app pdf

13
7 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki- laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki- laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Arif Mansjoer dkk, 2001). Appendiktomi adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memotong jaringan appendiks yang mengalami peradangan. Appendiktomi (pembedahan untuk mengangkat appendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Appendektomi dapat dilakukan dibawah anstesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. (Smeltzer, Suzanne C, 2001). Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira- kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektis, dan lummennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (appendicitis). (Smeltzer, Suzanne C, 2001).

Upload: atmihadji

Post on 23-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Pengertian

    Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan

    penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai

    semua umur baik laki- laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang

    laki- laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Arif Mansjoer dkk, 2001).

    Appendiktomi adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memotong

    jaringan appendiks yang mengalami peradangan. Appendiktomi (pembedahan

    untuk mengangkat appendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk

    menurunkan risiko perforasi. Appendektomi dapat dilakukan dibawah anstesi

    umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi,

    yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. (Smeltzer, Suzanne C,

    2001).

    Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira- kira 10 cm (4

    inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Appendiks berisi

    makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena

    pengosongannya tidak efektis, dan lummennya kecil, appendiks cenderung

    menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (appendicitis).

    (Smeltzer, Suzanne C, 2001).

  • 8Appendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang dikenal

    dimasyarakat awam kurang tepat usus yang buntu adalah sekum. Organ yang

    tidak diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah kesehatan.

    Peradangan akut appendiks memerlukan tindak bedah segera untuk mencegah

    komplikasi yang umumnya berbahaya (Sjamsuhidajat R, 2004).

    Menurut penulis appendisitis adalah peradangan pada appendiks yang

    disebabkan oleh adanya benda asing yang masuk kedalam appendiks sehingga

    terjadi pembengkakan pada appendiks. Sedangkan appendiktomi adalah

    pembedahan pada appendiks yang mengalami peradangan.

    B. Etiologi

    Penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga

    abdomen, adalah penyebab palin umum untuk bedah abdomen darurat. Kira-

    kira 7% dari populasi akan mengalami appendicitis pada waktu yang

    bersamaan dalam hidup mereka; pria lebih sering dipengaruhi dari pada

    wanita, dan remaja lebih sering pada orang dewasa. Meskipun ini dapat terjadi

    pada usia berapa pun, appendicitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 30

    tahun.

    Appendiks akut merupakan infeksi bacteria. Berbagai hal berperan sebagai

    factor pencetusnya. Sumbatan lumen appendiks merupakan factor yang

    diajukan sebagai factor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor

    appendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab

  • 9lain yang diduga dapat menimbulkan appendicitis ialah erosi mukosa

    appendiks karena parasite seperti E. histolytica. (Sjamsuhidajat R, dan Jong

    Win de, 2004).

    Penelitian epidemologi menunjukan peran kebiasaan makan makanan rendah

    serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendicitis. Kontipasi

    akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan

    fungsional appendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon

    biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya appendicitis akut.

    (Sjamsuhidajat R, dan Jong Win de, 2004).

    C. Patofisiologi

    1. Proses penyakit

    Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau

    tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau

    benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal,

    menimbulkan nyeri abdomen atau menyebar hebat secara progresif, dalam

    beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen.

    Akhirnya, appendiks yang terinflamasi berisi pus. (Corwin, Elizabeth J,

    2000).

    Appendisitis dapat mulai dimukosa dan kemudian melibatkan seluruh

    lapisan dinding appendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Usaha dengan

    menutup appendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga

  • 10

    terbentuk massa periappendikuler, yang secara salah dikenal dengan

    istilah infiltrate appendiks. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan

    berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidk terbentuk abses,

    appendicitis akan sembuh dan masa periapendikuler akan menjadi tenang

    untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

    Appendiks yang pernah meradang tidka akan sembuh sempurna, tetapi

    akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan

    jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan

    berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat

    meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai eksaserbasi akut.

    2. Manifestasi Klinik

    Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan,

    mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Keluhan apendiks biasanya

    bermula dari nyeri didaerah umbilicus atau periumbilikus yang

    berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke

    kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan

    atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang

    tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-

    kadang terjadi diare,mual dan muntah. (Sjamsuhidajat R, dan Jong Win

    de, 2004).

    Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang

    menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan

  • 11

    semakin progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat

    ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada

    kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri

    lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda Rovsing, psoas, dan

    obturator positif, akan semakin meyakinkan diagnosis klinis apendisitis.

    Appendiks yang terletak dirongga pelvis, bila meradang dapat

    menimbulkan gejala dan tanda rangsangan peristaltic pada rectum atau

    sigmoid meningkat. Pengosongan rectum akan menjadi lebih cepat dan

    berulang- ulang. Jika appendiks tadi menempel ke kandung kemih maka

    terjadi peningkatan frekuensi kencing, karena rangsangan dindingnya.

    Pada beberapa keadaan appendicitis agak sulit di diagnosis sehingga tidak

    ditangani pada waktunya dan terjadi komplikasi. Misalnya, pada orang

    berusia lanjut yang gejalanya sering samr- samar saja sehingga lebih dari

    separuh penderita baru didiagnosis setelah perforasi.

    3. Komplikasi

    Komplikasi utama appendicitis adalah perforasi appendiks, yang dapat

    berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10 %

    sampai 32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi

    secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup

    demam dengan suhu 37,7C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyei

    atau nyeri tekan abdomen yang kontinue. Sedangkan komplikasi pasca

  • 12

    operasi appendiktomi adalah infeksi, perdarahan, perlengketan.

    (Sjamsuhidajat R, dan Jong Win de, 2004).

    D. Penatalaksanaan Medis

    Pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendisitis telah ditegakkan.

    Antibiotik cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgetik

    dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.

    Appendiktomi (pembedahan untuk mengangkat appendiks) dilakukan

    sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Appendektomi dapat

    dilakukan dibawah anstesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah

    atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.

    Appendiktomi direncanakan pada infiltrate periappendikuler tanpa pus yang

    telah ditenangkan. Sebelumnya pasien diberi antibiotic kombinasi yang aktif

    terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar

    6-8 minggu kemudian, dilakukan appendiktomi. Pada anak kecil, wanita

    hamil, dan lansia jika secara konservatif tidak membaik atau berkembang

    menjadi abses, dianjurkan operasi secepatnya.

    Kalau sudah terjadi abses, dianjurkan drainase saja dan apendiktomi

    dikerjakan setelah 6-8 minggu kemudian. Jika ternyata tidak ada keluhan dan

    atau gejala apapun, dan pemeriksaan jasmani dan laboratorium tidak

  • 13

    menunjukkan tanda radang atau abses, dapat dipertimbangkan membatalkan

    tindakan bedah.

    E. Pengkajian Keperawatan

    Menurut Carpenito-Moyet dan Lynda Juall, 2006 pengkajian keperawatan

    adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi aspek bio, psiko,

    sosial, dan spiritual serta komprehensif. Maksud dari pengkajian adalah untuk

    mendapatkan informasi atau data tentang pasien. Data tersebut berasal dari

    pasien (data primer), dari keluarga (data sekunder), data dari catatan yang ada

    (data tersier), pengumpulan melalui wawancara, observasi langsung dan

    mellihat secara medis, adapun data yang diperlukan pasien pada klien dengan

    masalah appendisitis adalah sebagai berikut :

    1. Data Dasar

    a. Identitas klien, digunakan untuk memudahkan mengenal dan

    membandingkan antara klien yang satu dengan klien yang lain.

    Identitas klien meliiputi umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,

    pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

    b. Riwayat penyakit sekarang meliputi pekerjaan penyakitnya, awal

    gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul nyeri, secara bertahap

    atau mendadak dibagian perut kanan bawah.

    c. Riwayat enyakit terdahulu meliputi penyakit yang berhubungan

    dengan penyakit sekarang, riwayat kecelakaan, riwayat dirawat

    dirumah sakit dan riwayat pemakaian obat.

  • 14

    d. Riwayat kesehatan keluarga meliputi anggota keluarga yang

    mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti diabetes melitus,

    asma, jantung, ginjal.

    e. Riwayat kesehatan keluarga meliputi, mekanismu koping yang

    digunakan klien untung mengatasi masalah dan bagaimana besarnya

    motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.

    f. Kebiasaan sehari- hari meliputi pola nutrisi, eliminasi, personal

    hygiene, istirahat tidur, aktivitas dan latihan serta kebiasaan yang

    mempengaruhi kesehatan.

    2. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik secara umum dilakukan mulai dari ujung rambut sampai

    dengan ujung kaki menggunakan empat tehnik, yaitu palpasi, inspeksi,

    auskultasi, dan perkusi namun untuk pemeriksaan fisik abdomen pada

    klien appendiks memerlukan tehnik khusus antara lain :

    a. Inspeksi, kesadaran composmentis, keadaan umum: lemah, pucat,

    keringat, kesakitan, bentuk tubuh bungkuk, pernafasan cepat.

    b. Auskultasi, peristaltik usus dan suara tambah keras.

    c. Palpasi, adanya nyeri tekan, nyeri lepas, terasa adanya benjolan

    dikuadran kanan bawah abdomen, nadi cepat, suhu tubuh

    meningkat (38-39C).

    d. Perkusi, mengetuk jari diatas perut.

  • 15

    Pemeriksaan diagnosis yang dilakukan setelah adanya tindakan

    Appendiktomi adalah dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium, dan

    hasil USG.

    F. Diagnosa Keperawatan

    Menurut Marilyn E. Doengoes, 2000 diagnosa keperawatan pada klien dengan

    post operasi appendiks adalah :

    1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan adanya luka

    operasi.

    2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi obat.

    3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

    4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tempat masuknya

    organisme sekunder akibat pembedahan.

    5. Kurangnya pengetahuan mengenai perawatan luka dirumah

    berhubungan dengan kurangnya informasi yang didapat.

    G. Perencanaan Keperawatan

    Perencanaan adalah proses penusunan strategi keperawatan atau intervensi

    yang dibuutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-

    masalah klien yang teridentifikasi sebagai hasil analisa atau sintesa, adapun

    perencanaan untuk ketujuh diagnosa keperawatan diatas adalah sebaga

    berikut:

  • 16

    Gangguan rasa nyaman : Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya luka

    operasi. Tujuannya adalah kebutuhan rasa nyaman klien terpenuhi dengan

    kriteria hasil klien mengatakan nyeri berkurang, klien mampu melakukan

    tehnik relaksasi napas dalam, klien mengerti penyebab timbulnya nyeri, skala

    nyeri berkurang. Rencana tindakannya adalah kaji keadaan nyeri klien yang

    meliputi lokasi, intensitas dan keefektifan analgetik atau menyatakan

    terjadinya komplikasi, jelaskan pada klien penyebab timbulnya nyeri, beri

    posisi yang nyaman bagi klien dengan menghindari tertekannya daerah luka,

    berikan analgetik sesuai indikasi, observasi tanda- tanda vital tiap 6 jam.

    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi obat. Tujuannya

    adalah rasa gatal hilang. Dengan kriteria hasil klien sudah tidak menggaruk-

    garuk lagi, klien tidak mengeluh gatal, kulit klien tidak memerah lagi.

    Rencana tindakan tindakannya ialah kaji status gatal, konsulkan dengan

    perawat dan dokter untuk tahap pengobatan selanjutnya.

    Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh brhubungan

    dengan intake yang tidak adekuat. Rencana tindakannya ialah timbang berat

    badan setiap hari, tawarkan makan porsi kecil tapi sering, berikan dorongan

    klien untuk makan, berikan minum sedikit- sedikit melalui sedotan, amati

    sedikitnya 1 jam sebelum makan, kolaborasi pemberian obat anti mual.

    Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme

    sekunder akibat pembedahan. Rencana tindakannya ialah kaji adanya tanda-

  • 17

    tanda infeksi pada kulit sekitar luka operasi, kaji keadaan balutan luka dan

    lakukan penggantian jika balutan basah, observasi TTV tiap 4 jam, l akukan

    semua tindakan yang berhubungan dengan luka menggunaka tehnik aseotik

    dan antiseptic.

    Kurang pengetahuan mengenai tindakan keperawatan luka dirumah

    berhubungan dengan kurang informasi. Tujuannya adalah pasien mengerti

    tentang merawat luka operasi dirumah. Kriteria hasil adalah pasien dapat

    menggunakan secara verbal mengenai perawatan luka yang baik dan benar

    dirumah. Rencana tindakannya adalah kaji ulang pembatasan aktivitas pasca

    operasi, dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodic,

    anjurkan menggunakan laktasif, diskusikan perawatan insisi.

    H. Implementasi Keperawatan

    Implementasi adalah tindakan pemberian asuhankeperawatan yang

    dilakuakan untuk mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang

    telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam

    catatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien berkelanjutan.

    Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan

    pada klien efektif, tehnik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap

    tindakan yang diiberikan kepada pasien.

    Dalam melakukan tindakan keperawatan melakukan tiga tahap, yaitu:

    independent, dependent, dan interdependent. Tindakan keperawatan secara

  • 18

    independent adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa

    petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Dependent

    adalah tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan

    medis. Sedangkan interdependent adalah tindakan keperawatan yang

    menjelaskan suatu kegiatan dan memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga

    kesehatan lainnya, misalnya tenaga social, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter.

    Dalam melakukan tindakan keperawatan khususnya klien dengan

    appendiktomi yang harus diperhatikan adalah penanganan terhadap nyeri

    dengan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam dan distraksi, mengobservasi

    keadaan cairan, perawatan luka dengan cara ganti balutan, serta melakukan

    tindakan denga tehnik septic dan antiseptic. (Carpenito-Moyet, Lynda Juall,

    2006).

    I. Evaluasi Keperawatan

    Evaluasi adalah tingkatan elektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

    menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

    pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, kemungkinan yang dapat terjadi pada

    tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian,

    masalah belum teratasi atau timbul masalah yang baru. Evaluasi yang

    dilakukan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.

    Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera setelah

    perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap

  • 19

    tindakan, sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilaksanakan pada

    akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada

    pada tujuan. Adapun keberhasilan asuhan keperawatan pada klien dengan

    appendiktomi adalah klien mampu merawat diri sendiri dan tidak ada

    komplikasi. (Carpenito-Moyet, Lynda Juall, 2006).

    19

    7

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    Pengertian

    Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki- laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki- laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Arif Mansjoer dkk, 2001).