asap cair dari bonggol jagung(soeharto kelompok 12)a

Upload: soeharto-physics

Post on 09-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/7/2019 asap cair dari bonggol jagung(soeharto kelompok 12)a

    1/2

    Judul : Pemanfaatan Bonggol Jagung ( Zea mays L) Untuk Pembuatan Asap Cair

    Sebagai Pengawet Alami

    (kelompok 12)

    Latar Belakang

    Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat

    fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan

    bahan baku industri. Dari seluruh kebutuhan jagung, 50% di antaranya digunakan

    untuk pakan. Dalam lima tahun terakhir, kebutuhan jagung untuk bahan baku

    industri pakan, makanan, dan minuman meningkat 10-15% per tahun. Dengan

    demikian, produksi jagung mempengaruhi kinerja industri peternakan.

    Dalam perekonomian nasional, jagung penyumbang terbesar kedua setelah

    padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap ProdukDomestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis

    ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung dalam perekonomian nasional

    mencapai Rp 9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp 18,2 trilyun.

    Kondisi demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu

    pertumbuhan subsector tanaman pangan dan perekonomian nasional secara umum

    (Balai Penelitian Tanaman Serealia 2006).

    Perluasan areal tanam dan penggunaan benih hibrida dan komposit unggul

    telah meningkatkan produksi jagung dari 6,255 juta ton pada tahun 1991 menjadi

    12,523 juta ton pada tahun 2005 (Departemen Pertanian 2005, 2007), namun

    belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri, sehingga impor masih

    diperlukan. Produksi jagung nasional diproyeksikan tumbuh 4,63% per tahun, pada

    tahun 2009 mencapai 13,98 juta ton. Pada tahun 2015 produksi jagung diharapkan

    telah mencapai 17,93 juta ton (Departemen Pertanian 2005).

    Produksi jagung di Indonesia mulai meningkat tajam setelah tahun 2002

    dengan laju 9,14% per tahun. Pada tahun 2005, produksi jagung mencapai 12,5 juta

    ton. Namun limbah dari jagung berupa bonggol jagung masih belum di manfaatkan,

    Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka beberapa hasil samping

    pertanian dari bonggol jagung.pada proses pirolisis juga dihasilkan asap cair, tar

    dan gas-gas yang tak terembunkan. Asap cair yang merupakan hasil sampingandari industry arang aktif tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi jika

    dibandingkan dengan dibuang ke atmosfir. Asap cair diperoleh dari pengembunan

    asap hasil penguraian senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam kayu

    sewaktu proses pirolisis.

    Berbagai jenis kayu dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan asap

    cair, seperti yang telah dilakukan oleh Tranggono dkk. (1996) dalam penelitiannya

  • 8/7/2019 asap cair dari bonggol jagung(soeharto kelompok 12)a

    2/2

    yang memanfaatkan berbagai jenis kayu di Indonesia sebagai bahan dasar

    pembuatan asap cair. Untuk mendapatkan asap yang baik sebaiknya menggunakan

    kayu keras seperti kayu bakau, kayu rasamala, serbuk dan gergajian kayu jati serta

    tempurung kelapa sehingga diperoleh produk asapan yang baik (Astuti, 2000).

    Penggunaan asap cair terutama dikaitkan dengan sifat-sifat fungsional asapcair, diantaranya adalah sebagai antioksidan, antibakteri, antijamur, dan potensinya

    dalam pembentukan warna coklat pada produk. Asap cair dapat diaplikasikan pada

    bahan pangan karena dapat berperan dalam pengawetan bahan pangan. Cara

    pengawetan tradisionalbiasanya dilakukan dengan pengasapan. Beberapa teknik

    pengasapan dapat dilakukan pada temperatur di atas 70 oC kemudian bahan diasap

    langsung di atas sumber asap. Saat ini sedang dikembangkan metode pengawetan

    yang lain yaitu menggunakan metode pengasapan asap cair dengan mencelupkan

    bahan pada larutan asap atau menyemprotkan larutan asap pada bahan kemudian

    produk dikeringkan (Girard, 1992).

    Pengasapan telah lama dikenal sebagai salah satu tahapan dalam pengolahanproduk pangan. Tujuan semula dari pengasapan adalah menghambat laju

    kerusakan produk. Namun dalam perkembangannya tujuan pengasapan tidak

    hanya itu, tetapi lebih ditujukan untuk memperoleh kenampakan tertentu pada

    produk asapan dan citarasa asap pada bahan makanan. Astuti (2000)

    mengemukakan bahwa penggunaan asap cair lebih menguntungkan daripada

    menggunakan metode pengasapan lainnya karena warna dan citarasa produk dapat

    dikendalikan, kemungkinan menghasilkan produk karsinogen lebih kecil, proses

    pengasapan dapat dilakukan dengan cepat dan bisa langsung ditambahkan pada

    bahan selama proses. Pengasapan diperkirakan akan tetap bertahan pada masa

    yang akan datang karena efek yang unik dari citarasa dan warna yang dihasilkan

    pada bahan pangan.