artikel tpki konservasi budaya
TRANSCRIPT
Konservasi Budaya Melalui Gelar Karya
Pristian Grandyka, Riski Bintari Rahmawati, Hanifa Uly Amrina,
Nailis Sa’adah, Dian Mustikasari
Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan Kimia
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang
Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang, 50229 Telp: (024) 8508084
Abstrak
Konservasi berarti melindungi dan melestarikan. Badan Pengembang Konservasi
Universitas Negeri Semarang mempunyai 8 pilar konservasi, salah satunya adalah kebijakan
konservasi Seni Budaya. Konservasi seni budaya sendiri memiliki arti melindungi dan
melestarikan nilai-nilai budaya daerah yang mencerminkan ciri khas Indonesia. Salah satu
upaya untuk melaksanakan kebjakan konservasi budaya yaitu melalui gelar karya atau
pagelaran seni dan budaya. Gelar karya yang rutin diadakan ini memiliki banyak sekali
manfaat diantaranya untuk melestarikan dan menjaga keberadaan seni budaya tradisional agar
dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Memlalui gelar karya ini daharapkan
seluruh mahasiswa, dosen serta masyarakat luas dapat berpartisipasi dalam mengembangkan
kesenian dan budaya Indonesia.
I. PENDAHULUAN
Budaya merupakan sebuah cerminan kegiatan masyarakat yang dilakukan
sejak dahulu dan dilakukan sampai saat ini. Budaya yang ada di Indonesia sangat
beragam, mulai dari tarian daerah, lagu daerah, pakaian adat, dan juga kegiatan-
kegiatan adat yang berbeda dari masing-masing daerah. Setiap budaya dari masing-
masing daerah memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dikembangkan menjadi suatu
daya tarik dari masing-masing daerah tersebut. Keberagaman budaya tersebut tentunya
perlu adanya sebuah wadah untuk mengembangkan kebudayaan daerah.
Era globalisasi kini menuntuk masyarakat untuk hidup modern sehingga
terkadang melupakan kebudayaan yang telah ada. Seharusnya kebudayaan yang
konvensional tidak untuk ditinggalkan di era globalisasi kini namun, kebudayaan perlu
tetap di lestarikan dan dijaga keberadaanya sebagai suatu karya seni warisan leluhur.
Kebudayaan tradisional konvensional yang kini mulai hilang dikarenakan masuknya
budaya luar tanpa adanya pemalahan budaya. Hal tersebut terlihat pada maraknya tarian
moderen seperti “dance, hip hop, gangnam style, harlem shake” dan masih banyak lagi
yang lainnya yang digemari oleh remaja jaman sekarang. Sedangkan kebudayaan
tradisisonal seperti tarian adat, lagu dan musik daerah, serta kegiatan adat menunjukkan
kurangya peminat dari masyarakat luar khususnya oleh para remaja.
Dari berbagai indikasi yang muncul dapat dikatakan bahwa kebudayaan yang
ada di Indonesia saat ini telah mengalami kemunduran identitas. Budaya asing yang
mengglobal mempengaruhi kelestarian budaya yang ada di Indonesia. Dalam hal ini
pelestarian budaya sangat diperlukan untuk mempertahankan kebudayaan yang telah
ada. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mengkombinasikan antara kesnian
tradisional dengan kesenian modern sehingga kesenian tradisional tetap diminati oleh
seluruh lapisan masyarakat khususnya para generasi muda. Salah satu cara untuk
melestarikan budaya yaitu dengan mengadakan gelar karya.
II. ISI
Keberagaman Indonesia yang paling nyata adalah budaya. Budaya nasional
adalah kumpulan dari berbagai nilai-nilai budaya daerah yang mencerminkan Indonesia
seutuhnya. Budaya yang membentuk sebuah adat istiadat yang mengakar sehingga tak
mudah hilang dalam pergaulan masyarakat.
Saat ini, budaya Indonesia mulai kehilangan warnanya. Banyak peristiwa dan
keadaan yang menunjukkannya, seperti
1. Perang antar suku
2. Perang antar agama
3. Generasi muda mulai melupakan budaya daerahnya, menghilangnya kesenian
tradisional
4. Pematenan budaya dan ciri khas bangsa oleh pihak asing.
Namun, tidak ada reaksi dari pemerintah sebagai tameng perlindungan budaya
bangsa. Pemerintah sibuk memikirkan bagaimana budaya dan kesenian tradisional
menghasilkan profit yang menjanjikan tetapi tidak disertai pengembangan dan
pemugaran budaya daerah. Kebijakan pemerintah terhadap masalah kebudayaan sangat
kurang. Pemerintah hanya memusatkan diri pada masalah ekonomi dan politik.
Pemerintah mungkin melupakan bahwa budaya nasional adalah identitas bagnsa
Indonesia. Bila menyangkut sebuah bangsa yang besar, yang dengan mudah
membiarkan identitasnya dipermainkan oleh bangsa lain, hal ini menjadi lebih
berbahaya. Pemerintah tentu mengetahui bahwa motif perak Bali dipatenkan oleh
perusahaan swasta Amerika, Reog dan Pendet diklaim sebagai budaya Malaysia, dan
Batik diakui sebagai pakaian khas Malaysia walau dengan corak yang berbeda.
Selain pemerintah, masyarakat Indonesia harus melakukan sesuatu untuk
melindungi budaya bangsa terutama generasi muda. Generasi muda terlalu terbuai oleh
budaya luar tanpa melihat indahnya budaya negeri sendiri yang maha kaya. Memasuki
era globalisasi bukan berarti kita meng-internasional-kan diri hingga melupakan
nasionalitas kita.
Kesenian dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk kegiatan yang dapat
menarik masyarakat untuk lebih mengembangkan kesenian daerah. Kegiatan tersebut
dapat dilaksanakan secara pribadi maupun kelompok, misalnya dengan pagelaran karya
seni, secara individu maupun expo dan kirap budaya secara kelompok yang biasa
dilaksanakan oleh pemerintah maupun instansi tertentu. Kegiatan tersebut dapat
memancing masyarakat untuk lebih tertarik kepada kesenian tradisional sehingga
masyarakat dapat mengembangkan lagi kebudayaan tradisional yang sesuai dengan era
globalisasi sekarang ini. Adanya pencampuran budaya antara kesenian daerah dan
kesenian yang didapatkan dari luar daerah perlu di gabungkan untuk menjadi kesanian
yang lebih indah dan lebih dapat diterima oleh masyarakat luas. Kini banyak ditemukan
masyarakat yang mampu mengembangkan kesenian daerah menjadi kesenian
tradisional yang modern.
Konservasi sebagai upaya pelestarian bangsa kini telah diterapkan oleh
Universitas Negeri Semarang (UNNES). Konservasi adalah pelestarian atau
perlindungan. Konservasi berasal dari bahasa Inggris conservation yang memiliki
pengertian pengawetan atau yang lebih tepat pelestarian alam. Universitas Negeri
Semarang telah menyatakan menjadi sebuah universitas yang beridentitas konservasi
sejak diberlakukannya Peraturan Rektor Nomor 22 Tahun 2009. Berdasarkan Peraturan
Rektor Nomor 26 Tahun 2009 Universitas Konservasi adalah universitas yang dalam
pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat memiliki konsep yang
mengacu pada prinsip-prinsip konservasi (perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan
secara lestari) baik konservasi terhadap sumber daya alam, lingkungan, sumber daya
manusia, seni dan budaya.
Berdasarkan peraturan rektor tersebut maka sudah dapat kita lihat konservasi
selain memiliki arti melestarikan alam juga memiliki arti melestarikan seni dan budaya.
Sebagai generasi muda kita memang harus melestarikan budaya bangsa, agar budaya
bangsa kita tidak hilang termakan derasnya arus globalisasi. Budaya Indonesia adalah
budaya khas sebagai ciri keberagaman suku di Indonesia, jika budaya Indonesia luntur
maka kekhasan Indonesiapun akan semakin luntur.
Ada yang berbeda dari konservasi budaya yang dilakukan di Universitas Negeri
Semarang. Hal ini tentunya berkaitan dengan status Universitas Negeri Semarang sebagai
universitas konservasi. Konservasi berarti melindungi dan melestarikan. Badan
Pengembang Konservasi Universitas Negeri Semarang mempunyai 8 pilar konservasi
yang terdiri dari :
1. Arsitektur Hijau dan Transportasi Internal
2. Biodiversitas
3. Energi Bersih
4. Seni Budaya
5. Kaderisasi Konservasi
6. Kebijakan Nir Kertas
7. Pengolahan Limbah
8. Sumber Daya Manusia
Berdasarkan 8 pilar konservasi tersebut, Universitas Negeri Semarang terus
berusaha menegakkan pilar-pilar konservasi tersebut. Untuk konteks ini kita
mengangkat pilar konservari yang ke-4 yaitu Konservasi Seni Budaya. Berbagai
kegiatan besar telah dilaksanakan sebagai upaya menegakkan pilar tersebut.
Diantaranya kegiatan yang telah dilaksanakan yaitu adanya hari batik dan hari bahasa
jawa yang biasa diperingati setiap minggunya pada hari kamis. Hal ini bertujuan untuk
selalu mengingatkan seluruh civitas akademi tentang pentingnya bahasa dan seni
budaya jawa yang terkenal akan batiknya agar lebih lestari lagi di lingkungan Unnes
pada khususnya dan untuk semua generasi muda pada umumnya.
Contoh lain khususnya pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang yang syarat dengan menjunjung tinggi suatu kesenian daerah pada
jurusannya masing-masing. Mahasiswa FBS mampu mengembangkan kesenian
tradisional menjadi kesenian yang apik sehingga membuat mahasiswa dari fakultas lain
untuk ikut serta mengembangkannya. Mahasiswa yang berasal dari fakultas selain FBS
yang ingin ikut serta mengembangkan kesenian tradisional dapat bergabung melalui
UKM yang terkait dengan kesenian seperti UKM karawitan maupun UKM sendratasik.
Dari UKM tersebut akan alahir sebuah komunitas yang dapat mewadahi para
mahasiswa untuk terus mengembangkan kesedian daerah sesuai perkembangan jaman
agar tidak tergeser oleh perkembengan budaya asing. UKM tersebut tidak hanya telah
mengadakan gelar karya atau pagelaran di UNNES saja namun juga telah melanglang
buwana ke berbagai daerah sebagai tamu undangan maupun untuk mengikuti sebuah
kompetisi. Berdasarkan informasi yang kami peroleh, dalam waktu dekat UKM
Karawitan dan UKM Sendratasik akan mengikuti gelar karya di Perancis.
Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dengan mengembangkan
kesenian tradidional yang kita miliki. Tidak hanya dapat menjaga dan melestarikan
kebudayaan daerah, melainkan juga dapat mengenalkan kepada dunia luar tentang
keberagaman budaya kita agar tidak terus tergeser oleh budaya asing yang kurang
sesuai dengan budaya kita. Selain itu dengan mengikuti UKM Karawitan dan UKM
Sendratasik, para mahasiswa tidak hanya dapat belajar dan mengembangkan kesenian
daerah tetapi juga dapat memperoleh banyak teman serta pengalaman yang tidak semua
mahasiswa bisa dapatkan dengan mengikuti UKM lain.
III. PENUTUP
Dapat disimpulkan bahwa konservasi budaya sangat diperlukan untuk tetap
menjaga keberadaan serta untuk mengembangkan kesenian dan budaya daerah yang
kita miliki agar kesenian dan budaya daerah yang kita miliki tidak tergeser oleh budaya
asing yang kurang sesuai dengan budaya kita dan untuk menghindari negara lain yang
berusaha mengambil serta mengakui kesenian budaya kita sebagai kesenian budaya
mereka. Universitas Negeri Semarang sebagai universitas konservasi telah berusaha
untuk menegakkan pilar-pilar konservasi khususnya pada kebijakan konservasi seni
budaya. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu mengadakan gelar karya atau pagelaran
seni budaya yang tidak lepas dari peran para dosen dan mahasiswa itu sendiri. Terbukti
dengan kesuksesan gelar karya yang rutin diadakan oleh mahasiswa dan beberapa
dosen yang telah mengusung konservasi budaya hingga ke Thailand beberapa waktu
lalu.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembang Teknologi Informasi dan Komunikasi. 2012. Sekilas Tentang Badan Konservasi Universitas Negeri Semarang. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Soeroso, A dan Y. S. Susilo. 2008. STRATEGI KONSERVASI KEBUDAYAAN LOKAL YOGYAKARTA. Yogyakarta: Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Tahun 1, No. 2, Agustus 2008
Zustiyantoro, Dhoni. 2013. Empat Profesor Unnes Usung Konservasi Budaya ke Thailand. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Zustiyantoro, Dhoni. 2012. Profesor FBS Tajamkan Konsep Konservasi Budaya. Semarang: Universitas Negeri Semarang.