artikel ilmiah pengaruh rasio terigu, bayam merah …eprints.unram.ac.id/9120/1/artikel ilmiah vita...
TRANSCRIPT
1
ARTIKEL ILMIAH
PENGARUH RASIO TERIGU, BAYAM MERAH
DAN RUMPUT LAUT TERHADAP KADAR Fe DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK
MIE BASAH
OLEH
VITA HANDAYANI
J1A012140
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2017
2
3
PENGARUH RASIO TERIGU, BAYAM MERAH DAN RUMPUT LAUT TERHADAP KADAR Fe DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK MIE BASAH
[The Effect Of Wheat, Red Spinach And Seaweed Ratio On The Fe Content And The Organoleptic Caracteristics
Of Wheat Noodle]
Vita Handayani1), Zainuri2) dan Dody Handito2)
1)Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan,FATEPA UNRAM
1)Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, UNRAM
ABSTRACT
This research aims to determine the effect of wheat flour, red spinach and seaweed ratio on the Fe
content and organoleptic characteristics of wet noodle. The experimental design that was used in this research
was the completely randomized design with one factor. There were seven treatments and three replications, so
the total of samples that were used in this research was 21 units. The parameters observed were the iron content,
the water content, the ash content, the protein content, the color, the texture, the aroma, the taste, the elasticity
and the appearance of wet noodle. The data obtained from this research were analyzed using analysis of
variance and when significantly different they were further analyzed using the honesty significant differenceat 5 %
significant level. The results showed that the ratio of wheat flour 50 g, red spinach leaves 20 g and seaweed flour
20 g (P2) was the best treatment which produced noodle with the following characteristics 25.44 mg/LFe content,
2.59% protein content, 0.93% ash content, the color (L value 33.67 and 87.08 0Hue), the texture (hedonic 3,52
and scoring 3), the aroma (hedonic 3,76and scoring 2,96), taste (hedonic and scoring 3,2), the elasticity (hedonic
3,72 and scoring 3) and the appearance (hedonic 3,76 and scoring 3,52) of wet noodle.
Keywords: Spinach, Fe, noodle, seaweed.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio terigu, bayam merah dan rumput laut
terhadap kadar Fe dan organoleptik mie basah. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan satu faktor. Terdapat tujuh perlakuan dan tiga ulangan, sehingga total sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 21 unit. Parameter yang diamati antara lain kadar zat besi, kadar
air, kadar abu, kadar protein, warna secara fisik dan organoleptik. Data hasil pengamatan dianalisis
menggunakan Analisis Keragaman (Analysis of Variance) dan jika terdapat perbedaan yang nyata maka diuji
lanjut menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan rasio terigu 50 g, bubur bayam merah 20 g dan tepung rumput laut 20 g (P2) adalah perlakuan terbaik
yang menghasilkan mie basah dengan kadar Fe 25,44 mg/L, kadar protein 2,59 %, kadar abu 0,93 %, warna
(nilai L 33,67 dan 0Hue 87,08), tekstur (hedonik 3,52 dan scoring 3), aroma (hedonik 3,76dan scoring 2,96), rasa
(hedonik dan scoring 3,2), elastisitas (hedonik3,72 dan scoring 3) dan kenampakan (hedonik 3,76 dan scoring
3,52).
Kata kunci : Bayam, Fe, mie, rumput laut.
1
PENDAHULUAN
Miemerupakan produk pasta yaitu
suatu produk bahan makanan yang dibuat
dengan campuran tepung terigu dan air
serta bahan tambahan antara lain garam,
telur, soda kue dan lain-lain (Suyanti,
2008).Mie adalah salah satu jenis
makanan yang popular di Asia.Menurut
Subijakarto (2010), sebagian masyarakat
Indonesia mengkonsumsi mie tanpa
penambahan bahan makanan lain, bahkan
ada yang menggunakan mie sebagai lauk
ataupun sebagai sayur berkuah yang
digunakan sebagai teman nasi dalam
konsumsi sehari-hari.
Berdasarkan proses pengolahan
dan kandungan airnya, produk mie dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu mie basah,
mie kering, dan mie instan. Mie basah
adalah mie mentah yang sebelum
dipasarkan mengalami proses perebusan
dalam air mendidih, dengan kadar air
sekitar 35% dan setelah direbus kadar
airnya meningkat menjadi 52%. Kadar air
yang relatif tinggi mengakibatkan umur
simpan menjadi singkat (Koswara, 2009).
Mie kering adalah mie mentah yang
dikeringkan dengan kadar air antara 8-
10%. Pengeringan umumnya dilakukan
dengan penjemuran dibawah sinar
matahari atau dengan menggunakan
oven. Sifat kering inilah yang akan
menyebabkan mie mempunyai daya
simpan yang relatif cukup panjang
(Astawan, 2003). Kim, dkk (1996)
menyatakan bahwa mie instan adalah mie
yang telah mengalami proses gelatinisasi,
sehingga untuk menghidangkannya cukup
dengan direbus dengan air mendidih, mie
instan biasanya mengacu pada produk-
produk yang dikukus dan digoreng dalam
minyak (stemed deep fried).
Mie basah, mie kering, dan mie
instan merupakan jenis pangan yang
sangat diminati oleh masyarakat
Indonesia, namun tingkat konsumsi ketiga
jenis mie tersebut cukup berbeda secara
signifikan. Mie instan merupakan jenis mie
yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia jika dibandingkan
dengan mie basah dan mie kering, karena
mie instan memiliki rasa yang relatif lebih
enak dan cara penyajiannya lebih mudah.
Namun jika ditinjau dari kandungan gizi,
mie basah memiliki nilai gizi yang lebih
baik. Hal ini disebabkan dalam pembuatan
mie basah, tahapan yang digunakan
dalam proses produksi lebih sedikit
dibandingkan dengan mie kering dan mie
instan. Pada pembuatan mie kering dan
mie instan, proses yang digunakan lebih
panjang dan mengalami beberapa tahap
pemanasan yang akan menyebabkan
kandungan nutrisi dalam mie tersebut
berkurang. Menurut Sudari, dkk (2015)
proses pemasakan bahan pangan
2
mengakibatkan komposisi kimia dan zat
gizi bahan pangan tersebut menurun.
Tinggi atau rendahnya penurunan
kandungan gizi pada proses pemasakan
tergantung dari jenis bahan pangan dan
suhu yang digunakan. Oleh sebab itu, mie
basah diprediksi memiliki kandungan gizi
yang lebih baik dibandingan mie kering
maupun mie instan.
Purnawijayanti (2009)
menjelaskan bahwa pada umumnya, mie
memiliki kandungan protein, vitamin dan
mineral yang rendah.Oleh karenanya, mie
basah sangat cocok jika divariasikan
dengan menambahkan beberapa bahan
pangan seperti penambahan bayam,
rumput laut, brokoli, wortel, sawi dan lain-
lain untuk meningkatkan nilai gizi mie
basah.Salah satu bahan pangan yang
berpotensi dalam meningkatkan
kandungan gizi mie basah adalah
bayam.Bayam merupakan tumbuhan yang
biasa ditanam dan dikonsumsi daunnya
sebagai sayuran.Bayam banyak
mengandung vitamin A, B dan C. Selain
itu bayam juga mengandung garam-
garam mineral yang tinggi yaitu zat besi
untuk mendorong pertumbuhan badan
dan menjaga kesehatan (Sunarjono dkk,
2014).
Ada dua jenis bayam yang
dikonsumsi yaitu bayam merah dan
bayam hijau (Sunaryono, 1997). Selain
memiliki perbedaan warna, kedua jenis
bayam tersebut memiliki kadar kandungan
gizi dan mineral yang berbeda. Morris
(2008) menyatakan bahwa kandungan zat
besi yang terdapat pada bayam merah (24
mg/100 gram) lebih tinggi dari bayam
hijau (3,0 mg/100 gram). Selain itu.bayam
merah juga memiliki kandungan kalsium,
fosfor, potasium, vitamin A dan vitamin C
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bayam hijau. Berdasarkan kandungan gizi
yang terkandung dalam bayam merah,
maka jenis bayam merah diprediksi dapat
menjadi bahan baku tambahan yang lebih
baik dalam pembuatan mie basah,
khususnya dalam meningkatkan kadar zat
besi mie basah. Hal ini diperkuat oleh
penelitian Suwita, dkk (2011) yang
menyatakan bahwa produksi mie kering
dengan penambahan bayam merah
sebanyak 40% menghasilkan mie kering
dengan kadar zat besi tertinggi, yakni
sebesar 4,97 mg/100 gram bahan,
sehingga sangat baik bagi kesehatan
manusia. Penambahan bayam merah ini
juga diharapkan dapat meningkatkan
tampilan warna mie basah sehingga lebih
menarik untuk dikonsumsi.
Selain bayam merah, bahan
tambahan pembentuk mie basah juga
dapat dimodifikasi untuk meningkatkan
struktur mie sehingga menjadi lebih
elastis. Untuk menghasilkan mie basah
3
yang lebih elastis, maka mie basah
memerlukan bahan tambahan yang dapat
membantu proses penggumpalan, yaitu
penambahan rumput laut merah
(Eucheuma cottonii).
E.cottoniimengandung karagenan
sekitar 67,5%.Karagenan inilah yang
diharapkan dapat memperbaiki sifat
elastis dari mie basah, sehingga mie tidak
mudah putus pada saat proses
pencetakan (Astawan, 2004). Selain itu,
E. cottonii juga mengandung
karbohidrat, protein, vitamin C, riboflavin
dan mineral yang cukup tinggi. Menurut
Lubis (2013), berdasarkan metode
rangking kualitas mie basah terbaik
diperoleh pada konsentrasi 30% rumput
laut dan tepung terigu dengan
karakteristik nilai organoleptik yang
disukai oleh panelis dan memiliki kadar
serat 1,6%.
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh rasio
terigu, bayam merahdan rumput laut
terhadap kadar Fe dan karakteristik
organoleptik (tekstur, aroma, rasa,
kenampakan dan elastisitas) mie basah.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
eksperimental dengan melakukan
penelitian di Laboratorium. Rancangan
percobaan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dimana
variabel eksperimen yang akan digunakan
adalah tepung terigu, bayam merah dan
rumput laut, sedangkan bahan baku
pembuatan mie basah lainnya merupakan
variabel konstan.Disain eksperimen
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel1. DisainEksperimenPenelitian
Perlakuan
(P)
Tepung
terigu (T)
Daun Baya
m mera
h (B)
Rumput laut
(R)
P0 100 g 0 g 0 g
P1 60 g 20 g 10 g
P2 50 g 20 g 20 g
P3 50 g 30 g 10 g
P4 40 g 30 g 20 g
P5 40 g 40 g 10 g
P6 30 g 40 g 20 g
Setiap perlakuan dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali ulangan,
sehingga terdapat 21 unit percobaan.
Data hasil pengamatan dianalisis dengan
menggunakan perangkat lunak Co-Stat
yaitu analisis keragaman (Analisis Of
Variance) pada taraf nyata 5%. Apabila
terdapat perbedaan nyata antara
perlakuan, maka dilakukan uji lanjut
dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk
semua parameter. Parameter pengamatan
yang diamati dalam penelitian ini meliputi
4
sifat kimia (kadar air, abu, protein danFe),
sifat fisik (warna/0Hue) serta karakteristik
organoleptik (tekstur, aroma, rasa,
kenampakan dan elastisitas).
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian adalah tepung terigu
(Segitiga Biru), bayam merah dari petani
Ampenan, Kota Mataram, rumput laut
(Eucheuma cottonii) dari Bangsal
Pengolahan Dinas Pertanian Kelautan dan
Perikanan Kota Mataram, baking powder,
tapioka, minyak goring (Bimoli), garam
beriodium, telur, air, K2S, HgO, H2SO4 UN
1830 LOT 2876 N87M59 USA, butir batuh
didih, H2BO3, indikator (campuran 2
bagian metal merah 0,2% dalam alkohol
dan 1 bagian metilen blue 0,2% dalam
alcohol), NaOH, HCL 0,01 N UN1789 LOT
H6 N08K15 USA dan aquades.
Alat-alat yang digunakan pada
penelitian ini adalah panci, pembuat
adonan lembaran (roll press), alat
pencetak mie (Getra/TS-12,5), blender
(PhilipsSNI 04-6292.2.14), timbangan
analitik (Kern/ABJ 220 4mm), baskom,
kompor, stopwatch, meat grinder
(Getra/TJ-8), gelas ukur, talenan, pisau,
sendok, mangkok, oven (SN 229935 made
in Germany), botol, eksikator, cawan
porselen, penjepit cawan, tanur listrik, alat
destilasi, tabung kondensor, grinder
penepung, pipet, tabung reaksi,
spektrofotometer (seri 0993-5260 made in
Australia), labu kjeldahl dan alat destilasi.
Tahapan Penelitian
Pembuatan Bubur Bayam Merah
Bayam merah disortasi dan
dipisahkan dari batangnya.Setelah dicuci
bersih, daun bayam merah dihancurkan
menggunakangrinder dan kemudian
dihancurkan kembali menggunakan
blendersampai halus menjadi bubur
bayam merah.
Pembuatan Tepung Rumput Laut
Rumput Laut segar disortasi dan
dipisahkan dari kotoran. Dilakukan
penggilingan menggunakan grinder,
kemudian dijemur selama 18jam.Setelah
itu dihancurkan menggunakan grinder
penepung, disaring dengan ayakan mesh
80 sehingga menjadi tepung rumput laut.
Pembuatan Mie Basah
Tepung terigu, bubur bayam
merah, tepung rumput laut ditimbang
sesuai dengan perlakuan, ditambahkan
kuning telur, soda kue, dan garam.
Selanjutnya dilakukan pengulenan adonan
dengan penambahan air 15g pada
perlakuan control dan 25g pada 6
perlakuan lainnya. Setelah itu adonan
dibentuk menjadi lembaran-lembaran
dengan menggunakan alat pencetak mie
(roll press).Berikutnya lembaran dicetak
hingga diperoleh untaian mie yang
panjang.Mie yang dihasilkan lalu direbus
pada suhu 100oC selama 2
dengan penambahan sedikit minyak
goreng dan menghasilkan mie basah.
Hasil Dan Pembahasan
Sifat Kimia
Perlakuan rasio terigu, bayam
merah dan rumput laut pada mie basah
memberikan hasil yang tidak berbeda
nyata terhadap parameter kadar air.
Namun memberikan hasil yang berbeda
nyata terhadap parameter kadar abu,
parameter kadar protein dan parameter
kadar zat besi.
Kadar Air
Pengaruh rasio terigu, bayam
merah dan rumput laut terhadap kadar air
mie basah dapat dilihat pada
Gambar 1. Grafik Kadar Air Berdasarkan Gambar
tertinggi diperoleh pada perlakuan
P4(kadar air 76,09 %), sedangkan kadar
0
20
40
60
80
P0 P1 P2 P3 P4
61,52 63,89 64,7171,03
76,09
Ka
da
r A
ir (
%)
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput Laut
5
hingga diperoleh untaian mie yang
panjang.Mie yang dihasilkan lalu direbus
C selama 2-3 menit
dengan penambahan sedikit minyak
goreng dan menghasilkan mie basah.
Hasil Dan Pembahasan
Perlakuan rasio terigu, bayam
merah dan rumput laut pada mie basah
memberikan hasil yang tidak berbeda
nyata terhadap parameter kadar air.
emberikan hasil yang berbeda
nyata terhadap parameter kadar abu,
parameter kadar protein dan parameter
Pengaruh rasio terigu, bayam
merah dan rumput laut terhadap kadar air
mie basah dapat dilihat pada Gambar 1.
Grafik Kadar Air
Berdasarkan Gambar 1. kadar air
tertinggi diperoleh pada perlakuan
, sedangkan kadar
air terendah terdapat pada perlakuan
P0(kadar air 61,52 %).
Perlakuan P1, P2, P
menghasilkan kadar air yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan P
(kontrol) yang berarti kadar air pada mie
basah mengalami peningkatan
disebabkan oleh tingginya kadar air yang
terkandung dalam bubur bayam merah.
Selain itu, proporsi penambahan bayam
merah yang lebih besar dibandingkan
dengan rumput laut dan tepung terigu
menyebabkan kadar air mie basah
meningkat.Menurut BSN (1992) pada SNI
01-2987-1992 kadar air pada mie basah
berkisar antara 20-35 % b/b , hasil ini
menunjukkan bahwa mie
penambahan bubur bayam merah dan
tepung rumput laut belum memenuhi
syarat.
Kadar Abu
Pengaruh rasio terigu, bayam
merah dan rumput laut terhadap kadar
abu mie basah dapat dilihat pada
2.
Gambar 2. Grafik Kadar A
P5 P6
76,0972,29 73,72
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput Laut
Rerata Kadar Air
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
P0 P1 P2 P3 P4
0,4
0,76
0,93
0,63
0,9
Ka
da
r A
bu
(%
)
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput Laut
rendah terdapat pada perlakuan
, P3, P4, P5 dan P6
menghasilkan kadar air yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan P0
(kontrol) yang berarti kadar air pada mie
basah mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan oleh tingginya kadar air yang
terkandung dalam bubur bayam merah.
ambahan bayam
merah yang lebih besar dibandingkan
dengan rumput laut dan tepung terigu
menyebabkan kadar air mie basah
Menurut BSN (1992) pada SNI
1992 kadar air pada mie basah
35 % b/b , hasil ini
basah dengan
penambahan bubur bayam merah dan
tepung rumput laut belum memenuhi
Pengaruh rasio terigu, bayam
merah dan rumput laut terhadap kadar
abu mie basah dapat dilihat pada Gambar
. Grafik Kadar Abu
P5 P6
1,23 1,23
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput Laut
Rerata Kadar Abu
Berdasarkan Gambar
tertinggi diperoleh pada perlakuan
P6 (kadar abu 1,23 %) sedangkan kadar
abu terendah terdapat pada perlakuan
P0(kadar abu 0,4 %).
Perlakuan P1, P2, P
menghasilkan kadar abu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan P
(kontrol). Hal ini disebabkan oleh
tingginya penggunaan bubur bayam
merah dan tepung rumput laut
menyebabkan kadar abu mie basah
semakin meningkat.Menurut BSN (1992)
pada SNI 01-2987-1992 yaitu kadar abu
pada mie basah tidak lebih dari 3% b/b
yang berarti kadar abu pada mie basah
dengan penambahan bubur bayam merah
dan tepung rumput laut memenuhi syarat.
Kadar Protein
Pengaruh rasio terigu, bayam
merah dan rumput laut terhadap kadar
protein mie basah dapat dilihat pad
Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Kadar
Berdasarkan Gambar
protein tertinggi diperoleh pada
0
1
2
3
4
5
P0 P1 P2 P3 P4
4,38
3,21
2,593,04
2,74
Ka
da
r P
rote
in (
%)
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput Laut
6
Berdasarkan Gambar 2. Kadar abu
tertinggi diperoleh pada perlakuan P5dan
sedangkan kadar
rendah terdapat pada perlakuan
, P3, P4, P5 dan P6
menghasilkan kadar abu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan P0
ntrol). Hal ini disebabkan oleh
penggunaan bubur bayam
merah dan tepung rumput laut yang
menyebabkan kadar abu mie basah
.Menurut BSN (1992)
1992 yaitu kadar abu
tidak lebih dari 3% b/b
yang berarti kadar abu pada mie basah
dengan penambahan bubur bayam merah
dan tepung rumput laut memenuhi syarat.
Pengaruh rasio terigu, bayam
merah dan rumput laut terhadap kadar
protein mie basah dapat dilihat pada
. Grafik Kadar Protein
Berdasarkan Gambar 3.kadar
tertinggi diperoleh pada
perlakuanP0 (kadar protein
sedangkan kadar protein te
terdapat pada perlakuan P
2,59 %).
Perlakuan P1, P2, P
menghasilkan kadar protein yang lebih
rendah dibandingkan dengan perlakuan P
(kontrol). Kadar protein pada mie basah
semakin menurun seiring dengan semakin
tinggi penggunaan bubur bayam merah
dan tepung rumput laut.Hal ini disebabkan
oleh proporsi penambahan tepung terigu
pada mie basah yang berkurang, dimana
menurut Permatasari (2009) tepung terigu
mengandung gluten dan protein. Menurut
BSN (1992) pada SNI 01-2987
protein pada mie basah minimal 8 mg b/b
yang berarti kadar protein mie ba
dengan penambahan bubur bayam merah
dan tepung rumput laut belum memenuhi
syarat.
Kadar Fe
Pengaruh rasio terigu, bayam
merah dan rumput laut terhadap kadar Fe
mie basah dapat dilihat pada
Gambar 4. Grafik Kadar
P5 P6
2,75 2,82
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput Laut
Rerata Kadar Protein
23
23.5
24
24.5
25
25.5
P0 P1 P2 P3 P4
23,88
25,13
25,44 25,3725,13
Ka
da
r Fe
(m
g/L)
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput Laut
(kadar protein 4,38 %),
protein terendah
terdapat pada perlakuan P2(kadar protein
, P3, P4, P5 dan P6
menghasilkan kadar protein yang lebih
rendah dibandingkan dengan perlakuan P0
(kontrol). Kadar protein pada mie basah
semakin menurun seiring dengan semakin
tinggi penggunaan bubur bayam merah
dan tepung rumput laut.Hal ini disebabkan
penambahan tepung terigu
pada mie basah yang berkurang, dimana
menurut Permatasari (2009) tepung terigu
mengandung gluten dan protein. Menurut
2987-1992 kadar
protein pada mie basah minimal 8 mg b/b
yang berarti kadar protein mie basah
dengan penambahan bubur bayam merah
dan tepung rumput laut belum memenuhi
Pengaruh rasio terigu, bayam
merah dan rumput laut terhadap kadar Fe
mie basah dapat dilihat pada Gambar 4.
. Grafik Kadar Fe
P5 P6
25,13 25,2 25,25
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput Laut
Rerata Kadar Fe
Berdasarkan Gambar 4.
tertinggi diperoleh pada
(kadar Fe 25,44 mg/L), sedangkan kadar
Feterendah terdapat pada perlakuan
P0(kadar zat besi 23,88 mg/L
Perlakuan P1, P2, P
menghasilkan kadarFe yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakua
(kontrol). Hal ini disebabkan oleh
tinggi penggunaan bubur bayam merah
dan tepung rumput laut,
kadarFe pada mie basah semakin
meningkat sesuai dengan pendapat
Dalimartha (2005), bayam merah memiliki
kandungan zat besi yang tinggi.
Pada perlakuan P
kandungan zat besi yang cukup tinggi
meskipun perlakuan tersebut tidak
mengalami penambahan bayam
merah.Hal ini terjadi karena tepung terigu
yang digunakan dalam pembuatan mie
basah merupakan tepung terigu dengan
merk tertentu yang telah difortifikasi
beberapa zat gizi salah satunya adalah zat
besi.
Mutu Fisik Mie Basah
Nilai Fisik dan Warna
(Colormeter)
Berdasarkan hasil pengamatan
dan analisis tingkat kecerahan (
7
Berdasarkan Gambar 4. Kadar Fe
tertinggi diperoleh pada perlakuan P2
, sedangkan kadar
rendah terdapat pada perlakuan
kadar zat besi 23,88 mg/L).
, P3, P4, P5 dan P6
yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan P0
Hal ini disebabkan oleh semakin
tinggi penggunaan bubur bayam merah
dan tepung rumput laut, membuat
pada mie basah semakin
dengan pendapat
Dalimartha (2005), bayam merah memiliki
kandungan zat besi yang tinggi.
a perlakuan P0, terlihat
kandungan zat besi yang cukup tinggi
meskipun perlakuan tersebut tidak
mengalami penambahan bayam
merah.Hal ini terjadi karena tepung terigu
yang digunakan dalam pembuatan mie
basah merupakan tepung terigu dengan
telah difortifikasi
beberapa zat gizi salah satunya adalah zat
Nilai Fisik dan Warna 0Hue
Berdasarkan hasil pengamatan
tingkat kecerahan (L) dengan
menggunakan Colormeterpada mie basah
dapat dilihat pada Gambar
Gambar 5. Grafik Nilai L dan Mie Basah
Berdasarkan Gambar
dilihat bahwa nilai L yang dihasilkan
menunjukkan pengaruh yang signifikan
pada mie basah,dimana
tingkat kecerahan yang paling tinggi
dibandingkan 6 perlakuan lainnya.Hal
tersebut ditunjukkan semakin tinggi
konsentrasi penggunaan bayam merah
dan rumput laut maka tingkat kecerahan
semakin menurun.Hal ini disebabkan
banyam merah memiliki pigme
antosianin (pigmen berwarna merah
keunguan) yang membuat mie basah
menjadi berwarba merah menurut Ligga
(2010), sehingga semakin banyak
penambahan bayam merah pada mie
basah, maka warna mie basah akan
semakin mendekati gelap.
Warna oHue menunjukkan
pengaruh yang signifikan
basah,dimana tingkat kecerahan paling
tinggi terdapat pada P
warna red yellow (kuning kemerahan)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
P0 P1 P2 P3 P4 P5
50,9
31,05 33,67 34,31 32,14 28,81
85,98 88,21 87,08 88,87 89,5 88,16
Nil
ai W
arn
a
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput Laut
pada mie basah
pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Nilai L dan 0Hue Mie Basah
Berdasarkan Gambar 5 dapat
dilihat bahwa nilai L yang dihasilkan
menunjukkan pengaruh yang signifikan
pada mie basah,dimana P0 memiliki
tingkat kecerahan yang paling tinggi
dibandingkan 6 perlakuan lainnya.Hal
semakin tinggi
konsentrasi penggunaan bayam merah
tingkat kecerahan
Hal ini disebabkan
banyam merah memiliki pigmen
antosianin (pigmen berwarna merah
keunguan) yang membuat mie basah
menjadi berwarba merah menurut Ligga
(2010), sehingga semakin banyak
penambahan bayam merah pada mie
basah, maka warna mie basah akan
Hue menunjukkan
ruh yang signifikan pada mie
tingkat kecerahan paling
P4 memberikan
(kuning kemerahan).
P5 P6
28,81 26,38
88,16 88,89
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput Laut
Rerata Nilai L
Rerata Nilai Hue
Mutu Organoleptik
Tekstur
Gambar 6. Grafik
Gambar 6 memberikan hasil yang
tidak berbeda nyata (hedonik)
yang berbeda nyata (Scoring
tekstur (hedonik) menunjukkan bahwa
tingkat kesukaan panelis yang paling
tinggi terdapat pada perlakuan P
suka).Sedangkan hasil uji tekstur
(Scoring) menunjukkan bahwa tingkat
penerimaan panelis yang
terdapat pada perlakuan P
Hal ini disebabkan oleh bubur bayam
merah yang digunakan dalam pembuatan
mie basah hanya dihancurkan dengan
menggunakan alat meat grinder
blender, sehingga bubur bayam merah
yang dihasilkan tidak terlalu halus
menyebabkan tekstur mie basah menjadi
lebih kasar jika dibandingkan dengan mie
basah pada umumnya.
00.5
11.5
22.5
33.5
4
P0 P1 P2 P3 P4 P5
3,42,88
3,523,24
2,92
3,36
3,56 3,6
32,92
3,443,48
Sk
ala
Pe
nil
aia
n
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput laut
Tekstur
8
. Grafik Tekstur
Gambar 6 memberikan hasil yang
tidak berbeda nyata (hedonik) dan hasil
Scoring).Hasil uji
tekstur (hedonik) menunjukkan bahwa
tingkat kesukaan panelis yang paling
tinggi terdapat pada perlakuan P2 (agak
suka).Sedangkan hasil uji tekstur
) menunjukkan bahwa tingkat
penerimaan panelis yang paling tinggi
terdapat pada perlakuan P0(agak bagus).
Hal ini disebabkan oleh bubur bayam
merah yang digunakan dalam pembuatan
mie basah hanya dihancurkan dengan
meat grinder dan
, sehingga bubur bayam merah
rlalu halus, yang
menyebabkan tekstur mie basah menjadi
lebih kasar jika dibandingkan dengan mie
Aroma
Gambar 7. Grafik Gambar 7 memberikan hasil yang
berbeda nyata (hedonik dan
uji aroma (hedonik) menunjukka
tingkat kesukaan panelis yang paling
tinggi terdapat pada perlakuan P
suka).Sedangkan hasil uji aroma (
menunjukkan bahwa tingkat penerimaan
panelis yang paling tinggi terdapat pada
perlakuan P1(agak beraroma bayam
merah dan rumput l
disebabkan adanya kandungan bayam
merah dan rumput laut yang
yang khas, sehingga
terhadap aroma daripada mie basah.
Rasa
Gambar 8. Grafik
P5 P6
3,36
2,64
3,48
2,84
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput laut
Rerata Tekstur (Hedonik)
Rerata Tekstur (Scoring) 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
P0 P1 P2 P3 P4 P5
3,12
2,32
3,76
3,042,68 2,842,84
3,64
2,96
3,48 3,563,08
Sk
ala
Pe
nil
aia
n
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput laut
Aroma
00.5
11.5
22.5
33.5
4
P0 P1 P2 P3 P4 P5
3,22,88 3,2 2,96 3,16 3
2,4
3,76
3,2
3,44 3,4 3,2
Sk
ala
Pe
nil
aia
n
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput laut
Rasa
. Grafik Aroma
Gambar 7 memberikan hasil yang
berbeda nyata (hedonik dan Scoring).Hasil
uji aroma (hedonik) menunjukkan bahwa
tingkat kesukaan panelis yang paling
tinggi terdapat pada perlakuan P2 (agak
suka).Sedangkan hasil uji aroma (Scoring)
menunjukkan bahwa tingkat penerimaan
panelis yang paling tinggi terdapat pada
(agak beraroma bayam
merah dan rumput laut).Hal ini
kandungan bayam
merah dan rumput laut yang memiliki bau
, sehingga berpengaruh
terhadap aroma daripada mie basah.
. Grafik Rasa
P6
2,84 2,68
3,083,4
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput laut
Rerata Aroma (Hedonik)Rerata Aroma (Scoring)
P6
3,04
3,2 3,2
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput laut
Rerata Rasa (Hedonik)Rerata Rasa (Skoring)
Gambar 8 memberikan
berbeda nyata pada uji rasa (hedonik dan
Scoring). Hasil uji rasa (hedonik)
menunjukkan bahwatingkat kesukaan
panelis yang paling tinggi
perlakuan P4(agak suka).Sedangkan hasil
uji rasa (Scoring) menunjukkan
bahwatingkat penerimaan
paling tinggi terdapat pada
P1(agak berasa bayam merah dan rumput
laut).Hal ini disebabkan
kandungan bayam merah dan rumput laut
yang memiliki rasa yang khas
berpengaruh terhadap cita rasa daripada
mie basah.
Kenampakan
Gambar 9. Grafik KenampakanGambar 9 memberikan
tidak berbeda nyata pada uji kenampakan
(hedonik) dan berbeda nyata pada uji
kenampakan (Scoring
kenampakan (hedonik)
bahwatingkat kesukaan panelis yang
paling tinggi terdapat pada
(agak suka).Sedangkan hasil uji
kenampakan (Scoring
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
P0 P1 P2 P3 P4 P5
3,12 2,88
3,76
3,04
3,76
2,84
3,16 3,24 3,523,2 3,48
3,04
Sk
ala
Pe
nil
aia
n
Perlakuan Rasio terigu, Bayam Merah dan Rumput laut
Kenampakan
9
mberikan hasil yang
berbeda nyata pada uji rasa (hedonik dan
Hasil uji rasa (hedonik)
menunjukkan bahwatingkat kesukaan
panelis yang paling tinggi terdapat pada
.Sedangkan hasil
) menunjukkan
an panelis yang
terdapat pada perlakuan
(agak berasa bayam merah dan rumput
Hal ini disebabkan adanya
kandungan bayam merah dan rumput laut
memiliki rasa yang khas, sehingga
berpengaruh terhadap cita rasa daripada
Kenampakan mberikan hasil yang
tidak berbeda nyata pada uji kenampakan
(hedonik) dan berbeda nyata pada uji
Scoring).Hasil uji
kenampakan (hedonik) menunjukkan
bahwatingkat kesukaan panelis yang
terdapat pada perlakuan P2
.Sedangkan hasil uji
Scoring)menunjukkan
bahwatingkat penerimaan
paling tinggi terdapat pada
(agak menarik).Hal ini disebabkan oleh
bayam merah yang digunakan dalam mie
basah memiliki pigmen antosianin
(pigmen merah keunguan) yang membuat
mie basah berwarna merah dan terlihat
menarik.
Elastisitas
Gambar 10. Grafik Elastisitas
Gambar 10 member
yang tidak berbeda nyata pada uji
elastisitas (hedonik dan Scoring
elastisitas (hedonik)
bahwatingkat kesukaan panelis yang
paling tinggi terdapat pada
(agak suka).Sedangkan hasil uji elastisitas
(Scoring) menunjukkan bahwatingkat
penerimaan panelis yang paling tinggi
terdapat pada perlakuanP
elastis).Hal ini disebabkan oleh semakin
tinggi proporsi penambahan bayam merah
dan rumput laut, maka proporsi terigu
menjadi semakin berkurang.Berkurangnya
proporsi terigu sangat berpengaruh
P6
2,842,68
3,043,2
Perlakuan Rasio terigu, Bayam Merah dan Rumput laut
Rerata Kenampakan (Hedonik)
Rerata Kenampakan (Skoring)
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
P0 P1 P2 P3 P4 P5
3,36 3,12
3,72
3,2
2,68
3,163,44 3,44
33
2,883
Sk
ala
Pe
nil
aia
n
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput laut
Elastisitas
penerimaan panelis yang
terdapat pada perlakuanP5
(agak menarik).Hal ini disebabkan oleh
bayam merah yang digunakan dalam mie
basah memiliki pigmen antosianin
(pigmen merah keunguan) yang membuat
mie basah berwarna merah dan terlihat
Elastisitas
Gambar 10 memberikan hasil
yang tidak berbeda nyata pada uji
Scoring). Hasil uji
elastisitas (hedonik) menunjukkan
bahwatingkat kesukaan panelis yang
terdapat pada perlakuanP2
.Sedangkan hasil uji elastisitas
nunjukkan bahwatingkat
panelis yang paling tinggi
P0 dan P1(agak
Hal ini disebabkan oleh semakin
tinggi proporsi penambahan bayam merah
dan rumput laut, maka proporsi terigu
menjadi semakin berkurang.Berkurangnya
proporsi terigu sangat berpengaruh
P6
2,68
3,12
Perlakuan Rasio Terigu, Bayam Merah dan Rumput laut
Rerata Elastisitas (Hedonik)Rerata Elastisitas (Skoring)
10
terhadap tingkat keelastisitasan mie
basah, karena terigu mengandung gluten
yang dapat membuat adonan mie menjadi
elastis.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis serta
uraian pembahasan yang terbatas pada
lingkup penelitian ini maka ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Perlakuan rasio terigu 50 g, bubur
bayam merah 20 g dan tepung
rumput laut 20 g (P2) adalah
perlakuan terbaik yang menghasilkan
mie basah dengan kadar Fe 25,44
mg/L; kadar protein 2,59 %; kadar
abu 0,93 %; warna (nilai L 33,67 dan
0Hue 87,08); tekstur (hedonik)agak
suka, (scoring) agak bagus; aroma
(hedonik) agak suka, (scoring)tidak
beraroma bayam merah dan rumput
laut; rasa (hedonik) agak suka,
(scoring) agak berasa bayam merah
dan rumput laut; elastisitas (hedonik)
agak suka(scoring) agak elastic; dan
kenampakan (hedonik)agak suka,
(scoring) agak menarik.
2. Proporsi penambahan bayam merah
yang lebih besar dibandingkan dengan
rumput laut menyebabkan kadar air
mie basah meningkat, begitupun
sebaliknya.
3. Semakin banyak bayam merah dan
rumput laut menyebabkan kadar zat
besi dan kadar abu mie basah
semakin meningkat.
4. Rendahnya penggunaan tepung terigu
dalam adonan mie basah
menyebabkan kadar protein mie
basah menjadi rendah.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Perlu kajian tentang lama waktu
proses perebusan untuk menghasilkan
mie basah yang bagus secara fisik dan
nutrisinya.
2. Perlu kajian tentang saat panen
bayam merah yang tepat, sehingga
mie basah yang dihasilkan mempunyai
kadar zat besi yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan. M. 2003. Pembuatan Mie Bihun. Penebar Swadaya, Bogor.
Astawan, M. 2004. Sehat Bersama Aneka SeratPangan Alami. Jakarta: Tiga Serangkai.
Dalimartha, S, 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Niaga Swadaya, Yogyakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Mi Basah. SNI-01 2987-1992.http://dokumen. tips documents/sni-mi-basah-
11
new.html.(Diakses 3 Januari 2016).
Kim, Y. S, Wiesenborn D. P, Lorenzen, J. H dan Bergund, P. 1996. Suitability of edible bean and potato starches for starch. Anaoodle www.aacret.org/cerealchemistry/backissues/1996/73-302.pdf. (Diakses 20 April 2016).
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Mie. Jakarta: ebook Pangan. (Diakses 3 Januari 2016).
Lubis, Y.M, Erfiza, N.M, Ismaturrahmi dan Fahrizal. 2013. Pengaruh Konsentrasi Rumput Laut (Eucheuma cottonii) dan Jenis Tepung pada Pembuatan Mie Basah. Jurnal Ilmiah dan Penerapan Keteknikan Pertanian 6(1): 413-420.
Morris, R. 2008. Amaranthus hybridus, Amaranthus gangeticus, Amaranthus spinosus and Amaranthus blitum.England : Plant for a Future. (Diakses 18 Mei 2009).
Purnawijayanti, H.A, 2009.MieSehat. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Subijakto, A. 2010.Gemarikan Mie Instan dan Gerakan SehariTanpa Nasi.[Online], Available: www.dkp.go.id/archives/pdf/30/3 463/gemarikan-mie-instan-dan-gerakan-sehari-tanpa-nasi/+gemarikan,+mie+ instan.pdf [Desember 2010]
Sudari, D, Almasyhuri dan Lamid, A,
2015.Pengaruh Proses Pemasakan
Terhadap Komposisi Zat Besi Bahan Pangan Sumber Protein.Jurnal Media Litbangkes 25(4) : 235-242.
Suwita, I. K, Razak, M dan Putri, R.A. 2011. Pemanfaatan Bayam Merah (Blitum rumbrum) untuk Meningkatkan Kadar Zat Besi dan Serat pada Mie Kering.Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.Jurnal yudharta.ac.id.(Diakses 14 Juni 2016).
Sunarjono, H, Paeru R. H, Dewi, T. Q, 2015.Panduan Praktis Bertanam Sayur di Pekarangan. Penebar Swadaya Grup. Jakarta.
Sunaryono, H, 1997. Kunci Bercocok Tanam Sayur- sayuran Penting di Indonesi. Cetakan V. Bandung : Sinar Baru Algesindo. eBookPangan.com. (Diakses 21 Oktober 2013).
Murniyati.Subaryono dan Hermana, I.
2010. Pengolahan mie yang difortikasi dengan ikan dan rumput laut sebagai sumber protein, serat kasar dan lodium jurnal pascapanen dan bioteknologi kelautan dan perikanan 5(1) : 65-75.