filsafat asia timur

45
FILSAFAT ASIA TIMUR : TAOISME, KONFUSIUNISME, & BUDDHISME FILSAFAT ASIA TIMUR : TAOISME, KONFUSIUNISME, & BUDDHISME Kebudayaan masyarakat Asia Timur menyebar melalui aliran sungai Kuning, sehingga disebut juga dengan kebudayaan Kuning. Kebudayaan tersebut disebarkan oleh para peziarah ke daerah- daerah yang dilalui oleh pedagang atau peziarah tersebut. Kebudayaan yang berkembang ini umumnya kebudayaan kuno yang masih mengembalikan dasar berpikir menusia dengan alam lingkungan sekitarnya seperti langit, matahari, tanah, pohon, dan sebagainya (Anon: 23). Dapat dikatakan, kebudayaan Asia Timur berasal dari filsafat hidup yang mereka percayai seperti Taoisme, Konfusiunisme, dan Buddhisme. Ketiganya mempunyai anggapan mengenai kebajikan sebagai dasar dari seluruh perbuatan manusia, kebajikan adalah pola paling ideal yang dimiliki manusia (Anon: 56). Taoisme atau Daoisme berasal dari kata Dao yang merujuk pada sesuatu yang tidak berbentuk, tidak terlihat,dan merupakan proses kejadian dari semua bendah hidup dan seluruh benda-benda lain yang ada di alam semesta. Dao yang berwujud benda hidup atau kebendaan lainnya disebut dengan De. Taoisme itu sendiri merupakan gabungan dari Dao dengan De yang merupakan landasan kealamian. Teori Yinyang dan Fengshui merupakan dua teori yang seringkali diidentikkan dengan masyarakat Cina. Dua teori tersebut diusung oleh ajaran Daoisme. Secara terminologi, Yin dan Yang dapat diartikan sebagai negative dan positif. Ajaran ini sesungguhnya mengajarkan pada manusia bahwa setiap benda, hidup maupun mati, memiliki dualism yang terdiri dari unsur positif dan unsur negatif yang saling melengkapi satu sama lain. Benda yang tidak memiliki unsur Yinyang bermakna kosong dan hampa. Sementara Fengshui mengaitkan

Upload: ridwan-rachid

Post on 09-Feb-2016

126 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Filsafat Asia Timur

TRANSCRIPT

Page 1: Filsafat Asia Timur

FILSAFAT ASIA TIMUR : TAOISME, KONFUSIUNISME, & BUDDHISME

FILSAFAT ASIA TIMUR : TAOISME, KONFUSIUNISME, & BUDDHISME

Kebudayaan masyarakat Asia Timur menyebar melalui aliran sungai Kuning, sehingga disebut juga dengan kebudayaan Kuning. Kebudayaan tersebut disebarkan oleh para peziarah ke daerah-daerah yang dilalui oleh pedagang atau peziarah tersebut. Kebudayaan yang berkembang ini umumnya kebudayaan kuno yang masih mengembalikan dasar berpikir menusia dengan alam lingkungan sekitarnya seperti langit, matahari, tanah, pohon, dan sebagainya (Anon: 23). Dapat dikatakan, kebudayaan Asia Timur berasal dari filsafat hidup yang mereka percayai seperti Taoisme, Konfusiunisme, dan Buddhisme. Ketiganya mempunyai  anggapan mengenai kebajikan sebagai dasar dari seluruh perbuatan manusia, kebajikan adalah pola paling ideal yang dimiliki manusia (Anon: 56).

Taoisme atau Daoisme berasal dari kata Dao yang merujuk pada sesuatu yang tidak berbentuk, tidak terlihat,dan merupakan proses kejadian dari semua bendah hidup dan seluruh benda-benda lain yang ada di alam semesta. Dao yang berwujud benda hidup atau kebendaan lainnya disebut dengan De. Taoisme itu sendiri merupakan gabungan dari Dao dengan De yang merupakan landasan kealamian. Teori Yinyang dan Fengshui merupakan dua teori yang seringkali diidentikkan dengan masyarakat Cina. Dua teori tersebut diusung oleh ajaran Daoisme.

Secara terminologi, Yin dan Yang dapat diartikan sebagai negative dan positif. Ajaran ini sesungguhnya mengajarkan pada manusia bahwa setiap benda, hidup maupun mati, memiliki dualism yang terdiri dari unsur positif dan unsur negatif yang saling melengkapi satu sama lain. Benda yang tidak memiliki unsur Yinyang bermakna kosong dan hampa. Sementara Fengshui mengaitkan kehidupan dengan unsur-unsur alam, yaitu angin dan air. Teori tersebut seringkali didengar dalam pembicaraan mengenai “kekuatan” atau “aura” sebuah bangunan. Dua teroti tersebut menunjukkan bagaimana masyarakat Asia Timur hidup dan bermasyarakat melalui koordinasi yang dibangun dengan alam.

Taoisme merupakan ajaran yang pertama kali dikenalkan pada masyarakat Cina, utamanya. Dalam ajaran Taoisme, manusia pada hakikatnya terlahir dalam keadaan suci dan baik. Taoisme akan menunjukkan bagaiman jalan kehidupan yang harus ditempuh manusia untuk mempertahankan dan memelihara kesucian serta keadaan yang baik tersebut, yang disebut sebagai jalan Tuhan. Taoisme mendasarkan ajarannya kedalam 5 Li; harus jujur, harus adil, harus cerdas, berkelakuan ramah tamah, dan berkelakukan sopan santun. Penggunaan Li dalam kehidupan manusia akan menciptakan keharmonisan antara Tuhan, bumi, dan manusia. Selain 5 Li, ajaran ini juga mengajarkan manusia untuk menghormati pihak yag lebih tua dan yang patut untuk dihormati, seperti Dewa atau raja. Sikap hormat tersebut ditunjukkan dengan cara

Page 2: Filsafat Asia Timur

membungkuk. Untuk memberikan penghormatan pada raja atau Dewa biasanya dilakukan dengan cara lebih dari membungkuk hingga berlutut di tanah.

Ajaran lain yang juga mengajarkan tentang kebajikan sebagai dasar dari seluruh perbuatan manusia  adalah Konfusiunisme. Di Indonesia, khususmya, ajaran ini dikenal dengan nama Kong Hu Cu. Budaya yang dibawa oleh ajaran Konfusiunisme ini-lah yang membentuk pola unik dari setiap tingkah laku dan sikap masyarakat Asia Timur. Hal tersebut mengingat ajaran Konfusiunisme secara mekanisme berperan dalam mengawasi tingkah laku masyarakat yang dibesarkan dibawah pengaruh budaya Konfusiunisme. Ajaran ini menekankan pada kehidupan keluarga dan perkembangan pribadi. Konfusius mengajarkan lima kebajikan yang disebut Ngo Siang, antara lain; cinta kasih, adil dan bijaksana, susila atau sopan santu, cerdas dan waspada, serta jujur dan ikhlas. Sifat pekerja keras yang seirng diidentikkan dengan orang Timur atau Cina diwariskan melalui ajaran ini.

Ajaran terakhir yang turut memberikan warna pada masyarakat Asia Timur adalah Buddhisme atau ajaran Buddha. Ajaran Buddhisme ini menyebar hingga hampir ke seluruh Asia. Di Asia Tiimur, Tiongkok lebih tepatnya, ajaran ini datang dari Tibet dan kemudian disesuaikan dengan nilai-nilai lokal. Oleh karenanya, terdapat beberapa aliran dalam ajaran ini. Meskipun demikian, setiap aliran ajaran Buddha berpegang kepada kitab Tripitaka, kitab suci ajaram Buddha. Namun sayangnya, kurangnya pendekatan spiritual dan lebih ditekankannya dasar pemikiran sosialisme dan materialism menjadi alasan mengapa Masyarakat Cina amat mudah dimasuki oleh pemikiran Komunis (Anonim: 39). Mekipun masyarakat Cina pada saat ini tidak lagi berpegang teguh menjalankan salah satu dari ketiga ajaran tersebut, mayoritas dari mereka masih memadukan tiga ajaran tersebut dalam berbagai upacara tradisional yang mereka lakukan sehari-hari. Hanya rahib saja yang hingga saat ini masih memegang teguh ajaran Taoisme atau Buddha.

Dalam sejarah peradaban dunia dapat diketahui bahwa Cina juga menganut paham Komunisme, sebuah paham yang mengedepankan materialism dan sosialisme yang menolak adanya ketidaksetaraan dalam masyarakat. Paham ini juga mempercayai untuk tidak berhubungan dengan suatu kepercayaan. Oleh sebab ini-lah ajaran-ajaran seperti Konfusiunisme, Taoisme, dan juga Buddhisme perlahan luntur. Meskipun demikian, menurut penulis, ajaran-ajaran yang telah mengakar kuat pada masyarakat Cina masih terwariskan dari generasi ke generasi. Meskipun tidak lagi berada di daerah Asia Timur, beberapa orang-orang Cina tetap tidak melupakan ajaran kebijakan dari leluhurnya. Salah satu dari Konfusiunisme, Taoisme, atau Buddhisme tidak lagi dipegang teguh layaknya sebuah agama, namun ajaran-ajaran yang ketiganya lantas menjadi budaya atau tradisi yang mencirikan bagaimana masyarakat Timur bertindak tanduk.

 

Referensi :

Anon. t.t. “Bab 1 : Dasar Berpikir, Pandangan Hidup, dan Sistem Kepercayaan Orang Cina”. pp. 23-99.

Chaibong, Hahm. t.t."Demokrasi dan Kekuasaan dalam Konteks Pasca Konfusian". pp. 31-49.

Page 3: Filsafat Asia Timur

Kebudayaan Tiongkok, Kebudayaan Sungai KuningKebudayaan Tiongkok, Kebudayaan Sungai Kuning

Jauh sebelum teknologi berkembang dengan pesat dan komunikasi masih sangat terbatas, dunia seakan terbagi oleh sekat-sekat bentang alam yang memisahkan satu daerah dengan daerah lainnya. Lautan lepas yang luas masih belum dimanfaatkan sebagai jalur perlintasan antar negara. Sungai, yang juga merupakan faktor pembagi daerah-daerah berdasarkan wilayah yang dilalui oleh aliran sungai, biasanya turut memberikan corak kebudayaan yang secara garis besar tidak jauh berbeda. Sebut saja kebudayaan Babilonia di Asia Tengah yang berada di antara sungai Tigris dan Efrat, kebudayaan Mesir di Afrika Tengah melalui sungai Nil, kebudayaan India oleh sungai Indus, dan kebudayaan Tiongkok di Asia Timur melalui aliran sungai Kuning.

Kebudayaan Tiongkok adalah satu kebudayaan yang cukup unik. Kebudayaan yang mulai berkembang sejak 3000 tahun yang lalu ini merupakan kebudayaan yang paling sedikit mendapat pengaruh dari kebudayaan luar. Secara geografis, daerah Asia Timur ini terisolir oleh Samudra Pasifik, gurun Gobi, dan pegunungan Himalaya. Sehingga sejak awal berkembang hingga sekarang, daerah-daerah di Asia Timur masih bertahan dengan kebudayaan Tiongkok mereka yang berkembang dari sungai Kuningnya. Dua cara yang dapat membuat kebudayaan Tiongkok menjaadi kebudayaan kawasan Asia Timur adalah; yang pertama melalui cara paksa, yakni dengan menaklukan daerah-daerah tetanggga dan memaksakan penerimaan kebudayaan Tiongkok; dan melalui cara sukarela, seperti yang dipraktekan oleh Jepang yang dengan sukarela dan sadar mengakui keberadaan kebudayaan Tiongkok dan mengaplikasikannya.

Kebudayaan Tiongkok bermula dari Kaisar Kuning yang terkenal dengan senjatanya yang berasal dari batu giok, istrinya yang memperkenalkan cara pemeliharaan ulat sutra, dan Yu yang terkenal atas keberhasilannya menanggulangi bencana banjir-banjir besar (dalam Wilayah Asia Timur: 270). Dinasti Tingkok pertama yang bernama dinasti Hsia didirikan oleh Yu, yang berkuasa pada abad ke-21 hingga abad 17 SM. Dilanjutkan kemudian oleh dinasti Hsang yang berkuasa hingga abad ke-11 SM. Dari dinasti ini dapat ditemukan peninggalan berupa tulisan, perunggu, dan tulang-tulang ramalan. Setelah berakhirnya masa dinasti Hsang, kekuasaan bergeser ke dinasti Chou. Dari dinasti ini terdapat dua periode yang terkenal dalam sejarah Tiongkok, yakni Periode Catatan Musim Bungan dan Musim Rontok yang berlangsung dari 722 hingga 481 SM dan Periode Peperangan Antar Negara pada 403 hingga 221 SM.

Vitenam mungkin secara geografis modern terletak di kawasan Asia Tenggara. Namun kekuasaan dinasti Han juga mencakkup wilayah Vietnam. Setelah penduduk Vietnam gagal melakukan pemberontakan terhadap dinasti Han pada tahun 41, situasi di Vietnam justru semakin terpuruk memasuki periode penjajahan Tiongkok selama 1000 tahun, mulai dari 111 SM sampai tahun 939. Nama “Vietnam” adalah berasl dari bahasa Tionghoa yang berarti melampaui perbatasan selatan. Meksipun demikian, Vietnam tetap mempertahankan kebudayaan asli daerah Vietnam beserta sifat-sifat khusus Vietnam. Vietnam juga masih tetap mengakui Tiongkok sebagai suzerainnya dan kepada dinasti kuat tertentu Vietnam masih mengirimkan upeti. Hal tesebut terjadi pada saat Vietnam telah berhasil mengusir Tiongkok dan mendirikan negara sendiri di bawah dinasti nasional.

Page 4: Filsafat Asia Timur

Tidak hanya membawa pengaruh Tiongkok ke Vietnam saja, pada abad ke-3 SM Korea menjadi tempat dinasti Han menyebarkan pengaruhnya. Masuknya orang-orang Tiongkok ke wilayah ini juga terkait dengan kekacauan yang tengah terjadi di Tiongkok pada masa peralihan dari dinasti Ch’in ke dinasti Han, tepatnya pada periode Perang Antar Negara. Setelah dikuasai oleh Tiongkok selama empat abad, kolonialisasi Tiongkok dilanjutkan oleh periode Tiga Kerajaan nasional; Koguryo, Silla, dan Paekche. Pada tahun 668 Silla berhasil mempersatukan semua kerajaan. Kebudayaan Tiongkok tetap dapat terlihat pada orang-orang Korea, namun sifat khas Korea juga masih tetap jelas terlihat.

Lain halnya dengan Vietnam dan Korea yang “dipaksa” untuk menerima kebudayaan Tiongkok, Jepang justru dengan sukarela mengakui keberadaan kebudayaan tersebut dan menirunya sebagai kebudayaan setempat sejak abad ke-6. Hal ini terjadi tanpa perlu dilakukannya penjajahan oleh bangsa Tiongkok. Faktor geografis agaknya memberikan keberuntungan tersendiri bagi Jepang. Jepang berada di sebelah timur Tiongkok dan terpisahkan oleh laut luas dan terdiri dari beberapa pulau. Masuknya kebudayaan Tiongkok dibawa oleh orang Tiongkok Korea yang melarikan diri pada periode kekacauan di Korea. Pada abad ke-10, tanpa teteap menjaga sifat-sifat kekhasan Jepang, kebudayaan Tiongkok semakin terlihat di Jepang. Bahasa Tionghoa menjadi bahasa resmi yang digunakan oleh kalangan istana dan sarjanawan Jepang. Sementara huruf Jepang hanya digunakan oleh wanita dan orang bawahan.

Bahasa dan tulisan Tionghoa merupakan alat pemersatu daerah-daerah yang menyerap kebudayaan Tiongkok. Huruf Tionghoa terdiri dari ribuan huruf yang merupakan symbol dari ide-ide. Sehingga meskipun ucapan di berbagao daerah atau negara berbeda, namun tulisan yang maksudkan adalah sama. Hingga saat ini-pun huruf Tionghoa masih digunakan oleh negara-negara Asia Timur untuk menuliskan nama-nama orang, negara, provinsi, kota, sungai, gunung, dan istilah-istilah geografis lainnya.

Sementara dalam sisi pemerintahan, ajaran Konfusius sangat dipegang teguh di kawasan Asia Timur hingga abad ke-20. Untuk menjadi pegawai negeri mereka harus lulus ujian seleksi secara bertahap, mulai dari tingkat daerah, provinsi, hingga berlanjut ke tingkat ibukota. Mereka yang dinyatakan lulus ujian di tingkat ibukota ini nantinya dapat menjadi pegawai negeri, baik di lingkungan daerah asal masing-masing maupun di ibukota. Materi yang diujikan adalah seputar ajaran-ajaran konfusius yang terdapat di klasik-klasik Tiongkok. Semua penduduk dari daerah manapun dapat menjadi pegawai negeri asalkan dapat melalui tiga tingkatan uijian tersebut.

Sedangkan hubungan Mongolia dengan Tiongkok hanya sebagai katalisator saja. bangsa Mongolia ini hidup di gurun Gobi, dan merupakan bangsa pengembara. Sehingga, mereka dapat sewaktu-waktu turun ke daerah-daerah Tiongkok, Korea, dan lain sebagainya. Dalam catatan sejarahnya, kaum Mongol dan kaum Hsiung-nu pernah melakukan invasi ke Tiongkok dengan dipimpin oleh Jengis-khan, dan juga bangsa Hun yang melakukan perbindahan ke Eropa Barat. Sebagai upaya melindungi perbatasan timur dan mencegah serangan dari kaum barbar Mongolia, maka dibangunlah Tembok besar yang berbatasan langsung dengan gurun Gobi. Bangsa Tiongkok menyebut bangsa-bangsa lain sebagai bangsa babar. Anggapannya adalah bahwa di luar sana mereka seringkali melakukan penjajahan dan kekerasan. Bangsa barat oleh Tiongkok dijuluki sebagai bangsa barbar dari seberangh laut.

Page 5: Filsafat Asia Timur

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Tiongkok adalah kebudayaan Asia Timur, yang mana berkembang dari sungai Kuning. Kebudayaan Tiongkok atau yang juga disebut dengan kebudayaan sungai Kuning ini disebarkan oleh orang-orang Tiongkok. Daerah-daerah lain-pun secara sadar maupun terpaksa menerima dan meniru kebudayaan tersebut. Korea, Vietnam, dan Jepang adalah tiga dari banyak daerah tempat kebudayaan Tiongkok berkembang. Namun pada tiga daerah ini kebudayaan Tiongkok tidak dibiarkan mendominasi secara penuh, sebab sifat kekhasan daerah itu masih dipertahankan. Bangsa Asia Timur juga dipersatukan oleh bahasa Tiongkok. Meskipun pada zaman modern daerah-daerah lain sudah mulai mengembangkan bahasanya sendiri, mereka masih menggunakan huruf Tiongkok untuk menuliskan nama orang dan istilah-istilah geografis.

 

Referensi :

Tjeng, Lie Tek. 1983. Studi Wilayah Pada Umumnya, Asia Timur Pada Khususnya. Bandung: Penerbit Alumni

 

Wang, James C. F. 1997. Comparative Asian Politics. New Jersey: Prentice Hall

Page 6: Filsafat Asia Timur

Perpolitikan Jepang dan CinaPerpolitikan Jepang dan Cina

Cina dan Jepang merupakan dua negara Asia yang mendapat pandangan tersendiri dari pihak-pihak Barat. Cina, pada khususnya, dalam beberapa tahun terakhir ini perlahan mulai disegani di dunia. Bahkan Amerika-pun mulai menaruh perhatian terhadap kebangkitan perekonmian Cina. Sementara Jepang sejak kekalahannya dalam Perang Dunia kedua seolah-olah menjadi negara yang berada dibawah pengawasan Amerika. Konfusianisme, dalam lain hal, merupakan faham serta kebudayaan yang telah menyebar ke seluruh penjuru Asia Timur, dan juga Vietnam. Lantas apakah Konfusianisme tersebut mempengaruhi corak perpolitikan dua negara besar Asia Timur tersebut? Apakah terdapat perbedaan diantara keduanya? Jurnal kali ini akan mereview salah satu tulisan James C.F. Wang mengenai perpolitikan Cina dan Jepang.

Jepang pada mulanya memiliki sistem pemerintahan state-centric dengan menekankan birokrasi radikal. Kaisar dianggap sebagai putra Tuhan, terlihat juga bagimana keluarga kaisar memiliki dominasi yang kuat di sana. Terlebih pada abad ke-7, ketika konflik kasta antar ketua klan berkecamuk, sistem pemerintahan Jepang menjadi berpusat pada militer. Tidak lagi kaisar yang mendominasi, melainkan para shogun atau jendral yang tidak jarang memerintah a la diktator. Selama berada di bawah kepemimpian shogun, kehidupan sosial Jepang terbagi atas empat kelas; samurai, petani, pedagang, dan artisan. Kelas yang pertama merupakan kelas yang melaksanakan pekerjaan administratsi pemerintahan shogun dan dainyo. Gaji yang mereka peroleh berasal dari pajak masyarakat. Sedangkan kelas petani melakukan pemenuhan kebutuhan para samurai dan kelas pedagang membantu berjalannya perdagangan. Sementara kelas yang terakhir, artisan, memiliki tugas dan fungsi untuk membantu kegiatan para pedagang.

Akhir dari pemerintah shogun Tokugawa, yang merupakan generasi shogun ketiga, diwarnai oleh munculnya tekanan dari kelompok anti Tokugawa. Meskipun demikian, melalui pemerintahan shogun Tokugawa-lah Jepang mulai membuka diri untuk menjalin hubungan perdagangan dengan luar. Disusul kemudain pada tahun 1868 dengan terjadinya Restorasi Meiji, Jepang mengalami modernisasi. Barat menjadi pedoman Jepang untuk membangun sistem pemerintahan dan perekonomian. Sejak saat itu, sistem yang feodal kemudian dihapuskan. Pemerintah mendatangkan para tenaga ahli, mengimpor mesin-mesin industri, dan kemudian menirunya. Jepang juga mengirimkan anak bangsanya untuk bersekolah di luar, dan setelah kembalinya mereka diharap mampu memberikan pengaruh demi kemajuan dan perkembangan Jepang. Dalam hal kekuatan militer, Jepang memberlakukan wajib militer untuk para kaum pria yang telah cukup umur.

Sistem pemerintahan yang sebelumnya didominasi oleh peran shogun perlahan berubah menjadi military dominance. Kaisar berada pada posisi tertinggi yang memegang kendali atas segala urusan. Pada masa ini terdapat empat elemen dalam pemerintahan Jepang, antara lain popular government, bicameral national legislature, the diet yang terdiri dari house of representative dan house of pers. Sejak terjadinya konflik di Manchursia, militer mulai terlibat perdebatan dengan kabinet dan akhirnya menguasai masyarakat, mengontrol pendidikan, mempersiapkan peperangan, dan mendukung tentara yang  ada di Manchuria (dalam Wang. 1997: 34). Kemudian setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia dua, yang diiringi dengan

Page 7: Filsafat Asia Timur

dijatuhkannya bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, Amerika berusahan untuk dapat menguasai dan mengontrol Jepang melalui Supreme Command for the Allied Power atau SCAD. Sebagai bentuk hukuman, Jepang dijatuhi demilitarisasi atau dilarangnya Jepang memiliki angkatan perang karena dinilai dapat mengancam stabilitas keamanan dunia dna demokratisasi yang tengah berlangsung di Jepang.

Perlahan perekonomian Jepang mulai menguat, perserikatan buruh menjadi lebih bebas bergerak, dan wanita dengan umur dua puluh tahun keatas memiliki hak pilihnya sendiri. Hingga saat ini-pun Jepang tidak memiliki angkatan militer. Sebagai gatinya, Amerika siap turun tangan apabila Jepang membutuhkan bantuan militer. Dominasi militer Jepang telah tergantikan oleh sistem negara demokrasi. Paska campur tangan Amerika dalam dalam pemerintahan Jepang, pemerintah dikelola oleh lima institusi. Pertama, Kaisar yang memiliki fungsi sebagai pelaksana aturan negara dan tidak memiliki kekuasaan dalam memerintah. Kedua, house of representative dan house of peers seperti dalam konstitusi 1889. Ketiga, perdana menteri dan kabinet. Perdana menteri mengemban tugas dan tanggung jawab untuk mengirimkan ajuan, melaporkan perkara domestik dan internasional pada kabinet, serta mengontrol struktur yang berada dibawahnya. Perdana menteri juga memiliki kewanangan untuk melakukan reshuffle kabinet jika diperlukan. Keempat, lembaga peradilan yang terdiri dari pengadilan tinggi dan mahkamah agung. Terakhir adalah pemerintahan lokal daerah.

Jepang menganut sistem multipartai, dengan Partai Liberal Demokrat sebagai satu-satunya partai yang dominan dan Partai Sosialis Jepang yang merupakan partai oposisi. Pemilihan umum yang dilaksanakan di Jepang terdiri dari tiga jenis, yakni pemilihan umum untuk majelis terendah yang memilih house of representative, untuk majelis yang lebih tinggi dan memilih house of councillors, serta pemilihan lokal untuk memilih gubernur, walikota, dan kepala desa. Dalam melaksanakan kampannyenya, para kandidat hanya diperkenankan untuk menggelar aksi di pinggiran jalan atu dalam pertemuan privat. Lebih dari itu, terdapat banyak sekali peraturan  mengenai kampanye yang diberlakukan secara ketat.

Sama halnya dengan Jepang, Cina juga beberapa kali mengalami perubahan sistem pemerintahan. Pada masa otoritarianise, kekuasaan diberikan sepenuhnya pada kaisar yang juga dianggap sebagai putra Tuhan. Pada masa tersebut Cina sangat tertutup dari pengaruh luar dan barat-pun mendapati kesusahan dalam menembus ‘benteng pertahanan’ Cina. Kekuasaan kemudian bergeser pada ilmuwan, bangsawan, dan pegawai negara. Di sini mereka mengadopsi nilai-nilai dalam ajaran konfusianisme ortodox.

Cina yang terkenal dengan keunggulannya dalam perdagangan pada akhirnya mampu dikalahkan oleh Inggris dalam perang Opium. Sejak saat itu Cina mengalami perselishan dengan Barat. Dalam internal Cina sendiri, konflik antar raja-pun berlangsung sangat lama. Pada bulan Maret tahun 1927, Chiang Kai Sek mempelopori terjadinya revolusi Cina dan membangun pemerintahan nasionalis. Cina perlahan membukan diri, melakukan modernisasi kemiliteran, dan juga memusnahkan gerilyawan partai komunis. Namun tahun 1949, komunis yang padaa saat itu dipimpin oleh Mao Zhe Dong berhasil memenangkan konflik antara komunis dan nasionalis. Pemerintahan Cina menjadi lebih radikal. Tidak bertahan cukup lama, Deng Xiaoping yang menggantikan Mao setelah meninggalnya pimpinan komunis yang radikal tersebut membawa pengaruh pragatis dalam pemerintahan Cina. Melalui pasar ekonomi sosial yang diterapkan, Cina

Page 8: Filsafat Asia Timur

mulai kembali terbuka dengan luar, terutama barat. Dalam sistem kepartaian, para kader berasal dari kelas yang dianggap unggul dan spesial oleh masyarakat Cina. Beberapa aturan dalam sistem pemilihan umum di Cina adalah sebagai berikut; Partai Komunis Cina mengatur level pemilihan, para kandidiat diperbolehkan untuk berkampanye, pemilihan langsung berawal di kota-kota dan berakhir di tingkat negara.

Dari penjelasan singkat diatas, dapat dilihat bagaimana perbedaan atmosfer dan kondisi perpolitik, baik di Cina maupun Jepang. Di Jepang terdapat sistem dua kamar the diet yang terdiri dari house of representative dan house of peers. Jepang mengawali sistem pemerintahan yang pemerintahan state-centric dengan birokrasi radikal, feodal, military dominance, hingga menjadi negara yang demokratis pada saat ini. Perihal pemilihan umum, Jepang memiliki beberapa peraturan yang mengatur para kandidiat secara ketat. Sementara di Cina, sistem pemerintahannya diawali dengan otoritarianisme, anarki, radikal, hingga totaliter. Di Cina sendiri tidak mengenal sistem ‘kamar’ sebagai bentuk pembagian kekuasaan seperti di Jepang. Dalam urusan pemilihan umum, peraturan yang ditetapkan tidaklah sama ketatnya dengan Jepang. Meskipun demikian, Cina dan Jepang pada mulanya sama-sama menganggap kaisar sebagai putra Tuhan. Keduanya juga mengadopsi nilai-nilai konfusianisme ke dalam pemerintahan. Mereka, di masa lalu, juga mempercyai sistem keturunan untuk masalah kepenguasaan. Keduanya juga mengenal adanya lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam pemerintahan. Menurut penulis, walaupun sama-sama memegang paham konfusianisme hal tersebut tidak menjamin apakah suatu wilayah, daerah, ataupun negara tersebut memiliki karakteristik pemerintahan dan perpolitikan yang sama satu dengan yang lain. Banyak sekali, tentunya, faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi jalannya pemerintahan dalam wilayah tersebut.  

Referensi :

Wang, James C. F. 1997. Comparative Asian Politics. New Jersey: Prentice Hall

Page 9: Filsafat Asia Timur

Hubungan Taiwan-Cina dan Tibet-CinaHubungan Taiwan-Cina dan Tibet-Cina

Hubungan Taiwan dengan Cina telah lama mengalami ketegangan dan kebuntuan. Namun sepertinya hal tersebut akan mengalami perubahan mengingat kemenangan Kuomintang (KMT) atas Democratic Progressive Party (DPP) pada pemilu parlementer 12 Januari 2008 lalu. Dua kandidat dari masing-masing partai tersebut, Frank Hsieh dari DPP dan Ma Ying-jeou  dari KMT, memberikan janji-janji terkait hubungan Cina-Taiwan. Menurut Li Daochen (dalam Ding. 2008: 95), banyak publik di Taiwan maupun Cina berargumen bahwa siapapun yang menang dalam pemilu tersebut kelak, hubungan Cina-Taiwan akan mulai mencair, serta hubungan perdagangan dan perekonomian akan meningkat.

Arthur S. Ding (2008) dalam artikelnya menyebut beberapa faktor terkait dengan keluarnya KMT sebagai pemenang. Pemilu parlementer pada awal Januari 2008 tersebut merupakan pemilu parlementer pertama yang menggunakan sistem a single-member district dengan two-ballot system, yang mana dari sistem tersebut menerepakan juga sistem winner takes all. Pada pemilu-pemilu sebelumnya, sistem yang digunakan adalah multi-member district dengan one-ballot system. Pada pemilu saat itu juga jumlah pemilih tidaklah banyak jika dibanding dengan pemilu sebelumnya. Faktor lain yang disebutkan adalah adanya pengaruh dari isu-isu lokal dan juga karakter personal para kandidat. Pada akhrinya, hasil dari pemilu januri 2008 tersebut mengirimkan sinyal pesan pada Taiwan bahwa inilah saatnya untuk “reorient priorities to economic betterment” (Ding, 2008. 97). Selain itu, hasil dari pemilu tersebut juga merupakan refleksi dari kekecewaan pubik terhadap Chen dan juga skandal yang menimpa keluarga sang presiden tersebut.

Walaupun mendapati kekalahan, DPP percaya bahwa pihaknya, dengan Frank Hsiesh sebagai kandidat presiden, akan memenangkan pemlihan presidensial. Sayangnya, pemilu presidensial Taiwan dimenangi oleh KMT dan menghantarkan Ma sebagai presiden Taiwan selanjutnya. Dilihat dari masa kepresidenan sebelumnya, Taiwan selama 8 tahun atau dua periodesasi kepresidenan berada di bawah kepemimpinan Chen Su-bien. Pada masa-masa ini Taiwan lebih cenderung menginginkan terbentuknya Taiwan sebagai negara yang independen. Dalam upayanya tersebut, DPP seringkali menggunakan isu etnis sebagai manuver untuk meningkatkan konfrontasi dan kebenceian terhadap Cina. Namun setelah terpilihnya Ma, hubungan Taiwan dengan Cina menjadi lebih terbuka dan dekat.

Mengenai sistem pemerintahan di Taiwan, Taiwan mengadopsi sistem super presidential. Presiden dipilih secara langsung oleh publik dan memiliki tanggung jawab atas concern terhadap Cinca, pertahanan, serta kebijakan luar negeri. Presiden juga memiliki hak dan otoritas untuk menunjuk Perdana Menteri, tanpda persetujuan parlemen sekalipun. Perdana Menteri ini memiliki tanggung jawab terhadap kebijakan publik lainnya. Sementara itu, parlemen hanya memiliki hak dalam tinjauan anggaran negara dan kekuasaan legislatif sesuai dengan draft yang diajukan oleh cabang administratif (Ding, 2008: 99). Draft tersebutlah yang mengatur seberapa jauh batasan yang mampu diberikan parlemen terhadap Presiden. Melalui super presidential system inilah Presiden memiliki legitimasi kewenangan yang luar biasa dalam membuat keputusan ataupun mempengaruhi berbagai kebijakan, baik dalam maupun luar negeri dan

Page 10: Filsafat Asia Timur

termasuk kebijakan terhadap Cina. Sehingga berakhirnya masa jabatan Chen dan dilantiknya Ma sebagai Presiden Taiwan yang baru, hubungan Taiwan dan Cina menjadi mengalami pencairan.

Tidak hanya dengan Taiwan, Tibet-pun demikian. Berdasarkan kacamata Beijing, Tibet merupakan daerah bagian Republik Rakyat Cina, sementara masyarakat Tibet sendiri meyakini bahwa telah sejak lama kawasan Himalaya adalah kawasan yang merdeka. Kerry Dumbaugh (2008) dalam artikelnya mengulas tentang demonstrasi damai besar-besaran yang terjadi di Lhasa dan beberapa daerah Tibet bagian Cina lainnya pada bulan Maret 2008, sejarah dan status politik Tibet, serta review dan analisis hubungan dan kebijakan Amerika dalam kasus Tibet.

Demonstrasi 10 Maret 2008 tersebut merupakan aksi mengenang empat puluh sembilan tahun gagalnya pemberontakan publik Tibet terhadap otoritas Cina pada tahun 1959. Aksi tersebut awalnya merupakan aksi damai. Namun kemudian, sebuah sumber menyatakan bahwa beberapa demonstran yang terlibat dalam demonstrasi tersebut ditangkap. Kontan penangkapan tersebut mengundang reaksi keras para rahib dari biara Drepung, Sera, dan Ganden. Sebelumnya pada tanggal 4 Januari muncul sebuah organisasi bernama TPUM (Tibetan People’s Uprising Movement). Organisasi tersebut mempublikasikan bahwa pihaknya ingin mengambil keuntungan dari dua momen bersejarah yang akan dihelat beberapa waktu mendatang: Olimpiade Beijing pada Agustus 2008 dan 50 tahun mengenang pemberontakan Tibet terhadap otoritas Cina 1959 silam. Organisasi tersebut menuntut dikembalikannya Dalai Lama sebagai pemimpin tunggal Tibet, diakhirinya pendudukan kolonial di Tibet, dibebaskannya tahanan politik serta dikembalikannya hak asasi manusia dan agama pada masyarakat Tibet, dan dibatalkannya Olimpiade Beijing 2008 (Dumbaugh. 2008: 6). Olimpiade Beijing menjadi salah satu tuntutan sebab sebuah olimpiade selayaknya terbuka, dan agar publik dunia tidak hanya mengirimkan perwakilan negaranya tetapi juga turut membuka mata atas segala permasalahan yang tengah terjadi di Tibet, pada khususnya.

Mengenai ‘pendudukan kolonial’ di Tibet, masyarakat Tibet menilai PRC telah berbuat demikian. Bagaimana tidak, PRC menegaskan ditiadakannya kebebasan beragama dan kebebasan berekspresi di Tibet. Dalai Lama yang dulunya merrupakan sosok pemimpin masyarakat Tibet, oleh PRC digantikan dengan pemimpin komunis di Beijing. Pemimpin tersbutlah yang kemudian mengarahkan dan mengatur keputusan paling mendasar, termasuk kebudayaan dan kepercayaan agama masyarakat Tibet (Dumbaugh. 2008: 9). Cina melihat dirinya sendiri sebagai pihak yang telah membangun dan mengembangkan perekonomian Tibet, dengan bantuan dan dana kas pemerintah pusat. Perekonomian mungkin memang telah mengalami kemajuan, tetapi tetap saja PRC telah merusak dan menganggu stabilitas internal Tibet sendiri. Masyarakat Tibet juga menilai bahwa PRC telah mengganggu kebudayaan dan aktifitas agama di Tibet. Banyak sekali kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat yang kemudian memarginalkan masyarakat Tibet di lingkungannya sendiri.

Sebagai bentuk reaksi terhadap masalah yang tengah bergolak di Tibet dan Cina, Amerika Serikat memerintahkan Cina untuk merubah haluan kebijakannya terhadap Tibet. Terlihat setitik celah harapan jika ditilik dari kebijakan yang telah ditetapkan PRC dalam beberapa tahun terakhir serta dari respon yang diberikan terhadap demonstrasi Maret 2008. Bagaimanapun juga, Cina menilai Dalai Lama sebagai kunci terselesaikannya masalah Tibet-Cina mengingat Dalai Lama merupakan tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat Tibet.

Page 11: Filsafat Asia Timur

Referensi

Ding, Arthur S. 2008. "Whither Taiwan-China Relations?" dalam China Security, Vol. 4, No. 1 Winter 2008. World Security Institute.

Dumbaugh, Kerry.2008. "Tibet: Problems, Prospects, and U.S. Policy dalam CSR

Page 12: Filsafat Asia Timur

Hubungan Negara-Negara Asia Timur : Cina, Hongkong, dan Macau

Hubungan Negara-Negara Asia Timur : Cina, Hongkong, dan Macau

Cina merupakan salah satu dari banyak wilayah yang kemudian dituju oleh bangsa Eropa dalam berbagai ekspedisinya. Cina dipandang sebagai daerah yang subur yang mampu membantu mengembangkan perekonomian mereka. Cina sendiri tengah berada di bawah kepemimpinan dinasti Qing, yang berhasil membawa Cina ke masa-masa kejayaan. Sayangnya Cina pada kala itu sedang menerapkan isolasionisme. Hal tersebut mempengaruhi hubungan luar negeri Cina dengan wilayah lain. Beberapa sektor yang kemudian di lirik oleh bangsa Eropa adalah rempah-rempah, teh, sutera, tembikar, dan juga porselen. Terkait dengan kedatangan bangsa Barat dan Eropa di Cina, terdapat kemudian dua daerah SAR yang mana keberadaan dua daerah tersebut tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang kedatangan bangsa Eropa dan juga Barat. Dalam paper kali ini penulis akan memparkan tentang dua daerah tersebut, Macau dan Hongkong.

Dahulunya, hanya sedikit sekali orang Cina yang mendiami Macau. Kemudian pada pertengahan abad ke enam belas, Portugis masuk ke kawasan tersebut. Kala itu orang-orang Portugis dikenai tarif sewa (fora do choda), atau jika tidak mereka akan lebih memilih untuk menyuap pejabat lokal untuk mendapatkan izin tinggal Hingga pada akhirnya Portugis mampu menancapkan jangkar kekuasaan di kawasan tersebut tanpa upaya penaklukan yang diiringi dengan kekerasan. “To some degree, Macau became jointly governed over the centuries, although most local administration was in the hands of the Portuguese while the Chinese maintained control over customs through a Chinese magistrate just north of Macau and a customs house in the town” (Edmonds & Yee. 1999: 803). Power yang dimiliki Portugis di atas wilayah tersebut semakin berkembang dan meluas seiring kalahnya Cina dalam Perang Opium, tepatnya pada sekitaran tahun 1849. Kekuasaan Portugis bertahan cukup lama. Sebagai upaya untuk mempertahankannya, maka Portugis mencoba mempopulerkan bahasa mereka. Bahasa Portugis diajarkan di sekolah-sekolah negeri khusus ras Portugis dan Macaense (ras campuran Cina-Portugis).

Memasuki abad dua puluh, legitimasi Portugis semakin meredup, ditambah dengan pengaruh-pengaruh yang datang dari otoritas Cina dan luar negeri. Otoritas Portugis di Macau juga mendapat tentangan dari penduduk lokal. Hampir sembilan puluh enam persen penduduk Macau kini merupakan keturuanan ras Cina. Wilayah Macau yang hanya memiliki luas 23,5 kilometer persegi tidak memiliki sumber daya yang cukup, sementara kebutuhan energi meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Hal tersebut semakin diperparah ketika Cina memutuskan utnuk berhenti memberikan pasokan ke Macau pada tahun 1950. Banyak penduduk beralih pada sekolah-sekolah swasta yang berbahasa Kanton maupun Inggris. Imbasnya, pengetahuan para penduduk mengenai Portugis dan ketidakahlian mereka menguasai bahasa Portugis menghalangi mereka untuk manjabat di pemerintahan. “The Portuguese from Portugal largely came on short-term contracts and, after 1974, generally left the territory with every change in Portuguese national politics” (Edmonds & Yee. 1999: 804). Portugis menjadi bergantung pada Macaens sebagai sarana untuk berkomunikasi pada penduduk berbahasa Kanton. Hal ini kemudian terakumulasi, menyebabkan penduduk Cina pribumi menjadi terasing dan hanya mendapatkan

Page 13: Filsafat Asia Timur

bagian kecil di pemerintahan. Perubahan dalam politik Macau terjadi paska revolusi Portugis, menjadi lebih liberal. Pada tahun 1976 parlemen Portugal meratifikasi the Organic Statute of Macau, memberikan constitutional power untuk menyusun undang-undang, mengamandemen the Organic Statute, dan mengawasi pengeluaran. Dewan perwakilan terdiri dari tujuh belas kursi, enam diantaranya dipilih secara langsung, enam lainnya dipilih oleh kelompok kepentingan sesuai dengan aturan yang berlaku saat ini, dan lima sisanya ditunjuk oleh gubernur.

Bagaimanapun juga, rezim Macau telah membantu RRC pada masa dimana RRC diisolasi oleh dunia internasional serta mendapatkan sanksi ekonomi dari Amerika dan sekutu tepatnya pada sekitaran tahun 1950 dan 1960. Macau menjadi penting mengingat kawasan tersebut merupakan titik transfer dan masuknya jutaan dolar Amerika untuk warga RRC dari luar Cina. Macau merupakan tempat penyaluran strategic goods yang diimpor oleh RRC, juga tempat penyelundupan obat-obatan terlarang, serta sebagai regional gold transhipment centre. Hubungan Beijing-Portugis berubah sejak terjadinya pembantaian Tiannmen 1989. Beijing berusaha mencari dukungan Portugis, menjalin hubungan baik, kerjasama, dan persahabatan. Sementara isu persiapan penyerahan kedaulatan Macau diurus oleh grup bentukan, Joint Liaison Group. Strategi Beijing terkait proses transisi Macau terbagai ke dalam tiga tahapan; pra 1989, 198989 hingga 1997, dan paska 1997 (Edmonds & Yee. 1999: 807).

Proses Transisi di macau dipengaruhi oleh sikap dan strategi politik pemerintah Beijing, Lisbon, dan Macau (Edmonds & Yee. 1999: 815). Pihak Beijing lebih cenderung tidak ingin mengintervensi terlalu dalam dan memberikan pressing yang terlalu kuat terhadap isu lokalisasi. Elit lokal pro-Beijing yang dominan juga tidak terlalu mengkritisi pemerintahan Portugis di Macau. Sementara pemerintahan Portugis-Macau mencoba untuk meraup keuntungan sebanyak mungkin. Proses transisi juga dipengaruhi oleh kepatuhan penduduk lokan dan komunitas internasioanl.

Pada tanggal 3 April tahun 1987 RRC dan Portugal menandatangani Joint Declare yang menyebutkan bahwa RRC menyetuji dan bersedia untuk melanjutkan pelaksanaan kedaulatan di wilayah Macau per tanggal 20 Desember 1999. Macau yang merupakan daerah SAR (Special Administrative Region) akan diberi otonomi tingkat tinggi. Namun untuk urusan pertahanan dan luar negeri, Beijing akan mengambil tanggung jawab. Untuk memastikan bahwa Joint Declare dapat terlaksana dengan tepat dan menghasilkan atmosefer yang sesuai agar pelaksanaannya dapat menjadi efektif, Portugal dan RRC sepakat untuk membentuk Luso-Chinese Joint Liaison group dan a Luso-Chinese Land Group. Keberadaan keduanya kemudian secara sukses mengawal masa “smooth transition” Macau terhadap kekuasaan Cina. Tidak jarang juga transisi Macau dari Portugal ke RRC dibanding-bandingkan dengan transisi yang dialami oleh Hongkong yang lebih kepada “rough transition”.

Sementara Macau diduduki oleh Portugis, Hongkong diduduki oleh Inggris. Kedatangan Inggris ke Cina berawal dari abad ke enam bela yang kemudian membuka pasar perdagangan Opium. Opium adalah suatu komditas yang tengah digandrungi oleh penduduk Cina kala itu. Efek negatifnya, banyak sekali penduduk Cina yang kemudian menjadi pecandu. Kaisar Cina, Tao Kwang, mengambil tindakan tegas dalam menindaklanjuti kondisi tersebut, yakni dengan cara menyita, melarang, dan memusnahkan opium. Atmosfer yang demikian secara kontan menyulut amarah bangsa Inggris. Terselutlah kedua pihak ke dalam perang Opium. Kekalahan Cina pada

Page 14: Filsafat Asia Timur

perang ini memaksanya untuk menandatangani perjanjian Nanjing dan menyerahkan Hongkong kepada Inggris.

Selama lebih dari satu setengah abad Hongkong berada di bawa otoritas Inggris. Di atas paham demokrasi kapitalis, Hongkong dirubah menjadi sebuah kawasan yang tumbuh dengan pesar. Pada tahun 1997, Hongkong secara resmi dikembalikan kepada Beijing. Deng Xiaoping yang kala itu memimpin Cina memberikan otonomi khusus pada Hongkong. Layaknya Macau, Hongkong juga dijadikan sebagai daerah SAR.  Di sini Beijing memegang kontrol atas pertahanan nasional dan hubungan diplomatik. Sementara pemerintah lokal Hongkong memiliki wewenang dalam mengatur mata uang, bea cukai, imigrasi, dan juga sistem hukum yang berlaku.

Walaupun memiliki kelebihan tersendiri perihal otomoni khusus yang dimiliki keduanya, hubungan Macau dan Hongkong dengan Cina daratan masih relatif baik. Hal tersebut terlihat dari terjalinnya kerjasama di antara mereka. Secara garis besar, keduanya memiliki latar belakang yang sama, yakni sama-sama pernah berada di bawah otoritas negara lain selain RRC selema beberapa abad. Keduanya juga menerapkan sistem satu negara dua sistem. Walaupun pemerintahan lokal Macau dan Hongkog diberi wewenang otonomi tingkat tinggis, Beijing tidak dengan begitu saja lepas tangan. Beberapa hal kemudian juga diatur oleh Beijing.

 

Referensi :

Edmonds, Richard Louis dan Herbert S. Yee. 199. Macau : From Portuguese Autonomous Territory to Chinese Special Administrative Region. London : Cambridge University Press. diunduh pada 1 April 2012. <http://www.box.com/s/7bc2264284d14ebcecaf>.

Cheung, Peter T. Y. 2011. Who’s Influencing Whom? Exploring the Influence of Hong Kong on Politics and Governance in China. California : University of California Press

Chesneaux, J.1977. and others. China from the Opium Wars to the 1911 Revolution. Harvester Press, Sussex.

Wang, James C.F  1947. “Singapore and Hong Kong: Government Overregulation versus the Free Market” dalam Comparative Asian Politics: Power, Policy, and Change. Prentice Hall International Inc.

Page 15: Filsafat Asia Timur

Negara-Negara Asia Timur dalam Perbandingannya dengan Negara Lain

Negara-Negara Asia Timur dalam Perbandingannya dengan Negara Lain

Seperti yang telah disebutkan dalam jurnal-jurnal sebelumnya, negara-negara Asia Timur memiliki perkembangan kebudayaan yang konvergen yang menyebar melalui sungai Kuning. Namun seiring berjalannya waktu, mereka memutuskan untuk mengadopsi paham-paham yang berbeda, mengaplikasikan sistem pemerintahan, dan juga memiliki colak perpolitikan yang berbeda. Kawasan Asia Timur secara geografis berdekatan dengan Uni Soviet, sementara Uni Soviet pada sekitaran tahun 1945 hingga 1991 merupakan negara pesaing Amerika yang sama-sama tengah gencar menyebarkan pengaruhnya di berbagai penjuru dunia. Dalam timeline Perang Dingin, beberapa negara kawasan Asia Timur memutuskan untuk mengadopsi paham komunisme Uni soviet sementara beberapa lainnya terlihat memiliki keddekatan dengan Amerika. Pada jurnal kali ini penulis akan menyampaikan secara ringkas beberapa poin untuk membandingkan antara Korea Utara dengan Vietnam dan antara Korea Selatan dengan Taiwan, serta menjelaskan secara singkat dan padat mengenai sistem politik dan kontur sosial masyarakat Mongol.

Berkaitan dengan timeline Perang Dingin, Kore Utara adalah satu negara kawasan Asia Timur yang mengadopsi paham komunisme Uni Soviet. Vietnam, pada sisi lain, adalah salah satu contoh negara yang juga terkena pengaruh komunisme Soviet. Oleh karena kesamaan tersebut, baik Korea Utara maupun Vietnam sama-sama menerapkan politik isolasionisme yang sangat mempengaruhi berbagai bidang kehidupan. Upaya isolasionisme Korea Utara ditunjukkan dengan cara mereduksi interaksi dengan dunia luar melalui pembatasan dan penyortiran berbagai akses media ke dunia luar. Adanya paham komunisme di negara ini mempengaruhi pemikiran para penduduk Korea Utara untuk berkeyakinan bahwa orang yang memimpin negaranya adalah orang yang memiliki pemikiran paling benar. Sedangkan di Vietnam, isolasionisme ditunjukkan melalui penutupan diri dari dunia luar dan tumbuhnya rasa benci terhadap dunia luar. Sebagai akibatnya, rasa nasionalisme terhadap negara kemudian muncul di sana. Paham komunisme Uni Soviet di Vietnam sendiri berkolaborasi dengan pemikiran konfusiunisme dan buddhisme Cina. Perpaduan tersebut semakin menguatkan nasionalisme publik Vietnam. Publik Vietnam menyerahkan kesetiaan dan kepatuhannya pada negara.

Terkait dengan Korea Selatan dan Taiwan, dua wilayah ini memiliki kesamaan pada struktur sistem pemerintahan, yang mana terdiri dari beberapa lembaga. Walaupun keduanya sama-sama memiliki lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam sistem pemerintahannya, keduanya juga memiliki perbedaan pada sisi tersebut. Di Korea Selatan, lembaga eksekutif diisi oleh Presiden dan Perdana Menteri, sedangkan legislatif oleh National Assembly, dan yudikatif oleh hakim. Sementara itu, lembaga eksekutif Taiwan diisi oleh Presiden dan Wakil Presiden, dan lembaga legislatif oleh badan Legislatif Yuan. Untuk lembaga yudikatif, pemerintah Taiwan membaginya ke dalam dua divisi. Divisi yang pertama adalah Council of Grand Justice yang anggotanya ditunjuk oleh Presiden dengan perjetujuan dari Yuan. Divisi yang kedua adalah Court System yang terdiri dari Administrative Court dan Supreme Court District.

Page 16: Filsafat Asia Timur

Perbedaan Korea Selatan dengan Taiwan juga dapat dilihat dari periodisasi kepemimpinan masing-masing pemimpin negara. Pada periode kepemimpinan tahun 1961 hingga 1979, Kore Selatan berada di bawah kepemimpinan Park Chung. Di bawah kepemimpinan Chung inilah Korea Selatan merubah fokus perekonomian dari sektor pertanian berubah ke sektor industrialisasi. Pemerintah juga kemudian memberikan support dalam upaya mengembangkan usaha skala kecil melalui pemberian pijaman syarat lunak. Sedangkan Taiwan, di sisi lain, lebih menaruh fokus perekonomiannya padan sektor perdagangan dan industri. Pemerintah terus memacu dau sektor tersebut agar dapat meningkatkan jumlah investasi, aliran ekspor, dan juga free trade.

Beralih pada pembahasan yang ke tiga dalam jurnal kali ini, adalah mengenai sistem politik dan profil negara Mongolia beserta masyarakatnya. Dilihat dari sejarahnya, kekaisaran Mongol dibentuk oleh Jenghis Khan dengan tujuan untuk menyatukan suku-suku Mongol yang saat itu selalu terlibat konflik satu sama lain. Kekaisaran yang didirikan pada sekitaran tahun 1206 tersebut memperluas kekuasaan ke Cina Utara hingga Persia, serta beberapa wilayah di Asia Tenggara dan juga Eropa Tengah. Bergeser pada kepemimpinan dinasti Qing, Mongol kemudian membentuk suatu pemerintahan yang merdeka pada tahun 1921 dengan dibantu oleh Mongolia. Mongolia sendiri secara geografis berdekatan dengan negara komunis tersebut. Meskipun demikian, Cina baru mengakui kemerdekaan Mongol setelah Uni Soviet jatuh. Seiring dengan situasi dan kondisi saat itu, Mongolia merubah haluannya dan kemudian menganut paham demokrasi.

Mengenai kontur sosial masyarakat Mongol, Mongolia memiliki baragam kebudayaan. Kebudayaan Mongolia, kurang lebih, dipengaruhi oleh Tibet, Cina, Rusia, dan juga Eropa yang berhasil menembus Mongolia pada abad ke dua puluh melalui Rusia. Keunikan dari masyarakat Mongol adalah pakaian khas Mongol, atau yang biasa disebut dengan deel, yang berbeda pada setiap tingakatan sosial masyarakat. Pada kelas peternak, deel yang digunakan adalah deel polos. Sementara pada kelas pemuka agama, deel yang dikenakan berwarna kuning dan dihiasi dengan jubah. Untuk kelas bangsawan, mereka biasa mengenakan deel dengan tambahan aksesori topi dan rompi berbahan sutera. Beberapa contoh lain kebudayaan Mongol adalah seperti sastra kuno dan juga modern yang berisikan tentang cinta kepada orang tua dan tanah air, cerita-cerita rakyat yang bertemakan epic, rumah nasoinal Mongol yang dinamai Ger yang merupakan rumah tenda, masakan khas Mongol yang kebanyakan merupakan masakan olahan daging, alat musik tradisional yang bentuknya menyerupai biola yang dinamai Morin Khuur, tarian tradisional Mongol yang dinamai The Mongolian Waltz, masyarakat yang selalu dilukiskan memiliki rambut berkepang, dan lain sebagainya.

 

Referensi :

Anon. South Korea and Taiwann : Emerging Political Reform and Asian Models for Economic Success.

Wang, James C. F. 1997. Comparative Asian Politics. New Jersey: Prentice Hall

Page 17: Filsafat Asia Timur

 Strategi Cina dalam Ekonomi dan PolitikStrategi Cina dalam Ekonomi dan Politik

Sebagai sebuah bentuk pemerintahan, Cina dapat dikategorikan sebagai yang negara yang memiliki pengalaman tertua. Sebab, Cina sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu telah memiliki pemerintahannya sendiri yang berbentuk kekaisaran dan atau dinasti. Pada masa kekaisaran ini Cina dipimpin oleh seorang Kaisar, yang mana kemudian tahtanya diberikan pada keturunannya. Pada masa ini, terdapat sebuah local wisdom yang berkembang di tengah masyarakat Cina bahwa seorang Kaisar merupakan Son of Heaven atau anak Tuhan. Kaisar memiliki power dan legitimasi yang besar, serta bertanggung jawab dalam menjaga kestabilan antara rakyat dengan alam. Dari sini terlihat sisi pemerintahan Cina yang otoritarian kala itu.

Cina sejak jaman dahulu telah menerapkan kebijakan isolasionisme. Mekipun istilah isolasionisme belum berkembang, namun Cina menerapkan suatu kebijakan yang menutup diri dari luar. Hal tersebut didukung oleh adanya anggapan oleh orang-orang Cina bahwasannya orang-orang diluar Cina tidak ubahnya seperti masyrakat Barbar, yang mana mereka suka menyiksa komunitas masyarakat lainnya, menganeksasi wilayah, dan melakukan eksploitasi. Sebuah perubahan dalam struktur pemerintahan Cina mengalami perubahan dan perlahan mulai terbuka terhadap luar. Revolusi Cina oleh Chiang Kai Sek pada Maret 1927 berupaya untuk memodernisasi Cina. Chiang Kai Sek yang notabenenya adalah seorang nasionalis tentu berupaya untuk membangun pemerintahan nasionalis. Selain merubah Cina menjadi negara yang terbuka terhadap luar, pada masa ini kemiliteran Cina juga mengalami modernisasi. Di bawah kepemimpinan Chiang Kai Sek ini juga gerilyawan partai Komunis dimusnahkan.

Sebuah perlawanan terhadap pemerintah terjadi pada tahun 1949 yang kemudian diiringi dengan lengsernya Chiang Kai Sek. Partai Komunis di bawah kepemimpinan Mao Zhe Dong berhasil menggulingkan pemerintah dan mengalahkan partai Nasionalis. Image Cina perlahan menjadi terlihat lebih radikal. Pada masa-masa ini politik luar negeri Cina sepenuhnya berfokus pada pengembalian kekuatan Cina melalui pendekatan hubungan dengan negara-negara sosialis.

Perubahan kembali terjadi seiring dengan bergsernya kursi kepemimpinan Cina. Den Xiaoping yang menggantikan Mao pada tahun 1979 memperbaiki hubungan internasional Cina. Cina mulai menjalin hubungan baik dengan negara-negara lain, terutama Asia Tenggara yang dipandang sebagai kawasan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi Cina. Pada masa ini politik luar negeri Cina terfokus pada ekonomi domestik melalui peregulasian Open Door Policy. Setelah lengsernya Xiaoping, adalah Jiang Zemin yang kemudian menduduki posisi pemimpin Cina pada tahun 1989. Dibawah kepemimpinannya, Cina tidak terlalu menunjukkan perubahan arah politik luar negeri yang signifikan. Kemudian pada masa pemerintahan Hua Jiantao, Cona kian menunjukkan kapasitasnya sebagai major power pada tataran internasional. Cina mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Cina juga gencar mempromosikan globalisasi ekonomi dan multipolarisme.

Page 18: Filsafat Asia Timur

Secara garis besar, paska periode kepemimpinan Mao Zhe Dong, fokus politik luar negeri Cina diarahkan pada penciptaan tatanan internasional yang multipolar serta pembentukan peta ekonomi yang lebih liberal. Dapat juga dikatakan bahwa Cina lebih mengedepankan pertumbuhan ekonomi dan cenderung menghindari konfrontasi. Cina aktif secara global maupun lokal. Hal tersebut dapat dilihat salah satunya melalui ketergabungan Cina ke dalam rezim World Trade Organization (WTO) pada tahun 2001, juga peran aktif Cina dalam berbagai bentuk kerjasama kawasan. Dalam membentuk suatu perjanjian dengan pihak lain, Cina jarang memberikan komitmennya pada agreement atau pakta yang dapat mengikat kebebasan Cina sebagai negara yang non-konfrontatif. Cina cenderung mengambil posisi aman sembari memfokuskan diri pada pembangunan ekonomi nasional. Pemerintah Cina berupaya untuk memenuhi kepentingan nasionalnya melalui pertumbuhan ekonomi domestik dan penciptaan status atau image sebagai negara great power yang cinta damai. Meksipun demikian, Cina tidak ingin mejadi aktor yang hegemon dalam sistem internasional.

Dalam hubungannya dengan negara-negara lain, khususnya Asia Tenggara, Cina telah membentuk beberapa perjanjian yang tertuang dalam East Asia Summit (EAS), Sino-ASEAN, ASEAN plus three (APT), perjanjian perdagngan bebas, dan lain sebagainya. Selain Asia Tenggara, Cina juga menjalin hubungan dengan India, negara-negara Asia Tengah, negara-negara pecahan Uni Soviet, Afrika, Timur Tengah, Rusia, Jepang, European Union, dan lain-lain.

Untuk memicu pertumbuhan ekonomi, sebuah strategi yang digunakan oleh pemerintah Beijing adalah dengan membentuk kawasan-kawasan yang dianggap memiliki potensi menjadi zona ekonomi khusus (ZEK). Dengan dibentuknya ZEK ini menunjukkan keterbukaan negara terhadap masuknya investor asing, yang dapat meningkatkan ekspor dan sekaligus melakukan kebijakan proteksi terhadap praktik ekonomi perusahaan maupun investor asing. Sementara terkait adanya potensi terpsahnya wilayah-wilayah terluar Cina,  terutama wilayah yang memiliki hubungan tertentu dengan negara lain, werta memiliki karakteristik dan kapabilitas tertentu, pemerintah Beijing menerapkan kebijakan One China Policy. Kebijakan tersebut tidak lain adalah untuk menjaga keutuhan wilayah Cina. Kebijakan tersebut memberikan kewenangan atau otonomi tingkat tinggi pada suatu wilayah, namun wilayah tersebut tetap menjadi bagian dari negara Cina dan berpusat pada pemerintahan Beijing.

Mengenai struktur pemerintahannya, struktur administratis Cina terdiri dari pemerintahan pusat atau zhongyang, pemerintahan provinsi atau sheng, kabupaten atau xian, dan kota atau shi. Kamar eksekutif di Cina diisi oleh Dewan Negara, yang memiliki fungsi untuk mengatur administrasi secara general. Dewan Negara ini juga-lah yang nantinya menuyusun list anggota badan legislatif, yang kemudian diajukan pada Kongres Rakyat Nasional. Seorang Presiden dalam pemerintahan Republik Rakyat Cina memiliki kewenangan untuk mengatur politik luar negeri Cina, sementara Perdana Menteri memiliki kedudukan sebagai ketua atau kepala eksekutif Dewan Negara. Hak yang dimiliki oleh Perdana Menteri hanyalah membentuk kabinet dengan persetujuan Presiden. Sementara Presiden memiliki kewenangan untuk menentukan garis besar kebijakan eksekutif, termasuk juga kewenangan untuk menunjuk Perdana Menteri.

Cina, menurut penulis secara pribadi, merupakan sebuah peradaban tua yang telah memiliki struktur pemerintahannya sendiri sejak pertama kali Cina dibentuk. Saat itu Cina masih dikenal

Page 19: Filsafat Asia Timur

dengan sebutan Tiongkok. Berbagai perubahan tentunya telah terjadi dalam Cina. Pada era modern, ketika Cina telah berbentuk sebuah negara, Cina melalui revoluis Cina yang dimotori oleh Chiang Kai Sek berhasil merubah image Cina menjadi sebuah negara yang terbuka. Namun upaya tersebut tidak bertahan lama, sebab pada sekitaran tahun 1949, partai komunis dibawah kepemimpinan Mao Zhe Dong berhasil mengalahkan partai nasionalis. Pada era Mao ini Cina kembali menjadi negara yang tertutup. Perubahan kembali terjadi seiring dengan lengsernya Mao. Pada era-era kepemimpinan paska-Mao, Cina menjadi negara yang terbukan terhadap pihak asing. Politik luar negeri Cina difokuskan pada penciptaan tatanan internasional yang multipolar, pembentukan peta ekonomi yang lebih liberal. Untuk mencipatakan image sebagai negara great power, Cina mengedepankan pertumbuhan ekonomi dan cenderung menghindari konfrontasi. Berbagai strategi yang telah diterapkan Cina dipandang penulis sebagai upaya yang tepat. Pembentukan ZEK juga merupakan opsi yang sesuai dengan konstelasi internal Cina sendiri.

Referensi :                                

Cheung, Peter T. Y. 2011. Who’s Influencing Whom? Exploring the Influence of Hong Kong on Politics and Governance in China. California : University of California Press.

China’s Foreign Policy Debates. diakses pada 3 Mei 2012. <http://www.iss.europa.eu/uploads/media/cp121-China_s_Foreign_Policy_Debates.pdf>.

Dumbaugh, Kerry. 2008. “China’s Foreign Policy : What Does It Mean for U.S. Global Interests?”, dalam CSR Report for Congress. diakses pada 3 Mei 2012. <http://www.fas.org/sgp/crs/row/RL34588.pdf>.

Edmonds, Richard Louis dan Herbert S. Yee. 199. Macau : From Portuguese Autonomous Territory to Chinese Special Administrative Region. London : Cambridge University Press. diunduh pada 1 April 2012. <http://www.box.com/s/7bc2264284d14ebcecaf>.

Embassy of the People’s Republic of China in the United States of America. diakses pada 3 Meri 20120. <http://www.china-embassy.org/eng/qwgz/>.

Wang, James C. F. 1997. Comparative Asian Politics. New Jersey: Prentice Hall.

Page 20: Filsafat Asia Timur

Dinamika Perekonomian dan Perpolitikan Jepang Dinamika Perekonomian dan Perpolitikan Jepang

Cina bukanlah satu-satunya negara kawasan Asia Timur yang memiliki pengaruh besar dalam konstelasi hubungan internasional. Kebangkitan Jepang sejak berada di bawah  Amerika Serikat sehubungan dengan penandatanganan Supreme Command of Allied Power (SCAP). Sejak itu-lah Jepang perlahan merangkak menjadi negara besar dengan perekonomian kuat. Jika ditilik lagi kebalakang, Jepang yang saat ini sangat jauh berbeda dari Jepang pasa masa kekaisaran. Rezim yang berkuasa di Jepang sejak awal perrtama lebih mengarahkan Jepang untuk menutup diri dari bangsa luar. Dalam jurnal kali ini penulis akan menjelaskan secara singkat mengenai dinamika perpolitikan dan perekonomian Jepang.

Jepang merupakan sebuah negara kepulauan di kawasan regional Asia Timur dengan jumlah total pulau sebanyak 6.852 pulau. Didirikan oleh Kaisar Jimmu pada abad ke-7, Jepang mengawali pemerintahannya dalam bentuk monarki. Berkembang suatu pemikiran di tengah masyarakat Jepang yang meyakini bahwa kaisar merupakan putra Tuhan. Dominasi dari keluarga kaisar ini sangatlah kuat. Mengenai kedatangan agama Budha, para penganut Shinto adalah salah satu pihak yang menentang kehadiran agama tersebut. Namun berkat adanya dukungan dari pihak-pihak yang berkuasan, maka agama Budha akhirnya bisa menyebar di Jepang. Sementara itu, adanya Reformasi Taika pada tahun 645 menjadi celah bagi masuknya filsafat Konfusianisme. Cina, sesuai dengan Reformasi Taika, dijadikan sebagai acuan untuk penyusunan ulang sistem pemerintahan Jepang. Tak pelak filsafat Konfusianisme menjadi suatu keyakinan yang dominan di Jepang hingga abad ke-19.

Pada masa kepemimpinan Kaisar Kammu, ibu kota dan istana kekaisaran yang berada di Heijo Kyo—yang kini dikenal dengan nama Nara—dipindahkan ke Nagaoka-kyo. Peristiwa tersebut tepatnya terjaid pada sekitaran tahun 784, dan hanya bertahan selama sepuluh tahun saja. Setelahnya, pemindahan ibu kota ke Heian-kyo—yang saat ini dikenal dengan nama Kyoto—kemudian menandai awal dimulainya periode Heian. Pada periode ini Jepang mengalami masa-masa kejayaan akan budaya klasik Jepang.

Memasuki abad pertengahan dengan bergolaknya konflik antar ketua klan, dominasi kaisar menjadi tidak begitu kuat. Sistem pemerintahan yang tersentralisasi pada kaisar dan istananya telah bergeser kepada para shogun atau jendral. Setelah kemenangan klan Minamoto atas klan Taira, maka Minamoto no Yoritomo diangkat sebagai shogun dan sekaligus sebagai pemimpin militer yang berbagi kekuasaan dengan Kaisar pada tahun 1185. Ke-shogun-an yang pertama ini disebut Ka-shogun-an Kamakura dengan pusat pemerintahan yang berada di Kamakura. Sepeninggal Yoritomo, klan Hojo menjadi shikken atau adipati bagi para shogun. Ke-shogun-an Kamakura berakhir di tangan Kaisar Go-Daigo, yang berusaha mengembalikan kekuasaan berada pada tangan kaisar. Tidak lama, Ashikaga Takauji berhasil menggulingkan kaisar Go-Daigo pada tahun 1336. Pada masa ke-shogun-an Ashikaga inilah pecah perang saudara pada tahun 1467.

Page 21: Filsafat Asia Timur

Kedatangan bangsa Eropa pada abad ke-16 memberikan sedikit banyak perubahan dalam Jepang. Sejak saat itu Jepang mulai membuka hubungan perniagaan dengan Barat. Kedatangan orang-orang Eropa ini juga turut membantu Oda Nabunaga dalam upayanya untuk mempersatukan Jepang. Dalam upayanya tersebut Nabunaga menggunakan teknologi-teknologi Eropa. Belum sempat berhasil sepenuhnya, Nabunaga tewas terbunuh dalam Peristiwa Honnoji tahun 1582. Perjuangannya kemudian diteruskan oleh Toyotomi Hideyoshi, yang akhirnya menuai kesuksesan pada tahun 1590 dan kemudian menjadi orang yang berhasil mempersatukan Jepang. Setelah meninggalnya Hideyoshi, putranya yang bernama Toyotomi Hideyori menjadi pengganti ayahnya dalam mengawal Jepang. Namun kemudian ia berhasil dikalahkan oleh adipati-nya sendiri, Tokugwa Ieyasu, yang secara diam-diam telah mengumpulkan dukungan politik dan militer dari para dainyo. Era ke-shogun-an Tokugawa dimulai pada tahun 1603, mengarahkan kembali Jepang sebagai negeri yang tertutup selama dua setengah abad. Masa kepemimpinan Tokugawa ini disebut juga dengan periode Edo oleh sebab keberadaan pusat pemerintahan militernya yang berada di Edo—kini dikenal sebagai Tokyo. Tertutupnya Jepang dari luar bukan berarti Jepang tidak mengikuti perkembangan yang terjadi di luar sana. Justru, di dalam Jepanng sendiri terus menerus mempelajari ilmu-ilmu yang berkembang dari Barat.

Akhir dari pemerintahan shogun Tokugawa, yang merupakan generasi ketiga Tokugawa, diwarnai oleh kemunuclan kelompok-kelompok anti Tokugawa. Puncaknya ada pada Restorasi Meiji tahun 1868, yang kemudian diiringi oleh era modernisasi Jepang dan kembalinya kekuasaan ke tangan kaisar sepenuhnya. Upaya pengembangan Jepang dilakukan dengan cara mendatangkan para tenaga ahli, mengimpor mesin-mesin industri, dan kemudian menirunya. Jepang juga mengirimkan anak bangsanya untuk bersekolah di luar, dan setelah kembalinya mereka diharap mampu memberikan pengaruh demi kemajuan dan perkembangan Jepang. Dalam hal kekuatan militer, Jepang memberlakukan wajib militer untuk para kaum pria yang telah cukup umur. Barat menjadi acuan rezim berkuasa unutk membangun sistem pemerintahan dan perekonomiannya. Namun perlahan Jepang jatuh kedalam bentuk pemerintahan yang military dominance. Hal tersebut terkait dengan terjadinya konflik di Manchuria, dimana militer sejak saat itu mulai terlibat perdebatan dengan kabinet dan akhirnya berhasil menguasai dan mempengaruhi masayrakat, mengontrol pendidikan, mempersiapkan peperangan, dan mendukung tentara yang  ada di Manchuria (dalam Wang. 1997: 34). Tidak heran jika kemudian Jepang juga turut terlibat dalam Perang Dunia kedua, yang semakin dipertegas dengan adanya pakta perjanjian antara Jerman, Jepang, dan Italia sebagai kekuatan poros dalam perang tersebut.

Kekalahan yang didapati oleh negara-negara poros amat dirasakan oleh Jepang, utamanya. Sebab kekalahan yang diterima Jepang diiringi juga dengan dijatuhkannya bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika. Sejak kekalahan tersebut juga Jepang berada di bawah kontrol Amerika melalui SCAP. Tujuh poin penting yang diatur dalam SCAP tersebut meliputi; (1) demobiliterisasi kekuatan militer Jepang dan abolisi angkatan darat dan laut Jepang. Hal ini utnuk memastikan bahwa Jepang tidak memiliki kapasitas untuk berperang; (2)  pembatasan sikap ultra-nasionalis masyarakat Jepang yang diiringi juga dengan dihukumnya seluruh pemimpin perang Jepang yang terdakwa sebagai penjahat perang internasional; (3) penghapusan aturan monopoli dan kepemilikan aset perusahaan keluarga yang besar; (4) diperkuatnya institusi demokratis dan pembentukan strong labor unions; (5) reformasi pengaturan kepemilikan tanah, dan dilakukan oleh SCAP; (6) pengenalan sistem pendidikan dasar Amerika pada masyarakat

Page 22: Filsafat Asia Timur

Jepang; (7) pengaturan electoral law yang memperbolehkan wanita yang sudah berumur 20 tahun untuk memberikan suaranya di pemilihan umum (Wang. 1997: 37).

SCAP memang terlihat banyak mengatur Jepang. Namun dengan adanya SCAP ini Jepang berhasil merangkak menjadi negara besar yang damai dengan perekonomiannya yang kuat di mata internasional. Hubungan antara Jepang dengan Amerika-pun menjadi semakin dekat sejak penandatanganan SCAP. Beberapa kali juga Jepang menjadi anggota Dewan Keamanan PBB sejak bergabungnya Jepang dengan PBB pada tahun 1956. Pada sektor ekonomi, Jepang sesungguhnya mulai mengalami pertumbuhan ekonomi sejak periode Meji dengan cara menganut sistem perekonomian pasar bebas. “Keajaiban ekonomi Jepang” yang terjadi paska Perang Dunia kedua, tepatnya pada tahun 1960-an hingga 1980-an menunjukkan prosentase pertumbuhan ekonomi Jepang yang kian meningkat. Masa keemasan ekspor komoditas otomotif dan barang elekotronik Jepang ke wilayah Amerika dan Eropa terjadi pada tahun 1980-an. Pada masa-masa itu dollar Amerika sempat mengalami depresiasi terhadap yen Jepang. Pertumbuhan ekonomi Jepang sempat mengalami stagnasi pada periode 1990-an. Ussaha pemerintah untuk mengembalikan geliat ekonomi Jepang kurang begitu berhasil sebab terhambat oleh adanya kelesuan global pada tahun 2000. Jepang juga pernah didaulat sebagai negara perekonomian terbesar kedua setelah Amerika. Jepang juga menempati posisi ketiga setelah Amerika dan Cina dalam hal keseimbangan kemampuan berbelanja.

Pergeseran kekuasaan dan sistem pemerintahan Jepang yang terjadi sejak awal berdirinya Jepang sangat memberikan gembaran mengenai bagaimana pemerintahan yang baik, yang kemudian dapat berjalan sesuai dengan railroad konstelasi hubungan internasional secara umum. Jepang yang saat ini mendaulat dirinya sebagai negara monarki konstitusional dipandang penulis sebagai salah satu negara kuat dan stabil di dunia. Walaupun Jepang tidak memiliki militer sebagai badan pertahanannya, namun keamanan dan perdamaian di Jepang masih tetap dapat terjaga. Bangkitnya Jepang sejak kekalahan dan kerusakan parah yang diterimanya pada akhir periode Perang Dunia kedua harusnya dapa menjadi inspirasi bagi negara-negara lain untuk membangun negaranya. Di sisi lain, Upaya modernisasi yang telah digalakkan pemerintah tidak juga menggerus nilai-nilai tradisional Jepang. Sebaliknya, masyarakat Jepang masih kental sekali dengan budaya, nilai-nilai historis, dan juga tradisionalnya.

 

Referensi :

Beasley, William G. 1999. The Japanese Experience: A Short History of Japan. California: University of California Press.

Brown, Delmer M. 1993. The Cambridge History of Japan. Cambridge: Cambridge University Press.

Totman, Conrad. 2000. A History of Modern Japan. Blackwell Publishers.

Wang, James C. F. 1997. Comparative Asian Politics. New Jersey: Prentice Hall  

Page 23: Filsafat Asia Timur

 Dinamika Perpolitikan dan Perkonomian TaiwanDinamika Perpolitikan dan Perkonomian Taiwan

Berbicara mengenai Taiwan akan selalu bersinggungan dengan Cina. Hal ini terkait dengan hubungan antara kedua teritorial tersebut yang tidak berada pada kondisi yang benar-benar baik dan stabil. Hubungan antara Taiwan dengan Cina telah lama mengalami ketegangan dan kebuntuan. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, agaknya perubahan telah perlahan terjadi seiring dengan menangnya partai Kuomintang (KMT) dalam pemilu presidensial dan parlementer Taiwan tahun 2008. Kondisi dalam negeri dan sekaligus arah politik luar negeri Taiwan sangat dipengaruhi oleh partai yang berkuasa. Di Taiwan sendiri terdapat setidaknya dua partai besar yang sangat memiliki pengaruh kuat, yakni Demoratic Progressive Party (DPP) dan partai Kuomintang (KMT). Sebelum diangkatnya Ma Ying-jeou dari KMT sebagai presiden Taiwan, partai yang menguasai Taiwan adalah DPP. Pada tahun-tahun terakhir kepenguasaan DPP dalam perpolitikan Taiwan, adalah Chen Su Bian yang menjadi presiden.

Berpindahnya suara rakyat dari DPP ke KMT disinyalir dipengaruhi oleh isu-isu lokal yang tengah booming di kalangan masyarakat, serta oleh karakter personal masing-masing kandidat. Salah satu isu yang tengah menjadi buah bibir publik Taiwan adalah mengenai skandal korupsi yang dialamatkan pada keluarga presiden Chen. Pada akhirnya, setelah kemenangan Ma Ying-jeou dari KMT atas Frank Hsieh dari DPP, hasil pemilu tahun 2008 tersebu mengirimkan sinyal pesan pada Taiwan bahwa inilah saatnya untuk “reorient priorities to economic betterment” (Ding 2008, 97). Terpilihnya Ma sebagai presiden, yang juga menghantarkan KMT sebagai partai pemerintah, mengahantarkan hubungan Taiwan dengan Cina ke arah yang lebih dekat dan lebih terbuka. Terlepas dari itu semua, Li Daochen (dalam Ding 2008, 96) mengungkapkan bahwa banyak publik Taiwan maupun Cina yang berargumen siapapun pemenang pemilu Taiwan kelak, hubungan Cina-Taiwan akan mulai mencair, serta hubungan perdagangan dan juga perekonomian akan meningkat.

Mengenai hubungan Cina dengan Taiwan pada tataran yang lebih mendasar, hal yang menjadi polemik diantara keduanya adalah mengenai status Taiwan. Pada satu sisi, Republik Rakyat Cina atau People’s Republic of China (PRC) mengklaim Taiwan atau the Republic of China (ROC) sebagai bagian dari kedaulatan PRC. Sementara Taiwan, di sisi lain, lebih mendeklarkan dirinya sebagai sebuah negara yang berdaulat, independent, dan terpisah dari Cina. Taiwan, khususnya dalam bidang ekonomi, memiliki potensi pertumbuhan dan perkembangan yang menjanjikan. Dari sisi historisnya, Taiwan memang sejak masa penjajahannya telah disiapkan untuk menjadi kawasan yang memiliki perekonomian kuat sejajar dengan Hongkong dan Singapura. Hal ini bisa jadi merupakan salah satu point of interest Cina terhadap Taiwan, hingga Beijing sangat teguh mempertahankan Cina menjadi bagian dari Republik Rakyat Cina. Selain itu, Beijing juga menilai bahwa Taiwan tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu negara sebab masih adanya ketergantungan Taiwan terhadap Cina dalam beberapa bidang. Hingga saat ini Taiwan telah menjadi negara yang merdeka hanya dengan mendapatkan pengakuan secara de facto oleh beberapa negara, namun tidak secara de jure. Cina tentu merupakan salah satu negara yang tidak

Page 24: Filsafat Asia Timur

mengakuinya. Walaupun demikian, hubungan kerjasama Cina dengan Taiwan tergolong bagus dalam beberapa tahun terakhir ini.

Masih mengenai perekonomian Taiwan, pemerintah Taiwan pada mulanya sempat mengalami masa suram pada saat orientasi utama perekonomiannya hanya terbatas pada sektor agrikultural dan berkutat hanya pada sirkulasi domestik semata. Perubahan pemerintah dar sektor agrikultur ke industri manufaktur menghantarkan Taiwan pada arah kemajuan. Scope pasar Taiwan-pun menjadi lebih luas dan terbuka, melebar ke pasar internasional.. Sejak tahun 1960, dimana Taiwan mulai membuka diri bagi investasi asing dan terjun ke dalam perdagangan internasional, Taiwan semakin mengalami kemajuan dan pertumbuhan ekonomi, serta menjadi salah satu negara dengan tingkat ekspor yang tinggi. Selain itu, keberhasilan pertumbuhan perekonoian Taiwan dapat dilihat dari meningkatnya upah minimum buruh, berkurangnya jumlah pengangguran, hingga meningkatnya pendapatan per kapita.

Mengenai sistem pemerintahan, Taiwan mengadopsi sistem super presidential. Melalui super presidential system inilah Presiden memiliki legitimasi kewenangan yang luar biasa dalam membuat keputusan ataupun mempengaruhi berbagai pembuatan kebijakan, baik dalam maupun luar negeri. Presiden juga memiliki hak serta otoritas untuk menunjuk Perdana Menteri, tanpa persetujuan parlemen sekalipun. Presiden dipilih secara langsung oleh publik, memiliki tanggung jawab atas concern terhadap sektor pertahanan, kebijakan luar negeri, serta hubungan Taiwan dengan Cina. Sedangkan Perdana Menteri memiliki tanggung jawab atas kebijakan publik lainnya. Sementara itu, parlemen hanya memiliki hak dalam tinjauan anggaran negara dan kekuasaan legislatif sesuai dengan draft yang diajukan oleh cabang administratif (Ding, 2008: 99). Draft tersebutlah yang memberikan batasan kepada parlemen mengenai seberapa jauh parlemen dapat mengatur Presiden. Sehingga bergulirnya jabatan kepresidenan dari Chen ke Ma menjadi tidak heran jika kemudian hubungan antara Taiwan dengan Cina mengalami pencairan.

Secara konstitusional, Taiwan atau the Republic of China (ROC) dibentuk pada tahun 1912. ROC ini telah mendapatkan pengakuan dari dua puluh dua anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sementara sisanya tidak mengakui keberadaan Taiwan sebagai sebuah negara yang independen. Beberapa lainnya juga mengakui Taiwan sebagai salah satu kawasan yang berada di dalam wilayah kedaulatan Republik Rakyat Cina. Demi menjaga hubungan yang telah relatif baik denga Cina, baik Taiwan maupun Cina sama-sama berusaha mempertahankan status quo yang saat ini tengah disandang oleh Taiwan. Cara demikian, menurut penulis, merupakan satu-satunya cara terbaik yang dapat ditempuh oleh kedua belah pihak. Sembari menunggu hubungan yang kian mendingin, keduanya dapat saling menguatkan hubungan dan ketergantungan melalui pembangunan kerjasama. Pada saatnya nanti, penulis meyakini bahwa baik Cina maupun Taiwan dapat menemukan jalan terbaik mengenai status Taiwan.

 

Referensi :

Ding, Arthur S. 2008. "Whither Taiwan-China Relations?" dalam China Security, Vol. 4, No. 1 Winter 2008. World Security Institute.

Page 25: Filsafat Asia Timur

Grant, Thomas D. 1999. The recognition of states: law and practice in debate and evolution. Westpoert: Praeger. Chp 1.

Overholt, William H. 2008. “Smaller Places, Decisive Pivots: Taiwan, Korea, Southeast Asia” dalam Asia, America, and Transformation of Geopolitics. New York: Cambridge University Press. Chp.5, hal.138-154.

Sutter, Robert G. 2008. “Relations with Taiwan” dalam Chinese Foreign Relations: Power and Policy Since Cold War. Rowman and Littlefield Publisher, Inc. Chp.7, hal. 189-215.

Page 26: Filsafat Asia Timur

Dinamika Politik, Politik Luar Negeri, serta Ekonomi Korea Selatan

Dinamika Politik, Politik Luar Negeri, serta Ekonomi Korea Selatan

Korea Selatan adalah salah satu negara di kawasan Asia Timur yang memiliki dinamika perubahan yang menarik. Hal yang menarik disini adalah keberhasilan Amerika Serikat dalam menanamkan pengaruhnya pada negara ini. Mengingat penyebaran budaya sungai Kuning yang terseohor, Korea Selatan tentu merupakan salah satu wilayah tempat penyebaran budaya yang ‘mengalir’ melalui aliran sungai Kuning. Seperti yang telah diketahui, bahwa terdapat suatu pemikiran di kalangan masyarakat Asia Timur yang menganggap bahwa bangsa luar tidak jauh berbeda dengan kaum barbar Oleh karena hal tersebut, Asia Timur sejak dahulu leih cenderung untuk menutup diri dan tidak memberikan kesempatan bagi bangsa luar, dan juga nilai yang dibawanya, untuk measuk ke kawasannya. Pada akhirnya, kawasan semenanjung Korea ini dapat dimasuki bangsa luar. Overholt-pun (2008, 155) menyebut semenanjung Korea sebagai ‘man in the middle’. Hal ini sesuai dengan posisi dari semenanjung Korea itu sendiri yang berada di tengah-tenah dan menjadi perebutan kekuatan-kekuatan besar seperti Jepang, Cina, dan Amerika Serikat.

Sejak pembagian semenanjung Korea pada paska Perang Dunia kedua, Korea Utara semakin dekat dengan Uni Sovet dan Korea Selatan dengan Amerika. Kedekatan ini tentunya memberikan efek dan dampak yang berbeda dari keduanya. Pada jurnal kali ini penulis akan membahas mengenai Korea Selatan secara khusus, menngenai dinamika politik, politik luar negeri , serta ekonomi negeri ginseng tersebut.

Korea Selatan saat ini merupakah satu diantara negara-negara Asia Timur yang ‘terpandang’ pada skala internasional. Pertumbuhan yang terjadi di Korea sangat menakjubkan. Luas teritorial yang kecil bukanlah suatu hambatan bagi pemerintah Korea Selatan. Kondisi yang seperti saat ini sangat jauh berbanding dengan kondisi Korea Selatan pada awal-awal terpisahnya dengan Korea Utara. Terlebih lagi ketika terjadi Perang Korea, yang membuat kondisi perekonomian Korea Selatan yang notabenenya adalah negara baru berada pada level yang kian terpuruk. Sebagai negara yang tengah terpuruk demikian, adalah langkah yang tepat bagi pemerintah untuk mendekatkan diri dan menjadi aliansi Amerika Serikat Hasilnya, pertumbuhan. Kedekatan Korea Selatan dengan Amerika Serikat sejak Perang Dingin membuahkan hasil yang cukup manis. Sejak tahun 1960 Korea Selatan telah mengalami perkembangan, pun demikian dengan pertumbuhan ekonominya. Bahkan pertumbuhan perekonomian Korea Selatan mampu menyejajarkan level perekonomiannya dengan Uni Eropa. Salah satu strategi yang diterapkan oleh pemerintah untuk meingkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonominya, selain beraliansi dengan Amerika, adalah melalui modernisasi, industrialisasi ekonomi, dan strategi orientasi ekspor. Sebelumnya, Korea Selatan lebih cenderung menggunakan strategi ekonomi subtitusi impor.

Page 27: Filsafat Asia Timur

Dalam masa-masa pertumbuhanna, kontrol pemerintah sangatlah kuat. Pasar tidaak berjalan dengan sendiri, melainkan sesuai dengan kontrol dan pengaruh pemerintah dalam mekanisme pasar dan kegiatan perekonomian. Publik Korea Selatan yang pada mulanya menolak adanya peran aktif dan partisipasi masyarakat dalam politik berhasil dibalik oleh pemerintah. Berkat adanya otoritas negara dan pemerintah yang sangat tinggi, publik Korea Selatan perlahan berkembang menjadi pribadi yang kuat dan menjadi aktif dalam perpolitikan. Kemudain pada sekiataran akhir tahun 1980-an, terjadi sebuah reformasi politik paska otoritarianisme dan konfusianisme. Otoritarianisme yang merupakan motif dominan pemerintah perlahan bergerak menuju ke areh demokrasi. Peran negara yang sebelumnya sangat dominan menjadi tergerus. Sebalknya, banyak kelompok-kelompok kepentingan yang bermunculan dan memainkan peranan yang besar dalan menggerakkan masyarakat. Partisipasi pollitik publik semakin besar, dan perpolitikan-pun semakin dinamis. Korea Selatan menjadi satu dari sekian negara yang demokratis. Era demokrasi Korea Selatan dimulai dengan digelarnya pemilihan umum Majelis Nasional pada Februari 1985, dan pemilihan Presiden pada Desember 1993. Perubahan sistem perpolitikan dari otoritarianisme menjadi demokrasi bukanlah suatu hal yang mudah. Hal tersebut tentu sangat terkait dengan masih dipegangnya nilai-nilai Konfusianisme oleh publik Korea Selatan.

Mengenai dinamkina hubungan serta politik luar negerinya, Korea Selatan bukanlah negara yang mencari-cari konfrontasi, tidak terkecuali dengan Korea Utara. Bahkan beberapa kali terdengar adanya upaya unifikasi Korea Utara dan Korea Selatan. Overholt (2008, 158) menyebutkan, bahwa setelah ancaman Korea Utara mulai menyurut, Korea Selatan juga mulai mengeksplorasi cara-cara untuk membangun interaksi dengan Korea Utara, walaupun agaknya masih kurang diterima baik oleh Korea Utara hingga saat ini. Sedangkan mengenai hubungan Korea Selatan dengan negara-negara sekitarnya yang sempat menegang, saat ini dapat dipastikan bahwa Korea Selatan lebih beroriantasi untuk menumbuhkan perekonomiannya dibanding menumbuhkan rasa permusuhannya. Dengan Cina dan Jepang-pun Korea Selatan telah membangun hubungan perdagangan. Hubungan perdagangan Cina, pada khususnya, diklaim lebih besar dibanding hubungan perdagangan Cina dengan Amerika.

Singkatnya, perkembangan yang dialami Korea Selatan tergolong sangat dinamis. Perubahan demia perubahan telah terjadi. Korea Selatan bukan lagi negara yang totalitarian dan tertutup, melainkan negara demokrasi yang terbuka dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang mengesankan. Sementara dalam sektor militer, Korea Selatan bukanlah negara yang konfrontatif dan cenderung membesar-besarkan rasa permusuhan. Beberapa kali bahkan terdengar adanya upaya unifikasi Korea Selatan dengan Korea Utara. Namun sayangnya proses unifikasi tersebut tidak kunjung terjadi disebabkann masih banyaknya hambatan menuju proses tersebut.

 

Referensi :

Korean Unification Studies. diakses pada 23 Mei 2012. <http://koreanunification.net/>

Overholt, William H. 2008. Asia, America, and the Transformation of Geopolitics. New York: Cambridge University Press

Page 28: Filsafat Asia Timur

Trading Economics. Diakses pada 23 Mei 2012. <http://www.tradingeconomics.com/south-korea/gdp-growth>

Page 29: Filsafat Asia Timur

Hubungan Internasional Kawasan Asia Timur Hubungan Internasional Kawasan Asia Timur

 

Asia Timur merupakan salah satu sub kawasan benua Asia. Kawasan ini terdiri dari beberapa negara the new rising power. Enam negara yang terdapat pada kawasan ini antara lain Cina, Korea Utara, Korea Selatan, Taiwan, dan Mongolia. Meskipun banyak negara dari kawasan ini yang memiliki pengaruh cukup kuat dalam perpolitikan internasional, tidak satupun dari mereka yang mampu menjadi pihak yang menghegemon. Hubungan antar negara pada kawasan ini sendiri dapat dikatakan mengalami pasang surut. Tidak adanya organisasi regional pada kawasan ini semakin membuat konflik, yang sesekali timbul, bergulir dengan begitu saja. Kebanyakan upaya yang mereka kerahkan adalah melalui penjalinan hubungan bilateral dengan negara Asia Timur lainnya, atau justru menjalin hubungan bilateral maupun multilateral dengan negara-negara kawasan lain.

Berdasarkan sejarah perkembangan kebudayaan Tiongkok, negara-negara Asia Timur dulunya berada dibawah supremasi pemerintah Tiongkok atau Cina. Oleh karenanya, kesamaan kultur yang terlihat pada negara-negara Asia Timur bukanlah suatu hal yang mengherankan. Pun hingga saat ini corak ajaran Konfusianisme dan Taoisme pada negara-negara Asia Timur masih terlihat. Namun perlu diperhatikan lagi bahwa corak Konfusianisme dan Taoisme yang pada masing-masing negara adalah berbeda. Meskipun pada dasarnya sama, namun setiap negara telah menyesuaikan ajaran tersebut dengan local culture yang berkembang. Adanya fakta sejarah yang demikian tidak mengindikasikan hubungan internasional pada kawasan ini censerung berjalan tanpa hambatan. Sebaliknya, beberapa konflik hingga saat ini masih berkecamuk dan belum juga terselesaikan.

Sebagai negara yang dulu pernah mempersatukan seluruh daratan Tiongkok, Cina memiliki gesekan yang cenderung besar dengan negara-negara tetangganya. Salah satu konflik yang tengah dihadapi Cina adalah terkait status Taiwan. Pada satu sisi Republik Rakyat Cina mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayah kesatuannya, sementara Taiwan di sisi lain telah memproklamirkan kemerdekaannya sendiri dan memilih untuk menhadi satu negara terpisah. Pemerintah Republik Rakyat Cina sendiri memiliki keinginan untuk menerapkan one China Policy pada kawasan tersebut. Konflik antara Cina dan Taiwan ini mengalami pasang surut, bergantung pada partai apa yang menguasai Taiwan. Semenjak Taiwan berada di bawah kekuasaan partai Kuomintang pada tahun 2008 lalu, baik Taiwan maupun Cina sama-sama berusaha untuk mempertahankan status quo. Keduanya lebih memilih untuk menjalin kerjasama yang baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa status Taiwan pada saat ini berada pada status quo. Sebagai negara yang hingga saat ini hanya mendapatkan pengakuan secara de jure dari beberapa negara, Taiwan mengalami kendala dalam menjalin hubungan luar negeri dengan negara lain. Taiwan tidak dapat melakukan hubungan internasionalnya secara terbuka.

Sama halnya dengan Taiwan, Tibet juga mendapatkan klaim dari Cina sebagai bagian dari Republik Rakyat Cina. Sementara pihak Tibet sendiri mengklaim telah memproklamirkan statusnya sebagai suatu kawasan yang merdeka. Berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat

Page 30: Filsafat Asia Timur

Tibet. Pada tahun 2008, bertepatan dengan berlangsungnya event Olimpiade Beijing, masyarakat Tibet melakukan aksi demosntrasi. Aksi tersebut merupakan aksi untuk mengenang empat puluh Sembilan tahun gagalnya pemberontakan masyarakat Tibet terhadap otoritas Cina pada tahun 1959. Berdasarkan sebuah sumber, para demonstran yang pada mulanya melakukan aksi tersebut secara damai pada akhirnnya ditangkap. Para demonstran itu sendiri memiliki tuntutatan, yakni; dikembalikannya Dalai Lama sebagai pemimpin tunggal Tibet, diakhirinya pendudukan kolonial di Tibet, dibebaskannya tahanan politik dan dikembalikannya hak asasi manusia dan agama pada masyarakat Tibet, serta dibatalkannya Olimpiade Beijing (Dumbaugh 2008, 6).

Masalah lain yang juga tidak kunjung terselesaikan adalah ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Ketegangan diantara dua kawasan ini tidak lain merupakan imbas dari Perang Dingin. Namun berakhirnya Perang Dingin tidak juga mampu menghentikan konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Adanya ideologi komunisme yang telah kuat tertanam pada Korea Utara, sementara Korea Selatan yang lebih kepada liberalisme Barat merupakan salah satu faktor yang menghambat sekaligus memicu pecahnya konflik. Cina, selaku negara yang paling besar di Asia Timur, tidak juga memiliki keinginan kuat untuk mendamaikan Korea Utara dan Korea Selatan. Hal ini terkait dengan politik luar negeri Cina saat ini yang lebih mengarah pada non konfrontasi demi membangun perekonomian Cina sendiri. Sementara itu, Korea Selatan sendiri juga bersitegang dengan Jepang. Adanya kenangan masa lalu, dimana Jepang tercatat pernah menduduki wilayah Korea Utara, merupakan salah satu penyebabnya. Korea Utara sendiri tidak terima dengan keberadaan Jepang. Hal tersebut semakin runyam ketika Amerika kemudian muncul di belakang Jepang. Sebab Amerika bagi Korea Utara merupakan sebuah ancaman, mengingat kedua negara ini memiliki senjata nuklir.

Dengan adanya konflik internal kawasan Asia Timur yang tidak kunjung terselesaikan, maka tidak mengherankan jika masing-masing negara lebih memilih untuk menjalin hubungan dengan negara lain di luar kawasan Asia Tenggara. Sebut saja misalnya Cina dan Jepang yang semakin merapatkan diri dengan negara Barat seperti Amerika Serikat. Cina sendiri agaknya lebih senang untuk berkontribusi dalam ASEAN. Sementara hubungan internal kawasan ini lebih dibangun melalui adanya perjanjian bilateral maupun multilateral negara-negara Asia Timur. Adanya perubahan dalam konteks hubunagn internasional sejak berakhirnya Perang Dingin dipandang ‘menarik’. Asia Timur menjadi suatu kawasan yang berpengaruh pada abad sekarang. Pertumbuhan negara-negara Asia Timur, Cina utamanya, telah diprediksi sejak adanya perubahan tersebut. Bahkan Cina, menurut Joseph S. Nye, berpotensi menjadi kekuatan baru. Namun Cina juga harus menghadapi sejumlah tantangan dan mengerahkan semua kekuatannya untuk menyamai akumulasi kekuatan yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Sehingga secara garis besarnya dapat disimpulkan bahwa Asia Timur merupakan salah satu kawasan dengan negara-negara besar yang dinamikanya cukup fluktuatif.

 

Referensi :

Ravenhill, John. 2008. East Asian Regionalism: Much Ado about Nothing?. Working paper (Australian National University, Department of International Relations, Research School of Pacific and Asian Studies : Online); 2008/3, hal. 1-41.

Page 31: Filsafat Asia Timur

Yamada, Yasuhiro. 2009. International Relations of East Asia in Transition, and ASEAN, China, the United States and Japan. Discussion Papers in Contemporary China Studies, Osaka University Forum on China No.2009-3, hal. 1-12.