artikel339ece54e2dc10a5bf8815abf44105f2

8

Click here to load reader

Upload: chy-chy-chykun

Post on 13-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

FISIKA

TRANSCRIPT

  • PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

    (GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN

    KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HIGH ORDER

    THINKING SKILL) SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MALANG PADA

    POKOK BAHASAN HIDROKARBON

    Yoranda Meinita Dwi Putri, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina

    Universitas Negeri Malang

    Email: [email protected], [email protected], [email protected]

    ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri

    terbimbing terhadap hasil belajar dan perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi

    siswa pada pokok bahasan hidrokarbon. Penelitian ini menggunakan rancangan

    eksperimental semu. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster

    random sampling dari 8 kelas yang ada di SMA Negeri 1 Malang. Instrumen yang

    digunakan berupa soal tes pilihan ganda berjumlah 31 soal yang sebelumnya diuji

    validitas butir soal dan reliabilitasnya. Analisis data yang dilakukan adalah analisis

    statistik uji normalitas, homogenitas, uji-t dua pihak serta uji-t satu pihak sebagai uji

    lanjutan yang menggunakan bantuan SPSS 16,0 for windows dengan signifikansi 0,05.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode inkuiri terbimbing lebih baik dalam

    meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

    Kata Kunci: inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir tingkat tinggi, hasil belajar

    ABSTRACT: This study was designed to see the effect of guided inquiry on learning outcomes

    and the difference high order thingking skill of students in hydrocarbon material.

    The study was designed quasy experimental. Sampling technique using cluster

    random sampling technique from an existing class 8 in SMA Negeri 1 Malang.

    nstruments used in the form of multiple choice test questions about a previously

    totaled 31 items tested for validity and reliability. Data analysis is the statistical

    analysis of the normality test, homogeneity, t-test of the two parties and one party

    t-test as a follow-up test using SPSS 16.0 for windows with 0.05 signification.The

    results of tihis research shows that guided inquiry method better to increasing he

    learning outcomes ang high order thinking skill of students.

    Keywords: guided inquiry, high order thinking skill, learning outcomes

    Kimia termasuk salah satu rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

    dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu,

    kimia dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur

    (Trianto, 2010). Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

    menyatakan tujuan dari mata pelajaran kimia adalah membekali peserta didik

    dengan pengetahuan, pemahaman sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan

    untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu

    dan teknologi. Salah satu tujuan penting mata pelajaran kimia di SMA adalah agar

    peserta didik memahami konsep, prinsip, hukum, teori kimia serta penerapannya

    untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

    Dipilihnya materi hidrokarbon dalam penelitian ini adalah karena

    hidrokarbon sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu

    hidrokarbon merupakan salah satu materi kimia yang tidak dibelajarkan

    menggunakan metode praktikum sehingga dalam pembelajarannya membutuhkan

    suatu model yang dapat mempermudah siswa memahami konsep, salah satunya

  • dengan menggunakan molymood. Pembelajaran materi hidrokarbon biasanya

    menggunakan metode konvensional. Siswa yang dibelajarkan dengan metode

    konvensional cenderung hanya mengingat dan menghafal materi yang diberikan

    oleh guru sehingga pemahaman siswa menjadi kurang dan sering lupa.

    Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan alam,

    pembelajaran sains khususnya kimia tidak hanya ditekankan pada produk tetapi

    juga pada proses pembelajaran. Pembelajaran yang tidak melibatkan siswa secara

    aktif mengakibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa relatif rendah

    dikarenakan proses berpikir siswa hanya ditekankan oleh bagaimana

    menyelesaikan persoalan yang terbatas. Persoalan kesulitan belajar memerlukan

    suatu cara penyelesaian yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

    Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran yang diharapkan, upaya yang dapat

    dilakukan guru adalah dengan cara memperhatikan pola belajar siswa, menguasai

    materi pelajaran, serta memilih suatu metode pembelajaran yang tepat dan inovatif

    dimana pembelajaran berpusat pada siswa (student center learning). Salah satu

    metode yang tepat dalam mata pelajaran kimia adalah metode inkuiri terbimbing

    (guided inquiry). Dalam metode inkuiri terbimbing siswa diberi kesempatan untuk

    memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif serta dilatih bagaimana

    memecahkan masalah sekaligus membuat suatu.keputusan. Selain itu, dengan

    metode inkuiri terbimbing siswa dapat menjawab pertanyaan tentang fenomena

    alam atau peristiwa dengan melakukan penyelidikan ilmiah dimana mereka

    bekerja sama mengembangkan rencana, mengumpulkan dan menjelaskan bukti,

    menghubungkan penjelasan untuk ada pengetahuan ilmiah, dan berkomunikasi

    dan membenarkan penjelasan (National Research Council dalam Brandon et al,

    2009).

    Berdasarkan penelitian sebelumnya, penerapan metode inkuiri terbimbing

    lebih efektif daripada metode konvensional dalam meningkatkan hasil belajar

    siswa pada materi hidrolisis garam serta memberikan pengaruh positif terhadap

    kemampuan inkuiri siswa (Octadhia, 2011). Berdasarkan uraian tersebut, maka

    peneliti ingin mengetahui bagaiamana pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing

    terhadap hasil belajar dan perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa

    pada pokok bahasan hidrokarbon di SMA Negeri 1 Malang.

    METODE

    Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    rancangan eksperimental semu (Quasy Experimental Design). Desain penelitian

    yang dipilih dalam penelitian ini adalah posttest only control group design.

    Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2013, dengan jumlah

    pertemuan sebanyak lima kali tatap muka dan satu pertemuan untuk ulangan

    harian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1

    Malang tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 8 kelas. Teknik pengambilan

    sampel menggunakan teknik cluster random sampling yaitu dengan cara

    mengundi kelas yang digunakan sebagai sampel terlebih dahulu. Sampel yang

    diambil untuk penelitian adalah kelas X-4 sebagai kelompok eksperimen yang

    berjumlah 36 siswa, serta kelas X-3 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 37

    siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen

    pembelajaran dan instrumen pengukuran. Instrumen pembelajaran meliputi

    silabus untuk materi pembelajaran hidrokarbon, Rencana Pelaksanaan

  • pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan menggunakan metode inkuiri

    terbimbing dan RPP untuk kelas kontrol dengan menggunakan metode

    konvensional, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sedangkan instrumen pengukuran

    berupa soal tes hasil belajar kognitif sejumlah 31 soal dengan ranah C1 sampai C5

    yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi hidrokarbon.

    Instrumen hasil belajar afektif berupa observasi hasil belajar afektif berisi

    indikator yang harus dicapai siswa, antara lain teliti, jujur, bertanggung jawab,

    menyumbangkan ide, dan komunikasi siswa dalam proses pembelajaran yang

    harus diisi oleh peneliti setiap pertemuan. Instrumen kemampuan berpikir tingkat

    tinggi berupa soal tes obyektif yang disusun sejumlah 17 soal dari 31 soal dengan

    ranah C4 dan C5 serta instrumen keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing

    untuk kelas eksperimen berupa lembar observasi keterlaksanaan rencana

    pelaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer. Analisis data keterlaksanaan

    pembelajaran dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dilakukan dengan

    analisis deskriptif, sedangkan analisis data hasil belajar kognitif dan afektif

    dilakukan dengan analisis statistik kuantitatif yang terdiri atas analisis data awal

    (uji prasyarat analisis) berupa uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan

    dua rata-rata. Sedangkan analisis data akhir berupa pengujian hipotesis (uji-t dua

    pihak dan analisis lanjutan dengan uji-t satu pihak) dengan taraf signifikansi = 0,05.

    HASIL

    Kemampuan Kerja Ilmiah

    Kemampuan kerja ilmiah siswa pertemuan pertama sampai pertemuan

    kelima menunjukkan peningkatan.

    Persentase (%) Pertemuan

    I

    Pertemuan

    II

    Pertemuan

    III

    Pertemuan

    IV

    Pertemuan

    V

    Rata-

    rata

    Merumuskan

    hipotesis 55,6 70,8 84,7 85,2 86,1 76,48

    Menganalisis

    data 69,0 73,4 86,7 87,0 91,5 81,52

    Menarik

    kesimpulan 44,4 54,2 62,5 93,8 97,8 70,54

    Rerata persentase merumuskan hipotesis adalah 76,48% yang dikategorikan baik.

    Sedangkan rerata perentase menganalisis data dan menarik kesimpulan berturut-

    turut adalah 81,52% dan 70,54% yang dikategorikan sangat baik dan baik.

    Hasil Belajar Kognitif

    Dari hasil uji hipotesis menggunakan uji-t dua pihak menunjukkan bahwa

    ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan metode inkuiri

    terbimbing dan metode konvensional.

    Kelas Sig. Kesimpulan

    Eksperimen 0,038 sig. < 0,05 : H0 ditolak Kontrol

    Hasil uji hipotesis lanjutan menggunakan uji-t satu pihak menunjukkan

    bahwa hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan menggunakan metode

  • pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada metode konvensional.

    Perbedaan hasil belajar juga dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas ulangan harian

    hidrokarbon pada kelas eksperimen yang lebih tinggi yaitu sebesar 81,4 dan kelas

    kontrol sebesar 77,7.

    Kelas thitung ttabel df Sig. Kesimpulan

    Eksperimen 3,420 2,030 35 0,002

    thitung > ttabel : H0 ditolak

    sig. < 0,05 : H0 ditolak

    Hasil Belajar Afektif

    Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar afektif siswa

    pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

    Kelas Sig. Kesimpulan

    Eksperimen 0,013 sig. < 0,05 : H0 ditolak Kontrol

    Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar afektif antara kelas

    eksperimen yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing dan kelas kontrol

    yang dibelajarkan dengan metode konvensional pada materi hidrokarbon. Setelah

    itu dilakukan uji hipotesis lanjutan menggunakan Independent Sample T Test satu

    pihak.

    Kelas thitung ttabel df Sig. Kesimpulan

    Eksperimen 2,725 2,030 35 0,010

    thitung > ttabel : H0 ditolak

    sig. < 0,05 : H0 ditolak Kontrol

    Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar afektif

    siswa yang dibelajarkan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing

    lebih tinggi daripada metode konvensional.

    Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

    Kemampuan berpikir tingkat tinggi pada kelas eksperimen maupun kelas

    kontrol dapat dilihat dari kemampuan siswa untuk menjawab soal dengan ranah

    kognitif C4 dan C5 sebanyak 17 soal dari 31 soal yang diberikan.

    No Tipe Soal Jumlah

    Soal

    Jumlah Jawaban Benar

    Kelas Eksperimen (36 siswa) Kelas Kontrol (37 siswa)

    Kelompok

    Atas

    Kelompok

    Bawah

    Kelompok

    Atas

    Kelompok

    Bawah

    1 C4 15 236 212 219 149

    2 C5 2 25 17 15 6

    Persentase (%) 42,6 37,4 38,3 25,3

    74,2 63,0

    Secara keseluruhan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 74,2% dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya sebesar

    63,0%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa untuk menjawab soal

    dengan ranah kognitif C4 dan C5 pada kelas eksperimen lebih banyak daripada

    kelas kontrol.

  • PEMBAHASAN

    Kemampuan Kerja Ilmiah

    Berdasarkan hasil analisis data, kemampuan kerja ilmiah siswa meningkat

    dari pertemuan pertama sampai pertemuan kelima. Kemampuan inkuiri (kerja

    ilmiah) siswa dapat dilihat dari kemampuan untuk merumuskan hipotesis dari

    permasalahan yang ada, menganalisis data serta menarik kesimpulan. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan

    pemahaman konsep sains, kreativitas, dan keterampilan menganalisis informasi.

    Hasil penelitian Wulandari (2012) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis

    inkuiri berpengaruh meningkatkan motivasi belajar peserta didik serta

    berpengaruh meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

    Penerapan inkuiri sangat berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme

    yang telah berkembang atas dasar psikologi perkembangan dari Jean Piaget dan

    teori scaffolding dari Lev Vygotsky yaitu penyediaan dukungan untuk belajar dan

    memecahkan masalah. Teori konstruktivisme menitikberatkan bahwa siswa harus

    bisa membangun pengetahuannya sendiri (Stenberg, 2006). Dengan belajar

    menggunakan metode inkuiri siswa akan terlibat dalam proses pengorganisasian

    struktur pengetahuan melalui penggabungan konsep yang sudah dimiliki

    sebelumnya dengan ide-ide yang baru didapatkan.

    Collete dan Chiapetta (1984) menyatakan bahwa inkuiri berperan dalam

    mengembangkan: (a) pemahaman fundamental mengenai fakta, konsep, prinsip,

    hukum, dan teori; (b) keterampilan yang mendorong pemerolehan pengetahuan

    dan pemahaman mengenai fenomena alam; (c) pengayaan disposisi untuk

    menemukan jawaban pertanyaan dan menguji kebenaran penyataan-pernyataan; (d)

    pembentukan sikap positif terhadap sains; serta (e) pemerolehan pengertian

    mengenai sifat-sifat sains. Inkuiri dapat merangsang pengembangan sikap

    keterbukaan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cara yang tepat

    dan semangat kerja sama yang tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa terhadap

    kemampuan inkuiri siswa dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki

    kemampuan inkuiri baik memiliki hasil belajar yang lebih baik pula, tetapi ada

    pula yang kemampuan inkuirinya baik tetapi memiliki hasil belajar yang kurang

    baik. Hal ini dapat terjadi karena kegiatan belajar siswa menuntut siswa untuk

    berdiskusi dalam tahap analisis data, sedangkan kegiatan individu siswa adalah

    dalam hal perumusan hipotesis dan penarikan kesimpulan. Sehingga pada

    umumnya siswa memiliki skor yang hampir sama pada tahapan analisis data dan

    berbeda pada tahap perumusan hipotesis dan penarikan kesimpulan.

    Hasil Belajar Kognitif

    Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil

    belajar kognitif siswa SMA Negeri 1 Malang dimana hasil belajar siswa yang

    dibelajarkan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi

    dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode

    konvensional pada pokok bahasan hidrokarbon.

    Jean Peaget, salah seorang pemikir aliran teori kognitif berpendapat

    bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi,

    akomodasi, dan equilibrasi. Proses asimilasi adalah proses pengintegrasian

    informasi baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada dalam benak

    mahasiswa. Proses akomodasi menyesuaikan struktur kognitif ke dalam situasi

  • yang baru. Sedangkan proses equilibrasi adalah penyesuaian yang

    berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi (Dahar, 1991).

    Tahap penyelidikan (pengumpulan data) dan pemecahan masalah (analisis

    data) akan meningkatkan kemampuan kognitif siswa yang akan membawa

    pengaruh terhadap tingginya hasil belajar kognitif yang diperoleh. Setelah

    mengalami tahapan proses berpikir inkuiri, siswa akan memperoleh konsep

    sendiri berdasarkan penyelidikan dan pemecahan masalah yang telah dilakukan

    sehingga konsep pembelajaran yang diinginkan tertanam dalam ingatan siswa.

    Selain itu pembelajaran inkuiri ini juga menanamkan konsep berdasarkan

    penginderaan siswa yang akan berpengaruh terhadap tingginya pengetahuan dan

    daya ingat siswa terhadap materi dibandingkan dengan metode konvensional

    dimana siswa hanya mendengar dari guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

    Wiyatsih (2011) menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan

    antara kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan

    kelas yang dibelajarkan dengan metode konvensional.

    Hasil Belajar Afektif

    Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

    afektif siswa yang dibelajarkan menggunakan metode pembelajaran inkuiri

    terbimbing lebih tinggi daripada metode konvensional. Penelitian ini

    menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing tidak hanya meningkatkan

    hasil belajar kognitif saja, melainkan afektif pula.Pembelajaran inkuiri terbimbing

    dapat melatih siswa untuk berlatih bersikap ilmiah dalam pembelajaran. Menurut

    Sumantri dan Permana (2001) metode inkuiri memungkinkan sikap ilmiah dan

    menimbulkan semangat ingin tahu para siswa. Dengan menemukan sendiri siswa

    merasa sangat puas sehingga kepuasan mental sebagai nilai intrinsik siswa

    terpenuhi.

    Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

    Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi

    siswa yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing lebih tinggi

    dibandingkan metode konvensional. Kemampuan berpikir siswa dapat dilatihkan

    melalui kegiatan dimana siswa diberikan suatu masalah dalam hal ini masalah

    berbentuk soal tes yang bervariasi. Ketika dalam proses pembelajarannya siswa

    berperan aktif dalam perolehan konsep secara mandiri, maka dalam permasalahan

    yang lebih rumit pun siswa dapat menyelesaikannya dengan baik karena siswa

    terbiasa memperoleh konsep sendiri dari permasalahan yang diberikan. Siswa

    yang terlibat secara langsung dalam pembelajaran aktif dan berpikir tingkat tinggi

    pada akhirnya akan dibimbing dan diarahkan pada pembelajaran ilmiah. Hasil

    penelitian yang telah dilakukan oleh Hendryarto (2012) menunjukkan bahwa

    model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan berpikir tingkat

    tinggi siswa, hal ini dibuktikan dengan peningkatan rata-rata nilai dari pretest ke

    postest.

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri

    terbimbing berbeda secara signifikan dengan siswa yang dibelajarkan

  • menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar kognitif dan

    afektif siswa yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing lebih tinggi

    daripada metode konvensional. Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang

    dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing lebih tinggi dari metode

    konvensional.

    Saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disarankan

    beberapa hal sebagai berikut; (1) penggunaan model pembelajaran inkuiri

    terbimbing sangat dianjurkan untuk materi hidrokarbon karena dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa

    pada pelajaran kimia karena siswa terlibat aktif dalam memahami konsep, (2)

    peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang

    bagaimana pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap pemahaman konsep

    siswa

    DAFTAR RUJUKAN

    Brandon, P. R., Young, D. B., Pottenger, F. M., & Taum, A. K. 2009. The Inquiry

    Science Implementation Scale: Development and Application.

    Collette, A. T. & Chiappetta, E. L. 1984. Science Instructions in The Middle and

    Secondary Schools. Toronto: Mosby College Publishing.

    Dahar, R.W. 1991. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

    Hendryarto, J. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Melatih

    Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa pada Materi Pokok Laju

    Reaksi. Jurnal Unesa. (Online),

    (http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/journal-of-chemical-

    education/article/view/2758jurnal.upi.edu/file/Hokcu.pdf), diakses 13 Juni

    2013.

    Ibnu, S., Mukhadis, A. & Sukarnyana, I. W. 1997. Dasar-Dasar Metodologi

    Penelitian. Malang: Lemlit Universitas Negeri Malang.

    Jauhar, M. 2011. Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Konstruktivistik.

    Jakarta: Prestasi Pustakarya.

    NSES. 1996. National Science Education Standard, Washington, DC: National

    Academy Press.

    Octadhia, D. 2011. Efektifitas Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing dalam

    Pembelajaran Kimia terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI

    IPA SMA Negeri 1 Gondanglegi pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam.

    Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.

    Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

  • Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajatran Berorientasi Standar Proses

    Pendidikan. Jakarta: Kencana.

    Sumantri, M. & Permana, J. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. : CV.

    Maulana.

    Stenberg, R. J. 2006. Cognitive Psychology, 4th

    edition. Belmont CA, USA:

    Thomson Higher Education.

    Tim Penulis PPKI. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Edisi Kelima.

    Malang: UM Press.

    Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

    Kencana.

    Wiyatsih, K. 2011. Pengaruh Penerapan model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

    terhadap Prestasi dan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1

    Purwosari pada Materi Reaksi Redoks. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:

    Jurusan Kimia FMIPA UM.