artikel satria atilu revisi

15
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 2 KAIDIPANG SATRIA ATILU NIM. 09315324 Alamat : Desa Bigo, Kec. Kaidipang, Kab. Bolaang Mongondow Utara Provinsi Sulawesi Utara, Nomor HP. 085298153315 Dibimbing oleh, Meike D. Mamentu (Pembimbing I) dan Yance Tawas (Pembimbing II) Program Studi Pendidikan Terpadu Fakultas Terpadu Universitas Negeri Manado ABSTRAK Masalah penelitian ini adalah apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran IPS Terpadu dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMP 2 Kaidipang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian penelitian tindakan kelas dengan pendekatan yangdigunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif.Adapun pelaksanaan penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus tindakan yang berurutan.dengan sampel dalam penelitian ini adalah 26 siswa dari siswa kelas VII SMP 2 Kaidipang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesuai dengan data yang diperoleh pada saat penelitian, ternyata dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan manusia sebagai mahluk social dan mahluk ekonomi dapat memberi hasil yang memuaskan atau dengan kata lain mampu memperbaiki hasil belajar siswa kelas VII SMP NEGERI 2 Kaidipang yakni sebesar 87 1

Upload: jones-pontoh

Post on 16-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asf

TRANSCRIPT

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 2 KAIDIPANG

SATRIA ATILUNIM. 09315324Alamat : Desa Bigo, Kec. Kaidipang, Kab. Bolaang Mongondow Utara Provinsi Sulawesi Utara, Nomor HP. 085298153315

Dibimbing oleh,Meike D. Mamentu (Pembimbing I) dan Yance Tawas (Pembimbing II)

Program Studi Pendidikan Terpadu Fakultas Terpadu Universitas Negeri Manado

ABSTRAK

Masalah penelitian ini adalah apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran IPS Terpadu dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMP 2 Kaidipang.Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian penelitian tindakan kelas dengan pendekatan yangdigunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif.Adapun pelaksanaan penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus tindakan yang berurutan.dengan sampel dalam penelitian ini adalah 26 siswa dari siswa kelas VII SMP 2 Kaidipang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesuai dengan data yang diperoleh pada saat penelitian, ternyata dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan manusia sebagai mahluk social dan mahluk ekonomi dapat memberi hasil yang memuaskan atau dengan kata lain mampu memperbaiki hasil belajar siswa kelas VII SMP NEGERI 2 Kaidipang yakni sebesar 87 %. Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat memudahkan siswa untuk lebih percaya akan dirinya sendiri, siswa dilatih untuk dapat bersosialisasi, selain itu juga siswa diajar untuk dapat lebih bertanggung jawab.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Belajar Siswa.

PENDAHULUANKualitas sumber daya manusia sangat perlu diperhatikan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tapi dengan tidak meninggalkan nilai-nilai budaya dan agama.Demi menciptakan manusia beriman, bertaqwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.Selama ini orientasi mengajar lebih terpusat pada guru, yaitu guru yang aktif sedangkan siswa pasif.Cara ini bertentangan dengan prinsip dari CBSA dimana siswalah yang harus aktif baik secara emosional intelektual terlibat dalam pross belajar mengajar.Dari beberapa pengamatan yang dilakukan, kebanyakan guru menggunakan metode mengajar yang kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk melibatkan diri dalam proses belajar mengajar. Kecenderungan yang terjadi bahwa proses belajar itu sendiri kurang produktif karena siswa tidak memiliki antusias untuk mencari hal-hal baru atau memperluas wawasan dengan cara memperkaya materi pelajaran dan akibatnya sulit untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Seperti yang terjadi di SMP Kaidipang , dimana berdasarkan data yang diperoleh, melalui pra survey dari 26 siswa hanya 10 siswa yang mampu menyerap materi / pokok bahasan yang diajarkan dengan nilai 65. Kenyataan ini membuktikan bahwa hasil belajar siswa yang rendah adalah tantangan bagi guru untuk membenahi sistem pembelajaran yang digunakan. Pemberlakuan kurikulum tingkat satuan pendidikan seyogyanya mengharuskan guru untuk dapat merancang suatu program pembelajaran yang memberi kesempatan sebanyak-banyaknya bagi siswa untuk memperkaya atau menggembangkan materi yang diberikan oleh guru.Memahami permasalahan yang telah dikemukakan, maka perlu diupayakan perbaikan dalam proses pembelajaran. Perbaikan dimaksud adalah menyangkut peran guru dan peran siswa dalam proses belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif.Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi siswa untuk bekerjasama saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, strategi ini sangat berguna untuk membatu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama.Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dengan cara seperti ini, proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik dan para siswa akan benar-benar menguasai pelajaran yang diperoleh dari proses belajar mengajar serta mampu menerapkannya dalam situasi kehidupan nyata. Tipe jigsaw telah dikembangkan dan di ujicoba oleh Elliot Aroson dan teman teman dati Universitas Texas dan diadopsi oleh slavin dan teman teman di Universitas Jhon Hopkins. Keunggulan tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaranya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi juga mereka harus siapmemberikan dan mengajar materi tersebut pada anggota kelompok lain. Pada tipe ini terdapat kelompok ahli dan kelompok asal, kelompok asal adalah kelompok ahli dan kelompok asal, kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhaikan keragaman dan latar belakang siswa aga tercipta suasana yang terbaik bagi setiap anggota kelompok. Sedangkan kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain ( kolompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topic tertentu kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.Para anggota dari kelompok asal yangberbeda bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan kepada masing masing anggota kelompok, saling membantu satu dengan yang lain di dalam mempelajari topic yang telah ditentukan. Guru adalah memfasilitasi dan motivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan, setelah pembahasan selesai para anggota kelompok kembali kepada kelompok asal dan mengajarkan kepada teman teman sekelompoknya tentang apa yang telah mereka dapatkan pada pertemuan dikelompokan ahli. Para kelompok saat melakukan diskusi di kelompok ahli Tipe jigsaw (tim ahli) dapat dilakukan dengan mengikuti langkah langkah sebagai berikut :1. Siswa dikelompokan kedalam kelompok 4 5 orang satu tim.1. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.1. Tiap orang dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan.1. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian / sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru / kelompok ahli untuk mendiskusikan materi. 1. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim tentang materi yang mereka kuasai. 1. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 1. Guru memberi evaluasi. 1. Penutup. Keunggulan kooperatif model jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskanDalam model pembelajaran kooperatif model jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal.Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan (Ibrahim ; 2000).Struktur tujuan dapat dikategorikan ke dalam tiga macam, yaitu:1. Struktur tujuan individualistic, yaitu tujuan yang dicapai siswa secara individu.2. Struktur tujuan kompetitif, jika seseorang dapat mencapai tujuan sedangakan siswa lain tidak mencapai tujuan.3. Struktur kooperatif, jika siswa bersama-sama mencapai tujuan tersebut, model-model individu ikut adil menyumbang pencapaian tujuan.Hasil belajar merupakan bagian dari keberhasilan siswa.Siswa dikatakan berhasil apabila dapat menciptakan tujuan yang telah ditetapkan dengan memperoleh nilai yang cukup tinggi.Hasil belajar diartikan sebagai nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti belajar mengajar dalam selang waktu tertentu (Wirawan, 1994:43).Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuann siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan dan merupakan gambaran yang ingin dicapai oleh siswa yang mengikuti proses belajar mengajar.Evaluasi pencapaian siswa adalah salah satu kegiatan yang merupakan kewajiban bagi setiap guru atau pelajar.Dikatakan kewajiban, karena setiap pengajar pada akhirnya harus dapat memberikan informasi kepada lembaganya ataupun kepada siswa itu sendiri sampai dimana penguasaan dan kemampuan dari siswa tersebut dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

METODE PENELITIANMetode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.Pendekatan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif.Adapun pelaksanaan penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus tindakan yang berurutan.Indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah ketuntasan belajar secara klasikal .Ketuntasan belajar secara berkelompok yaitu apabila terdapat 85% siswa pada kelompok tersebut telah memperoleh nilai 65 (Arikunto 1998). Kriteria keberhasilan yang diharapkan melalui penelitian tindakan kelas ini dianalisis secara deskriptif presentase nilai akhir.Teknik pengumpulan data dilakukan melalui sumber data dengan jenis data penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif .Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deskriptif dengan cara menghitung persentase capaian hasil belajar siswa berdasarkan indikator kerja.

Capaian hasil belajar = (Arikunto, 1997)

(Arikunto, 1998)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANKegiatan perencanaan tindakan diawali dengan mengadakan observasi mengenai kemamapuan siswa dan karakteristik siswa. Kemudian menyiapkan silabus, serta menyesuaikan tujuan yang akan dicapai dengan menggunakan lembar kerja siswa yang merupakan panduan belajar siswa pada mata pelajaran IPS TERPADU dan menyiapkan RPP dengan materi ikhtisar siklus akunansi yang dilaksanakan dalam dua kali putaran. Setelah tindakan pada putaran pertama selanjutnya dilaksanakan penilaian. Hasil penelitian dalam bentuk hasil belajar siswa dianalisa tercapai keberhasilannya. Apabila hasil belajar siswa sudah memenuhi kriteria perorangan 65% 90% maka penelitian ini tindakan ini tidak akan dilanjutkan. Namun apabila tercapai keberhasilannya belum memenuhi kriteria tersebut, diadakan refleksi bersama kepala sekolah, pembimbing dan guru mata pelajaran. Hasil dan refleksi tersebut menjadi bahan masukan untuk perbaikan dalam tindakan putaran kedua.Tabel 1. Hasil Tes Evaluasi Siklus INoNamaNilaiKetuntasanNoNamaNilaiKetuntasan

1Arif Buhang65Tuntas15Dinda Mooduto62Tidak Tuntas

2Jul Ruata63Tuntas16Yolanda Abdulah67Tuntas

3Diki Rumengan40Tidak Tuntas17Siti Safitri40Tidak Tuntas

4Candra Jeren85 Tuntas18Desy Panegoro65Tuntas

5Ardan Buhang55Tidak Tuntas19Kristina60Tidak Tuntas

6Jumardi Atilu50Tidak Tuntas20Nur Intan65Tuntas

7Wito Prasetyo30Tidak Tuntas21Safira70 Tuntas

8Eka Isingga35Tidak Tuntas22Irawati40Tidak Tuntas

9Jevlin40Tidak Tuntas23Fitria85 Tuntas

10Julian87Tuntas24Cindra63Tidak Tuntas

11Alfianto40Tidak Tuntas25Rindy73Tuntas

12Tahar55Tidak Tuntas26Firawati63Tidak Tuntas

13Ningsih Adam45Tidak TuntasJumlah1520

14Dinda Adam50Tidak TuntasRata-Rata58,462

Tabel 2. Rekapitulasi Rekapitulasi Hasil Tes Siklus ICapaianJumlah%

Tuntas1038,46%

Tak tuntas1665,54%

Setelah melihat hasil evaluasi dari 26 orang siswa, di mana rentang nilai yang diperoleh setiap siswa pada siklus I, berada pada rentangan nilai antara 30 - 87 dari rentang nilai yang diperoleh itu ada 16siswa yang tidak tuntas belajar, sebab kriteria tuntas belajar adalah nilai 6,5 atau 65%, dan yang tuntas belajar hanya 10siswa, yaitu siswa yang mendapatkan nilai antara 65- 87. Selanjutnya secara klasikal karena yang tuntas belajar hanya 10 orang atau 38,46% dari jumlah siswa di kelas, dapat disimpulkan bahwa dalam siklus I belum dicapai ketuntasan belajar secara klasikal. Kemudian penelitian dilanjutkan.Penelitian putaran kedua ini dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang harus diperbaiki sebagai kekurangan pada pelaksanaan putaran pertama. Setelah guru memberikan informasi yang jelas tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam kegiatan pembelajaranIPS TERPADU maka suasana pembelajaran menjadi semakin kondusif. Pada akhir kegiatan pembelajaran diadakan tes, dan hasilnya adalah sebagai berikut

Tabel 3 Hasil Tes Evaluasi Siklus IINoNamaNilaiKetuntasanNoNamaNilaiKetuntasan

1Arif Buhang73Tuntas15Dinda Mooduto70Tuntas

2Jul Ruata75Tuntas16Yolanda Abdulah67Tuntas

3Diki Rumengan65Tuntas17Siti Safitri63Tidak Tuntas

4Candra Jeren90 Tuntas18Desy Panegoro75Tuntas

5Ardan Buhang75Tuntas19Kristina70Tuntas

6Jumardi Atilu65Tuntas20Nur Intan73Tuntas

7Wito Prasetyo55Tidak Tuntas21Safira82 Tuntas

8Eka Isingga65Tuntas22Irawati62Tidak Tuntas

9Jevlin65Tuntas23Fitria95Tuntas

10Julian95Tuntas24Cindra73Tuntas

11Alfianto65Tuntas25Rindy87Tuntas

12Tahar70Tuntas26Firawati70Tuntas

13Ningsih Adam70TuntasJumlah1890

14Dinda Adam75TuntasRata-Rata72,692

Tabel 4. Rekapitulasi Rekapitulasi Hasil Tes Siklus IICapaianJumlah%

Tuntas2388,46

Tak tuntas311,54

Setelah melihat hasil evaluasi dan kegiatan-kegiatan kelompok sehari-hari di dalam kelas dari 26 orang siswa, pada siklus II ini memperoleh peningkatan dengan nilai rata-rata yang diperoleh di kelas adalah 72,692.

Berdasarkan pada Tabel II tersebut diatas, nampak banyak siswa yag mendapat nilai 65 sebanyak 23 siswa (88,46).Berdasarkan pada kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan di atas bahwa apabila 85% dari jumlah siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran telah mendapat nilai 65 maka secara kelompok telah tercapai ketuntasan belajar. Oleh karena itu, dikaitkan dengan kriteria ketuntasan belajar tersebut maka hasil penelitian ini ternyata telah memenuhi kriteria tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat membantu guru menjelaskan bahan ajar kepada siswasiswa yang lain. Dalam pengertian bahwa penerapan model kooperatif dalam pembelajaranIPS TERPADU dapat meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan kriteria ketuntasan belajar.

Penelitian tindakan dalam penerapan model pembelajaran (sebagai tindakan) pada siswa kelas VII SMP NEGERI 2 KAIDIPANG menghasilkan bahwa kelompok siswa yang mendapat nilai 65 sebanyak 23 siswa (88,46 %), sedangkan mendapat nilai < 65 sebanyak 3 siswa (11,54%). Berdasarkan pada kriteria keberhasilan penelitian ini bahwa apabila 85 % dari jumlah siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran telah mendapat 65 maka secara kelompok telah tercapai ketuntasan belajar. Oleh karena itu, dikaitkan dengan kriteria ketuntasan belajar tersebut maka hasil penelitian ini ternyata telah memenuhi kriteria tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaranIPS TERPADU dapat meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan kriteria ketuntasan belajar.Kesimpulan penelitian tersebut mengarahkan kepada kita bahwa siswasiswa yang berpotensi akademik yang baik hendaknya diberdayakan oleh guru dalam membantu menjelaskan bahan ajar kepada temantemannya. Mungkin penjelasan materi/bahan ajar oleh guru kurang dapat dipahami oleh siswasiswa pada umumnya, namun dengan bantuan atau bahasa temannya sendiri yang telah memahami padakesempatan pertama dapat membantu menjelaskan materi tersebut kepada teman-teman yang lain.Pada saat dilaksanakan observasi di sekolah, ternyata pembelajaran terutama didominasi oleh guru saja, sehingga siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan semua kemampuan yang mereka miliki. Siswa lebih cenderung menerima apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu, pembelajaran juga hanya terfokus pada buku teks dan gurupun belum ada yang mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe jigsaw. Sehingga dengan rancangan pembelajaran seperti ini siswa menjadi sangat aktif.Pada siklus pertama, peneliti merasa hasil yang dicapai kurang memuaskan. Dimana presentasi penilaian proses belajar dari keempat kelompok masihkurang(dapat dilihat pada table I). Selain itu evaluasi hasil belajar siswa hanya mencapai 57% (dapat dilihat pada table II).Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.Siswa masih kaku serta tidak percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya.Selain itu juga ada anak-anak yang tidak serius dalam berdiskusi sehingga hal ini sangat merugikan teman sekelompoknya.Setelah melihat hasil evaluasi siklus pertama tidak mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal maka peneliti melanjutkan penelitian siklus kedua.Pada penelitian siklus kedua ini peneliti masih menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.Setelah melakukan refleksi terhadap hasil penelitian siklus pertama peneliti mulai melakukan pendekatan kepada siswa yang masih malu-malu, serta memberi motivasi dan dorongan kepada mereka.Peneliti meyakinkan siswa bahwa mereka mempunyai kemampuan dan keyakinan mereka bahwa teman sekelompoknya membutuhkan dia dalam mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Dengan melakukan pendekatan kepada siswa tadi ternyata ada peningkatan yaitu dari 23 siswa secara keseluruhan, ada 20 siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar. dan nilai rata-rata , serta presentase capaian klasikal siswa yang telah tuntas belajar mencapai 87 %(table IV).Selain terjadi peningkatan pada hasil evaluasi belajar,terjadi juga peningkatan pada presentase proses pembelaran dari keempat kelompok yatiu di atas 85 %(table III). Peningkatan hasil belajar siswa disebabkan karena pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru saja tetapi dari siswa itu sendiri.Selain itu juga karena siswa merasa bahwa dirinya di dalam kelompok sehingga dia berusaha untuk tidak mengecewakan teman sekelompoknya. Melalui potensi yang ada pada dirinya,siswa bisa menjadi sumber belajar itu sendiri. Untuk menggali potensi yang ada pada diri siswa, guru perlu menciptakan kondisi belajar yang efektif.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ini memiliki banyak manfaat bagi siswa maupun bagi guru (dapat dilihat pada tabel format wawancara dan tabel respon siswa).Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, kegiatan belajar mengajar dapat lebih bermanfaat, menyenangkan, tidak kaku, siswa menjadi aktif, tidak malu-malu, dan akhirnya mampu memberikan hasil belajar yang optimal untuk meningkatkan mutu pendidikan.

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh,ternyata dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan manusia sebagai mahluk social dan mahluk Terpadudapat memberi hasil yang memuaskan atau dengan kata lain mampu memperbaiki hasil belajar siswa kelas SMP NEGERI II Kaidipangyakni sebesar87 %. Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat memudahkan siswa untuk lebih percaya akan dirinya sendiri, siswa dilatih untuk dapat bersosialisasi, selain itu juga siswa diajar untuk dapat lebih bertanggungjawab. Oleh sebab itu penulis menarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat diterapkan dan dikembangkan pada pelaksanaan pembelajaran Terpadu selanjutnya, khususnya di SMP NEGERI II Kaidipang.Dari kesimpulan di atas dapat disarankan beberapa hal yaitu bagi guru, dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kejenuhan atau kebosanan dari siswa pada waktu belajar.Model pembelajaran kooperatif sangat relevan diterapkan pada mata pelajaran IPS terpadu.Perlunya mengupayakan penerapan model pembelajaran khususnya tipe jigsaw dalam proses kegiatan belajar mengajar

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Arikunto, S. (2006) Penelitian Tindakan kelas (Classroom action research-car). Jakarta: PT Bumi Aksara

Arikunto, S. (1998) Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Bumi AksaraIbrahim, H.M, dkk. 2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya:University PressWirawan, 1994.Proses Belajar Mengajar. Bandung: TarsitoWirawan, Y. G. (1994) Evaluasi Belajar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.10