argentometri.docx

18
Titrasi pengendapan merupakn cara titrasi yang didasarkan terjadinya endapan selama proses titrasi, berdasarkan reaksi pengendapannya, titrasi pengendapan dibagi menjadi dua yaitu : 1). Argentometri, yaitu titrasi yang melibatkan larutan baku AgNO 3 2). Titrasi sulfat oleh larutan ion Ba 2+ , titrasi ini jarang digunakan karena banyak kendala. Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum yang berarti perak, jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar atau konsentrasi zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag + . Berdasarkan cara penentuan titik akhir titrasi, argentometri dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Cara Mohr, ialah pembentukan endapan berwarna 2. Cara Volhand, ialah pembentukan zat warna yang mudah larut 3. Cara Fayans, ialah pengendapan dengan indikator adsorbsi. Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Metode ini digunakan untu menetapkan kadar ion halogen dengan menggunakan pengendapan Ag + , yang reaksi umumnya dinyatakan sebagai berikut : Ag + + X - AgX (X - = Cl - , Br - , CNS - ) http://jawigo.blogspot.com/2009/12/standarisasi-larutan-agno3.html tgl 3 3 2014 Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasindenganbAgNO3hyaitu: 1.Indikator

Upload: mandrerezaapriansyah

Post on 17-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: argentometri.docx

Titrasi pengendapan merupakn cara titrasi yang didasarkan terjadinya endapan selama proses titrasi, berdasarkan reaksi pengendapannya, titrasi pengendapan dibagi menjadi dua yaitu :1). Argentometri, yaitu titrasi yang melibatkan larutan baku AgNO3 2). Titrasi sulfat oleh larutan ion Ba2+, titrasi ini jarang digunakan karena banyak kendala.

Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum yang berarti perak, jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar atau konsentrasi zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+.

Berdasarkan cara penentuan titik akhir titrasi, argentometri dibagi menjadi tiga yaitu :1. Cara Mohr, ialah pembentukan endapan berwarna2. Cara Volhand, ialah pembentukan zat warna yang mudah larut3. Cara Fayans, ialah pengendapan dengan indikator adsorbsi.

Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Metode ini digunakan untu menetapkan kadar ion halogen dengan menggunakan pengendapan Ag +, yang reaksi umumnya dinyatakan sebagai berikut :

Ag+ + X- AgX (X- = Cl-, Br-, CNS-)http://jawigo.blogspot.com/2009/12/standarisasi-larutan-agno3.html tgl 3 3 2014

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalamlarutan pemeriksaan dapat ditentukan.Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasindenganbAgNO3hyaitu:1.Indikator2.Amperometri3.Indikatorbkimia

http://tadriskimia.blogspot.com/2009/12/standarisasi-agno3.html(anonim)tgl 3 3 2014

Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai

titran di mana akan terbentuk garam perak yang sukar larut.

Metode argentometri disebut juga sebagai metode pengendapan karena

pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau

endapan. Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar

Page 2: argentometri.docx

halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak

nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.

Metode argentometri yang  lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi

kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan ke sampel yang mengandung

ion klorida atau bromida. Sisa AgNO3 selanjutnya ditirasi kembali dengan

menggunakan ammonium tiosianat menggunakan indikator besi(III) ammonium

sulfat. Reaksi yang terjadi pada penentuan ion klorida dengan cara titrasi kembali

adalah sebagai berikut :(2:147)

AgNO3 berlebih  +  Cl-  ---------->      gCl(s)  +  NO3-

Sisa AgNO3  + NH4SCN  ---------->     AgSCN(s)   +   NH4NO3

3NH4SCN  +  FeNH4(SO4)2   ---------->      Fe(SCN)3 merah  + 2(NH4)2SO4

 Sebelum dilakukan titrasi kembali, endapan AgCl harus disaring terlebih

dahulu atau dilapisi dengan penambahan dietiftalat untuk mencegah disosiasi AgCl

oleh ion tiosianat. Halogen yang terikat dengan cincin aomatis tidak dapat

dibebaskan dengan hidrolisis sehingga harus dibakar dengan labu oksigen untuk

melepaskan halogen sebelum titrasi.

beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode

Volhard, metode K.Fajans, dan metode Leibig.

1.    Metode Mohr

Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida

dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan

Page 3: argentometri.docx

kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak

klorida dan setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat

akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang

berwarna merah.

Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang asam

adalah dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara berlebihan. Untuk

larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat kemudian ditambah sedikit

berlebihan CaCO3. Kerugian metode Mohr adalah :

a.     Bromida dan KLorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metoda Mohr akan tetapi

untuk iodida dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena

endapan perak iodida atau perak tiosianat akan mengadsorbsi ion kromat, sehingga

memberikan titik akhir yang kacau.

b.     Adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat, dan arsenat juga akan mengendap.

c.      Titk akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer.

d.     Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil yang

rendah sehingga penggonjongan yang kuat mendekati titik akhir titrasi diperlukan

untuk membebaskan ion yang terjebak tadi.

Titrasi langsung iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan

penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru akan

hilang pada saat titk akhir dan warna putih-kuning dari endapan perak iodida (AgI)

akan muncul.

2.    Metode Volhard

Pada prinsipnya, penentuan titik akhir ditandai dengan pembentukan senyawa

berwarna yang larut.

Page 4: argentometri.docx

Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan larutan baku

kalium atau ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan 7,1 x 10 -13.

Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau

besi(III) amonium sulfat sebagai indikator yang akan membentuk warna merah dari

kompleks besi(III)-tiosianat dalam lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N. Titrasi ini

harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi(III) akan diendapkan menjadi

Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhir tidak dapat ditunjukkan.  pH

larutan harus di bawah 3. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna 0,7-1% sebelum

titik ekuivalen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan dicapai titik

akhir, titrasi digojog kuat-kuat supaya ion perak yang diadsorbsi oleh endapan perak

tiosianat dapat bereaksi dengan tiosianat. 

Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida, dan

iodida dalam suasana asam. Caranya dengan menambahkan larutan baku perak

nitrat berlebihan, kemudian kelebihan larutan baku perak nitrat dititrasi kembali

dengan larutan baku tiosianat.

3.    Metode K. Fajans

Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi, senyawa yang biasa digunakan

adalah fluoresein dan eosin.

Pada titik ekivalen, indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak

memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini, endapan harus dijaga

sedapat mungkin dalam bentuk koloid. Garam netral dalam jumlah besar dan ion

bervalensi banyak harus dihindarkan karena mempunyai daya mengkoagulasi.

Larutan tidak boleh terlalu encer karena endapan yang terbentuk sedikit sekali

sehingga mengakibatkan perubahan warna indikator tidak jelas. Ion indikator harus

Page 5: argentometri.docx

bermuatan berlawanan dengan ion pengendap. Ion indikator harus tidak teradsorbsi

sebelum tercapai titik ekuivalen tetapi harus segera teradsorbsi kuat setelah tercapai

titik ekuivalen. Ion indikator tidak boleh teradsorbsi sangat kuat, seperti misalnya

pada titrasi klorida dengan indikator eosin, yang mana indikator teradsobsi lebih dulu

sebelum titik ekuivalen tercapai.

4.    Metode Leibig

Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator  akan

tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat

ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi

pada penggojoan akan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil

dan larut.

Cara Leibig hanya menghasilkan titik ahir yang memuaskan apabila

pemberian pereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan perlahan-lahan. Cara

Leibig ini tidak dapat dilakukan pada larutan amoni-akalis karena ion perak akan

membentuk kompleks Ag(NH3)2+ yang larut. Hal ini dapat diatasi dengan

menambahkan sedikit larutan kalium iodida.

http://www.syindjia.com/2013/11/metode-dalam-titrasi-argentometri.html(zalika syindjiya) tgl 3 3 2014

stilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak.

Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam

suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan

ion Ag+. Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan

adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan

kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya.

Page 6: argentometri.docx

Macam macam cara pengendapan pada titrasi argentometri ada 3 cara yang

dikenal yaitu metode Mohr, metode Volhard, dan metode Vajans.

Pada percobaan ini, dilakukan titrasi argentometri dengan menggunakan

metode Mohr. Metode Mohr digunakan karena pada percobaan ini empat sampel

yang akan ditentukan kadarnya merupakan ion halogen klorida yaitu efedrin-HCl,

magnesium klorida, kalium klorida dan natrium klorida yang akan ditentukan

kadarnya dengan larutan baku AgNO3 dengan menggunakan indikator K2CrO4 yang

akan menjadi penanda titik akhir titrasi dengan terbentuknya endapan kemerahan.

Argentometri merupakan titrasi pengendapan sample yang dianalisis dengan

menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah

ion halida (Cl-, Br-, I-) (Khopkar,1990).

Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung suatu larutan jenuh dari garam

yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan. Misalnya suatu garam yang

sukar larut AmBn dalam larutan akan terdisosiasi menjadi m kation dan n anion

(Khopkar,1990).

AmBn → Ma++ Nb-

Hasil kali kelarutan = (CA+)M × (CB-)N titrasi argentometri adalah titrasi

dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam

perak yang sukar larut. Jika larutan perak nitrat ditambahkan pada larutan kalium

sianida maka mula-mula akan terbentuk endapan putih yang pada pengadukan akan

larut membentuk larutan kompleks yang stabil (Harrizul.1995).

Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang permanent.

salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak pada fakta dimana

perak sianida yang diendapkan oleh adanya kelebihan ion perak yang agak lebih

Page 7: argentometri.docx

awal dari titik ekuivalen, sangat lambat larut kembali dan titrasi ini makan waktu yang

lama (Underwood.1992).

Larutan jenuh dapat dicapai dengan penambahan zat ke dalam pelarut

secara terus menerus hingga zat tidak melarut lagi dengan cara menaikkan lagi

konsentrasi ion-ion tertentu hingga terbentuk endapan (Khopkar.1990).

Faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, sifat pelarut, ion sejenis,

aktivitas ion, pH, hidrolisis, hidroksida logam, dan pembentukan senyawa kompleks

(Skogg.1965).

Pada kebanyakan garam anorganik, kelarutan meningkat jika suhu naik.

Sebaiknya proses pengendapan, penyaringan dan pencucian endapan dilakukan

dalam keadaan larutan panas kecuali untuk endapan yang dalam larutan panas

memiliki kelarutan kecil cukup disaring setelah terlebih dahulu didinginkan di lemari

es. Kebanyakan garam anorganik larut dalam air dan tidak arut dalam pelarut

organik. Air memiliki momen dipol yang besar dan tertarik oleh kation dan anion

membentuk ion hidrat (Underwood.1995).

Teknik penambahan ion sejenis dilakukan oleh analis untuk tujuan

(Harizul.1995) :

1)  Menyempurnakan pengendapan

2) Pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis dengan

endapan

Untuk larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCI maka mula-

mula terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi (membeku). Laju terjadinya

koagulasi menyatakan mendekamya titik ekivalen. Penambahan NaCI ditersukan

sampai titik akhir tercapai. Perubahan ini dilihat dengan tidak terbentuknya

endapan AgCI pada cairan supernatan. Akan tetapi sedikit NaCI harus

Page 8: argentometri.docx

ditambahkan untuk menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag sebagai AgCI

dapat dilakukan dengan pengukuran turbidimetri yaitu dengan pembauran sinar

(Underwood,1986).

Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCI yang mengandung zat berpendar fluor,

titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga.

Jika didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna

disebabkan adanya adsorpsi indikator pada endapan AgCI. Warna zat yang

terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada penukaan (Khopkar, 1990).

Semua indikator adsorpsi bersifat ionik. Selain indikator adsorpsi tersebut

terdapat pula indikator-indikator adsorpsi yang digunakan dalam titrasi

pengendapan, yaitu turunan krisodin. Indikator tersebut merupakan indikator asam

basa dan indikator reduksi oksidasi dan memberikan perubahan warna yang

reversibel dengan brom. Indikator ini berwarna merah pada suasana asam clan

kuning pada suasana basa. Indikator ini juga digunakan untuk titrasi ion I" dengan ion

Ag+. Kongo merah adalah indikator asam basa lainnya (Khopkar, 1990).

Selain kelemahan, indikator adsorpsi mempunyai beberapa keunggulan.

Indikator ini memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi.

Perubahan warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi

pada permukaan berjalan baik jika endapan mempunyai luas permukaan yang

besar. Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi. Kita tidak

dapat menggunakan indikator tersebut karena koagulasi. Koloid pelindung dapat

mengurangi masalah tersebut. Indikator-indikator tersebut bekerja pada batasan

daerah-daerah pH tertentu juga pada konsentrasi tertentu saja, yaitu pada

keadaan yang sesuai dengan peristiwa adsorpsi dan desorpsi saja (Svehla,1985).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan (Svehla,1985) :

Page 9: argentometri.docx

a.    Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala endapan yang baik

terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan terhadap

larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh faktor temperatur. Garam-

garam anorganik lebih larut dalam air. Berkurangnya kelarutan di dalam pelarut

organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat. Kelarutan endapan

dalam air berkurang jika lanitan tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun

endapan, sebab pembatasan Ks.p (konstanta hasil kali kelarutan). Baik kation atau

anion yang ditambahkan, mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan

sehingga endapan garam bertambah. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis ini

digunakan untuk mencuci larutan selama penyaringan.

b.    Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan terdapat garam-

garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek garam netral

atau efek aktivitas. Semakin kecil koefesien aktivitas dari dua buah ion, semakin

besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan. Kelarutan garam dari

asam lemah tergantung pada pH larutan. Jika garam dari asam lemah dilarutkan

dalam air, akan menghasilkan perubahan (H). Kation dari spesies garam

mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya

c.    Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang

membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Beberapa endapan

membentuk kompleks yang larut dengan ion pengendap itu sendiri. Mula-mula

kelarutan berkurang (disebabkan ion sejenis) sampai melalui minuman. Kemudian

bertambah akibat adanya reaksi kompleksasi

Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan

berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain

(Harizul,1995) :

Page 10: argentometri.docx

a.    Metode Mohr

Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl,

dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai

dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat.

Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat hampir mencapai

titik ekivalen, semua ion Cl- hamper berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang

digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.

Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran,

sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik

akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+ .

b.    Metode Volhard

Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan

larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi

antara titrant dan Ag, membentuk endapan putih.

Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang,

karena titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua

reaksi itu saling mempengaruhi.

Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak

langsung ion-ion halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya

ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali

dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi

Volhard merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion

halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab

garamnya larut dalam keadaan asam.

Page 11: argentometri.docx

c.    Metode Fajans

Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat

yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan

timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara

lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.

Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam

lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.

Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan,

fluoresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).

HFl(aq) ↔ H+(aq) +Fl-(aq)

Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan

berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi ini

diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan warna

yang tampak sejelas mungkin, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan

terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan lain

setelah sedikit kelebihan titrant (ion Ag+).

Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak

diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya

(fotosensifitasi) dan menyebabkan endapan terurai.

Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan

terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan

berbentuk koloid yang juga harus dengan cepat.

http://argentometri.blogspot.com/(Afrizal Pancoker ) tgl 3 3 2014