askep ca mamae
DESCRIPTION
Askep CA MamaeTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
APENDIKSITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Menurut Barbara C. Long (1996 : 228) apendisitis adalah : Suatu
peradangan pada apendiks yang berbentuk cacing yang berlokasi dekat katup
ileosecal dan peradangan mungkin disebabkan oleh obstruksi dari fekalit
(suatu masa separti batu yang berbentuk dari feaces) atau infeksi bakterial.
Menurut Kapita Selekta Kedokteran, Arif Mansoer (at all 2000 : 307)
bahwa apendisitis adalah : Peradangan dari apendisitis vermiformis dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.
Menurut Brumer and Sudarth (2002 : 1099) bahwa apendectomi adalah :
Tindakan pembedahan untuk mengangkat apendiks yang dilakukan sesegara
mungkn untuk menurunkan resiko perforasi.
2. Anatomi dan Fisiologi Apendiks
a. Struktur Apendiks
Apendiks vermiformis merupakan tabung buntu yang berukuran
sekitar jari kelingking yang terletak pada daerah ileosecal yaitu apeks
sekum. Sylvia A. Price (1995 : 389).
Pada apendiks posisi yang normal adalah apendiks yang terletak pada
dinding abdomen di bawah titik Mc. Burney dan dicari dengan menarik
garis spina iliaka superior kanan ke umbilikus dan titik tengah garis ini
merupakan tempat pangkal apendiks.
Gambar 2.1
Titik MC. Burney dan beberapa posisi apendiks yang sering ditemukan.Sumber : Sylvia A. Prince – Patofisiologi
Kasus apendik 65% terletak pada intraperitoneal dan kedudukan ini
memungkinkan apendik bergerak dan ruang geraknya bergantung pada
masoapendik penggantungannya. (R. Sjamsuhidayat dan Wim De Jong,
1997 ; 105)
b. Fisiologi Apendiks
Fungsi apendiks tidak diketahui dan diperkirakan mempunyai peranan
mekanisme dalam imunologik. Imunoglobin sekret yang dihasilkan oleh
8
1
2
34
5
69
7
8
Keterangan gambar :1. Ileokolika 2. Ileum terminal 3. Apendikularis yang terletak retroperitoneal 4. Apendikularis dalam masoapendik 5. ujung Apendiks terletak agak ke kaudal 6. Apendiks letak intraperitonial 7. Pada sekum intrperitoneal kedudukannya dapat pindak ke segala jurusan 8.Apendiks terletak retroperitoneal di belakang sekum 9. Pertemuan tiga tenia menunjukan pangkal apendiks
Posisi ApendiksSumber : R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong
Gambar 2.2
GALT (Gut Assosiated Lymphoid Tissue) yang terdapat di sepanjang
saluran cerna termasuk apendiks ialah imuglobin itu sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi, namun demikian pengangkatan apendiks tidak
mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan lymphoid disini
kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh
tubuh.
3. Etiologi
Apendiks akut merupakan infeksi bakteri berbagai hal berperan sebagai
faktor pencetusnya timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi
apendiks oleh tinja atau akibat terpelintirnya apendiks atau pembuluh darah.
Penyebab lain yaitu erosi mukosa apendisitis karena entamuba histolytica
peran kebiasaan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya apendisitis.Konstipasi akan menaikan tekanan yang berakibat
timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan
kuman flora kolon biasa dan semua ini akan mempermudah timbulnya
penyakit apendiks akut.
4. Patofisiologi
Mula-mula disebabkan oleh sumbatan lumen, obstruksi lumen biasanya
disebabkan oleh penyempitan lumen akibat hiperplasia jaringan lymphoid
submukosa. Feces yang terperangkap dalam lumen apendiks mengalami
penyebaran air dan terbentuklah fekalit yang akhirnya sebagai kausa
sumbatan. Sumbatan lumen apendiks ini menyebabkan keluhan sakit disekitar
imbilikus, epigastrium nausea dan muntah.
9
Sekresi mukus yang terus menerus menyebabkan apendiks teregang
intralumen melebihi tekanan vena (> 85 cm H2O) apendiks menjadi hipoksia
dan dinding apendiks menjadi mudah diserang oleh invasi kuman dan
multipikasi bakteri dan kuman kelapisan mukosa, sub mukosa, lapisan
muskularis dan akhirnya ke peritonuim parietalis sehingga terjadilah
peritonotis lokal ke bawah.
5. Klasifikasi
Menurut Robin dan Kumar (1995 ; 217) pada apendisitis akut, dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
a. Apendisitis Akut Focales atau Segmentalis
Biasanya hanya bagian distal yang meradang tetapi seluruh rongga
apendiks 1/3 distal berisi nanah. Dari luar tidak jelas tampak kelainan
kadang hanya hipermi ringan dan serosa.
b. Apendisitis akut Purulenta (suppurativa) diffusa
Pembentukan nanah yang berlebihan. Jika radangnya lebih
mengeras, dapat terjadi nekrosis dan pembusukan tersebut apendisitis
gangrenosa.
6. Manifestasi Klinik
Apendisitis muncul dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing dan, disertai rangsangan peritoneum lokal. Gejala
klasik apendiks adalah nyeri viseral di daerah epigastrium disekitar umbilikus
dengan keluhan mual dan kadang muntah. Dalam beberapa jam nyeri akan
10
berpindah ke kanan bawah, ke titik MC. Burney. Nyeri dirasakan lebih tajam
dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
Komplikasi utama apendiks adalah : Perforasi, Peritonitis, Abses
Apendiks, Pile Flebitis (Trombosit Septik Vera Portal).
7. Manajemen Medik Secara Umum
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5OC-38,5OC bila suhu
lebih tinggi mungkin sudah terjadi perforasi. Pada saat inspeksi perut tidak
ditemukan gambaran spesifik dan kembung sering terlihat pada penderita
dengan komplikasi perforasi dan penonjolan perut kanan bawah dapat dilihat
pada masa atau abses apendikuler.
Pembedahan dilakukan sebelum ruptur dan tanda-tanda peritonitis terjadi.
Apabila apendiks pecah sebelum tindakan bedah maka diperlukan pemberian
antibiotik untuk mengurangi resiko peritonitis dan sepsis.
8. Dampak Terhadap Sistem Tubuh Lain
a. Pada Sistem Pencernaan
Komplikasi penyebaran infeksi dari apendisitis menyebabkan peradangan
pada peritoneum. Dengan Peritonitis umum, aktivitas peristaltik berkurang
sampai timbul ileus. Paralitik kemudian menjadi atoni atau meregang.
b. Pada Sistem Perkemihan
Adanya penyebaran toksin dan bakteri akibat dari peradangan
apendiks sehingga peritoneum terkontaminasi, terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler, menyebabkan perpindahan cairan dari intra sel ke
11
ekstra sel di rongga peritoneum, kemudian perfusi jaringan menurun
sehingga terjadi gagal ginjal dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengenal
masalah-masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan meningkatkan kesehatan
pasien yang terdiri dari empat tahap Yaitu : pengakjian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi. (Nasrul Efendy, 1995 ; 15)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dan proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Nasrul Efendy,
1995 ; 18).
a. Pengumpulan Data
Biodata yang diperlukan mencakup : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, alamat klien, nomor register, diagnosa
medis, tanggal masuk perawatan, tanggal mulai dikaji oleh mahasiswa.
(Robert Priharjo, 1994 ; 12)
1) Identitas Klien
12
Robert Priharjo (1996 : 12) mengemukakan tentang biografi pasien
yang meliputi : nama, usia, alamat, tempat tanggal lahir, agama, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, kewarganegaraan, suku bangsa.
2) Penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan hubungan
dengan klien.
3) Riwayat Kesehatan Klien
a) Keluahan utama
Klien merasa nyeri di abdomen kuadran kanan bawah, badan
demam, mual dan muntah. (Marylinn E. Doenges, 2000 ; 508).
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan dapat mempergunakan suatu
pendekatan yaitu dengan P, Q, R, S, T.
c) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Pada riwayat kesehatan terdahulu ajukan pertanyaan apakah
klien pernah mengalami atau mempunyai riwayat penyakit saluran
pencernaan, kebiasaan mengkonsumsi makanan serta riwayat sakit
atau pernah dirawat sebelumnya.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut Robert Priharjo (1994 ; 138) data riwayat keluarga
dikumpulkan dengan pertanyaan apakah dalam keluarga klien ada
yang menderita penyakit yang sama atau saluran pencernaan yang
lainnya.
13
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Keadaan umum mencakup penampilan, tingkat kesadaran,
tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, BB dan TB.
b) Sistem pernafasan
Kaji pola pernafasan, penggunaan otot-otot pernafasan
tambahan, sianosis, auskultasi bunyi nafas : normal (bronkhiale,
wheezing, stridor). Pasien post apendectomi dapat ditemukan
peningkatan frekuensi, cepat dan dangkal, irama reguler, bunyi
nafas vesikuler.
c) Sistem kardiovaskuler
Inpeksi : Konjungtiva anemis atau tidak, mukosa bibir merah
atau sianosis, pada leher apakah ada peningkatan
vena jugolaris.
Palpasi : Adakah oedema pada ekstremitas pada pasien post
apendectomi biasanya teraba denyut nadi lemah.
Auskultasi : Mendengar bunyi jantung di daerah aorta,
pulmonalis, katup trikuspidalis, katup mitral,
apakah bunyi jantung tambahan.
Perkusi : Perkusi daerah jantung
d) Sistem pencernaan
Pada kasus apendisitis ditemukan adanya nyeri tekan pada
abdomen kuadran bawah, pada post apendectomi dapat ditemukan
14
daerah luka operasi, bunyi bising usus lemah, adanya pengaruh
dari anestesi umum untuk mengistirahatkan fungsi pencernaan
tersebut.
e) Sistem Perkemihan
Kaji adanya retensi urine akibat efek anestesi dan keadaan
imobile setelah dioperasi
f) Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, test fungsi nervus cranial, fungsi
sensorik dan motorik serta reflek.
g) Sistem Muskuloskeletal
Kaji kemampuan klien untuk melakukan rentang gerak sendi
dan kaji adanya pembengkakan, deformitas, nyeri, kekakuan dan
kondisi jaringan.
h) Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran kelenjar tyroid, keluhan poliuri,
polidipsi dan polipagi.
i) Sistem Integumen
Kaji bagaimana keadaan kulit, turgor testur, lesi, keadaan,
kuku dan rambut. Pada kasus apendiks terdapat luka operasi pada
abdomen yang membentuk jaringan perut.
5) Pola kebiasaan sehari-hari
Kaji terhadap pola aktivitas sehari-hari mencakup pola makan,
pola minum, pola istirahat tidur, personal hygiene, pola aktifitas
15
6) Data Psikososial : penampilan, status emosi,
konsep diri, kecemasan, dan interaksi sosial.
7) Data Spiritual
Kaji bagaimana klien melaksanakan ibadahnya.
8) Data Penunjang
Laboratorium
Darah : Leukositosis (Lebih dari 10.000/mm3)
Urine : Kadang-kadang hematuria (bila apendiks yang meradang
menempel pada ureter dan vesiko dan pemeriksaan rontgen
atau sinar x).
9) Therapi
Tindakan apendectomi darurat jika didiagnosa sudah ditegakan,
obat-obatan antibiotik, pasang infus pasang NGT jika diperlukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons
manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000 :
35). Beberapa diagnosa yang mungkin timbul pada pasien apendicitis pasca
operasi yaitu :
16
a. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak mobilisasi
fisik berhubungan dengan nyeri sekunder terhadap pembedahan.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi atau insisi bedah.
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pasca operasi.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembedahan
pasca operasi (contoh puasa) status hiper metabolik (contoh demam proses
penyembuhan).
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, insisi bedah.
f. Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat
pasien pulang.
3. Perencanaan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada
diagnosa keperawatan (Nursalam 2000 : 51). Rencana tindakan yang dapat
dirumuskan pada klien post apendectomi antara lain :
a.Diagnosa keperawatan : Defisit perawatan diri
Tujuan : Kebutuhan perawatan klien terpenuhi
Kriteri : Klien mampu mengidentifikasikan area kebutuhan
Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
INTERVENSI RASIONALISASI- Tentukan tingkatan bantuan yang
diperlukan, berikan bantuan sesuai kebutuhan - Untuk mendorong kemandirian
17
membiarkan pasien melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya.
- Berikan waktu yang cukup bagi pasien untuk melakukan aktivitas.
- Instruksikan pasien adaptasi yang diperlukan yang dimulai dengan tugas yang mudah dilakukan sampai tugas yang sulit, berikan pujian untuk kerhasilan tersebut.
- Menaruh bel ditempat yang mudah dijangkau.
- Membebani pasien dengan aktivitas menyebabkan frustasi
- Untuk mendorong kemandirian, pujian memotivasi untuk terus belajar.
- Untuk memberikan rasa aman
b. Diagnosa Keperawatan : Nyeri
Tujuan : Nyeri Teratasi atau hilang
Kriteria : Klien tampak rileks, mampu tidur atau istirahat dengan
tepat, peningkatan dalam aktivitas.
Diagnosa Keperawatan : Nyeri
INTERVENSI RASIONALISASI- Kaji nyeri, catat lokasi, beratnya
(skala 0-10), selidiki dan catat setiap perubahan nyeri dengan tepat.
- Pertahankan istirahat dengan semi Fowler
- Memberikan latihan gerak mobilisasi
- Ajarkan latihan pernafasan, teknik relaksasi
- Berguna dalam kemajuan penyembuhan luka, perubahan pada karakteristik nyeri menunjukan terjadinya abses atau peritonitis.
- Gravitasi melokalisasi eksudat implementasi dalam abdomen bawah, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang
- Klien mungkin akan membatasi gerak oleh persepsi tentang keterbatasan gerak dan memerlukan informasi atatu intervensi untuk meningkatkan kesehatan.
- Latihan pernafasan dan tehnik relaksasi menurunkan kosumsi oksigen frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot yang memberikan siklus nyeri ansietas ketegangan otot.
c. Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Terjadi Infeksi
Tujuan : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar
18
Kriteria : Tidak terjadi tanpa infeksi demam eritema
Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Terjadinya Infeksi
INTERVENSI RASIONALISASI- Monitor tanda-tanda vital, perhatikan
demam menggigil, berkeringat, perubahan mental, dan meningkatkan nyeri abdomen.
- Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka ansietas
- Lihat insisi dan balutan catat karakteristik luka.
- Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien orang terdekat
- Berikan antibiotik sesuai indikasi.
- Dugaan adanya infeksi atau terjadinya sepsis, abses, peritoritis
- Menurunkan resiko penyebaran nyeri
- Memberikan deteksi diri, terjadinya proses infeksi
- Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi dan membantu penurunan ansietas.
- Menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menurunkan penyebarannya pada rongga abdomen.
d. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pembatasan pasca operasi (contoh puasa) dan satatus
hepermetabolik (contoh demam, proses peyembuhan)
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan
Kriteria : Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital,
stabil dan pengeluaran urine adekuat.
Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Terhadap Kekurangan Volume
Cairan Berhubungan Dengan Pembatasan Pasca Operasi
INTERVENSI RASIONALISASI- Awasi tanda-tanda vital terutama nadi
dan tekanan darah- Awasi masuknya dan pengeluaran urine
atau kosentrasi, berat jenis.- Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit
dan pengisian kapiler- Auskultasi bising usus
- Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan per oral dimulai dan
- Tanda yang membatu mengidentifikasi fruktuasi volume intravaskuler
- Penurunan pengeluaran urine pekak dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi.
- Indikator kedekatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
- Indikator kembalinya peristaltik kesiapan, kesiapan untuk pemasukan per oral
- Menurunkan iritasi gaster atau muntah
19
dilanjutkan diet sesuai toleransi. untuk meminimalkan kekurangan cairan.
e. Diagnosa Perawatan
Tujuan : Mendemontrasikan kemampuan untuk melaksanakan
aktivitas perawatan diri saat pasien pulang.
Kriteria : Mengatakan mengerti tentang instruksi
: Melaksanakan dengan tepat keterampilan perawatan diri
yang diperlukan.
: Mengidentifikasi bagian-bagian yang memerlukan
perawatan.
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Penatalaksanaan Pemeliharaan di Rumah Berhubungan Dengan Kurangnya Pengetahuan
Tentang Perawatan Diri Saat Pasien Pulang
INTERVENSI RASIONALISASI- Ajar dan biarkan pasien merawat luka klien
jika penggantian verband perlu dilakukan di rumah dan tekankan pentingnya cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
- Beritahukan oleh pasien jika terjadi infeksi luka, kemerahan nyeri tekan dan demam.
- Pastikan pasien mempunyai persidiaan yang cukup untuk perawatan luka dan resep untuk analgetik.
- Instruksikan agar pasien beristirahat sepanjang hari, secara bertahap melakukan aktivitas serta menghindari mengangkat benda-benda berat dan latihan yang berlebihan.
- Praktek akan membantu pasien mengembangkan keyakinan dalam perawatan diri dan memungkinkan perawat mengevaluasi kemampuan pasien melaksanakan keterampilan tersebut sendiri dan menentukan apakah diperlukan bantuan, tindakan untuk mencegah infeksi harus dilanjutkan sampai luka benar-benar sembuh
- Diperlukan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
- Persediaan penting untuk mengurangi kecemasan yang umumnya berhubungan dengan pemulangan pasien, analgetik memberikan kenyamanan dan mendorong untuk tidur.
- Pembedahan adalah stressor
4. Implementasi
Tahap implementasi adalah pengelolaan dan rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. (Nasrul Efendy, 1995 ; 40).
5. Evaluasi
20
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
(Nasrul Efendy, 1995 ; 46)
6. Catatan Perkembangan
Catatan perkembangan merupakan bagian catatan klien yang berisi : hasil
pemeriksaan pengkajian, pesan dokter, ahli terapi yang terlibat. Semua catatan
berisi data dan topik masalah dengan informasi yang dicatat dalam format
SOAPIER. (Nasrul Efendy, 1995 ; 42).
7. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Pendokumentasian adalah aspek yang penting dalam pengkajian data
riwayat kesehatan dan pengkajian fisik. Setelah pengumpulan data selesai
dilakukan, maka perawat harus dapat mengorganisasikan data dan
mencatatnya dengan cara yang tepat dan benar.
(Robert Priharjo, 1996 ; 20).
21