arsitektur asia timur

40
TUGAS MATA KULIAH Perkembangan Arsitektur “Sejarah Arsitektur Asia Timur” OLEH Haqqi Jati Kurniawan 013.101.0.007 Semester 5 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

Upload: soal-ekresi-ipa

Post on 12-Jul-2016

1.233 views

Category:

Documents


172 download

DESCRIPTION

arsitektur di asia timur

TRANSCRIPT

TUGAS MATA KULIAH

Perkembangan Arsitektur“Sejarah Arsitektur Asia Timur”

OLEH

Haqqi Jati Kurniawan

013.101.0.007

Semester 5

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DWIJENDRA DENPASAR

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR ASIA TIMUR

Asia Timur sendiri meliputi Cina , Jepang , Korea Utara , Kore Selatan , Taiwan , Mongolia

dan Hongkong . Masing masing dari Negara tersbut telah memiliki karakter atau ciri ciri

bangunan arsitektur baik dari peninggalan nenek moyang ataupun dari perkembangan

arsitektur yang telah terjadi sejak dahulu dan disini kita akan membahas tentang

perkembangan arsitektur di asia timur ini .

P E R K E M B A N G A N A R S I T E K T U R C H I N A

A. Konsep dan Filosofi Arsitektur Cina

Filosofi arsitektur Cina sangat dipengaruhi oleh filosofi kepercayaan dan ajaran

Konfusianisme,Taoisme dan Budhisme. Terdapat simbol dan lambang-lambang dari bentuk

ideal dan keharmonisan dalam tatanan masyarakat. Bentuk ideal dan keharmonisan dalam

masyarakat dapat dilihat dari filosofi Tien-Yuan Ti-Fang yang berarti langit bundar dan bumi

persegi. Persegi melambangkan keteraturan, intelektualitas manusiasebagai manifestasi

penerapan keteraturan atas alam. Bundar melambangkan ketidakteraturan sifat alam.Filosofi

Tien-Yen-Chih-Chi, artinya di antara langit dan manusia, menggambarkan peralihan dua alam

yangdisimbolkan dalam bentuk bundar-segi empat-bundar.Konsep Keseimbangan dalam

kehidupan diatur dalam dualitas Yin dan Yang, hong Shui atau Feng Shui.Yang adalah sebagai

energi positif, jantan, terang, kuat, buatan manusia. Sementara, yin digambarkan sebagai

energi negatif, betina, gelap, menyerap elemen. Hong shui atau Feng Shui merupakan

kompas kehidupan yang mengaur keseimbangan elemen alamseperti angin, air, tanah dan

logam. Kompas merupakan adaptasi metodis karya manusia terhadap strukturalam raya

sehingga menjadi pedoman dalam pendayagunaan energi dan sumber alam untuk

penyelarasan nafas dunia. Feng shui membantu manusia memanfaatkan gaya-gaya alam dari

bumi dan menyeimbangkan Yindan Yang guna memperoleh Qi yang baik, yang

menggambarkan kesehatan dan vitalitas.Hal-hal yang mempengaruhi Hong Shui menyangkut

keseimbangan 5 (Lima) Unsur yaitu waktuKelahiran, kondisi tanah pada lokasi ( tapak), arah

dan ukuran bangunan, orientasi ruang dalam, polapenempatan ruang dalam. Dari filosofi

arsitektur yang dijelaskan sebelumnya maka prinsip-prinsip dasardalam arsitektur Cina

adalah sebagai berikut:

1. Memfokuskan pada bumi bukan surga, mengutamakan ilmu pengetahuan bukan

kemuliaan, seperti tidak ada pembedaan prinsip antara bangunan sakral/religius

dengan bangunan umum, hanya arah kegiatan, susunan ruang yang memiliki

penekanan berbeda, secara umum bersifat sequensial Horisontal, sacral Hirarkis

Konsentris, mengutamakan posisi, gerak dan orientasi manusia dalam ruang

Eksplorasi prinsip tersebut dalam arsitektural yaitu• Potensialitas Dinding• Penonjolan individualitas bangunan• Pengorganisasian susunan CourtYard• Permainan tinggi lantai• Bangunan dibatasi taman• Rumah utama bersumbu Utara-Selatan dan selalu memilih tempat yang lebih tinggi• Interior dengan elemen utama perabot berukir dengan warna megah sebagai lambing gengsi.• Pintu dan jendela menjadi elemen penunjang yang penting dalam tatanan permukaan bangunan.• Adanya privasi berdasarkan rasa hormat dan keintiman tata laku/ Etiket Bangsa Cina yang diterapkan secara vertikal dengan langit-langit, atap dan secara horisontal dengan Court Yard dan Lantai

2. Hirarki dan Status, pada umumnya dicirikan oleh lokasi lahan terhadap jalan

Utama/Strategis, jumlah Court Yard, warna tiang, bentuk dan kerumitan ornamen atap, serta

jumlah trave hall : 9 (kaisar ) 7 (putra mahkota) 5 (Mandarin) 3 ( rakyat biasa)

3. Koordinasi atau orientasi, sebagai sikap dan pandangan terhadap rumah sebagai sel dasar

arsitektur dan

keluarga merupakan mikrokosmos dari tatanan masyarakat umum sehingga pengaturan dan

koordinasi sel dasar memiliki arti sebagai pengaturan dan koordinasi dunia

4. Tata Ruang Rumah

5. Struktur dan Konstruksi, konsep yang diterapkan pada rangka atap dengan sistem saling

tumpang, bukan kuda-kuda dengan penyangga miring, kolom sebagai pendukung beban atap,

dinding sebagai pembatas non struktural dan sistem bracket ( Tou Kung).

6. Stilistika, seluruh permukaan bangunan penuh dengan dekorasi, pola lantai : diagonal

( jen), hexagonal (Kou), Susunan Bata ( Ting), bangunan menggunakan konstruksi kayu dan

dengan kombinasi warna yang menyolok seperti merah, kuning dan hitam.

Hierarki pemerintahan administrasi perkotaan dan desa di Cina yang diterapkan sejak masa

dinasti China terdiri dari empat tingkat yaitu :

• County town = kota ( xian )

• Township = sub kota ( xiang )

• Market Town = kota dagang ( zhen )

• Village = desa ( cun )

Dalam perencanaan kota-kota awal di Cina terdapat beberapa prinsip sebagai berikut.

1. Kota Berdinding

Dinding sebagai unsur penting dalam formulasi bentuk/struktur kota

2. Konsep Keseimbangan

Kesan Stabil dengan Keseimbangan Dinamis

• Komposisi Arsitektural

• Konsepsi Confusius : Formal, Simetri, Garis Lurus, Beraturan, Kejelasan

• Komposisi Lansekap

• Komposisi Taoisme : Informal, Asimetri, Misteri, Garis Lengkung, Tak Beraturan,

Romantis dan Alam Liar

3. Prosedur Perancangan dan Perencanaan Kota

• Pemilihan Tapak berdasarakan pengamatan Aspek Alami : Topografi, Geologi, Sumber Air,

Orientasi

• Hubungan Lahan dengan Bentuk/Struktur Kota dimana bentuk ditentukan oleh hubungan

Simbolik,

Estetik dan Fungsional antara Kota dan Lingkungan

• Berdasarkan Prinsip-prinsip Keseimbangan Yin dan Yang

B. Tipologi Arsitektur Cina

Dari perjalan sejarah yang panjang terhadap perkembangan arsitektur di Cina terdapat

beberapa tipologi arsitektur Cina seperti Istana, Kuil atau Kelenteng, Gerbang (Pai Lou),

Pagoda ( 5 – 7 tingkat), Tembok Raksasa sekitar 3000 kilometer, Kuburan yang memiliki

fungsi dan karakteristik sendiri. Pada dasarnya arsitektur Budha Cina terbagi atas arsitektur

pagoda, kuil budha, dan pahat dinding batu.

Dari bangunan arsitektur religius yang beragam dan dipengaruhi oleh Budha, Cina juga kaya

dengan arsitektur vernakular. Di wilayah bagian selatan, yang merupakan induk rumpun

Austronesia menjadi konsep awal dari aristektur Austronesia. Beberapa tipologi rumah

vernakular Cina yang ada di Cina dibagi atas beberapa tipe seperti :

• Rumah bata dengan ruang terbuka persegi di sebelah utara China (siheyuan) (I)

• Arsitektur subterranean di wilayah loess seperti Shanxi, Shaanxi dan provinsi Henan

(II) 8

• Arsitektur dengan konstruksi kayu dan bata di sebelah barat dan barat daya

China(III)

• Konstruksi kayu di sebelah timur china (IV)

• Arsitektur tanah liat dan kayu di Hakka (Fujian), Guangdong dan Jiangxi (V)

• Batu bata, kayu dan bangunan batu sepanjang selatan China (VI)

Tipikal rumah di China Bagian Utara ( Northern China)

• Tipe rumah yang memiliki halamn tengah atau dijenal dengan sebutan siheyuan (Courtyard

house)

• Adanya hutong (gang sempit sebagai frontage dari rumah )

• Gerbang yang berornamen menuju ke court yard yang disebut dengan chuihuamen

( hanging flower gate)

• Pada tipe dasar hanya terdapat satu ourt yard, sedangkan jumlah court yard bergantung pada

besar rumah.

Tipikal rumah dan desa di Loess Region

• Cave dwelling (troglodytic houses)

• Subterranean house (semi troglodytic house)

• Adanya kang (tempat tidur yang terbuat dari tanah liat)

• Desa gua

• Desa gua di Gansu yang menunjukkan masing-masing rumah memiliki courtyard

Rumah Gua (cave dwelling) memiliki konsep arsitektur sebagai berikut:

• Pintu masuk (Entriway) berbentuk vault

• Adanya courtyard

• Satu rumah biasanya terdiri atas dua atau tiga ruang

Tipe rumah Subterranean house (semitroglodytic houses)

• Frontage rumah berada pada sisi sebuah tebing

• Adanya close courtyard

• Entryway memiliki vault

• Keuntungannya, lebih banyak bukaan untuk sirkulasi udara dan angina dan lebih sedikit

resikonya terhadap gempa

Cina Bagian Timur (Eastern Cina)

Terbagi atas dua geografi :

• Dataran landai (Jiangsu dan sebelah utara Zhejiang) dan

• Berbukit (sebelah selatan Anhui dan Zhejiang)

• Sepanjang sungai Yangtze, sebagai area paling subur di china

• Courtyard brick gate

• Suzhou house (row houses)

12

Cina Bagian Barat dan Barat Daya

(Western and South-Western Cina)

• Brick house

• Bentuk atap berundak atau bertingkat-tingkat

• Small courtyard

Hakka Region

• Besar, berbentuk persegi dan lingkaran

• Terbuat dari bata (brick)

• Adanya enclose structure (weizi)

Dataran pantai sebelah selatan (The Southern Coast)

• Courtyard house

• Material bangunan granite block dan bata merah dan kayu

• Dekorasi biasanya pada bagian atap yang terbuat dari kayu Material Bangunan dan

Teknologi Pit dwelling

Rumah bawah tanah (yaodong):

• Tanah kuning =tanah liat =huangtu ( clay brick)

• Endapan lumpur sungai yang dikeringkan (mud brick)

• Tanah lempung ( pounded earth) Setelah tahun 1949 :

• Adobe brick = tanah liat dan jerami yang dipadatkan kemudian dibakar

• Granite block dan Bata merah

• Konstruksi atap : kayu dan genten Bentuk dan Ruang

• Modul atau standar dimensi ruang adalah jian

• Jian adalah ruang yang berada pada interval kolom yang memiliki ukuran tertentu (lebar

dan panjang) termasuk ukuran tingginya (volume ruang)

• Banyaknya jian mulai dari satu, tiga dan lima. Jumlah jian yang genap dihindarkan karena

mewakili bentuk asimetri dan bentuk yang tidak tentu.

P E R K E M B A N G A N A R S I T E K T U R J E P A N G

B. Konsep dan Filosofi Arsitektur Jepang

Arsitektur tradisional Jepang banyak dipengaruhi oleh China dan budaya Asia lainnya selama

berabad-abad. Arsitektur tradisional Jepang dan sejarahnya didominasi oleh teknik/gaya Cina

dan Asia (bahkan hadir di Kuil Ise, dianggap intisari arsitektur Jepang) dengan variasi gaya

asli Jepang pada tema-tema di sisi tertentu.

Disamping itu adanya penyesuaian dengan berbagai iklim di negara Jepang dan pengaruh

budaya dari luar, hasilnya sangat heterogen, namun beberapa fitur praktis yang umum tetap

dapat ditemukan. Pemilihan bahan utama untuk hampir semua struktur, selalu kayu dalam

berbagai bentuk (papan, jerami, kulit kayu, kertas, dll). Tidak seperti Barat dan beberapa

arsitektur Cina, penggunaan batu dihindari kecuali untuk keperluan tertentu saja, misalnya

Candi podia dan yayasan pagoda.

Struktur umum hampir selalu sama dengan atap besar dan melengkung, sementara dinding 

dengan rangka kayu yang dilapisi kertas tipis. Untuk desain interiornya, dinding-dindingnya

bersifat fleksibel, yang dapat digeser sesuai dengan keperluan.

Atap adalah komponen yang paling  mengesankan secara visual, ukurannya hampir setengah

ukuran seluruh bangunan. Atap sedikit melengkung memperpanjang jauh melampaui dinding,

meliputi beranda, dan berat bangunan harus didukung oleh sistem braket kompleks yang

disebut Tokyo, seperti pada bangunan candi dan kuil. Solusi sederhana diadopsi dalam

struktur domestik. Atap besar dengan lengkungan yang halus memberikan karakteristik yang

khas pada bangunan Jepang, yang memberikan kontribusi ke atmosfer bangunan. Interior

bangunan biasanya terdiri dari satu kamar di pusat disebut moya. Ukuran ruangan dapat

dimodifikasi melalui penggunaan layar atau dinding kertas yang dapat digeser. Penggunaan

kertas pada dinding-dinding ini rumah Jepang terkesan ringan.

Beranda muncul untuk menjadi bagian dari bangunan untuk orang luar, Oleh karena itu

struktur yang dibuat sampai batas bagian tertentu dari lingkungan mereka. Ini untuk

memudahkan Perawatan bangunan secara keseluruhan.

Tokugawa Ieyasu, dibangun tahun    1617

Keharmonian bangunan secara keseluruhan didapatkan dari penggunaan konstruksi yang

proporsional antara bagian bangunan yang berbeda.  Bahkan dalam kasus-kasus tertentu

seperti Nikko Tosho-gu, di mana setiap ruang yang tersedia dihiasi, ornamen cenderung

mengikuti, dan karena itu struktur dasar ditonjolkan, bukan disembunyikan.

Dalam arsitektur sakral dan profan, fitur ini membuatnya mudah mengkonversi pada sebuah

kuil atau sebaliknya. Hal ini terjadi misalnya pada Horyu-ji, di mana sebuah rumah

bangsawan itu berubah menjadi sebuah bangunan keagamaan .

Sifat dari Arsitektur Jepang:

Memiliki sifat ringan dan halus

Konstruksi kayu lebih menonjol dan diolah sangat halus dengan bentuk-bentuk

lengkung dan kesederhanaan.

Bentuk bangunan diatur dalam simetris yang seimbang.

Arsitektur tanaman, naturalis dan tidak dapat dipisahkan dengan design bangunan

(satu kesatuan)

Terlihat kesederhanaan bentuk dan garis.

Pada pengolahan taman lebih wajar, dan tidak banyak pengolahan tangan manusia

(lebih wajar)

Penghematan terhadap ruang lebih terlihat.

Sedikit penggunaan warna, kecendrungan ke arah warna politur dan lak.

Estetika tradisional Jepang 

kesederhanaan,

kepolosan,

kelurusan dan

ketenangan batin,

Apa yang umumnya diidentifikasi sebagai  estetika Jepang dari cita-cita Taoisme,

didatangkan dari Cina pada zaman kuno. Budaya Jepang sangat beragam, meskipun

demikian, dalam hal interior, estetika adalah salah satu kesederhanaan dan minimalis.

Gagasan khusus  keindahan ruang sejati adalah di ruang kosong di dalam atap dan dinding

berasal dari Laozi, seorang filsuf dan pendiri Taoisme, yang diadakan untuk “aesthetic ideal

of emptiness”, percaya bahwa suasana hati harus ditangkap dalam imajinasi, dan tidak begitu

banyak ditentukan oleh apa yang hadir secara fisik. Desain Jepang didasarkan kuat pada

keahlian, kecantikan, elaborasi, dan kelezatan. Desain interior sangat sederhana tapi dibuat

dengan perhatian terhadap detail dan kerumitan. Rasa kerumitan dan kesederhanaan dalam

desain Jepang masih dihargai di Jepang yang modern seperti Jepang tradisional.

Interior sangat sederhana, menyoroti minimal dekorasi dan alami. Interior tradisional Jepang

dan modern, menggabungkan terutama bahan alam termasuk kayu halus, bambu, sutra, tikar

jerami padi, dan layar kertas Shoji. Bahan-bahan alami yang digunakan untuk menjaga

kesederhanaan dalam ruang yang menghubungkan dengan alam. Skema warna alami yang

digunakan dan palet netral termasuk hitam, putih, off-white, abu-abu, dan coklat.

Ketidakkekalan adalah tema yang kuat di tempat tinggal tradisional Jepang. Ukuran kamar

dapat diubah oleh dinding geser interior atau layar, yang  disebut Shoji. Lemari dibangun

mulus ke dinding menyembunyikan futon, kasur ditarik keluar sebelum tidur, memungkinkan

lebih banyak ruang untuk menjadi tersedia sepanjang hari. Fleksibilitas dari tempat tinggal ini

menjadi lebih nyata dengan perubahan musim. Di musim panas, misalnya, dinding eksterior

dapat dibuka untuk melihat taman dengan dekorasi yang minim.

Estetika Jepang dikembangkan lebih lanjut dengan perayaan ketidaksempurnaan dan

kekurangan , sifat yang dihasilkan dari proses penuaan alami atau efek gelap. Shinto, tradisi

agama asli Jepang, memberikan dasar untuk apresiasi pada kualitas ini, berpegang pada

filsafat dari penghayatan hidup dan dunia. Sei Shonagon adalah seorang wanita dari

pengadilan trend-setting abad kesepuluh yang menulis di ‘The Pillow Book’ dari dirinya

tidak suka untuk “new cloth screen with colorful paintings and lots of cherry blossoms falling

apart”, bukannya memilih untuk melihat “that one’s elegant Chinese mirror has become

cloudy”. Rasa nya tidak keluar dari tempat di pengadilan Jepang kuno dan pada abad ke-12,

seorang pensiunan biksu, Yoshida Kenko, memberikan pengaruh pada kepekaan estetika

Jepang akibat filosofi hidupnya. Dia bertanya, ” Apakah kita untuk melihat bunga sakura

hanya mekar penuh, bulan hanya ketika itu adalah berawan ? … Cabang akan mekar atau

taman penuh dengan bunga memudar yang lebih layak kekaguman kami.” yang tidak lengkap

juga dipuji oleh Kenko , ” keseragaman dan kelengkapan yang tidak diinginkan “. Mendasari

atau memuji cita-cita estetika, adalah senilai kontras. Ketika ketidaksempurnaan atau miskin

dikontraskan dengan kesempurnaan atau kemewahan, setiap ditekankan dan sehingga lebih

dihargai.

Masa Prasejarah

Periode masa prasejarah (termasuk Jomon , Yayoi dan periode Kofun) sekitar 5000 SM

sampai awal abad ke delapan .

Tempat tinggal direkonstruksi di Yoshinogari

Selama tiga fase periode Jomon  terutama pemburu-pengumpul dengan beberapa

keterampilan pertanian primitif dan perilaku mereka terutama ditentukan oleh perubahan

kondisi iklim dan stimulan alami lainnya. Tempat tinggal awal yang terdiri dari rumah-rumah

pit dengan menggali lubang dangkal dengan lantai tanah dipadatkan dan atap dari rumput

dirancang untuk mengumpulkan air hujan dengan bantuan stoples. Kemudian dalam periode

ini, iklim yang lebih dingin dengan curah hujan yang lebih besar menyebabkan penurunan

populasi, yang

memberikan kontribusi untuk kepentingan ritual.

Konsentris lingkaran batu pertama kali muncul selama ini.

Selama periode Yayoi masyarakat Jepang mulai berinteraksi dengan Dinasti Han China,

pengetahuan dan keterampilan teknis tentang bangunan mulai mempengaruhi mereka.  Orang

Jepang mulai membangun gudang dengan bentuk panggung sebagai lumbung yang dibangun

menggunakan alat seperti gergaji dan pahat yang mulai muncul saat itu. Sebuah rekonstruksi

di Toro , Shizuoka adalah kotak kayu yang terbuat dari papan tebal bergabung di sudut-sudut

dalam gaya log kabin dan didukung pada delapan pilar. Atap jerami, tetapi, tidak seperti atap

biasanya berpinggul dari tempat tinggal pit, itu adalah berbentuk V atap pelana sederhana.

Gudang gandum direkonstruksi  

di Toro, Shizuoka

Periode Kofun ditandai munculnya banyak gundukan bilik pemakaman  atau tumuli (Kofun

harfiah berarti “gundukan lama”). gundukan sejenis di Semenanjung Korea diperkirakan

telah dipengaruhi oleh Jepang. Pada awal periode makam , yang dikenal sebagai ” lubang

kunci Kofun ” atau zenpo – koen Kofun, sering memanfaatkan topografi yang ada,

membentuk dan menambahkan parit untuk membentuk lubang kunci bentuk yang khas, yaitu

bahwa lingkaran saling berhubungan dengan segitiga. Akses adalah melalui poros vertikal

yang ditutup setelah pemakaman selesai. Ada ruang di dalam ruang untuk peti mati dan

barang kuburan. Gundukan sering dihiasi dengan batu nisan yang disebut Haniwa. Kemudian

dalam periode gundukan mulai berada di tanah datar dan skala mereka sangat meningkat . Di

antara banyak contoh di Nara dan Osaka, yang paling penting adalah Daisen-Kofun, ditunjuk

sebagai makam Kaisar Nintoku. Makam mencakup 32 hektar (79 hektar) dan diperkirakan

telah dihiasi dengan 20.000 angka Haniwa.

Menjelang akhir periode Kofun, makam penguburan berangsur-angsur menghilang dan

upacara kremasi Buddha mendapatkan popularitas.

Periode arsitektur Asuka dan Nara (550-794 M)

Penyumbang paling signifikan untuk perubahan arsitektur selama periode Asuka adalah

pengenalan Buddhisme. Candi menjadi pusat ibadah dengan praktek penguburan makam

perlahan menjadi dilarang. Buddhisme dibawa ke Jepang dan mereka bersembahyang di

bangunan kuil yang permanen dan memberikan kepada arsitektur Shinto.

Beberapa bangunan pertama yang didirikan masih ada di Jepang sampai saat ini adalah kuil

Buddha. Bangunan kayu tertua di dunia ditemukan di Horyu-ji, ke barat daya dari Nara.

Pertama dibangun pada awal abad ke-7 sebagai candi pribadi Putra Mahkota Shotoku, terdiri

dari 41 bangunan terpisah, yang paling penting, ruang ibadah utama atau Kon-DO (Golden

Hall), dan pagoda lima lantai), berdiri di tengah area terbuka yang dikelilingi oleh biara

beratap (Kairo). Kon-DO, dalam gaya ruang ibadah Cina, adalah struktur bertingkat dua     

konstruksi pasca  dan beam, dibatasi oleh irimoya atau berpinggul runcing, atap genteng

tanah.

Pagoda at Yakushi-ji,

Nara, Nara

pada abad ke-8

Kon-DO dan pagoda di Hōryū-ji,

Ikaruga, Nara

Dibangun pada abad ke-7

Hokkedō di Todai-ji,

Nara, Nara

Didirikan pada tahun 743

Kuil Emas di Tōshōdai-ji, Nara, NaraAwalnya

Dibangun pada abad ke-8

Heijo-kyo,  Nara modern, didirikan pada tahun 708 sebagai ibukota tetap pertama negara

Jepang. Tata letak jalan dan bangunan dimodelkan setelah ibukota Cina Chang’an. Kota ini

segera menjadi pusat penting ibadah Buddha di Jepang. Yang paling megah dari candi ini

adalah Todaiji, dibangun untuk kuil saingan dari T’ang Cina dan Sui Dinasti. Tepat, 16,2m

(53 ft) Buddha atau Daibutsu (selesai pada 752) diabadikan di aula utama adalah Buddha

Rushana, sosok yang mewakili esensi dari Buddha, seperti Todai-ji mewakili pusat agama

Buddha imperially disponsori dan penyebaran di seluruh Jepang.  Hanya beberapa fragmen

patung asli yang bertahan, dan balai  pusat Buddha  sekarang adalah rekonstruksi dari periode

Edo. Berkerumun di sekitar ruang utama ( Daibutsuden ) di atas bukit landai sejumlah ruang

sekunder: Hokke-DO (Saddharma Pundarika Sutra Hall), yang Kofuku  dan gudang, yang

disebut Shoso-in. Struktur terakhir adalah sangat penting sebagai cache seni-sejarah, karena

di dalamnya disimpan peralatan yang digunakan dalam upacara peresmian candi tahun 752,

serta dokumen-dokumen pemerintah dan benda sekuler banyak dimiliki oleh keluarga

Kekaisaran.

Periode Heian (794-1185 M)

Meskipun jaringan kuil Buddha di seluruh negeri sebagai katalis untuk eksplorasi arsitektur

dan budaya, hal ini juga menyebabkan ulama memperoleh peningkatan kekuasaan dan

pengaruh. Kaisar Kammu memutuskan untuk luput dari pengaruh ini dengan memindahkan

ibukotanya pertama yang Nagaoka-kyo dan kemudian ke Heian-kyo, yang dikenal hari ini

sebagai Kyoto. Meskipun tata letak kota itu mirip dengan Nara dan terinspirasi oleh preseden

Cina,istana, kuil dan tempat tinggal mulai menunjukkan contoh desain lokal Jepang.

Bahan seperti batu, semen dan tanah liat yang ditinggalkan sebagai elemen bangunan,

dinding/lantai kayu sederhana dan partisi lazim digunakan. Bahan kayu yang digunakan

umumnya pohon aras (sugi) digunakan untuk gudang gandung, sedangkan pinus (matsu) dan

larch (alias matsu) yang umum untuk keperluan struktural.Atap genteng tanah dan jenis

cemara disebut hinoki digunakan untuk atap.

Meningkatnya ukuran bangunan di ibukota menyebabkan arsitektur bergantung pada kolom

yang teratur dengan jarak yang sesuai dengan ken (tradisional ukuran dan proporsi). Imperial

Palace Shishinden menunjukkan gaya itu adalah pendahulu untuk kemudian aristokrat-gaya

bangunan yang dikenal sebagai shinden-zukuri. Gaya ini ditandai dengan bangunan simetris

ditempatkan sebagai lengan yang mendefinisikan sebuah taman. Taman ini kemudian

digunakan untuk melihat pemandangan yang tampaknya menyatu dengan lanskap yang lebih

luas.

Contoh dari arsitektur shinden-zukuri  adalah ho-o-DO (Phoenix Hall, selesai 1053) dari

Byodo-in, sebuah kuil di Uji ke tenggara Kyoto. Ini terdiri dari sebuah struktur persegi

panjang utama diapit oleh dua koridor sayap berbentuk L dan koridor belakang, ditetapkan

pada tepi kolam buatan yang besar. Di dalam, gambar emas tunggal Amida (sekitar 1053 )

diletakkan pada tempat yang tinggi. Raigo ( Descent Sang Buddha Amida ) lukisan di pintu

kayu dari Ho-o-DO sering dianggap sebagai contoh awal dari Yamato-e, lukisan gaya Jepang,

karena mengandung representasi pemandangan sekitar Kyoto.

Phoenix Hall at Byodo-in, Uji, Kyoto

Dibangun pada 1053

Pagoda Ichijō-ji, Kasai, Hyogo

Dibangun tahun 1171

Nageire-DO Sanbutsu-ji,

Kepala Kukai (paling dikenal oleh anumerta judul Kobo Daishi, 774-835) berangkat ke Cina

untuk mempelajari Shingon, bentuk Buddhisme Vajrayana, yang diperkenalkan ke Jepang

pada 806. Pada inti dari ibadah Shingon adalah berbagai mandala, diagram dari alam semesta

spiritual yang mempengaruhi desain candi. Kuil-kuil didirikan untuk sekte baru dibangun di

pegunungan, jauh dari pemukiman penduduk. Topografi tidak teratur dari lingkungan ini

memaksa desainer mereka untuk memikirkan kembali masalah bangunan candi, dan dengan

demikian memilih unsur desain asli.

Pada saat ini gaya arsitektur kuil Buddha mulai mempengaruhi bahwa kuil Shinto. Misalnya,

seperti rekan-rekan mereka Buddha kuil Shinto mulai melukis kayu biasanya belum selesai

dengan karakteristik warna merah cinnabar.

Selama bagian akhir dari Periode Heian ada yang didokumentasikan penampilan pertama dari

rumah vernakular di Minka gaya/bentuk. Ini ditandai dengan penggunaan bahan-bahan lokal

dan tenaga kerja, yang terutama terbuat dari kayu, setelah dikemas lantai tanah dan atap

jerami.

gaya Khas Minka Gassho-zukuri pertanian

Periode Edo (1573-1868 M)

Keshogunan Tokugawa mengambil kota Edo (kemudian menjadi bagian dari  Tokyo modern)

sebagai modal mereka. Kota tumbuh di sekitar bangunan benteng yang dihubungkan oleh

jaringan jalan dan kanal. Karena pertambahan jumlah anggota keluarga, kemudian mereka

membangunan rumah bertingkat.

Meskipun machiya (townhouse) sudah ada sejak periode Heian mereka mulai disempurnakan

selama periode Edo. Machiya biasanya ditempati di dalam, plot sempit berbatasan denga

jalan (lebar plot itu biasanya menunjukkan kekayaan pemilik), seringkali dilengkapi toko di

lantai dasar. Genteng tanah yang digunakan pada atap dalam upaya untuk melindungi

bangunan terhadap kebakaran. Ruang Pameran yang dibangun menunjukkan kekayaan dan

kekuasaan kaum feodal, seperti Kamiyashiki dari Matsudaira Tadamasa atau Shimoyashiki

ozon.

Di dalam Shokintei di Katsura Imperial Villa, Kyoto

Dibangun pada abad ke-17

Edo menderita parah dari kebakaran yang menghancurkan dan 1657 Kebakaran Besar

Meireki adalah titik balik dalam desain perkotaan. Awalnya, sebagai metode untuk

mengurangi penyebaran api, pemerintah membangun tanggul batu dalam setidaknya dua

lokasi di sepanjang sungai-sungai di kota. Seiring waktu tersebut dirobohkan dan diganti

dengan gudang Dozo yang digunakan baik sebagai penahan api dan untuk menyimpan

barang-barang dibongkar dari kanal. Dozo dibangun dengan bingkai yang terbuat dari

struktural kayu  dilapisi dengan sejumlah lapisan tanah plester di dinding, pintu dan atap. Di

atas atap tanah adalah kerangka kayu yang mendukung atap genting. Meskipun Jepang yang

pernah belajar dengan Belanda di pemukiman mereka dibangunan Dejima  menganjurkan

dengan batu dan bata ini tidak dilakukan karena kerentanan mereka terhadap gempa bumi.

Machiya gudang dari bagian akhir dari periode yang ditandai dengan memiliki warna hitam

untuk dinding luar yang diplester. Warna ini dibuat dari tinta India ,kapur dan hancuran

cangkang tiram kemudian dibakar.

Hondo dari Kiyomizu-dera, Kyoto, Dibangun pada tahun 1633

Garis yang bersih dari arsitektur sipil di Edo dipengaruhi gaya Sukiya arsitektur hunian.

Katsura terpisah dari istana dan  Villa Shugaku-in Imperial di pinggiran Kyoto adalah contoh

yang baik dari gaya ini. Arsitektur mereka memiliki garis sederhana dan dekorasi dan

menggunakan kayu pada keadaan aslinya.

Akhir dari periode Sankin Kotai, hukum membutuhkan daimyos untuk mempertahankan

tempat tinggal di ibukota dicabut yang mengakibatkan penurunan populasi di Edo dan

pengurangan sepadan dalam pendapatan bagi shogun.

Periode Showa Akhir

Setelah perang dan di bawah pengaruh Panglima Tertinggi Sekutu, Jenderal Douglas

MacArthur, kehidupan politik dan agama Jepang direformasi untuk menghasilkan sebuah

negara demiliterisasi dan demokratis. Meskipun konstitusi baru didirikan pada tahun 1947,

hal itu tidak sampai awal Perang Korea bahwa Jepang (sebagai sekutu Amerika Serikat)

melihat pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh pembuatan barang-barang industri.

Pada tahun 1946 yang Pracetak perumahan Asosiasi dibentuk untuk mencoba dan mengatasi

kekurangan perumahan, dan arsitek seperti Kunio Maekawa menyampaikan desainnya.

Namun, itu tidak sampai lewat UU Perumahan Rakyat pada tahun 1951 bahwa perumahan

yang dibangun oleh sektor swasta didukung dalam hukum oleh pemerintah.Juga pada tahun

1946, Dewan Rehabilitasi Kerusakan Perang mengedepankan ide-ide untuk rekonstruksi tiga

belas kota di Jepang. Arsitek KENZO Tange mengajukan proposal untuk Hiroshima dan

Maebashi.

Pada tahun 1949, Tange menang kompetisi untuk merancang Hiroshima Peace Memorial

Museum memberinya pengakuan internasional. Proyek (selesai pada 1955) menyebabkan

serangkaian komisi termasuk Kagawa Prefectural Office Building di Takamatsu (1958) dan

Balai Kota Kurashiki Lama (1960). Pada saat ini kedua Tange dan Maekawa yang tertarik

dalam tradisi arsitektur Jepang dan pengaruh karakter lokal. Ini diilustrasikan di Kagawa

dengan elemen desain periode Heian menyatu dengan International Style.

Museum Peringatan Perdamaian Hiroshima, dibangun pada tahun 1955

Pada tahun 1955, Le Corbusier diminta oleh pemerintah Jepang untuk merancang Museum

Nasional Seni Barat di Tokyo. Ia dibantu oleh tiga mantan siswa : Maekawa, Sakakura dan

Takamasa Yoshizaka. Desain didasarkan pada museum Le Corbusier di Ahmedabab, dan

kedua museum persegi dan dibesarkan di piloti.

Karena sebagian besar pengaruh Tange, Desain Konferensi Dunia 1960 diadakan di Tokyo.

Sekelompok kecil desainer Jepang yang datang untuk mewakili Gerakan Metabolist disajikan

manifesto mereka dan serangkaian proyek. Kelompok ini termasuk arsitek Kiyonori

Kikutake, Masato Otaka, Kisho Kurokawa dan Fumihiko Maki. Awalnya dikenal sebagai

Sekolah Ash Burnt, yang Metabolists terkait diri dengan gagasan pembaruan dan regenerasi,

menolak representasi visual masa lalu dan mempromosikan ide bahwa individu, rumah dan

kota adalah semua bagian dari organisme tunggal. Meskipun masing-masing anggota

kelompok tidak sependapat, setelah beberapa tahun sifat abadi dari publikasi mereka berarti

bahwa mereka memiliki kehadiran lama di luar negeri. Simbol internasional Metabolists,

kapsul, muncul sebagai sebuah ide pada akhir tahun 1960 dan telah didemonstrasikan di

Kurokawa yang Nakagin Capsule Tower in Tokyo pada tahun 1972.]

Yoyogi National Gymnasium, built for the 1964 Summer Olympics

Pada tahun 1960 Jepang melihat kedua kenaikan dan perluasan perusahaan konstruksi besar,

termasuk Shimizu Corporation dan Kajima. Nikken Sekkei muncul sebagai perusahaan yang

komprehensif yang sering mencakup unsur-unsur desain Metabolist dalam bangunan.

Olimpiade Musim Panas 1964 di Tokyo melihat dorongan besar untuk desain baru. Venues

dibangun dan Yoyogi National Gymnasium, dibangun antara 1961 dan 1964 oleh Kenzo

Tange, menjadi struktur tengara terkenal dengan desain atap suspensi, mengingat unsur

tradisional kuil Shinto. Struktur lainnya termasuk Nippon Budokan, yang Komazawa

Gymnasium dan banyak lainnya. Olimpiade melambangkan munculnya kembali Jepang

setelah kehancuran Perang Dunia II, yang mencerminkan keyakinan baru dalam arsitektur.

Selama tahun 1960 ada juga arsitek yang tidak melihat dunia arsitektur dalam hal

metabolisme. Misalnya Kazuo Shinohara khusus dalam proyek perumahan kecil di mana ia

menjelajahi arsitektur tradisional dengan unsur-unsur sederhana dalam hal ruang, abstraksi

dan simbolisme. Dalam Umbrella Rumah (1961) ia menjelajahi hubungan spasial antara

doma (bumi-beraspal lantai internal) dan lantai tatami dibesarkan di ruang tamu dan ruang

tidur. Hubungan ini dieksplorasi lebih lanjut dengan DPR dengan lantai Farthen (1963) di

mana lantai tanah dipadatkan-down termasuk dalam area dapur. Ia menggunakan atap untuk

jangkar desain untuk Gedung Putih di (1966) telah dibandingkan dengan Prairie Houses

Frank Lloyd Wright. Shinohara dieksplorasi abstraksi ini sebagai “Three Styles”, periode ini

dimulai awal tahun enam puluhan untuk tujuh puluhan pertengahan.

Seorang mantan karyawan Kenzo Tange adalah Arata Isozaki yang awalnya tertarik pada

Gerakan Metabolist dan menghasilkan proyek teoritis inovatif untuk City di Air (1961) dan

Future City (1962). Namun ia segera pindah dari ini menuju pendekatan Mannerisme lebih

mirip dengan karya James Stirling. Ini sangat mencolok di Cabang Oita Fukuoka Mutual

(1967) dengan grid matematika, konstruksi beton dan jasa terkena. Di Prefektur Gunma

Museum (1971-1974) ia bereksperimen dengan elemen kubus (beberapa dari mereka dua

belas meter ke samping ) dilapis oleh jaringan sekunder diungkapkan oleh panel dinding

eksternal dan fenestration. Ini irama panel mungkin telah dipengaruhi oleh detail Corbusier di

Museum Seni Barat di Tokyo.

Kota di Jepang di mana mereka kekurangan Eropa seperti piazzas dan kotak sering

menekankan hubungan antara orang dengan cara kerja sehari-hari. Fumihiko Maki adalah

salah satu dari sejumlah arsitek yang tertarik pada hubungan arsitektur dan kota dan ini dapat

dilihat dalam karya-karya seperti Osaka Prefectural Sports Centre (1972) dan Spiral di Tokyo

(1985). Demikian juga, Takefuma Aida (anggota kelompok yang dikenal sebagai ArchiteXt)

menolak gagasan Gerakan Metabolist dan dieksplorasi semiologi perkotaan.

Pada akhir tahun tujuh puluhan dan awal tahun delapan puluhan arsitektur Tadao Ando dan

tulisan teoritis menjelajahi gagasan regionalisme Kritis gagasan untuk mempromosikan

budaya lokal atau nasional dalam arsitektur. Interpretasi Ando ini ditunjukkan oleh idenya

reacquainting rumah Jepang dengan alam, hubungan dia pikir telah hilang dengan arsitektur

modern. Proyek pertamanya adalah untuk rumah perkotaan kecil dengan halaman tertutup

(seperti Azuma rumah di Osaka pada tahun 1976). Arsitektur nya ditandai dengan

penggunaan beton, tetapi telah penting baginya untuk menggunakan interaksi cahaya, melalui

waktu, dengan ini dan lahan lainnya dalam karyanya. Ide-idenya tentang integrasi alam

dikonversi dengan baik menjadi lebih besar. proyek-proyek seperti Rokko Housing 1 (1983)

dan Gereja di Air ( 1988) di Tomamu, Hokkaido.

Akhir tahun delapan puluhan melihat karya pertama oleh arsitek dari apa yang disebut

sekolah “Shinohara”. Ini termasuk Toyo Ito dan Itsuko Hasegawa yang keduanya tertarik

pada kehidupan perkotaan dan kota kontemporer. Ito berkonsentrasi pada dinamika dan

mobilitas kota “urban nomaden” dengan proyek-proyek seperti Menara Angin (1986) yang

unsur-unsur alam terpadu seperti cahaya dan angin dengan orang-orang teknologi. Hasegawa

berkonsentrasi pada apa yang dia disebut “architecture as the other nature”. Pusat

Kebudayaan Shonandai nya di Fujisawa (1991) dikombinasikan lingkungan alam dengan

material berteknologi modern.

Arsitek yang sangat individualis akhir tahun delapan puluhan termasuk bangunan

monumental Shin Takamatsu dan “cosmic” karya Masaharu Takasaki  Takasaki, yang

bekerja dengan arsitek Austria Gunther Domenig pada tahun 1970. Saham arsitektur organik

Domenig itu Nol Kosmologi House of 1991 di Prefektur Kagoshima dibangun dari beton

memiliki kontemplatif berbentuk telur “space zero” di pusatnya.

Periode Heisei Awal

Periode Heisei dimulai dengan runtuhnya yang disebut “bubble economy” yang sebelumnya

telah mendorong ekonomi Jepang.

Membangun elemen dari Shonandai Culture Centre, Itsuko Hasegawa melakukan sejumlah

budaya dan pusat komunitas di seluruh Jepang. Ini termasuk Cultural Centre Sumida (1995)

dan Pusat Komunitas Fukuroi (2001) di mana ia melibatkan masyarakat dalam proses desain

sementara menjelajahi ide-ide sendiri tentang penyaringan cahaya melalui dinding eksternal

ke dalam. Dalam karyanya 1995 menang kompetisi untuk Sendai Mediatheque, TOYO Ito

melanjutkan pemikiran sebelumnya tentang dinamika fluida di dalam kota modern dengan

“seaweed-like” kolom yang mendukung cerita bangunan tujuh dibungkus kaca. Karyanya

kemudian pada periode tersebut, misalnya, perpustakaan untuk Tama Art University di

Tokyo pada tahun 2007 menunjukkan bentuk yang lebih ekspresif, daripada estetika rekayasa

karya sebelumnya.

Meskipun Tadao Ando menjadi terkenal karena dia menggunakan beton, ia mulai merancang

paviliun Jepang di Seville Exposition tahun 1992, dengan bangunan yang dielu-elukan

sebagai “The world’s largest wooden structure” . Ia melanjutkan dengan media ini dalam

proyek-proyek untuk Museum Kayu Kebudayaan, Kami, Prefektur Hyogo (1994) dan Kuil

Komyo-ji di Saijo (2001).

Museum for Wood Culture, Kami, Hyogo Prefecture

Built in 1994

Klein Dytham Arsitektur adalah salah satu dari segelintir arsitek asing yang telah berhasil

memperoleh pijakan yang kuat di Jepang. Desain mereka untuk Moku Moku Yu ( harfiah ”

uap kayu kayu “), sebuah pemandian komunal di Kobuchizawa, Yamanashi Prefecture pada

tahun 2004 adalah serangkaian  kolam saling melingkar dan ruang ganti,  beratap datar dan

dinding dari kayu vertikal berwarna.

Setelah gempa bumi Kobe 1995, Shigeru Ban mengembangkan tabung karton yang dapat

digunakan untuk dengan cepat membangun tempat penampungan pengungsi yang dijuluki

“Paper house”. Juga sebagai bagian dari upaya bantuan yang dirancangnya gereja

menggunakan 58 tabung karton yang 5m tinggi dan memiliki atap tarik yang terbuka seperti

payung. Gereja ini didirikan oleh relawan Katolik Roma dalam lima minggu. Untuk Museum

Nomadic, Ban dinding yang digunakan terbuat dari kontainer pengiriman, ditumpuk empat

tinggi dan bergabung di sudut-sudut dengan twist konektor yang menghasilkan efek kotak-

kotak padat dan tidak berlaku. Ruang tambahan dibuat dengan tabung kertas dan panel sarang

lebah. Museum ini adalah desain untuk dibongkar dan kemudian pindah dari New York, ke

Santa Monica, Tokyo dan Meksiko.

Studi Sejarawan dan arsitek Terunobu Fujimori pada tahun 1980 menjadi apa yang disebut

arsitektur antik ditemukan di kota terinspirasi karya generasi muda arsitek seperti pendiri

Atelier Bow – Wow . Yoshiharu Tsukamoto dan Momoyo Kajima disurvei kota untuk

arsitektur “tidak – baik” untuk buku mereka Made in Tokyo pada tahun 2001 .

Arsitektur Sou Fujimoto bergantung pada manipulasi blok bangunan dasar untuk

menghasilkan primitivisme geometris. Bangunannya sangat sensitif terhadap bentuk

topografi dari konteksnya dan termasuk serangkaian rumah serta rumah anak-anak di

Hokkaido.

Sendai Mediatheque, Sendai, 2001

Dua mantan karyawan Toyo Ito, Kazuyo Sejima dan Ryue Nishizawa membentuk kemitraan

kolaboratif pada tahun 1995 disebut SANAA. Mereka dikenal untuk membuat ringan, ruang

transparan yang mengekspos fluiditas dan pergerakan penghuninya. Toko Dior mereka di

Shibuya, Tokyo, pada tahun 2001 itu mengingatkan Mediatheque Ito, dengan dingin putih

lembar akrilik pada fasad eksternal bahwa filter cahaya dan sebagian mengungkapkan isi

toko.Fluiditas dinamisditunjukkan oleh Rolex Learning Centre di École Polytechnique

Fédérale de Lausanne, selesai pada tahun 2010. Bangunan ini memiliki lantai pesawat

bergelombang diatur di bawah atap shell beton berkelanjutan yang dituangkan dalam satu

pergi selama dua hari. Rencananya seperti sel biologis diselingi dengan meja dan halaman

yang sama. Pada tahun 2009 mereka merancang Serpentine Gallery di London Pavilion yang

terdiri reflektif, atap aluminium mengambang didukung oleh kolom ramping.

Pengaruh Barat

Setelah Restorasi Meiji tahun 1868, hubungan Jepang dengan kekuatan Eropa-Amerika

menjadi lebih menonjol dan terlibat. Hubungan ini turut mempengaruhi desain interior Barat

ke dalam desain interior Jepang. sedangkan gaya vernakular lebih terkait dengan tradisi dan

masa lalu,  interior khas Jepang bisa ditemukan di rumah-rumah Jepang dan rumah barat di

akhir abad-19 dan awal abad-20 yang sangat berbeda dan hampir menentang dengan sistem

furnitur, fleksibilitas ruangan.

Banyak ruang publik mulai menggabungkan kursi dan meja pada akhir abad kesembilan

belas, department store mengadopsi menampilkan gaya barat, sebuah “urban visual dan

konsumen budaya” baru muncul. Dalam wilayah domestik, cara dan pakaian penduduk,

ditentukan oleh gaya interior Jepang atau Barat. Salah satu contoh adalah Homei – Den dari

Meiji era Istana Kekaisaran Tokyo, yang menyatukan gaya Jepang seperti langit-langit

coffered dengan lantai parket barat dan chandelier.

Ada dorongan oleh birokrat Jepang untuk mengembangkan budaya yang lebih “modern”

(Barat).  Modernisasi rumah dianggap cara terbaik untuk mengubah kehidupan sehari-hari di

masyarakat.  Sebagian dari alasan untuk modernisasi adalah keinginan untuk “menyajikan

sebuah beradab” wajah ke seluruh dunia, sehingga membantu untuk mengamankan posisi

Jepang sebagai sebuah bangsa modern dalam tatanan dunia”. Bahkan dengan dorongan

pemerintah untuk mengubah rumah, mayoritas orang-orang Jepang masih tinggal di tempat

tinggal tradisional yang baik ke tahun 1920-an. Sebagian karena situasi ekonomi di awal

1910-an gaya barat tidak terjangkau oleh sebagian masyarakat waktu itu. Hal ini juga sulit

untuk memasukkan perabotan ke tempat tinggal tradisional, karena ukurannya yang kecil dan

dimaksudkan penggunaan fleksibel ruang, fleksibilitas yang dibuat sulit untuk

mempertahankan ketika furnitur besar terlibat, itu tidak praktis, tapi secara estetis selaras

juga.

Beberapa pengaruh paling awal di barat datang dalam bentuk seni Jepang , yang

mendapatkan popularitas di Eropa khususnya, pada akhir abad kesembilan belas. Sebelum

abad kedua puluh, sangat sedikit pengetahuan barat tentang bangunan Jepang diperoleh di

Jepang. Sebaliknya itu diperoleh melalui pameran Jepang, seperti pada Pameran Centennial

Internasional di Philadelphia, tahun 1876 . Pengaruh awal pameran tersebut lebih dalam

penciptaan antusiasme untuk hal-hal yang lebih otentik.

Meskipun Selama abad ke-20, sejumlah arsitek terkenal mengunjungi Jepang termasuk Frank

Lloyd Wright, Ralph Adams Cram, Richard Neutra dan Antonin Raymond, mereka

memainkan peranan penting dalam membawa pengaruh Jepang modernisme Barat. Pengaruh

dari Timur Jauh bukan hal baru di Amerika saat ini. Selama abad ke-18 dan sebagian besar

dari abad-19, rasa untuk seni dan arsitektur Cina sering menghasilkan “menyalin begitu saja”

pengaruh Jepang. Berbeda, namun Modernis konteks, dan waktu yang mengarah ke sana,

berarti bahwa arsitek lebih peduli dengan  “masalah bangunan, daripada dalam seni

menghiasi”. Kesederhanaan tempat tinggal Jepang sangat kontras dengan dekorasi berlebihan

gaya barat Barat. Pengaruh desain Jepang di barat tidak disalin begitu saja, melainkan, “barat

menemukan kualitas ruang dalam arsitektur tradisional Jepang melalui filter nilai-nilai

arsitektur barat”. Budaya yang menciptakan arsitektur tradisional Jepang begitu jauh dari

nilai-nilai filsafat Barat yang tidak dapat langsung diterapkan dalam konteks desainnya.

P E R K E M B A N G A N A R S I T E K T U R I N D I A

B. Konsep dan Filosofi Arsitektur India

Arsitektur India memiliki keberagaman dalam sejarah, budaya dan geografi. Hal ini

menyebabkan sulitnya mengidentifikasi karakterisktik bentuk arsitektur India yang dapat

mewakili keseluruhannya. Arsitektur India merupakan hasil paduan berbagai tradisi baik

internal maupun eksternal yang datang dari Eropa, Asia Tengah dan Timur. Sejarah arsitektur

India dimulai dari masa peradaban lembah Indus ( Indus Valley Civilization), masa Vedik1,

hingga masa Maurya-Gupta atau dikenal dengan era perkembangan Budha melalui arsitektur

biara (monastery) dan batu/dinding pahat ( rock cut), kemudian diikuti dengan kemegahan

bangunan kuil pada masa pertengahan. Sementara, penguasa Turki dan Afghanistan di Utara

pada masa pertengahan telah membawa India kepada tradisi arsitektur kubah ( dome dan

vault). Munculnya arsitektur Mughal pada abad ke-16 menggambarkan penggabungan antara

elemen arsitektur regional India dengan elemen arsitektur Persia dan Asia Barat. Pengaruh

Barat terutama Eropa tak terelakkan pada masa kolonisasi Eropa di India termasuk gaya

Manneris, Barok, Neo-klasik, dan Neogotik mulai dari abad ke-16 hingga akhir abad ke-19,

yang kemudian dikenal dengan gaya Indo Saracenic. Arsitektur India telah membawa

pengaruh yang besar terutama ke Asia Timur sejak kelahiran dan penyebaran agama Budha.

Sejumlah elemen arsitektur India seperti stupa, sikhara, pagoda (meru), torana (gerbang)

telah menjadi simbol terkenal arsitektur Hindu dan Budha yang berkembang dan digunakan

di Asia Timur dan Asia Tenggara seperti yang terdapat pada bangunan candi Angkor Wat di

Kamboja dan Prambanan di Indonesia. Peradaban Lembah Indus, terdiri dari permukiman

perkotaan kuna termasuk kota metropolitan; Mahenjo Daro dan Harappa dengan berbagai

macam karakteristik rumah, tempat pemandian yang dihubungkan dengan sistem drainase

umum yang baik pada masa itu. Struktur kota berbentuk grid diikuti jalur drainase di

sepanjang jalan umum dikelilingi oleh benteng. Tipe bangunan penting lainnya adalah

lumbung, tempat berdagang, pemandian umum yang diyakini sebagai tempat pemujaan untuk

kesuburan. Keseragaman tatanan kota, tipologi bangunan, dan ukurannya yang terbuat dari

batu bata bakar menunjukkan koordinasi yang baik antara sosial dan politik pada saat itu