argentometri.docx
TRANSCRIPT
Titrasi pengendapan merupakn cara titrasi yang didasarkan terjadinya endapan selama proses titrasi, berdasarkan reaksi pengendapannya, titrasi pengendapan dibagi menjadi dua yaitu :1). Argentometri, yaitu titrasi yang melibatkan larutan baku AgNO3 2). Titrasi sulfat oleh larutan ion Ba2+, titrasi ini jarang digunakan karena banyak kendala.
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum yang berarti perak, jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar atau konsentrasi zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+.
Berdasarkan cara penentuan titik akhir titrasi, argentometri dibagi menjadi tiga yaitu :1. Cara Mohr, ialah pembentukan endapan berwarna2. Cara Volhand, ialah pembentukan zat warna yang mudah larut3. Cara Fayans, ialah pengendapan dengan indikator adsorbsi.
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Metode ini digunakan untu menetapkan kadar ion halogen dengan menggunakan pengendapan Ag +, yang reaksi umumnya dinyatakan sebagai berikut :
Ag+ + X- AgX (X- = Cl-, Br-, CNS-)http://jawigo.blogspot.com/2009/12/standarisasi-larutan-agno3.html tgl 3 3 2014
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalamlarutan pemeriksaan dapat ditentukan.Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasindenganbAgNO3hyaitu:1.Indikator2.Amperometri3.Indikatorbkimia
http://tadriskimia.blogspot.com/2009/12/standarisasi-agno3.html(anonim)tgl 3 3 2014
Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai
titran di mana akan terbentuk garam perak yang sukar larut.
Metode argentometri disebut juga sebagai metode pengendapan karena
pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau
endapan. Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak
nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.
Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi
kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan ke sampel yang mengandung
ion klorida atau bromida. Sisa AgNO3 selanjutnya ditirasi kembali dengan
menggunakan ammonium tiosianat menggunakan indikator besi(III) ammonium
sulfat. Reaksi yang terjadi pada penentuan ion klorida dengan cara titrasi kembali
adalah sebagai berikut :(2:147)
AgNO3 berlebih + Cl- ----------> gCl(s) + NO3-
Sisa AgNO3 + NH4SCN ----------> AgSCN(s) + NH4NO3
3NH4SCN + FeNH4(SO4)2 ----------> Fe(SCN)3 merah + 2(NH4)2SO4
Sebelum dilakukan titrasi kembali, endapan AgCl harus disaring terlebih
dahulu atau dilapisi dengan penambahan dietiftalat untuk mencegah disosiasi AgCl
oleh ion tiosianat. Halogen yang terikat dengan cincin aomatis tidak dapat
dibebaskan dengan hidrolisis sehingga harus dibakar dengan labu oksigen untuk
melepaskan halogen sebelum titrasi.
beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode
Volhard, metode K.Fajans, dan metode Leibig.
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan
kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak
klorida dan setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat
akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang
berwarna merah.
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang asam
adalah dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara berlebihan. Untuk
larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat kemudian ditambah sedikit
berlebihan CaCO3. Kerugian metode Mohr adalah :
a. Bromida dan KLorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metoda Mohr akan tetapi
untuk iodida dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena
endapan perak iodida atau perak tiosianat akan mengadsorbsi ion kromat, sehingga
memberikan titik akhir yang kacau.
b. Adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat, dan arsenat juga akan mengendap.
c. Titk akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer.
d. Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil yang
rendah sehingga penggonjongan yang kuat mendekati titik akhir titrasi diperlukan
untuk membebaskan ion yang terjebak tadi.
Titrasi langsung iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan
penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru akan
hilang pada saat titk akhir dan warna putih-kuning dari endapan perak iodida (AgI)
akan muncul.
2. Metode Volhard
Pada prinsipnya, penentuan titik akhir ditandai dengan pembentukan senyawa
berwarna yang larut.
Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan larutan baku
kalium atau ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan 7,1 x 10 -13.
Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau
besi(III) amonium sulfat sebagai indikator yang akan membentuk warna merah dari
kompleks besi(III)-tiosianat dalam lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N. Titrasi ini
harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi(III) akan diendapkan menjadi
Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhir tidak dapat ditunjukkan. pH
larutan harus di bawah 3. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna 0,7-1% sebelum
titik ekuivalen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan dicapai titik
akhir, titrasi digojog kuat-kuat supaya ion perak yang diadsorbsi oleh endapan perak
tiosianat dapat bereaksi dengan tiosianat.
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida, dan
iodida dalam suasana asam. Caranya dengan menambahkan larutan baku perak
nitrat berlebihan, kemudian kelebihan larutan baku perak nitrat dititrasi kembali
dengan larutan baku tiosianat.
3. Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi, senyawa yang biasa digunakan
adalah fluoresein dan eosin.
Pada titik ekivalen, indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak
memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini, endapan harus dijaga
sedapat mungkin dalam bentuk koloid. Garam netral dalam jumlah besar dan ion
bervalensi banyak harus dihindarkan karena mempunyai daya mengkoagulasi.
Larutan tidak boleh terlalu encer karena endapan yang terbentuk sedikit sekali
sehingga mengakibatkan perubahan warna indikator tidak jelas. Ion indikator harus
bermuatan berlawanan dengan ion pengendap. Ion indikator harus tidak teradsorbsi
sebelum tercapai titik ekuivalen tetapi harus segera teradsorbsi kuat setelah tercapai
titik ekuivalen. Ion indikator tidak boleh teradsorbsi sangat kuat, seperti misalnya
pada titrasi klorida dengan indikator eosin, yang mana indikator teradsobsi lebih dulu
sebelum titik ekuivalen tercapai.
4. Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator akan
tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat
ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi
pada penggojoan akan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil
dan larut.
Cara Leibig hanya menghasilkan titik ahir yang memuaskan apabila
pemberian pereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan perlahan-lahan. Cara
Leibig ini tidak dapat dilakukan pada larutan amoni-akalis karena ion perak akan
membentuk kompleks Ag(NH3)2+ yang larut. Hal ini dapat diatasi dengan
menambahkan sedikit larutan kalium iodida.
http://www.syindjia.com/2013/11/metode-dalam-titrasi-argentometri.html(zalika syindjiya) tgl 3 3 2014
stilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak.
Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam
suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan
ion Ag+. Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan
adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan
kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya.
Macam macam cara pengendapan pada titrasi argentometri ada 3 cara yang
dikenal yaitu metode Mohr, metode Volhard, dan metode Vajans.
Pada percobaan ini, dilakukan titrasi argentometri dengan menggunakan
metode Mohr. Metode Mohr digunakan karena pada percobaan ini empat sampel
yang akan ditentukan kadarnya merupakan ion halogen klorida yaitu efedrin-HCl,
magnesium klorida, kalium klorida dan natrium klorida yang akan ditentukan
kadarnya dengan larutan baku AgNO3 dengan menggunakan indikator K2CrO4 yang
akan menjadi penanda titik akhir titrasi dengan terbentuknya endapan kemerahan.
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sample yang dianalisis dengan
menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah
ion halida (Cl-, Br-, I-) (Khopkar,1990).
Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung suatu larutan jenuh dari garam
yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan. Misalnya suatu garam yang
sukar larut AmBn dalam larutan akan terdisosiasi menjadi m kation dan n anion
(Khopkar,1990).
AmBn → Ma++ Nb-
Hasil kali kelarutan = (CA+)M × (CB-)N titrasi argentometri adalah titrasi
dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam
perak yang sukar larut. Jika larutan perak nitrat ditambahkan pada larutan kalium
sianida maka mula-mula akan terbentuk endapan putih yang pada pengadukan akan
larut membentuk larutan kompleks yang stabil (Harrizul.1995).
Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang permanent.
salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak pada fakta dimana
perak sianida yang diendapkan oleh adanya kelebihan ion perak yang agak lebih
awal dari titik ekuivalen, sangat lambat larut kembali dan titrasi ini makan waktu yang
lama (Underwood.1992).
Larutan jenuh dapat dicapai dengan penambahan zat ke dalam pelarut
secara terus menerus hingga zat tidak melarut lagi dengan cara menaikkan lagi
konsentrasi ion-ion tertentu hingga terbentuk endapan (Khopkar.1990).
Faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, sifat pelarut, ion sejenis,
aktivitas ion, pH, hidrolisis, hidroksida logam, dan pembentukan senyawa kompleks
(Skogg.1965).
Pada kebanyakan garam anorganik, kelarutan meningkat jika suhu naik.
Sebaiknya proses pengendapan, penyaringan dan pencucian endapan dilakukan
dalam keadaan larutan panas kecuali untuk endapan yang dalam larutan panas
memiliki kelarutan kecil cukup disaring setelah terlebih dahulu didinginkan di lemari
es. Kebanyakan garam anorganik larut dalam air dan tidak arut dalam pelarut
organik. Air memiliki momen dipol yang besar dan tertarik oleh kation dan anion
membentuk ion hidrat (Underwood.1995).
Teknik penambahan ion sejenis dilakukan oleh analis untuk tujuan
(Harizul.1995) :
1) Menyempurnakan pengendapan
2) Pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis dengan
endapan
Untuk larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCI maka mula-
mula terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi (membeku). Laju terjadinya
koagulasi menyatakan mendekamya titik ekivalen. Penambahan NaCI ditersukan
sampai titik akhir tercapai. Perubahan ini dilihat dengan tidak terbentuknya
endapan AgCI pada cairan supernatan. Akan tetapi sedikit NaCI harus
ditambahkan untuk menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag sebagai AgCI
dapat dilakukan dengan pengukuran turbidimetri yaitu dengan pembauran sinar
(Underwood,1986).
Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCI yang mengandung zat berpendar fluor,
titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga.
Jika didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna
disebabkan adanya adsorpsi indikator pada endapan AgCI. Warna zat yang
terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada penukaan (Khopkar, 1990).
Semua indikator adsorpsi bersifat ionik. Selain indikator adsorpsi tersebut
terdapat pula indikator-indikator adsorpsi yang digunakan dalam titrasi
pengendapan, yaitu turunan krisodin. Indikator tersebut merupakan indikator asam
basa dan indikator reduksi oksidasi dan memberikan perubahan warna yang
reversibel dengan brom. Indikator ini berwarna merah pada suasana asam clan
kuning pada suasana basa. Indikator ini juga digunakan untuk titrasi ion I" dengan ion
Ag+. Kongo merah adalah indikator asam basa lainnya (Khopkar, 1990).
Selain kelemahan, indikator adsorpsi mempunyai beberapa keunggulan.
Indikator ini memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi.
Perubahan warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi
pada permukaan berjalan baik jika endapan mempunyai luas permukaan yang
besar. Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi. Kita tidak
dapat menggunakan indikator tersebut karena koagulasi. Koloid pelindung dapat
mengurangi masalah tersebut. Indikator-indikator tersebut bekerja pada batasan
daerah-daerah pH tertentu juga pada konsentrasi tertentu saja, yaitu pada
keadaan yang sesuai dengan peristiwa adsorpsi dan desorpsi saja (Svehla,1985).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan (Svehla,1985) :
a. Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala endapan yang baik
terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan terhadap
larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh faktor temperatur. Garam-
garam anorganik lebih larut dalam air. Berkurangnya kelarutan di dalam pelarut
organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat. Kelarutan endapan
dalam air berkurang jika lanitan tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun
endapan, sebab pembatasan Ks.p (konstanta hasil kali kelarutan). Baik kation atau
anion yang ditambahkan, mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan
sehingga endapan garam bertambah. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis ini
digunakan untuk mencuci larutan selama penyaringan.
b. Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan terdapat garam-
garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek garam netral
atau efek aktivitas. Semakin kecil koefesien aktivitas dari dua buah ion, semakin
besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan. Kelarutan garam dari
asam lemah tergantung pada pH larutan. Jika garam dari asam lemah dilarutkan
dalam air, akan menghasilkan perubahan (H). Kation dari spesies garam
mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya
c. Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang
membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Beberapa endapan
membentuk kompleks yang larut dengan ion pengendap itu sendiri. Mula-mula
kelarutan berkurang (disebabkan ion sejenis) sampai melalui minuman. Kemudian
bertambah akibat adanya reaksi kompleksasi
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan
berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain
(Harizul,1995) :
a. Metode Mohr
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl,
dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai
dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat.
Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat hampir mencapai
titik ekivalen, semua ion Cl- hamper berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang
digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran,
sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik
akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+ .
b. Metode Volhard
Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan
larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi
antara titrant dan Ag, membentuk endapan putih.
Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang,
karena titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua
reaksi itu saling mempengaruhi.
Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak
langsung ion-ion halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya
ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali
dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi
Volhard merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion
halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab
garamnya larut dalam keadaan asam.
c. Metode Fajans
Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat
yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan
timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara
lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam
lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.
Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan,
fluoresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).
HFl(aq) ↔ H+(aq) +Fl-(aq)
Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi ini
diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan warna
yang tampak sejelas mungkin, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan
terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan lain
setelah sedikit kelebihan titrant (ion Ag+).
Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak
diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya
(fotosensifitasi) dan menyebabkan endapan terurai.
Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan
terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan
berbentuk koloid yang juga harus dengan cepat.
http://argentometri.blogspot.com/(Afrizal Pancoker ) tgl 3 3 2014