herbisida dan penggolongannya

29
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama (insekta, jamur, dan gulma) sehingga pestisida dikelompokkan menjadi, insektisida (pembunuh insekta, fungisida (pembunuh jamur), herbisida (pembunuh tanaman pengganggu). Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penytakit tanaman dalam bidang pertanian (Ginting dkk, 2012) Komunitas gulma dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan kultur teknis. Spesies gulma yang tumbuh bergantung pada pengairan, pemupukan, pengolahan tanah, dan cara pengendalian gulma. Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing (Soerjandono,2005).

Upload: armando-septian-simbolon

Post on 26-Dec-2015

149 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Herbisida

TRANSCRIPT

Page 1: Herbisida Dan Penggolongannya

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama (insekta, jamur, dan

gulma) sehingga pestisida dikelompokkan menjadi, insektisida (pembunuh

insekta, fungisida (pembunuh jamur), herbisida (pembunuh tanaman

pengganggu). Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas

hama dan penytakit tanaman dalam bidang pertanian (Ginting dkk, 2012)

Komunitas gulma dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan

kultur teknis. Spesies gulma yang tumbuh bergantung pada pengairan,

pemupukan, pengolahan tanah, dan cara pengendalian gulma. Gulma berinteraksi

dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor

tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat persaingan

bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya

tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing

(Soerjandono,2005).

Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk

menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida ini dapat

mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses pembelahan sel,

perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis, respirasi, metabolisme

nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya) yang sangat diperlukan tumbuhan untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pengertian tersebut mengandung arti

bahwa herbisida berasal dari metabolit, hasil ekstraksi, atau bagian dari suatu

organisme. Di samping itu herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan

penganggu juga terhadap tanaman. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi

akan mematikan seluruh bagian yang dan jenis tumbuhan. Pada dosis yang lebih

Page 2: Herbisida Dan Penggolongannya

2

rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan dan tidak merusak tumbuhan yang

lainnya (Riadi dkk, 2011).

Masalah gulma pada perkebunan tanaman tahunan (karet, kelapa sawit,

kelapa, teh, kopi, kina) berbeda dengan pertanaman semusim (tebu, jagung, tembakau

rosella) pada umumnya masalah gulma lebih dirasakan pada perkebunan dengan

pertanaman yang luas, karena ada kaitannya dengan faktor waktu yang terbatas,

tenaga kerja dan biaya (Tampubolon, 2009).

Herbisida khususnya yang diaplikasikan melalui tanah dapat berpengaruh

positif dan atau negatif terhadap mikrobia dekomposer Pengaruh negatif herbisida

terhadap bakteri pelarut fosfat diduga dapat langsung meracuni bakteri tersebut

dan secara tidak langsung melalui perusakan jaringan proses dekomposisi

sehingga aktivitas bakteri tersebut menjadi terhambat. Sedangkan pengaruh positif

herbisida terhadap mikrobia tanah khususnya bakteri pelarut fosfat adalah

herbisida dijadikan sumber C dan N sehingga keberadaannya di dalam tanah dapat

sebagai stimulan bagi aktivitas hidup bakteri (Ngawit, 2007).

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara manual, mekanis dan

kimiawi. Penggunaan pestisida khususnya herbisida. baik di Indonesia maupun di

negara-negara lain, bertujuan untuk mengendalikan gulma pengganggu pada

tanaman budidaya, tetapi dapat pula menimbulkan efek samping, yaitu akan

menimbulkan keracunan pada binatang ataupun manusia (Sofnie dkk, 2000).

Mengingat kemajuan penemuan herbisida berbahan aktif baru sangat lambat,

maka segala upaya perlu dilakukan untuk menghindarkan atau memperlambat

muncunya gulma tahan terhadap herbisida pada umumnya. Salah satu upaya untuk

mengurangi tekanan terhadap munculnya gulma yang tahan adalah dengan

menggunakan jenis herbisida berlainan silih berganti atau mencampurkan dua atau

Page 3: Herbisida Dan Penggolongannya

3

lebih jenis herbisida berbeda jenis. Praktek pencampuran herbisida berlain jenis

dalam tangki sebelum disemprotkan sudah banyak dilakukan, terutama untuk

meningkatkan keefektifan, memperlambat terjadinya proses timbulnya gulma

resisten, mengurangi residu herbisida, mengurangi volume herbisida dan biaya yang

diperlukan (Supriadi dkk, 2012)

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan laporan adalah untuk mengetahui dan mempelajari

kegunaan dan penggolongan herbisida.

Kegunaan penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu

syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Dasar Perlindungan

Tanaman Sub-Gulma Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang

membutuhkan.

Page 4: Herbisida Dan Penggolongannya

4

TINJAUAN PUSTAKA

Herbisida

Herbisida adalah suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk

menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida ini dapat

mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses pembelahan sel,

perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis, respirasi,

metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya) yang sangat diperlukan

tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pengertian tersebut

mengandung arti bahwa herbisida berasal dari metabolit, hasil ekstraksi, atau

bagian dari suatu organisme. Di samping itu herbisida bersifat racun terhadap

gulma atau tumbuhan penganggu juga terhadap tanaman. Herbisida yang

diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian yang dan jenis

tumbuhan. Pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan

dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya (Riadi dkk, 2011).

Herbisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh gulma.

Herbisida telah banyak digunakan dalam bidang pertanian. bersama dengan

penggunaan pupuk, varietas, insektisida dan lain-lain, hrbisida dapat

meningkatkan produk pertanian. Di daerah dimana tenaga kerja sangat terbatas,

penggunaan herbisida sangat dibutuhkan. Herbisida dapat diaplikasikan sebelum

tanam, sebelum tumbuh dan sesudah tumbuh (Nurafni, 2012).

Herbisida merupkan salah satu pestisida yang berfungsi mengendalikan

gulma. Untuk keperluan pengendaliannya, gulma dibedakan menjadi 3 golongan.

1) gulma berdaun lebar, seperti Boreria alata, Chromolaena odorata, Mikania sp.;

2) gulma berdaun sempit (golongan rumput), seperti Axonopus, Paspalum,

Page 5: Herbisida Dan Penggolongannya

5

Panicum repens. 3) golongan teki, seperti Cyperus rotundus, Cyperus kilinga

(Surianti, 2012).

Klasifikasi Gulma

Klasifikasi berdasarkan habitat: Gulma fakultatif, tumbuh di habitat yang

belum ada campur tangan manusia. Gulma ini tumbuh pada lahan yang belum

dikelola untuk budidaya tanaman, seperti padang alang-alang. Gulma obligat,

tumbuh di habitat yang sudah ada campur tangan manusia. Gulma ini biasanya

tumbuh menyertai tanaman budidaya, seperti sawah, ladang dan perkebunan.

(Tjokrowardojo, 2009).

Klasifikasi berdasarkan daur hidupnya atau umur yaitu : Gulma semusim

(annual weed) Gulma ini berkembang biak secara generatif melalui biji, hanya

dapat hidup selama satu daur yang biasanya kurang dari satu tahun, contoh

Ageratum conyzoides (babandotan). Gulma tahunan (perenial weed). Gulma

tahunan berkembang biak secara generatif melalui biji, dan secara vegetatif elalui

rimpang, stolon dan setek batang Gulma ini hidup lebih dari satu tahun atau hidup

sepanjang tahun dan berbuah berulangkali. Untuk gulma yang membentuk

rimpang atau umbi dapat hidup sepanjang tahun, contoh Imperata cylindrica

(alang-alang) (Djauhari, 2009)

Klasifikasi berdasarkan kerugian yang ditimbulkan: Gulma lunak

(soft weed). Gulma lunak yaitu jenis gulma yang tidak begitu berbahaya bagi

tanaman yang dibudidayakan, namun dalam keadaan populasi tinggi harus

dikendalikan, contoh Ageratum conyzoides Gulma keras atau gulma berbahaya

(noxius weed). Gulma berbahaya adalah jenis gulma yang berpotensi allelopati,

Page 6: Herbisida Dan Penggolongannya

6

contoh (Imperata cylindrica), Mikania micrantha (sembung rambat), Chromolaena

odorata (kirinyuh), Cyperus rotundus (teki berumbi) (Tjokrowardojo, 2009).

Klasifikasi berdasarkan kesamaan relatif dalam sifat bersaing dan

responnya terhadap herbisida: Gulma golongan rumput (grasses). Gulma

golongan rumput sebagian besar termasuk dalam famili Gramineae atau Poaceae,

dengan ciri-ciri umum adalah: Berbatang bulat memanjang, dengan ruas-ruas

batang berongga atau padat. Daun berbentuk pita, bertulang daun sejajar, lidah-

lidah daun berbulu, permukaan daun ada yang berbulu kasar atau halus. Buah

berbentuk butiran tersusun dalam bentuk malai. Berakar serabut, berstolon atau

membentuk rimpang, contoh I. cylindrica, Digitaria ciliaris, Eleusine indica

Gulma golongan berdaun lebar (broad leaved). Gulma golongan berdaun lebar

sebagian besar temasuk tumbuhan berkeping dua (Dicotyledoneae) dari berbagai

famili. Ciri-ciri umum: Batang tubuh tegak dengan percabangannya, ada pula

yang tumbuh merambat. Daun tunggal maupun majemuk, helaian daun bulat/bulat

telur Bertulang daun melengkung atau menjari dan tepi daun rata, bergerigi atau

bergelombang. Duduk daun berhadapan atau berselang-seling. Bunga tunggal atau

majemuk tersusun dalam suatu karangan bunga. Contoh Borreria alata, Ageratum

conyzoides, Synedrella nodiflora (Djauhari, 2009)

Gulma golongan teki (sedges). Famili Cyperaceae mempunyai ciri-ciri

umum: Daun berbentuk pipih atau berlekuk segi tiga, memanjang yang tumbuh

langsung dari pangkal batang. Permukaan daun biasanya licin tidak berbulu atau

ada yang berbulu agak kasar, tangkai bunga berbentuk seperti lidi, muncul dari

tengah-tengah pangkal batang dan ujungnya tersusun karangan bunga. Perakaran

biasanya membentuk stolon dan bercabang dimana setiap cabang membentuk

Page 7: Herbisida Dan Penggolongannya

7

umbi, contoh Cyperus rotundus dan Cyperus kyllingia. Gulma golongan pakis-

pakisan (fern) contoh Cyclosorus aridus (pakis kadal) (Tjokrowardojo, 2009)

Klasifikasi Herbisida

Klasifikasi berdasarkan tipe translokasi : Herbisida kontak.

Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena

semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif

berfotosintesis.Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara

cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari

kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus

segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali

secara cepat sekitar 2 minggu kemudian. Contoh herbisida kontak

adalah paraquat. Herbisida Sistemik. Cara kerja herbisida ini di

alirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan

sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke

perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas - tunas

yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma

tersebut. Contoh herbisida sistemik adalah glifosat, sulfosat

(Nurafni, 2012).

Klasifikasi herbisida berdasarkan jalur aplikasi: Herbisida yang

diaplikasikan ke tanah. Bekerja umumnya dengan cara menghambat

perkecambahan gulma atau membunuh biji-biji gulma yang masih berada dalam

tanah dan umumnya disemprotkan sebelum gulma tumbuh. Herbisida yang

diaplikasikan ke daun-daun gulma. Herbisida yang diaplikasikan langsung pada

daun-daun gulma yang tentunya sudah tumbuh. Herbisida yang digunakan

herbisida pasca-tumbuh (Sarianti, 2012).

Page 8: Herbisida Dan Penggolongannya

8

Klasifikasi herbisida berdasarkan selektif: Faktor fisik yang

mempengaruhi selektivitas yaitu semua faktor yang dapat mempengaruhi kontak

antara herbisida yang diaplikasikan dengan permukaan gulma yang akan

dikendalikan serta retensi atau pengikatan herbisida tersebut pada permukaan.

Supaya efektif dalam mengendalikan gulma, maka herbisida yang diaplikasikan

harus tetap kontak atau melekat atau berada pada tumbuhan sasaran atau gulma

dan bertahan dalam waktu yang cukup lama serta dalam jumlah yang dapat

mematikan gulma tersebut. Selektivitas ini dipengaruhi oleh dosis, formulasi, dan

penempatan herbisida. Faktor biologi yang menentukan selektivitas herbisida

berkaitan dengan sifat morfologi, fisiologi, dan metabolisme tumbuhan.

Permukaan daun yang berlilin, halus, atau berambut lebat akan lebih sulit

terbasahi oleh herbisida yang diaplikasikan dengan pelarut air bila dibandingkan

dengan permukaan yang tidak berlilin atau bermbut. Posisi daun yang tegak juga

akan menampung lebih sedikit herbisida yang diaplikasikan dibandingkan daun

yang posisinya horisontal atau datar. Herbisida yang telah masuk dalam sel,

sebagian ada yang tidak mobil dan yang lainnya dapat ditranslokasikan ke sel-sel

lainnya (Riadi dkk, 2011).

Klasifikasi herbisida berdasarkan waktu aplikasi: Herbisida pra

tumbuh (pre-emergence herbicide). Herbisida ini diaplikasikan pada

tanah sebelum gulma tumbuh. Semua herbisida pra tumbuh,

adalah soil acting herbicide atau herbisida tanah dan bersifat

sistemik (translocated herbicide). Herbisida pasca tumbuh (post-

emergence herbicide). Herbisida ini diaplikasikan saat gulma sudah

tumbuh. Oleh karena itu, semua herbisida pasca tumbuh adalah

Page 9: Herbisida Dan Penggolongannya

9

foliage applied herbicide. Herbisida pasca tumbuh ada yang

sistemik ada pula yang non-sistemik (Nurafni, 2012)

Klasifikasi herbisida berdasarkan senyawa kimia yang dikandungnya:

Alifatik. Senyawa besar herbisida organik memiliki cincin benzena pada rumus

bangunnya. Herbisida yang termasuk dalam golongan alifatik tidak memiliki

cincin tersebut atau berantai lurus. Amida. Amida digunakan untuk

mengendalikan kecambah gulma semusim, khusunya dari golongan rumputan.

Herbisida ini lebih aktif bila diaplikasikan pada permukaan tanah sebagai

herbisida pratumbuh. Bipiridilium. Herbisida yang termasuk dalam golongan ini

umumnya herbisida pasca tumbuh, tidak aktif apabila diaplikasikan lewat tanah

dan tidak selektif. Dinitroanilin. Butralin dan pendimentalin termasuk dalam

golongan herbisida dinitroanilin. Herbisida tersebut akan aktif bila diaplikasikan

ke tanah sebelum gulma tumbuh atau berkecambah. Pola kerja herbisida

dinitroalin adalah sebagai racun mitotik yang menghambat perkembangan akar

dan tajuk gulma yang baru berkecambah. Karbonat. Asam karbonat mudah terurai

menjadi NH3 dan CO2. Turunannya, IPC dan EPTC, stabil. Karbonat menekan

pembelahan sel. Karbonat dapat membunuh tumbuhan monocotyl (berkeping

satu) dan tidak berpengaruh pada yang berkeping dua. Seperti kebalikan dari pada

2, 4 –D nampaknya. Triazine. Turunan triazine terdiri atas lingkaran heterosiklik

yang mempunyai tiga atom N (azoto) dan tiga atom C. Triazine berhasil

membunuh banyak jenis gulma, terutama ia efektif terhadap benih yang sedang

berkecambah (Riadi dkk, 2011)

Page 10: Herbisida Dan Penggolongannya

10

PERMASALAHAN

Komunitas gulma dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan

kultur teknis. Spesies gulma yang tumbuh bergantung pada pengairan,

pemupukan, pengolahan tanah, dan cara pengendalian gulma. Gulma berinteraksi

dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor

tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air.

Gulma pada perkebunan tanaman tahunan (karet, kelapa sawit, kelapa,

teh, kopi, kina) berbeda dengan pertanaman semusim (tebu, jagung, tembakau

rosella) pada umumnya masalah gulma lebih dirasakan pada perkebunan dengan

pertanaman yang luas, karena ada kaitannya dengan faktor waktu yang terbatas,

tenaga kerja dan biaya.

Penggunaan pestisida khususnya herbisida. baik di Indonesia maupun di

negara-negara lain, bertujuan untuk mengendalikan gulma pengganggu pada

tanaman budidaya, tetapi dapat pula menimbulkan efek samping, yaitu akan

menimbulkan keracunan pada binatang ataupun manusia.

Penggunaan herbisida pada tumbuhan dapat mempengaruhi satu atau

lebih proses-proses (seperti pada proses pembelahan sel, perkembangan jaringan,

Page 11: Herbisida Dan Penggolongannya

11

pembentukan klorofil, fotosintesis, respirasi, metabolisme nitrogen, aktivitas

enzim dan sebagainya) yang sangat diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya.

Gulma yang dikendalikan dengan herbsida dapat mencapai tingkat

resistan atau tahan terhadap herbisida. Sehingga sulit untuk dikendalikan.

Terutama pada lahan yang luas akan sulit mengendalikan gulma yang resistan.

Para pengembang herbisida berusaha menemukan cara untuk mengendalikan

gulma yang tahan akan herbisida.

Pengaplikasian herbisida yang keliru karena tidak mengetahui jenis

gulma dan yang tidak sesuai waktu dapat menyebabkan gagalnya pengendalian

gulma. Gulma yang gagal dikendalikan akan tetap tumbuh dan melakukan

persaingan dengan tanaman utama. Ini menyebabkan kurang efektifnya

pengendalian dan habisnya biaya.

Banyak petani yang belum paham mengenai herbisida. Herbisida juga

memiliki jenis-jenis dan penggolongannya. Petani yang tidak mengetahui jenis

herbisida yang digunakan akan menyebabkan kesalahann dalam penggunaan

herbisida. Kesalahan dalam penggunaan herbisida banyak menimbulkan kerugian

berupa tanaman rusak, habis biaya dan waktu.

Dalam pengaplikasian herbisida pada gulma yang tidak memperhatikan

faktor selektif herbisida fisik akan menimbulkan ketidak efektifan dan gagalnya

aplikasi herbisida. Faktor selektif biologi akan menimbulkan rusaknya jaringan

dan sel yang ada pada tanaman utama yang tidak tahan terhadap pengaplikasian

herbisida.

Page 12: Herbisida Dan Penggolongannya

12

PEMBAHASAN

Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk

mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara,

dan air. Untuk mengatasi hal ini maka gulma harus dikendalikan dengan berbagai

pengendalian seperti, pengendalian preventif, mnekanis, kimia dan sebagainya.

Hal ini sesuai literatur Sofnie dkk (2000) yang menyatakan bahwa Pengendalian

gulma dapat dilakukan dengan cara manual, mekanis dan kimiawi.

Masalah gulma lebih dirasakan pada perkebunan dengan pertanaman yang

luas, karena ada kaitannya dengan faktor waktu yang terbatas, tenaga kerja dan

biaya. Untuk mengatasi hal ini maka harus di gunakan pengendalian secara

kimiawi (herbisida) yang sesuai dengan gulma tahunan, biasanya gulma yang ada

pada lahan perkebunan sulit dikendalikan dengan cara pengendalian mekanis atau

lainnya. Hal ini sesuia literatur Nurafni (2012) yang menyatakan bahwa Herbisida

adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh gulma. Herbisida telah

banyak digunakan dalam bidang pertanian.

Penggunaan pestisida khususnya herbisida dapat pula menimbulkan efek

samping, yaitu akan menimbulkan keracunan pada binatang ataupun manusia.

Untuk mengatasi hal ini penggunaan harus dibatasi dengan tepat dosis tepat

Page 13: Herbisida Dan Penggolongannya

13

sasaran dan tepat waktu hal ini sesuai dengan literatur Riadi dkk (2011) yang

menyatakan bahwa Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan

mematikan seluruh bagian yang dan jenis tumbuhan. Pada dosis yang lebih

rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan dan tidak merusak tumbuhan yang

lainnya.

Penggunaan herbisida pada tumbuhan dapat mempengaruhi satu atau lebih

proses-proses (pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil,

fotosintesis, respirasi, metabolisme) yang diperlukan tumbuhan untuk

mempertahankan hidupnya. Untuk mengatasi hal ini dalam pengaplikasian

herbisida harus sesuai dengan sasaran gulma yang dikendalikan dengan jenis

herbisida yang digunakan agar metabolisme dan anabolisme tanaman tidak

terganggu. Hal ini sesuai dengan literatur dkk (2011) selektivitas herbisida

berkaitan dengan sifat morfologi, fisiologi, dan metabolisme tumbuhan. Herbisida

yang telah masuk dalam sel, sebagian ada yang tidak mobil dan yang lainnya

dapat ditranslokasikan ke sel-sel lainnya.

Gulma yang dikendalikan dengan herbsida dapat mencapai tingkat resistan

atau tahan terhadap herbisida, sehingga sulit untuk dikendalikan. Untuk mengatasi

hal ini maka dikembangakan berbagai cara pengaplikasian herbisida dengan

mencampurkan bahan lain serta menggunakan bahan aktiv yang sesuai dengan

jenis gulma. Hal ini sesuai literatur Supriadi dkk (2012) yang menyatakan bahwa

Salah satu upaya untuk mengurangi tekanan terhadap munculnya gulma yang

tahan adalah dengan menggunakan jenis herbisida berlainan silih berganti atau

mencampurkan dua atau lebih jenis herbisida berbeda jenis.

Page 14: Herbisida Dan Penggolongannya

14

Pengaplikasian herbisida yang keliru dan yang tidak sesuai waktu dapat

menyebabkan gagalnya pengendalian gulma. Untuk mengatasi halini maka kita

harus mengetahui dan mengenal herbisida yang digolongkan berdasarkan waktu

aplikasi. Hal ini sesuai dengan literatur Nurafni (2012) yang menyatakan bahwa

Klasifikasi herbisida berdasarkan waktu aplikasi: Herbisida pra tumbuh. Herbisida

ini diaplikasikan pada tanah sebelum gulma tumbuh. Herbisida pasca tumbuh

Herbisida ini diaplikasikan saat gulma sudah tumbuh.

Petani yang tidak mengetahui jenis herbisida yang digunakan akan

menyebabkan kesalahann dalam penggunaan herbisida. Kesalahan dalam

penggunaan herbisida banyak menimbulkan kerugian. Untuk mengatasi hal ini

maka petani harus mengenal dan mengatahui golongan herbisida yang di gunakan

oleh petani seperti herbisida sistemik dan kontak. Hal ini sesuai dengan literatur

Nurafni (2012) yang menyatakan bahwa Herbisida kontak. Herbisida ini hanya

mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang

berhijau daun dan aktif berfotosintesis. Contoh herbisida kontak adalah paraquat.

Herbisida Sistemik. Cara kerja herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman

gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas

sampai ke perakarannya. Contoh herbisida sistemik adalah glifosat, sulfosat.

pengaplikasian herbisida yang tidak memperhatikan faktor selektif

herbisida fisik akan menimbulkan ketidak efektifan dan gagalnya aplikasi

herbisida. Faktor biologi akan menimbulkan rusaknya jaringan dan sel yang ada

pada tanaman utama yang tidak tahan terhadap pengaplikasian herbisida. Untuk

mengatasai hal ini maka harus mengenal dan mengetahui faktor selektif dari

herbisida. Hal ini sesuai dengan literatur Riadi (2012) yang menyatakan

Page 15: Herbisida Dan Penggolongannya

15

Klasifikasi herbisida berdasarkan selektif: Faktor fisik yang dapat mempengaruhi

kontak antara herbisida yang diaplikasikan dengan permukaan gulma. Supaya

efektif maka herbisida yang diaplikasikan harus tetap kontak atau melekat atau

berada pada tumbuhan sasaran Faktor biologi yang menentukan selektivitas

herbisida berkaitan dengan sifat morfologi, fisiologi, dan metabolisme tumbuhan.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Deptan. 2002. Pemetaan lalat buah. Available at: http://www.deptan.go.id/ Diakses 1 April 2014).

Doles, J. L. 2001. Host plant selection and acceptance behavior of herbivorous insects (phytophagus insects). Available on line at :http;//www.colostate.edu/Depts/Entomolgy/courses/euso7/papers 2001/doles.htm (Diakses 1 April 2014).

Kalie, M. B. 2000. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat Cet. 7. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm. 79 -121.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.

Kuswandi. 2001. Panduan lalat buah. Available on line at http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/makalah/lalat_buah.html. (Diakses 1 April 2014).

Page 16: Herbisida Dan Penggolongannya

16

Oka, I. N. 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Pracaya . 2007. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta.

Putra, N.S. 2001. Hama Lalat Buah dan Pengendalian. Penerbit Kansius. Yogyakarta.

Rull, J., J. Ronald, and Prokopy. 2004. Host finding and ovipositional boring respones of apple manggot (Diptera : Teprithidae) to different apple genotypes. Entomological Society of America.

Sarangga, A.P. 1997. Identifikasi lalat buah (Bactrocera spp) (Diptera : Teprithidae) dan tanggap olfaktorinya terhadap aroma lima macam buah. Prosiding Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia V dan Simposium Entomologi. Bandung.

Sarwono. 2003. PHT lalat buah pada mangga. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian. Litbang Pertanian, BPTP-Jatim.

Soeroto, A., W. Nadra, dan L. Chalid. 1995. Petunjuk Praktis Pengendalian Lalat buah. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Dan Holtikultura Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. Jakarta.

Sunjaya, P.I. 1970. Dasar-Dasar Ekologi Serangga. Ilmu Hama Tanaman Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susanto, A. 2005. Hasil Tangkapan Harian Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Complex) pada Areal Kebun Mangga di Kelompok Tani Jatiasih, Tomo-Sumedang. Bagian Penelitian untuk Disertasi di Sekolah Pascasarjana ITB. Tidak dipublikasikan.

Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Page 17: Herbisida Dan Penggolongannya

17

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

PENDAHULUAN.........................................................................................1Latar Belakang...............................................................................1Tujuan Penulisan ...........................................................................2Kegunaan Penulisan ......................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................3Biologi Lalat Buah (Bactrocerra dorsalis Hend.) .......................3Gejala Serangan ............................................................................6Pengendalian .................................................................................7

PERMASALAHAN......................................................................................8

PEMBAHASAN ...........................................................................................10

KESIMPULAN ............................................................................................13

Page 18: Herbisida Dan Penggolongannya

18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................14

iiKATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tepat pada

waktunya.

Adapun judul laporan ini adalah “Hama Lalat Buah Bactrocera dorsalis

Hend. (Diptera : Tephritidae) Pada Tanaman Jeruk (Citrus sinensis L.)” yang

merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium

Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Hama Program Studi Agroekoteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen

mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman yakni Dr. Ir. Marheni, MP. dan kepada

Page 19: Herbisida Dan Penggolongannya

19

abang dan kakak asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan penulisan kedepannya. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih, semoga

laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2014

Penulis

i