article tiktik

Upload: taufik-n-rochman

Post on 13-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fty

TRANSCRIPT

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KLIENDENGAN MODERATE HEAD INJURY SELAMA PERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Tiktik Tasrikah Yuniarti1 Nur Oktavia Hidayati1 Titin Sutini11Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat

ABSTRAKModerate head injury merupakan jenis cedera kepala yang penederitanya memiliki nilai Glassgow Coma Scale (GCS) 9-12. Pada kondisi klien moderate head injury mengalami penurunan kesadaran yang signifikan dan menjadikan salah satu stresor bagi keluarga juga tindakan medis yang dilakukan tanpa informasi yang jelas menambah kecemasan keluarga. Dukungan emosional sangat penting untuk proses penyembuhan, dukungan ini berasal dari keluarga. Jika kecemasan keluarga berlanjut maka dukungan emosional pun akan terganggu dan mempengaruhi proses penyembuhan klien. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan keluarga klien dengan moderate head injury selama perawatan di rumah sakit menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Instrument dalam penelitian ini menggunakan Psychometric Properties Of The Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). Responden dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik consecutive sampling dengan kriteria inklusi dan mengambil jumlah responden sebanyak 33 orang. Data penelitian ini di analisa menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian ini menunjukan adanya kecemasan pada semua anggota keluarga yang memiliki anggota keluarga klien dengan moderate head injury. Kecemasan keluarga ringan (12,1%), kecemasan keluarga sedang (24,2%), kecemasan keluarga berat (27,3%), dan kecemasan keluarga berat sekali (36,4%). Berdasarkan hasil penelitian, perawat diharapkan meningkatkan pelayanan keperawatan terhadap keluarga dengan klien yang mengalami moderate head injury dan memberikan informasi sejelas-jelasnya untuk mengurangi tingkat kecemasan supaya keterlibatan keluarga dalam perawatan klien dapat maksimal.Kata kunci : Keluarga, Moderate Head Injury, Tingkat KecemasanABTRACT

Moderate head injuryis a type of head injury that the sufferer has the value ofGlassgow Coma Scale (GCS) 9-12. On the clients condition of moderate head injury significantly decreased consciousness. one of the stressor for the family also the medical treatment undertaken without clear information adds the anxiety to the family. Emotional support is very important to the healing process, this support comes from family. If anxiety persists then the family emotional support would be disturbed and affectthe healingprocess ofthe client. The purpose of this study is to know about anxiety level overview of client families with moderate head injury during hospitalization using method quantitative descriptive cross- sectional approach. Instrument of the research was using Psychometric Properties Of The Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). The respondent in this research is taken bay consecutive sampling technic with the inclusion criteria and the exclusion took the number of respondents 33 people. . The research of the data has been analyzed by univariat analysis. The result of the research showed the presence of anxiety in all family members who have family member clients with moderate head injury. Mild family anxiety (12,1%), moderate family anxiety (24,2%), severe family anxiety (27,3%), and panic family (36,4%). This researchprovides advice to thenursingprofession work up to nursing care.Keywords: Anxiety Level, Family, Moderate Head InjuryPENDAHULUANTiktik Tasrikah YuniartiFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang) Email : [email protected] 085720280074 Cedera kepala adalah trauma mengenai otak disebabkan oleh kekuatan eksternal yang menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan perubahan kognitif, fungi fisik, fungsi tingkah laku dan emosional (Widagdo, 2008). Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kecatatan dan kematian. Berdasarkan berat ringannya cedera kepala dikategorikan berdasarkan score GCS (Glassgow Coma Scale) yang kemudian dikategorikan menjadi cedera kepala ringan (mild head injury) jika GCS 13-15, sedang (Moderate Head Injury) GCS 9-12, dan berat (Severe Head Injury) dengan nilai GCS 3-8 (Japardi, 2004).Cedera kepala berperan hampir setengah dari seluruh kematian akibat trauma (Satyanegara, 2010). Indonesia merupakan negara dengan angka kematian akibat cedera kepala tertinggi ketiga di dunia yakni mencapai 37.438 orang (WHO, 2011). Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mencatat pasien akibat cedera kepala yang dirawat di SMF Bedah Saraf FKUP/RSHS Bandung tahun 2012 sebanyak 1191 orang dengan cedera kepala ringan 58%, cedera kepala sedang 32% cedera kepala berat 10%. (Bagian Medikal Record RSHS Bandung 2013).Menurut Schwartz (2005) kondisi pada pasien dengan moderate head injury mengalami penurunan kesadaran yang signifikan. Penurunan kesadaran ini mengakibatkan ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan tindakan medis. Ketika pasien tidak mampu memberikan persetujuan, anggota keluarga yang bertanggung jawab memberikan persetujuan (Baradero, 2008). Klien moderate head injury memiliki indikasi dirawat dan menimbulkan efek hospitalisasi. Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi setiap orang. Secara umum hospitalisasi dapat menimbulkan dampak yang juga dialami keluarga (Asmadi, 2008). Dampak hospitalisasi ini membuat keluarga harus beradapatasi khususnya adaptasi psikologis. Adaptasi ini merupakan proses penyesuaian secara psikologis dengan cara melakukan mekanisme pertahanan diri yang bertujuan bertahan dari serangan atau hal yang tidak menyenangkan. Adaptasi psikologis bisa bersifat konstruktif atau destruktif. Perilaku yang konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk memecahkan konflik (Hidayat, 2008).Menurut Asmadi (2008) ketika ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka akan berpengaruh pada seluruh anggota keluarga klien yang dirawat di rumah sakit dan akan mengalami perubahan peran. Keluarga sebagai sumber dukungan sosial yang paling sering menjadi bagian penting dalam penyembuhan (Kufno, 1995 dalam Videbeck, 2008), memiliki peran sebagai dukungan emosional bahkan pemberi perawatan kesehatan yang membantu individu ketika suatu masalah muncul. Selain peran, keluarga juga memiliki fungsi sesuai teori Friedman (1998) yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan. Kaitan antara kesembuhan klien dengan keluarga sangat erat bahkan Buchman (1995) dalam Videbeck (2008) mengemukakan individu yang mendapat dukungan emosional dan fungsional terbukti lebih sehat daripada individu yang tidak mendapatkan dukungan. Perawat harus mendorong anggota keluarga untuk terus mendukung klien di rumah sakit dan tetap harus mengidentifikasi kekuatan keluarga, seperti cinta dan perhatian sebagai sumber bagi klien.Kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk (Suliswati, 2005) begitupun jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka anggota keluarga yang lainnya di dalam keluarga merasa cemas. Keluarga merupakan sistem sosial (Minuchen, 1997 dalam Satiadarma, 2002) dan gangguan pada salah seorang anggotanya mempengaruhi kehidupan anggota yang lainnya didalam keluarga (Aneshensel, et all., 1993 dalam Satiadarma, 2002). Keluarga merupakan lingkungan pertama seseorang melakukan kontak sosial. Lingkungan keluarga dengan suasana yang mendukung dapat membuat individu menjadi lebih sehat dalam menjalani kehidupannya (Zahra, 2005).Menurut Freud dalam Hall (1993) Kecemasan dapat dipandang sebagai tanda bahaya setengah biologis dan setengash psikologis. Freud memandang kecemasan neurotis sebagai libido yang ditransformasikan, dengan kata lain kecemasan terjadi karena libido terbendung akibat represi. Ego yang merupakan asal-usul mekanisme pertahanan bukan saja mengalami kecemasan, tetapi juga secara aktif dapat membangkitkan kecemasan agar mekanisme pertahanan dijalankan. Jadi ego bukan saja merupakan tempat berlangsungnya kecemasan, melainkan juga kecemasan. Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan memiliki beberapa tingkatan, yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan berat sekali (Stuart, 2007). Ketika cemas individu merasa tidak nyaman, takut, atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa mala petaka padahal sama sekali tidak mengerti emosi yang mengancam itu bisa terjadi (Videbeck, 2008). Ansietas umumnya menyebabkan respon fisiologis seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah (Potter Perry, 2005). Reaksi kecemasan dapat berupa konstruktif dan destruktif. Konstruktif menjadikan individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan terfokus pada kelangsungan hidup. Berbeda dengan destruktif yang menjadikan individu berlaku maladaftif dan disfunsional (Suliswati, 2005). Menurut Sullivan dalam Hall (1993) mengemukakan kecemasan dapat menular dengan mudah dan sejalan dengan Videbeck (2008) yang bependapat bahwa individu yang mendapatkan dukungan emosional terbukti akan lebih sehat daripada yang tidak mendapatkan dukungan emosional. Jadi jika kecemasan ini bersifak destruktif dan tidak ditangani dengan maka dampak kecemasan keluarga akan berpengaruh pada kesehatan klien. Disimpulkan bahwa perawat harus berfokus pada intervensi yang membantu meningkatkan perasaan memiliki pada keluarga. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan cara wawancara langsung terhadap sepuluh orang keluarga klien dengan moderate head injury menyatakan merasa cemas dengan keadaan anggota keluarganya. Keluarga mengemukakan perasaan-perasaan yang merupakan salah satu ciri-ciri kecemasan seperti deg-degan, merasa takut tanpa alasan yang jelas, lebih sering berkeringat, dan badan terasa lemas.RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung sebagai Rumah Sakit kelas A yang merupakan Pusat Rujukan Jawa Barat (humas rshs.2012). RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung mempunyai misi menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang prima dan terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian. Salah satu bentuk pelayanannya adalah adanya pelayanan keperawatan di ruang rawat inap termasuk perawatan klien moderate head injury. Berdasarkan fenomena di atas terlihat bahwa cedera kepala perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Peran keluarga sebagai dukungan emosional dan pemberi perawatan sangat penting untuk membantu proses penyembuhan klien. Kecemasan menyebabkan beberapa respon, jika kecemasan ini berlanjut akan berdampak terhadap klien. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penelitian tentang gambaran tingkat kecemasan keluarga klien dengan moderate head injury selama perawatan di rumah sakit.METODE PENELITIANJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami moderate head injury di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anggota keluarga mengalami moderate head injury. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 382 pada tahun 2012. Metode pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan kriteria inklusi dalam waktu dua bulan dan batas minimal penelitian kuantitatif 30 sampel (Nursalam, 2008). Sampelnya adalah 33 responden.Skala yang digunakan adalah skala ordinal. Data yang sudah sesuai dikelompokkan ke dalam katagori 0 (tidak pernah), 1(kadang-kadang, 2 (lumayan sering), dan 3 (sering sekali). Kemudian menggunakan rumus persentase dengan skala menurut Arikunto (2002) yaitu 0% (tidak seorang pun responden), 1-26% (sebagian kecil responden), 27-49% (hampir setengahnya responden), 50% (setengahnya responden), 51-75% (hampir sebagian besar responden), 76-99% (hampir seluruhnya responden), dan 100% (seluruhnya responden).HASIL DAN PEMBAHASANPada penelitian mengenai gambaran tingkat kecemasan keluarga klien dengan moderate head injury selama perawatan di Rumah Sakit umum Pusat Dr.Hasan Sadikin Bandung, peneliti melakukan penelitian menggunakan kuesioner pada 33 responden keluarga klien moderate head injury yang menjalani perawatan dilakukan pada tanggal 4 April 2013 sampai tanggal 7 Juni 2013.

Melalui surat persetujuan rensponden, semua keluarga menyatakan bersedia menjadi responden. Hasil penelitian melalui kuesioner dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik RespondenFrekuensi (f)Prosentase (%)

Jenis KelaminLaki- lakiPerempuan141942,4%57,6%

UsiaDewasa Awal (18-40th)Dewasa Tengah (41-60th)Lanjut Usia (>60th)1715151,5%45,5% 3,0%

Hubungan KeluargaIbuAyahAnakSuamiIstriAdikKakak1185243033,3%24,2%15,2% 6,1%12,1% 9,1% 0%

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa hampir sebagian besar perempuan (57,5%), rentang usia hampir sebagian besar responden (51,5%) ada pada rentang dewasa awal dan hampir setengah dari responden (33,3%) merupakan ibu dari klien moderate head injury.Tabel 4.2 Tingkat Kecemasan Keluarga Klien dengan Moderate Head Injury Selama Perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin Bandung

KecemasanFrekuensi (f)Prosentase (%)

Normal00%

Ringan412,1%

Sedang824,2%

Berat927,3%

Berat Sekali1236,4%

Total33100

Berdasarkan tabel 4.2 diinterpretasikan bahwa hasil penelitian mengenai Gambaran Tingkat Kecemasan Keluarga Klien dengan Moderate Head Injury Selama Perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin Bandung semua responden yaitu keluarga klien merasakan kecemasan, dilihat dari hasil normal (0%) sedangkan tingkat kecemasan keluarga dengan klien moderate head injury selama perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin Bandung prosentase paling besar dari responden berada pada tingkat kecemasan berat sekali (36,4%).

Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2007). Begitupun jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka anggota keluarga yang lainnya di dalam keluarga merasa cemas. Keluarga merupakan sistem sosial (Minuchen, 1997 dalam Satiadarma, 2002) dan gangguan pada salah seorang anggotanya mempengaruhi kehidupan anggota yang lainnya didalam keluarga (Aneshensel, et all., 1993 dalam Satiadarma, 2002). Berdasarkan hasil penelitian kepada 33 responden yang merupakan kelurga dengan klien moderate head injury dapat diketahui bahwa seluruh keluarga klien dengan moderate dan nilai tertinggi prosentase tingkat kecemasan keluarga dengan klien moderat head injury yang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin Bandung hasilnya menunjukan berada pada kecemasan berat sekali (36,4%). Hasil penelitian ini menguatkan pernyataan dari Asmadi (2008) bahwa jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka akan mempengaruhi anggota keluarga klien.Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikaitkan dengan faktor kecemasan bahwa menurut Stuart (1998), hal ini merupakan salah satu predisposisi kecemasan yaitu pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansitas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Faktor lainnya yaitu faktor presipitasi internal kemampuan individu merespon lingkungan dan situasi seseorang yang berada di lingkungan asing lebih mudah mengalami kecemasan. Rumah Sakit merupakan lingkungan baru bagi keluarga klien.Fumis dan Daniel dalam penelitiannya yang dilakukan pada tahun 2008 mengenai Family members of critically ill cancer patiens: assessing the symptoms of anxiety and depression hasil penelitiannya menjelaskan adanya kecemasan pada keluarga klien kanker dan hasil nilai kecemasan keluarga tersebut memiliki nilai yang besar. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Puguh Setiawati (2002) mengenai tingkat kecemasan orang tua pada saat menghadapi anak yang akan dilakukan pemasangan infus menunjukan hasil sebagian besar responden berada pada tingkat kecemasan ringan tetapi berbeda dengan penelitian tingkat kecemasan keluarga pasien pre operasi di RS Bogor hasil penelitian kecemasan keluarga dengan pasien pre operasi yang dilakukan oleh Adhen Maulana (2007) ini menunjukkan hasil tingkat kecemasan sedang, sedangkan hasil penelitian ini mengenai tingkat kecemasan keluarga klien dengan moderate head injury selama perawatan hampir setengah dari responden menunjukan kecemasan berat sekali. Penelitian- penelitian hasilnya berbeda ini disebabkan oleh perbedaan prosedur tindakan dari masing-masing tindakan medis. Penyebab lainnya juga dari stresor yang ada pada keluarga tersebut mengingat bahwa prognosis klien dengan moderate head injury ini buruk dalam satu tahun terakhir pasca trauma (Daisley, 2009). Stresor tersebut yang menyebabkan tingkat kecemasan pada keluarga klien dengan moderate head injury ini menghasilkan kecemasan berat sekali. Selain itu karakteristik respon berdasarkan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Teori yang berkaitan dengan jenis kelamin ini terdapat dalam Varcarolis (2009) bahwa perempuan memiliki kecemasan lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Usia responden yang memiliki prosentasi paling tinggi merupakan usia dewasa awal (18-40 tahun) teori kecemasan dalam buku Videbeck (2008) bahwa gangguan ansietas lebih sering dialami berusia kurang dari 45 tahun dan didukung dalam Varcarolis (2009) seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua. Hubungan keluarga mempresentasikan orang tua (ayah dan ibu) memilki prosentasi setengah dari responden dan hasil kecemasan kecemasan ibu (33,3%) lebih tinggi dibandingkan kecemasan ayah (24,2%). Menurut Wong (2009) ibu memilki waktu lebih banyak daripada ayah dan cenderung sebagai pengasuh keluarga maka ibu biasanya meluangkan waktu lebih banyak di rumah sakit dibanding ayah. Teori Sullivan menekankan mengenai timbulnya kecemasan yang dapat menular (Behrman, 2000). Jika orang tua mengalami kecemasan maka anak juga akan mengalami kecemasan Kecemasan ditransmisikan oleh proses empati yang tidak diketahui sifatnya, sebagian kecemasan ditransmisikan melalui nada suara, pandangan, dan tingkah laku secara keseluruhan (Sullivan dalam Hall, 1993). Jadi kecemasan orang tua (ibu) akan berpengaruh pada kesehatan klien.Videbeck (2008) berpendapat bahwa ketika individu mengalami ansietas berat sekali akan menyebabkan respons kognitif, psikomotor dan fisiologis tidak nyaman, seperti keterampilan bertahan yang lebih sederhana mengambil alih, respon defensif terjadi, dan keterampilan kognitif menurun secara signifikan. Seperti poin-poin pertanyaan dari kuesioner yang peneliti gunakan yaitu instrumen baku Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42) pada kecemasan berat sekali menunjukan adanya tanda penurunan respon fisiologis, psikomotor dan kognitif. Kecemasan keluarga yang dirasakan ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan klien. Respon klien terhadap penyakit salah satunya dipengaruhi faktor interpersonal. Faktor interpersonal terdiri dari perasaan memiliki, dukungan sosial, jaringan sosial atau dukungan sosial, dan faktor budaya. Perasaan memiliki merupakan perasaanketerlibatan dalam suatu sistem sosial atau lingkungan yang di dalamnya individu merasa sebagai bagian integral (Hagerty & Patusky, 1995 dalam Videbeck, 2008). Abraham Maslow mendeskripsikan perasaan memiliki sebagai kebutuhan dasar psikososial manusia. Perasaan memiliki melibatkan perasaan tentang nilai dan kecocokan. Kecocokan mengacu pada karakteristik individu yang dihubungkan atau disesuaikan dengan suatu sistem atau lingkungan (Hagerty & Patusky, 1995 dalam Videbeck, 2008). Sistem sosial ini dapat mencakup keluarga, pemberi perawatan kesehatan, teman, rekan kerja, dan kelompok sosial atau klub.Perasaan memiliki pada individu terkait erat dengan fungsi sosial dan psikologisnya. Perasaan memiliki terbukti meningkatkan kesehatan, sedangkan tidak adanya perasaan ini mengganggu kesehatan (Hagerty et all., 1996 dalam Videbeck, 2008). Perasaan memiliki yang meningkat juga terkait dengan tingkat ansietas yang lebih rendah (Hagerty & Putusky, 1995 dalam Videbeck, 2008). Dapat disimpulkan perasaan memiliki ini sangat erat kaitannya dengan kecemasan keluarga yang berpengaruh pada kesehatan klien modertate head injury. Faktor interpersonal lain adalah dukungan sosial yang merupakan dukungan emosional berasal dari keluarga, teman, bahkan pemberi perawatan kesehatan dan membantu individu ketika suatu masalah muncul (Videbeck, 2008). Menurut Sullivan dalam Hall (1993) mengemukakan kecemasan dapat menular dengan mudah dan sejalan dengan menurut Buchanan (1995) dalam Videbeck (2008) individu yang mendapatkan dukungan emosional dan fungsional terbukti lebih sehat daripada individu yang tidak mendapat dukungan (Videbeck, 2008). Jadi peran keluarga pada klien moderate head injury sangat penting sebagai pemberi dukungan emosional yang terbukti dapat berpengaruh terhadap kesehatan klien.Keluarga perlu mendapatkan intervensi secara psikologis baik intervensi jangka pendek maupun jangka panjang, karena apabila keluarga tidak mendapatkannya maka seperti yang dikatakan Friedman (1992) akan berpengaruh pada fungsi dan tugas keluarga, bahwa adanya suatu penyakit yang serius pada anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem keluarga, khususnya pada struktur peran dan pelaksasanaan fungsi-fungsi keluarga.Hasil penelitian ini menggali kecemasan yang ada pada keluarga moderate head injury. Kecemasan yang ada disebabkan oleh banyak hal selain kondisi klien moderate head injury yang mengalami penurunan kesadaran dan karakteristik responden, keluarga mengungkapkan beberapa faktor lainnya yang mengakibatkan kecemasan, penyebab kecemasan keluarga ini diantaranya ketidak jelasan instruksi untuk alur administrasi rumah sakit yang sebagian responden memiliki jaminan kesehatan Gakinda dan memiliki persyaratan yang memiliki alur adminsitrasi keluarga harus aktif baik itu mengambil obat, pendaftaran tindakan dan lain-lain. Hal lain yang mengakibatkan kecemasan keluarga yaitu tindakan-tindakan medis yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan menggunakan alat kesehatan seperti terpasangnya infus, kateter, NGT dan balutan di kepala.Ketika individu mengalami ansietas berat sekali, keterampilan bertahan yang lebih sederhana mengambil alih terjadi respon defensi terjadi, respon fisiologi, dan keterampilan kognitif menurun secara signifikan. Respon fisiologi yang terjadi juga mendukung perilaku yang terjadi, seperti respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam pertahanan diri. Serabut saraf simpatis akan mengaktifkan tanda-tanda vital pada setiap tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan tubuh dan ketika bahaya berakhir serabut saraf parasimpatis membalik proses ini dan mengembalikan tubuh ke kondisi normal sampai tanda ancaman berikutnya mengaktifkan kembali respon stimulus (Videbeck, 2008). Pada penelitian mengemukakan terjadinya penurunan respon fisiologi dan emosional serta penurunan kognitif yang signifikan.Salah satu teori dari Videbeck yaitu teori biologi neurokimia menjelaskan keadaan tubuh yang terjadi pada saat ansietas. Asam gama-amino butirat (GABA) yang merupakan neurotransmiter inhibitor tidak berfungsi pada gangguan ansietas yang seharusnya sebagai antiansietas alami tubuh dengan mengurangi eksitibilitas sel sehingga mengurangi frekuensi bangkitan neuron. Masalah pengaturan neurotransmiter mengakibatkan GABA yang seharusnya mengurangi ansietas terganggu sehingga norepinefrin meningkatkan ansietas.SIMPULANPenelitian mengenai gambaran tingkat kecemasan keluaraga dengan klien moderate head injury selama perawatan di Rumah Sakit Umum Dr.Hasan Sadikin Bandung kepada 33 responden menunjukan hasil semua keluarga yang memiliki sebagian kecil dari responden mengalami kecemasan ringan dan sedang, hampir setengahnya dari responden mengalami kecemasan berat dan berat sekali dan prosentasi paling tinggi menunjukan keluarga klien dengan moderate head injury mengalami kecemasan berat sekali.SARAN1. Bagi Perawat Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan dengan salah satunya adalah pelayanan keperawatan terhadap keluarga dengan klien yang mengalami moderate head injury untuk mengurangi tingkat kecemasan supaya keterlibatan keluarga dalam perawatan klien dapat maksimal. Perawat memberikan informasi sejelas mungkin kepada keluarga klien dengan moderate head injury yang tampak kebingungan mengenai keseriusan penyaki, prosedur rumah sakit, dan melibatkan keluarga serta ajark keluar dalam perawatan klien. 2. Bagi Rumah SakitHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi rumah sakit untuk meningkatkan kinerja para petugas kesehatan di rumah sakit untuk memberikan informasi yang dibutuhkan keluarga klien lebih lengkap yang bertujuan mengurangi kecemasan yang dialami oleh keluarga klien. Pelaksanaannya dapat berupa pemberian informasi selengkap-lengkapnya baik mengenai prosedur medis, informasi kesehatan klien, dan prosedur administrasi rumah sakit.3. Bagi Peneliti SelanjutnyaHasil penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pada keluarga klien dengan moderate head injury.DAFTAR PUSTAKAArikunto. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Pratik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Baradero, M., dkk. 2008. Prinsip dan Praktik Keperawatan Perioperatif. Jakarta: EGC.

Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak: Volume 1 Edisi 1. Jakarta: EGC.

Daisley A, Rachel T, Udo K. 2009. Head Injury. New York: Oxford University Press.

Dr.Hasan Sadikin Bandung General Hospital. Profil Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Available online at: http://www.rshs.or.id/ (diakses tanggal 15 Januari 2013).

Fumis, R.R. Lins., Daniel D. 2008. Journal Family Members of Critically Ill Cancer Patients: Assessing the Symptoms of Anxiety and Depression.

Hall C, Gardner L. 1993. Teori-Teori Psikodinamika (Klinis). Yogyakarta: Kanisius.

Hidayat, A. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Japardi, I. 2004. Cedera Kepala. Jakarta. PT Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Lovibond, 1995. Dass 42. Avalaible online at: www.psy.unsw.edu.au/dass (diakses 30 Oktober 2012).

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta. EGC.

Satiadarma, M. 2002. Pura-pura Sakit untuk Mencari Simpati (Sindroma Munchausen) Sebuah Kajian Psikologis. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf Edisi 3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Stuart, G. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.

_______. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.

Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Varcarolis, E. 2009. Essentials Of Psychiatric Mental Health Nursing: A Communication Approach To Evidence-Based Care. Missouri: Saunders Elsevier.

Videbeck, S. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Widagdo, W, dkk. 2008. Asuhan Keperawan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: TIM.Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Volume 2. Jakarta: EGC.

Zahra, P. 2005. Jurnal Provitae volume 1 no 2. Jakarta: Fakultas Psikologi Tarumanegara bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia.