askep bblr kelompok 1. vii-a
DESCRIPTION
askep bblrTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR
RENDAH
O
L
E
H
KELOMPOK 1
SEMESTER VII-A
KEPERAWATAN
NAMA:
1. EKA OKTAVIANI
2. GUSINTA MAERVIANA
3. TANTYA YUNIAR
4. USWATUN HASANAH
5. YUSRI PRATAMA
STIKES MATARAM 2015
BAB. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian perinatal di rumah sakit di Indonesia adalah 70 %
dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR.
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby
dengan low birth weight baby (bayi dengan berat lahir rendah = BBLR),
karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr
pada waktu lahir bukan bayi premature. Melihat dari kejadian terdahulu
BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak terhadap para ibu
yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi
BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8 %, di Negara
berkembang berkisar antara 10 – 43 %.
Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan
Negara berkembang adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 ). Kematian perinatal
pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada
umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa, ia akan
mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka
kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai
kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia,
perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-
kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara,
IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka diambilah salah satu kasus
untuk pembuatan Asuhan Keperawatan pada bayi BBLR.
1.2 Tujuan
A. Tujan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada bayi
dengan berat badan lahir rendah.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari bayi berat
badan lahir rendah.
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari bayi berat
badan lahir rendah.
3. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi pada bayi berat
badan lahir rendah.
4. Mahasiswa mampu memahami pathway terjadinya bayi
berat badan lahir rendah.
5. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis bayi berat
badan lahir rendah.
6. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik
yang perlu dilakukan pada bayi berat badan lahir rendah.
7. Mahasiswa mampu memahami pencegahan terjadinya bayi
berat badan lahir rendah.
8. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada bayi berat badan lahir rendah.
1.3 Rumusan Masalah
A. Apakah definisi dari bayi berat badan lahir rendah?
B. Apa sajakah etiologi dari bayi berat badan lahir rendah?
C. Bagaimana patofisiologi terjadinya bayi berat badan lahir rendah?
D. Bagaimana pathway terjadinya bayi berat badan lahir rendah?
E. Apa saja manifestasi klinis bayi berat badan lahir rendah?
F. Apa sajakah pemeriksaan diagnostik yang perlu dilakukan pada
bayi berat badan lahir rendah?
G. Bagaimana pencegahan terjadinya bayi berat badan lahir rendah?
H. Bagaimanakah penatalaksanaan asuhan keperawatan pada bayi
berat badan lahir rendah?
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka mahasiswa mampu melakukan asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir
BAB. II. TINJAUAN TEORI
2.1 Defenisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang
berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram-2499
gram.
Groenwald mengatakan bahwa bila digunakan definisi yang lama,
30%-40% dari bayi perempuan sebenarnya telah mempunyai masa gestasi
37-38 minggu. Selain itu di negara yang masih berkembang, batas 2500
gram sebagai bayi prematur mungkn terlalu tinggi, karena berat badan
lahir rata-rata lebih rendah.
Untuk mendapat keseragaman, pada Kongres Europen Perinatal
Medicine Ke-2 di London (1970) telah diusulkan definisi yang berikut:
A. Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari
37 minggu (259 hari).
B. Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37
minggu sampai 42 minggu (259 – 293 hari)
C. Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42
minggu atau lebih (294 hari atau lebih).
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan di atas, bayi
BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau bisa disebut
neonatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
Penyebab:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan
kehamilan misalnya toksemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisis, dan psikologis.
2) Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada
usia di bawah 20 tahun dan pada multigravida yang
jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia ibu antara 26-35 tahun.
3) Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada
golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang.
b. Faktor janin
Hidramnion, kehamilan ganda uumnya akan mengakibatkan
lahir bayi BBLR.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya (KMK).
Penyebab:
a. Faktor Janin : Infeksi kronis, kelalinan congenital
b. Faktor plasenta : Berat plasenta kurang,
plasentitis vilus, Infark tumor.
c. Faktor ibu : Pre eklamsi, hypertensi, kelainan
pembuluh darah.
2.2 Etiologi
Terjadinya lahir prematur / BBLR pada bayi disebabkan oleh
berbagai macam faktor diantaranya:
A. Faktor Ibu
1) Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
2) Usia
3) Keadaan Sosial Ekonomi
4) Faktor lain
B. Faktor Janin
C. Faktor uterus dan plasenta
D. Faktor lingkungan
2.3 Patofisiologi
Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,
faktor ibu, faktor janin dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit
yang diderita ibu, usia ibu saat hamil kurang dari 16 tahun atau lebih dari
35 tahun, keadaan sosial ekonomi. Faktor janin meliputi hidramnion,
kehamilan ganda, kelainan kromosom. Faktor lingkungan meliputi tempat
tinggal, radiasi, dan zat- zat beracun. Dimana faktor-faktor tersebut dapat
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
sehingga mengalami gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Hal tersebut dapat mengakibatkan bayi lahir prematur atau dismatur
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Jika hal tersebut terjadi,
maka bayi dituntut untuk beradaptasi pada kehidupan ekstrauterin sebelum
organ dalam tubuhnya berkembang secara optimal.
2.4 Pathway
Prematur murni: faktor ibu, janin, & plasenta
Dismaturitas: gangguan pertukaran zat ibu dan janin
BBLR
Sistem respirasi imaturitas
Pusat refleks di medula belum sempurna
Sistem termoregulasi
Immaturitas paru
Surfaktan blm terbentuk
Tegangan permukaan & kolaps alveolus
Terganggunya pengembangan paru
GG Pola nafas tidak efektif
Refleks hisap lemah
Menyusui tdak efektif
GG Nutrisi (-) dari kebutuhan
Pusat pengaturan suhu immatur
Kontrol suhu tidak sempurna
Termoregulasi terganggu
Hipotermi
2.5 Manifestasi Klinis Bayi BBLR Secara Umum
Tanda dangejala yang dijumpai pada Bayi Berat Lahir Rendah antara lain :
A. Berat Badan Kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang
dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada
kurang dari 30 cm.
B. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
C. Kepala lebih besar dari badan.
D. Lanugo (bulu halus ) banyak terutama pada dahi, pelipis,
telinga dan lengan
E. Lemak sub kutan kurang.
F. Ubun – ubun dan sutura melebar
G. Genitalia belum sempurna, labia minora belun tertup oleh
labia mayora (pada wanita) pada pria testis
H. Pembuluh darah kulit banyak terlihat peristaltik usus dapat
terlihat.
I. Rambut halus dan tipis.
J. Banyak tidur dan tangis lemah.
K. Kulit tampak mengkilat dan licin
L. Pergerakan kurang dan lemah.
M. Refleks tonus leher lemah, refleks isap kurang, refleks
menelan kurang dan refleks batuk masih lemah.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
A. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis ).
B. Hematokrit ( Ht ): 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau
lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan
anemia atau hemoragic prenatal/perinatal).
C. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebihan ).
D. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2
hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
E. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga.
F. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal
pada awalnya.
G. Pemeriksaan Analisa gas darah.
2.7 Pencegahan Bayi BBLR
A. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4
kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan
muda.
B. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan
perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga
kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
C. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun
umur reproduksi sehat (20-34 tahun).
D. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar
mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan
antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
2.8 Asuhan Keperawatan Bayi BBLR
A. Pengkajian
1. Data biografi : Nama, jenis kelamin, usia, riwayat kehamilan
(usia kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu),
komplikasi kehamilan dan persalinan, jenis persalinan.
2. Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung
(murmur/gallop), warna kulit.
3. Sistem pernapasan: Bentuk dada, penggunaan otot aksesoris,
cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan.
4. Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah,
warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan
megisap yang lemah.
5. Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia,
urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
6. Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi
fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala.
7. Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
8. Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,
lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,
terkelupas.
9. Pemeriksaan fisik : Berat badan, panjang badan, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5.
B. Diagnose Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan
neuromuscular.
2. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
NoDx.
Keperawatan TUJUAN Intervensi
1 Tidak efektifnya
pola nafas b.d
imaturitas pusat
pernafasan,
keterbatasan
perkembangan
otot, penurunan
energi/ kelelahan,
ketidakseimbanga
n metabolik
Pola nafas efektif .
Dengan Kriteria
Hasil :
RR 30-60 x/mnt
Sianosis (-)
Sesak (-)
Ronchi (-)
Whezing (-)
Mandiri :
1. Kaji frekwensi pernafasan
dan pola pernafasan.
2. Hisap jalan nafas sesuai
kebutuhan.
3. Pertahankan suhu tubuh
optimal
4. Posisikan bayi pada
abdomen atau posisi
terlentang dengan
gulungan popok di bawah
bahu untuk menghasilkan
sedikit hiperekstensi.
kolaborasi:
1. Pantau pemeriksaan
laboratory (GDA, glukosa
serum, elektrolit ).
2. Berikan oksigen sesuai
indikasi
2 Tidak efektifnya
termoregulasi b.d
imaturitas control
dan pengatur suhu
dan berkurangnya
lemak subcutan
didalam tubuh.
Suhu tubuh
kembali normal.
Kriteria Hasil :
Suhu 36-37 C.
Kulit hangat.
Sianosis (-)
Ekstremitas
hangat
Mandiri
1. Observasi tanda-tanda
vital.
2. Tempatkan bayi
pada inkubator (Saat ini
sudah ada metode
kanguru untuk
menggantikan
inkubator)
3. Ganti pakaian setiap basah
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian D-
10 dan ekspander volume
secara intra vena bila
diperlukan.
2. Berikan obat-obatan
sesuai indikasi
fenobarbital, natrium
bikarbonat
3 Resiko gangguan
nutrisi kurang dari
kebutuhan b.d
ketidakmampuan
mencerna nutrisi
(Imaturitas
saluran cerna)
Nutrisi terpenuhi
setelah
Kriteria hasil :
Reflek hisap dan
menelan baik
Muntah (-)
Kembung(-)
BAB lancar
Berat badan
meningkat 15
gr/hr
Turgor elastis.
Mandiri :
1. Timbang berat badan bayi
saat menerima di ruangan
perawatan dan setelah itu
setiap hari.
2. Auskultasi bising usus,
perhatikan adanya
distensi abdomen, dan
perilaku menghisap.
3. Lakukan pemberian
makan oral awal dengan
5-15 ml air steril,
kemudian dextrose dan air
sesuai protokol rumah
sakit.
Kolaborasi :
1. Berikan glukosa dengan
segera peroral atau
intravena bila kadar
dextrostik kurang dari 45
mg/dl.
D. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan.
E. Evaluasi
Adapun evaluasi yang diharapkan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) adalah oksigenisasi klien kembali adekuat, klien
dapat mempertahankan suhu tubuh yang stabil, klien tidak mengalami
infeksi, kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi.
BAB. III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang
berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram-2499
gram. BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: prematuritas murni
dan dismaturitas. Terjadinya lahir prematur / BBLR pada bayi
disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya: Faktor Ibu,
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, Usia, Keadaan
Sosial Ekonomi, Faktor Janin, Faktor uterus dan plasenta, dan Faktor
lingkungan.
Penatalaksanaan asuhan keperawatan dimulai dari tahap pengakjian
bayi BBLR, tahap diagnosa, tahap perencanaan tindakan, tahap
implementasi, dan terakhir yaitu tahap evaluasi.
Pada pelaksanaan diagnosa hipotermi dan nutrisi kurang dari
kebutuhan, saat ini sudah ditemukan metode kanguru yang terbukti dapat
menormalkan suhu tubuh bayi BBLR dan sebagai pengganti inkubator.
Metode kanguru juga dapat memacu perkembangan nutrisi pada bayi
BBLR.
3.2 Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar kami
dapat menyusun makalah lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
K, Deswani. 2012. Panduan Praktik Klinis dan Laboratotium Keperawatan
Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta : EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Puspita Ningtyas, Nawang, dkk. 2011. Gambaran sikap tenaga kesehatan dan
pelaksanaan metode kanguru pada bayi berat lahir rendah di ruang
perinatalogi RSUD dr. Soeprapto. Cepu
Silvia, dkk. 2015. Pengaruh perawatan metode kanguru terhadap perubahan
berat badan bayi lahir rendah. Bukittinggi