Edit

Uji Tourniquet sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai presumptif test (dugaan keras).

Pada hari ke-2 demam, uji Tourniquet memiliki sensitivitas 90,6% dan spesifisitas 77,8%,dan pada hari ke-3 demam nilai sensitivitas 98,7% dan spesifisitas 74,2%.

Uji Tourniquet dinyatakan positif jika terdapat lebih dari 10 petekie pada area 1 inci persegi (2,8 cm x 2,8 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) termasuk pada lipatan siku (fossa cubiti).

Cara melakukan uji Tourniquet sebagai berikut :

Pasang manset pada lengan atas (ukuran manset sesuaikan dengan umur, yaitu lebar manset = 2/3 lengan atas) Pompa tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik dan tekanan diastolik Aliran darah pada lengan atas dibendung pada tekanan antara sistolik dan diastolik (rata-rata tekanan sistolik dan diastolik) selama 5 menit. (Bila telah terlihat adanya bintik-bintik merah ≥ 10 buah, pembendungan dapat dihentikan). Lihat pada bagian bawah lengan depan (daerah volar) dan atau daerah lipatan siku (fossa cubiti), apakah timbul bintik-bintik merah, tanda perdarahan (petekie) Hasil Uji Tourniquet dinyatakan positif (+) bila ditemukan ≥ 10 bintik perdarahan (petekiae), pada luas 1 inci persegi ( 2,8 cm2.)

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah lengkap- Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)- Trombositoplenia (100.000/mm³ atau lebih)2. Serologi- Uji Ht (hemokoagulan inhibition test)- CTT (Complement + fixation test)3. Pemeriksaan Laboratorium- Ig G positif- Trombositopleni- Hemokonsentrasi (Ht meningkat)- Kimia darah (hipoproteinemia, hiponatremia)- SGOT/SGPT mungkin meningkat- Leucopenia (peningkatan limfosit dan monosit)- Pemeriksaan urin : albuminemia4. Foto Thorax, mungkin efusi pleura5. USG : hepatomegali dan splenomegali 

F. Komplikasi.1. Perdarahan usus2. Shock (renjatan)3. Efusi pleura4. Penurunan kesadaran5. Disorientasi6. Kelumpuhan (jarang terjadi)

Page 5: Askep Dhf Edit

G.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :a.Tirah baring atau istirahat baring.b.Diet makan lunak.c.Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.d.Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.e.Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.f.Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.g.Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.h.Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.i.Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.j.Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.k.Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :a.Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.b.Hematokrit yang cenderung mengikat.

H. Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :a.Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.b.Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.c.Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.d.Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.

Page 6: Askep Dhf Edit

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :a.Menggunakan insektisida.Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.b.Tanpa insektisidaCaranya adalah :1)Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).2)Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.3)Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh (hipetermi) berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

2.Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, perdarahan, munta demam.

3.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit menelan.

4.Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan, malaise sekunder akibat DHF.

5.Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume yang bersirkulasi sekunder akibat DHF

6.Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan individu tubuh yang lemah

7.Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala dan pegal-pegal seluruh tubuh

8.Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien

Page 7: Askep Dhf Edit

1. Peningkatan suhu tubuh (hipetermi) berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

1).    Tujuan : suhu tubuh klien stabil, dengan kriteria hasil:

a.       Suhu tubuh normal (36 – 37O C)

b.      Pasien bebas dari demam

2).    Intervensi

a.       Kaji saat timbulnya demam

Rasional :  Identifikasi pola demam pasien yang bersifat akut (mendadak) disertai menggigil

b.      Observasi tanda-tanda vital (suhu, tensi, nadi, pernafasan) tiap 3 jam atau lebih sering

Rasional :  Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien

c.       Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh

Rasional :  Penjelasan tentang kondisi yang dialami pasien dapat membuat pasien / keluarga mengurangi kecemasan yang timbul

d.      Anjurkan pasien untuk minum banyak 1 ½ – 2 liter dalam 24 jam

Rasional :  Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan yang banyak.

e.       Berikan kompres hangat (pada daerah axila dan lipatan paha)

Rasional :  Kompres hangat dapat menghindarkan kekacauan termoregulasi karena pembuluh darah mengalami vasodilatasi.

2.Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, perdarahan, munta demam.

1).    Tujuan : kekurangan volume cairan teratasi dengan kriteria :

a.       TTV 9nadi, tensi) dalam batas normal

b.      Turgor kulit kembali dalam 1 detik

c.       Ubun-ubun datar

d.      Produksi urine 1 cc/kg/BB/jam

e.       Tidak terjadi syok hipovolemik

Page 8: Askep Dhf Edit

2).    Intervensi

a.       Kaji keadaan umum pasien

Rasional :  menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.

b.      Observasi tanda-tanda syok (nadi lemah dan cepat, tensi menurun, okeral dingin, kesadaran menurun, gelisah).

Rasional :  mengetahui tanda syok sedini mungkin sehingga dapat segera dilakukan tindakan

c.       Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit turun, ubun-ubun cekung, produksi urin turun)

Rasional :  mengetahui derajat dehidrasi (turgor kulit turun, ubun-ubun cekung, produksi urine turun).

d.      Berikan hidrasi peroral secar adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Rasional :  asupan cairan sangat diperhatikan untuk menambah volume cairan tubuh.

e.       Kolaborasi pemberian cairan intravena RL, Glukosa 5% dalam half sttrenght NaCl 0,9 %, Dextran L 40.

Rasional :  pemberian cairan ini sangat penting bagi pasien yang mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairn ini langsung masuk ke pembuluh darah.

3.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit menelan.

1).    Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan / dibutuhkan.

2).    Intervensi

a.       Kaji keluhan mual, muntah dan sakit menelan yang dialami oleh pasien.

Rasional :  dengan mengetahui keluhan pasien, perawat dapat segera menentukan cara mengatasinya.

b.      Berikan makanan yang muda ditelan seperti bubur, nasi tim dan hidangkan selagi masih hangat.

Rasional :  membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.

Page 9: Askep Dhf Edit

c.       Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering

Rasional :  dengan pemberian makanan dalam porsi kecil dan frekwensi sering dapat meringankan aktivitas lambung dan usus halus sehingga dapat mengurangi keluhan mual dan muntah dari pasien.

d.      Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.

Rasional :  meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.

e.       Catat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.

Rasional :  mengetahi pemenuhan nutrisi pasien / jumlah diit yang dikonsumsi oleh pasien.

4.Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan, malaise sekunder akibat DHF.

1).    Tujuan : Rasa nyaman pasien terpenuhi dengan kriteria nyeri berkurang atau hilang.

2).    Intervensi

a.       Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan memberi rentang nyeri (0 – 10).

Rasional :  mengetahui seberapa berat nyeri yang dialami pasien sehingga perawat dapat menentukan cara mengatasinya.

b.      Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri

Rasional :  dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.

c.       Berikan posisi yang nyaman dan ciptakan suasana ruangan yang tenang

Rasional :  posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat membuat perasaan yang nyaman pada pasien.

d.      Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri dengan mainan, membaca buku cerita.

Rasional :  dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat sedikit mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri.

e.       Kolaborasi pemberian obat-obatan analgetik

Rasional :  obat analgetik dapat menekan rasa nyeri

Page 10: Askep Dhf Edit

5.Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume yang bersirkulasi sekunder akibat DHF

1).    Tujuan : Perfusi jaringan perifer tetap adekuat dengan kriteria:

a.       Suhu ekstrimitas hangat, tidak lembab, warna merah muda

b.      Ekstrimitas tidak nyeri, tidak ada pembengkakan

c.       CRT kembali dalam 1 detik.

2).    Intervensi

a.       Kaji dan catat tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi nadi, tensi, capilary reffil)

Rasional :  tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui penurunan perfusi ke jaringan

b.      Kaji dan catat sirkulasi pada ekstrimitas (suhu, kelembaban dan warna)

Rasional :  suhu dingin, warna pucat pada ekstrimitas menunjukkan sirkulasi darah kurang adekuat.

c.       Nilai kemungkinan kematian jaringan pada ekstrimitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki.

Rasional :  mengetahui tanda kematian jaringan ekstrimitas lebih awal dapat berguna untuk mencegah kematian jaringan.

6.Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan individu tubuh yang lemah

1).    Tujuan : Kebutuhan ADL terpenuhi dengan kriteria pasien mampu mandiri setelah bebas dari demam.

2).    Intervensi

a.       Kaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan oleh pasien akibat kelemahan fisiknya

Rasional :  mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya

b.      Bantu pasien memenuhi kebutuhanaktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan pasien seperti mandi, makan, berpakaian, eliminasi

Rasional :  pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah

c.       Bantu pasien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan fisiknya

Page 11: Askep Dhf Edit

Rasional :  dengan melatih kemandirian pasien maka pasien tidak mengalami ketergantungan pada perawat.

d.      Letakkan barang-barang ditempat yang mudah dijangkau oleh pasien

Rasional :  akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa orang lain.

e.       Siapkan bel di dekat pasien

Rasional :  agar pasien dapat segera meminta bantuan perawat saat membutuhkannya.

7.Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala dan pegal-pegal seluruh tubuh

1).    Tujuan : Kebutuhan tidur klien terpenuhi dengan kriteria:

a.       Klien tidak mengantuk

b.      Kelihatan segar

2).    Intervensi

a.       Bandingkan tidur klien sebelum dan setelah terjadi gangguan

Rasional :  dengan membandingkan dapat diidentifikasi tidur yang efektif untuk klien saat ini

b.      Awasi dan diskusikan kemungkinan terjadi gangguan tidur

Rasional :  menentukan saat-saat klien mengalami kecemasan yang dapat mengganggu tidur

c.       Tingkatkan relaksasi pada waktu tidur

Rasional :  membantu klien untuk memulaskan tidur oleh karena klien dalam keadaan rileks.

d.      Beri lingkungan yang nyaman bagi klien untuk meningkatkan tidur/istirahat.

Rasional :  meningkatkan respon osmotik oleh karena respon kardiovaskuler terhadap suara meningkat selama tidur.

e.       Evaluasi efek dari obat yang diberikan yang menyebabkan klien idak dapat tidur.

Rasional :  mungkin efek dari obat yang diberikan menyebabkan klien tidak dapat tidur.

Page 12: Askep Dhf Edit

8.Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien

1).    Tujuan: kecemasan berkurang dengan kriteria:

a.       Klien tampak lebih tenang

b.      Klien mau berkomunikasi dengan perawat

2).    Intervensi

a.       Kaji rasa cemas yang dialami oleh pasien

Rasional :  menetapkan tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien

b.      Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

Rasional :  membantu menenangkan perasaan pasien         

c.       Gunakan komunikasi therapiutik

Rasional :  agar segala sesuatu yang disampaikan pada pasien memberikan hasil yang efektif

d.      Jaga hubungan saling percara dari pasien dan keluarga

Rasional :  manjalin hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien/keluarga

e.       Jawab pertanyaan dari pasien/keluarga dengan jujur dan benar

Rasional :  jawaban jujur dan benar akan menumbuhkan kepercayaan pasien pada perawat.

Page 13: Askep Dhf Edit

DAFTAR PUSTAKA

Departemen  Kesehatan RI (1993), Asuhan Keperawatan Anak dalam Konteks Keluarga, , Jakarta

Nelson (1992), Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Ngastiyah (1995), Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

RSUD Dr. Soetomo (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi, Pnerbit Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.

Page 14: Askep Dhf Edit

LEMBAR PENGESAHAN

Tasikmalaya, Juni 2013

CI Ruangan RAB Mahasiswa

Mengetahui Pembimbing Akademik

Page 15: Askep Dhf Edit

LAPORAN PENDAHULUAN

Tentang DHFRuang RAB

RSUD TASIKMALAYA

DISUSUN OLEH:

ADE MUHAMAD SOFYANNIM : 10SP277001

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS