mencermati kerjasama ekonomi asia timur

46
MENCERMATI PENJAJAKAN KERJASAMA EKONOMI PERDAGANGAN KAWASAN ASIA TIMUR Oleh : Bermand Hutagalung Lembaga Studi Fenomena Globalisasi

Upload: bermand-hutagalung

Post on 10-May-2015

7.650 views

Category:

Business


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

MENCERMATI PENJAJAKAN KERJASAMA EKONOMI

PERDAGANGAN KAWASAN ASIA TIMUR

Oleh : Bermand Hutagalung

Lembaga Studi Fenomena Globalisasi

Page 2: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

2

Bab. 1 Pendahuluan

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur terus menyedot perhatian

dunia. Negara anggota senior ASEAN umumnya sudah menunjukkan tanda-

tanda ke arah pemulihan ekonomi, dari dampak krisis moneter yang melanda

Asia pada 1998. Selain itu, kebangkitan kembali empat Macan Asia diperkirakan

akan menandai kebangkitan kembali ekonomi Asia Timur yang pada 1990an

kepesatan kemajuan ekonominya sangat memukau dunia. Terlebih lagi di Asia

Timur kini sudah terdapat dua motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi

kawasan yang sedang terus bertumbuh dinamis ini, yakni China dan Jepang.

Indonesia tentunya harus dapat memanfaatkan peluang dari pertumbuhan

ekonomi di Asia Timur ini secara optimal.

Kalangan pengamat ekonomi bisnis internasional berpendapat abad 21

adalah abad Asia. Pusat pertumbuhannya berada di Asia Timur. Berbicara

tentang kemajuan ekonomi Asia berarti berbicara tentang Asia Timur, yang tak

lain adalah ASEAN Plus Tiga (Plus Korea, Jepang dan China). Selain itu Asia

Timur juga masih menyimpan dua potensi ekonomi yang terus bertumbuh

dinamis yakni Hngkong dan Taiwan. Maka, tak heran jika para petinggi

negara-negara ASEAN sepakat untuk mengembangkan kerjasama ekonomi

regional yang lebih luas di kawasan Asia Timur , dalam konteks ASEAN Plus

Tiga ini. Tampaknya memang ada harapan dibalik kecemerlangan pertumbuhan

ekonomi Asia Timur yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan lebih jauh

pertumbuhan ekonomi negara ASEAN, lewat pembentukan kerjasama

perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) dengan ke tiga negara di

kawasan Asia Timur tersebut.

Page 3: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

3

Asia Timur di millennium baru ini senyatanya memang telah menjadi

pusat perhatian dunia, karena telah menjadi kawasan yang paling pesat

pertumbuhan ekonominya dalam masa peralihan abad baru ini. Pertumbuhan

ekonominya terhitung sejak 1998 hingga 2004 menurut perkiraan berbagai

lembaga ekonomi dunia mencapai 5 % per tahun. Jauh diatas negara maju

seperti Amerika Serikat, yang dalam periode yang sama rata-rata hanya

bertumbuh 3,3 %, Jepang rata-rata 1 % dan negara-negara Eropa sekitar 2,1 %.

Dua negara Asia Timur yang sedang naik daun, China dan Vietnam

berhasil tampil menjadi primadona pertumbuhan ekonomi Asia dan menjadi

sorotan para analis di manca negara karena paling berhasil menyedot masuknya

investasi asing. Pertumbuhan perdagangan dan jumlah cadangan devisa negar-

negara dagang utama Asia Timur pun sudah meningkat demikian besarnya. Kita

tidak boleh kehilangan peluang dan momentum yang baik ini, dengan

memanfaatkan secara optimal segi positif dari pertumbuhan ekonomi

perdagangan Asia Timur yang sangat sepektakuler ini.

Mari kita simak data dan informasi lainnya. Hasil survey yang dilakukan

oleh Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia Pasifik (UN-ESCAP) di 20 negara

Asia yang diobservasi mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Asia tahun 2003

mampu mencapai 6 %. Capaian angka pertumbuhan ini, jauh diatas negara maju

seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Untuk tahun 2004

pertumbuhan ekonomi Asia diperkirakan sedikit meningkat menjadi 6,2 %.

Khusus untuk ASEAN, pertemuan tahunan para Menteri Keuangan ASEAN

menegaskan pertumbuhan ekonomi ASEAN pada 2004 mencapai 5,9 % atau naik

0,9 % dibanding capaian tahun 2003 yang pertumbuhannya tercatat sebesar 5 %.

Ini berarti pertumbuhan ekonomi ASEAN tidak jauh berbeda dengan rata-rata

pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur yang terus berkembang dinamis.

Page 4: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

4

Pertumbuhan Perdagangan

Di millenium baru ini, belahan bumi Asia Timur telah bertumbuh luar

biasa dari segi ekonominya. China ternyata merupakan motor terbesar dalam

pertumbuhan ekonomi di kawasan ini yang didorong oleh kemampuan

perdagangan internasionalnya. Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia

(World Trade Organization/WTO), Supachai Panitchpakdi dalam laporan WTO

yang berjudul “World trade 2003, Prospect for 2004: Stronger Than Expected

Growth Spurs Modest Trade Recovery” menyatakan, pertumbuhan pesat

perdagangan dunia masih akan terjadi di Asia dengan China sebagai motor

utamanya. Kawasan dunia lainnya yang diperkirakan dapat menyaingi

pertumbuhan Asia adalah negara-negara yang perekonomiannya masih

termasuk dalam masa transisi seperti negara-negara di kawasan Eropa Timur

dan ini akan semakin jelas sosoknya dengan masuknya sejumlah negara Eropa

Timur ke dalam keanggotaan Uni Eropa. Namun besarnya perkembangan

perdagangan di kawasan itu tetap saja dinilai masih kalah jauh jika dibanding

dengan pertumbuhan Asia yang memang sangat spektakuler.

Pertumbuhan perdagangan dunia pada 2003, dibanding dengan tahun

sebelumnya, menurut penilaian WTO, meningkat menjadi 16 %, dengan total

nilai perdagangan (ekspor-impor) mencapai 14,8 triliun dolar AS. Prestasi ini

cukup mencengangkan, berhubung pada tahun 2003 terjadi invasi AS dan

sekutunya ke Irak. Invasi besar-besaran yang berhasil menggulingkan rezim

Sadam Husein dari tampuk kekuasaannya itu sempat dikhawatirkan bakal

berdampak buruk pada kestabilan perekonomian global. Namun perekonomian

dunia ternyata dapat terus berkembang dengan dinamis, kendati invasi ke Irak,

yang mendapat tentangan keras dari berbagai negara termasuk sekutu AS di

Eropa seperti Jerman dan Perancis, sehingga AS hanya bergandengan tangan

dengan Inggris, Spanyol dan beberapa negara kecil lainnya, jadi juga dilakukan.

Page 5: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

5

Selain itu, juga terjadi serangan wabah penyakit sindroma pernafasan

akut (SARS) yang melanda China, Vietnam, Singapura dan sejumlah negara

lainnya. Walaupun SARS empat mengguncang negara-negara Asia ini sehingga

mengganggu kinerja perdagangan dan pariwisata negara tersebut, namun

dampaknya berjalan tidak terlampau lama, karena eskpansi SARS dapat segera

tertanggulangi. Disamping itu, sempat pula terjadi serangan wabah penyakit

sapi gila (mad cow) dan flu burung. Namun wabah inipun dapat segera

terdeteksi dan tertanggulangi. Dengan berlalunya ancaman wabah yang cukup

menakutkan itu, maka pada akhir 2003 terjadi geliat perekonomian dunia yang

cukup mengesankan. Untuk tahun 2004 WTO memperkirakan prospeknya

masih sangat baik, apalagi hambatan perdagangan internasional banyak yang

sudah tereliminasi.

Asia merupakan belahan bumi yang paling bertumbuh dinamis dimana

perdagangannya bertumbuh 19 % pada 2003, lebih tinggi dari pertumbuhan

perdagangan dunia yang mencapai 16 %. Khusus untuk China, WTO menilai

negeri Tirai Bambu itu sebagai negara Asia yang paling mengesankan

pertumbuhannya. Dibanding dengan setahun sebelumnya, pada 2003 nilai

impor China bertumbuh 40 %, sementara ekspornya bertumbuh sebesar 35 %.

Angka pertumbuhan ekspor dan impor sebesar itu baru pertama kalinya terjadi

dalam sejarah perdagangan dunia. Prestasi yang dialami China menurut laporan

WTO tersebut merupakan perkembangan yang paling mencolok dalam

perdagangan dunia tahun 2003.

China berhasil melakukan lompat “katak” (frog leap) sebanyak tiga kali

lipat. Peringkatnya sekarang berada di posisi ketiga diantara jajaran importir

terbesar dunia. Dalam hal ekspor prestasinya juga luar biasa. China berada di

peringkat ke empat dibawah Jerman, AS dan Jepang. Selain itu, China ternyata

Page 6: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

6

bukan hanya menonjol dalam perdagangan barang melainkan juga mulai tampil

ke depan dalam bidang ekspor jasa. Pada 2003 China telah tercatat sebagai

eksportir terbesar diantara negara-negara berkembang dalam hal ekspor jasa-jasa

komersial.

Potensi Cadangan Devisa

Aktratifnya potensi ekonomi Asia juga dapat dilihat dari semakin

besarnya potensi cadangan devisa negara dagang Asia yang perannya tergolong

menonjol, termasuk negara-negara anggota ASEAN. Akumulasi cadangan

devisa ke tiga belas negara dagang dari Asia ini (terdiri dari Jepang, China,

Taiwan, Korea Selatan, Hongkong, India, Singapura, Malaysia, Thailand,

Indonesia, Filipina, Pakistan, dan Banglades), besarnya telah mencapai 1,908

triliun dolar AS pada akhir 2003.

Tahun 2002 nilai cadangan devisa negara dagang Asia ini tercatat sebesar

1,435 triliun dolar AS. Dengan demikian, jika dibanding dengan tahun 2002,

terjadi kenaikan yang mengesankan, yakni sekitar 33 %. Cadangan devisa Asia

diperkirakan akan terus mengalami peningkatan, karena pada akhir Maret 2004

saja jumlahnya sudah mencapai 2,156 triliun dolar AS. Ini berarti kenaikan 13 %

atau hampir 250 miliar dolar AS. Bandingkan dengan total cadangan devisa yang

dikuasai oleh bank sentral seluruh negara di kawasan zona euro yang jumlahnya

hanya mencapai 173,5 miliar euro atau setara dengan 210 miliar dolar AS.

Menurut konsultan keuangan JP Morgan, dengan cadangan devisa

sebesar lebih dari dua triliun dolar (lihat tabel), negara kampiun dagang Asia ini

telah menguasai hampir sekitar sekitar 70 % dari cadangan devisa global.

Menurut Bloomberg, total cadangan devisa global per April 2004 diperkirakan

mencapai sekitar 3,251 triliun dolar AS. Ini sungguh capaian prestasi yang luar

Page 7: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

7

biasa mengingat negara adikuasa seperti AS sekalipun justru sedang mengalami

defisit yang parah dalam neraca perdagangannya. Ironisnya, besarnya porsi

cadangan devisa yang di kuasai oleh negara Asia (yang sebagian besar dalam

bentuk dolar AS itu) juga mengindikasikan semakin lemahnya daya kontrol

pemerintah AS terhadap perkembangan nilai mata uangnya sendiri.

Negara Asia yang paling besar memiliki cadangan devisa adalah Jepang

yang pada akhir tahun 2003 cadangan devisanya mencapai 673,5 miliar dolar AS

dan terus meningkat menjadi 826,6 miliar dolar AS pada akhir Maret 2004. Di

peringkat terbesar kedua adalah China dengan cadangan devisa sebanyak 403,3

miliar dolar AS pada akhir 2003 dan terus meningkat menjadi 439,8 miliar dolar

pada akhir Maret 2004. Di peringkat ketiga adalah Taiwan dengan cadangan

devisa pada akhir Maret 2004 mencapai 226,5 miliar dolar AS, menyusul Korea

Selatan sebesar 163,6 miliar dolar, Hongkong 123,8 miliar dolar, dan India

sebesar 110,3 miliar dolar.

Negara anggota ASEAN yang memiliki cadangan devisa diatas 100 miliar

dolar adalah Singapura dengan jumlah cadangan devisa tercatat sebesar 102,7

pada akhir Maret 2004. Negara-negara ASEAN lainnya masih memiliki

cadangan devisa dibawah 100 juta, antara lain berturut-turut Malaysia sebesar

51,3 miliar dolar pada akhir maret 2004, menyusul Thailand sebesar 42,4 miliar

dolar, Indonesia sebesar 37,4 miliar dolar, dan Filipina sebesar 16,3 miliar dolar.

Kuatnya akumulasi cadangan devisa negara dagang Asia ini didorong

oleh hasrat yang menggebu-gebu untuk membendung penguatan mata uangnya

terhadap terhadap dolar AS, terutama dalam rangka melindungi daya saing

produk ekspor mereka. Selain itu, juga didasari pada adanya keinginan untuk

membentengi diri dari kemungkinan terjadinya external shock di masa

mendatang seperti yang sempat terjadi pada saat krisis finansial melanda Asia

Page 8: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

8

pada 1997, akibat meledaknya aksi spekulasi yang dilakukan oleh para spekulan

uang. Dengan cadangan devisa yang besar fundamental ekonomi menjadi lebih

kuat, tersedia dana yang cukup bagi otoritas moneter untuk melakukan

stabilisasi pasar uang, bila aksi spekulasi yang berpotensi menimbulkan gejolak

meneter terjadi. Semakin besar cadangan devisa, stabilitas moneter dan

perekonomian pada umumnya semakin mantap dan tidak mudah digoyang oleh

para spekulan.

Kiat melakukan stabilitasi pasar tampaknya bukan hanya dengan

melakukan intervensi pasar dengan melepas cadangan devisa bila gejolak di

pasar uang yang signifikan terjadi, sampai nilai tukar kembali stabil. Kiat yang

unik, misalnya, dilakukan oleh China dalam memanfaatkan potensi cadangan

devisanya untuk menjaga stabilitas nilai mata uang yuannya. China tidak

menyimpan seluruh cadangan devisanya di negerinya. melainkan

menanamkan sejumlah besar cadangan devisanya ke dalam bentuk dolar AS dan

surat berharga yang diterbitkan pemerintah AS.

Jika ada spekulan menggoyang mata uangnya (seperti yang pernah

dilakukan spekulan kelas dunia George Soros terhadap sejumlah mata uang

negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada 1997) dan berhasil mengguncang

perekonomian China, bukan tidak mungkin China terpaksa harus melepas

secara besar-besaran surat berharga pemerintah AS yang dipegangnya. Bila ini

terjadi, nilai surat berharga pemerintah AS dan bahkan pasar saham dan obligasi

di AS pasti akan guncang. Oleh karena itu, mau tidak mau AS dengan berbagai

cara juga harus berusaha mencegah kemungkinan terjadinya aksi spekulasi

nekat yang menyerang mata uang China. Dengan kiat yang cerdik ini China

secara tak langsung menggunakan otoritas moneter AS untuk turut menjaga

stabilitas moneternya sehingga negeri itu masih tetap aman dari serangan

spekulan.

Page 9: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

9

Bagi China yang mematok mata uang yuannya terhadap dolar AS,

cadangan devisa yang besar amat diperlukan untuk mengawal nilai patokan itu

agar dapat tetap bertahan pada posisi patokannya. Bila ada aksi spekulan

muncul untuk menggoyang nilai patokan yuan, dengan menimbulkan

permintaan akan dolar AS dalam jumlah yang amat besar, otoritas moneter

China harus terus menerus mampu memasok dolar setara dengan permintaan

pasar yang spekulatif tersebut, guna meredam gejolak permintaan pasar akan

dolar AS, sampai permintaan hasil rekayasa spekulan itu berhenti mencoba

menggoreng yuan. Spekulan tentunya akan berfikir dua kali untuk menyerang

yuan karena harus berhadapan dengan cadangan “amunisi” (devisa) China

yang begitu besar.

Cadangan devisa Asia yang besarnya menembus level 2 triliun dolar sejak

Januari 2004 itu telah membuat resah para pemimpin negara-negara maju.

Pimpinan Bank Sentral AS (Federal Reserve), Alan Greenspan, misalnya,

termasuk yang gelisah dan mengkhawatirkan adanya risiko yang tinggi dibalik

akumulasi cadangan devisa Asia yang besarnya luar biasa tersebut. Greenspan

didukung para analis lainnya mengingatkan cadangan devisa yang begitu besar

di tangan negara dagang Asia tersebut bisa mengancam pemulihan ekonomi AS

yang masih rapuh dan berpotensi pula mengancam stabilitas keuangan dunia.

Menurut laporan Bank Pembangunan Asia (Asian Development

Bank/ADB), lonjakan cadangan devisa Asia yang sampai tiga kali lipat jika

dibanding dengan kondisi tujuh tahun yang lampau itu, sebagian besar dalam

bentuk dolar AS yang merupakan mata uang resmi negara adi kuasa itu,

sekaligus merupakan mata uang yang paling konvertibel di dunia, maka kondisi

cadangan devisa negara dagang Asia ini akan sangat terpaut dengan stabilitas

mata uang negeri Paman Sam itu dan juga stabilitas keuangan global.

Page 10: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

10

Bila negara Asia tersebut semakin berhasrat tinggi untuk mengakumulasi

timbunan dolar AS nya, dikhawatirkan akan semakin memperlebar

ketidakseimbangan keuangan global, antara lain ditandai dengan semakin

meningkatnya defisit kembar (neraca perdagangan dan anggaran) pemerintah

AS. Pembelian dolar AS oleh bank-bank sentral Asia tersebut memang akan

membuat nilai tukar dolar tetap kuat, tetapi di sisi lain mata uang negara-negara

Asia tersebut akan menjadi semakin undervalued terhadap dolar AS.

Akibatnya, produk ekspor AS semakin tidak kompetitif. Sebaliknya,

negara-negara Asia produk ekspor semakin kompetitif di pasar dunia karena

menjadi semakin “murah” (in terms of dolar) dibanding dengan produk serupa

dari AS, Eropa dan negara maju lainnya yang mengaitkan nilai tukarnya

terhadap perkembangan nilai dolar AS dan sekeranjang mata uang global, yang

juga ujung-ujungnya terkait juga dengan perkembangan nilai dolar AS di pasar

uang dunia. Ini akan membuat defisit perdagangan AS dimana menjelang medio

2004 ini nilainya sudah menjadi begitu besar, mencapai 553 miliar dolar AS.

Defisit terbesar terjadi dalam perdagangan bilateral AS dengan China dimana

surplus yang berhasil digaet China nilainya sudah melebih 100 miliar dolar AS.

Sebaliknya perolehan devisa yang mengalir ke negara-negara Asia tersebut

semakin membuat cadangan devisa negera-negara Asia tersebut semakin

menguat dan mantap.

Besarnya cadangan devisa Asia juga membuat para analis di negara maju

berupaya mengingatkan potensi bahaya dibalik cadangan devisa Asia yang

besarnya diperkirakan sudah mencapai level yang “menakutkan” . Potensi

bahaya ini mengancam negara Asia sendiri, selaku penimbun cadangan devisa

yang masif itu. cadangan devisa yang berskala besar ini menimbulkan dilemma

bagi negara dagang Asia. Di satu sisi, memelihara cadangan dolar AS yang besar

Page 11: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

11

dirasakan memberikan rasa aman bagi stabilitas moneter negara yang

bersangkutan, namun di lain pihak, jika nilai dolar AS jatuh di pasar uang dunia,

bisa dibayangkan betapa besarnya kerugian yang akan dialami oleh negara-

negara Asia tersebut, terutama mengingat sebagian besar cadangan devisa

mereka disimpan dalam bentuk dolar AS atau surat berharga AS. Di sisi lain,

melepas dolar AS guna mengurangi ketergantungan cadangan devisa mereka

terhadap dolar AS, juga tidak dapat dilakukan dalam jumlah besar, apalagi

secara serentak karena bisa membuat dolar AS kolaps yang pada gilirannya

menimbulkan kerugian besar bagi negara Asia juga.

Page 12: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

12

Bab.2. Perkembangan Kerjasama ASEAN dan Asia Timur

Negara anggota senior ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan Thailand

umumnya sudah menunjukkan tanda-tanda ke arah pemulihan ekonomi, dari

dampak krisis moneter yang melanda Asia pada 1998. Kecuali Indonesia dan

Filipina tampaknya masih harus berkutat dengan masalah internalnya,

khususnya menyangkut lambannya proses restrukturisasi perbankan dan

perusahaan yang menyebabkan lambannya pemulihan sektor riil dan lemahnya

faktor keamanan yang belum mampu memberikan jaminan keamanan

sepenuhnya bagi para para investor asing sehingga mereka masih enggan masuk

ke negeri ini.

Namun dari segi capaian pertumbuhan ekonomi, Indonesia sudah

menunjukkan perbaikan yang cukup lumayan disertai dengan capaian stabilitas

ekonomi yang cukup mantap. Hanya saja capaian pertumbuhan yang masih

dibawah 5 % itu tidak banyak berperan dalam menanggulangi masalah

pengangguran yang jumlah totalnya sudah mencapai 45 juta orang. Untuk

mengatasi masalah penggangguran massal Indonesia membutuhkan capaian

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Setidaknya 7 % per tahun. Dalam

tahun-tahun mendatang, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara ASEAN

lainnya tampaknya akan banyak tertolong oleh dinamika pertumbuhan ekonomi

di kawasan Asia Timur yang bukan saja menunjukkan tanda-tanda pemulihan,

bahkan kebangkitan kembali emapt Macan Asia, pemulihan Jepang dan

kebangkitan raksasa ekonomi baru. Siapa lagi kalau bukan China.

Page 13: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

13

Perekonomian ASEAN di awal millennium baru ini terus berkembang

secara dinamis. Ekspor ternyata menjadi motor penggerak pertumbuhan

ekonomi bagi sebagian besar negara anggota ASEAN. Menurut Bank

Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB), pada tahun 2004

pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur mencapai sekitar 5,7 %. Suatu

peningkatan yang sangat berarti dibanding dengan capaian pertumbuhan tahun

2003 yang tecatat sebesar 4,6 %. Untuk tahun 2005, pertumbuhan diprediksikan

sedikit menurun menjadi 5,4 %. Penurunan pertumbuhan kawasan Asia Timur

ini diperkirakan dipengaruhi oleh melambatnya laju pertumbuhan ekonomi di

China akibat kebijakan yang diambil pemerintah China untuk mengurangi

pertumbuhan ekonominya guna mencegah perekonomiannya jatuh ke dalam

bahaya overheating akibat investasi yang berlebihan (overinvestment).

Sebagaimana diketahui, China kini bersama Jepang sudah berperan

penting sebagai motor pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur. Oleh

karena itu, melambatnya pertumbuhan ekonomi China ini diperkirakan akan

cukup berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia

Timur yang pada dasarnya merupakan negara anggota ASEAN Plus Tiga

(Korsel, Jepang dan China). Pengaruh China memang cukup signifikan. Data

Bank Dunia menyebutkan ekspor manufaktur Asia ke China meningkat 40 %

pada 2003. Perdagangan intra Asia juga meningkat memberikan kontribusi

hingga 70 % dalam pertumbuhan ekonomi di Asia, terutama sejak 2000. Oleh

karenanya, bila pertumbuhan ekonomi China melambat, pengaruhnya cukup

signifikan dalam ekspor negara-negara ASEAN.

Bagaimana perkembangan dinamika ekonomi ASEAN ? Vietnam

merupakan negara anggota ASEAN yang mencapai pertumbuhan ekonomi

yang cukup spektakuler pada 2004, yakni sebesar 7,5 % dan diprediksikan terus

meningkat menjadi 7,6 % pada 2005. Mesin pendorong pertumbuhan ekonomi

Page 14: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

14

Vietnam yang cukup mengesankan itu adalah permintaan domestik,

pertumbuhan ekspor yang terus meningkat dan masuknya aliran dana investasi

asing. Selain China, Vietnam memang merupakan negara d kawasan Asia Timur

yang sukses dalam menarik investasi asing, yang amat dibutuhkan untuk

menciptakan laju pertumbuhan ekonomi, sekaligus juga lapangan pekerjaan di

negeri itu. Namun Vietnam masih dibayang-bayangi sejumlah masalah yang

berpotensi mengancam pertumbuhan ekonominya, seperti peningkatan defisit

perdagangan dan deficit fiskal, serta kemungkinan munculnya kembali serangan

wabah sindroma pernafasan akut (SARS), flu burung dan ancaman penyakit

akibat virus yang menghancurkan sistem kekebalan tubuh manusia (AIDS).

Thailand merupakan negara anggota ASEAN yang juga menikmati

pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada 2004 yakni sebesar 7,2 %.

Namun pada 2005 diprediksi menurun menjadi 6,2 %. Penyebabnya diduga

dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi China dan masalah

gangguan keamanan yang melanda negeri ini. Faktor pendorong pertumbuhan

ekonomi di Thailand ini adalah kinerja ekspornya yang terus meningkat dan

anggaran belanja pemerintah yang berperan sebagai stimulus perekonomian,

terlebih dalam tahun 2005 akan diselenggarakan Pemilu yang membutuhkan

pengucuran anggaran yang cukup besar.

Masalah keamanan yang melanda Thailand Selatan yang mayoritas

penduduknya beragama Islam dan berbatasan dengan Malaysia, berpotensi

menggangu kelancaran pertumbuhan ekonomi. Gangguan keamanan akibat aksi

kelompok separatis di daerah ini dapat mempengaruhi citra Thailand sebagai

negeri yang mengandalkan pemasaran pariwisatanya sebagai salah satu sumber

pemasukan devisa negara. Selama ini pemerintah Thailand selalu meyakinkan

publik dunia bahwa negeri itu merupakan tujuan wisata dunia yang mempesona

dan keamanannya cukup terjamin. Di Thailand tidak ada ancaman terorisme.

Page 15: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

15

Keamanan turis dan warga negara asing pasti terjamin. Namun serangan-

serangan sporadis yang dilakukan kelompok militan di wilayah Selatan negeri

ini telah membuat pemerintah Thailand harus mengkoreksi pernyataannya.

Gangguan keamanan ini pada gilirannya juga berpotensi mengganggu

kelancaran kegiatan ekonomi negeri Gajah ini, khususnya perekonomian di

propinsi-propinsi yang berbatasan dengan Malaysia.

Indonesia mengalami kenaikan dalam pertumbuhan ekonomi dari 4,1 %

tahun 2003 menjadi 4,5 % pada 2004. Capaian stabilitas ekonomi, dan peranan

konsumsi masyarakat merupakan pendukung utama bagi kenaikan

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Walaupun tidak sebesar peranan konsumsi

masyarakat,, ekspor juga turut berperan sebagai pendorong pertumbuhan

ekonomi. Pertumbuhan ekspor menyebabkan bergeraknya sektor produksi.

Namun kebanyakan industri di Indonesia masih bekerja dibawah kapasitas yang

ada. Oleh karena itu, ekspor harus digenjot lagi lebih optimal. Untuk itu

diperlukan investasi tambahan, atau setidaknya tambahan modal kerja.

Sayangnya sektor perbankan masih belum optimal menjalankan fungsi

intermediasinya, antara lain karena masih dibayangi trauma timbunan kredit

macet masa di lampau, khususnya di sector property, yang menjadi salah satu

penyebab timbulnya krisis ekonomi yang berkepanjangan. Perbankan menjadi

cenderung konservatif, tidak berani mengambil resiko penyaluran kredit dalam

jumlah besar dan cenderung memilih menanamkan ekses dananya ke dalam

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau obligasi negara. Selain itu suku bunga kredit

masih tinggi, kendati suku bunga SBI sudah turun dibawah 10 %. Akibatnya

pemulihan sektor riil berjalan lambat. Sementara di sisi lain, pemerintah harus

terus menyediakan anggaran untuk membayar bunga obligasi perbankan. Ini

merupakan biaya stabilisasi perekonomian yang tidak kecil.

Page 16: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

16

Sama dengan Thailand, Indonesia juga masih disibukkan dengan masalah

keamanan.sehubungan dengan merebaknya kasus terorisme yang tampak dalam

rangkaian peledakan bom. Mulai dari bom malam Natal, bom Bali sampai bom

di Hotel Marriot Jakarta, gangguan keamanan di sejumlah daerah seperti konflik

dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), konflik bernuansa SARA di Maluku dan

Poso, ancaman ganggguan keamanan di Papua akibat aksi kelompok masyarakat

local yang menuntut Papua merdeka, serta situasi sosial politik yang menurut

kaca mata orang asing masih belum sepenuhnya stabil, membuat para investor

asing masih enggan menanamkan modalnya di wilayah Nusantara. Padahal,

investasi merupakan kunci utama dalam penciptaan lapangan kerja guna

mengatasi masalah pengangguran massal di negeri ini. Selain itu, menurut

ADB, tata laksana yang kurang baik (poor governance) dan penerapan otonomi

daerah yang kebablasan telah menimbulkan problem tersendiri bagi investor

yang akan menanamkan modalnya di daerah sehingga menyurutkan langkah

mereka dalam merealisasikan rencana investasinya.

Anggota senior ASEAN lainnya, Malaysia, juga mencatat pertumbuhan

ekonomi yang cukup meyakinkan, sebesar 5,8 % pada 2004 dan diprediksi

sedikit menurun menjadi 5,6 % pada 2005. Mesin pendorong utama

pertumbuhan ekonomi negeri jiran ini adalah pertumbuhan ekspor yang terus

meningkat dan dorongan konsumsi masyarakat. Perlambatan pertumbuhan

ekonomi China akan mempengaruhi sebagian perekonomian Malaysia, terutama

kegiatan ekonomi yang terkait dengan kinerja ekspor Malaysia. Suksesi

kepemimpinan nasional Malaysia dari mantan PM Mahathir Mohamad ke

tangan PM Badawi tampaknya menjanjikan prospek stabilitas dan pertumbuhan

ekonomi yang lebih baik bagi Malaysia.

Pertumbuhan ekonomi Filipina yang pada 2004 dan 2005. mencapai 4,5 %

pada 2003, mengalami peningkatan menjadi sekitar 4,5 – 5,5 % pada 2004 dan

Page 17: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

17

2005. Pendorong pertumbuhan ekonomi Filipina adalah konsumsi masyarakat

yang tinggi, membaiknya kinerja ekspor, terutama ekspor barang elektronik

yang merupakan ekspor utama negeri ini. Selain itu Filipina terkenal dengan

ekspor jasa tenaga kerjanya, yang umumnya sudah trampil karena mendapatkan

bimbingan dan pelatihan yang cukup sebelum di berangkatkan ke negara

tempatnya bekerja. Pemerintah Filipina amat bangga terhadap peran para

pekerja penghasil devisa ini dan selalu berusaha mengakomodasi setiap

kebutuhan mereka dan secara aktif membela tenaga kerja Filipina yang

menghadapi masalah di luar negeri. Di bidang ini Filipina patut diacungkan

jempol. Namun Filipina masih diliputi kendala dalam kondisi fiskal.

Pemerintahnya harus berupaya menjaga deficit anggaran pada level 4,2 persen

dari PDB.

Filipina sejarah ekonominya memang ironis. Ketika Manila terpilih

sebagai markas PDB pada tahun 1966, Filipina sudah merupakan negara terkaya

kedua di Asia setelah Jepang. Sebagai perbandingannya, saat itu Korsel masih

merupakan negara peminjam terbesar di Asia. Empat dekade sesudah itu, nasib

kedua negara itu ternyata menjadi terbalik. Filipina menjadi salah satu negara

termiskin di Asia dan Korsel menjadi negara pemberi pinjaman dan salah

donator terbesar dalam ADB. Dewasa ini Korsel mengkontribusikan dana

sekitar 113 juta dolar AS untuk membiaya program pemberantasan kemiskinan

ADB. Berbeda dengan Korsel yang mengalami surplus dana. Filipina kini

mengalami defisit anggaran pemerintah yang relatif besar akibat beban utang

yang begitu besar. Sekitar dua pertiga dari anggaran pemerintah digunakan

untuk membayar bunga utang pemerintah, belum termasuk cicilan pokoknya.

Upaya pemerintah untuk menutupi defisit anggaran membuat suku bunga

bertahan pada posisi yang relatif tinggi dan menjadi hambatan bagi investasi

swasta.

Page 18: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

18

Filipina memang masih kurang berhasil menggaet investasi asing yang

merupakan unsur pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi. Filipina masih

sibuk mengatasi ancaman gangguan keamanan akibat aksi kelompok separatis

di Mindanao dan Moro serta penculikan warga asing yang dilakukan kelompok

teroris Abu Sayaf. Selain itu, Filipina tidak memiliki infrastruktur yang

memadai, bahkan kini tergolong sebagai salah satu negara Asia yang paling

buruk kondisi infrastrukturnya. Padahal infrastruktur perekonomian amat

dibutuhkan untuk menopang investasi swasta. Faktor lain yang menghambat

masuknya aliran investasi dari luar adalah tingginya utang luar negeri Filipina

yang sudah mencapai sekitar 100 miliar dolar AS. Semakin tinggi utang luar

negeri suatu negara, semakin sulit perolehan tambahan pinjamannya. Padahal

proyek investasi tidak seluruhnya dibiayai dengan pasokan modal investor,

melainkan juga ditopang dengan kredit perbankan. Korupsi yang masih di

Filipina juga merupakan salah satu penghambat investasi yang potensial.

Mentalitas dan budaya korupsi membuat pelayanan publik pada umumnya dan

penyelesaian perizinan pada khususnya, menjadi buruk, dan pada gilirannya

memunculkan ekonomi biaya tinggi yang membebani investor.

Anggota ASEAN lainnya, Kamboja, kinerja ekspornya dan produksi

manufakturnya sudah membaik. Selain itu Kamboja juga menikmati

pertumbuhan dari sektor pariwisatanya dan sektor konstruksi. Semua ini

memungkinkan Kamboja menjangkau pertumbuhan sekitar 5,4 % pada tahun

2004 dan 2005. Sedang Laos menikmati pertumbuhan yang cukup meyakinkan

sekitar 6 % pada 2004 dan terus sedikit meningkat menjadi 6,2 % pada 2005. Ini

terutama didorong oleh peningkatan kinerja ekspornya, terutama ekspor ke

negara mitra dagang utamanya, seperti Thailand, Vietnam dan China.

Korelasi Asia Timur Dengan ASEAN

Page 19: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

19

Pertumbuhan kawasan Asia Timur belakangan ini semakin menarik

perhatian dunia. Negara-negara industri baru, atau dikenal sebagai empat

Macan Asia, Korsel, Taiwan, Hongkong dan Taiwan tampaknya sudah

mengalami pemulihan dari terjangan krisis ekonomi yang melanda Asia. Ke

empat Macan Asia ini sudah bangkit kembali dan kini mulai menunjukkan

kinerjanya yang cukup memukau dengan pertumbuhan ekonomi yang

mengalami lonjakan berarti.

Korsel pertumbuhan ekonominya yang pada 2003 tercatat sebesar 3,0 %

dan diprediksi mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 5,1 %

pada 2004. Taiwan pertumbuhan ekonominya juga lumayan. Meningkat dari

3,3 % pada 2003 menjadi 4,3 % pada 2004. Hongkong meningkat cukup

signifikan dari 2,9 % pada 2003 menjadi 5,1 % pada 2004. Sementara Singapura

juga menunjukan lonjakan yang berarti dalam pertumbuhan ekonominya, dari

1,1 % pada 2003 menjadi 4,2 % pada 2004. Kebangkitan kembali empat Macan

Asia ini diperkirakan akan menandai kebangkitan kembali ekonomi Asia Timur

yang pada 1990an kepesatan kemajuan ekonominya sangat memukau dunia.

Terlebih lagi di Aia Timur kini sudah terdapat dua motor penggerak

pertumbuhan ekonomi kawasan yang sedang terus bertumbuh ini. Kalau dalam

dekade lalu motornya baru Jepang, kini bertambah dengan China yang

pertumbuhannya sangat spektakuler dan mengesankan.

Yang menarik untuk disimak, hubungan antara ASEAN atau negara-

negara di Asia Timur dengan kawasan Asia Timur sendiri semakin meningkat.

Bahkan menurut hasil observasi Direktur Institut Pengkajian Kebijakan Fiskal

Kementerian Keuangan Thailand, Dr Kanit Sangsubhan, ketergantungan

negara-negara Asia Timur terhadap kawasan lain relatif menurun. Memang,

sebelum datangnya krisis moneter, negara-negara Asia Timur masih sangat

tergantung kepada kawasan lain, semisal Amerika Serikat dan Eropa. Hubungan

mana mempengaruhi tingkat pertumbuhan PDB mereka. Namun pada pasca

Page 20: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

20

krisis, tampaknya semakin lebih tergantung kepada sesama negara di Asia

Timur.

Ini ditandai dengan pertumbuhan PDB sesama negara Asia Timur yang

ternyata lebih berkorelasi diantara mereka ketimbang dengan AS atau Eropa.

Untuk jelasnya dapat dilihat dari tinggi rendahnya koofesien korelasi tingkat

pertumbuhan PDB riil antar negara Asia Timur dengan AS atau Eropa. Angka

koefesien dibawah 0,25 berarti hubungan antar negara sudah terpisah, 50 relatif

moderat dan diatas 0,75 berarti hubungan sangat erat. Angka koefesien korelasi

pertumbuhan PDB Asia Timur dengan AS hanya sekitar 0,13, sementara antara

Asia Timur dengan Eropa sekitar 0,09. sedangkan dengan Jepang yang

merupakan sesama negara Asia Timur koofesien lebih tinggi yakni 0,44.

Angka koofesien korelasi negara anggota senior ASEAN dengan Asia

Timur sangat kuat. Korelasi Indonesia dengan Asia Timur 0,84, Malaysia 0,97,

Filipina 0,85, Singapura 0,76 dan Thailand 0,90. Ini mengindikasikan hubungan

(pertumbuhan ekonomi) antar Asia Timur (khususnya ASEAN) dengan AS dan

Eropa semakin mengecil. Sebaliknya dengan sesama Asia Timur sangat kuat.

Diperkirakan dalam jangka panjang hubungan ekonomi ASEAN akan kian

menguat dengan Asia Timur, ketimbang dengan AS dan Eropa.

Selain itu, data perdagangan luar negeri yang ada juga mengindikasikan

hubungan perdagangan di antara negara-negara Asia Timur menjadi semakin

meningkat dibanding denga sebelumnya. Nilai ekspor sembilan negara Asia

Timur (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, China, Hongkong,

Korsel, Taiwan) ke kawasan Asia Timur mencapai 51 %, sementara ekspor ke AS

sekitar 17 %, Eropa 15 %, Jepang 9 % dan negara lainnya 8 %. Sedang impornya

dari kawasan Asia Timur mencapai 63 %., dari AS 10 %, Eropa 6 %, Jepang 11 %,

negara-negara lainnya 10 %.

Page 21: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

21

Bab. 3 Mencermati Prospek KTT Asia Timur

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 10 ASEAN yang diselenggarakan

pararel dengan KTT ASEAN Plus Tiga (China, Jepang dan Korsel), di Vientiane,

Laos pada bulan November 2004 telah menghasilkan kesepakatan yang cukup

mengejutkan, yakni disepakatinya penyelenggaraan KTT Asia Timur (East Asian

Summit/EAS) yang pertama pada tahun 2005 bertempat di Kuala Lumpur,

Malaysia. Keputusan ini sempat agak membingungkan banyak kalangan,

mengingat ASEAN sudah memiliki kerjasama dengan tiga negara yang menjadi

pilar utama ekonomi di Asia Timur tersebut. Ketiga negara motor pertumbuhan

ekonomi kawasan ini sudah menjadi mitra dialog ASEAN yang aktif di meja

perundingan guna menggalang kerjasama ekonomi regional dalam kerangka

ASEAN Plus Tiga. Selama ini, KTT ASEAN Plus Tiga juga sudah berjalan

dengan lancar, sehingga mengusik timbulnya pertanyaan, ada apa dengan

rencana pelaksanaan KTT Asia Timur yang terkesan muncul secara mendadak

ini.

Gagasan perlunya pengembangan Masyarakat Ekonomi Asia Timur (East

Asian Economic Community/EAC) sebenarnya sudah lama muncul. Mulanya

dikemukakan oleh Mahathir Mohamad, pada 1991. Mahathir yang pada waktu

itu masih menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia mengusulkan pembentukan

East Asian Economic Group yang belakangan berkembang menjadi East Asia

Economi Caucus (EAEC). Mantan orang nomor satu di Malaysia ini mencoba

mendorong terbentuknya kerjasama ekonomi regional di kawasan Asia

Tenggara yang diperluas, bukan hanya mencakup negara-negara ASEAN,

melainkan juga mencakup negara-negara di kawasan Asia Timur, seperti Jepang,

Korsel dan China, sehingga menjadi satu kekuatan ekonomi yang tangguh di

kawasan Asia Timur. Upaya ini diperlukan untuk meningkatkan kekuatan

Page 22: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

22

ekonomi kawasan itu dalam menghadapi tekanan persaingan dari blok ekonomi

Eropa dan Amerika. Namun gagasan ini tidak terealisir karena tidak mendapat

dukungan dari Amerika Serikat, yang khawatir bila gagasan itu jadi terbentuk,

akan melemahkan kelangsungan forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik

(APEC). Selain itu, Jepang menyatakan tidak bersedia begragung jika AS tidak

diajak serta. Mahathir menyatakan, tidak diajaknya AS karena negara itu bukan

termasuk negara Asia Timur. Namun upaya Mahathir membentuk EAEC tidak

kesampaian juga karena Jepang (belakangan juga Korsel) tetap bersikukuh pada

sikapnya, tidak akan bergabung jika AS tidak diikutsertakan.

Pada KTT ASEAN 2004 di Laos itu, PM Malaysia, Abdullah Ahmad

Badawi, pengganti Mahathir yang lengser pada 22 Oktober 2003 itu, ternyata

kembali memunculkan gagasan itu dan mendesak diwujudkannnya kerjasama

ekonomi Asia Timur. Anggota senior ASEAN lainnya, Singapura, ternyata juga

mengambil sikap mendukung, bahkan mengusulkan perluasan cakupan

kerjasama itu dengan memasukkan India kedalam penggalangan kerjasama

ekonomi Asia Timur. Di sisi lain, pihak India juga sebelum itu juga menyatakan

siap bergabung dalam kerjasama ekonomi Asia Timur, guna mengalang

kekuatan “Asia Bersatu” dalam menghadapi persaingan dengan blok Uni Eropa.

PM India Manmohan Sing dalam KTT Bisnis India-ASEAN 2004 mengusulkan

pembentukan kelompok Masyarakat Asia yang juga mencakup Asia Timur Laut,

khususnya India. Menurut Singh waktu perwujudannya semakin mendesak.

India, menurut paparan Singh, telah menerapkan kebijakan luar negeri “Lihat ke

Timur” karena yakin pada visi satu abad Asia. Millennium baru ini diyakini

merupakan abad Asia, dimana Asia dapat bertumbuh dengan pesat melebih

pertumbuhan kawasan dunia lainnya. Pemerintah India telah berusaha

membawa hubungan India-ASEAN ke tingkat yang lebih tinggi, ke posisi

dimana kita dapat memimpikan suatu Masyarakat Asia yang maju dan makmur,

yang mencakup ASEAN 10, China, Jepang, Korea dan India.

Page 23: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

23

Singh menyatakan, pembentukan Masyarakat Asia akan menghasilkan

enerji yang dahsyat. Satu diantaranya terlihat dalam visi pasar terintegrasi yang

rentang jaraknya meliputi Pegunungan Himalaya sampai ke Lautan Pasifik.

Kawasan yang luas ini bisa dihubungkan dengan jalan raya, jaringan kereta api,

serta perairan dengan tranportasi laut yang efisien. Blok ekonomi Asia ini akan

meliputi separuh dari populasi penduduk dunia dan akan menguasai cadangan

devisa yang melimpah dan lebih besar dibanding dengan cadangan devisa Uni

Eropa maupun NAFTA.

Yang cukup mengherankan adalah sikap para pemimpin negara Asia

Timur (China, Jepang dan Korsel) dalam KTT Laos. Para petinggi negeri itu

ternyata sepakat untuk lebih meningkatkan kerjasama ekonomi di kawasan Asia

Timur bersama ASEAN, guna dalam jangka panjang, menggalang pembentukan

kerjasama ekonomi dalam konteks Asia bersatu. Untuk itulah, maka dipandang

perlu pelaksanaan KTT Asia Timur. Padahal, selama ini pemimpin ketiga

negara Asia Timur itu cenderung menggalang kerjasama dengan ASEAN (dalam

konteks kerjasama regional ASEAN Plus Tiga), namun pelaksanaannya secara

bilateral. Dalam mewujudkan kawasan perdagangan bebas (Free Trade

Area/FTA), misalnya, mereka cenderung memilih dilakukan secara bilateral

dengan ASEAN, sehingga di kawasan Asia Timur (dalam konteks ASEAN Plus

Tiga) terdapat tiga FTA, yakni ASEAN-China FTA, ASEAN-Jepang FTA dan

ASEAN Korea Selatan FTA. Sedang dalam konteks KTT Asia Timur, ketiga FTA

ini tampaknya ingin dijadikan satu, menjadi kawasan perdagangan bebas Asia

Timur yang mencakup 10 negara ASEAN, dengan China, Jepang dan Korsel .

Dalam KTT Laos tersebut, para petinggi Asia menyerukan agar

perekonomian kawasan itu diintegrasikan lebih dalam, untuk bisa menjadikan

Asia sebagai kelompok yang kuat, sejajar dengan blok ekonomi Uni Eropa dan

Amerika Utara. Dalam talian ini, menurut Presiden Filipina, Gloria Macapagal

Page 24: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

24

Arroyo, negara anggota ASEAN harus lebih dahulu mendorong terwujudnya

integrasi ekonomi ASEAN, baru kemudian diikuti dengan proses integrasi

ekonomi dengan China, Jepang, Korea Selatan dan India. Menurut Arroyo

langkah strategis ini akan menghasilkan suatu blok ekonomi yang kuat di masa

depan. Posisi tawar yang lebih kuat ini amat diperlukan dalam perundingan

dengan Uni Eropa, Amerika Serikat serta Blok Perdagangan Amerika Utara

(NAFTA) maupun dengan kekuatan ekonomi dunia lainnya. Kita memiliki

kemampuan untuk membentuk blok ekonomi yang besar ini. Namun, ASEAN

harus lebih dahulu melakukan percepatan liberalisasi perdagangan lewat

implementasi AFTA. Penundaan liberalisasi hanya akan membuat kawasan Asia

kurang kompetitif. Alasan semacam inilah tampaknya yang melatar belakangi

diambilnya kesepakatan dalam KTT Laos itu untuk mempercepat integrasi 11

sektor industri ASEAN dari semula tahun 2010, menjadi tahun 2007.

Yang paling bersemangat untuk mewujudkan Komunitas Ekonomi Asia

Timur tampaknya Malaysia dan Singapura. Selepas KTT Laos, di Kuala Lumpur

pada bulan Desember 2004 diselenggarakan pertemuan para tokoh Asia dalam

rangka membahas lebih lanjut rencana pelaksanaan KTT Asia Timur 2005 di

Kuala Lumpur. Hadir dalam pertemuan itu antara lain PM Malaysia, Badawi,

Mahathir Mohamad dan mantan Presiden Korsel, Kim Dae Jung. Pada

kesempatan itu, Mahathir menyatakan KTT Asia Timur harus segera berjalan

yang melibatkan pihak China, Korsel dan Jepang. Australia dan Selandia Baru

tidak perlu diikutkan, karena menurut Mahathir kedua negara itu secara etnis

bukan Asia, melainkan keturunan Eropa, dan tidak mau melepaskan sikap

hostile pada Asia.

Dalam pada itu, PM Malaysia, Ahmad Badawi menyatakan, KTT Asia

Timur merupakan langkah penting untuk mendorong lahirnya kawasan

perdagangan bebas Asia Timur dan meningkatkan kemakmuran dan keamanan

bagi lebih dari dua miliar penduduk Asia Timur. Pada 2004 saja PDB Asia Timur

Page 25: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

25

melebihi 6 triliun dolar AS. Bisa dibayangkan betapa besarnya kemakmuran

yang bakal dihasilkan jika kekuatan ekonomi Asia Timur bersatu. Menurut

Badawi, KTT Asia Timur harus menghasilkan hal-hal yang kongkrit, bukan

sekedar simbol politik bagi Komunitas Asia Timur. Ada enam topik strategik

yang akan dibahas dalam KTT Asia Timur 2005 itu, yakni topik perjanjian

kerjasama regional, kawasan perdagangan bebas Asia Timur (East Asian Free

Trade Area/FTA), pembentukan wadah kerjasama moneter dan keuangan, zona

kerjasama dan persahabatan untuk mencegah munculnya perlombaan senjata,

pengembangan jaringan transportasi dan komunikasi, serta wadah bagi

peluncuran deklarasi hak asasi manusia. Dengan demikian sudah arah atau rute

menuju pelaksanaan KTT Asia Timur. Kita harus menyusun strategi melakukan

lompatan ke depan dan menciptakan kawasan perdagangan bebas yang

menghasilkan sebuah Asia Timur yang makmur dan stabil serta memberikan

kontribusi yang besar bagi perdamaian dan kemakmuran dunia. Memang,

masalah Korea Utara, aksi saling klaim untuk menguasai kawasan Laut China

Selatan, masalah terorisme regional, serta sejumlah persoalan internal Asia

Timur berpotensi menjadi penghalang terbentuknya Komunitas Asia Timur.

Namun Badawi tetap optimis, dan oleh karenanya kendala itu harus segera

diatasi.

Sebelum KTT Laos yang menghasilkan rencana pelaksanaan KTT untuk

membangun Masyarakat Asia Timur, muncul gagasan yang lebih luas yakni

gagasan membentuk Masyarakat Asia dan sempat menjadi sorotan dunia

internasional. Kecemerlangan ekonomi Asia Timur pasca krisis ekonomi yang

melanda Asia, dan kecermerlangan ekonomi India, telah mendorong munculnya

gagasan untuk membentuk Masyarakat Asia yang dibahas dalam Konferensi

Internasional Ke 10 tentang Masa Depan Asia yang diselenggarakan oleh surat

kabar kondang Jepang, Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) bekerjasama dengan

media massa kondang di Asia Timur lainnya, antara lain Harian Kompas

Page 26: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

26

(Indonesia), The straits Times (Singapura), Maeil Business Newspaper dan Jong

Ang Ilbo (Korsel). Dalam konferensi itu muncul semangat yang kuat untuk

mempercepat pembentukan Masyarakat Asia. Untuk memacu terealisirnya

integrasi Asia dalam berbagai bidang kehidupan, perlu segera dibentuk embrio

Masyarakat Asia yang berfungsi sebagai think tank lintas negara yang

beranggotakan dari berbagai unsur dengan latar belakang beragam. Ini

mengingat integrasi Asia yang ingin diwujudkan bukan hanya sekedar integrasi

ekonomi dan perdagangan, melainkan jauh lebih luas, yakni integrasi yang

akan membawa bangsa Asia mencapai kemakmuran, kesejahteraan dan

perdamaian di kawasan Asia.

Menurut mantan PM Jepang Yasuhiro Nakasone yang hadir dalam

konferensi tersebut, pembentukan Masyarakat Asia bukanlah suatu impian yang

mustahil untuk diwujudkan. Jumlah penduduk di kawasan ini relatif banyak.

Selain itu, secara ekonomi kawasan Asia juga menyimpan potensi yang sangat

besar untuk dikembangkan lebih lanjut dalam menyongsong masa depan yang

cemerlang dari negara-negara yang ada di kawasan ini. Nakason mengingatkan

para pemimpin negara di Asia untuk mengambil prakarsa menciptakan

perdamaian. Terciptanya perdamaian dan kemanan merupakan kunci bagi

terbentuknya Masyarakat Asia yang makmur. Prasyarat lainnya, semua ini

harus dilakukan oleh pemerintahan yang demokratis.

Menurut Mahathir Mohamad, Masyarakat Asia yang kokoh akan

bermanfaat bukan hanya bagi bangsa-bangsa di kawasan Asia Timur,

melainkan juga bagi bagi Asia secara keseluruhan, baik Asia Selatan maupun

Asia Barat. Perbaikan kondisi ekonomi dan peningkatan masyarakat di kawasan

ini akan menghindurkan munculnya persoalan terorisme di kawasan yang

mendambakan kedamaian ini.

Page 27: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

27

Membangun Masyarakat Asia pada dasarnya dapat dimulai dengan

terlebih dahulu membangun Masyarakat Ekonomi Asia Timur. Di kawasan Asia,

khususnya Asia Timur terdapat tiga negara yang paling menonjol

perkembangan ekonominya sehingga patut disebut sebagai pilar ekonomi Asia

Timur (Korsel, Jepang, China/KJC). Ketika kegiatan ekonomi di ketiga negara

ini meningkat, bobot ekonomi negara tersebut dalam perekonomian dunia juga

meningkat. Demikian juga pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi

sesama negara di kawasan Asia Timur. Bayangkan saja, total Produk Domestik

Bruto (PDB) KJC mencapai 6 triliun dolar AS atau sama dengan dua pertiga dari

PDB Uni Eropa yang beranggotakan 25 negara yang PDBnya sekitar 9 trilun

dolar AS. Atau sama dengan 60 % dari PDB tiga Negara anggota NAFTA (North

America Free Trade Aggreement) yang berjumlah 10 triliun dolar AS. Nilai

perdagangan KJC pada 2003 telah mencapai 2,08 triliun dolar AS. Total

ekspornya mencapai 1,1, triliun dolar AS. Ekonomi Asia Timur, khususnya

Timur Laut tempat KJC berada diperkirakan akan meningkat cepat, dan

kawasan ini akan menjadi pusat perekonomian dunia di millennium baru ini.

Jepang dan China memainkan peranan yang paling penting sebagai mesin

penggerak pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur. China dengan jumlah

penduduk yang begitu besar dengan pendapatan yang terus meningkat

merupakan pasar yang potensial bagi produk negara-negara di kawasan Asia

Timur. China juga dapat menggunakan devisa hasil surplus perdagangannya

dengan AS untuk membiayai belanja keperluan domestiknya di Asia Timur.

Demikian pula pasar Jepang, kendati jumlah penduduknya lebih sedikit namun

pendapatannya tinggi, sehingga pasarnya potensial dalam menyerap produk

negara-negara Asia Timur. Mahathir menyatakan, Jepang dan China harus

memainkan peran sebagai pemimpin dalam proses integrasi Asia Timur, baik di

bidang ekonomi maupun di bidang lainnya.

Page 28: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

28

Senada dengan Mahathir, mantan petinggi Singapura, Lee Kuan Yew

mengakui Jepang dan China akan menjadi pemimpin dan memainkan peranan

penting dalam proses integrasi Asia Timur. Saat ini memang Jepang masih

menjadi pemimpin di Asia Timur, khususnya dalam bidang ekonomi dan

politik. Akan tetapi pada tahun 2020 ekonomi China akan menjadi nomor satu di

Asia Timur. China akan melebihi Jepang dalam bidang ekonomi. Walaupun

demikian Jepang masih tetap lebih unggul dari segi teknologi, kualitas dan

keterampilan manajerial.

Bagi Indonesia sendiri peranan kawasan Asia Timur memang sangat

penting. Asia Timur merupakan pasar ekspor utama Indonesia karena daya

serap pasarnya atas komoditas ekspor Indonesia sangat berarti. Bagian terbesar

dari ekspor Indonesia ternyata diserap oleh pasar kawasan Asia Timur yang

meliputi empat negara Asia Timur (Jepang, Korea, Hongkong dan Taiwan) serta

China. Pada data tabel berikut terlihat bahwa perkembangan ekspor Indonesia

ke Asia Timur terus meningkat. Pada 2003, empat negara Asia Timur tersebut

diatas saja telah menyerap 34,9 % total ekspor Indonesia. Bila ditambah China,

penyerapan Asia Timur secara keseluruhan mencapai 41,1 %. Sementara itu,

ASEAN ternyata merupakan pasar ekspor Indonesia terbesar kedua setelah Asia

Timur. Pangsa ekspor Indonesia ke ASEAN dalam total ekspor Indonesia pada

2003 mencapai 17,5 %, lebih besar dari pangsa ekspor ke NAFTA (13,1 %)

maupun ke Uni Eropa (13,5 %). Ini mengindikasikan, pasar Asia semakin

berperan dominan dalam ekspor Indonesia. Kedua pasar Asia ini (ASEAN Plus

China dan 4 negara Asia Timur lainnya) menyerap lebih dari separuh (58,6 %)

dari total ekspor Indonesia.

Dari sisi impor, Asia Timur ternyata juga memainkan peranan penting.

Bagian terbesar dari impor Indonesia pada 2003 saja nyatanya berasal dari empat negara Asia Timur tersebut (21,1 %) yang jika ditambah pangsa impor dari China, maka peranan impor dari keseluruhan Asia Timur dalam total impor

Page 29: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

29

Indonesia mencapai 30,2 %. Dengan kata lain, sepertiga dari impor Indonesia berasal dari Asia Timur. Impor dari ASEAN menduduki posisi ke dua dengan pangsa mencapai 23,7 % dari total impor Indonesia. Ini mengindikasikan ASEAN juga semakin berperan penting sebagai sumber impor Indonesia, selain dari Asia Timur. Secara keseluruhan, impor Indonesia dari ASEAN Plus Asia Timur telah mencapai lebih dari separuh (53,9 %) total impor Indonesia. Tak pelak lagi ASEAN dan Asia Timur telah menjadi mitra dagang penting bagi Indonesia, baik dari segi ekspor maupun impor. Kedepan, kontribusinya dalam ekspor-impor Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, mengingat bagian benua Asia ini merupakan kawasan dunia yang bertumbuh paling dinamis di melenium baru ini. Kendala

Upaya membangun Masyarakat Ekonomi Asia Timur, masih menghadapi

sejumlah kendala yang mengganjal, sehingga diperlukan upaya serius terutama

dari pihak Jepang China dan Korea untuk mengeliminasi kendala-kendala ini.

Kenyataan di lapangan memang menunjukkan, kendati dari sisi kepentingan

ekonomi, terdapat niat, semangat dan bahkan kesepakatan untuk menggalang

kerjasama ekonomi yang lebih mendalam, namun pembentukan Masyarakat

Asia Timur masih dibayang-bayangi kemungkinan keretakan yang dapat

menghambat perwujudan kerjasama ekonomi yang harmonis di kawasan yang

terus berkembang secara dinamis ini.

Dari sisi politik ekonomi internasional, sejatinya China, Jepang dan Korea

masih belum mau secara terbuka membangun front bersama Asia Timur untuk

berhadapan secara frontal dengan Amerika dan Uni Eropa. Ini karena mereka

masih mengandalkan penyerapan dua pasar besar dunia itu atas ekspor produk-

produk mereka, serta masih sangat memerlukan penjalinan hubungan kerjasama

ekonomi dengan kelompok negara-negara maju tersebut. Pemerintah China dan

Jepang menyadari betul bahwa Amerika Serikat pada dasarnya tidak

mengharapkan terbentuknya blok perdagangan Asia yang akan menjadi lawan

tangguh negeri Paman Sam itu. Itu sebabnya sejak awal mereka sebenarnya

Page 30: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

30

cenderung menjalin kerjasama dengan ASEAN dalam kerangka bilateral, seperti

mewujudkan ASEAN-China FTA yang terpisah dengan ASEAN-Jepang FTA.

Dari sisi lain, misalnya dari sisi politik keamanan, China dan Jepang juga

masih belum dapat dikatakan seia sekata. China dan Jepang masih saling

mengintai perkembangan kekuatan militer masing-masing. Trauma dan rasa

dendam akibat ekspansi militer Jepang yang brutal di China pada masa Perang

Dunia (1931 – 1945), ternyata masih membayangi China, sehingga militer China

masih terus memata-matai gerak gerik militer Jepang. Insiden kapal selam nuklir

China yang menyusup ke perairan Jepang pada bulan November 2004 lalu

merupakan salah satu indikasi yang sangat jelas.

Sebuah kapal selam nuklir, yang belakangan terindikasi berasal dari

Angkatan Laut China, telah menyusup ke perairan Jepang (dekat Pulau

Okinawa) selama dua jam. Insiden ini menyebabkan Jepang melontarkan nota

diplomatik yang memprotes secara resmi penyusupan kapal selam China yang

sudah melanggar batas perairan Jepang ini. Kapal selam itu terindikasi berada

di sekitar sebuah lokasi sumber gas alam yang masih diperebutkan oleh

sejumlah negara di Asia Timur. Jepang mengindikasikan kapal selam itu milik

China, karena ketika dikejar oleh dua kapal perusak dan sebuah pesawat

pengintai Jepang, kapal selam itu melarikan diri ke arah barat laut (wilayah

China) dan di perairan sekitar itu memang kapal selam China sering berkeliaran.

Insiden lain yang membuat hubungan Jepang China tak kunjung

harmonis dari segi politik keamanan adalah kunjungan PM Jepang Junichiro

Koizumi, ke sebuah kuil di Tokyo yang didirikan khusus untuk menghormati

para serdadu Jepang yang menjadi korban perang pada masa Perang Dunia.

Padahal, sebagian dari mereka jelas sudah dinyatakan sebagai penjahat perang

dan dijatuhkan hukuman oleh pengadilan pasca Perang Dunia. Kunjungan yang

Page 31: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

31

dilakukan berkali-kali itu terkesan menjadi ritual berkala yang memuja

heroisme dan kejayaan militer Jepang masa lalu, sehingga menyakitkan

perasaan pemerintah dan rakyat China yang menjadi korban keganasan militer

Jepang di masa penjajahan Jepang. Tindakan Junichiro dinilai cenderung

membela dan membenarkan aksi tentara Jepang masa lalu yang penuh dengan

kebrutalan dan tidak prihatin pada nasib korban keganasan tentara Jepang di

China. Petinggi Jepang ini dinilai mengabaikan perlunya upaya menjalin

keharmonisan hubungan persahabatan Jepang China di masa kini.

Menurut mantan PM Jepang Yasuhiro Nakasone, negara-negara yang

menjadi pilar ekonomi di Asia Timur itu (Korea, Jepang, China/KJC), belum

memainkan peran yang optimal dalam pengembangan kerjasama ekonomi di

kawasan ini. Jepang, misalnya, sulit mewujudkan kerjasama dalam konteks

perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) dengan China, atau

Korsel. Selama ini kerjasama negara di kawasan Asia Timur selalu dijembatani

oleh bingkai kerjasama ASEAN, yang melahirkan konsep ASEAN Plus Tiga.

Sekarang sudah tiba saatnya bagi ketiga negara tersebut (KJC) untuk lebih

mengembangkan kerjasama di kawasan itu, tanpa harus terus menerus

bergantung pada inisiatif ASEAN.

Selain itu, menurut Nakasone, dalam upaya membangun Masyarakat

Ekonomu Asia Timur, ternyata masih terdapat kendala yang menghambat yang

menyangkut sejarah masa lalu yang dialami oleh ketiga negara ini dan masih

menjadi trauma bagi anak bangsanya. Oleh karena itu, para pemimpin KJC

harus mengambil inisiatif sendiri untuk menyelesaikan persoalan masa lalunya.

Sebagaimana diketahui, masalah dampak penjajahan Jepang terhadap Korsel

dan China pada masa Perang Dunia memang masih belum juga tuntas. Setiap

kali masih saja muncul silang pendapat yang berimplikasi buruk pada

pembinaan hubungan baik diantara ketiga negara.

Page 32: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

32

Mantan PM Malaysia, Mahathir Mohamad dan mantan kepala Negara

Filipina Fidel Ramos, mendukung usulan Nakasone agar para petinggi KJC

mengambil inisiatif dalam rangka meyelesaikan persoalan masa lalu. Negara-

negara di kawasan Asia Timur harus dapat keluar dari persoalan masa lalu yang

berpotensi mengganggu upaya perbaikan ekonomi di kawasan ini dalam jangka

panjang dan pembentukan masyarakat Asia Timur yang didambakan itu.Ini

merupakan satu persoalan yang mengganjal implementasi hubungan baik di

antara negara Asia Timur dengan Jepang, terlebih lagi antara Jepang dengan

Korea dan China.

Mahathir menyatakan, kunci integrasi Asia adalah melupakan masa lalu

yang telah memecah belah bangsa Asia. Maka, kita tidak perlu menunggu

terlampau lama terwujudnya integrasi Asia seperti yang dialami dalam proses

integrasi Eropa. Memang, jika kita terus menerus menengok ke belakang dan

berbicara tentang masa lalu, integrasi Asia yang didambakan itu tidak akan

pernah menjadi kenyataan. Bangsa-bangsa Asia perlu mengenali dan mengakui

perbedaan diantara mereka serta menerimanya sebagai suatu kekayaan

keberagaman bangsa yang tertata apik dalam suatu mozaik yang indah. Sebab

kita berbicara tentang masa depan. Masa depan yang cemerlang dapat terwujud

bila semua hambatan akibat perbedaan dapat dihilangkan.

Mengeliminasi persoalan masa lampau Jepang secara psikologis

tampaknya memang agak sulit. Menghapus memori kekejaman masa penjajahan

Jepang memang tidak begitu mudah dari benak rakyat Asia Timur. Ini berbeda

dengan kasus yang dialami Jerman. Negara yang pernah dipimpin oleh Adolf

Hitler ini menyelesaikan persoalan masa lalunya dengan meminta maaf kepada

negara-negara Eropa yang pernah mengalami kekejaman invasinya di masa

kepemimpinan Hitler yang brutal dan ambisius menaklukkan Eropa dan bahkan

Page 33: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

33

dunia, sehingga memicu terjadinya PD II. Permintaan maaf itu ternyata diterima

dengan baik. Hubungan Jerman di masa modern ini berkembang baik dengan

negara-negara Eropa. Negara-negara yang dahulu terlibat PD II pun kini sudah

bersatu dalam Uni Eropa.

Ini berbeda dengan pengalaman Jepang. Kendati para pemimpin Jepang

telah berulang kali menyatakan penyesalan dan mengajukan permintaan maaf

atas permasalahan masa lalu negaranya, Rakyat negara-negara di Asia Timur

masih saja mengingat-ingat persoalan masa lampau yang buruk dibawah

penjajahan Jepang. Oleh karena itu, para pemimpin Jepang harus berusaha lebih

serius menghindari pelaksanaan kegiatan seremonial atau mengeluarkan

pernyataan yang dapat menimbulkan kembali luka-luka lama dan sentimen anti

Jepang di kawasan Asia Timur.

Selain persoalan masalah masa lampau, ternyata masih ada masalah lain

yang mengganjal perwujudan kerjasama perdagangan bebas di antara KJC. Ada

jurang dalam neraca perdagangan diantara negara-negara tersebut dan

perbedaan tingkat kemajuan ekonomi. Oleh karenanya, perlu upaya untuk

meminimalkannya. Dalam kasus perdagangan Korsel dan Jepang, misalnya,

Korea mencetak defisit karena masih terdapat ketergantungan impor suku

cadang dan komponen dari Jepang. Untuk menguranginya Jepang perlu

meningkatkan investasi langsungnya dalam industri suku cadang dan

komponen di Korea Selatan. Sulitnya, Jepang melihat Korsel sebagai pesaing

tangguhnya di pasar dunia, sehingga cenderung membatasi investasi yang bisa

memperkuat pijakan kaki manufaktur Korsel di pasar dunia.

Penghapusan persoalan masa lampau, serta penciptaan “rekonsiliasi”

antar ketiga negara ini amat penting dilakukan mengingat ketiganya (KJC)

merupakan pilar ekonomi Asia Timur. Selama ini ketiga negara ini memang

sulit membentuk kerjasama ekonomi dalam kerangka perdagangan bebas (Free

Page 34: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

34

Trade Agremeent/FTA), karena mereka lebih melihat posisi mereka sebagai

pesaing ketimbang sebagai mitra. Jika ketiga negara ini mengambil sikap lebih

positif terhadap perwujudan integrasi ekonomi lewat penerapan kawasan

perdagangan bebas KJC, mengatasi masalah sejarah masa lampau yang buruk

dan berhasil mengatasi persoalan jurang perbedaan kemajuan ekonomi diantara

mereka, dan tidak melihat sebagai pesaing melainkan lebih sebagai mitra, maka

potensi pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang dapat dicapai secara bersinerji

itu, tentunya akan lebih besar lagi, ketimbang KJC jalan sendiri-sendiri.

Rekonsiliasi dan kebersatuan KJC merupakan langkah awal yang penting

untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi Asia Timur yang bersatu. Semua ini

diharapkan akan membawa dampak positif yang lebih besar lagi bagi

pertumbuhan ekonomi negara-negara lain di kawasan Asia Timur. KJC akan

lebih besar berperan sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi di Asia Timur

yang menarik pertumbuhan ekonomi ASEAN dengan daya yang lebih besar lagi.

Langkah ke arah rekonsiliasi dan kebersatuan KJC itu bisa dimulai dengan

pembentukan FTA Jepang dan Korea Selatan dan kemudian China turut

bergabung didalamnya. Setelah itu dilakukan pembentukan kerjasama yang

lebih luas antara KJC-FTA dengan ASEAN dalam rangka membentuk

Masyarakat Asia Timur. Setelah itu dapat diperluas lagi dengan melibatkan

India dan negara Asia lainnya sehingga pada akhirnya terbentuklah Masyarakat

Asia Bersatu yang didambakan, yang mampu mengimbangi kekuatan blok

ekonomi Uni Eropa atau Amerika Utara sekalipun.

Sementara itu, menurut Prof Akihiko Tanaka dari Universitas Tokyo yang

menjadi pembicara seminar Hubungan ASEAN-Jepang dalam Pembangunan

Komunitas Asia Timur yang diselenggarakan oleh CSIS (Jakarta, 12-8-2004), ide

pembangunan Masyarakat Asia Timur yang dikampanyekan kembali oleh PM

Jepang Junichiro Koizumi, masih sulit untuk diwujudkan, mengingat sampai

Page 35: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

35

saat ini ASEAN saja masih berkutat dengan masalah internalnya seperti

pembentukan Masyarakat ASEAN dengan tiga pilarnya, yakni pilar komunitas

ekonomi, komunitas sosial dan komunitas kemanan. ASEAN juga sedang

menghadapi masalah bagaimana mengatasi kesenjangan ekonomi di antara

sesama negara anggotanya, agar dapat tercipta integrasi regional yang harmonis

di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, menurut Akihiko Tanaka, ASEAN saja

masih sibuk mematangkan strategi kerjasama ASEAN Plus Tiga bersama Korsel,

Jepang, dan China, dan belum membuahkan hasil yang nyata, sehingga akan

sulit bagi ASEAN untuk mewujudkan gagasan Asia Timur yang selangkah lebih

jauh ke depan. Bila kerjasama ASEAN Plus Tiga sudah berhasil berjalan dengan

baik, maka kerjasama itu akan menjadi jembatan emas menuju perwujudan Asia

Timur.

Dana Asia (Asian Fund)

Gagasan masa depan lain yang belakangan ini mencuat, selain

pembentukan Masyarakat Asia Timur adalah pembentukan kekuatan pasar

modal dan keuangan Asia, serta penerbitan obligasi Dana Asia (Asian Fund).

Dengan demikian kerjasama ekonomi tidak hanya terbatas dalam lingkup

ekonomi perdagangan dan industri saja, melainkan juga meluas dalam lingkup

keuangan/finansial.

Pemikiran kearah itu didasari pada kesadaran bahwa Asia Timur pada

dasarnya memiliki kekuatan finansial yang besar, namun AS dan negara Eropa

lebih banyak menikmati potensi keuangan Asia Timur ini. Hal ini dapat dilihat

dari besarnya potensi cadangan devisa KJC. Sebagaimana diketahui, KJC

memiliki surplus perdagangan internasional yang relatif besar dan cenderung

terus meningkat. Pada akhir Maret 2004 jumlah cadangan devisa KJC telah

mencapai lebih dari 1,4 triliun dolar AS. Selain dari surplus perdagangan,

Page 36: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

36

negara-negara Asia Timur yang memiliki cadangan devisa cukup besar

termasuk KJC ini juga terus mengintervensi pasar uang internasional, membeli

dolar dan menjual mata uang mereka sendiri sehingga pada gilirannya cadangan

devisa mereka terus bertambah.

Namun negara-negara Asia Timur (termasuk Hongkong dan Taiwan)

yang memiliki cadangan devisa yang besar itu menginventasikan sebagian besar

cadangan devisanya untuk membeli obligasi pemerintah AS atau surat berharga

di Eropa dan bukan menggunakan sepenuhnya untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi domestiknya. Selain itu, banyak perusahaan Asia Timur yang tidak

menggunakan sepenuhnya asset valuta asingnya untuk mendanai

pertumbuhannya, melainkan menanamkannya di pasar modal dan uang AS dan

Eropa. Negara-negara Asia Timur ini secara tak langsung telah memainkan

peran penting sebagai pembantu atau kontributor AS dalam menghadapi

tekanan defisit kembar yakni defisit transaksi berjalan dalam neraca

pembayarannya dan defisit anggaran belanja. Bayangkan saja pada 2003 defisit

transaksi berjalan dalam neraca pembayaran AS sudah mencapai sekitar 500 juta

dolar AS.

Menurut PM Malaysia, Ahmad Badawi, kerjasama perdagangan Eropa

dimulai sejak tahun 1950an, mendahului terbentuknya kerjasama finansial,

sehingga bentuk kerjasama perdagangan seperti itu (mendahulukan kerjasama

perdagangan dan belakangan baru membentuk kerjasama finansial) sebenarnya

sudah tergolong jenis kerjasama yang konvensional. Kita di Asia kini

menghadapi situasi yang berbeda. Asia memiliki surplus finansial dan cadangan

devisa yang relatif besar. Oleh karenanya, surplus finansial ini harus

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk memajukan Asia. Kerjasama

finansial perlu segera direalisasikan dan dilaksanakan berbarengan dengan

Page 37: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

37

kerjasama perdagangan. Bukan setelah terbentuknya kerjasama regional di

bidang perdagangan, melainkan harus secara simultan..

Badawi mengingatkan dan mendukung gagasan yang pernah dilontarkan

Jepang pada saat krisis moneter melanda kawasan Asia pada tahun 1998. Pada

saat itu jepang mengusulkan pembentukan Dana Moneter Asia (DMA). Institusi

moneter ini bukan bagian atau tandingan Dana Moneter Internasional (IMF) dan

bukan pula bagian dari Bank Dunia. Menurut Badawi, institusi moneter ini

bertugas menjaga dan memonitoring perkembangan fiinansial di Asia, bukan

hanya pada saat terjadinya suatu krisis melainkan setiap hari. dan mencarikan

solusi bagi masalah keuangan yang muncul di kawasan Asia. Lembaga ini berisi

para ahli yang tidak perlu menjangkau cakupan ekonomi yang luas. Namun

secara bersama memiliki empati yang besar untuk memahami masyarakat Asia.

Dalam talian ini Badawi mengusulkan pembentukan sebuah think tank yang

merupakan embrio dari Institut Moneter Asia. Lebih lanjut menurut Badawi,

memang telah ada ASEAN Pus Tiga dan para pemimpinnya bertemu setiap

tahun. Namun diperlukan ide pendobrak yang kreatif dan produktif untuk

menghasilkan substansi kongkrit dari ASEAN Plus Tiga seperti integrasi

regional secara ekonomi, sehingga dapat dicapai suatu arah yang baru.

Reformasi keuangan tampaknya memang harus dilakukan Asia untuk

masa depan yang lebih baik. Negara-negara Asia harus memperkuat kerjasama

keuangan dan tidak lagi bergantung terus menerus kepada pasar modal dan

keuangan AS dan Eropa. Dari sini bergulir gagasan membentuk pasar modal

dan keuangan Asia dimana baik pemerintah maupun perusahaan Asia dapat

menerbitkan obligasinya. Obligasi mana bisa diterbitkan dalam mata uang dolar

AS, bisa pula dalam mata uang negara Asia yang bersangkutan.

Page 38: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

38

Bab. 4.

PENILAIAN ATAS KTT ASIA TIMUR KTT Asia Timur pertama yang berlangsung di Kuala Lumpur pada Rabu 14-12-2005 akhirnya dinyatakan berakhir dengan sukses. Semua pihak yang terlibat dalam KTT ini tampaknya mengusung semangat menggebu menuju terwujudnya Masyarakat Asia Timur yang stabil, damai dan makmur. Semua pihak yang terlibat dalam KTT ini tampaknya begitu bersemangat untuk membangun kerjasama demi terwujudnya masyarakat dengan masa depan yang lebih baik di kawasan tersebut. Kejayaan Asia Timur dengan ekonominya yang semakin makmur tampaknya bakal terwujud di masa datang, tentunya bila semua pihak tetap konsisten mengusung semangat juang membangun Asia Timur di dalam prinsip kebersamaan dan kesetaraan. KTT EAS pertama ini dihadiri oleh 16 kepala negara ASEAN, plus Jepang, China, Korea Selatan (Korsel), dan ditambah dengan Australia, Selandia Baru dan India. Dengan demikian, EAS sebenarnya merupakan perluasan dari ASEAN Plus Tiga (ASEAN Plus China, Jepang dan Korsel), ditambah Australia, Selandia Baru dan India. Keselarasan hubungan antar negara ASEAN, bergabungnya tiga entitas ekonomi besar di Asia Timur untuk mengembangkan kerjasama ekonomi dan pasar bebas dengan ASEAN (China, Jepang dan Korsel), membuat Australia, Selandia Baru dan India pada gilirannya menjadi tertarik untuk ikut bergabung mengembangkan kerjasama di kawasan ini. Bahkan Rusia pun dikabarkan juga tertarik bergabung dan mengajukan permohonan secara resmi untuk bergabung. Namun Rusia baru dapat diterima sebagai peserta dalam KTT EAS tahun 2006 yang akan diselenggarakan di Cebu, Filipina.

Banyak pihak menilai pelaksanaan KTT ini tergolong sukses. Apa ukuran sukses dari KTT ini ? Menurut Perdana Menteri Malaysia yang juga merupakan Ketua pelaksana KTT tersebut, ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari kesepakatan yang diambil oleh 16 Kepala Negara peserta EAS untuk menjadikan EAS sebagai pertemuan tahunan resmi, yang berlangsung bersamaan dengan rangkaian event KTT ASEAN. Para peserta KTT ini juga sepakat untuk mewujudkan perdagangan bebas diantara seluruh peserta EAS. Selain itu, menurut Badawi, ukuran sukses lainnya dapat dilihat pada terciptanya atmosfir persahabatan dan sikap saling mengerti diantara peserta selama EAS berlangsung. Apa yang dinyatakan Badawi ini tampaknya memang bukan sekedar basa-basi. Pada saat penanda tanganan Deklarasi Kuala Lumpur tentang EAS, PM China Wen Jiabao dan PM Jepang Junichiro Koizumi yang negaranya belakangan ini sempat bersitegang akibat penerbitan buku sejarah Jepang yang baru sehingga menimbulkan kemarahan berbuntut demonstrasi massal di China, tampak duduk berdampingan. Mereka terlibat dalam pembicaraan kecil dan Koizumi pemimpin Jepang yang nyentrik itu pun sempat meminjam pena Jiabao untuk digunakan dalam penanda tanganan naskah Deklarasi. Koizumi memang pantas disebut nyentrik.

Page 39: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

39

Bagaimana tidak, sebagai pemimpin tertinggi pemerintahan negara maju, Koizumi bisa sampai lupa membawa pena dalam acara puncak yang sangat penting : menandatangani deklarasi EAS. Namun momen ini justru digunakan oleh Kiozumi untuk menarik simpati Jianbao yang tersenyum tatkala penanya dipinjam Koizumi. Momen yang berkesan ini pun diabadikan oleh para wartawan foto dan dimuat di berbagai media cetak internasional.

Disamping itu, menurut Badawi, bukti sukses lainnya dapat dilihat dari adanya kesamaan pandangan yang muncul diantara peserta mengenai berbagai persoalan yang terjadi di kawasan Asia Timur dan mereka sepakat untuk tidak melaksanakan hal-hal yang bisa membahayakan perdamaian dan stabilitas kawasan. Badawi menegaskan, ada tingkat penerimaan yang sangat tinggi dari peserta EAS atas apa yang menjadi kepentingan bersama, untuk melihat bahwa bagian dunia ini (Asia Timur) terus berkembang menjadi wilayah yang stabil, damai dan makmur, Meskipun EAS diikuti oleh PM Australia dan Selandia Baru, dan India dalam KTT ini mereka pun terlihat memiliki kepentingan yang sama atas apa yang terjadi di kawasan ini, dan bahkan menyatakan bersedia memberikan kontribusi mereka terhadap ASEAN dan seluruh proses di ASEAN. Lebih jauh Badawi menyatakan, para pemimpin EAS meyakini Komunitas Asia Timur (EAC) akan menjadi kenyataan di masa mendatang. Khususnya setelah kerjasama tumbuh, saling percaya tumbuh, dan tercapainya tingkat pengertian yang lebih baik sehingga ada lebih banyak lagi kesamaan dalam mewujudkan aspirasi kawasan ini sebagai kawasan yang damai, stabil dan makmur. Gerakan menuju Komunitas Asia Timur sebagai tujuan akhir akan menjadi kenyataan dan ini adalah sesuatu yang wajar diterima oleh semua pihak. Menyangkut soal perwujudan Masyarakat Asia Timur, Australian, Selandia Baru dan India menyadari posisis geografis mereka sehingga mereka sama sekali tidak membicarakan kemungkinan keanggotaan mereka dalam Komunitas Asia Timur. Kendati demikian, ketiga negara ini bersama negara anggota Asean Plus Tiga tampak lebih banyak terlibat dalam pembicaraan membahas hal-hal yang menjadi kepentingan bersama, nilai-nilai bersama dan penggalangan kerja sama.

Mewujudkan kerjasama Asia Timur yang lebih kongkrit dalam bentuk pelaksanaan program-program yang terarah dan terkoordinasi dengan baik jelas memerlukan institusi formalnya, dalam bentuk sekretariat EAS. Namun menyangkut soal pembentukan sekretariat EAS, tampaknya KTT ini belum menentukan dengan jelas dimana sekretariat berada. Untuk sementara ini EAS berada dibawah naungan Sekretariat ASEAN yang berkantor di Jakarta. Perbedaan KTT Asia Timur ini merupakan realisasi dari pembicaraan didalam East Asia Vision Group dalam kerangka ASEAN Plus Tiga yang membuahkan rekomendasi untuk melakukan evoluasi dari ASEAN Plus Tiga menjadi KTT Asia Timur dengan melibatkan keangggotaan yang lebih luas (penambahan Australia, Selandia Baru dan

Page 40: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

40

India). Sejumlah pengamat mengkhawatirkan perluasan, atau penambahan peserta dalam KTT Asia Timur justru akan mempersulit penggalangan kerjasama secara kongkrit dalam bentuk pelaksanaan program kerjasama yang nyata. Dengan demikian, nasib kerjasama Asia Timur tidak menjadi seperti APEC, yang oleh banyak kalangan dinilai telah menjadi macan kertas yang tidak mampu merealisasikan program kongkrit yang manfaatnya dapat dirasakan oleh para peserta APEC. Perbedaan memang ada diantara negara penggalang kerjasama Asia Timur. Perdebatan panjang yang menyangkut kepesertaan dan modalitas keorganisasian sempat mengawali proses terbentuknya KTT EAS. Ini dilatar belakangi oleh posisi awal yang berbeda diantara negara anggota ASEAN selaku penggerak awal EAS. Malaysia, misalnya sejak awal menginginkan peserta EAS dibatasi hanya ASEAN Plus Tiga dan menghendaki KTT Asia Timur merupakan pendalaman dari kerjasama ASEAN Plus Tiga. Filipina yang mendukung pandangan Malaysia menghendaki penambahan anggota, yakni dengan memasukkan India. Malaysia dapat menerima masukan Filipina karena kedua negara ini memiliki kesamaan pandangan : menjadikan Asia Timur sebagai suatu kekuatan ekonomi yang tangguh yang memiliki daya tawar tinggi terhadap kekuatan ekonomi belahan dunia lain (Uni Eropa, AS dan entitas ekonomi besar lainnya). Keduanya sepakat menggunakan model seperti Uni Eropa untuk menggalang kerjasama yakni dengan membentuk Komunitas Asia Timur dan Pasar Tunggal Asia Timur. Indonesia semula tidak tertarik mendukung gagasan terbentuknya EAS. Belakangan Indonasia memandang perlu pembentukan EAS, namun dengan penambahan peserta, yakni Australia dan Selandia Baru. Kerjasama ekonomi memang bisa saja tidak dibatasi secara geografis. Bisa saja negara lain yang bukan berada dalam kawasan yang sama, namun bertetangga, dimasukkan sebagai peserta karena pertimbangan-pertimbangan strategis tertentu. Indonesia menghendaki EAS merupakan perluasan dari konsep Komunitas ASEAN yang disepakati dalam Bali Concord II tahun 2003 lalu. Cakupan kerjasama dalam EAS hendaknya tidak hanya terbatas dalam bidang ekonomi melainkan juga bidang keamanan dan sosial budaya. Tidak semua anggota ASEAN pada awalnya sepakat dengan masuknya Asutralia dan Selandia Baru sebagai peserta EAS.

Penolakan atas masuknya Australia dan Selandia Baru dilandasi beberapa alasan. Ada pihak yang menilai Australia dan Selandia Baru memiliki latar belakang sosial budaya yang jauh berbeda dengan bangsa-bangsa Asia. Australia dan Selandia Baru yang memiliki latar belakang sosial budaya Eropa akan sulit menggalang kerjasama dengan negara-negara Asia yang memiliki latar belakang sosial budaya Asia. Apalagi kedua negara itu sudah terlanjur dianggap sebagai ”Eropa” di Timur karena sikap politiknya yang pro Eropa. Bahkan ada yang menilai Australia dan Eropa merupakan kepanjangan tangan Amerika Serikat di Timur, mengingat saratnya keterlibatan Australia dalam menggalang kerjasama keamanan internasional dengan AS dan sekutunya.

Motivasi beberapa negara yang bergabung ke EAS memang berbeda. Ada yang

lebih kental motivasi ekonominya, seperti Malaysia dan Filipina. Ada yang lebih luas

Page 41: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

41

seperti Indonesia yang juga ingin menggalang kerjasama dalam bidang keamanan serta sosial dan budaya. Australia sendiri tampaknya lebih tertarik mengalang kerjasama dalam bidang politik dan keamanan ketimbang kerjasama ekonomi. Ini mungkin karena kedua negara itu lebih lekat membangun kerjasama ekonomi dengan Uni Eropa dan AS ketimbang dengan negara tetangga di Asia. Ini ditagaskan oleh Menlu Australia, Alexander Downer yang menyatakan, Australia lebih tertarik untuk membangun kerjasama dibidang keamanan, namun tidak dalam bentuk pendirian Pakta Pertahanan, melainkan cukup dalam bentuk konsultasi dan kerjasama di bidang politik dan keamanan.

Perbedaan juga tampak diantara China dan Jepang yang belakangan terlibat

konflik akibat penerbitan buku sejarah Jepang yang baru dan kunjungan Perdana menteri Jepang Koizumi ke Kuil yang dibangun untuk menghormati tentara Jepang yang gugur semasa Perang Dunia ke II. Kendati mendapat kecaman keras dari masyarakat dan pemerintah China. Kiozumi masih saja menjalankan ritual politisnya di kuil tersebut sehingga benih konflik masih terus membayangi hubungan kedua negara.

Mari kita simak kendala-kendala yang masih menghadang kerjasama China dan Jepang. Dari sisi politik keamanan, misalnya, China dan Jepang juga masih belum dapat dikatakan seia sekata. China dan Jepang masih saling mengintai perkembangan kekuatan militer masing-masing. Trauma dan rasa dendam akibat ekspansi militer Jepang di China pada masa Perang Dunia (1931 – 1945), ternyata masih membayangi China, sehingga militer China masih terus memata-matai gerak gerik militer Jepang. Insiden kapal selam nuklir China yang menyusup ke perairan Jepang pada bulan November 2004 lalu merupakan salah satu indikasi yang sangat jelas. Sebuah kapal selam nuklir, yang belakangan terindikasi berasal dari Angkatan Laut China, telah menyusup ke perairan Jepang (dekat Pulau Okinawa) selama dua jam. Insiden ini menyebabkan Jepang melontarkan nota diplomatik yang memprotes secara resmi penyusupan kapal selam China yang sudah melanggar batas perairan Jepang ini. Kapal selam itu terindikasi berada di sekitar sebuah lokasi sumber gas alam yang masih diperebutkan oleh sejumlah negara di Asia Timur. Jepang mengindikasikan kapal selam itu milik China, karena ketika dikejar oleh dua kapal perusak dan sebuah pesawat pengintai Jepang, kapal selam itu melarikan diri ke arah barat laut (wilayah China) dan di perairan sekitar itu memang kapal selam China sering berkeliaran. Insiden lain yang membuat hubungan Jepang China tak kunjung harmonis dari segi politik keamanan adalah kunjungan PM Jepang Junichiro Koizumi, ke sebuah kuil di Tokyo yang didirikan khusus untuk menghormati para serdadu Jepang yang menjadi korban perang pada masa Perang Dunia. Padahal, sebagian dari mereka jelas sudah dinyatakan sebagai penjahat perang dan dijatuhkan hukuman oleh pengadilan pasca Perang Dunia. Kunjungan yang dilakukan berkali-kali itu terkesan menjadi ritual berkala yang memuja heroisme dan kejayaan militer Jepang masa lalu, sehingga menyakitkan perasaan pemerintah dan rakyat China yang menjadi korban keganasan militer Jepang di masa penjajahan Jepang. Tindakan Junichiro dinilai cenderung membela dan membenarkan aksi tentara Jepang masa lalu yang penuh dengan kebrutalan dan tidak prihatin pada nasib korban keganasan tentara Jepang di China.

Page 42: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

42

Petinggi Jepang ini dinilai mengabaikan perlunya upaya menjalin keharmonisan hubungan persahabatan Jepang China di masa kini.

Selain itu, menurut mantan PM Jepang Yasuhiro Nakasone, dalam upaya membangun Masyarakat Ekonomi Asia Timur, ternyata masih terdapat kendala yang menyangkut sejarah masa lalu, yang dialami oleh ketiga negara ini dan masih menjadi trauma bagi anak bangsanya. Oleh karena itu, para pemimpin KJC harus mengambil inisiatif sendiri untuk menyelesaikan persoalan masa lalunya. Sebagaimana diketahui, masalah dampak penjajahan Jepang terhadap Korsel dan China pada masa Perang Dunia memang masih belum juga tuntas. Setiap kali masih saja muncul silang pendapat yang berimplikasi buruk pada pembinaan hubungan baik diantara ketiga negara. Mantan PM Malaysia, Mahathir Mohamad dan mantan kepala Negara Filipina Fidel Ramos, mendukung usulan Nakasone agar para petinggi KJC mengambil inisiatif dalam rangka meyelesaikan persoalan masa lalu. Negara-negara di kawasan Asia Timur harus dapat keluar dari persoalan masa lalu yang berpotensi mengganggu upaya perbaikan ekonomi di kawasan ini dalam jangka panjang dan pembentukan masyarakat Asia Timur yang didambakan itu.Ini merupakan satu persoalan yang mengganjal implementasi hubungan baik di antara negara Asia Timur dengan Jepang, terlebih lagi antara Jepang dengan Korea dan China. Melihat adanya berbagai perbedaan dan benih-benih konflik ini, berbagai kalangan mengkhawatirkan nasib kerjasama Asia Timur akan menjadi seperti APEC. Diawalnya semangat menggebu-gebu memang ada, tetapi sejalan dengan perjalanan waktu, APEC tidak juga membuahkan program-program kongkrit. APEC nyaris menjadi macan kertas yang hanya menghasilkan deklarasi atau kesepakatan tanpa program nyata yang jelas manfaatnya bagi para peserta APEC. Pengertian orang awam menyatalan, terlampau banyak anggota yang memiliki latar belakang beragam, akan membawa terlampau banyak perbedaan ke dalam organisasi sehingga pada gilirannya berpotensi menimbulkan konflik dan menyulitkan terwujudnya persatuan dan kesatuan serta terlaksanaya program aksi nyata yang efektif.

Penambahan jumlah peserta yang lebih banyak seperti Rusia, misalnya, akan membuat kepesertaan EAS hampir sama saja dengan APEC. Ini karena peserta EAS memang sama dengan APEC. Meskipun AS tidak masuk ke dalamnya, namun kepentingannya bisa saja diwakili oleh Australia dan Selandia Baru. Itu sebabnya banyak pihak yang meragukan efektifitas EAS yang nasibnya dikhawatirkan akan sama saja dengan APEC. Namun perbedaan pada dasarnya bisa saja menjadi aset yang memperkaya dan memperkuat kerjasama. Bukankah lukisan mozaik yang indah dilahirkan dari aneka ragam bentuk dan warna yang berbeda. Disinilah diperlukan kemampuan mengelola keberagaman (managing diversity) guna menciptakan persatuan dari keberagaman (unity in diversity).

Page 43: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

43

Bab. 5. Penutup

Pertumbuhan Asia Timur terus menyedot perhatian dunia. Hasil survey

yang dilakukan oleh Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia Pasifik (UN-

ESCAP) di 20 negara Asia mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Asia mampu

mencapai 6 %. Capaian angka pertumbuhan ini jauh diatas negara maju seperti

Amerika Serikat, sekalipun. Negara anggota senior ASEAN seperti Singapura,

Malaysia dan Thailand umumnya sudah menunjukkan tanda-tanda ke arah

pemulihan ekonomi, dari dampak krisis moneter yang melanda Asia pada 1998.

Kebangkitan kembali empat Macan Asia diperkirakan akan menandai

kebangkitan kembali ekonomi Asia Timur yang pada 1990an kepesatan

kemajuan ekonominya sangat memukau dunia. Terlebih lagi di Asia Timur kini

sudah terdapat dua motor penggerak pertumbuhan ekonomi kawasan yang

sedang terus bertumbuh dinamis ini, yakni Jepang dan China. Kalau dalam

dekade lalu motornya baru Jepang, kini bertambah dengan China yang

pertumbuhannya sangat spektakuler dan mengesankan.

Dua negara Asia yang sedang naik daun, China dan Vietnam berhasil

tampil menjadi primadona pertumbuhan ekonomi Asia dan menjadi sorotan

para analis di manca negara. Pertumbuhan perdagangan dan jumlah cadangan

devisa negara-negara dagang utama Asia pun sudah meningkat demikian

besarnya. Tak pelak lagi, Asia telah menjadi kawasan yang sangat aktraktif

dalam blantika perdagangan dunia. Pertumbuhan kawasan Asia Timur harus

dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh Indonesia. Terlebih lagi

mengingat keterkaitan pertumbuhan ekonomi di antara sesama negara Asia

Timur diperkirakan akan semakin menguat. Janganlah kita kehilangan sebagian

peluang seperti yang terjadi dalam hubungan dagang dengan China yang

Page 44: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

44

kurang optimal. Indonesia kurang memanfaatkan secara optimal pertumbuhan

ekonomi China pada saat pertumbuhannya masih tinggi, sehingga pertumbuhan

ekspor Indonesia ke China kalah jauh dibanding dengan negara Asia lainnya.

Tentu tidaklah keliru jika para petinggi negara-negara ASEAN sepakat

untuk mengembangkan kerjasama ekonomi regional yang lebih luas di kawasan

Asia Timur dalam konteks ASEAN Plus Tiga (ASEAN Plus Jepang, China dan

Korea Selatan) dan ASEAN-India. Tampak jelas ada harapan dibalik

kecemerlangan pertumbuhan ekonomi Asia, yang dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan lebih jauh pertumbuhan ekonomi negara anggota ASEAN, lewat

pembentukan kerjasama ekonomi dengan ke empat negara Asia tersebut. Oleh

karena itu, implementasi kerjasama perdagangan bebas ASEAN Plus Tiga

(China, Jepang dan Korea) harus semakin ditingkatkan. Kita tidak boleh

kehilangan peluang dan momentum yang baik, dengan memanfaatkan secara

optimal segi positif dari pertumbuhan ekonomi perdagangan Asia yang sangat

sepektakuler ini.

Belakangan muncul gagasan pembentukan Masyarakat Asia Timur yang

dalam jangka panjang akan berkembang menjadi Masyarakat Asia secara

keseluruhan. Gagasan ini menarik disimak karena ada berbagai hal positif yang

dapat ditarik manfaatnya, baik dalam rangak pengembangan kerjasama ASEAN

maupun Indonesia sendiri. Oleh karenanya perkembangan kearah pembentukan

gagasan ini perlu dimonitor dan dan dicermati dengan saksama oleh pihak-

pihak yang berkepentingan dan bahkan didorong perwujudannya.

Namun upaya membangun Masyarakat Ekonomi Asia Timur, masih

menghadapi sejumlah kendala yang mengganjal, sehingga diperlukan upaya

serius terutama dari pihak Jepang China dan Korsel untuk mengeliminasi

kendala yang mengganjal ini. Kenyataan di lapangan memang menunjukkan,

Page 45: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

45

kendati dari sisi kepentingan ekonomi, terdapat niat, semangat dan bahkan

kesepakatan untuk menggalang kerjasama ekonomi yang lebih mendalam,

namun pembentukan Masyarakat Asia Timur masih dibayang-bayangi

kemungkinan keretakan yang dapat menghambat perwujudan kerjasama

ekonomi yang harmonis di kawasan yang terus berkembang secara dinamis ini.

KTT Asia Timur pertama di Kuala Lumpur diharapkan dapat menjadi

momentum pembuka jalan bagi kerjasama regional yang lebih erat menuju stabilitas,

kedamaian dan kemakmuran di kawasan ini. Kita berharap semangat yang tinggi untuk

membangun kerjasama Asia Timur tidak hanya terhenti di meja perundingan EAS saja,

melainkan dilanjutkan dengan implementasi program kerjasama secara kongkrit dan

efektif. Selain itu, yang tak kalah pentingnya adalah upaya untuk mereduksi perbedaan

dan benih-benih konflik diantara negara peserta EAS secara bertahap, tetapi pasti, harus

terus diupayakan, agar terbentuk kerjasama yang kompak, kongkrit dan efektif, tidak

sekedar diatas kertas seperti kerjasama APEC. Sekalipun perbedaan jelas ada, namun

perbedaan bisa saja menjadi aset yang memperkaya dan memperkuat kerjasama.

Bukankah lukisan mozaik yang indah dilahirkan dari aneka ragam bentuk dan warna

yang berbeda namun dapat dibuat menjadi komposisi yang menarik. Disinilah, dalam

konteks EAS, diperlukan kemampuan mengelola keberagaman (managing diversity)

guna menciptakan persatuan dalam keberagaman (unity in diversity).

Daftar Kepustakaan : - Akira Kojima, Pembangunan Gaya Asia, Model Perdamaian, Kompas, 2 Juni

2004 - Arif Satria, Kerjasama ASEAN dan Pencurian Ikan, Suara pembaruan, 2 Juli

2004 - Diah Marsidi, Myanmar Beringsut Membuka Diri, Kompas, 23 Desember

2003 - James Luhulima, ASEAN-Myanmar, Bagai Memagang Bola Panas, Kompas, 4

Juli 2004 - Kishore Mahbubani, Bisakah Asia Berperan Dalam kepemimpinan Global ?

Kompas, 1 Juni 2004

Page 46: Mencermati Kerjasama Ekonomi Asia Timur

46

- N. Hasan Wirajuda, Jadikan ASEAN Lebih relevan dan Efektif, Kompas, 7 Agustus 2004

- Makmur Keliat, Pembangunan Komunitas ASEAN, Kompas, November 2004 - PLE Priatna, ASEAN dan Komunitas yang kapitalis, Kompas, Oktober 2003 - PLE Priatna, Melihat ASEAN ke Masa Depan, Kompas, 25 Juni 2004 - PLE Priatna, Australia, Indonesia dan ASEAN, Kompas, 19 November 2004 - Poedjo Purnomo, Selat Malaka di Mata Pelaut, Kompas, 11 Agustus 2004