askep ca mamae

23
LAPORAN PENDAHULUAN APENDIKSITIS A. Konsep Dasar 1. Pengertian Menurut Barbara C. Long (1996 : 228) apendisitis adalah : Suatu peradangan pada apendiks yang berbentuk cacing yang berlokasi dekat katup ileosecal dan peradangan mungkin disebabkan oleh obstruksi dari fekalit (suatu masa separti batu yang berbentuk dari feaces) atau infeksi bakterial. Menurut Kapita Selekta Kedokteran, Arif Mansoer (at all 2000 : 307) bahwa apendisitis adalah : Peradangan dari apendisitis vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Menurut Brumer and Sudarth (2002 : 1099) bahwa apendectomi adalah : Tindakan pembedahan untuk mengangkat apendiks yang dilakukan sesegara mungkn untuk menurunkan resiko perforasi.

Upload: anaapriliana

Post on 18-Feb-2016

68 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Askep CA Mamae

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDIKSITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Menurut Barbara C. Long (1996 : 228) apendisitis adalah : Suatu

peradangan pada apendiks yang berbentuk cacing yang berlokasi dekat katup

ileosecal dan peradangan mungkin disebabkan oleh obstruksi dari fekalit

(suatu masa separti batu yang berbentuk dari feaces) atau infeksi bakterial.

Menurut Kapita Selekta Kedokteran, Arif Mansoer (at all 2000 : 307)

bahwa apendisitis adalah : Peradangan dari apendisitis vermiformis dan

merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.

Menurut Brumer and Sudarth (2002 : 1099) bahwa apendectomi adalah :

Tindakan pembedahan untuk mengangkat apendiks yang dilakukan sesegara

mungkn untuk menurunkan resiko perforasi.

2. Anatomi dan Fisiologi Apendiks

a. Struktur Apendiks

Apendiks vermiformis merupakan tabung buntu yang berukuran

sekitar jari kelingking yang terletak pada daerah ileosecal yaitu apeks

sekum. Sylvia A. Price (1995 : 389).

Pada apendiks posisi yang normal adalah apendiks yang terletak pada

dinding abdomen di bawah titik Mc. Burney dan dicari dengan menarik

garis spina iliaka superior kanan ke umbilikus dan titik tengah garis ini

merupakan tempat pangkal apendiks.

Gambar 2.1

Titik MC. Burney dan beberapa posisi apendiks yang sering ditemukan.Sumber : Sylvia A. Prince – Patofisiologi

Kasus apendik 65% terletak pada intraperitoneal dan kedudukan ini

memungkinkan apendik bergerak dan ruang geraknya bergantung pada

masoapendik penggantungannya. (R. Sjamsuhidayat dan Wim De Jong,

1997 ; 105)

b. Fisiologi Apendiks

Fungsi apendiks tidak diketahui dan diperkirakan mempunyai peranan

mekanisme dalam imunologik. Imunoglobin sekret yang dihasilkan oleh

8

1

2

34

5

69

7

8

Keterangan gambar :1. Ileokolika 2. Ileum terminal 3. Apendikularis yang terletak retroperitoneal 4. Apendikularis dalam masoapendik 5. ujung Apendiks terletak agak ke kaudal 6. Apendiks letak intraperitonial 7. Pada sekum intrperitoneal kedudukannya dapat pindak ke segala jurusan 8.Apendiks terletak retroperitoneal di belakang sekum 9. Pertemuan tiga tenia menunjukan pangkal apendiks

Posisi ApendiksSumber : R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong

Gambar 2.2

GALT (Gut Assosiated Lymphoid Tissue) yang terdapat di sepanjang

saluran cerna termasuk apendiks ialah imuglobin itu sangat efektif sebagai

pelindung terhadap infeksi, namun demikian pengangkatan apendiks tidak

mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan lymphoid disini

kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh

tubuh.

3. Etiologi

Apendiks akut merupakan infeksi bakteri berbagai hal berperan sebagai

faktor pencetusnya timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi

apendiks oleh tinja atau akibat terpelintirnya apendiks atau pembuluh darah.

Penyebab lain yaitu erosi mukosa apendisitis karena entamuba histolytica

peran kebiasaan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap

timbulnya apendisitis.Konstipasi akan menaikan tekanan yang berakibat

timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan

kuman flora kolon biasa dan semua ini akan mempermudah timbulnya

penyakit apendiks akut.

4. Patofisiologi

Mula-mula disebabkan oleh sumbatan lumen, obstruksi lumen biasanya

disebabkan oleh penyempitan lumen akibat hiperplasia jaringan lymphoid

submukosa. Feces yang terperangkap dalam lumen apendiks mengalami

penyebaran air dan terbentuklah fekalit yang akhirnya sebagai kausa

sumbatan. Sumbatan lumen apendiks ini menyebabkan keluhan sakit disekitar

imbilikus, epigastrium nausea dan muntah.

9

Sekresi mukus yang terus menerus menyebabkan apendiks teregang

intralumen melebihi tekanan vena (> 85 cm H2O) apendiks menjadi hipoksia

dan dinding apendiks menjadi mudah diserang oleh invasi kuman dan

multipikasi bakteri dan kuman kelapisan mukosa, sub mukosa, lapisan

muskularis dan akhirnya ke peritonuim parietalis sehingga terjadilah

peritonotis lokal ke bawah.

5. Klasifikasi

Menurut Robin dan Kumar (1995 ; 217) pada apendisitis akut, dibagi

menjadi dua bagian, yaitu :

a. Apendisitis Akut Focales atau Segmentalis

Biasanya hanya bagian distal yang meradang tetapi seluruh rongga

apendiks 1/3 distal berisi nanah. Dari luar tidak jelas tampak kelainan

kadang hanya hipermi ringan dan serosa.

b. Apendisitis akut Purulenta (suppurativa) diffusa

Pembentukan nanah yang berlebihan. Jika radangnya lebih

mengeras, dapat terjadi nekrosis dan pembusukan tersebut apendisitis

gangrenosa.

6. Manifestasi Klinik

Apendisitis muncul dengan gejala khas yang didasari oleh radang

mendadak umbai cacing dan, disertai rangsangan peritoneum lokal. Gejala

klasik apendiks adalah nyeri viseral di daerah epigastrium disekitar umbilikus

dengan keluhan mual dan kadang muntah. Dalam beberapa jam nyeri akan

10

berpindah ke kanan bawah, ke titik MC. Burney. Nyeri dirasakan lebih tajam

dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.

Komplikasi utama apendiks adalah : Perforasi, Peritonitis, Abses

Apendiks, Pile Flebitis (Trombosit Septik Vera Portal).

7. Manajemen Medik Secara Umum

Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5OC-38,5OC bila suhu

lebih tinggi mungkin sudah terjadi perforasi. Pada saat inspeksi perut tidak

ditemukan gambaran spesifik dan kembung sering terlihat pada penderita

dengan komplikasi perforasi dan penonjolan perut kanan bawah dapat dilihat

pada masa atau abses apendikuler.

Pembedahan dilakukan sebelum ruptur dan tanda-tanda peritonitis terjadi.

Apabila apendiks pecah sebelum tindakan bedah maka diperlukan pemberian

antibiotik untuk mengurangi resiko peritonitis dan sepsis.

8. Dampak Terhadap Sistem Tubuh Lain

a. Pada Sistem Pencernaan

Komplikasi penyebaran infeksi dari apendisitis menyebabkan peradangan

pada peritoneum. Dengan Peritonitis umum, aktivitas peristaltik berkurang

sampai timbul ileus. Paralitik kemudian menjadi atoni atau meregang.

b. Pada Sistem Perkemihan

Adanya penyebaran toksin dan bakteri akibat dari peradangan

apendiks sehingga peritoneum terkontaminasi, terjadi peningkatan

permeabilitas kapiler, menyebabkan perpindahan cairan dari intra sel ke

11

ekstra sel di rongga peritoneum, kemudian perfusi jaringan menurun

sehingga terjadi gagal ginjal dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengenal

masalah-masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan meningkatkan kesehatan

pasien yang terdiri dari empat tahap Yaitu : pengakjian, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi. (Nasrul Efendy, 1995 ; 15)

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dan proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Nasrul Efendy,

1995 ; 18).

a. Pengumpulan Data

Biodata yang diperlukan mencakup : nama, umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, agama, alamat klien, nomor register, diagnosa

medis, tanggal masuk perawatan, tanggal mulai dikaji oleh mahasiswa.

(Robert Priharjo, 1994 ; 12)

1) Identitas Klien

12

Robert Priharjo (1996 : 12) mengemukakan tentang biografi pasien

yang meliputi : nama, usia, alamat, tempat tanggal lahir, agama, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, kewarganegaraan, suku bangsa.

2) Penanggung jawab

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan hubungan

dengan klien.

3) Riwayat Kesehatan Klien

a) Keluahan utama

Klien merasa nyeri di abdomen kuadran kanan bawah, badan

demam, mual dan muntah. (Marylinn E. Doenges, 2000 ; 508).

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada riwayat kesehatan dapat mempergunakan suatu

pendekatan yaitu dengan P, Q, R, S, T.

c) Riwayat Kesehatan Terdahulu

Pada riwayat kesehatan terdahulu ajukan pertanyaan apakah

klien pernah mengalami atau mempunyai riwayat penyakit saluran

pencernaan, kebiasaan mengkonsumsi makanan serta riwayat sakit

atau pernah dirawat sebelumnya.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut Robert Priharjo (1994 ; 138) data riwayat keluarga

dikumpulkan dengan pertanyaan apakah dalam keluarga klien ada

yang menderita penyakit yang sama atau saluran pencernaan yang

lainnya.

13

4) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Keadaan umum mencakup penampilan, tingkat kesadaran,

tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, BB dan TB.

b) Sistem pernafasan

Kaji pola pernafasan, penggunaan otot-otot pernafasan

tambahan, sianosis, auskultasi bunyi nafas : normal (bronkhiale,

wheezing, stridor). Pasien post apendectomi dapat ditemukan

peningkatan frekuensi, cepat dan dangkal, irama reguler, bunyi

nafas vesikuler.

c) Sistem kardiovaskuler

Inpeksi : Konjungtiva anemis atau tidak, mukosa bibir merah

atau sianosis, pada leher apakah ada peningkatan

vena jugolaris.

Palpasi : Adakah oedema pada ekstremitas pada pasien post

apendectomi biasanya teraba denyut nadi lemah.

Auskultasi : Mendengar bunyi jantung di daerah aorta,

pulmonalis, katup trikuspidalis, katup mitral,

apakah bunyi jantung tambahan.

Perkusi : Perkusi daerah jantung

d) Sistem pencernaan

Pada kasus apendisitis ditemukan adanya nyeri tekan pada

abdomen kuadran bawah, pada post apendectomi dapat ditemukan

14

daerah luka operasi, bunyi bising usus lemah, adanya pengaruh

dari anestesi umum untuk mengistirahatkan fungsi pencernaan

tersebut.

e) Sistem Perkemihan

Kaji adanya retensi urine akibat efek anestesi dan keadaan

imobile setelah dioperasi

f) Sistem Persyarafan

Kaji tingkat kesadaran, test fungsi nervus cranial, fungsi

sensorik dan motorik serta reflek.

g) Sistem Muskuloskeletal

Kaji kemampuan klien untuk melakukan rentang gerak sendi

dan kaji adanya pembengkakan, deformitas, nyeri, kekakuan dan

kondisi jaringan.

h) Sistem Endokrin

Kaji adanya pembesaran kelenjar tyroid, keluhan poliuri,

polidipsi dan polipagi.

i) Sistem Integumen

Kaji bagaimana keadaan kulit, turgor testur, lesi, keadaan,

kuku dan rambut. Pada kasus apendiks terdapat luka operasi pada

abdomen yang membentuk jaringan perut.

5) Pola kebiasaan sehari-hari

Kaji terhadap pola aktivitas sehari-hari mencakup pola makan,

pola minum, pola istirahat tidur, personal hygiene, pola aktifitas

15

6) Data Psikososial : penampilan, status emosi,

konsep diri, kecemasan, dan interaksi sosial.

7) Data Spiritual

Kaji bagaimana klien melaksanakan ibadahnya.

8) Data Penunjang

Laboratorium

Darah : Leukositosis (Lebih dari 10.000/mm3)

Urine : Kadang-kadang hematuria (bila apendiks yang meradang

menempel pada ureter dan vesiko dan pemeriksaan rontgen

atau sinar x).

9) Therapi

Tindakan apendectomi darurat jika didiagnosa sudah ditegakan,

obat-obatan antibiotik, pasang infus pasang NGT jika diperlukan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons

manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status

kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000 :

35). Beberapa diagnosa yang mungkin timbul pada pasien apendicitis pasca

operasi yaitu :

16

a. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak mobilisasi

fisik berhubungan dengan nyeri sekunder terhadap pembedahan.

b. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi atau insisi bedah.

c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pasca operasi.

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembedahan

pasca operasi (contoh puasa) status hiper metabolik (contoh demam proses

penyembuhan).

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, insisi bedah.

f. Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat

pasien pulang.

3. Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada

diagnosa keperawatan (Nursalam 2000 : 51). Rencana tindakan yang dapat

dirumuskan pada klien post apendectomi antara lain :

a.Diagnosa keperawatan : Defisit perawatan diri

Tujuan : Kebutuhan perawatan klien terpenuhi

Kriteri : Klien mampu mengidentifikasikan area kebutuhan

Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

INTERVENSI RASIONALISASI- Tentukan tingkatan bantuan yang

diperlukan, berikan bantuan sesuai kebutuhan - Untuk mendorong kemandirian

17

membiarkan pasien melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya.

- Berikan waktu yang cukup bagi pasien untuk melakukan aktivitas.

- Instruksikan pasien adaptasi yang diperlukan yang dimulai dengan tugas yang mudah dilakukan sampai tugas yang sulit, berikan pujian untuk kerhasilan tersebut.

- Menaruh bel ditempat yang mudah dijangkau.

- Membebani pasien dengan aktivitas menyebabkan frustasi

- Untuk mendorong kemandirian, pujian memotivasi untuk terus belajar.

- Untuk memberikan rasa aman

b. Diagnosa Keperawatan : Nyeri

Tujuan : Nyeri Teratasi atau hilang

Kriteria : Klien tampak rileks, mampu tidur atau istirahat dengan

tepat, peningkatan dalam aktivitas.

Diagnosa Keperawatan : Nyeri

INTERVENSI RASIONALISASI- Kaji nyeri, catat lokasi, beratnya

(skala 0-10), selidiki dan catat setiap perubahan nyeri dengan tepat.

- Pertahankan istirahat dengan semi Fowler

- Memberikan latihan gerak mobilisasi

- Ajarkan latihan pernafasan, teknik relaksasi

- Berguna dalam kemajuan penyembuhan luka, perubahan pada karakteristik nyeri menunjukan terjadinya abses atau peritonitis.

- Gravitasi melokalisasi eksudat implementasi dalam abdomen bawah, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang

- Klien mungkin akan membatasi gerak oleh persepsi tentang keterbatasan gerak dan memerlukan informasi atatu intervensi untuk meningkatkan kesehatan.

- Latihan pernafasan dan tehnik relaksasi menurunkan kosumsi oksigen frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot yang memberikan siklus nyeri ansietas ketegangan otot.

c. Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Terjadi Infeksi

Tujuan : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar

18

Kriteria : Tidak terjadi tanpa infeksi demam eritema

Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Terjadinya Infeksi

INTERVENSI RASIONALISASI- Monitor tanda-tanda vital, perhatikan

demam menggigil, berkeringat, perubahan mental, dan meningkatkan nyeri abdomen.

- Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka ansietas

- Lihat insisi dan balutan catat karakteristik luka.

- Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien orang terdekat

- Berikan antibiotik sesuai indikasi.

- Dugaan adanya infeksi atau terjadinya sepsis, abses, peritoritis

- Menurunkan resiko penyebaran nyeri

- Memberikan deteksi diri, terjadinya proses infeksi

- Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi dan membantu penurunan ansietas.

- Menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menurunkan penyebarannya pada rongga abdomen.

d. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

berhubungan dengan pembatasan pasca operasi (contoh puasa) dan satatus

hepermetabolik (contoh demam, proses peyembuhan)

Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan

Kriteria : Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital,

stabil dan pengeluaran urine adekuat.

Diagnosa Keperawatan : Resiko Tinggi Terhadap Kekurangan Volume

Cairan Berhubungan Dengan Pembatasan Pasca Operasi

INTERVENSI RASIONALISASI- Awasi tanda-tanda vital terutama nadi

dan tekanan darah- Awasi masuknya dan pengeluaran urine

atau kosentrasi, berat jenis.- Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit

dan pengisian kapiler- Auskultasi bising usus

- Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan per oral dimulai dan

- Tanda yang membatu mengidentifikasi fruktuasi volume intravaskuler

- Penurunan pengeluaran urine pekak dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi.

- Indikator kedekatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

- Indikator kembalinya peristaltik kesiapan, kesiapan untuk pemasukan per oral

- Menurunkan iritasi gaster atau muntah

19

dilanjutkan diet sesuai toleransi. untuk meminimalkan kekurangan cairan.

e. Diagnosa Perawatan

Tujuan : Mendemontrasikan kemampuan untuk melaksanakan

aktivitas perawatan diri saat pasien pulang.

Kriteria : Mengatakan mengerti tentang instruksi

: Melaksanakan dengan tepat keterampilan perawatan diri

yang diperlukan.

: Mengidentifikasi bagian-bagian yang memerlukan

perawatan.

Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Penatalaksanaan Pemeliharaan di Rumah Berhubungan Dengan Kurangnya Pengetahuan

Tentang Perawatan Diri Saat Pasien Pulang

INTERVENSI RASIONALISASI- Ajar dan biarkan pasien merawat luka klien

jika penggantian verband perlu dilakukan di rumah dan tekankan pentingnya cuci tangan sebelum melakukan tindakan.

- Beritahukan oleh pasien jika terjadi infeksi luka, kemerahan nyeri tekan dan demam.

- Pastikan pasien mempunyai persidiaan yang cukup untuk perawatan luka dan resep untuk analgetik.

- Instruksikan agar pasien beristirahat sepanjang hari, secara bertahap melakukan aktivitas serta menghindari mengangkat benda-benda berat dan latihan yang berlebihan.

- Praktek akan membantu pasien mengembangkan keyakinan dalam perawatan diri dan memungkinkan perawat mengevaluasi kemampuan pasien melaksanakan keterampilan tersebut sendiri dan menentukan apakah diperlukan bantuan, tindakan untuk mencegah infeksi harus dilanjutkan sampai luka benar-benar sembuh

- Diperlukan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

- Persediaan penting untuk mengurangi kecemasan yang umumnya berhubungan dengan pemulangan pasien, analgetik memberikan kenyamanan dan mendorong untuk tidur.

- Pembedahan adalah stressor

4. Implementasi

Tahap implementasi adalah pengelolaan dan rencana keperawatan yang

telah disusun pada tahap perencanaan. (Nasrul Efendy, 1995 ; 40).

5. Evaluasi

20

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

berkesinambungan dan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.

(Nasrul Efendy, 1995 ; 46)

6. Catatan Perkembangan

Catatan perkembangan merupakan bagian catatan klien yang berisi : hasil

pemeriksaan pengkajian, pesan dokter, ahli terapi yang terlibat. Semua catatan

berisi data dan topik masalah dengan informasi yang dicatat dalam format

SOAPIER. (Nasrul Efendy, 1995 ; 42).

7. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Pendokumentasian adalah aspek yang penting dalam pengkajian data

riwayat kesehatan dan pengkajian fisik. Setelah pengumpulan data selesai

dilakukan, maka perawat harus dapat mengorganisasikan data dan

mencatatnya dengan cara yang tepat dan benar.

(Robert Priharjo, 1996 ; 20).

21