askeb retentio plasenta

33
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Patologi yang berjudul “RETENSIO PLASENTA” dengan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu A’im, selaku dosen yang telah membimbing kami, dan teman-teman semester II Kebidanan Stikes Insan Unggul Surabaya yang turut serta membantu terselesaikan makalah ini. Selaku penulis, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, untuk itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis semoga ASKEB III yang berjudul “Retensio Plasenta” dapat bermanfaat bagi semuanya. Surabaya, November 1

Upload: nuril-athira

Post on 01-Jul-2015

5.734 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

askeb RETENTIO PLASENTA

TRANSCRIPT

Page 1: askeb RETENTIO PLASENTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan

rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan

Kebidanan Patologi yang berjudul “RETENSIO PLASENTA” dengan tepat pada

waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada

ibu A’im, selaku dosen yang telah membimbing kami, dan teman-teman semester II

Kebidanan Stikes Insan Unggul Surabaya yang turut serta membantu terselesaikan

makalah ini.

Selaku penulis, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan laporan ini, untuk itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang bersifat

membangun. Harapan penulis semoga ASKEB III yang berjudul “Retensio Plasenta”

dapat bermanfaat bagi semuanya.

Surabaya, November

Penuli

s

1

Page 2: askeb RETENTIO PLASENTA

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ........................................................................................................................ 3

1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................................... 3

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian .................................................................................................................. 4

2.2 Etilogi ........................................................................................................................ 5

2.3 Patofisiologi ............................................................................................................... 7

2.4 Tanda Dan Gejala ...................................................................................................... 7

2.5 Komplikasi ................................................................................................................. 8

2.6 Diagnosa .................................................................................................................... 9

2.7 Penanganan ................................................................................................................ 9

2.8 Planning ................................................................................................................... 10

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 18

4.2 Saran ........................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 19

2

Page 3: askeb RETENTIO PLASENTA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau

melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2002:178).

Sebab-sebab dari retensio plasenta :

a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus atau

b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan Jika plasenta belum lepas

sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian terjadi perdarahan

yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari

dinding uterus karena :

a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta

adhesiva).

b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis

menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritonium

(plasenta akreta- perkreta) (Prawirohardjo, S. 2002:656-657).

Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,

disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan

kala III sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang

menghalangi keluarnya plasenta (inserasio plasenta) (Prawirohardjo, S. 2002:656-

657)

Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan grandemultipara dengan

implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta

dan plasenta perkreta (Manuaba, 1GB. 1998 : 301).

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi

karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip

plasenta, dan dapat terjadi degenerasi ganas koriokarsinoma.

3

Page 4: askeb RETENTIO PLASENTA

Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual perlu diperhatikan

tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perforasi dinding uterus,

bahaya infeksi dan dapat terjadi inversio uteri.

Bidan sebagai tenaga terlatih di klinik terdepan sistem pelayanan kesehatan

dapat mengambil sikap dalam menghadapi “retensio plasenta” sebagai berikut:

1. Sikap Umum Bidan

a. Memperhatikan keadaan umum penderita :

- Apakah anemis

- Bagaimana jumlah perdarahannya

- Keadaan umum penderita : tekanan darah, nadi dan suhu.

- Keadaan fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus uteri

b. Mengetahui keadaan plasenta

- Apakah plasenta dengan perdarahan

- Melakukan tes plasenta lepas

2. Sikap Khusus Bidan

a. Retensio plasenta dengan perdarahan

- langsung melakukan plasenta manual

b. Retensio plasenta tanpa perdarahan

- Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita, segera memasang infus

dan memberikan cairan

- Merujuk penderita ke pusat fasilitas cukup, untuk mendapatkan penanganan

yang lebih baik.

- Memberkan transfusi

- Proteksi dengan antibiotika

- Mempersiapkan plasenta manual dengan letargis dalam keadaan pengaruh

narkosa (Manuaba, IGB. 1998 : 300)

4

Page 5: askeb RETENTIO PLASENTA

1.2 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu post partum

dengan retensio plasenta

1.3.2 Tujuan Khusus

- Mahasiswa mampu melakukan pengkajian untuk memperoleh data subjektif

dan data objektif

- Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah secara teliti

berdasarkan data yang benar

- Mahasiswa mampu mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial yang

mungkin dapat terjadi dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi

- Menilai adanya kebutuhan untuk intervensi segera atau tindakan konsultasi

atau kolaborasi berdasarkan kondisi klien

- Mahasiwa mampu membuat rencana tindakan berdasarkan diagnosa atau

masalah

- Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan sesuai rencana yang dibuat.

- Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.

5

Page 6: askeb RETENTIO PLASENTA

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Retensio Plasenta

2.1.1 Pengertian

Retensio plasenta adalah placenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir

(Ilmu Kebidanan, 2002:656).

Retensio placenta adalah keadaan dimana plasenta tidak dapat lahir

setelah setengah jam kelahiran bayi (Subroto, 1987:346).

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga

melebihi waktu tiga puluh menit setelah bayi lahir (pelayanan kesehatan

maternal dan neonatal, 2002:178).

Jenis-jenis retensio plasenta :

a. Plasenta adhesive adalah : implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta

sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis

b. Plasenta akreta adalah : Implantasi jonjot korion plasenta hingga

memasuki sebagian lapisan miometrium

c. Plasenta inkreta adalah : implantasi jonjot korion plasenta yang menembus

lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

d. Plasenta Prekreta adalah : implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

e. Plasenta inkarserata adalah : tertahannya plasenta di dalam kavum uteri

disebabkan oleh konstriksi ostium uteri (Sarwono, Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, 2002:178).

Berdasarkan prognosa dan perawatannya, maka retensio plasenta dibagi :

6

Page 7: askeb RETENTIO PLASENTA

1. Retensio plasenta tanpa perdarahan Terjadi bila belum ada bagian plasenta

yang lepas atau seluruh plasenta malah sudah lepas dan plasenta terjepit

dalam rahim.

2. Retensio plasenta dengan perdarahan Menunjukkan bahwa sudah ada

bagian plasenta yang sudah lepas, sedangkan bagian lain masih melekat,

sehingga kontraksi uterus tidak sempurna (Subroto, 1987:347).

2.1.2 Etilogi

Sebab retensio plasenta ada 2:

1. Sebab fungsional

His yang kurang kuat (sebab utama) atau plasenta sulit lepas karena tempat

melekatnya kurang menguntungkan seperti disudut tuba atau karena

bentuknya luar biasa seperti plasenta membranosea.

2. Ukuran plasenta sangat kecil

(Sarwono, P. Ilmu Bedah Kebidanan. 2002:163)

Sebab retensio plasenta ada 2 :

1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus.

Etiologi :

a) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta

adhesive)

b) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis

menembus desi dua sampai miometrium sampai dibawah peritonium

(plasenta akreta perkreta)

2. Plasenta sah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar.

Etiologi :

Tidak adanya usaha untuk melahirkan / karena salah penanganan kala III, sehingga

terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya

plasenta (Inkarserasio plasenta)

(Sarwono, P. Ilmu kebidanan. 2002:656-657)

Sebab Retensio Plasenta

7

Page 8: askeb RETENTIO PLASENTA

1. Atonia uteri, sebagai lanjutan inertio yang sudah ada sebelumnya / yang terjadi pada kala

III Misalnya partus lama, permukaan narkose dan sebagainya.

2. Pimpinan kala III yang salah Memijat rahim yang tidak merata, pijatan sebelum plasenta

lepas, pemberian uterotonika dan sebagainya.

3. Kontraksi rahim yang hipertonik, yang menyebabkan konstriksion ring, (bukan retraction ring),

hour glass contraction.

4. Plasenta yang adhesive, sukar lepas karena plasenta yang lebar dan tipis (plasenta yang

prematur, immature atau plasenta membranacea)

5. Vili chorialis yang melekatnya lebih dalam :

a. Plasenta akreta

b. Plasenta increta

c. Plasenta perkreta

6. Kelainan bentuk plasenta sehingga plasenta / sebagian plasenta sukat lepas:

a. plasenta fenestrata

b. Plasenta membranacea

c. Plasenta bilabata, plasenta succenturiota, plasenta spuria

(Subroto, 1987 : 347-348)

Dari berbagai sumber buku yang menyebutkan beberapa penyebab dari retensio

plasenta, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab retensio plasenta adalah sebagai berikut

:

1. HIS / usaha kontraksi uterus yang kurang kuat

2. Perlekatan plasenta pada dinding uterus, dimana semakin dalam plasenta

melekat pada dinding uterus maka sebakin besar usaha yang diperlukan untuk

mengeluarkannya.

3. Piampinan kala III yang salah

4. Kelainan bentuk plasenta sehingga plasenta sukar lepas.

2.1.3 Patofisiologi

Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan

tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi. pada masa retraksi itu lembek

8

Page 9: askeb RETENTIO PLASENTA

namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. peristiwa retraksi

menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-

otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban

belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga

rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah

hilang (TMA Chalik, 1998 : 166).

2.1.4 Tanda Dan Gejala

1. Separasi / Akreta Parsial

a. Konsistensi uterus kenyal

b. TFU setinggi pusat

c. Bentuk uterus discoid

d. Perdarahan sedang – banyak

e. Tali pusat terjulur sebagian

f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta lepas sebagian

h. Syok sering

2. Plasenta Inkarserata

a. Konsistensi uterus keras

b. TFU 2 jari bawah pusat

c. Bentuk uterus globular

d. Perdarahan sedang

e. Tali pusat terjulur

f. Ostium uteri terbuka

9

Page 10: askeb RETENTIO PLASENTA

g. Separasi plasenta sudah lepas

h. Syok jarang

3. Plasenta Akreta

a. Konsistensi uterus cukup

b. TFU setinggi pusat

c. Bentuk uterus discoid

d. Perdarahan sedikit / tidak ada

e. Tali pusat tidak terjulur

f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta melekat seluruhnya

h. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat.

(Prawirohardjo, S. 2002 : 178)

2.1.5 Komplikasi

1. Perdarahan

2. Infeksi karena sebagai benda mati

3. Dapat terjadi plasenta inkarserata

4. Terjadi polip palsenta

5. Terjadi degenerasi ganas koriokarsinoma

6. Syok neurogenik

(Manuaba, IGB. 1998 : 300)

2.1.6 Diagnosa

Ibu post partum dengan retensio plasenta.

2.1.7 Penanganan

1. Bila tidak terjadi perdarahan : perbaiki keadaan umum penderita bila perlu misal :

infus atau transfusi, pemberian antibiotika, pemberian antipiretika, pemberian ATS,

bila kasus berasal dari luar Rumah Sakit

2. Bila terjadi perdarahan : lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta dengan

pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya kuretase.

10

Page 11: askeb RETENTIO PLASENTA

3. Cara untuk melahirkan plasenta :

a. Cara dari luar : dicoba mengeluarkan plasenta dengan cara normal :

1. Cara Calkins :

Tangan kanan penolong meregangkan tali pusat sedang tangan yang

lain melakukan massage pada fundus uteri dan mendorong ringan.

Dengan massage pada fundus uteri dan tarikan ringan, maka plasenta

dapat dilahirkan.

2. Cara Williams

3. Cara Dublin

b. Pengeluaran plasenta secara manual (dengan narkose)

Melahirkan plasenta dengan cara memasukkan tangan penolong ke dalam

cavum uteri, melepaskan dari insertio dan mengeluarkannya. Semua tindakan

intrauterin seperti palsenta manual harus dilakukan narcose yang dalam.

c. Bila ostium uteri sudah demikian sempitnya, sehingga dengan narkose yang

dalampun tangan tak dapat masuk dapat dilakukan hysterectomia untuk

melahirkan plasentanya.

d. Bila plasenta tidak dapat dilepaskan dari rahim, misal plasenta increta/percreta,

lakukan hysterectomia. Tindakan pada retensio plasenta :

1. Pasang infus dan transfusi bila perlu

2. Kosongkan kandung seni

3. Periksa dari luar apakah tahap separasi telah terjadi, untuk mengetahui ini

dapat dipakai teknik : klien, kutaner/strasman.

4. Bila Plasenta telah lepas maka plasenta dapat dilahirkan secara :

- Calkins

- Brandt Andrew

5. Bila plasenta belum lepas maka plasenta dilahirkan secara manual.

(Subroto, 1987 : 348)

2.1.8 Planning

1. Sikap Umum Bidan

a. Memperhatikan keadaan umum penderita

- Apakah anemis

- Bagaimana jumlah perdarahannya

- Keadaan umum penderita : tekanan darah, nadi dan suhu

11

Page 12: askeb RETENTIO PLASENTA

- Keadaan fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus uteri.

b. Mengetahui keadaan plasenta

- Apakah plasenta inkarserata

- melakukan tes plasenta lepas : metode kusnert, metode klein, metode

strassman, metode manuaba.

c. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti

2. Sikap Khusus Bidan

a. Retensio plasenta dengan perdarahan

- Langsung melakukan plasenta manuaL

b. Retensio plasenta tanpa perdarahan

- Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segera memasang infus

dan memberikan cairan.

- Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup untuk

mendapatkan penanganan yang lebih baik.

- Memberikan transfusi

- Proteksi dengan antibiotika

- Mempersiapkan plasenta manual dengan letargis dalam keadaan pengaruh

narkosa.

3. Upaya Preventif Rentensio Plasenta oleh Bidan

a. Meningkatkan penerimaan KB, sehingga memperkecil terjadi retensio

plasenta

b. Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

yang terlatih

c. Pada waktu menolong persalinan kala III tidak diperkenankan melakukan

massage dengan tujuan mempercepat proses persalinan plasenta karena

massage yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim

dan mengganggu pelepasan plasnta.

(Manuaba, IGB. 1998 : 300)

12

Page 13: askeb RETENTIO PLASENTA

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGIS

DENGAN KASUS RETENSIO PLASENTA

TERHADAP Ny. M DI RB DOA IBU SIDOARJO

2008

3. 1. PENGUMPULAN DATA DASAR

3.1.1 Pengkajian

3.1.1.1. Data Subyektif

1. Identitas

Ibu : Ny. M Suami : Tn. M

Umur : 33 tahun Umur : 34 tahun

Pendidikan : SD Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : SWASTA

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Alamat : Ds. Tambah Dadi Alamat : Ds. Tambah Dadi

Sidoarjo Sidoarjo

2. Anamnese pada tanggal 29 Desember 2006 pukul 08.00

a. Keluhan utama

13

Page 14: askeb RETENTIO PLASENTA

Ibu datang dengan hamil 9 bulan,G4P3Ao pukul 18.30 WIB. Perut

mulas-mulas sejak pukul 04.00 WIB nyeri menjalar ke pinggang

bagian bawah serta sudah mengeluarkan tanda lendir bercampur darah.

b. Keluhan sejak kunjungan terakhir

Ibu mengatakan saat usia kehamilannya 9 bulan keluhan yang

dirasakan pegal dan nyeri di sekitar pinggang dan perut bagian bawah .

c. Tanda-tanda persalinan

Ibu merasa mulas pada perut bagian bawah, sejak pukul 04.00 WIB

tadi malam dengan frekuensi 3x dalam 10 menit dan lamanya > 40

detik ibu merasa tidak nyaman karena adanya nyeri disekitar pinggang

dan symphisis .

d. Pengeluaran pervaginam

Ibu sudah mengeluarkan darah dan lendir . ketuban masih utuh

e. Riwayat Kehamilan sekarang

HPHT : 12 Februari 2008 TP : 19 November 2008

ANC teratur di RB Doa Ibu Sidoarjo.

f. Riwayat Imunisasi

Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT 2x pada usia

kehamilan 4 bulan dan 5 bulan

g. Riwayat kehamilan, persalinan yang lalu

Hamil TahunTempat

persalinan

Usia

kehamilan

Jenis

persalinanPenolong

Penyakit

persalinanJk

BB/PB

lahirKeadaan

1. 1991 BPS 9 bulan Normal

pervaginam

Bidan Tidak ada Perempuan 3000

gr/49

cm

Sehat

2. 1999 BPS 9 bulan Normal

pervaginam

Bidan Tidak ada Laki-laki 3100

gr/50

cm

Sehat

3. 2006 BPS 9 bulan Normal

pervaginam

Bidan Tidak ada Perempuan 3200

gr/48

cm

Sehat

h. Riwayat kesehatan keluarga

Klien tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC,

Hepatitis dan tidak pernah menderita penyakit diabetes melitus,

14

Page 15: askeb RETENTIO PLASENTA

jantung dan lain-lain. Dari pihak ibu atau suami tidak ada

keturunan kembar atau penyakit keturunan maupun penyakit kronis

lainnya

i. Riwayat Seksual dan kontrasepsi

Klien menggunakan alat kontrasepsi suntik dan hubungan seksual

dilakukan 2x seminggu tanpa masalah dan keluhan.

j. Keadaan psikologis

Ibu mengatakan takut dan cemas dengan persalinannya kali ini.Ibu

terlihat gelisah.

3.1.1.2. Data Obyektif

1. Pemeriksaan tanda vital

- Pemeriksaan tanda vital dilakukan setiap kali dibutuhkan berdasarkan

keadaan klien.

- Pemeriksaan tanda vital berfungsi sebagai pemantau keadaan klien yang

mudah berubah bila terjadi gangguan pada fungsi organ.

- Pemeriksaan tanda vital pada pasien dengan Retensio Plasenta :

a. Pemeriksaan tanda vital pada px Retensio Plasenta yang disertai

perdarahan.

• Nadi cepat→ 110 x/menit atau lebih

• Pernapasan cepat→ 30 x/menit atau lebih

• Muka tampak pucat, kulit basah

• Tekanan darahnya turun→ sistole < 90 mmHg

• Hb 8 gr % atau lebih

• produksi urin < 30 cc/jam

b. Pemeriksaan tanda vital pada px Retensio Plasenta tidak ada perdarahan

• Nadi cepat→ 110 x/menit atau lebih

• Pernapasan cepat→ 30 x/menit atau lebih

15

Page 16: askeb RETENTIO PLASENTA

• Muka px tidak pucat

• Tekanan darahnya naik→ sistole > 90 mmHg

• Hb 10 gr % atau lebih

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan sebagai data penunjang terhadap data yang

digunakan untuk mencari masalah pemeriksaan fisik yang didapat akibat

retensio plasenta.

a. Muka : keluar keringat dingin tampak pucat.

b. Mata : konjungtiva pucat

c. Mulut : bibir pucat, lidah puca

d. Perut : - TFU tinggi pusat atau lebih

- kontraksi uterus lembek

e. Genetalia : - tampak tali pusat menjulur

- disertai perdarahan lebih dari 500 cc

- tidak disertai perdarahan

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang digunakan untuk memastikan diagnosa yang telah

ditegakkan dan digunakan untuk mencari penyebab timbulnya masalah,

didapatkan Hb kurang dari 11 gr /%.

2.2 Diagnosa

Perdarahan akibat retensio plasenta

Data Subyektif : ibu mengatakan telah melahirkan 30 menit yang lalu dan plasenta

belum lahir, keluar darah banyak sesudah melahirkan.

Data Obyektif : Genetalia tampak tali pusat menjulur dan perdarahan lebih dari

500 cc.

1. Masalah

a. Takut

Data Pendukung

- Data subyektif : klien mengatakan takut plasentanya belum lahir dan

keluar darah banyak.

16

Page 17: askeb RETENTIO PLASENTA

- Data Obyektif : ibu tampak takut dan selalu bertanya tentang

keadaannya.

b. Nyeri perut

Data Pendukung

- Data subyektif : klien mengatakan perutnya mules.

- Data Obyektif : ibu tampak menahan sakit dan kontraksi uterus baik

2.3 Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial yang mungkin timbul pada kasus perdarahan post partum

akibat retensio plasenta :

1. Potensial Syok Hipovolemik

Data Pendukung

- Data subyektif : klien mengatakan keluar darah banyak setelah bayi lahir,

kepala pusing, mata berkurang- kunang, badan

keringatan.

- Data Obyektif : tensi sistole kurang dari 100 mmHg, nadi lebih dari

100x/menit, muka keringatan, kontraksi uterus lembek

dan genetalia keluar darah lebih dari 500 cc, akral teraba

dingin

2. Potensial Anemia

Data Pendukung

- Data subyektif : klien mengatakan pusing, mata berkunang- kunang.

- Data Obyektif : muka pucat, conjungtiva pucat, bibir pucat, keluar darah

lebih dari 500 cc, Hb kurang dari 11 gr %.

2.4 Tindakan Segera

2.4.1 Di BPS

- Diagnosis

- Stabilisasi

- Plasenta manual, untuk kasus adhesiva simpleks

- Uterotonika

- Antibiotika

- Rujuk untuk kasus berat

17

Page 18: askeb RETENTIO PLASENTA

2.4.2 Di Rumah Sakit

- Diagnosis

- Stabilisasi

- Plasenta manual

- Histerektomi

- Tranfusi

- Uterotonika

- Antibiotika

- Kedaruratan

- Komplikasi

2.5 Planning

1. Berikan infus dari cairan isotonik / elektronik dengan kateter 18gr

Rasional : dengan diberikan cairan isotonik / elektronik dapat

meningkatkan volume sirkulasi secara cepat dan dapat

menyelamatkan kehidupan pasien.

2. Bantu dengan prosedur sesuai indikasi yaitu separasi manual dan

penglepasan

plasenta.

Rasional : dengan melakukan separasi plasnta, uterus dapat

berkontraksi dengan baik dan perdarahan dapat

dihentikan.

3. Berikan obat-obatan sesuai indikasi : oksitosin, metilergonovin malet

Rasional : dengan pemberian obat-obatan dapat membantu

meningkatkan kontraksi uterus, sehingga memudahkan

plasenta lepas.

4. Observasi TTV : hipotensi, takikardi, perlambatan pengisisan kapiler,

sianosis dasar kaku, membran mukosa dan bibir

Rasional : Dengan melakukan observasi TTV kita dapat mengetahui

keadaan syok / tidak.

5. Observasi intake dan output

18

Page 19: askeb RETENTIO PLASENTA

Rasional : dengan melakukan observasi intake dan output, kita

dapat mengetahui seberapa besar px kehilangan dan

membutuhkan cairan.

6. Plasenta keluar dalam waktu 15 menit dari mulai tindakan dilakukan.

Rasional : dengan plasenta keluar perdarahan dapat segera berhenti

dan kontraksi uterus membaik.

7. Pemeriksaan laboratorium Hb ulang

Rasional : dengan pemeriksaan lab Hb ulang, kita dapat mengetahui

kadar Hb pasien normal atau tidak.

2.6 Implementasi

Pelaksanaan tindakan

Langkah pelaksanaan dalam asuhan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana

yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan, dalam langkah ini bidan melakukan

secara mandiri dan kolaborasi dengan tim medis lain.

1. Memberikan infus dari cairan isotonik/elektronik dengan kateter 18 g.

2. Membantu dengan prosedur sesuai indikasi yaitu separasi manual dan

penglepasan plasenta.

3. Memberikan obat-obatan sesuai indikasi : oksitosin, metilergonovin maleat.

4. Mengobservasi TTV : hipotensi, takikardia, perlambatan pengisian kapiler,

sianosis dasar kaku, membran mukosa & bibir.

5. Mengobservasi / melakukan observasi intake dan output

6. Melakukan usaha pegeluaran plasenta

7. Melakukan pemeriksaan laboratorium Hb

2. 7 Evaluasi

S : ibu mengatakan plasenta sudah lahir dan sudah tidak mengeluarkan

darah banyak.

O : Plasenta lahir lengkap, perdarahan terhenti, kontraksi uterus baik,

keadaan umum ibu baik dalam waktu 15 menit dengan : TD : 120/80,

Nadi : 84 x/menit, Suhu : 37o C

19

Page 20: askeb RETENTIO PLASENTA

A : perdarahan post partum akibat retensio plasenta dapat diatasi.

P : 1. Observasi TTV dan keadaan umum pasien

2. Observasi perdarahan, involusi uterus

PERTANYAAN – PERTANYAAN DALAM DISKUSI

1. Apa yang menjadi faktor predisposisi terjadinya jenis-jenis plasenta ?

2. Mengapa pemeriksaan Hb dicantumkan dalam data obyektif dan planning ?

jelaskan!

3. Apa maksud dari plasenta sebagai infeksi benda mati ?

JAWABAN DARI PERTANYAAN DIATAS

1. Jenis-jenis plasenta :

a. Plasenta adhesive adalah : implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta

sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis

b. Plasenta akreta adalah : Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki

sebagian lapisan miometrium

c. Plasenta inkreta adalah : implantasi jonjot korion plasenta yang menembus

lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

20

Page 21: askeb RETENTIO PLASENTA

d. d. Plasenta Prekreta adalah : implantasi jonjot korion plasenta yang menembus

lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

e. e. Plasenta inkarserata adalah : tertahannya plasenta di dalam kavum uteri

disebabkan oleh konstriksi ostium uteri (Sarwono, Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, 2002:178).

• Jadi faktor predisposisinya adalah semakin dalam plasenta itu melekat

(implantasinya) maka separasi plasenta semakin sulit dan bisa menyebabkan trauma.

2.

- Hasil Pemeriksaan Hb yang dicantumkan dalam data objektif, merupakan

pemeriksaan awal sebelum melakukan tindakan pemeriksaan selanjutnya.

- Sedangkan pemeriksaan Hb yang dicantumkan dalam planning, merupakan

pemeriksaan kadar Hb ulang.

- Waktu pemeriksaan Hb ulang dilakukan setelah semua tindakan asuhan yang

direncanakan telah dilakukan, seperti :

1. Pemberian infus

2. Separasi manual

3. Pemberian obat-obatan

4. Observasi TTV

3. Plasenta sebagai infeksi benda mati, maksudnya adalah : Plasenta belum keluar

selama 30 menit dan sudah tidak terdapat sirkulasi darah antara plasenta dan tubuh

ibu sehingga plasenta tersebut bisa dikatakan mati. Jika plasenta itu tetap berada

dalam uterus dalam keadaan mati, maka bisa menyebabkan infeksi.

21

Page 22: askeb RETENTIO PLASENTA

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Dari pengkajian data subyektif dan obyektif sesuai dengan teori baik

keseluruhan maupun sebagian.

2. Dari pengkajian data subyektif dan obyektif dapat dibuat diagnosa / masalah

secara teliti menurut teori

3. Dari diagnosa / masalah, kita dapat mengantisipasi diagnosa / masalah

potensial yang mungkin dapat terjadi dari masalah / diagnosa yang telah

diidentifikasi.

4. Dari diagnosa / masalah potensial, kita dapat menilai adanya kebutuhan untuk

intervensi segera berdasarkan kondisi klien.

5. Dengan ditentukannya kebutuhan klien, kita dapat membuat rencana tindakan

berdasarkan diagnosa / masalah.

22

Page 23: askeb RETENTIO PLASENTA

6. Dari rencana tindakan tersebut, kita dapat melaksanakan tindakan asuhan.

7. Setelah kita melakukan tindakan, maka dapat mengevaluasi rencana tindakan

dan membuat follow up

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Hemoragi Utomo Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika. Jakarta. 1998

Manuaba, G. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, S. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

23

Page 24: askeb RETENTIO PLASENTA

Subroto. 1987.Pant hom. Surabaya : FK Unair

24