aplikasi herbisida 22

29
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian masih menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Kenyataan ini didukung oleh sumberdaya alam Indonesia yang memiliki potensi untuk pengembangan usaha produktif di bidang pertanian. Lahan yang luas aadan masih banyak yang belum tergarap dengan baik, iklim tropis dengan curah hujan cukup dan suhu yang hangat, sumber daya hayati yang beragam, dan penduduk sebagai pengelola sumber daya merupakan aset alam yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan daya dukung pengembangan agribisnis di Indonesia. Dalam era krisis global dari tahun1998 hingga 2008, bidang pertanian masih terbukti tangguh, walaupun guncangan harga seringkali dirasakan petani. Tahun 2008 produksi beras nasional melebihi kebutuhannya, ekspor komoditas pertanian seperti karet, CPO, kopi, kakao, nenas masih terus berlangsung. Guncangan politik global tidak menyurutkan proses produksi tanaman ini (Sembodo, 2010). Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikhendaki, atau tumbuhan yang tumbuh tidak sesuai dengan tempatnya misalnya karena salah tempat (di trotoar), karena merugikan (rumput 1

Upload: netanya-panggabean

Post on 31-Jul-2015

455 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: aplikasi herbisida 22

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian masih menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.

Kenyataan ini didukung oleh sumberdaya alam Indonesia yang memiliki potensi

untuk pengembangan usaha produktif di bidang pertanian. Lahan yang luas aadan

masih banyak yang belum tergarap dengan baik, iklim tropis dengan curah hujan

cukup dan suhu yang hangat, sumber daya hayati yang beragam, dan penduduk

sebagai pengelola sumber daya merupakan aset alam yang dapat dipergunakan

untuk meningkatkan daya dukung pengembangan agribisnis di Indonesia. Dalam

era krisis global dari tahun1998 hingga 2008, bidang pertanian masih terbukti

tangguh, walaupun guncangan harga seringkali dirasakan petani. Tahun 2008

produksi beras nasional melebihi kebutuhannya, ekspor komoditas pertanian

seperti karet, CPO, kopi, kakao, nenas masih terus berlangsung. Guncangan

politik global tidak menyurutkan proses produksi tanaman ini (Sembodo, 2010).

Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikhendaki, atau tumbuhan yang

tumbuh tidak sesuai dengan tempatnya misalnya karena salah tempat (di trotoar),

karena merugikan (rumput tumbuh diantara tanaman padi atau padi tumbuh

diantara tanaman rumput di lapangan golf). Ditinjau dari pohon ilmu pertanian

dalam arti yang luas (pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan, kedokteran

hewan dan teknologi pertanian), maka ilmu gulma termasuk dalam bidang ilmu

pertanian yang komponen utamanya terdiri dari sumberdaya manusia, sumberdaya

hayati (tumbuhan dan hewan), dan sumberdaya alam (lingkungan, fisika, kimia).

Gangguan dalam budidaya pertanian (agronomi) adalah hama, penyakit, gulma,

dan interaksinya dengan kepentingan manusia. Untuk mendapatkan hasil yang

1

Page 2: aplikasi herbisida 22

optimal dan kerugian lingkungan yang minimal, maka budidaya pertanian harus

dilindungi terhadap gangguan hama, penyakit, dan gulma. Ditinjau dari

pengetahuan perlindungan tanaman (crop protection), maka ilmu gulma masuk ke

dalam pengetahuan perlindungan tanaman, sejajar dengan ilmu hama, dan ilmu

penyakit tumbuhan. Ditinjau dari cara interaksinya merugikan tanaman (tanaman

= tumbuhan yang dibudidayakan), hama mengadakan interaksi dengan tanaman

umumnya secara tidak kontinyu (mmbuat luka, membuat lubang dsb). Penyakit

mengadakan interaksi dengan tanaman umumnya secara kontinyu (gejala

menguning sistemik, hawar, layu, filodi dsb). Gulma mngadakan interaksi dengan

tanaman umumnya secara kompetisi (gulma dan tanaman terpengaruh secara

negatif oleh interaksi dalam bentuk penurunan kegiatan pertumbuhan termasuk

peristiwa alelopati). Dalam perkembangan ilmu hama tumbuhan, ilmu penyakit

tumbuhan dan ilmu gulma dapat berdiri sendiri-sendiri, dan ketiga-tiganya

merupakan perkmbangan dari agronomi (Triharso, 2004).

Kehadiran gulma memberi dampak yang sangat besar bagi produksi

tanaman. Perkiraan menunjukkan bahwa gulma bertanggungjawab untuk

pengurangan lebih dari 10 persen hasil panen di dunia, kehilangan pemasokan

makanan. Banyak kehilangan pemasokan makanan dikarenakan gulma merebut

air tanaman, nutrisi mineral dan cahaya yang tersedia dan menghalangi

penyerapan yang potensial (Roberts, 1982).

Untuk kursus pelatihan nasional atau regional tentang pengelolaan gulma

sangat penting, berpartisipasi dalam mengumpulkan dan mengidentifikasi

beberapa gulma local. Identifikasi yang benar dibuat dengan mencari literatur

tentang informasi biologi dari spesies gulma, yang mungkin berguna dalam

2

Page 3: aplikasi herbisida 22

menentukan program pengontrolan. Pengetahuan pada pembagian dari spesies

gulma akan memprediksikan hubungan kondisi lingkungan dan penyebaran ke

area baru dapat diprediksikan dan dimonitori (Burrill and Shenk, 1986).

Secara umum, gulma adalah tumbuhan yang tumbuh ditempat yang tidak

diinginkan, khususnya dimana manusia mencoba untuk menumbuhkan sesuatu.

Jagung atau semanggi manis mungkin dianggap gulma mereka tumbuh tidak

sengaja disepanjang jalan, namun mereka merupakan tanaman hasil panen yang

penting. Rumput Bermuda merupakan rumput-rumputan yang bernilai di daerah

selatan, namun itu merupakan gulma yang merugikan tanaman yang

dibudidayakan. Apakah suatu tanaman dikatakan gulma atau tidak tergantung

dimana tanaman itu tumbuh. Bagaimanapun, banyak tanaman yang biasanya

tumbuh dimana mereka tidak diinginkan, yang tidak memiliki nilai ekonomi dan

biasanya mengganggu produksi dari tanaman hasil panen atau tanaman yang

dibudidayakan untuk pangan, Tanaman seperti ini biasanya dianggap gulma

(Isely, 1962).

Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang

memuaskan perlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan biologis dari gulma

(daur hidup) dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma sangat

mendukung dalam program ini. Pengetahuan mengenai cara gulma berkembang

biak, menyebar dan beraksi dnegan perubahan lingkungan dan cara gulma tumbuh

pada keadaan yang berbeda-bedaa sangat penting untuk menentukan program

pengendalian. Keberhasilan dalam pengendalian gulma harus didasari dengan

pengetahuan yang cukup dan benar dari sifat biologi gulma tersebut; misalnya

a.dengan melakukan identifikasi, b.mencari dalam pustaka, c.bertanya pada para

3

Page 4: aplikasi herbisida 22

pakar atau ahlinya. Ketiga cara ini merupakan langkah pertama untuk menjajaki

kemungkinan cara yang tepat. Kemudian selain cara tersebut, pengetahuan tentang

populasi biji gulma yang viabel (bersifat dapat hidup terus) juga sangat

bermanfaat untuk merencanakan pengendalian gulma dalam jangka panjang

(Sukman dan Yakup, 2002).

Gulma ada sebagai kategori vegetasi karena kemampuan manusia untuk

memilih sifat yang diinginkan dari antara berbagai anggota kerajaan tanaman.

Sama seperti beberapa tanaman bernilai jika digunakan atau karena kecantikan

mereka, yang lain dicerca karena tidak jelas mereka karakteristik. Gulma diakui di

seluruh dunia sebagai jenis penting dari, hama ekonomi, terutama di bidang

pertanian. Namun, nilai tanaman apapun tidak diragukan lagi ditentukan oleh

persepsi pemirsa. Persepsi ini juga mempengaruhi aktivitas manusia diarahkan

pada kategori vegetasi (Radosevich et.all, 1997).

Fisiologi tumbuhan akan menguraikan proses dan faktor pendukung

metabolisme dalam tubuh tumbuhan mulai dari absorbsi sampai terjadi “sink” dari

photosintat atau bahkan sekresi-sekresi yang keluar dari tubuh tumbuhan.

Peristiwa-peristiwa seperti absorbsi, translokasi atau lain-lainnya yang erat sekali

hubungannya dengan proses metabolisme dalam tubuh tumbuhan. Herbisida ialah

bahan kimia yang dapat menghentikan pertumbuhan gulma sementara atau

seterusnya bila diperlakukan pada ukuran yang tepat. Dengan kata lain jenis dan

kadar racun bahan kimia suatu herbisida menentukan arti daripada herbisida itu

sendiri (Moenandir, 1990).

Ada tujuh metode umum pengendalian gulma: kompetensi tanaman, rotasi

tanaman, secara biologi, pembakaran, mekanik, tenaga kerja tangan, dan kimia.

4

Page 5: aplikasi herbisida 22

Biasanya, cara terbaik dan paling ekonomis mengendalikan gulma adalah

kombinasi dari metode ini. Banyak petani telah menggunakan metode gabungan

untuk bertahun-tahun tanpa menyadari yang memanfaatkan sistem manajemen

terintegrasi gulma (Charudattan and Walker, 1982).

Tujuan utama dari ekologi tumbuhan adalah untuk mengeksploitasi dan

menjelaskan secra rinci tingkatan-tingkatan yang ada baik secara vertikal maupun

horizontal di dalam vegetasi. Beberapa ahli ekologi hanya mementingkan

deskripsi ekologis secara umum dari vegetasi, sedangkan yang lainnya hanya

ingin mempelajari sifat-sidat hayati dari jenis-jenis tumbuhan tertentu yang

menyusun vegetasi untukkemudian dikaitkan dengan keadaan lingkungan yang

ada disekitarnya (Sastroutomo, 1990)

Masalah gulma dan kontrol mereka telah didiskusikan. Telah

menunjukkan bahwa petani telah melakukan sejumlah metode untuk

mengendalikan gulma pada tanaman. Karena ada banyak jenis gulma dengan

periode yang bervariasi perkecambahan dan siklus hidup yang sangat berbeda,

pencegahan dan pengendalian populasi gulma membutuhkan pendekatan sistem

pertanian ynag terintegrasi secara total. Yang terakhir ini termasuk metode

budaya, mekanik, biologi, ekologi dan kimia. Pengendalian gulma memerlukan

upaya musim yang panjang. Kontrol untuk hanya bagian dari musim tanam saat

tanaman sedang tumbuh tidak cukup. Di sebagian besar negara, ditingkatkan

pasca panen pengolahan atau kombinasi dari persiapan lahan dan herbisida,

penanaman awal, dan pengendalian gulma yang tepat waktu diperlukan untuk

mencegah gulma dari memproduksi benih atau masuk ke kondisi abadi

(Khuspe et.all, 1982).

5

Page 6: aplikasi herbisida 22

Dalam era peningkatan mekanisasi dan program budidaya intensif ini, peran

penggunaan herbisida dalam upaya meningkatkan hasil dan mengurangi biaya

produksi semakin besar. Seperti kita ketahui bersama bahwa peran herbisida kini

sangat penting dalam mengurangi jumlah gulma yang mengganggu tanaman utama.

Penggunaan herbisida dan jenis pestisida lainnya telah memberikan kontribusi yang

sangat penting terhadap peningkatan produktivitas pertanian (Riadi, 2011).

Penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma yang menganggu

tanaman budidaya sudah lazim digunakan oleh petani. Namun, hal ini perlu

dilakukan dengan bijaksana, agar penggunanya tidak menimbulkan efek samping

bagi lingkungan dan organisme lain yang bukan sasaran. Penggunaan hecara

berulang kali dapat mencemari bahan pangan yang dihasilkannya, selain itu dapat

meninggalkan residu di lingkungan baik di dalam sistem tanah maupun sistem

perairan (Dwiati dan Budisantoso, 2003).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui teknik

aplikasi herbisida di lapangan dan untuk mengetahui perbedaan respon tanaman

terhadap aplikasi herbisida baik pada herbisida kontak atau herbisida sistemik.

Kegunaan Penulisan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di

Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Gulma Departemen

Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara, Medan.

- Sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.

6

Page 7: aplikasi herbisida 22

TINJAUAN PUSTAKA

Suket Kinangan (Paspalum comersonii Lamk.)\\Menurut Steenis (2005),

sistematika dari rumput gegenjuran

(Paspalum commersonii Lamk.) sebagai berikut Kingdom: Plantae; Divisi:

Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae; Class: Monocotyledoneae; Ordo:

Graminales; Famili: Graminae; Genus: Paspalum; Spesies: Paspalum

commersonii Lamk.

Paspalum comersonii Lamk. tumbuh tegak 50-90 cm tingginya,

membentuk rumpun, tidak menjalar, berwarna hijau muda atau pucat, berbentuk

bulat atau agak pipih dan tidak berongga. Buku berbentuk bulat membengkak,

tidak berbulu, berwarna pucat. Pangkal batang dibalut oleh upih daun berwarna

ungu kehijau-hijauan (Nasution, 1938).

Helai daun berbentuk garis yang ramping meruncing perlahan ke ujung,

panjang 15-40 cm dan lebar 1-1,5 cm. Tidak berbulu terkecuali di bagian pangkal

atau pertyautan upih daun ditumbuhi bulu halus. Tepi helaian daun terasa kasar

bila diraba. Upih daun berbentuk pipih panjangnya 15-25 cm (Nasution, 1983).

Perbungaan terdiri dari dua sampai sembilan tandan (racemosa) yang

tumbuh miring rduke atas atau miring ke samping terpisah satu sama lain dengan

jarak lebih dari 1 cm tetapi kurang dari separoh panjang tandan, tandan

panjangnya 2-9 cm, berbulu putih dan panjang pada bagian pangkalnya, warnanya

pucat (Nasution, 1983).

7

Page 8: aplikasi herbisida 22

Buliran berbentuk ellips melebar, rata pada satu sisi dan cembung pada sisi

lain (L2); berwarna pucat dan coklat bila telah masak. Putik berwarna ungu tua.

Benang sari berwarna ungu dengan tangkai berwarna putih (Nasution, 1983).

Jarakan (Croton hirtus L’Herit.)

Menurut Steenis (2005), sistematika dari jarakan (Croton hirtus L’Herit.)

sebagai berikut Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

Angiospermae; Class: Monocotyledoneae; Ordo: Euphorbiales; Famili:

Euphorbiaceae; Genus: Croton; Spesies: Croton hirtus L’Herit.

Croton hirtus L’Herit tumbuh tegak bercabang-cabang berbentuk setengah

perdu ,berambut panjang dan tegar ,duduk daun tersusun secara spiral kecuali

pada bagian timur,duduk berhadapan,daun-daun tua umumnya berwarna

kemerahan tingginya 20-90cm (Nasution, 1983).

Helai daun berbentuk bulat telur/belah ketupat,mempunyai tiga sampai

lima tulang daun pada bagian pangkal helai daun,tepi daun bergerigi,ke dua

permukaan daun ditumbuhi rambut halus,ukuran helai daun 2,5-7,5 cm panjang

dan lebarnya 1-5cm,ujung tangkai helai daun dekat helai daun mempunyai dua

kelenjar (gland) bertangkai agak panjang yang tumbuh pada kedua sisi

tangkai,tangkai daun ditumbuhi rambut halus (Nasution, 1983).

Perbungaan merupakan tandan yang tumbuh pada ujung batang

/cabang ,panjangnya 1,5-4cm,bunga-bunga betina terdapat pada bagian pangkal

sedangkan bunga jantan pada bagian atas/ujung (Nasution, 1983).

Satu perbungaan ,bunga jantan mempunyai tajuk warna putih,ditumbuhi

rambut halus terutama sepanjang tepi atas,benang sari sepuluh sampai

8

Page 9: aplikasi herbisida 22

sebelaa .Bunga betina bentuk daun kelopaknya tidak sama ,berambut halus

(Nasution,1983).

Buah berbentuk bulat berbagi tiga tonjolan penampangnya

4mm,ditumbuhi rambut ,kelopak persisten (Nasution,1983).

Teki Udel-udelan (Kyllinga monocephala Rottb.)

Menurut Steenis (2005), sistematika teki udel-udelan

(Kyllinga monocephala Rottb.) sebagai berikut Kingdom: Plantae; Divisi:

Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo:

Cyperales; Family: Cyperaceae; Genus: Kyllinga; Spesies: Kyllinga monocephala

Rottb.

Teki udel-udelan mempunyai batang yang tegak atau melengkung,

berbentuk segi tiga dan permukaanya licin, tebal penampangnya 1-2 mm,

tingginya 5-45 cm; mempunyai rimpang yang menjalar dan beruas; mempunyai

umbi yang kecil; daun daun terdapat pada bagian pangkal dari batang

(Nasution, 1983)

Helaian daun berbentuk garis dengan parit memanjang yang agak dalam di

bagian tengah, ujungnya agak runcing atau runcing, tepinya bagian atas kasar bila

diraba, panjangnya 5-15 cm dan lebarnya 2-5 mm, upih daun tumpang tindih dan

berwarna ungu (Nasution, 1983).

Perbungaan terbentuk diujung batang; warnanya hijau sangat pucat atau

keputih-putihan, terdiri dari satu sampai empat kepala bunga yang kompak; kepala

bunga tengah berbentuk bulat/bulat telur atau ellips dengan ukuran 8-12 mm

panjang dan 6-10 mm lebar; kepala bunga yang disamping lebih kecil

berpenampang kurang lebih 4mm dan merapat di sisi bawah kepala bunga tengah;

9

Page 10: aplikasi herbisida 22

braktea berjumlah tiga sampai empat, rapat dengan dasar kepal bunga, menyebar

miring atau agak horizontal, yang terbawah panjangnya mencapai 30 cm, bentuk

dan warnanya menyerupai daunnya (Nasution, 1983).

Kepala bunga berwarna hijau sangat pucat atau keputih-putihan, buliran

berbentuk bulat telur atau ellips yang lepas, panjangnya 3-3,5 mm, warnanya hijau

pucat, benang sari tiga biji berbentuk bulat panjang yang lepes, panjangnya 1,25 –

1,5 mm, warnanya coklat kehitam-hitaman (Nasution, 1983).

Rumput Ganda Rusa (Asystasia intrusa Bl.)

Menurut Steenis (2005), sistematika rumput ganda rusa sebagai berikut:

Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Kelas:

Dicotyledonae; Ordo: Acanthales;Family: Acanthaceae; Genus: Asystasia;

Spesies: Asystasia intrusa Bl.

Herba tegak atau serong ke atas, 0,5 – 1,3 m tingginya. Batang segi empat.

Tangkai daun 1-3 cm; helaian daun bulat telur, dengan ujung runcing dan tepi

bergelembang, sisi atas gundul, 3-7,5 kali 1,5 -5 cm (Steenis, 2005).

Asystasia intrusa merupakan tanaman herba yang tumbuh cepat dan

mudah berkembangbiak. Berbatang lunak, dapat tumbuh dalam keadaan yang

kurang baik. Daun berhadapan, sering berpasangan, berbentuk bulat panjang,

pangkal bulat dan bertangkai. Bunga mengelompok, banyak, sedikit berbunga

tunggal, berwarna putih atau ungu, kelopak bunga menutupi ovari. Buah kapsul,

2-3 cm panjangnya, berbiji empat atau kurang dalam buah kapsul

(Sitohang, 2010).

Bunga tersusun dalam tandan yang cukup rapat seperti bulir. Sumbu

tangkai karangan bunga segiempat, 6-30 cm. Daun pelindung kecil, di bawah tiap

10

Page 11: aplikasi herbisida 22

bunga 2, bergadapan. Tangkai bunga pendek, pada pangkal masih terdapat lagi 2

daun pelindung kecil. Kelopak 7-9 mm tingginya, taju runcing, sebelah luar

berambut putih rapat. Mahkota bunga kuning muda, sebelah luar dengan rambut

biasa dan rambut kelenjar. Benang sari lebih kurang sama panjang. Tonjolan dasar

bunga bentuk mangkuk, kuning. Bakal buah bentuk memanjang, pada sisi-sisinya

yang lebar berambut rapat. Tangkai putik taju melebar. Buah kotak berambut

cukup lebat. Biji kebanyakan 4, Tanaman hias dari India, kadang-kadang liar.

Tepi sungai, tepi jalan, pagar (Steenis, 2005)

Pakis Kadal (Cyclosorus aridus (Don.) Ching.)

Mempunyai rimpang tegak, yang tua berwarna coklat-hitam, bersisik

coklat muda keputih-putihan; helai daun umumya melengkung, panjangnya 50-

100 cm dan lebarnya 15-30 cm; anak daun duduk di bagian tengah paling panjang

sedang yang dibagian pangkal sebelah bawah lebih pendek dan umumnya steril

(Nasution, 1983).

Tunas daun muda tegak dan ujungnya menggulung, bersisik keputih-

putihan. Anak daun steril berbentuk lanset, pangkalnya berbentuk terpancung rata,

ujungnya meruncing, tepinya bergigi agak dalam, agak kaku, tulang daun

menyirip. Anak daun fertile terlihat dari bawah menunjukkan sori yang tersusun

berbaris (Nasution, 1983)

C. aridus merupakan pakis tanah tahunan yang menyukai tanah agak

lembab atau yang tidak begitu kering, suasana terbuka atau sedikit ternaung. Di

perkebunan karet C. aridus merupakan pakis yang paling umum dan paling sering

dijumpai baik di areal tanaman muda maupun di tanaman menghasilkan dan

tanaman tua. Sering tumbuh rapat di gawangan maupun jalur tanaman karet.

11

Page 12: aplikasi herbisida 22

Merupakan gulma yang terdapat di semua perkebunan karet Sumatera utara dan

aceh (Nasution, 1983).

Herbisida

Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan

untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida ini dapat

mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses pembelahan sel,

perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis, respirasi,

metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya) yang sangat diperlukan

tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pengertian tersebut

mengandung arti bahwa herbisida berasal dari metabolit, hasil ekstraksi, atau

bagian dari suatu organisme. Di samping itu herbisida bersifat racun terhadap

gulma atau tumbuhan penganggu juga terhadap tanaman. Herbisida yang

diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian yang dan jenis

tumbuhan. Pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan

dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya (Riadi, 2011).

Dalam pengendalian hama terpadu (PHT), herbisida digunakan sebagai

alternatif terakhir jika masih ada cara lain yang lebih efektif dan aman digunakan.

Pada tingkat tertentu herbisida merupakan senyawa beracun, sehingga pemakaian

herbisida haruslah secara arif bijaksana dan memerlukan pendidikan konsumen

dalam hal teknik aplikasi, pemakaian dan keselamatan (Henry, 2007).

12

Page 13: aplikasi herbisida 22

Penggolongan herbisida berdasarkan cara kerja antara lain dibedakan

menjadi herbisida kontak dan herbisida sistemik Herbisida kontak adalah

herbisida yang mematikan bagian gulma yang terkena butiran-butiran semprot

yang disemburkan, Herbisida kontak dikenal juga sebagai caustic herbicides,

karena adanya efek bakar yang terlihat, terutama pada konsentrasi tinggi pada

bagian yang berhijau daun. Herbisida kontak hanya mematikan bagian gulma

yang terkena larutan, jadi bagian gulma di bawah tanah seperti akar atau rimpang

tidak terpengaruhi dan pada waktunya dapat tumbuh kembali. Salah satu contoh

herbisida kontak yaitu paraquat, molekul herbisida ini menghasilkan radikal

hydrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh

konfigurasi sel seperti umumnya pada herbisida kontak. Translokasi hampir tidak

ada. Efektif untuk mengendalikan gulma semusim (annual weed), dapat bersifat

selektif atau non selektif, dapat berspektrum sempit atau berspektrum luas. Gejala

kematian gulma yang ditimbulkan terlihat antara beberapa jam sampai satu

minggu setelah aplikasi (Henry,2007).

Paraquat merupakan herbisida kontak yang akan menjadi inaktif apabila

bersentuhan dengan tanah, maka tidak mungkin ada penyerapan lewat akar atau

translokasi ke titik-titik tumbuh ataupun tidak akan terjadi penimbunan residu di

dalam tanah, sehingga paraquat tidak akan diserap oleh akar tanaman

(Sasmita dkk, 2003).

Keistimewaan dari herbisida kontak, dapat membasmi gulma secara cepat,

2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati.

Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan.

13

Page 14: aplikasi herbisida 22

Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu

kemudian (Noor, 1997).

Semakin banyak organ gulma yang terkena herbisida kontak maka akan

semakin baik daya kerja herbisida tersebut. Oleh sebab itu, herbisida kontak

umumnya diaplikasikan dengan volume semprot tinggi (600-800 L ha-1) sehingga

seluruh permukaan gulma dapat terbasahi. Daya kerja herbisida tersebut kurang

baik bila diaplikasikan pada gulma yang memiliki organ perkembangbiakan dalam

tanah, seperti umbi (teki) atau rizom (alang-alang) karena bagian tersebut tidak

dapat terjangkau oleh herbisida, atau mata tunas pada ruas rumputan yang tertutup

oleh pelepah daun. Sedangkan kelebihan yang dimiliki adalah daya kerjanya cepat

terlihat. Herbisida ini umumnya diaplikasikan secara kontak bersifat selektif,

seperti oksifluorfen, oksadiazon, dan propani, dan sebagian herbisida lainnya

bersifat tidak selektif seperti paraquat dan glufosinat (Riadi, 2011).

Herbisida sistemik adalah herbisida yang ditranslokasikan dan berefek luas

pada seluruh sistem tumbuhan. Herbisida sistemik efektif untuk mengendalikan

gulma tahunan (perennial weed) dan dapat bersifat selektif maupun non selektif,

dapat berspektrum pengendalian luas maupun sempit. Gejala kematian gulma

terlihat pada 2 – 4 minggu setelah aplikasi. Contoh herbisida sistemik adalah 2,4-

D, dalapon dan glifosat (Henry, 2007).

14

Page 15: aplikasi herbisida 22

Gambar 1 gerakan transmilar dan sistemik

Cara kerja herbisida ini dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan

mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke

perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas - tunas yang ada dalam

tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Contoh herbisida

sistemik adalah glifosat, sulfosat (Noor, 1997).

Glifosat merupakan herbisida sistemik, non selektif yang berspektrum

luas, dengan adanya daya bunuhnya relative lambat. Pemanfaatan glifosat sebagai

herbisida yang dapat menaggulangi berbagai gulma dapat diterima oleh berbagai

kalangan. Glifosat merupakan herbisida sistemik yang ramah lingkungan, karena

cepar terdegradasi baik di dalam system perairan maupun tanah dan glifosat tidak

dapat terabsorpsi oleh akar tanaman budidaya. Aplikasi glifosat dilakukan dengan

cara menyemprotkannya pada daun. Setelah diserap, bahan aktif akan

ditranslokasikan ke bagian lain dari gulma secara simplas. Aplikasi melalui daun

sangat efektif untuk mengendalikan gulma dan membunuh tunas-tunas yang

berada di bawah tanah, serta meristem apical (Dwiati dan Budisantoso, 2003).

Herbisida pada tanaman memberikan tipe kerusakan yang cukup beragam

terutama pada tanaman peka dengan gejala-gejalanya yang tampak, seperti

hambatan pertumbuhan (kerdil) atau tumbuhan mati secara merata karena aberasi

morfologis, desikasi dan lain-lain. Pengaruh substansi herbisida pada sel individu

mengakibatkan ketidakwajaran pad amorfologi yang dihubungkan dengan bahan

15

Page 16: aplikasi herbisida 22

kimia, kadarnya, spesies tumbuhan, jaringan tumbuhan dan stadia

perkembangannya (Moenandir, 1988).

Pengendalian gulma secara kimiawai merupakan salah satu alternatif dari

cara- cara pengendalian yang ada. Dengan cara ini, pekerjaan dalam skala yang

luas dapat lebih cepat diselesaikan, serta pada situasi dan kondisi tertentu relatif

lebih menghemat biaya (Girsang, 2005).

Keberhasilan suatu herbisida dalam mengendalikan gulma dipengaruhi

beberapa faktor salah satunya adalah dosis herbisida. Aplikasi herbisida akan

efektif bila takaran yang diberikan adalah tepat, sesuai dengan anjuran. Menurut

Greaves dan Sargent (1986), meskipun suatu herbisida diformulasikan agar tidak

mempengaruhi tanaman, namun kerusakan pada tanaman tetap akan terjadi

khususnya bila digunakan dosis yang nterlalu tinggi. Oleh karena itu dicari dosis

yang tepat untuk penggunaan herbisida tersebut. (tjitrosemito,2004).

Perhitungan merupakan langkah awal dalam mempersiapkan aplikasi

herbisida. Beberapa hal yang perlu dihitung adalah volume semprotan, kecepatan

jalan, dan kebutuhan herbisida. Kesalah dalam menghitung peubah-peubah

tersebut akan mengakibatkan kegagalan, kesia-siaan, atau kerugian dalam aplikasi

herbisida. Kerugian bisa disebabkan karena biaya pembelian dan aplikasi

herbisida yang meningkat atau karena keracunan tanaman oleh herbisida tersebut.

(sembodo,2010)

Herbisida merupakan alat yang canggih dalam pengendalian gulma, serta

memberikan keuntungan lebih dalam pemakaiannya. Adapun keuntungan yang

diberikan oleh herbisida adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu.

16

Page 17: aplikasi herbisida 22

2. Dapat mengendalikan gulma dilarikkan tanaman.

3. Dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman.

4. Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar.

5. Dalam dosis rendah dapat sebgai hormon tumbuh.

6. Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan

penyiangan biasa.

(Sukman dan yakup, 2002).

Aplikasi herbisida dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada gulma itu sendiri yaitu fase

pertumbuhan gulma. Berdasarkan faktor internalnya, waktu aplikasi herbisida yang

paling tepat adalah pada saat gulma masih muda dan belum memasuki pertumbuhan

generatif. Pada fase ini, penyerapan bahan aktif herbisida yang diaplikasikan dapat

berlangsung lebih efektif. Faktor eksternal adalah faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi keefektifan dan efisien siap aplikasi herbisida, misalnya curah hujan,

angin, sinar matahari (cahaya),temperatur dan kelembaban udara. Curah hujan dapat

menyebabkan bahan aktif herbisida tercuci, angin yang kencang dapat menerbangkan

butiran-butiran larutan herbisida dan sinar matahari yang terik dapat menyebabkan

terjadinya penguapan larutan herbisida yang diaplikasikan (Riadi, 2011).

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu:

1. Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif

2. Cuaca cerah waktu menyemprot.

3. Tidak menyemprot menjelang hujan.

4. Keringkan areal yang akan disemprot.

5. Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.

6. Boleh dicampur dengan herbisida 2,4D amina atau dengan herbisida

17

Page 18: aplikasi herbisida 22

Metsulfuron.

(Noor, 1997).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan dilaksanakan pada Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman

Sub Gulma Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan adalah pada tanggal 7-10

Juni 2012. Percobaan ini dilakukan di lahan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 dpl.

Bahan dan Alat

Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah

Round-up sebagai bahan untuk aplikasi herbisida sistemik, Gramoxone

sebagai bahan aplikasi untuk herbisida kontak, Paspalum comersonii,

Kyllinga monocephala, Cyclosorus aridus, Croton hirtus.

Alat – alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buku identifikasi

sebagai buku petunjuk untuk mengetahui spesies gulma, meteran sebagai alat ukur

luas lahan percobaan, pacak sebagai pembatas lahan percobaan, tali plastik

sebagai pengikat untuk menghubungkan pacak, gunting sebagai alat pemotong

dan menggunting tali, jarum suntik (6 cc) untuk mengukur volume herbisida yang

18

Page 19: aplikasi herbisida 22

akan digunakan, gelas ukur untuk mengukur volume air yang akan digunakan,

hand sprayer untuk menyemprotkan herbisida, masker untuk melindungi

pernafasan dari bahaya herbisida, sarung tangan untuk melindungi tangan dari

bahaya racun herbisida, kamera untuk mengambil gambar hasil pengamatan, dan

alat tulis sebagai alat untuk menulis data.

Metode percobaan

Percobaan dilakukan dengan mengaplikasikan aplikator- aplikator tersebut

dengan dosis dan anjuran setelah dilakukan kalibrasi terlebih dahulu. Herbisida

diaplikasikan pada target aplikasi. Pada saat penyemprotan dilakukan pada 3

posisi yaitu arah kanan, kiri dan dari tengah. Dan diamati respon tanaman selama

3 kali pengamatan dilakukan 1 kali sehari.

Gejala yang disebabkan pada aplikasi herbisida menunjukkan perubahan

gejala yang berbeda terhadapgulma dimana criteria yang tampak adalah pad

atahap awal gulma akan menguning dan setelah beberapa waktu gulma menjadi

tampak layu dan mengering.

Prosedur percobaan

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan Aplikasi

herbisida adalah sebagai berikut :

1. Diukur lahan percobaan seluas 1m x 1m

2. Dibuat dua bagian lahan yang sama luasnya, seperti gambar dibawah ini

1m

19

Page 20: aplikasi herbisida 22

1m

3. Ditancapkan pacak pada setiap sudut di lahan sebagai pembatas

4. Dihubungkan tiap – tiap sudut lahan dengan tali plastic

5. Diambil 5 ml herbisida kontak (Gramaxone)

6. Dicampurkan dengan 995 ml air yang telah terletak pada handsprayer

7. Kocok hingga merata

8. Semprotkan pada lahan percobaan

9. Lakukan kembali prosedur percobaan nomor 5-8 untuk herbisida sistemik

20