pengantar - dpmptsp.kaltimprov.go.id fileterkemuka di indonesia timur dan asia pasifik adalah...

46

Upload: hakhanh

Post on 29-May-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGANTAR

Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi

Kalimantan Timur dalam mencapai Visi Daerah sebagai pusat perdagangan dan jasa yang

terkemuka di Indonesia Timur dan Asia Pasifik adalah pembangunan pertanian dalam arti luas.

Kalimantan Timur dengan kekayaan sumberdaya dan agroekologinya menyimpan potensi

pengembangan komoditi pertanian seperti kelapa.

Dalam upaya untuk mendorong dunia usaha menanamkan investasinya di Kalimantan

Timur, perlu diberikan informasi yang jelas tentang prospektif pengembangan Kelapa di

Kalimantan Timur. Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai profil investasi

Budidaya Kelapa, Badan Promosi dan Investasi Daerah (BPID) Kalimantan Timur bekerjasama

dengan Center for Community Empowerment and Economic (CV. FORCE) melakukan studi

penyusunan profil proyek investasi budidaya Kelapa. Kami menyambut gembira atas

tersusunnya laporan studi Pra FS Profil Proyek Komoditi Unggulan Daerah dengan judul:

Prospek Menguntungkan ; Investasi Budidaya Komoditi Kelapa, sebagai wujud realisasi dari

kerjasama tersebut.

Kami berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi dunia usaha dan

pemerintah sebagai dasar dalam mengambil kebijakan pengembangan Jeruk di Kalimantan

Timur.

Akhirnya, kepada Direktur Center for Community Empowerment and Economic (FORCE)

dan Tim Studinya kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas usaha dan

sumbangan pemikiran yang diberikan. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada

walikota/bupati beserta jajarannya di daerah studi dan semua pihak yang telah memberikan

kontribusinya sejak awal hingga tersusunnya laporan.

Terima Kasih.

Samarinda, Juni 2009

Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah

Provinsi Kalimantan Timur,

KEPALA

H. Nusyirwan Ismail

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………….........................................………………………… 1

1.2 Maksud dan Tujuan…………….........................................….……………………. 2

1.3 Kegunaan………………..........................................……………………………… 2

BAB II SITUASI PEMASARAN

2.1 Pasar Dunia dan Pasar Domestik................................................................................... 3

2.2 Struktur Industri.................................................................................................................. 4

BAB III POTENSI DAERAH DAN TEKNIS PRODUKSI

3.1 Potensi Lokasi Pertanaman Kelapa Dalam ................................................................. 6

3.2 Potensi Produksi………………………………………...……………………… 7

3.3 Teknis Produksi……………………………………...………………………….. 9

BAB IV KEBIJAKAN DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

4.1 Sarana dan Prasarana…………………………....……………………………. 22

4.2 Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ........................................................................ 23

4.3 Legalitas.............................................................................................................................. 25

BAB V ANALISIS FINANSIAL

5.1 Asumsi……………………………………………………………..…………… 29

5.2 Kebutuhan Biaya Investasi……………………………………………..………. 30

5.3 Kriteria Kelayakan Proyek ………………………………………………….… 31

5.4 Analisis Sensitivitas …………………………………………………………….. 32

BAB VI PENUTUP………………………………………………………………………..……… 34

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...……………. 35

LAMPIRAN……………………………………………………………………………...………….. 36

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perkembangan ekspor dan impor kelapa dalam Indonesia 2002-2006.............. 3

Tabel 2 Perkembangan harga komoditi kelapa di pasar domestik dan dunia 2002-2006.. 4

Tabel 3 Perkembangan luas tanam dan produksi komoditi kelapa di Provinsi

Kalimantan Timur.......................................................................

6

Tabel 4 Perkembangan luas lahan perkebunan kelapa di Indonesia dari tahun 2002-

2007.......................

8

Tabel 5 Perkembangan hasil produksi perkebunan kelapa di Indonesia dari tahun 2003-

2007................................... 8

Tabel 6 Luas areal, produksi dan produktivitas tanaman kelapa dalam di Kalimantan

Timur tahun 2007..........................................................................

9

Tabel 7 Kebutuhan benih kelapa berdasarkan jarak dan sistem tanam.................... 10

Tabel 8 Jenis dan takaran pupuk untuk bibit kelapa........................................... 13

Tabel 9 Jadwal dan dosis pemupukan tanaman kelapa di lapang sesuai dengan umur

tanaman....................................................................................

15

Tabel 10 Produksi, ongkos produksi cost, penjualan, dan perhitungan rugi laba dari

perkebunan kelapa dalam berdasarkan tahun proyek................................

29

Tabel 11 Biaya investasi untuk perkebunan kelapa dalam...................................... 31

Tabel 12 Hasil Analisis Finansial Proyek........................................................................... 31

Tabel 13 Analisis sensitivitas dari kelayakan agribisnis kelapa dalam........................ 33

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur industri dan tanaman kelapa............................................... 5

Gambar 2 Beberapa produk jadi dan setengah jadi yang dihasilkan dari tanaman

kelapa.....................................................................................

5

Gambar 3 Perkembangan produksi kelapa dunia berdasarkan negara tahun 2002-2007. 7

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram alir proses perijinan............................... 37

Lampiran 2 Cash Flow Kelapa…………………………………………………………………….. 38

Lampiran 3 Analisis Finansial Kelapa 41

Lampiran 4 Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa 42

1

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

1.1. Latar Belakang

Komoditi kelapa yang dimaksud dalam study ini merupakan kelapa rakyat yang sering

disebut dengan kelapa dalam. Pertanaman kelapa di Indonesia merupakan yang terluas di dunia

dengan pangsa 31,2% dari total luas areal kelapa dunia. Peringkat kedua diduduki Filipina

(pangsa 25,8%), disusul India (pangsa 16,0%), Sri Langka (pangsa 3,7%), dan Thailand (pangsa

3,1%). Namun demikian, dari segi produksi ternyata Indonesia hanya menduduki posisi ke dua

setelah Philipina. Ragam produk dan devisa yang dihasilkan Indonesia juga di bawah India dan

Sri Lanka. Perolehan devisa dari produk kelapa mencapai 229 juta US$ atau 11% dari ekspor

produk kelapa dunia pada tahun 2003.

Bagi masyarakat Indonesia, kelapa merupakan bagian dari kehidupannya karena semua

bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya. Di

samping itu, arti penting kelapa bagi masyarakat juga tercermin dari luasnya areal perkebunan

rakyat yang mencapai 98% dari 3,74 juta ha dan melibatkan lebih dari tiga juta rumah tangga

petani. Pengusahaan kelapa juga membuka tambahan kesempatan kerja dari kegiatan

pengolahan produk turunan dan hasil samping yang sangat beragam.

Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi sangat

besar. Alternatif produk yang dapat dikembangkan antara lain virgin coconut oil (VCO),

oleochemical (OC), dessicated coconut (DC), coconut milk / cream (CM/CC), coconut charcoal (CCL),

activated carbon (AC), brown sugar (BS), coconut fiber (CF) dan coconut wood (CW), yang

diusahakan secara parsial maupun terpadu. Pelaku agribisnis produk-produk tersebut mampu

meningkatkan pendapatan 5-10 kali dibandingkan dengan bila hanya menjual produk kopra.

Berangkat dari kenyataan luasnya potensi pengembangan produk, kemajuan ekonomi

perkelapaan di tingkat makro (daya saing di pasar global) maupun mikro (pendapatan petani,

nilai tambah dalam negeri dan substitusi impor) tampaknya akan semakin menuntut dukungan

pengembangan industri kelapa secara kluster sebagai prasyarat.

Penyusunan informasi prospek dan arah pengembangan agribisnis kelapa ini

dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai peluang investasi bagi swasta, masyarakat,

dan pemerintah di bidang perkelapaan. Informasi tersebut berkaitan dengan investasi kelapa

dalam yang produknya diperhitungkan sebagai kopra.

Dibeberapa daerah pertanaman kelapa dikombinasikan dengan tanaman lain seperti

padi, jagung, kacang tanah, atau tanaman lain seperti nanas. Kombinasi pertanaman kelapa

dengan tanaman lainnya juga telah direkombinasikan oleh Balai Penelitian Kelapa dan Palma

Lainnya (BALITKA) untuk digiatkan. Sesuai kondisi lahan dI Kalimantan Timur yang potensial untuk

pertanaman kelapa, jagung merupakan tanaman yang cocok untuk dikombinasikan dengan

pertanaman kelapa.

Di Kalimantan Timur, tanaman kelapa dalam merupakan komoditi tradisional yang

tumbuh dengan baik pada semua tempat yang diusahakan oleh masyarakat sebagai tanaman

perkarangan maupun yang diusahakan dalam hamparan yang cukup luas. Usaha perkebunan

kelapa dalam rakyat dalam hamparan yang luas terdapat di Kabupaten Kutai Timur (Kecamatan

2

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

Sangkulirang, Sandaran dan Kaliorang), Kabupaten Kutai Barat (Kecamatan Melak dan Barong

Tongkok), Kabupaten Kutai Kartanegara (Kecamatan Samboja, Muara Jawa dan Kota Bangun),

Kabupaten Pasir (Kecamatan Tanah Grogot, Pasir Belengkong, dan Long Kali), Kabupaten

Penajam Paser Utara (Kecamatan Penajam, Waru, Babulu dan Sepaku), Kabupaten Berau

(Kecamatan Talisayan), Kabupaten Nunukan (Kecamatan Nunukan, dan Sebatik), Kota Samarinda

(Kecamatan Samarinda Utara, dan Palaran), Kota Balikpapan (Kecamatan Balikpapan Timur, dan

Balikpapan Utara).

Disamping itu, di beberapa daerah lainnya tanaman kelapa juga banyak diusahakan

namun dalam ukuran yang masih terbatas. Luas areal kelapa rakyat di Kalimantan Timur tahun

2007 tercatat sebanyak 38.544,50 ha dengan jumlah produksi sebanyak 38.670 ton. Produksi

dari tanaman kelapa rakyat tersebut diatas seluruhnya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi kelapa segar masyarakat di dalam daerah.

1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan profil perkebunan kelapa dalam dimaksudkan untuk mengidentifikasi

kelayakan teknis, pasar dan finansial kelapa dalam sampai pada produk setengah jadi, yaitu

kopra. Dari hasil identifikasi ini disusun buku yang dapat memberikan informasi mengenai

kelayakan teknis, pasar dan finansial perkebunan bagi investor.

1.3. Kegunaan

Dengan terbitnya buku Profil Investasi Budidaya Komoditi Kelapa, diharapkan dapat

berguna sebagai:

a. Informasi peluang usaha dan investasi tanaman perkebunan kelapa kepada investor baik

asing maupun dalam negeri serta kalangan dunia usaha, sehingga dapat memacu

pertumbuhan investasi di Kalimantan Timur.

b. Dasar bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan pengembangan sektor tanaman

perkebunan khususnya kelapa dalam di Kalimantan Timur.

3

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

SITUASI PEMASARAN

Tanaman kelapa dalam mempunyai prospek pangsa pasar yang baik di tingkat dunia

maupun di tingkat domestik, seiring dengan meningkatnya kebutuhan minyak makan dan produk

turunannya yang lain. Kelapa genjah biasa disebut kelapa kopyor biasanya dikonsumsi segar

untuk diambil daging kelapa muda dan airnya, sedangkan kelapa dalam diusahakan untuk

diambil minyaknya sebagai minyak sayur. Kelapa dalam sebagai sumber minyak nabati potensial

dengan kandungan minyak mencapai 69%, biasanya diperdagangkan dalam bentuk bahan

setengah jadi, yaitu daging kelapa kering dengan kadar air sekitar 12% yang disebut kopra.

2.1. Pasar Dunia dan Pasar Domestik

2.1.1. Pasar kelapa dalam segar

Industri yang memanfaatkan buah kelapa dalam biasanya merupakan industri terpadu

yang sekaligus memanfaatkan setiap bagian buah kelapa dalam tersebut meliputi daging kelapa

dalam diolah menjadi desiccated coconut, air kelapa diolah menjadi nata de coco, dan tempurung

kelapa yang diolah menjadi arang, arang aktif, atau asap cair.

Sebagian besar (> 90%) kelapa dalam di Indonesia dipasarkan (dieskpor) ke negara-

negara Asia diantaranya Cina dan Malaysia. Sedangkan Negara Eropa yang mengimpor kelapa

dari Indonesia diantaranya Belanda dan Rusia. Dari tahun ke tahun ekspor kelapa Indonesia terus

mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2002 ekspor mencapai 436 ribu ton atau senilai US$

94 juta, maka di tahun 2006 naik menjadi 978 ribu ton atau senilai US$ 363 Juta. Secara rinci

perkembangan ekspor impor kelapa dalam Indonesia tahun 2002 sampai dengan 2006 disajikan

pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan ekspor dan impor kelapa dalam Indonesia 2002 – 2006

Tahun Ekspor Impor

Volume (ton) Nilai (US$ 000) Volume (ton) Nilai (US$ 000)

2002 435.844,00 94.292,00 566,00 403,00

2003 180.402,00 52.669,00 2.368,00 415,00

2004 234.831,00 87.800,00 572,00 513,00

2005 188.168,00 69.825,00 105,00 91,00

2006 977.979,00 363.033,00 5.777,00 3.276,00

Pertumbuhan Rata-

rata (%) 8,11 20,71 4,21 9,25

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian (2007)

4

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

Selama rentang waktu 2002-2006, volume ekspor kelapa Indonesia mengalami tingkat

pertumbuhan rata-rata sebesar 8,11% per tahun, sedangkan nilainya mencapai rata-rata

20,71% per tahun. Sementara itu volume impor kelapa Indonesia mencatat laju pertumbuhan

4,21% per tahun dengan pertumbuhan penilaian sebesar 9,25% pertahun.

Perkembangan ekspor impor seperti pada Tabel 1. mengisyaratkan bahwa peluang

pasar ekspor kelapa Indonesia di masa-masa mendatang masih terbuka lebar. Harga kelapa di

pasar domestik mengalami kenaikan harga yang cukup baik, apabila di tahun 2001 harganya

hanya Rp 1.575,0 per kg kemudian meningkat menjadi Rp 2.289,0 per kg ditahun 2005 akan

tetapi mengalami penurunan menjadi Rp 1.963,3 per kg di tahun 2006, untuk pasar dunia harga

kopra mengalami peningkatan dari 201 US$ per mt di tahun 2001 menjadi 450 US$ per mt akan

tetapi mengalami penurunan ditahun berikutnya secara perlahan menjadi 389 US$ per mt.

Perkembangan harga komoditi kelapa di pasar domestik dan dunia yang disajikan pada Tabel

2.

Tabel 2. Perkembangan harga komoditi kelapa di pasar domestik dan

dunia tahun 2002-2006

Tahun Domestik (Rp / kg) Dunia (US$ / mt)

2002 1.663,3 266

2003 1.810,3 300

2004 1.959,4 450

2005 2.289,0 414

2006 1.963,3 389

Sumber : Direktorat Jenderal PPHP, 2007

2.1.2. Potensi Pasar produk kelapa lainnya

Petani menjual produk kelapa dalam selain dalam bentuk butiran juga dijual dalam

bentuk kopra sebagai bahan baku pabrik minyak kelapa (CCO, coconut crude oil) yang

selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan baku pabrik minyak goreng (cooking oil), margarine

dan lain-lain. Selain itu, bagian pohon kelapa dalam yang mempunyai nilai ekonomi adalah

batang, lidi, dan gula merah dari nira kelapa. Sampai saat ini batang dan lidi kelapa belum

menjadi barang yang diperdagangkan secara luas. Berbeda dengan batang dan lidi kelapa,

gula merah secara tradisional telah mempunyai pasar karena kegunaannya sebagai bahan

pemanis atau pelengkap pangan lainnya.

2.2. Struktur Industri

Tanaman kelapa merupakan bahan baku produk pangan dan non pangan (industri kimia,

furniture, dan obat-obatan). Dari bagian buahnya diperoleh sabut, tempurung, air kelapa, dan

daging buah. Sabut kelapa dimanfaatkan untuk jok dan alat rumah tangga lain; Tempurungnya

dimanfaatkan sebagai arang, arang aktif, alat rumah tangga, maupun aneka produk kerajinan

tangan; Airnya dapat dijadikan bahan cocktail (nata de coco) yang memiliki kandungan serat

tinggi dan kalori rendah sehingga cocok untuk bahan makanan diet (rendah kalori), selain itu juga

5

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

dapat dijadikan bahan baku minuman isotonik; Dari daging buah kelapa dapat diambil santan

dan minyak kelapa. Bagian lain seperti batang pohon kelapa banyak digunakan sebagai kayu

untuk bangunan atau furniture, sedangkan lidi (tulang daun kelapa) dimanfaatkan untuk alat

rumah tangga. Struktur industri yang memanfaatkan produk tanaman kelapa disajikan pada

Gambar 1., sedangkan produk jadi atau setengah jadi yang dihasilkan dari tanaman kelapa dan

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Struktur industri dari tanaman kelapa

6

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

Gambar 2. Beberapa produk jadi dan setengah jadi yang dihasilkan dari tanaman kelapa

7

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

PPOOTTEENNSSII DDAAEERRAAHH DDAANN TTEEKKNNIISS PPRROODDUUKKSSII

3.1. Potensi Lokasi Pertanaman Kelapa

Tanaman kelapa dalam merupakan komoditi tradisional Kalimantan Timur, tumbuh

dengan baik pada semua tempat yang diusahakan oleh masyarakat sebagai tanaman

perkarangan maupun yang diusahakan dalam hamparan yang cukup luas. Usaha perkebunan

kelapa rakyat dalam hamparan yang luas terdapat di Kabupaten Kutai Timur (Kecamatan

Sangkulirang, Sandaran, dan Kaliorang), Kabupaten Kutai Barat (Kecamatan Melak dan Barong

Tongkok), Kabupaten Kutai Kartanegara (Kecamatan Samboja, Muara Jawa dan Kota Bangun),

Kabupaten Pasir (Kecamatan Tanah Grogot, Pasir Belengkong, dan Long Kali), Kabupaten

Penajam Paser Utara (Kecamatan Penajam, Waru, Babulu, dan Sepaku), Kabupaten Berau

(Kecamatan Talisayan), Kabupaten Nunukan (Kecamatan Nunukan, dan Sebatik), Kota Samarinda

(Kecamatan Samarinda Utara dan Palaran), dan Kota Balikpapan (Kecamatan Balikpapan Timur

dan Utara).

Disamping itu di beberapa daerah lainnya tanaman kelapa juga banyak diusahakan

namun dalam ukuran yang masih terbatas. Luas areal kelapa rakyat di Kalimantan Timur tahun

2007 tercatat sebanyak 38.544,50 ha dengan jumlah produksi sebanyak 38.670 ton.

Perkembangan luas tanam dan produksi perkebunan kelapa di Kalimantan Timur tahun 2002 -

2007 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan luas tanam dan produksi komoditi kelapa di Provinsi Kalimantan

Timur

Tahun

Luas Areal (ha)

Jumlah (ha) Produksi

(ton)

Rata – Rata

Produksi

(kg/ha) TBM TBM TT/TR

2007 4.926,50 27.766,50 5.851,00 38.544,00 38.670,00 1.392,69

2006 4.323,00 37.437,00 6.047,50 47.807,50 44.111,50 1.178,29

2005 3.657,50 36.388,00 5.597,50 45.643,00 45.030,00 1.237,50

2004 3.359,00 37.385,00 5.563,50 46.307,50 44.700,50 1.195,68

2003 5.462,50 34.870,00 9.133,50 49.466,00 40.830,50 1.170,93

2002 6.219,00 35.474,50 11.895,00 53.588,50 40.649,00 1.145,87

Sumber Data : Data Statistik Perkebunan Kaltim Tahun 2007

Produksi dari tanaman kelapa rakyat tersebut di atas seluruhnya dipasarkan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi kelapa segar masyarakat di dalam daerah. Rata-rata pendapatan

petani yang mengusahakan kelapa yang sudah berproduksi per hektarnya berkisar Rp

23.809.500,- hingga Rp 28.571.400,- per hektar per tahun (dengan asumsi: populasi tanaman

143 pohon per hektar dengan jumlah buah 75 - 90 butir per pohon per tahun dan harga jual

kelapa Rp 2.220,- per butir).

8

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

3.2. Potensi Produksi

Produksi kelapa berupa kopra didominasi oleh 5 negara, yaitu Philipina, Indonesia, India,

Sri Langka, dan Papua New Guinea. Diantara kelima negara tersebut, Indonesia merupakan

produsen terbesar pengekspor kelapa dalam bentuk kopra. Perkembangan kelapa di dunia

mengalami fluktuasi, jika di tahun 2002 produksi kelapa di dunia mencapai 10,35 juta metrik ton

kemudian meningkat menjadi 11,91 juta metrik ton pada tahun 2005, akan tetapi terjadi

penurunan hingga menjadi 10,32 juta metrik ton di tahun 2007. Penurunan tersebut disebabkan

oleh perubahan iklim yang sangat drastis yaitu kemarau berkepanjangan. Untuk melihat lebih

jelas perkembangan produksi kelapa di dunia pada tahun 2001-2007 dapat dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3. Perkembangan produksi kelapa dunia berdasarkan Negara

tahun 2002-2007

Perkebunan kelapa Indonesia mengalami perkembangan yang berfluktuatif, sempat

pada tahun 2004 mengalami penurunan cukup signifikan dibanding tahun 2003 (sekitar 116 ribu

ha), tetapi terus mengalami kenaikan secara perlahan sampai pada tahun 2007 yang mencapai

3.831.671 ha. Pada tahun 2007 perkebunan kelapa di Indonesia sebagian besar diusahakan

oleh perkebunan rakyat sebesar 3.763.472 ha (98,22%) sedangkan sisanya diusahakan oleh

perkebunan besar negara 0,16 % dan perkebunan besar swasta sebesar 1,62%. Perkembangan

luas areal perkebunan kelapa Indonesia secara detail disajikan pada Tabel 4.

9

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

Tabel 4. Perkembangan luas lahan perkebunan kelapa di Indonesia dari

tahun 2002 - 2007

Tahun Luas Areal Perkebunan (Ha)

Jumlah Rakyat Negara Swasta

2003 3.785.343 5.838 121.949 3.913.130

2004 3.723.879 4.883 68.242 3.797.004

2005 3.735.838 6.127 61.649 3.803.614

2006 3.749.844 6.148 61.804 3.817.796

2007 3.763.472 6.170 62.029 3.831.671

Sumber : Ditjen Perkebunan, Departemen Pertanian 2007

Produksi tanaman kelapa dari tahun ke tahun juga berfluktuasi seiring dengan

berfluktuasinya luas areal pengembangan komoditi ini. Jika di tahun 2003 produksi mencapai

3.254.854 ton kemudian turun pada tahun 2004 menjadi 3.054.511 ton, akan tetapi secara

perlahan terus mengalami kenaikan produksi hingga mencapai 3.208.220 ton pada tahun 2007.

Perkembangan produksi kelapa nasional disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan hasil produksi perkebunan kelapa di Indonesia

dari tahun 2003 - 2007

Tahun Produksi perkebunan kelapa dalam (ton)

Jumlah Rakyat Negara Swasta

2003 3.136.360 2.629 115.865 3.254.854

2004 3.000.839 4.489 49.183 3.054.511

2005 3.052.461 3.659 40.724 3.096.845

2006 3.112.040 3.672 41.164 3.156.876

2007 3.162.655 3.731 41.834 3.208.220

Sumber : Ditjen Perkebunan, Departemen Pertanian 2007

Produksi tanaman kelapa dalam di Kalimantan Timur dari tahun 2003 mengalami

kenaikan sampai tahun 2005. Pada tahun 2005 produksi tanaman kelapa dalam mencapai

45.030,00 ton dengan rata-rata produksi 1.237,50 Kg/Ha kemudian pada tahun 2006

mengalami penurunan menjadi 44.111,50 ton dengan rata-rata produksi 1.178,29 Kg/Ha.

Sedangkan pada tahun 2007 produksinya terus mengalami penurunan menjadi 33.976,50 ton

dengan rata-rata produksi 1.341,09 Kg/Ha. Untuk rata-rata produksi tanaman kelapa dalam di

Kalimantan Timur pada tahun 2007 terjadi peningkatan, meskipun pada tahun 2006 sempat

terjadi penurunan dari 1.237,50 Kg/Ha menjadi 1.178,29 Kg/Ha pada tahun 2005. Tenaga

kerja perkebunan tiap tahun (2003-2007) mengalami penurunan dan pada tahun 2007 tenaga

kerja perkebunan mencapai 39,905.00 TKP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel

berikut :

10

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

Tabel 6. Luas areal, produksi dan produktivitas tanaman kelapa dalam di Kalimantan Timur

tahun 2007

No Kabupaten/

Kota

Luas Areal (ha)

Jumlah

(ha)

Produksi

(ton)

Rata-

rata

Produksi

(kg/ha)

Tenaga

Kerja

Pekebun

(TKP)

TBM TM TT/TR

1 Samarinda 232,00 700,00 33,50 965,50 504,50 720,71 5.834,00

2 Balikpapan 153,00 883,50 549,50 1.586,00 4.829,00 5.465,76 1.324,00

3 Kukar 1.274,00 7.745,00 2.816,50 11.835,50 4.759,50 614,53 10.749,00

4 Kutai Barat 165,00 548,50 618,50 1.332,00 235,00 428,44 1.435,00

5 Kutai Timur 424,50 1.621,50 38,50 2.084,50 2.752,50 1.697,50 4.304,00

6 Bontang 30,00 70,00 - 100,00 377,00 5.385,71 71,00

7 Pasir 8,50 3.795,00 357,50 4.161,00 3.855,00 1.015,81 5.791,00

8 Penajam (PPU) 1.545,00 3.251,50 15,00 4.811,50 3.037,50 934,18 1.488,00

9 Berau 349,00 1.918,00 61,00 2.328,00 2.570,00 1.339,94 2.651,00

10 Bulungan 64,00 1.539,50 9,50 1.613,00 1.907,00 1.238,71 1.792,00

11 Malianau 52,00 336,50 15,50 404,00 216,50 643,39 696,00

12 Nunukan 170,00 2.476,00 65,00 2.711,00 7.675,00 3.099,76 3.470,00

13 Tarakan 47,00 450,00 108,00 605,00 1.258,00 2.795,56 300,00

Jumlah 2007 4.514,00 25.335,00 4.688,00 34.537,00 33.976,50 1.341,09 39.905,00

2006 4.323,00 37.437,00 6.047,50 47.807,50 44.111,50 1.178,29 49.691,00

2005 3.657,50 36.388,00 5.597,50 45.643,00 45.030,00 1.237,50 55.557,00

2004 3.359,00 37.385,00 5.563,50 46.307,50 44.700,50 1.195,68 55.590,00

2003 5.462,50 34.870,00 9.133,50 49.466,00 40.830,50 1.170,93 57.461,00

Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Timur, 2007

3.3. Teknis Produksi

Tanaman kelapa adalah tanaman tahunan yang tumbuh di daerah tropis. Klasifikasi

botani tanaman kelapa adalah sebagai berikut:

11

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera L.

Dikenal ada dua jenis kelapa, yaitu kelapa dalam dan kelapa genjah. Kelapa genjah

menghasilkan buah yang jumlahnya mencapai 100-140 butir/pohon/tahun, tetapi volume

buahnya kecil dan kandungan minyaknya rendah (sekitar 12%), sedangkan kelapa dalam

menghasilkan buah lebih sedikit, yaitu sekitar 75-90 butir/pohon/tahun. Volume buah kelapa

dalam relatif lebih besar dan kandungan minyaknya mencapai 62-69% (Novarianto, 2005;

Barlina, 2007). Sampai tahun 2005 telah diidentifikasi 16 jenis kelapa genjah dan 71 jenis

kelapa dalam pada tiga kebun koleksi plasma nutfah di Mapanget (Sulawesi Utara), Pakuwon

(Jawa Barat), dan Sikijang (Riau). Sampai saat ini ada 4 jenis kelapa dalam yang telah rilis oleh

Departemen Pertanian melalui SK Mentan No.132/Kpts/SR.120/3/2004 tanggal 1 Maret 2004,

yaitu kelapa dalam Mapanget (DMT), kelapa dalam Tenga (DTA), kelapa dalam Bali (DBI), dan

kelapa dalam Palu (DPU) (Novarianto, 2005).

3.3.1. Pesemaian

3.3.1.1. Persyaratan benih

Ciri buah yang matang untuk benih, yaitu umur ± 12 bulan, 4/5 bagian kulit berwarna

coklat, bentuk bulat dan agak lonjong, sabut tidak luka, tidak terinfeksi hama dan penyakit,

panjang buah 22-25 cm dan lebar 17-22 cm, buah licin dan mulus, air buah cukup, apabila

digoncang terdengar suara nyaring.

3.3.1.2. Penyiapan benih

Seleksi benih sesuai persyaratan, istirahatkan benih selama ± 1 bulan dalam gudang

dengan kondisi udara segar dan kering, tidak bocor, tidak langsung terkena sinar matahari dan

suhu udara dalam gudang 25-27oC dan dilakukan dengan menumpuk buah secara piramidal

tunggal setinggi 1 meter dan diamati secara rutin. Kebutuhan benih kelapa berdasarkan jarak

dan sistem tanam dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kebutuhan benih kelapa berdasarkan jarak dan sistem tanam.

Jarak dan Sistem Tanam Kebutuhan

bibit

Kebutuhan

benih

Siap salur

9 m x 9 m Segitiga 143 220 160

6 m x 15 m Sistem Pagar 140 220 157

12

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

6 m x 16 m Sistem Pagar 119 185 134

(5 m x 3 m) x 16 Sistem Gergaji 175 275 217

(6 m x 3 m) x 16 Sistem Gergaji 155 240 180

3.3.1.3. Teknik penyemaian benih

1. Syarat lokasi pesemaian: topografi datar, drainase baik, dekat sumber air, dekat lokasi

penanaman, dan diusahakan dekat jalan untuk mempermudah transportasi dan

pengawasan.

2. Persiapan lokasi pesemaian: olah tanah sampai gembur sedalam 30-40 cm dengan cara

dicangkul/dibajak dan disisir, lalu buat bedengan dengan lebar 2 m, tinggi 25 cm dan

panjang tergantung lahan dengan jarak antar bedengan 30-40 cm yang berfungsi

sebagai parit pembuangan air.

3. Penyayatan benih: tujuannya adalah untuk mempermudah penyerapan air ke dalam sabut,

sehingga memungkinkan kecambah lebih mudah keluar dan pertumbuhan bibit normal.

Cara penyayatan: dipilih sisi buah kelapa yang terlebar, kemudian penyayatan

dilakukan pada bagian yang berlawanan arah dengan bagian tersebut dengan panjang

sayatan 10 cm, lebar 7 cm dan tebal 1 cm.

4. Pendederan benih: benih kelapa yang telah disayat dideder pada bedeng pesemaian

dengan cara berderet, hingga 2/3 bagian benih terbenam dalam tanah. Posisi benih

agak miring dengan bagian yang disayat di bagian atas dan mikrofil mengarah ke

Timur.

3.3.1.4. Pemeliharaan pesemaian

1. Penyiraman, dilakukan dengan menggunakan gembor atau springkel. Frekuensi

penyiraman tergantung pada tekstur tanah dan distribusi hujan. Kebutuhan air untuk

penyiraman pesemaian sebanyak 3-6 liter/m2/hari.

2. Penyiangan, dilakukan dengan membersihkan pesemaian dari rumput/gulma untuk

mencegah adanya inang hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan setiap bulan.

3. Pencegahan hama dan penyakit, mutlak dilakukan setiap bulan dengan menggunakan

insektisida Matador 2 cc per liter dan fungisida Dithane 1-2 gram per liter.

Penyemprotan dilakukan secara merata pada seluruh benih.

3.3.1.4. Seleksi Kecambah

Sebelum dipindah ke polibag atau bedeng pembibitan, kecambah di pesemaian

diseleksi. Seleksi kecambah berdasarkan kriteria panjang tunas, yaitu sekitar 3-5 cm dan

kecambah yang terseleksi diberi tanda. Seleksi kecambah dilakukan setiap minggu hingga 3-4

bulan benih disemai. Benih-benih yang berkecambah setelah batas waktu tersebut tidak memenuhi

syarat untuk dijadikan bibit.

3.3.2. Pembibitan

Tempat pembibitan dapat dilakukan pada polibag atau bedeng pembibitan. Apabila

menggunakan bedeng pembibitan, kecambah yang terseleksi pada bulan 1, 2, 3 dan 4 ditanam

pada bedeng pembibitan berdasarkan waktu seleksi tersebut.

13

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

3.3.2.1. Pembibitan pada polibag

1. Polibag yang digunakan adalah polyethylene/poliprophylene berwarna hitam dengan

ukuran panjang 40 cm, tinggi 50 cm dan tebal 0,2 mm, bagian bawah berlubang dengan

diameter 0,5 cm dengan jarak antar lubang 7,5 cm.

2. Tanah yang dimasukkan ke dalam polibag adalah tanah yang subur atau tanah bagian

atas. Polibag diisi tanah hingga hampir penuh, lalu diatur dengan jarak 60 cm x 60 cm x

60 cm (sistem segitiga) atau ± 20.000 kitri/ha.

3. Kecambah yang terseleksi dipindah ke polibag dari bedeng pesemaian dengan cara

menggunakan besi pengungkit pada salah satu sisi benih berkecambah tersebut. Akar

utama dipotong hingga tersisa 5 cm dari sabut.

4. Kecambah diletakkan dalam polibag dengan posisi tegak dengan tunas di bagian

tengah. Sebagian tanah yang dikeluarkan dikembalikan lagi ke dalam polibag hingga

benih hampir tertutup. Tanah dipadatkan di sekitar benih.

5. Kecambah yang sudah dipindah ke dalam polibag diairi untuk menjaga kelembabannya.

3.3.2.2. Pembibitan pada bedeng pembibitan (tanpa polibag)

1. Syarat tempat: tanah datar, terbuka, dekat sumber air, dekat lokasi pesemaian dan arel

pertanaman, cukup subur dan mudah diawasi.

2. Lokasi pembibitan dibersihkan dari pohon, rumput dan lain-lain. Tanah diolah secara

manual menggunakan ternak atau traktor dengan kedalaman pengolahan 30-40 cm.

Selanjutnya tanah digaru dua kali sehingga strukturnya gembur.

3. Buat bedengan berukuran lebar 2 meter, tinggi 25 cm, dan panjang disesuaikan dengan

kebutuhan (maksimal 25 m).

4. Antar bedengan dibuat parit drainase selebar 60-80 cm. Parit tersebut berfungsi juga

sebagai jalan kontrol.

5. Kecambah yang terseleksi ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak tanam 60 cm

x 60 cm x 60 cm.

6. Kecambah ditanam sedemikian rupa sehingga tunas berada ± 2 cm di atas permukaan

tanah. Tunas mengarah ke sebelah Timur.

3.3.2.3. Pemeliharaan pembibitan

1. Bibit kelapa diairi terutama pada musim kemarau. Penyiraman dilakukan hingga jenuh

dengan menggunakan gembor atau sprinkel. Kebutuhan penyiraman per polibag

tergantung pada umur bibit.

2. Gulma yang tumbuh di pembibitan disiang setiap satu bulan sekali dengan cara mekanis

atau menggunakan herbisida secara cermat dan sesuai anjuran.

3. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin setiap bulan menggunakan

insektisida dan fungisida. Jenis dan takarannya seperti pada pemeliharaan di pesemaian.

4. Untuk pemupukan bibit digunakan pupuk Urea sebagai sumber N, SP-36 sebagai sumber

P, KCl sebagai sumber K, dan Kiserit sebagai sumber Mg. Takaran masing-masing pupuk

sesuai umur bibit dapat dilihat pada Tabel 8.

14

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

5. Seleksi bibit, meliputi kegiatan memisahkan tanaman yang kerdil, terkena hama dan

penyakit dilakukan terus menerus dengan interval 1 bulan yang dimulai setelah bibit

berumur 1 bulan.

Tabel 8. Jenis dan takaran pupuk untuk bibit kelapa

Jenis pupuk Umur Bibit (bulan)

1 2 3 4 5 6 7 8

Urea (g/bibit) 5 5 5 10 10 10 10 10

SP-36 (g/bibit) 0 0 15 0 0 0 0 0

KCl (g/bibit) 10 10 10 15 15 15 20 20

Kiserit (g/bibit) 5 0 5 0 10 0 10 0

3.3.2.4. Pemindahan bibit Pemindahan bibit sebaiknya dilakukan saat musim hujan. Umur bibit sewaktu dipindahkan

telah mencapai 9-12 bulan. Untuk bibit polibag, dua atau tiga hari sebelum dipindahkan, akar

yang keluar dari polibag harus dipotong.

3.3.3. Penyiapan Lahan

Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survei.

3.3.3.1. 3.3.3.1. Pembukaan lahan

1. Lahan berupa hutan. Kegiatan yang dilakukan meliputi penebasan semak atau perdu

serendah mungkin, dan penebangan pohon, dengan tinggi penebangan tergantung

besarnya pohon.

2. Lahan tanaman kelapa tua. Pohon kelapa tua ditebang pada leher akar. Apabila

memungkinkan batang kelapa dapat dijual sebagai bahan bangunan.

3. Lahan bekas pertanian. Tidak perlu pembukaan lahan lagi, dan dapat langsung

dilakukan tindakan-tindakan pengajiran, pembuatan lubang tanam, penanaman legume

dan tindakan lain yang diperlukan.

3.3.3.2. Pembentukan bedengan

Bedengan dibuat melingkar lokasi dengan diameter 200 cm untuk mencegah hujan masuk

ke leher batang tanaman bibit.

3.3.3.3. Pengapuran

Pengapuran dilakukan apabila tanah mempunyai kemasaman yang tinggi. Pengapuran

dilakukan pada tanah sampai pH 6-8.

15

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

3.3.4. Teknik Penanaman

3.3.4.1. Penentuan pola tanam Sistem tanam yang baik yaitu sistem tanam segi tiga karena pemanfatan lahan dan

pengambilan sinar matahari akan maksimal. Jarak tanam yang umum digunakan adalah 9 m x 9

m x 9 m, dengan pola ini jumlah tanaman akan lebih banyak 15% dari sistem bujur sangkar.

3.3.4.2. Pembuatan lubang tanam

Pembuatan lubang tanam dilakukan paling lambat 1-2 bulan sebelum penanaman,

dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm sampai dengan 100 cm x 100 cm x 100 cm. Pembuatan

lubang pada lahan miring (> 20o) dilakukan dengan pembuatan teras individu selebar 1,25 m ke

arah lereng di atasnya dan 1 m ke arah lereng di bawahnya. Teras dibuat miring 10O ke arah

dalam.

3.3.4.3. Cara penanaman

Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, setelah hujan turun secara teratur dan

cukup untuk membasahi tanah. Adapun cara penanaman adalah sebagai berikut:

1. Top soil dicampur dengan pupuk SP-36 300 gram per lubang dan dimasukkan ke

lubang tanam.

2. Polibag dipotong melingkar pada bagian bawah, dimasukkan ke lubang tanam,

dan dibuat irisan sampai ke ujung, bekas polibag selanjutnya digantungkan pada

ajir untuk meyakinkan bahwa polibag sudah dikeluarkan dari lubang tanam.

3. Bibit ditimbun tanah yang berada di sebelah Selatan dan Utara lubang,

dipadatkan dengan ketebalan 3-5 cm di atas sabut bibit kelapa.

4. Setelah ditanam, tanah sekitar tanaman ditutup dengan mulsa (daun-daunan hijau

dari semak-semak, lalang atau rumput-rumputan lainnya dan juga jerami).

5. Penanaman tanaman penutup tanah, dapat dilakukan sebelum musim hujan

dengan Legume Cover Crop (LCC). Keuntungannya menekan pertumbuhan gulma

dan perkembangan hama Oryctes rhinoceros, memperbaiki kandungan N dan

struktur tanah, mengurangi penguapan, mencegah erosi dan menahan aliran

permukaan, memperkecil amplitudo temperatur siang dan malam.

3.3.5. Pemeliharaan Tanaman

3.3.5.1. Penyulaman

Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tumbuh kerdil, terserang hama dan

penyakit berat dan mati. Kebutuhan tanaman untuk sulaman tergantung pada iklim dan intensitas

pemeliharaan, biasanya untuk 143 pohon/ha disiapkan 17 pohon untuk sulaman.

3.3.5.2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada piringan selebar 1-2 m dari pangkal batang. Caranya

menggunakan koret atau parang yang diayunkan ke arah dalam, memotong gulma sampai batas

16

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

permukaan tanah dengan interval penyiangan 4 minggu sekali (musim hujan) atau 6-8 minggu

sekali (musim kemarau).

Penyiangan gulma juga dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan herbisida

Basmilang atau Round-Up dengan dosis sesuai aturan pemakaian yang dianjurkan.

3.3.5.2. Pembumbunan

Dilakukan setelah tanaman menghasilkan dengan cara menimbunkan tanah dibagian atas

permukaan sekitar pohon hingga menutup sebagian batang pohon yang dekat dengan akar.

3.3.5.3. Perempalan Perempalan dilakukan terhadap daun dan penutup bunga yang telah kering (berwarna

coklat), dengan cara memanjat pohon kelapa ataupun dibiarkan sampai jatuh sendiri.

3.3.5.4. Pemupukan Jumlah pupuk yang harus diberikan pada tanaman kelapa dalam tergantung umur

tanaman, ketersediaan hara dalam tanah dan tanaman melalui analisis. Untuk tanaman yang

baru ditanam, pemupukan dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam dengan dosis 100 gram

urea/pohon yang ditaburkan di daerah piringan dengan jarak 15 cm dari pangkal batang.

Selanjutnya pemupukan dilakukan 2 kali setahun yaitu bulan April/Mei (akhir musim hujan) dan

bulan Oktober/Nopember (awal musim hujan).

Cara pemberian pupuk pada tanaman kelapa dalam sebagai berikut:

Pupuk diberikan menyebar di daerah piringan, dengan jari-jari 100 cm (untuk

tanaman berumur 2 tahun) dan 150 cm (untuk tanaman berumur 3 tahun sampai

tanaman dewasa).

Pupuk N, K, dan Mg diberikan bersamaan sedangkan pupuk P diberikan 2 minggu

sebelumnya.

Sebelum pupuk N diberikan, tanah digemburkan untuk menghindari pencampuran

dengan pupuk P karena dapat merugikan. Pada tanaman belum menghasilkan, pupuk

disebarkan 30 cm dari pangkal batang sampai pinggir tajuk.

Tutup dengan tanah daerah penyebaran pupuk.

Tabel 9. Jadwal dan dosis pemupukan tanaman kelapa di lapang sesuai dengan umur tanaman

Jenis pupuk Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV

g/pohon/tahun

Urea1) 400 700 1000 1000

SP-362) 312,5 750 1000 1000

KCl1) 600 900 1200 1200

Kiserit1) 200 300 400 400

17

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

Borax2) 10 25 - -

Jumlah 1522,5 2675 3600 3600

Keterangan: 1) Diaplikasikan dua kali dalam setahun, dengan dosis setiap aplikasi setengah dari

dosis per tahun. 2) Diaplikasikan satu kali dalam setahun.

3.3.5.4.5 Pengairan dan Penyiraman

Penyiraman pada musim kemarau untuk mencegah kekeringan dilakukan dua atau tiga

hari sekali pada waktu sore. Caranya dengan mengalirkan air melalui parit-parit di sekitar

bedengan atau dengan penyiraman langsung.

3.3.6. Hama, Penyakit dan Gulma pada Tanaman Kelapa

3.3.6.1. Hama

Beberapa jenis hama penting pada pertanaman kelapa dalam di Indonesia antara

lain:

1. Kumbang nyiur (Oryctes rhinoceros)

Ciri: berbentuk kumbang dengan ukuran 20-40 mm, warna hitam dengan bentuk

cula pada kepala. Gejala: (1) hama ini merusak tanaman yang berumur 1-2

tahun; (2) ciri khas yang ditimbulkan yaitu janur seperti digunting berbentuk segi

tiga; (3) stadium yang berbahaya adalah stadium imago (dewasa) yang berupa

kumbang; Pengendalian: (1) sanitasi kebun terhadap sisa-sisa tebangan batang

kelapa; (2) menggunakan virus Bacullovirus oryctes dan Mettarrizium arrisophiae;

(3) memberikan carbofuran atau carbaryl 10 g/pohon dengan interval 2 bulan

sekali.

2. Sexava sp.

Ciri: belalang sempurna dengan ukuran 70-90 mm, berwarna hijau kadang-

kadang coklat. Masa perkembangan 40 hari. Gejala: (1) merusak daun tua dan

daun muda, kulit buah dan bunga-bunga; (2) merajalela pada musim kemarau; (3)

pada serangan yang hebat daun kelapa tinggal lidi-lidinya saja. Pengendalian:

(1) cara mekanis dengan menghancurkan telur dan nimfanya; (2) cara kultur teknis

dengan menanam tanaman penutup tanah (LCC), misalnya Centrosema sp.; (3)

cara kimia dengan menyemprotkan insektisida, seperti BHC atau Endrin 19,2 EC 2

cc/liter air, penyemprotan dilakukan di sekitar pangkal batang sampai tinggi 1

meter, dengan dosis 6 liter/pohon;

3. Ulat Artona (Artona catoxantha)

Gejala: (1) pada helaian daun terjadi kerusakan dengan adanya lubang seperti

jendela kecil; (2) jika serangan berat, tajuk tanaman kelapa nampak layu dan

seperti terbakar; (3) stadium berbahaya adalah larva. Pengendalian: (1) jika

setiap dua pelepah terdapat ≥5 stadium hidup maka perlu dilakukan

18

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

pemangkasan semua daun, dan ditinggalkan hanya 3-4 lembar daun termuda; (2)

menggunakan tawon kemit (Apanteles artonae) yang merusak ulat atau Ptircnomya

dan Cardusia leefmansi; (3) menggunakan insektisida Ambush 2 EC 2-3 cc/liter air

melalui suntikan batang ataupun penyemprotan pada stadium larva.

4. Tikus pohon, Rattus rattus Roque

Ciri: hidup di tanah, pematang sawah, atau dalam rumah. Gejala: (1) buah

kelapa berlubang dekat tampuknya.; (2) lubang pada sabut dan tempurung sama

besarnya. Bentuk tidak rata, kadang bulat dan kadang melebar. Pengendalian:

(1) memburu tikus, memasang perangkap atau umpan-umpan beracun; (2) sanitasi

mahkota daun kelapa agar tidak menjadi sarang tikus.

3.3.6.2. Penyakit Adapun jenis-jenis penyakit penting yang umumnya menyerang tanaman kelapa dalam di

Indonesia adalah:

1. Penyakit busuk jamur (spear rot)

Penyebab: cendawan Fusarium sp. Gejala: (1) timbul bercak-bercak tembus

cahaya pada permukaan daun yang kemudian segera menjadi coklat kekuningan

dan sering bersatu membentuk bercak yang lebih besar; (2) daun yang terserang

akan mati lebih cepat. Pengendalian: menyemprot bibit dengan fungisida yang

mengandung Cu, misalnya Bubur Bordo atau Copper Oxyclorida.

2. Penyakit busuk pucuk (Bud rot)

Penyebab: cendawan Phythopthora palmivora, Erwinia sp., Bacillus sp., gangguan

fisiologis dan akibat sambaran petir. Gejala: (1) pucuk atau tunas bakal daun

mengalami pembusukan sebelum sempat tumbuh keluar. Bila pangkal pelepah

terkena, tanaman layu dan lambat laun mati; (2) pada tanaman tua, mahkota

kelihatan menguning dan lambat laun berguguran mulai dari ujung. Buah-buah

yang masih muda kemudian rontok. Pada kerusakan yang berat, mahkota daun

gugur seluruhnya. Pengendalian: (1) bila nampak gejala ini, berilah bordo pasta

1% pada bagian yang diperkirakan terserang; (2) semprotkan bubur Bordo 1%

atau fungisida lainnya seperti Copper oxyclorida, Dithane M-45 dan lain-lain

untuk mencegah penularan.

3. Penyakit layu Natuna

Penyebab: Thielaviopsis sp., Botrydiplodia sp., Fusarium sp., Chlaropsis sp., bakteri

Erwinia sp., dan Pseudomonas sp. Gejala: (1) layu muncul secara tiba-tiba pada

seluruh bagian daun mahkota. Kemudian warna berubah menjadi kusam, pelepah-

pelepah bergantungan dan akhirnya berguguran berikut tandan buahnya; (2)

proses kematian sangat cepat 1-3 bulan sejak gejala awal mulai muncul.

Pengendalian: (1) penataan air tanah dengan membuat saluran-saluran drainase;

(2) pengolahan tanah yang baik, berupa pemeliharaan, pemupukan dan pola

19

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

tanam yang tepat; (3) menanam bibit yang sehat, subur dan kuat, serta

membongkar dan membinasakan tanaman yang terserang penyakit.

4. Penyakit rontok buah

Penyebab: cendawan Phythophthora palmivora. Gejala: (1) buah rontok; (2) pada

bagian pangkal buah terdapat bagian yang busuk. Atau sebagi akibat

cendawan Thielaviopsis paradoxa. Pengendalian: (1) pemupukan yang teratur dan

pemberian air pada musim kemarau; (2) menyemprot tanaman yang terserang

dengan fungisida yang mengandung Cu, misalnya bubur Bordo atau Copper

Oxyclorida.

3.3.6.3. Gulma

Jenis-jenis gulma yang umumnya dijumpai pada pertanaman kelapa dalam

antara lain: Alang-alang (Imperata cylindrica), Teki (Cyperus rotrendus), Lampuyangan

(Panium repens), Pahitan (Paspalum konjugatum), Sembung rambat (Mikania cordata), Tahi

ayam (Lantana camara) dan Kipahit (Euphathorium odorotum).

Cara pemberantasan gulma yang dapat dilakukan pada pertanaman kelapa meliputi:

1. Penyiangan secara mekanis: baik dengan metode clean weeding yaitu

pengendalian gulma secara keseluruhan pada areal pertanaman, maupun

selecting weeding yaitu pengendalian gulma pada sekitar tanaman saja (membuat

piringan) dan stripe weeding atau pengendalian gulma secara berjalur.

2. Penyiangan secara kimia: yaitu dengan mencampur paracol dengan air 2,5-3,0

cc/450 liter; dan menyemprotkannya pada gulma, dengan memperhatikan arah

angin, dan menggunakan masker dan sarung tangan. Perkirakan saat

penyemprotan yang tepat yaitu 6 jam setelah penyemprotan tidak hujan. Interval

waktu penyemprotan 1 kali per 3 bulan.

3.3.7. Panen

3.3.7.1. Ciri dan Umur Panen

Buah telah berumur ± 12 bulan, 4/5 bagian kulit kering, berwarna coklat, kandungan air

berkurang dan bila digoyang berbunyi nyaring.

3.3.7.2. Cara Panen

1. Buah kelapa dibiarkan jatuh. Kekurangan cara ini adalah buah yang jatuh sudah

lewat masak, sehingga tidak sesuai untuk bahan baku kopra atau bahan baku

parutan kelapa kering (desiccated coconut).

20

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

2. Dipanjat. Keuntungan cara dipanjat, yaitu (1) dapat membersihkan mahkota daun;

(2) dapat memilih buah kelapa siap panen dengan kemampuan rata-rata 25

pohon per orang. Sedangkan kerugiannya adalah merusak pohon, karena harus

membuat tataran untuk berpijak. Di beberapa daerah di Pulau Sumatera, sering

kali pemetikan dilakukan oleh kera (beruk). Kecepatan pemetikan oleh beruk 400

butir sehari dengan masa istirahat 1 jam, tetapi beruk tidak dapat membersihkan

mahkota daun dan selektivitasnya kurang.

3. Dipanen dengan galah, yaitu dengan menggunakan bambu yang disambung dan

ujungnya dipasang pisau tajam berbentuk pengait. Kemampuan pemetikan rata-

rata 100 pohon per orang per hari.

3.3.7.3. Periode Panen

Frekuensi panen kelapa dalam umumnya sekitar 2,5-3 bulan sekali sebanyak 2-3 tandan

buah. Dari setiap tandan buah dapat dipetik rata-rata 5-8 buah kelapa.

3.3.7.4. Prakiraan Produksi

Produksi buah bergantung varietas tanaman kelapa, umur tanaman, keadaan tanah, iklim,

dan pemeliharaan. Rata-rata buah yang dihasilkan per pohon per tahun sebanyak 75-90 buah.

3.3.7. Pascapanen

3.3.8.1. Pengumpulan

Buah dikumpulkan menggunakan keranjang atau alat angkut yang tersedia. Kemudian

semua buah hasil panen dikumpulkan di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).

3.3.8.2. Penyortiran dan Penggolongan

Sortasi buah dan perhitungan buah dilakukan setiap blok kebun setelah selesai panen

pada akhir bulan. Buah yang disortir adalah buah yang kosong tidak berair, bunyi tidak nyaring

bila diguncang, rusak/luka kena serangan hama, busuk, buah kecil, juga terhadap kelapa butiran

pecah, berkecambah atau kelapa kurang masak.

3.3.8.3. Penyimpanan

Buah kelapa disimpan dengan cara ditumpuk dengan tinggi tumpukan maksimal 1 m.

Tumpukan berbentuk piramidal dan longgar. Tumpukan dalam gudang diamati secara rutin.

Syarat-syarat gudang penyimpanan yang baik adalah udara segar dan kering, tidak

bocor dan kehujanan, tidak langsung kena sinar matahari, dan suhu udara dalam gudang 25-

27oC.

3.3.8.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Buah kelapa apabila akan dijual terlebih dulu dikupas kulit luarnya. Pengangkutan dapat

dilakukan dengan truk, kapal laut, atau alat angkut yang sesuai.

21

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

3.3.8.5. Pembuatan kopra

Kopra terbuat dari daging kelapa dengan cara menurunkan kadar airnya melalui

penjemuran atau pengeringan buatan dengan tujuan untuk:

1) pengawetan, cara ini akan mencegah tumbuhnya jamur, serangga, dan bakteri

yang dapat memakan daging dan merusak minyak kelapa.

2) mengurangi berat, sehingga mengurangi biaya pengangkutan dan penanganan.

3) mengkonsentrasikan minyak, kadar minyak dalam kopra sekitar 65-68%. Cara

pembuatan kopra yaitu dengan pengeringan daging buah dengan sinar matahari

(penjemuran langsung atau efek rumah kaca) atau dengan alat pengering.

3.3.8.6. Penanganan Lainnya

1. Arang atau arang aktif tempurung kelapa

Arang tempurung kelapa dieroleh dari pengarangan tempurung kelapa. Arang

tempurung kelapa ini termasuk arang yang baik terutama untuk digunakan

sebagai penghasil panas untuk media pemanasan bahan pangan karena

tempurung termasuk golongan kayu keras yang bila proses pengarangannya baik

maka akan menghasilkan arang dengan kadar asap yang tipis.

Selain arang konvensional, dari tempurung kelapa ini dapat diperoleh arang

aktif, yaitu arang yang mempunyai daya serap dan daya ikat tinggi terhadap

bahan-bahan lain seperti zat warna dan bau. Arang aktif ini dapat dibuat

dengan proses fisika, kimia, ataupun kombinasi keduanya. Pada proses fisika,

arang dialiri uap panas untuk meningkatkan daya serap/ikatnya, sedangkan

pada proses kimia arang tempurung direndam dalam dalam larutan kimia, seperti

kalsium khlorida atau magnesium chloride. Untuk kombinasi proses kimia dan

fisika, tempurung kelapa direndam terlebih dahulu dalam larutan kimia tersebut

sebelum diarangkan.

2. Nata de Coco

Nata de coco adalah bahan cocktail berserat yang diperoleh dari hasil fermentasi

air kelapa. Air kelapa sebagai media fermentasi utama ditambahkan dengan

urea sebagai sumber N difermentasi menggunakan bakteri Acetobacter xylinum.

Setelah beberapa hari maka diperoleh lapisan serat berwarna putih dengan

ketebalan 1-2 cm. Setelah dicuci untuk menghilangkan Acetobacter xylinum dan

sisa media pertumbuhannya, bantalan serat tersebut dipotong-potong kecil

berbentuk kubus untuk digunakan sebagai bahan campuran cocktail.

3. Minyak kelapa

Minyak kelapa dapat diperoleh secara langsung dari daging kelapa segar

menggunakan metode wet rendering atau dry rendering. Pada ekstraksi dengan

metode wet rendering, setelah daging kelapa diparut kemudian diperas untuk

22

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

diambil santannya kemudian santan dipanaskan untuk menguapkan air sekaligus

merusak emulsinya sehingga diperoleh minyak. Pada ekstraksi dengan metode dry

rendering, setelah kelapa diparut kemudian kelapa parut disangrai untuk

mengurangi kadar airnya sekaligus merusak emulsinya. Kelapa parut sangrai

kemudian dipress untuk diambil minyaknya. Kedua cara ini biasanya dilakukan

untuk produksi minyak kelapa secara tradisional.

Cara lain adalah dengan menggunakan bahan baku kopra. Kopra dihancurkan,

dan dihaluskan terlebih dahulu kemudian dipress untuk mendapatkan minyak.

Pada beberapa industri pengepresan dilakukan berulang untuk mendapatkan

rendemen yang tinggi, tetapi beberapa pabrik minyak kelapa menggunakan

solvent extraction menggunakan heksan untuk mendapatkan minyak dari bungkil

pengepresan kopra yang pertama. Penggunaan metode solvent extraction

dirasakan lebih efektif karena dapat menghasilkan rendemen minyak lebih tinggi

dibandingkan engepresan berulang, disamping itu bungkil kopranya mempunyai

mutu yang lebih baik untuk makanan ternak.

4. Kelapa parut kering (desiccated coconut)

Diperoleh dengan mengeringkan kelapa parutan sampai kadar air 3,5% dan

kadar minyak tidak kurang dari 68%.

5. Santan

Diperoleh dengan melakukan pemerasan terhadap kelapa parutan. Santan tidak

dapat disimpan lama, oleh karena itu diperlukan pengemasan santan untuk

mencegah rusaknya santan yaitu dengan pengalengan.

23

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

KKEEBBIIJJAAKKAANN DDAANN IINNFFRRAASSTTRRUUKKTTUURR PPEENNDDUUKKUUNNGG

4.1. Sarana dan Prasarana

Pengembangan investasi budidaya tanaman kelapa dalam telah didukung

dengan tersedianya jaringan jalan, airport, pelabuhan laut, terminal, fasilitas air bersih

dan listrik, serta hotel.

4.1.1. Pelabuhan Beserta Spesifikasinya

Berau memiliki pelabuhan di Tanjung Redeb yang mampu menampung kapal

seberat 3.000 ton. Kutai Timur memiliki pelabuhan laut yaitu di Sangatta 2 buah (milik

KPC 1.800 m2 dan Pertamina 725 m2) dan pelabuhan umum di Sangkulirang seluas 189

m2. Saat ini pemerintah Kabupaten Kutai Timur sedang mengembangkan pelabuhan laut

Maloy dalam suatu kawasan industri terpadu seluas 10.000 ha. Pelabuhan Semayang

yang ada di Balikpapan merupakan pelabuhan laut terbesar yang melayani distribusi

barang dan penumpang dari dan ke Kalimantan Timur baik antar provinsi dan antar

negara.

4.1.2. Airport Beserta Fasilitas

Kalimantan Timur telah memiliki 16 bandara, dengan kualifikasi bandara

internasional dan perintis yaitu Sepinggan Balikpapan, Temindung Samarinda, Juata

Tarakan, Kalimarau Berau, Nunukan dan Tanjung Harapan Bulungan. Ketersediaan

bandara ini mampu untuk memberikan dukungan bagi pengembangan investasi dan

kegiatan ekonomi daerah. Kalimantan Timur memiliki bandara internasional Sepinggan

di Balikpapan yang memiliki 27 operator maskapai penerbangan dengan

15 penerbangan terjadwal (schedule) seperti Garuda Indonesia, Merpati Airlines, Silk Air

dan 12 penerbangan tidak terjadwal.

Kota lain yang mempunyai bandara adalah Kota Bontang dan Tanjung Redeb.

Kota Bontang saat ini tersedia bandara khusus yang dioperasikan PT. Badak, NGL,

belum tersedia bandara udara bagi masyarakat umum, sedangkan Tanjung Redeb yang

merupakan ibu kota Kabupaten Berau memiliki bandara umum dan bandara swasta.

Bandara Kalimaru dikelola oleh Pemerintah dan dapat disinggahi oleh penerbangan

nasional dan bandara swasta seperti Bandara Luncuran Naga, Mankajang milik PT Kiani

Kertas, Bandara Batu Putih di Kecamatan Talisayan, Merasa dan Merapu di Kecamatan

Kelay dan Bandara Long Caai di Kecamatan Segah.

Kutai Timur memiliki 9 bandara yaitu KPC di Tanjung Bara dan Bandara

Pertamina di Sangkimah serta 7 bandara perintis yaitu di LongLees, Sautara, Batu

Ampar, Jabdan, Miau Baru, Long Segar, Pengadan.

24

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

4.1.3. Listrik Beserta Kapasitas

Listrik merupakan utilitas yang amat penting untuk memasok kebutuhan industri di

Kalimantan Timur. Sumber listrik hingga saat ini masih dipasok oleh Perusahaan Umum

Listrik Negara. Produksi Listrik Untuk wilayah Kalimantan Timur pada tahun 2007

1.799.906,17 kWh terpasang 414,44 kWh, terjual 1.603.250,84 kWh dan digunakan

sendiri sebesar 37.713,47 kWh (BPS 2008).

Kota Bontang telah dilayani jaringan listrik yang telah menjangkau seluruh

wilayah kota. Pada tahun 2007, tenaga listrik yang diproduksi Kota Bontang sebesar

84.436,19 MWh dengan kapasitas terpasang 21,48 MWh. Kabupaten Kutai

Kertanegara, produksi tenaga listrik mencapai 621.425,00 MWh dengan kapasitas

terpasang 99,96 MWh. Sementara Panajam Paser Utara, Produksi listrik tahun 2007

berjumlah 46.923,01 MWh dengan kapasitas terpasang 16,19 MW (BPS Kaltim, 2008).

4.1.4. Air Bersih dan Kapasitasnya

Perusahaan air minum di Kalimanatan Timur pada tahun 2007 berjumlah 13 buah

di mana kesemuanya adalah kesemuanya adalah milik pemerintah. Untuk wilayah

Kalimantan Timur kapasitas potensial 5.167 liter/detik, kapasitas efektif 4.173 liter/detik

dan efektifitas produksi sebesar 80,76 liter/detik. Sumber air bersih di Kalimantan Timur

diperoleh terbesar melalui sungai selain itu waduk, mata air dan artesis. Banyaknya air

bersih yang disalurkan 111.776.000 m3

4.1.5. Hotel dan Restoran

Kalimantan Timur sebagai daerah sentra perdagangan dan jasa, serta tujuan

wisata terdapat sarana pendukung berupa hotel dan restoran. Jumlah hotel berbintang

maupun non bintang pada tahun 2004 sebanyak 404 buah. Hotel berbintang 17 buah

yang memiliki 1.775 kamar dan 2.777 tempat tidur, sedangkan hotel melati 297 buah

dengan 3.063 kamar dan 4.987 tempat tidur. Selain hotel, di Kalimantan Timur terdapat

pula restoran sebanyak 912 buah. Keberadaan hotel dan restoran ini mendukung fasilitas

bagi investor.

4.1.6. Sekolah/ PT/Lembaga Pendidikan

Kalimantan Timur memiliki fasilitas pendidikan yang memadai dari pendidikan

dasar hingga perguruan tinggi. Universitas Mulawarman (UNMUL) sebagai perguruan

tinggi negeri di Kalimantan Timur memiliki Fakultas Pertanian yang mampu menyediakan

tenaga ahli untuk kebutuhan pengembangan investasi Komoditi Kelapa. Di Kutai Timur pun

telah terdapat Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER), Kutai Kertanegara terdapat pula

Universitas Kutai Kartanegara (UNIKARTA) yang salah satunya memiliki jurusan Pertanian.

Untuk wilayah utara Kalimantan, juga terdapat perguruan tinggi yaitu Universitas Borneo

dan memiliki Fakultas Pertanian. Selain pendidikan formal, pelatihan-pelatihan pun

dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pelatihan swasta maupun oleh dinas tenaga kerja

dan dinas teknis terkait.

25

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

4.1.7. Jalan/ transportasi

Untuk memperlancar arus lintas bahan input maupun hasil Produksi kopra dan

budidaya kelapa telah dibangun jalan lintas kalimantan yang terdiri 3 poros, yaitu poros

selatan, tengah dan utara. Infrastruktur perhubungan darat yang tersedia telah memadai

untuk angkutan antar kota dalam provinsi maupun antar kota antar provinsi.

Panjang jalan negara di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur pada tahun

2007 mencapai 1.539,70 km, jalan di bawah wewenang Provinsi 1.762,07 km, sedang

jalan di bawah wewenang Kabupaten/Kota mencapai 5.283,04 km.

Pembangunan jembatan seperti jembatan Dondang dan Mahakam II yang

memperpendek jarak tempuh Samarinda-Balikpapan merupakan bagian dari

pembangunan highway Bontang-Samarinda-Balikpapan.

Pembangunan jalan pintas utara Kalimantan Timur Sangata, Kutai Timur dan

Tanjung Redeb, Berau akan mempercepat arus angkutan barang/jasa.

4.1.8. Perbankan/Asuransi

Lembaga perbankan di Kalimantan Timur pada tahun 2007 berjumlah 304 unit

yang tersebar di kabupaten/kota di Kalimantan Timur.Posisi kredit yang telah tersalurkan

kepada sektor usaha berjumlah Rp 24,612 trilyun, dan khusus untuk sektor peranian

mencapai Rp 13,95 milyar. Posisi kredit untuk wilayah Bontang berjumlah

Rp4.725.918.000.000, Berau sebesar Rp1.229.257.000, Kutai Timur sebesar

Rp359.313.000.000 dan Kutai Kertanegara Rp1.830.608.000.000. Jumlah bank yang

terdapat di beberapa kota/kabupaten diantaranya Bontang 23 bank, Berau 11 bank,

Kutai timur 2, Kutai kertanegara 17 bank dan PPU sebanyak 1 bank.

4.1.9. Pos dan Telekomunikasi

Kalimantan Timur melalui PT. Telkom pada tahun 2007 telah membangun 4.767

SST (Suara Satuan Langsung). Penggunaan jasa telekomunikasi telepon saat ini meningkat

pesat, dengan diindikasikan tercatatnya 9 operator sembilan telepon selular. Kota

Bontang memiliki 8.086 SST dan 9 CCT (komunikasi data circuit).

4.2. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kopra, pemerintah terus menggalakkan usaha-

usaha untuk meningkatkan produksi kelapa dalam nasional, baik melalui peremajaan kelapa

dalam yang telah tua atau perluasan perkebunan kelapa dalam seperti tertuang dalam Prospek

dan Pengembangan Kelapa Dalam yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian, dimana

Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang direkomendasikan untuk

pengembangan kelapa dalam tersebut.

Aspek sosial ekonomi yang diharapkan dari kebijakan ini adalah adanya peningkatan

pendapatan petani melalui terjaminnya pasar kelapa, berlangsungnya rehabilitasi tanaman yang

sudah tidak produktif lagi atau adanya perluasan lahan baru untuk tanaman kelapa,

menumbuhkan industri hilir (olahan), penciptaan lapangan kerja, peningkatan PAD, pemanfaatan

sumberdaya dengan optimal, serta rangsangan untuk memperkuat teknologi di bidang tanaman

26

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

kelapa dengan terus melakukan inovasi teknologi pemanfaatan bagian-bagian tanaman kelapa

untuk menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomis.

Pembukaan lahan untuk tanaman kelapa dalam secara intensif akan memberikan dampak

negatif terhadap lingkungan antara lain lingkungan fisik kimia, biota, dan kesehatan masyarakat.

Terbukanya lahan akan mengakibatkan peningkatan efek pencucian hara tanah,

perubahan pH tanah, dan peningkatan kadar kejenuhan basa. Untuk mengatasi efek negatif

perlu dilakukan pengapuran, pemupukan sehingga dapat mengembalikan lingkungan fisik kimia

seperti keadaan semula sehingga berubah menjadi dampak positif.

Terbukanya lahan menyebabkan berubahnya ekosistem yang tadinya tertutup menjadi

ekosistem terbuka, dimana kebanyakan organisme pengganggu tanaman menyukai kondisi ini.

Dampak negatif ini perlu diantisipasi dengan melakukan pengendalian hama terpadu yang tepat,

baik secara mekanis, kimia, maupun biologi.

Adanya kegiatan pembukaan lahan baru secara luas yang disertai oleh adanya

kegiatan industri akan banyak mengundang masyarakat pendatang, sehingga kegiatan awal

dari pembukaan lahan akan memberikan dampak negatif berupa gangguan kesehatan pada

masyarakat. Dampak negatif ini dapat diatasi bila perusahaan (perkebunan inti) menyiapkan

fasilitas umum seperti sarana dan prasarana pengobata termasuk tenaga medisnya. Disamping

itu harus dilakukan juga upaya-upaya penciptaan lingkungan masyarakat yang sehat dan

harmonis, sehingga dapat memberikan dampak positif berupa peningkatan produktifitas kerja

yang secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kebun dan kesejahteraan

masyarakat.

4.3. Legalitas

Ijin usaha pembukaan kebun di Kabupaten dan Kota di Kalimantan Timur mengacu

kepada perundangan dan peraturan nasional yaitu Undang-undang Nomor 24 tahun 1994

tentang Sistem Budidaya Tanaman; Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan

Lingkungan Hidup; Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Tata Ruang (Lembaran

Negara Tahun 1997 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3702; Undang-undang

Nomor 24 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun

2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi

(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Teknik

Penyusunan dan Materi Muatan Produk Hukum Daerah; Keputusan Menteri Pertanian Nomor

357/pts/HK.350/5/2002 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan.

Adapun izin usaha perkebunan di daerah harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai

berikut:

1. Usaha Perkebunan Rakyat wajib mendaftarkan usahanya kepada Dinas;

2. IUP dapat diberikan kepada:

a. Koperasi; b. Badan Usaha Milik Daerah;

27

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

c. Badan Usaha Milik Nasional; d. Badan Usaha Swasta Nasional; e. Patungan Badan Usaha Nasional dengan Badan Usaha Asing.

3. Usaha budidaya perkebunan wajib memiliki IUP, diberikan oleh Bupati/ Walikota;

4. IUP berlaku selama 30 tahun dan dapat diperpanjang dengan periode waktu yang sama;

5. Untuk memperoleh IUP, perusahaan harus menyampaikan permohonan kepada

Bupati/Walikota melalui Kepala Dinas;

6. Perusahaan pemohon IUP harus melengkapi persyaratan permohonan berupa:

a. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya; b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan yang telah disetujui oleh Kepala Dinas; c. Rencana kerja usaha perkebunan; d. Dokumen AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku; e. Rekomendasi dari dinas teknis; f. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD); g. Surat keterangan domisili kantor perusahaan; h. Peta calon usaha dengan skala 1 : 100.000. i. Menyetor uang jaminan kesungguhan pada Bank yang ditunjuk sebesar Rp. 15.000,-

(Lima Belas Ribu Rupiah) untuk setiap 1 ha luasan areal. 7. Dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima dengan lengkap,

pejabat pemberi IUP harus memutuskan IUP tersebut dapat diberikan atau ditolak.

Selanjutnya ijin usaha industri perkebunan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai

berikut:

1. Untuk melaksanakan kegiatan usaha industri perkebunan wajib memperoleh izin tertulis dari

Bupati;

2. Ijin usaha industri perkebunan dapat diberikan kepada pihak-pihak sebagaimana

tercantum dalam Peraturan Daerah;

3. Untuk memperoleh ijin, perusahaan harus menyampaikan permohonan kepada

Bupati/Walikota melalui Kepala Dinas dengan melengkapi:

a. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya; b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan yang telah disetujui oleh Kepala

Dinas; c. Rencana kerja usaha perkebunan; d. Dokumen AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku; e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD); f. Surat keterangan domisili kantor perusahaan; g. Ijin lokasi bagi perusahaan bukan pemilik kebun sumber bahan baku industri; h. Analisis kelayakan usaha; i. Kepastian pasokan bahan baku; j. Ijin HO/gangguan dari pejabat berwenang.

4. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah permohonan diterima dengan lengkap, pejabat

pemberi ijin harus memutuskan permohonan ijin tersebut dapat diberikan atau ditolak.

28

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

Selain peraturan perundangan yang berkaitan dengan kegiatan usaha perkebunan,

maka pemrakarsa kegiatan hendaknya juga memahami tentang tata cara penanaman modal

dalam negeri, yaitu;

I. Surat Permohonan (Blangko Model 1/PMDN) dan ditanda tangani diatas materai Rp. 6,000.-

oleh pemohon dibuat rangkap dua dengan dilampiri persyaratan sbb:

1. Bukti Diri Pemohon:

a. Photo Copy Akte Pendirian (PT, BUMN, BUMD, CV, Firma dll);

b. Photo Copy Anggaran Dasar bagi Badan Usaha Koperasi;

c. Photo Copy KTP;

2. Photo Copy Nomor Wajib Pajak (NPWP) Pemohon;

3. Proposal Proyek atau Bidang Usaha yang dimohon dan atau rencana kegiatan dari

awal penanaman modal hingga pemasaran hasil produksi.

4. Peta Lokasi Proyek Skala 1 : 100.000.

5. Persyaratan dan atau ketentuan sektoral yaitu, rekomendasi dari :

1). Lurah/Kades;

2). Camat;

3). Instansi Teknis yang menjelaskan tentang bahwa lokasi yang dimohon tidak

bermasalah dan layak untuk proyek dimaksud seperti rekomendasi dari :

a. Dinas Kehutanan;

b. Dinas Perkebunan;

c. Dinas Pertanian dan Peternakan;

d. Badan Pertanahan Nasional;

e. Dinas/Instansi lainnya yang berkaitan dengan proyek yang dimohon.

6. Laporan keuangan dan atau akuntabilitas;

7. Pernyataan bersedia berkantor pusat di Kota/Kabupaten;

8. Surat Kuasa dari yang berhak apabila permohonan bukan dilakukan oleh pemohon

sendiri.

9. Kesepakatan/perjanjian kerjasama untuk bermitra dengan Usaha Kecil yang antara

lain memuat :

29

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

1. Nama dan alamat masing-masing pihak;

2. Pola kemitraan yang akan digunakan;

3. Hak dan Kewajiban masing-masing pihak;

4. Bentuk pembinaan yang akan diberikan kepada usaha kecil;

Hal-hal lain yang dianggap perlu.

10. Akte Pendirian atau perubahannya mengenai penyertaan usaha kecil sebagai

pemegang saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan saham;

11. Surat pernyataan diatas materai dari usaha kecil yang menerangkan bahwa yang

bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9

Tahun 1995.

II. Setelah Permohonan diterima di Bagian Perekonomian & Penanaman Modal Setda Kota/Kab,

yang selanjutnya Permohonan diperiksa kelengkapannya/ lampirannya oleh Sub Bagian

Penanaman Modal dan BUMD.

III. Setelah lampiran sudah lengkap, maka proposal dipresentasikan oleh Investor dengan biaya

sendiri untuk dipresentasikan dihadapan pejabat Pemerintah Kota/Kab dan bila dianggap

perlu juga diundang dari DPRD, Unsur Organisasi dalam masyarakat, Unsur Mahasiswa, LSM

dll.

IV. Hasil Presentasi dinilai oleh Bagian Perekonomian dan Penanaman Modal atas persetujuan

Pemerintah Kota/Kab.

30

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

ANALISIS FINANSIAL

Analisis finansial perkebunan kelapa dalam monokultur produknya diarahkan pada produk

setengah jadi, yaitu kopra.

5.1. Asumsi

Perhitungan analisis kelayakan usahatani budidaya kelapa dalam berdasarkan beberapa

asumsi sebagai berikut;

Luas perkebunan

Jarak tanam

Jumlah tanaman produktif

Harga kopra per kg

Umur proyek

:

:

:

:

:

1 ha ( 1 Kawasan seluas 10.000 ha)

9 x 9 m

143 per hektar (90 % of total 159 tanaman per ha

Rp7.000,-

30 tahun

Berdasarkan tinjauan lapangan dan penelitian para ahli lainnya, tingkat produksi kelapa

dalam berfluktuasi. Kelapa dalam baru mulai berproduksi pada umur 5 tahun. Pada umumnya,

produksi mulai stabil pada tahun ke-12 sampai tahun ke-40. Pada tahun berikutnya, produksi

mengalami penurunan. Harga jual kopra adalah Rp7.000 per kg. Setiap kg kopra diperoleh dari

4 buah kelapa segar.

Tabel 10. Produksi, ongkos produksi cost, penjualan, dan perhitungan rugi-laba dari

perkebunan kelapa dalam berdasarkan tahun proyek

TTaahhuunn PPrroodduukkssii KKeellaappaa

((bbuuttiirr))

PPrroodduukkssii

KKoopprraa ((kkgg))

PPeennjjuuaallaann KKoopprraa

((RRpp)) BBiiaayyaa ((RRpp)) LLaabbaa KKoottoorr

0 0 0 0 124.430.525 (124.430.525)

1 0 0 0 2.113.700 (2.113.700)

2 0 0 0 2.239.875 (2.239.875)

3 0 0 0 1.879.450 (1.879.450)

4 0 0 0 1.879.450 (1.879.450)

5 11.440 2.860 20.020.000 2.663.950 17.386.050

31

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

TTaahhuunn

PPrroodduukkssii KKeellaappaa

((bbuuttiirr))

PPrroodduukkssii

KKoopprraa ((kkgg))

PPeennjjuuaallaann KKoopprraa

((RRpp)) BBiiaayyaa ((RRpp)) LLaabbaa KKoottoorr

6 11.440 2.860 20.020.000 1.841.950 18.178.050

7 17.160 4.290 30.030.000 1.841.950 28.188.050

8 17.160 4.290 30.030.000 1.841.950 28.188.050

9 17.160 4.290 30.030.000 1.841.950 28.188.050

10 17.160 4.290 30.030.000 2.663.950 27.366.050

11 17.160 4.290 30.030.000 1.766.950 28.263.050

12 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

13 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

14 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

15 24.024 6.006 42.042.000 2.588.950 39.454.050

32

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

Tabel 10. Lanjutan

TTaahhuunn PPrroodduukkssii KKeellaappaa

((bbuuttiirr))

PPrroodduukkssii

KKoopprraa ((kkgg))

PPeennjjuuaallaann KKoopprraa

((RRpp)) BBiiaayyaa ((RRpp)) LLaabbaa KKoottoorr

16 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

17 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

18 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

19 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

20 24.024 6.006 42.042.000 2.588.950 39.454.050

21 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

22 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

23 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

24 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

25 24.024 6.006 42.042.000 2.588.950 39.454.050

26 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

27 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

28 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

29 24.024 6.006 42.042.000 1.766.950 40.275.050

30 24.024 6.006 42.042.000 2.588.950 39.454.050

5.2. Kebutuhan Biaya Investasi

Biaya investasi kebun digunakan untuk investasi tanaman dan non tanaman adalah

Rp 132.543.000,- . Biaya investasi tanaman pada tahun ke-0 (TBM 0) digunakan untuk

pembukaan lahan (land clearing). Sedangkan untuk Tahun 1 dan ke-4 digunakan untuk perawatan

tanaman, seperti penyulaman, pemupukan dan pencegahan hama dan penyakit. Untuk membantu

pendanaan dana investasi, diasumsikan mendapat fasilitas kredit bank. Sebagai konsekuensi dari

pinjaman bank dibebankan angsuran dan bunga bank dipatok 14 %. Investasi non-tanaman

digunakan untuk investasi infrastruktur, provisi dan asuransi, PBB, manajemen fee pembangunan

kebun, biaya administrasi, pemeliharaan kebun, bahan dan tenaga kerja pendukung dan lain

sebagainya. Angsuran kepada bank mulai dibayarkan pada tahun ke-5 dengan jangka waktu

pengembalian selama 10 tahun. Pengembalian kredit dengan pola sliding rate dengan besarnya

angsuran pokok pinjaman pertahunnnya sebesar Rp. 10.000.000,- ditambah bunga yang dihitung

berdasarkan saldo pokok pinjaman.

33

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

Selama 30 tahun umur proyek, biaya yang dikeluarkan untuk budidaya tanaman kelapa

dalam baik biaya investasi maupun biaya operasional adalah Rp.360.865.700-, sedangkan

penerimaan dari hasil penjualan diperoleh sebesar Rp 1.088.988.000,-, sehingga diperoleh laba

usaha sebesar Rp 728.122.300,- Perincian biaya investasi untuk per ha tanaman kelapa dapat

dilihat pada Tabel 11.

Table 11. Biaya investasi untuk perkebunan kelapa dalam

Tahun investasi Investasi tanaman

Investasi non-tanaman

Total Investment

- 0 tahun (sebelum produksi tahun ke-0)

- Tahun pertama (sebelum produksi tahun ke-1)

- Tahun kedua (sebelum produksi tahun ke-2)

- Tahun ketiga (sebelum produksi tahun ke-3)

- Tahun keempat (sebelum produksi tahun ke-4)

4.390.525

2.113.700

2.239.875

1.879.450

1.879.450

120.040.000

0 0 0 0

124.430.525

2.113.700 2.239.875

1.879.450

1.879.450

Total 12.503.000 120.040.000 132.543.000

5.3. Kriteria Kelayakan Proyek

Analisis kelayakan proyek diukur

melalui kriteria investasi meliputi Benefit/Cost

(B/C) ratio, Break Even Point (BEP) baik harga

maupun produksi, Net present value (NPV),

Internal rate of return (IRR), dan payback

period.

5.3.1. B/C Ratio

Analisis B/C ratio adalah

perbandingan antara total cash inflow

terhadap total cash outflow. Gross B/C ratio

ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat

benefit (penerimaan) akan diperoleh dari cost (biaya) yang dikeluarkan sebelum dikalikan

dengan discount factor (DF). Hasil analisis menunjukkan nilai gross B/C ratio sebesar 1,17 Nilai ini

menunjukkan bahwa benefit yang yang diperoleh 1,17 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan.

Sedangkan Net B/C ratio ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh

dari biaya yang dikeluarkan setelah dikalikan dengan Discount Factor sebesar 14 %.

Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha, nilai Net B/C rasio adalah 1,94 yang artinya benefit

yang diperoleh adalah 1,94 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan.

Tabel 12. Hasil Analisis Finansial Proyek

Kriteria investasi Nilai

Gross B/C 1,17

Net B/C 1,94

BEP harga

Produksi

Rp688,07

3.233 kg

NPV Rp33.783.676,-

IRR 30,79 %

Payback period 9 tahun 1 bulan

34

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

5.3.2. Break Even Point (BEP)

BEP (titik impas) adalah kondisi pada saat suatu usaha tidak mengalami keuntungan

maupun kerugian. Nilai BEP dipakai untuk menentukan besarnya volume penjualan dimana

perusahaan tersebut sudah dapat menutupi semua biaya-biayanya tanpa mengalami kerugian

maupun keuntungan.

Nilai BEP volume produksi

kopra diperoleh pada tingkat produksi

sebesar 688,1 kg pertahun. Artinya,

dengan tingkat harga rata-rata

sebesar Rp.7.000 usaha berkebun

kelapa dalam untuk produksi kopra

tidak akan mengalami kerugian atau

mendapat keuntungan (impas) dengan

hanya memproduksi kopra sebanyak

688,1 kg pertahun atau ekuivalen

dengan produksi buah kelapa segar

3.233,6 butir pertahun.

5.3.3. Payback period

Payback period diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah

dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Hasil perhitungan analisis

kelayakan usaha diperoleh nilai payback period terjadi tahun ke- 9 lebih 1 bulan.

5.3.4. Net Present Value (NPV)

NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang dari selisih benefit dengan cost pada

discount factor (DF) tertentu. NPV menunjukkan kelebihan manfaat dibandingkan dengan biaya.

Apabila NPV lebih besar dari 0 berarti proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk

diusahakan. Berdasarkan hasil perhitungan NPV pada discount factor 14 % menunjukan nilai NPV

sebesar Rp33.783.676,- yang artinya nilai NPV > 1. Hal ini berarti proyek usaha budidaya

tanaman kelapa dalam layak untuk diusahakan.

5.3.5. 5.3.5. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengatakan persentase keuntungnan dari suatu

proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalammengembalikan

bunga pinjaman. IRR pada dasarnya menunjukkan Discount Factor (DF) dimana NPV = 0.

Berdasarkan hasil analisis perhitungan IRR diperoleh nilai 30,79%. Apabila diasumsikan bunga

bank yang berlaku adalah 14% maka proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk

diusahakan, karena nilai IRR jauh lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga pasar.

Break Even Point (BEP) dihtung berdasarkan;

Rata-rata total biaya pertahun

= ----------------------------

Harga rata-rata kopra per kg

Rp4.816.514

= ---------------------

Rp7.000

= 688,1 kg kopra pertahun

= 3.233,6 butir kelapa segar pertahun

35

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

5.4. Analisis Sensitivitas

Analisis ini digunakan untuk mengetahui sensitivitas usaha tanaman kelapa ketika ada

perubahan tertentu yang mempengaruhi usaha. Asumsi kondisi usaha diambil apabila usaha

budidaya kelapa dalam mengalami kenaikan biaya produksi sebesar 10% dan harga jual

turun10%. Selengkapnya disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Analisis sensitivitas dari kelayakan agribisnis kelapa dalam

Kriteria investasi Sensitivitas

Biaya produksi naik 10 % Harga jual turun 10 %

Gross B/C Ratio

Net B/C Ratio

Net Present Value (NPV) (Rp)

Internal Rate of Return (IRR)

1,16

1,90

32..977.337

30,41

1,10

1,54

20.618.706

27.76

Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan biaya produksi naik 10 % dan harga jual

kopra turun sebesar 10 %, usaha kelapa dalam masih menguntungkan dan tetap layak untuk

dilaksanakan. Hal ini tercermin dari nilai-nilai criteria investasi yang menunjukkan kelayakan

usaha ini. Hasil analisis sensitivitas sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 11, menunjukan bahwa

apabila terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 10% dan harga kopra turun 10 %, nilai Net

B/C ratio masing-masing 1,90 dan 1,50 lebih besar dari 1, berarti net benefit yang diperoleh

dari usaha budidaya tanaman kelapa adalah 1,17 dan 1,13 kali lipat dari biaya yang

dikeluarkan. Jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan melalui keuntungan yang

diperoleh dari suatu proyek juga tergolong tidak berubah jauh. Hal ini ditunjukkan oleh nilai

payback period terjadi tahun ke- 9 tahun 1 bulan jika biaya produksi mengalami kenaikan 10 %

dan 9 tahun 6 bulan apabila harga jual mengalami penurunan sebesar 10 %.

Hasil perhitungan NPV pada discount factor 14 % menunjukan nilai NPV masing-masing

sebesar Rp32.977.337,- dan Rp20.618.706,- yang artinya nilai NPV > 1. Hal ini berarti proyek

pengembangan kelapa dalam layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil analisis perhitungan IRR

juga diperoleh nilai 30,41 % dan 27,67 %. Apabila diasumsikan bunga bank yang berlaku

adalah 14 %, maka proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena nilai IRR

jauh lebih besar dibandingkan dengan suku bunga tersebut.

36

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

PENUTUP

Berdasarkan pemaparan mengenai peluang investasi budidaya kelapa dalam di

Kalimantan Timur, terlihat jelas bahwa wilayah Kalimantan Timur antara lain Paser, Penajam

Paser Utara, Berau, Kutai kertanegara, Kutai Timur, Kutai Barat, dan Nunukan memiliki potensi

yang sangat besar untuk dikembangkan.

Hasil penelitian menunjukkanbahwa investasi pada usaha budidaya kelapa dalam di

Provinsi Kalimantan Timur dinilai layak (feasible), menguntungkan dan layak untuk diusahakan.

Para investor tidak perlu ragu menanamkan modalnya untuk investasi di bidang ini. Ditinjau dari

aspek teknis maupun ekonomis serta dukungan pemerintah daerah setempat yang kuat akan

memudahkan bagi para investor melakukan investasi dibidang agribisnis perkebunan kelapa ini.

Jika para investor menginginkan informasi lebih lanjut tentang investasi budidaya kelapa

dapat melakukan kontak bisnis ke alamat yaitu:

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Jl. Gatot Subroto 44 Jakarta 12190-Indonesia PO Box 3186

Telp. +62-021-5252008, 5254981, Fax +62-0215227609, 5254945, 5253866

E-mail : sysadm@ bkpm.go.id

Website : http://www.bkpm.go.id

Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur

Jl Basuki Rahmat No 56 Samarinda Kalimantan Timur 75117 Telp. 62-0541-743235 – 743446

Fax : 0541-736446 E-mail : [email protected]

Website : http://www.bpid.kaltim.go.id

Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Provinsi Kalimantan Timur

Jl. Basuki Rahmat Samarinda Kalimantan Timur

Telp. 0541-741676

37

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

Barlina R (2007) Teknologi Pascapanen Kelapa Kopyor. Didalam: Novarianto H, Monograf

Kelapa Kopyor. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado.

BPS, 2008. Kaltim Dalam Angka 2008. Samarinda

Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2007. Statistik Perkebunan Kalimantan Timur 2007,

Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda .

Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2007. Laporan Tahunan Dinas Perkebunan

Kalimantan Timur 2007, Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda

Novarianto H (2005) Plasma Nutfah dan Pemuliaan Kelapa. Balai Penelitian Tanaman Kelapa

dan Palma Lain, Manado.

38

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

39

Prospek Menguntungkan: Investasi Budidaya Komoditi Kelapa

Lampiran 1. Diagram Alir Proses Perijinan

1.

P

E

R

M

O

H

O

N

A

N

Model 1 / PMDN

Kelengkapan

- Akte perusahaan atau KTP

bagi perorangan

- Copy NPWP

- Proses dan flowchart

- Uraian produksi / kegiatan

usaha

- Surat kuasa, apabila bukan

ditandatangani Direksi

Model 1 / Foreigen Capital

Investment (PMA)

Peserta Indonesia

-Akta perusahaan

-Copy KTP apabila perorangan

-Copy NPWP untuk PMA peserta

asing

-Akte perusahaan

-Copy paspor apabila perorangan

-Copy NPWP untuk PT PMA

-Proses dan flowchart

-Uraian produksi kegiatan

Surat Persetujuan

untuk PMDN

Surat Persetujuan untuk

PMA

2. PERSETUJUAN

PENANAMAN

RENCANA PERUBAHAN

- Perubahan bidang usaha atau produksi

- Perubahan investasi

- Perubahan/pertambahan TKA

- Perubahan kepemilikan saham

- Preusan PMA atau PMDN atau non PMA/PMDN

- Perpanjangan WPP

- Perubahan status

- Pembelian saham preusan PMDN dan non PMA/PMDN oleh asing

atau sebaliknya

-APIT, untukmengimpor barang modal dan bahan baku yang dibutuhkan

-RPTK untuk mendatangkan/ menggunakan TKA

-Rekomendasi TA.01 kepada Dirjen Imigrasi agar dapat diterbitkan VISA bagi TKA

-IKTA, untuk memperkerjakan TKA

-SP Pabean BB/P, pemberian fasilitas atas penginfor bahan baku/penolong

===========================================

Di Kabupaten/ Kota : Izin lokasi, IMB, Izin UUG/HO, Sertifikat Atas Tanah

3.

PERIZI-

NAN

PELAK-

SANAAN

4. REALI-

SASI IZIN

USAHA

Copy akta pendirian dan pengesahan

Kelengkapan

- Copy akte perusahaan

- Copy IMB

- Copy izin UUG/HO

- Copy sertifikat hak atas tanah

- LKPM

- RKL/RPL atau UKL/UPL atau SPPL BAP

- Copy SP PMDN atau SP PMA dan

perubahannya

Sebagai dasar untuk

-Melakukan produksi komersil

-Pengajuan rencana peluasan

investasi

-Pengajuan restrukturisasi

-Pengajuan atau tambahan

bahan baku /penolong