teknik aplikasi herbisida

Upload: katakan-lah-sejujurnya

Post on 17-Jul-2015

2.360 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

TEKNIK APLIKASI HERBISIDA Junita Sinambela/070301054 Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

ABSTRAK Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian tempat 25 m dpl. Percobaan ini bertujuan umtuk mengukur aplikasi perlakuan herbisida yang seragam pada suatu areal, sehingga diperoloh hasil pengendalian yang efektif dan efisien. Percobaan ini menggunakan air, dan knapsock. Luas areal yang dikalibrasikan panjangnya16,25 m dan lebar 1,95 m dengan volume awal 10 liter/ha. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa air yang digunakan untuk luas areal tersebut 2,5 liter/ha dan volume yang diperlukan sebanyak 788,892 lite/hr, volume semprot untuk dosis herbisida 2 liter/ha sebanyak 788,8983 liter/ha dan untuk volume semprot dengan dosis herbisida 3 liter/ha sebanyak 788,8995 liter/ha. Kata Kunci: kalibrasi, air, volume semprot PENDAHULUAN Pengendalian gulma dewasa ini di Indonesia cukup berkembang disbanding pemanfaatan sumber daya dan eradikasi gulma itu sendiri. Cara pengendalian dapat dilakukan secara fisik (manual, mekanis, pemanfaatan dan kultur teknis), biologi dan kimia (herbisida). Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida sudah banyak diterapkan di lapangan baik pada budidaya komoditas tanaman perkebunandan industri maupun tanaman pangan, hortikultura dan perairan. Hal ini disebabkan oleh kelangkaan tenaga kerja di tingkat usaha tani, serta banyaknya pilihan herbisida yang efektif dan selektif sebagai haerbisida pra tumbuh dan purna tumbuh sesuai dengan komoditas tanaman yang dibudidayakan (Tjitrosemito, 2004). Herbisida adalah suatu bahan kimia (pestisida) yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan gulma. Cara yang paling efektif untuk menanggulangi gulma ialah menggunakan herbisida dalam kombinasi dengan cara pengendalian lainnya. Keuntungan penggunaan herbisida yaitu: a) Menggunakan herbisida menghemat tenaga. b) Herbisida dapat dapat digunakan dalam lingkungan apapun. Sedangkan kerugian penggunaan herbisida adalah: menggunakan herbisida yang sama terusmenerus mengakibatkan berkembangnya gulma, khususnya jenis tahunan yang sulit dikendalikan dengan herbisida (Sebayang, 2005). Proses aplikasi herbisida menyangkut berbagai aspek antara lain: 1) Penyediaan larutan yang sesuai. 2) Pembuatan butiran cairan semprot. 3) Gerakan butiran cairan semprot kepada sasaran. 4) Impak butiran pada sasaran (Sukman dan Yakup, 2002). Di dalam melakukan kalibrasi terdapat tiga faktor penting yang menentukan keberhasilan kalibrasi yakni: Ukuran lubang nozel. Tekanan dalam tangki alat semprot.

Kecepatan pergerakan (berjalan) aplikator. (Anderson, 1977). BAHAN DAN METODE Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada tanggal 18 April 2007 dengan ketinggian tempat 25 m dpl. Percobaan ini menggunakan air sebagai pelarut herbisida, gelas ukur untuk mengukur herbisida yang akan digunakan, ember plastik sebagai tempat menaruh air, glifosat sebagai herbisida yang akan diaplikasikan, dan Knapsock Sprayer sebagai alat semprot. Sebelum mengkalibrasikan air pada pelataran parkir, ditentukan terlebih dahulu volume awal dengan rumus: Volume yang diaplikasikan = Volume yang diperlukan Luas areal perlakuan Luas areal yang akan diberi perlakuan Kemudian ditentukan banyaknya volume semprot yang diperlukan untuk dosis herbisida 2 liter/ha dan 3 liter/ha. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Volume larutan yang diketahui (V1) = 10 L Volume larutan yang tertinggal dalam tangki (V3) = 7,5 liter Volume semprot (V2) = V1 V3 = 2,5 liter Lebar Lahan = 1,95 m Panjang Lahan = 16,25 m Luas Lahan = P x L = 31,69 m2 Volume yang diaplikasikan = Volume yang diperlukan Luas areal perlakuan Luas areal yang akan diberi perlakuan V = 2,5 x 10000 = 788,892 liter 31,69 Dosis Herbisida 2 liter = (2 x 31,69 ) : 10.000 = 0,006 liter Dosis Herbisida 3 liter = (3 x 31,69 ) : 10.000 = 0,0095 liter Volume semprot per Hektar Dosis Herbisida 2 liter = 788,892 + 0,0063 = 788,8983 liter Volume semprot per Hektar Dosis Herbisida 3 liter = 788,892 + 0,0095 = 788,8995 liter Pembahasan Dari hasil percobaan dengan mengkalibrasikan air pada luas lahan 31,69 m2, maka diperoleh volume semprot dengan dosis herbisida 2 liter/ha sebanyak 788,8983 liter/ha. Dan volume semprot dengan dosis herbisida 3 liter/ha sebanyak 788,8995 liter/ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa volume air yang akan digunakan untuk mengaplikasikan herbisida dengan dosis anjuran 2 liter/ha dengan dosis anjuran 3 liter/ha yang diaplikasikan pada luas areal yang sama membutuhkan volume air yang

tidak jauh berbeda tetapi harus tetap diperhatikan kesesuaiannya. Hal ini sesuai dengan literatur dari Sukman dan Yakup (2002) yang menyatakan bahwa penyediaan larutan yang sesuai merupakan salah satu aspek penting dalam proses aplikasi herbisida. Di dalam melakukan kalibrasi ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi yaitu ukuran lubang nozzle, tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan aplikator. Ketiga faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu volume larutan herbisida tertentu yang dapat dilepaskan melalui lubang nozzle pada setiap waktu yang dikehendaki. Hal ini sesuai dengan literatur Anderson (1977) bahwa di dalam melakukan kalibrasi terdapat tiga faktor penting yang menentukan keberhasilan kalibrasi yakni ukuran lubang nozel, tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan pergerakan (berjalan) aplikator.

KESIMPULAN 1. Pada luas lahan 31,69 m2 dengan volume awal 10 liter dan volume akhir 7,5 liter maka diperoleh volume yang diperlukan sebanyak 2,5 liter. 2. Pada luas lahan 31,69 m2 dengan dosis herbisida 2 liter/ha maka diperoleh volume semprot sebanyak 788,8983 liter/ha. 3. Pada luas lahan 31,69 m2 dengan dosis herbisida 3 liter/ha maka diperoleh volume semprot sebanyak 788,8995 liter/ha. DAFTAR PUSTAKA Anderson, W.P., 1977. Weed Scince. West Publishing, Los Angeles. Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Unit Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang Sukman, Y., dan Yakup, 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tjitrosemito, S., Sri S.T., dan Imam M., 2004. Prosiding Konferensi Nasional XVI Himpunan Ilmu Gulma Indonesia SEAMEO BIOTROP, Bogor, 15-17 Juli 2003. Bogor-Indonesia.

PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PTP. NUSANTARA II KEBUN SAWIT SEBERANG LAPORAN

OLEH : NICKY ARDIANSYAH L./070301055 ARJUNA A.R.P./070301019 JUNITA SINAMBELA/070301054

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Judul Kegiatan : PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI PTP. NUSANTARA II KEBUN SAWIT SEBERANG Waktu : Bulan Juni sampai Juli 2010 Peserta PKL : NICKY ARDIANSYAH L. 070301055 ARJUNA A.R.P. 070301019 JUNITA SINAMBELA 070301054 Medan, Juli 2010 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing Lapangan Asisten Pembimbing Lapangan (Ir. Toga Simanungkalit, MS) (P. Sijabat) NIP. 19599072 819870 21 001 Diketahui Oleh:

Manajer PTPN II Ketua Departemen Kebun Sawit Seberang Budidaya Pertanian FP-USU (Ir. W Sasongko MM.) (Prof. Ir. Edison Purba Ph. D.) NIP. 1959010 519860 11 001

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dengan baik. Praktek Kerja Lapangan ini merupakan program yang wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa-mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di PTPN II Kebun Sawit Seberang. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D. selaku dekan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. 2. Bapak Ir. Edison Purba, Ph.D selaku ketua Departemen Budidaya Pertanian Universitas Sumetra Utara, Medan. 3. Bapak Ir. Toga Simanungkalit, MS selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL). 4. Bapak Ir. W Sasongko MM. selaku manajer PTPN II Kebun Sawit Seberang. 5. Bapak Ir. R Malau selaku asisten kepala Rayon Sawit Seberang (SWS) dan , Bapak Ir. M Triwahyudi selaku asisten kepala Rayon Babalan (BBN) PTPN II Kebun Sawit Seberang 6. Bapak P. Sijabat, SP selaku asisten afdeling IX di PTP. Nusantara II Kebun Sawit Seberang. 7. Bapak David Ginting, S.Sos., selaku asisten personalia PTPN II Kebun Sawit Seberang. 8. Seluruh karyawan PTP. Nusantara II Kebun Sawit Seberang yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan laporan ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih. Medan, Juli 2010 Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR LAMPIRAN iv DAFTAR GAMBAR v I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan Praktek Kerja lapangan 2 II. GAMBARAN UMUM LOKASI PKL 3 2.1 Sejarah Kebun 3 2.2 Lingkungan Fisik 3 2.2.1 Letak geografis 3 2.2.2 Iklim 4 2.2.3 Topografi dan Jenis Tanah 4 2.2.4 Luas Areal 4 2.3 Struktur Organisasi Kebun 7 2.4 Sistem Administrasi 14 2.4.1 Sistem Administrasi Kebun 14 III. KEGIATAN BUDIDAYA KELAPA SAWIT 17 3.1 Pembibitan 17 3.1.1 Pre Nursery (Pembibitan awal) 17

3.1.2 Main Nursery (Pembibitan Utama) 20 3.2 Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 24 3.2.1 Pembuatan Pasar Kontrol 25 3.2.2 Pemeliharaan Jalan 25 3.2.3 Pembuatan Parit Drainase 26 3.2.4 Penyisipan 26 3.2.5 Konsolidasi 26 3.2.6 Pemeliharaan Piringan Pohon 27 3.2.7 Pengendalian Hama dan Penyakit 28 3.3 Tanaman Menghasilkan (TM) 29 3.3.1 Pemeliharaan 29 3.3.2 Pemupukan 31 3.3.3 Pemeliharaan Jalan 32 3.3.4 Pengendalian Hama dan Penyakit 32 3.3.5 Panen dan Pengumpulan 34 3.3.5.1 Pengertian Panen 38 3.3.5.2 Kriteria Matang Panen 38 3.3.5.3 Pembagian Kapveld Menurut Rotasi Panen 40 3.3.5.4 Ancak Panen 40 3.3.5.5 Sistem Panen 41 3.3.5.6 Perhitungan Angka Kerapatan Panen (AKP) 41 3.3.5.7 Peralatan Panen 42 3.3.5.8 Pelaksanaan Panen 43 IV. PROGRAM MAGANG BERSAMA PEJABAT/STAF/KARYAWAN 45 V. TOPIK PERMASALAHAN DI LOKASI PKL 49 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 50 6.2 Saran 50 VII. DAFTAR PUSTAKA VIII. LAMPIRAN

DAFTAR TABEL No. URAIAN Hal 1. Luas Areal Kebun Sawit Seberang Per Tahun Tanam dan Luas Seluruhnya .............................................................................................. 6 2. Jumlah Tegakan atau Populasi Tanaman Berdasarkan Umur................. 7 3. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit.............................. 39 4. Kriteria Matang Panen dan Standard Antar Fraksi............................... 39

DAFTAR LAMPIRAN No. URAIAN Hal. 1. Bagan Struktur Organisasi Kebun Sawit Seberang 52 2. Peta Kebun sawit Seberang 53 3. Lay Out PKS Kebun Sawit Seberang 54 4. Foto Peserta PKL... 56

DAFTAR GAMBAR No. Uraian Hal. 1. Keadaan Topografi Kebun Sawit Seberang 5 2. Tanaman TBM.. 25 3. Kondisi Jalan pada Areal TBM......................................................... 26 4. Penyiangan Manual... 30 5. Pasar Mati.. 30 6. Kondisi Jalan pada Areal TM 32 7. Gejala Serangan Oryctes... 33 8. Gejala Serangan Ganoderma. 34 9. Tempat Pengumpulan Hasil. 35 10. Pasar Pikul 36 11. Perhitungan AKP.............................................................................. 42

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Perkebunan Nusantara II (Persero), disingkat PTPN II, dibentuk berdasarkan PP No. 7 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di Wilayah Sumatera Utara dari eks PTP II dan PTP IX. Selain itu dikembangkan juga tanaman kelapa sawit di wilayah Irian Jaya yaitu di Kabupaten Manokwari dan Jayapura.

PTPN II mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao, gula dan tembakau dengan areal konsesi seluas 103.860 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 61.577 ha, karet 11.265 ha dan kakao seluas 7.370 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri ditambah inti, PTPN II juga mengelola areal plasma milik petani seluas 25.250 ha untuk tanaman kelapa sawit. Disamping itu PTPN II juga mengelola tanaman musiman yaitu tanaman tebu dan tembakau. Tanaman tebu lahan kering ditanam pada areal seluas 16.046 ha, tediri dari tebu sendiri (TS) 14.474 ha dan tebu rakyat (TR) 1.572 ha, sedangkan tanaman tembakau ditanam pada areal seluas 2.443 ha. Salah satu perkebunan yang memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan industri kelapa sawit di Indonesia adalah PTPN II. PTPN II dikenal sebagai produsen kelapa sawit yang berkualitas dan memiliki sumber daya manusia yang sangat berkompeten dibidangnya. Dari keterangan diatas perguruan tinggi segera mengambil langkah alternatif agar mempersiapkan mahasiswa/i untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam industri kelapa sawit. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dalam bentuk praktek kerja lapangan (PKL). Dari kegiatan PKL diharapkan mahasiswa/i dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, serta memberi gambaran kepada mahasiswa mengenai dunia kerja yang akan dimasukinya setelah lulus sarjana. Untuk itu, mahasiswa/i memilih PTPN II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat sebagai tempat PKL karena perusahaan tersebut memiliki pengalaman dalam pengembangan industri Kelapa Sawit sehingga diharapkan mahasiswa/i dalam menimba pengalaman dari kegiatan PKL tersebut. Alasan pesrta PKL mengadakan PKL di PTPN II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat, karena di PTPN II Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat ada pembibitan, PKS (Pabrik Kelapa Sawit), TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), TM (Tanaman Menghasilkan). 1.1 Tujuan 1. Secara umum mahasiswa peserta PKL dapat memperoleh pengalaman atau ketrampilan langsung dilapangan sesuai dengan realita yang ada. 2. Secara khusus mahasiswa peserta PKL dapat mempraktekkan pengalaman atau ketrampilan yang akan diperoleh setelah menjadi sarjana. 3. Mahasiswa peserta PKL dapat melakukan proses belajar bersama dengan peserta, peserta dengan staf tempat PKL, peserta dengan pejabat yang tekait di tempat PKL. 4. Mahasiswa PKL mampu menganalisa dan memecahkan permasalahan yang timbul pada tempat PKL. II. GAMBARAN UMUM LOKASI PKL 2.1 Sejarah Kebun Kebun Sawit Seberang adalah salah satu kebun milik PT Perkebunan II yang berlokasi di Kabupaten Langkat Kecamatan Padang Tualang Propinsi Sumatera Utara. Dimana jarak dari kota Medan 78 km, ketinggian dari permukaan air laut 55 m. PTPN II Kebun Sawit Seberang pada awalnya dari perusahaan eks perkebunan Belanda yang bernaman Verenigde Deli Mastgchappij (VDM) yang dibuka dan ditanami kelapa sawit sejak tahun 1923. Setelah pendirian perkebunan kelapa sawit Verenigde Deli Mastgchappij (VDM) membangun Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) pada tahun 1927. Kemudian sejak berada dibawah pengawasan PT. Perkebunan Nasional, PKS Sawit Seberang telah mengalami beberapa kali perbaikan dan penambahan kapasitas yakni dari 15 ton TBS

diolah per jam menjadi 30 ton TBS per jam kapasitas terpasang. PTP Nusantara II Kebun Sawit Seberang menghasilkan CPO dan inti sawit yang diolah di Pabrik Kelapa sawit (PKS) dan untuk peningkatan produksi kelapa sawit pada tahun 1984. Perusahaan mendirikan pabrik fraksionasi yang berkapasitas 200 ton per hari yang mengelola crude palm oil (CPO) menjadi RBDPO (Refined Bleached dedorced Palm Oil) 95% dan Fatty Acid 4%. Kemudian mengingat perkembangan ekonomi dan tingginya biaya produksi karena tidak sesuai dengan kapasitas yang terpasang saat ini, maka pada tahun 2000 pabrik fraksionasi tidak beroperasi lagi. Sejak berdirinya perusahaan perkebunan Sawit seberang telah mengalami perubahan nama yaitu: 1. Tahun 1927 : ND VDM 2. Tahun 1962 : PPN Sumut II 3. Tahun 1963 : PPN Antari II 4. Tahun 1968 : PPN Antari II / PNP II (Penggabungan) 5. Tahun 1969 : PNP II 6. Tahun 1976 : PTP II 7. Tahun 1996 : PTPN II (Penggabungan PTP II dengan PTP IX, 11 Maret 1996). 2.2 Lingkungan Fisik 2.2.1 Letak Geografis PTP.Nusantara II (Persero) Kebun Sawit Seberang terletak di Kabupaten, yaitu: 1. Kabupaten Langkat 2. Kecamatan Padang Tualang Dimana terdiri dari IX Afdeling yaitu afdeling I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX. Batas-batas Kebun Sawit Seberang: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kebun Gunung Monako PTP.N.III 2. Sebelah Barat berbatsan dengan Kabupaten Sergei 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kebun Sucflndo 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sergei

2.2.2 Iklim a. Ketinggian Tempat Pada umumnya keadaan areal di lokasi PTPN II Kebun Sawit Seberang rata dan sebagian tempat bergelombang dengan ketinggian tempat 5-20 m dpl pada daerah datar 20 50 m dpl pada areal bergelombang. b. Curah Hujan Berdasarkan data iklim yang tersedia, data curah dan hari hujan Kebun Sawit Seberang selama tujuh tahun terakhir (tahun 2001-2007) disajikan pada lampiran. 2.2.3 Topografi dan Jenis Tanah Keadaaan topografi di Kebun Sawit Seberang ada yang datar dan bergelombang atau curam. Jenis tanah yang terdapat di kebun ini adalah jenis tanah Podsolid, Kekuningkuningan, dan teksturnya liat berpasir. pH tanah berkisar 5-7 (netral), struktur tanahnya liat sampai liat berpasir yang memiliki kemampuan menyimpan air yang sangat rendah. Dan untuk menanggulangi kekurangan unsur dapat dilakukan dengan pemupukan yang teratur.

Gambar 1. Keadaan Topografi kebun Sawit Seberang 2.2.4 Luas Areal Luas areal Kebun Sawit Seberang pada tahun 2009 adalah 14.896,11 Ha, dimana luas arealnya dapat di jabarkan sebagai berikut: a. Luas areal HGU semula : 8.236.98 Ha b. Luas arel HGU yang telah terbit sertifikat : 5.224.05 Ha c. Luas areal HGU yang masih dalam proses perpanjangan : 3.012.93 Ha d. Luas areal HGU yang tidak diperpanjang : - Ha e. Luas areal HGU dan HGU yang tidak diperpanjang yang diduduki dan yang digarap masyarakat diatasnya dalam bentuk tanaman, bangunan serta termasuk yang dalam perkara hukum : - Ha Keterangan : Areal/Hutan Okupasi seluas 5.932.69 Ha yang tercantum dalam areal statement Kebun Sawit Seberang sampai dengan saat ini tidak diketahui keberadaannya dan telah dibuat surat permohonan petunjuk ke Kantor Direksi mengenai areal tersebut melalui Nomor : II.SB/II.0/71/VIII/2006 tanggal 10 Agustus 2006. Tahun Tanam per Hektar Uraian Tahun Tanam Luas (Ha) Jumlah TM Kelapa Sawit 1984 1985 1988 1989 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2003 2005 281.43 627.96 847.22 690.23 153.73 200.51 396.60 1.054.91 1.106.27 17.31 562.94 605.15 478.50 389.98 55.00

338.23 71.25

7.877.22 TMTP 1983 202.00 202.00 TBM IV 2005 91.17 91.17 TBM I 2008 66.59 91.17 Jumlah Seluruhnya 8.236.98 8.236.98 Tabel 1. Luas Areal Kebun Sawit Seberang Per Tahun Tanam dan Luas Seluruhnya Jumlah Tegakan Pohon per Ha No Uraian Jumlah Pokok Pokok (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 TMTP (>25 Tahun) TM (25 Tahun) Tua (19-24 Tahun) Dewasa (11-18 Tahun) Remaja (6-10 Tahun) Muda (2.5-5 Tahun) TBM 26.019 33.466 265.727 520.835 156.645 9.120 19.039 129 118 123 127

124 128 121 Total 1.030.581 125 Tabel 2. Jumlah Tegakan atau Populasi Tanaman Berdasarkan Umur 2.3 Struktur Organisasi Kebun Struktur organisasi perusahaan adalah suatu kerangka perusahaan, kerangka kegiatankegiatan perusahaan yang menentukan pembagian pekerjaan pada unit-unit organisasi, pembagian wewenang, adanya sistem komunikasi dan akhirnya mencakup sistem koordinasi dalam perusahaan. Untuk mengetahui struktur organisasi suatu perusahaan kiranya dapat digambarkan pada suatu bagan dari organisasi tersebut karena dari bagan organisasi tersebut akan kita peroleh gambaran dari aktivitas-aktivitas secara keseluruhan. Bagan organisasi tersebut juga bertujuan untuk mengetahui job/pekerjaan dari tugas masing-masing dan pertanggungawaban. Struktur organisasi perusahaan yang baik akan memberikan kemudahan bagi Manager dalam pengambilan keputusan dan mempermudah karyawan menjalankan tugas-tugas kepadanya. Struktur atau bagan organisasi PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang dapat dilihat pada lampiran. Dalam menjalankan operasi di kebun ini dipimpin oleh seorang Manager. Pada pelaksanaannya sehari-hari Manager dibantu oleh beberapa staf, terdiri dari : a. Dua orang Asisten Kepala (Asisten Kepala Rayon SWS dan Asisten Kepala Rayon BBN) yang bertugas mengecek dan mengkoordinir pekerjaan Asisten afdeling. b. Sembilan orang asisten yang bertugas mengawasi bagian tanaman disetiap afdeling. c. Satu orang asisten teknik sipil/traksi dan alat berat yang bertugas dibidang transportasi hasil dan hal-hal yang berhubungan dengan teknik. d. Satu orang Asisten Tata Usaha yang mengepalai tugas dalam menjalankan operasi administrasi secara umum, e. Satu orang asisten Personalia Kebun yang bertugas sebagai pemberi data informasi dibidang ketenaga kerjaan. f. Satu orang perwira pengamanan (Papam) yang bertugas mengatur sistem keamanan kebun. Uraian lebih lanjut tentang tugas-tugas dan tanggung jawab dari masing-masing pelaksana Kebun Sawit Seberang dijelaskan sebagai berikut: 1. Manager (a) Mempertanggungjawabkan penggunaan dana, material, dan personil secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang maksimal (b) Bertanggungjawab atas semua harta kekayaan perusahaan di kebun yang dipimpinnya (c) Menjalin kerja sama yang baik dengan instansi lain di sektor kebun (d) Mengatur stabilitas keamanan, sosial, politik dan keharmonisan sehingga tercapainya keserasian dalam mencapai tujuan perusahaan (e) Mengadakan rapat kerja dan diskusi mengenai problem-problema yang timbul dalan pengolahan sesuai dengan rencana perusahaan (f) Manager bekerjasama dengan inspektur, bagian tanaman dan teknik, untuk mencapai ide-ide baru mengenai sistem kerja 2. Asisten Kepala (a) Mengusulkan peremajaan tanaman.

(b) Mengusulkan pemesanan dan menerima kecamba kelapa sawit dan biji karet. (c) Melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan pembibitan tanaman. (d) Melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan tanaman. (e) Mengusulkan persetujuan mutasi TBM menjadi TM. (f) Melaksanakan pemupukan dengan prinsip 5T ( tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, tepat frekwensi dan tepat aplikasi/tabur ). (g) Melaksanakan pengambilan contoh daun untuk keperluan rekomendasi pemupukan. (h) Melaksanakan dan monitoring kegiatan panen, angkut dan tap/kap kontrol. (i) Melaksanakan pengendalian mutu produksi. (j) Melaksanakan dan monitoring penyerahan/pengiriman produksi tanaman. (k) Membangun dan memelihara sarana dan prasarana (infrastruktur). (1) Pemeriksaan mutu alat, pupuk dan bahan kimia tanaman. (m) Membuat taksasi produksi, mengusulkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)/Rencana Kerja Operasional (RKO) kebun. (n) Membuat permintaan dan melaporkan pertanggung jawaban penggunaan uang kerja (DPUK). (o) Melaksanakan pengadaan kebutuhan barang dan jasa sesuai dengan kewenangannya dan mengajukan pengadaan kebutuhan barang dan jasa diluar kewenangannya, (p) Mengendalikan persediaan barang dan perlengkapan lainnya. (q) Melaksanakan pembayaran pada pihak ketiga sesuai dengan kewenangannya. (r) Membuat laporan kinerja bulanan (LM ke Distrik Manajer. (s) Melaksanakan pengendalian sistem komputerisasi yang terintegrasi (tanaman ) berbasis data base secara konsisten dan up to date. (t) Melaksanakan penerimaan karyawan pemanen dan penderes. (u) Melaksanakan Sistem Penilaian Karya (SPK). (v) Menjamin bahwa kebijakan mutu, lingkungan dan SMK-3 dimengerti, diterapkan dan dipelihara di unit usaha. 3. Asisten Afdeling (a) Mengusulkan peremajaan tanaman. (b) Mengusulkan pemesanan dan menerima kecambah kelapa sawit dan biji kelapa sawit. (c) Melaksanakan pembangunan dan pemeiiharaan pembibitan tanaman. (d) Melaksanakan pembangunan dan pemeiiharaan tanaman. (e) Mengusulkan persetujuan mutasi TBM menjadi TM. (f) Melaksanakan pemupukan dengan prinsip 5T (tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, tepat frekwensi dan tepat aplikasi/tabur). (g) Melaksanakan pengambilan contoh daun untuk keperluan rekomendasi pemupukan. (h) Melaksanakan dan monitoring kegiatan panen, angkut dan tap/kap kontrol. (i) Melaksanakan pengendalian mutu produksi. (j) Melaksanakan dan monitoring penyerahan/pengiriman produksi tanaman. (k) Membangun dan memelihara sarana dan prasarana (infrastruktur). (1) Pemeriksaan mutu alat, pupuk dan bahan kimia tanaman. (m) Membuat taksasi produksi, mengusulkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)/Rencana Kerja Operasional (RKO) kebun. (n) Membuat permintaan dan melaporkan pertanggung jawaban penggunaan uang kerja (DPUK). (o) Mengendalikan persediaan barang dan perlengkapan lainnya. (p) Melaksanakan pembayaran pada pihak ketiga sesuai dengan kewenangannya. (q) Membuat laporan kinerja bulanan (LM) ke Manajer. (r) Melaksanakan penerimaan karyawan pemanen dan penderes.

(s) Melaksanakan Sistem Penilaian Karya (SPK). (t) Menjamin bahwa kebijakan niutu, lingkungan dan SMK-3 dimengerti, diterapkan dan dipelihara di unit usaha. 4. Asisten Teknik Sipil/Traksi dan Alat Berat (a) Melaksanakan dan monitoring kegiatan panen, angkut dan tap/kap kontrol. (b) Melaksanakan dan monitoring penyerahan/pengiriman produksi tanaman. (c) Membangun dan memelihara sarana dan prasarana (infrastruktur). (d) Membuat program dan melaksanakan pemeliharaan mesin/instalasi dan sipil/traksi. (e) Melaksanakan tera ulang timbangan dan monitoring kalibrasi. (f) Membuat Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)/Rencana Kerja Operasional (RKO) kebun. (g) Membuat permintaan dan melaporkan pertanggung jawaban penggunaan uang kerja. (h) Melaksanakan pengadaan kebutuhan barang dan jasa sesuai dengan kewenangannya dan mengajukan pengadaan kebutuhan barang dan jasa diluar kewenangannya. (i) Mengendalikan persediaan barang dan perlengkapan lainnya. (j) Melaksanakan pembayaran pada pihak ketiga sesuai dengan kewenangannya. (k) Melaksanakan penyerahan barang hasil lelang aktiva non produktif. (I) Membuat laporan kinerja bulanan (LM, LTT) ke distrik manajer. (m) Melaksanakan Sistem Penilaian Karya (SPK). (n) Menjamin bahwa kebijakan mutu, lingkungan dan SMK-3 dimengerti, diterapkan dan dipelihara di unit usaha. 5. Asisten Personalia Kebun (a) Membuat, mengusulkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RAKP)/ Rencana Kerja Operasional (RKO) kebun. (b) Membuat permintaan dan melaporkan pertanggung jawaban penggunaan uang kerja (DPUK). (c) Melaksanakan kewajiban pembayaran pajak dan retribusi serta kewajiban lainnya. (d) Melaksanakan pembayaran pada pihak ketiga sesuai dengan kewenangannya. (e) Membuat laporan kinerja bulanan (LPMU, bazzeting) ke Distrik Manajer (f) Melaksanakan pengendalian sistem komputerisasi yang terintegrasi (personalia ) berbasis data base secara konsisten dan up to date. (g) Melaksanakan penerimaan karyawan pemanen dan penderes. (h) Melaksanakan Sistem Penilaian Karya (SPK). (i) Menjamin bahwa kebijakan mutu, lingkungan dan SMK-3 dimengerti, diterapkan dan dipelihara di unit usaha. (j) Mengusulkan, mengalokasikan dan menyalurkan dana KBL. (k) Mengusulkan pengurusan perpanjangan HGU. (1) Mengusulkan pengurusan penerbitan dan perpanj angan Hak Guna Bangunan (HGB) dan izin pendirian pabrik ( HO ). (rn) Melaksanakan pengiriman pasien ke rumah sakit perusahaan. (n) Mengusulkan bantuan pengamanan external (dari tingkat Kabupaten/ Provinsi). Kecuali Manajer yang bertanggung jawab terhadap kepada Direksi, maka semua pelaksanaan yang telah disebutkan diatas bertanggung jawab sepenuhnya kepada Manager. 2.4 Sistem Administrasi Administrasi berfungsi sebagai pencatatan (recording), pelaporan (reporting) dan arsip. Tanpa administrasi, fungsi manajemen tidak dapat bekerja secara maksimal, karena keseluruhan proses manajemen harus didasarkan pada sesuatu yang tertulis. 2.4.1 Sistem Administrasi Kebun

Di PTPN II Kebun Sawit Seberang fungsi manajemen difasilitasi oleh suatu sistem administrasi yang diberlakukan untuk seluruh unit-unitnya. Terdapat jenis fasilitas administrasi baku berupa formulir-formulir atau blanko-blanko yaitu : a. RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) RKAP adalah rencana kerja tahunan. RKAP suatu perkebunan merupakan kumpulan dari RKAP tiap unitnya, dimana RKAP yang paling dasar dari Perusahaan Perkebunan adalah RKAP Afdeling. Di dalam RKAP tersebut tertuang seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan selama satu tahun beserta biaya yang diperlukan untuk merealisasikan tujuan yang telah ditentukan oleh perusahaan. RKAP disusun setengah tahun sebelum tahun tersebut berjalan. Misalnya, RKAP untuk tahun 2010 disusun pada bulan juli 2009. b. RKO (Rencana Kerja Operasional) RKO adalah rencana kerja triwulan, yang dibuat sesuai dengan RKAP yang telah disusun dengan cara menyusun ulang rencana kerja tersebut per tiga bulan. Tujuan dari RKO ini adalah untuk mendekatkan kondisi aktual sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam mencapai tujuan. c. PB (Pengawasan Biaya) PB atau pengawas biaya adalah formulir administrasi yang berisikan data yang paling mendasar. Pengawas biaya ini terdiri dari: - PB-73 yang merupakan buku mandor yang berisikan daftar absensi karyawan, jenis pekerjaan, hasil pekerjaan, jumlah ha/m/kg, dan no. kebun karyawan. Buku mandor terbagi dua, yaitu buku untuk tanggal genap dan buku untuk tanggal ganjil. Selanjutnya data dari buku PB 73 dipindahkan ke dalam formulir ikhtisar laporan Pekerjaan Harian (PB 10) dan PB 73 juga sebagai dasar untuk untuk mengisi beberapa formulir administrasi bidang panen seperti formulir Daftar Harian pengumpulan TBS (PB 24). - PB-10 merupakan ikhtisar laporan pekerjaan harian yang berisikan jumlah kehadiran, jenis pekerjaan, perolehan prestasi dan bahan yang digunakan, serta formulir buku asisten untuk mencatat khusus mengenai presensi dan absensi karyawan sebagai dasar pembuatan Dasar Upah Karyawan. - PB-24 merupakan Daftar harian pengumpul tandan. PB 24 dibagi dalam dua bagian yaitu: - PB 24 A merupakan catatan harian hasil panen yang dikerjakan oleh mandor. - PB 24 B merupakan catatan harian hasil panen yang dikerjakan oleh Krani Transport. Hasil panen yang dicatat oleh mandor (PB 24 A) disesuaikan dengan catatan hasil panen Krani Transport (PB 24 B), jika terdapat perbedaan dari jumlah hasil panen maka mandor dan krani transport akan mencari penyebab selisih. - PB-25 merupakan surat pengantar TBS yang diangkut dari TPH ke PKS. - PB-26 merupakan daftar produksi harian TBS (Kg/hari). Data yang diperoleh dari PB 24 dituangkan kedalam PB 26 dan diisi oleh krani timbang setelah PB 25 kembali dari PKS. - PB-27 merupakan karru produksi/blok/tahun tanam. - PB-11 merupakan daftar premi. Premi merupakan upah yang diberikan kepada pemanen berprestasi dan dapat diberikan apabila pada hari tersebut prestasi yang diperoleh pemanen di atas Basis Tugas. Basis Tugas adalah batas prestasi minimum (Kg/HK) yang dicapai pemanen. d. LM (Laporan Manajemen) Laporan menejemen merupakan formulir yang berisikan data-data sebagai berikut: - LM-76 merupakan statistik produksi kelapa sawit. - LM 78 adalah biaya panen dan pengumpulan. - LM 80 adalah biaya angkutan.

- LM-82 merupakan biaya pemeliharaan. - LM-89 merupakan laporan pemupukan.

III. KEGIATAN BUDIDAYA KELAPA SAWIT 3.1. Pembibitan Pembibitan Kelapa Sawit Kebun sawit Seberang mempunyai luas 16,26 Ha. Dimana didalamnya termasuk areal untuk Pre Nursery 0,5 Ha. Ditinjau dari segi persyaratanpersyaratan pembibitan, maka areal 0,5 Ha cukup baik karena antara lain : 1. Dekat sumber air yaitu sungai Batang Serangan. 2. Areal rata, dengan draenase baik. 3. Dekat dengan kantor kebun. 4. Sumber tenaga kerja mudah didapat. 5. Areal sentrum terhadap afdeling-afdeling yang akan ditanam. 3.1.1 Pre Nursery (Pembibitan Awal) a. Sumber bibit kecambah (GS) dari PPM (Pusat Penelitian Marihat) Pematang Siantar. b. Bedengan Ukuran bedengan panjang 30 m dan lebar 1,20 m yang dapat berisi baby polybag 4.500 st/bed. Jarak antara bedengan 0,60 m, dinding bedengan dibuat dari bambu. Prestasi kerja = 2 HK/Bed. c. Naungan Bibit yang masih muda memerlukan naungan yang baik untuk mencegah pembakaran sinar matahari mupun hujan yang terlalu deras. Pelindung disini dibuat dengan cara menutupi seluruh pembibitan (over head shade) kecuali dari arah timur, agar bibit mendapat sinar matahari pada pagi hari. Sebagai bahan pelindung digunakan daun kelapa sawit. Bibit yang telah berumur 1,5 bulan pelindung dikurangi secara bertahap (1x2 minggu), sampai umur 2 bulan semua pelindung disingkirkan. Pada umur 2,5 bulan 3 bulan bibit sebaiknya sudah dipindahkan/ditanam ke large polybag yang disebut bibitan Main Nursery. Prestasi Kerja = 4 HK/stand. d. Media Tanah/Pengisian Tanah yang digunakan adalah topsoil (0-10 cm) yang diambil dari areal lain. Sebelum diisi ke dalam kantongan plastic terlebih dahulu diayak dengan kawat ayakan 0,5x0,5 cm. Prestasi kerja = 700 St/HK. e. Kantongan Plastik (Baby Polybag) Baby Polybag yang digunakan adalah baby polybag hitam dengan ukuran lebar 15 cm, tinggi 22 cm, dan tebal 0,07 mm. Bahagian dasr dilubangi berkeliling dengan diameter 0,30 cm. Jumlah baby polybag per kg 235 lembar. f. Pemeliharaan - Menanam Kecambah (GS) Menanam kecambah dilakukan dengan tenaga KS wanita yang sudah terampil. Dimana radikula (bakal akar) yang ditandai dengan bentuknya yang tumpul, kasar, kecoklatan

harus mengarah ke bawah. Lubang dibuat dengan jari sedalam 2-3 cm di tengah kantong plastik dan kemudian ditutup dengan tanah 1-1,5 cm. dan setiap tanggal penanaman dibuat label. Prestasi Kerja = 1000 st/Hk. - Penyiraman Dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore, penyiramannya harus hati-hati agar kecambah tidak sampai terbongkar dan harus memakai gembor. Setiap bibit membutuhkan 0,10,25 liter air setiap penyiraman. Prestasi Kerja = 100.000 St/HK. - Menyiang dalam Baby Polybag Rumput-rumput yang tumbuh dalam kantong plastik disiang (dicabut) dengan manual dengan rotasi 14 hari. Prestasi Kerja = 7.500 St/HK. Pada kantong plastik yang kurang tanahnya dilakukan penambahan tanah. Prestasi Kerja = 20.000 St/Hk. - Pemupukan Pelaksanaan pemupukan dilakukan menurut : II1/Si/i/1989 sebagai berikut : Diselang-seling antara larutan urea 0,3 % (3 gram/liter air) dan 0,3 % compound 12:12:17:2 (3 gram/liter air) dengan rotasi 1 minggu Penyemprotan pertama dilakukan apabila kecambah telah berumur 1 bulan setelah tanam Prestasi per Hk = 5.000 st - Pemberantasan Hama dan Penyakit Hama yang sering mengganggu bibit muda adalah semut, jangkrik, belalang dll. Sedang penyakitnya adalah Helminthosporium, untuk pemberantasannya denagan Dithane M45 (cons 0,1-0,15%). Pemberantasan hama dilakukan dengan Matador 25 EC dan untuk penyakit fungi (jamur) dilakukan dengan penyemprotan Dithane M 45 dengan rotasi 14 hari. Prestasi Kerja = 100.000 st/Hk. - Seleksi Bibit Karena sebab-sebab tertentu seperti genetis, kesalahan kultur tehnis, gangguan hama dan penyakit dll dilakukan seleksi bibit sesuai dengan : II1/Si/i/1985. Seleksi bibit dilakukan 2 kali yakni pada umur 2 bulan setelah tanam dan pada saat pemindahan ke Main Nursery. Prestasi Kerja = 1.000 st/HK. Bibit yang terkena seleksi bibit ditandai dengan pemberian pancang bamboo yang berukuran panjang 15 cm dengan diameter 0,25 cm. Bibit yang terseleksi adalah sebagai berikut : Anak daunnya sempit (Narrow Leaves) Anak daunnya menggulung (Rolled Leaves) Permukaan anak daun menguncup (Collante) Pertumbuhannya memanjang (Erected) Daunnya kisut (Crinkling) Bibit yang kerdil (Insufficient Growth) Bibit yang rusak akibat hama dan penyakit Bibit yang pertumbuhannya berputar (Twisted) - Pemindahan Bibit Pada saat bibit berumur 3 bulan, dimana bibit telah mempunyai 3-4 helai daun adalah saat yang paling baik untuk dipindahkan ke lapangan (Main Nursery). Diangkat dengan memakai kotak-kotak yang telah disiapkan. 1.1.2 Main Nursery (Pembibitan Utama) a. Media Tamah/Pengisian Tanah yang digunakan untuk pengisian large polybag adalah tanah top soil (10-15 cm) yang diangkat dari areal lain. Setiap 1 m2 tanah top soil dapat diisi large polybag sebanyak 40 st. sebelum tanah diisikan terlebih dahulu diayak dengan ayakan 1-1 cm. tanah tersebut bebas dari batu-batuan, akar-akar dan bertekstur baik. Prestasi ayak =

100 st/HK, dan isi tanah = 100 st/HK. b. Large Polybag (1 kg 23 lembar) Large polybag yang digunakan berukuran 40x50 cm dengan tebal 0,20 mm pada bagian bawah dan tengah mempunyai lubang dengan jarak 5 cm, lebar lubang 0,30 cm. Apabila ada kerusakan kantong plastik misalnya tidak mempunyai lubang, ukuran tidak standard dan terlalu tipis tidak digunakan. c. Pemancangan Sebelum dimulai menyusun polybag terlebih dahulu dipancang dengan jarak 80x68 cm (segitiga sama sisi), berarti 1.500 st/Ha. Penyusunan polybag disesuaikan dengan jaringan jalan dan jaringan pipa air. Tempat duduknya polybag selalu diratakan agar letak polybag tegak lurus dan kelihatan rapi. Prestassi Kerja = 10 Hk/Ha. d. Draenase Pembuatan draenase selalu disesuaikan dengan keadaan areal, untuk menghindari genangan air pada musim hujan maupun genangan pada penyiraman. e. Pemeliharaan - Penanaman Sebelum bibit ditanam terlebih dahulu dibuat lubang tanaman pada tanah polybag sedalam 20-25 cm. Kemudian bibit dimasukkan ke dalam lubang tanaman dengan terlebih dahulu membuang plastiknya, sampai batas leher akar. Tanah disekelilingnya dipadatkan dengan cara menekan. Bagian atas polybag dibiarkan kosong setinggi 2-3 cm untuk yempat meletakkan pupuk, cangkang dll. Prestasi Tanam = 2.000 st/Hk. - Penyiraman Penyiraman di Main Nursery merupakan salah satu tindakan tehnis yang pelu mendapat perhatian. Untuk mendapatkan bibit dengan kualitas pertumbuhan yang baik. Penyiraman dilaksanakan 2 kali sehari (pagi 3 jam dan sore 3 jam) selama 3 bulan pertama. Dan selanjutnya 1 kali sehari tetapi jumlah air per polybag perhari 2-3 liter/hari. Apabila curah hujan 10 mm maka bibit tidak perlu disiram. Prestasi menyiram = 4.000 pk/Hk. - Pemupukan Pelaksanaan pemupukan dilaksanakan sesuai : II1/Si/1/1989 sebagai berikut : Cara pemupukan tersebut adalah dengan menaburkan pupuk disekitar pokok pada polybag. Takaraan yang digunakan di buat dari bambu, dimana volumenya telah disesuaikan dengan dosis pada : II1/Si/i/1989. Prestasi memupuk = 3.000 Pk/HK. - Penyiangan Dibagi dalam 2 bagian yaitu: Penyiangan Gawangan Dilaksanakan secara khemis dengan menggunakan bahan kimia Paracol dengan dosis 2 liter/Ha, rotasi 21 hari. Dikerjakan dengan tenaga KS dengan perbandingan 1:2 (1 orang laki-laki dengan 2 orang penyemprot wanita). Perstasi Kerja = 2 HK/Ha/rotasi. Penyiangan Dalam Polybag Dikerjakan secara manual dengan tenaga BHL wanita, rotasi14 hari. Dengan cara ini semua gulma yang tumbuh dipermukaan polybag harus dicabut, dimana prestasi kerja 3.000 st/Hk. - Mulch Setiap bibit kelapa sawit dalam polybag yang telah berumur 1 bulan setelah tanam diisi 0,5 kg dengan prestasi kerja = 1.000 pk/Hk. Keuntungan yang didapat dengan menggunakan cangkang : Dapat mengurangi penguapan air Mencegah terbentuknya lapisan keras dipermukaan tanah Mencegah semburan keras dari penyiraman dan hujan

Dapat mempertahankan kelembaban tanah Mengurangi pertumbuhan gulma di polybag - Seleksi Bibit Seleksi bibit dilakukan bertahap karena kemunculan gejala abnormal sejalan umur bibit, tenaga yang digunakan = 4 HK/Ha. Perlakuan 4 tahap yakni pada umur : 2 (Dua) bulan setelah tanam di Main Nursery 4 (Empat) bulan setelah tanam di Main Nursery 7 (Tujuh) bulan setelah tanam di Main Nursery Saat pemindahan bibit ke lapangan (Displanting) Bentuk bibit abnormal yang harus diseleksi : Bibit yang tumbuh meninggi dan kaku (erected) dengan sudut pelepah yang kecil (tajuk tegak) Bibit yang permukaan tajuknya rata (dimana pelepah yang lebih muda lebih pendek) Bibit yang tumbuh lemah terkulai (merunduk) Bibit yang anak daunnya tidak membelah Kerusakan akibat hama dan penyakit Bibit yang anak daunnya mempunyai sudut yang tajam dan rachis Bibit yang anak daunnya pendek Bibit yang jarak antara anak daun panjang dan pendek - Pembrantasan Hama dan Penyakit Untuk mencegah terjadinya serangan hama pada bibit dilakukan penyemprotan dengan Matador 25 Ec dengan dosis 250 cc/200 liter air untuk 4.000 bibit rotassi 14 hari. Apabila dijumpai ada gejala serangan penyakit seperti akibat jamur (Cercospora sp.) disemprot dengan dithane M 45 dengan dosis 330 gram/200 liter air untuk 4.000 bibit 1x 14 hari. Prestasi Kerja = 4.000 St/HK. - Biaya Persiapan Pembibitan (Terampil) Pre Nursery Main Nursery 1.2 Tanaman Belum Mengahasilkan (TBM) Pemeliharaan pada tanaman ini sangat diperlukan atau harus dilaksanakan untuk menjaga agar pertumbuhan vegetative tetap dalam keadaan baik, sehingga diharapkan pada tanaman menghasilkan (TM) berproduksi baik. TBM (tanaman belum menghasilkan) adalah tanaman yang dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada umur 30-36 bulan. Selama masa TBM diperlukan beberapa jenis pekerjaan yang secara teratur harus dilaksanakan, yaitu penyiangan areal, pembuatan pasar kontrol (pasar kontrol), pemeliharaan jalan, pembuatan parit drainase, penyisipan, konsolidasi, pemeliharaan piringan pohon, pemeliharaan penutup tanah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, persiapan sarana panen, kastrasi dan tunas pasir. Gambar 2. Tanaman TBM 3.2.1 Pembuatan Pasar kontrol Pasar kontrol dibuat ditengah-tengah gawangan kelapa sawit. Dibangun secara bertahap yakni setiap 8 baris tanaman dibuat 1 pasar kontrol, tahap kedua setiap 4 baris tanaman, dan menjelang panen setiap 2 baris tanaman. Lebar pasar kontrol 1 m dibuat sepanjang blok tanaman. Pembuatan pasar kontrol pada areal penutup tanah dapat dilaksanakan secara kimia dengan menggunakan glifosat 0,6% + 2,4 D Amine 0,5% dengan rotasi 1 x 2 bulan.

3.2.2 Pemeliharaan Jalan Kegiatan pemeliharaan jalan meliputi memadatkan, membuka saluran air dari jalan, membabat rumput-rumput di kaki lima jalan dan pengerasan jalan pada lokasi yang perlu dengan standar 10 m/ha/tahun. Jalan produksi dipersiapkan sejak TBM dan pengerasan dilakukan secara bertahap sehingga pada saat TM kondisi jalan tersebut telah sempurna. Pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara mekanis dengan menggunakan road grader Pemeliharaan dilakukan sekali dalam 3 bulan. Gambar 3. Kondisi Jalan pada Areal TBM 3.2.3 Pembuatan Parit Drainase Pemeliharaan parit drainase bertujuan mengangkat atau menggali tanah yang menutupi parit sehingga ukuran tetap seperti semula. Pada areal TBM peliharaan parit dilakukan 1 kali dalam 6 bulan. 3.2.4 Penyisipan Hasil sensus pohon setiap tahun pada areal TBM dapat menunjukkan jumlah pohon yang akan disisip. Tanaman yang perlu disisip adalah pada areal TBM 1, 2 dan 3. pada penyisipan TBM 3 penyisipan dilakukan pada areal kosong yang cukup luas atau mengelompok, namun penyisipan individu tidak dilakukan lagi karena tanaman asli sudah cukup tinggi, sehingga tanaman sisipan terhambat pertumbuahannya. Penyisipan dilakukan pada tanaman yang mati atau tidak normal dan dilakukan pada musim hujan. 3.2.5 Konsolidasi Konsolidasi pada tanaman kelapa sawit adalah tindakan rehabilitasi terhadap tanaman yang baru ditanam. Persiapan dan penanaman kelapa sawit di perkebunan pada umumnya dilaksanakan dengan cukup baik. Walaupun demikian karena penanaman biasanya dilaksanakan pada skala yang luas maka masih selalu terjadi penanaman yang tidak sesuai dengan kultur teknis. Oleh karena itu, setelah selesai penanaman kelapa sawit di lapangan masih diperlukan tahap pekerjaan konsolidasi. Kegiatan konsolidasi meliputi : a. Menginventarisasi tanaman yang mati, abnormal, tumbang, terkena serangan hama dan penyakit. b. Menegakkan kembali tanaman yang miring dan tumbang dengan memadatkan tanah di sekeliling tanaman yang masih gembur. 3.2.6 Pemeliharaan Piringan Pohon Penyiangan dilakukan dengan menyingkirkan semua jenis tumbuhan dari permukaan tanah selebar piringan pohon yang telah dilakukan, sehingga tanah bersih dari rumput. Penyiangan dapat dilakukan secara manual (menggaruk) atau cara kimia (penyemprotan). a. Cara Manual Terlebih dahulu di ukur garis tengah piringan pohon sesuai dengan ketentuan, kemudian di ujung garis tengah piringan pohon tersebut dibuat batas melingkar keliling pohon. Setelah terbentuk batas piringan pohon yang dimaksud baru digaruk dari pinggir piringan ke arah dalam. Selanjutnya rumput-rumput disingkirkan dari piringan pohon. Jari-jari piringan pohon disesuaikan dengan umur tanaman kelapa sawit: - TBM I = 100 cm - TBM II = 125 cm - TBM III = 150 cm Rotasi dan kapasitas pengendalian gulma piringan pohon adalah sebagai berikut: - TBM I = 2,5 HK/Ha/rotasi, 12 x setahun - TBM II = 3,0 HK/Ha/rotasi, 8 x setahun

- TBM III = 4,0 HK/Ha/rotasi, 8 x setahun b. Cara Kimia Pemeliharaan piringan pohon secara kimia mulai dapat dilaksanakan pada areal TBM ke-III, dengan rotasi 6 x setahun (R.6) menggunakan bahan Glyphosate dengan dosis 300 cc/ha/rotasi. Pada daerah pengembangan karena kekuranagan tenaga kerja atau upah buruh yang mahal maka pengendallain gulma dengan cara kimia merupakan suatu alternatif yang efisien dan ekonomis. Pemakaian herbisida pada tanaman muda agar dilakukan dengan ekstra hati-hati sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman kelapa sawit. 3.2.7 Pengendalian Hama dan Penyakit a. Hama Hama lainya adalah kumbang penggerek pucuk kelapa sawit (Oryctes rhinoceros) yang hinggap pada pelepah yang agak mudah, kemudian menggerek kearah titik tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang penggerek dapat mencapai 4.2 cm/hari. Apabila gerekan sampai ketitik tumbuh, kemungkinan tanaman akan amti atau tumbuh tunas baru satu atau lebih. Hama yang juga merusak titik tumbuh tanaman dan memakannya adalah tikus dan apabila serangan dengan intensitas tinggi harus dilakukan penanaman ulang. Hama dari golongan mamalia adalah lembu (Boss taurus). Banyaknya populasi lembu pada Kebun Sawit Seberang menimbulkan banyak masalah terutama serangan pada daun tanaman. Kerusakan daun tanaman yang berlebihan dapat mengganggu pertumbuhan kelapa sawit. b. Penyakit Penyakit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense Pat juga sering dijumpai di TBM. Jamur ini merupakan penghuni tanah indigenous hutan hujan tropika dan hidup pada berbagai jenis palmae. Mengingat hampir semua perkebunan kelapa sawit di Indonesia berada pada areal bekas hutan hujan tropika, maka kemungkinan besar akan mengalami masalah penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB). Penularan penyakit dari pohon ke pohon melalui pertautan antara akar sehat dengan akar sakit, atau melalui spora yang disebarkan oleh angin. Gejala awalnya pada daun kelapa sawit mudah (TBM-TM III) mengalami klorosis, selanjutnya daun kelapa sawit muda layu atau mati, serta terjadi pembusukan pada jaringan pangkal batang dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan MARFU-P. 3.3 Tanaman Menghasilkan (TM) 3.3.1 Pemeliharaan Jenis pemeliharaan yang dilaksanakan untuk menghasilkan antara lain: 1. Buru Lalang Lalang merupakan gulma/tumbuhan pengganggu yang berbahaya terhadap tanaman perkebunan. Buru lalang dilakukan dengan teratur blok demi blok dengan rotasi 30 hari. Cara pelaksanaannya apabila dijumpai lalang, pertama tama kiri dan kanan lalang dari lalang tersebut kira kira dibabat kira kira 0,5 m, kemudian baru digarpu dan tidak boleh langsung ke lalang, harus dari luar atau rhizomenya dan batang terambil semua dari dalam tanah dan tidak boleh putus. Akar dan batang tersebut dikumpulkan, ditempatkan tidak bersentuhan dengan tanah, sehingga kemungkinan untuk tumbuh kembali tidak ada. Tenaga yang yangdigunakan 0,3 HK/Ha . Gambar 4. Penyiangan Manual

Gambar 5. Pasar Mati 2. Cabutan Penyiangan dengan cara cabutan dilakukan di gawangan tanaman. Gulma yang dicabut adalah kayu kayuan, mimosa, pakis, keladi dan kerisan. Alat yang digunakan adalah garpu, untuk menjaga kebersihan kebun tersebut maka sirkuit rotasinya adalah 60 hari dengan kebutuhan tenaga per hektarnya adalah 0,5 HK. 3. Menyiang Secara Khemis Penyiangan dilakukan pada piringan, pasar pikul, pasar blok dan TPH. Herbisida yang digunakan adalah Gramoxone dengan dosis 0,3 L/30 Ltr air dalam 1 Ha. Perbandingan tenaga kerja antara pelangsir dengan penyemprot adalah 1: 2, tenaga yang dibutuhkan 0,3 HK/Ha dengan rotasi pada semester I : 90 hari dan semester II : 60 hari. 3.3.2 Pemupukan Untuk menjaga keseimbangan unsure hara dalam tanaman akibat diangkut oleh buah yang dipanen, pelepah daun yang dipotong dan tercuci oleh air hujan, maka pemupukan sangat dibutuhkan. Pemupukan pada tanaman menghasilkan harus melalui rekomendasi pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk tunggal yaitu: Urea (ZA) 2 aplikasi Rock Phosphate (RP) 1 aplikasi MOP (abu janjang) 2 aplikasi Kieserit (dolomit) 2 aplikasi Apabila curah hujan yang tinggi atau musim kering maka pemberian pupuk ditunda atau dihindarkan. Cara pemberiannya ditabur secara merata di piringan yang sudah bersih dan jarak dari pohon 0,5 m 2,5 m, dan dihindarkan adanya gumpalan gumpalan pupuk sewaktu penaburan. Khusus bagi areal miring penaburan pupuk 3/3 bagian sebelah atas dan 1/3 bagian sebelah bawah. Tenaga kerja yang dibutuhkan 0,5 HK/Ha, dimana perbangdingan tenaga kerja laki laki dan perempuan 1: 2. 3.3.3 Pemeliharaan Jalan Sarana jalan yang baik dan cukup sangat diperlukan terutama dalam pengangkutan pupuk, buah dll. Bentuk jalan yang dikehendaki adalah: Berbentuk batok mengkurap dan rata tidak berlobang lobang Benteng paret tidak perlu ada Paret paret jalan hanya diperlukan sebagai jalan besar (main road) dan transport road, supaya terhindar dari genangan air Harus mendapat sinar matahari dan selalu kering Tidak dibenarkan terjadi genangan air di permukaan jalan. Gambar 6. Kondisi Jalan pada Areal TM 3.3.4 Pengendalian Hama dan Penyakit a. Hama Hama lainya adalah kumbang penggerek pucuk kelapa sawit (Oryctes rhinoceros) yang hinggap pada pelepah yang agak mudah, kemudian menggerek kearah titik tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang penggerek dapat mencapai 4.2 cm/hari. Apabila gerekan sampai ketitik tumbuh, kemungkinan tanaman akan amti atau tumbuh tunas baru satu atau lebih. Hama yang juga merusak titik tumbuh tanaman dan memakannya adalah tikus dan apabila serangan dengan intensitas tinggi harus dilakukan penanaman ulang.

Gambar 7.Gejala Serangan Oryctes Hama dari golongan mamalia adalah lembu (Boss taurus). Banyaknya populasi lembu pada Kebun Sawit Seberang menimbulkan banyak masalah terutama serangan pada daun tanaman. Kerusakan daun tanaman yang berlebihan dapat mengganggu pertumbuhan kelapa sawit. b. Penyakit Penyakit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense Pat juga sering dijumpai di TBM. Jamur ini merupakan penghuni tanah indigenous hutan hujan tropika dan hidup pada berbagai jenis palmae. Mengingat hampir semua perkebunan kelapa sawit di Indonesia berada pada areal bekas hutan hujan tropika, maka kemungkinan besar akan mengalami masalah penyakit BPB. Penularan penyakit dari pohon kepohon melalui pertautan antara akar sehat dengan akar sakit, atau melalui spora yang disebarkan oleh angin. Gejala awalnya pada daun kelapa sawit mudah (TBM-TM III) mengalami klorosis, selanjutnya daun kelapa sawit muda layu atau mati, serta terjadi pembusukan pada jaringan pangkal batang dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan MARFU P. Gambar 9. Gejala Serangan Ganoderma 3.3.5 Panen dan Pengumpulan Panen pada tanaman kelapa sawit dimulai pada umur 2,5 3 tahun yang disebut TM I, dimana sebelumnya sudah dilaksanakan persiapan panen sebagai berikut: 1. Pemeriksaan blok blok yang sudah matang panen terdiri dari: Matang panen tandan : sebagian buahnya sudah membrondol. Matang panen pohon : paling sedikit dua tandan telah membusuk dan satu tandan matang. Matang panen tanaman: telah terdapat 60 % dari tanaman telah matang panen. 2. Tunas pasir Sebelum panen dilaksanakan, harus lebih dahulu pelepah pelepah pasir ditunas 3 bulan sebelum panen dasar. Alat yang digunakan adalah arit tunas atau dodos kecil (6 8 cm). Syarat syarat tunas pasir: Pelepah yang ditunas adalah pelepah paling bawah dan rapat ke tanah, atau pelepah yang berada dibawah dua lingkaran tandan. Pelepah yang dianggap tidak berfungsi lagi. Disusun di gawangan yang tidak terkena pasar panen. Pemotongan dilakukan serapat mungkin dengan batang. Prestasi kerja adalah: 100 Pk/Ha 3. Buang buah pasir atau busuk Buah pasir yang dibuang adalah buah yang berada di atas pelepah pasir sampai dua lingkaran bunga pertama dengan dodos kecil Buah pasir yang beratnya > 5 kg dapat dikirim ke pabrik dan < 3 kg dibuang Tenaga yang dibutuhkan dalam 1 Ha adalah 2 HK. 4. TPH (Tempat Penerimaan Hasil) Tempat penerimaan hasil harus disiapkan sebelum panen dasar dimulai, dimana dalam 2,5 Ha terdapat 1 TPH dengan ukuran 3 x 5 m dan berangsur angsur diperpanjang sesuai dengan perkembangan produksi di areal tersebut sehingga satu saat maksimal 3 x 9 m. Prestasi kerja 1 HK : 2 buah. Gambar 10. Tempat Pengumpulan Hasil 5. Pasar pikul Pasar pikul sudah tersedia sebelum panen dasar dan bertujuan untuk jalan pemanen.

Sehingga prestasi panen yang diharapkan akan tercapai. Gambar 11. Pasar Pikul 6. Titi panen Titi panen juga merupakan penunjang yang sama tujuannya dengan pasar pikul dalam mempermudah dan meningkatkan prestasi pemanen. Titi terbuat dari beton atau batang kelapa yang diatur penempatannya sehingga rata rata: 12 m/Ha untuk daerah rendahan. 6 m/Ha untuk daerah berbukit. 7. Alat panen Panen dasar sampai tanaman berumur 3 tahun, alat yang digunakan adalah dodos, keranjang buah, 2 pasang dalam setahun dan plengki kecil untuk tempat brondolan. Ini semua dilanjutkan dengan pemeliharaan sebagai contoh: Pemeliharaan TPH. Pemeliharaan pasar pikul. Tunas pemeliharaan. Faktor faktor ini akan menunjang keberhasilan dalam panen baik kuantitas maupun kulitas, disamping faKtor lainnya. 8. Tunas Pemeliharaan Tunas pemeliharaan pada tanaman yang berumur 3-8 tahun jumlah pelepah minimum yang tinggal 48 pelepah, dilakukan 2x dalam setahun. Dan pada tanaman yang bmur 9 tahun, jumlah pelepah yang tinggal minimum 40 pelepah dengan rotasi 1,5x dalam setahun. Teknis Tunasan. Pelepah dipotong serapat mingkin kebatang dengan bentuk tapak kuda keluar dan rencek menjadi 3 bagian. Pelepah yang tertinggal dipokok setelah ditunas adalah 48 pelepah (6 spiral) dengan songgo 1. Bila kurang dari pelepah, tidak perlu dilakukan penunasan, cukup dengan pembersihan pohon saja. Bunga jantan yang sudah kering atau membusuk, pakis - pakisan, rumput-rumputan, kayu-kayuan, dan kelapa sawit yang tumbuh dipokok sepanjang masih dapat dijangkau oleh alat harus dibuang. Susunan pelepah digawangan antara pasar pikul dimana dimana pangkal pelepah yang berduri diletakkan tertelungkup sebelah bawah, lalu ditutup dengan bagian pelepah lainnya. Prestasi tunas an nuntuk tanaman yang berumur 3-8 tahun : 100 Pk/Hk dan tanaman yang berumur 9 tahun : 70 Pk/HK. 3.3.5.1 Pengertian Panen Panen adalah mendatangi pokok ke pokok untuk memotong dan mengambil buah segar menurut criteria matang panen. Prinsip yang selalu menjadi dasar dalam penentuan system panen adalah bertujuan untuk mencapai rendfemen yang maksimal dan ALB yang rendah. 3.3.5.2 Kriteria matang panen Kriteria matang panen yang baik adalah pada saat kandungan minyak maksimum dalam daging buah dan kadar ALB serendah mungkin. Selain kepada tanaman kelapa sawit itu sendiri juga kepada pemanen dan pekerja yang berhubungan dengan panen. Dalam hal ini perlu diadakan peraturan atau syarat-syarat yang harus dituruti. Persyaratan Panen Tandan yang baik dipanen adalah fraksi 2 dan 3. Ganggang panjang yang dipanen tidak boleh lebih dari 2 cm. Brondolan dikutip bersih dari piringan, gawangan pasar pikul dan pada ketiak daun dan dimasukkan dalam goni setelah sampah-sampah yang ikut serta dengan brondolan dibuang. Tandan yang sudah masak (matang) tidak boleh tinggal dipohon. Pelepah dipotong 3 dan disusun digawangan. Pangkal pelepah yang tinggal dipohon harus tapak kuda terbalik. Disamping persyaratan diatas dalam mencapai keberhasilan panen yang baik, ada factor lain yang harus diperhatikan. Hal ini dapa dicirikan oleh adanya buah yang membrondol, tandan yang dapat dipanen harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Fraksi Jumlah Brondolan yang Lepas Kematangan 0 1-12,50 % brondolan buah luar Mentah 1 12,50 25 % brondolan buah luar Kurang matang 2 25 50 % brondolan buah luar Matang 3 50 75 % brondolan buah luar Matang 4 75 100 % brondolan buah luar Lewat matang 5 Bagian dalam ikut membrondol Lewat matang Tabel 3. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit Kriteria Matang Panen dan Standard Antar Fraksi Berat Tandzan Fraksi Mentah Matang Normal Lewat Matang Buah Brondolan 0 00 I II III IV V 5 Kg >5 Kg Tidak membrondol/warna hitam

Tidak membrondol/warna hitam 1-4 Brondolan

1-9 brondolan 5 Brondolan s/d 12,5% buah luar membrondol 10 brondolan s/d 12,5% buah luar membrondol 12,5% s/d 24% buah luar membrondol

12,51% s/d 24% buah luar membrondol 25-49% Buah luar membrondol

25%-49% buah luar membrondol 50%-75% buah Buah luar membrondol

50%-75% buah luar membrondol 76-100% Buah luar membrondol

76%-100% buah luar membrondol Gagang membusuk dan buah luar membrondol gagang membusuk dan buah dalam membrondol Standard 0% 40% 40% 14% 5,5% 0,5% 0% 4%-8% Tabel 4. Kriteria Matang Panen dan Standard Antar Fraksi 3.3.5.3 Pembagian Kapveld Menurut Rotasi Panen Kapveld atau ancak panen adalah pembagian areal atas ancak panen harian yang disesuaikan dengan rotasi panen.

Pembagian kapveld yang umum dipakai pada pembagian areal TM Kelapa Sawit per afdeling sebagai berikut : Dibagi 5 atau 8 kapveld, hal ini pada panen rendah hingga sedang (semester I dan bulan-bulan tertentu semester II). Ditetapkan dengan system 5/7 atau jika kerapatan buah 10-12 dengan sistem 8/10. Dibagi 6 kapveld terjadi pada panen puncak (semester II). Dibenarkan dengan sistem 6/7 yaitu sampai dengan hari minggu dan libur. Dibagi 4 kapveld, bagi kebun-kebun yang luas TM nya. Untuk kebun yang TM Kelapa Sawitnya relatip kecil, jumlah hari panen dalasm seminggu dapat diperpendek dari 4 menjadi 4 hari dengan catatan internal antara rotasi harus dipertahankan 7 hari. Untuk kebun yang tidak mempunyai pabrik (PKS) rencana panen agar disesuaikan dengan rencana olah PKS oleh tempat mengolah. Untuk menghindari pengangkutan yang berulang-ulang pada jalan yang sama (hal ini dapat menekan biaya angkutan, mencegah kerusakan jalan serta meningkatkan frekuensi angkutan produksi perkendaraan), maka sebaiknya letak kapveld disusun memanjang sedemikian rupa mengikuti jarak jalan transportasi. 3.3.5.4 Ancak panen Ancak panen adalah luasan yang menjadi tanggung jawab pemanen. Ancak panen terdiri dari dua yaitu ancak tetap dan giring. Pada sistem ancak tetap, pemanen dan areal panen adalah tetap. Areal panen biasanya berbukit sampai berlereng curam atau letaknya terpencil. Sebagai contoh Blok A = 16 Ha. Ada 50 baris yang dipanen oleh 5 orang. Orang I memanen baris 1 sampai 10, orang II memanen baris 11-20, dan seterusnya. Pada ancak giring pemanen secara bersama-sama memanen 1 blok, setelah selesai pindah ke blok lainnya. Satu orang pemanen memanen tiap dua baris (1 gawangan), kemudian pindah ke baris yang belum dipanen dan seterusnya sampai selesai satu blok dan pindah ke blok lain. 3.3.5.5 Sistem Panen Sistem panen dilakukan dengan hanca giring tetap dan hanca giring tidak tetap. Hanca panen ditetapkan berdasarkan kapveld yang sudah dipedomani dan ditetapkan kepada masing-masing mandoran panen dan mandor bertanggung jawab menyelesaikan hanca yang sudah dibagi/ditetapkan. 3.3.5.6 Perhitumgan Angka Kerapatan Panen (AKP) Angka Kerapatan Panen (AKP) adalah suatu satuan yang mengindikasikan rata-rata tandan matang panen/pohon dan penyebaran tandan matang panen. Kegunaan angka kerapatan panen adalah : memperkirakan jumlah tandan matang-panen serta tunasnya memperkirakan kebutuhan tenaga pemanen memperhitungkan luas ancak untuk setiap pemanen memperkirakan kebutuhan kendaraan. Tata cara perhitungan AKP : tetapkan blok sampel untuk setiap kapveld satu blok sampel untuk setiap tahun tanam dalam satu kapveld maksimum 50 Ha Pohon yang diamati 3-5 % dari jumlah pohon dalam satu blok sampel. Tetapkan baris sampel dalam setiap blok sampel (bersifat permanen) Seluruh pohon dalam baris sampel diperiksa dan dihitung jumlah tandan buahnya lalu dicatat. Seluruh tandan buah dijumlahkan, lalu seluruh sampel dibagikan dengan jumlah tandan yang telah dihitung. Maka akan diperoleh AKP. Lalu jumlah seluruh tanaman dibagikan dengan jumlah AKP. Hasilnya lalu dikalikan dengan jumlah rata-rata tandan.

Rekapitulasi kemudian dituangkan kedalam formulir rencana panen dan pengangkutan untuk dikirim ke kantor kebun. Gambar 12. Perhitungan AKP 3.3.5.7 Peralatan Panen Alat panen yang digunakan sesuai umur tanaman sebagai berikut: Umur (Th) TM Tinggi Batang (M) Alat Panen 3-4 1-2 8 >5 >2,5 Egrek Sumber : Instruksi Kerja (IK) PTPN II Tabel 8. Peralatan Panen Sesuai Umur Tanaman 3.3.5.8 Pelaksanaan Panen 1) Ancak - Pemanen diawasi oleh seorang mandor. Tiap mandor panen mengawasi 10-15 orang pemanen. - Pada pagi hari, mandor membagi ancak pemanen yang dimulai dari jalan blok, setiap pemanen membawa 2 bans tanaman (1 gawangan). - Berjalan di jalan pikul mencari buah matang sesuai kriteria matang panen. - Pelepah yang menyangga (songgo) buah matang dipotong mepet. - Tandan matang dipotong tangkainya. - Brondolan yang ada di ketiak pelepah diambil/dikorek. - Pelepah disusun dan ditumpuk di tengah gawangan mati. - Brondolan dikutip dan dikumpul dengan tandan dibawa ke TPH. - Setelah ancak (2 barisan) pertama selesai pindah gawangan di sebelah pemanen ancak terakhir. 2) Di TPH - Buah diangkat ke TPH setelah selesai di potong. - Tangkai tandan di potong mepet atau berbentuk huruf V (cengkem/mulut kodok). - Tandan disusun 5 buah per baris di TPH. - Gagang tandan menghadap ke atas. - Tandan dan brondolan bebas dari pasir, sampah, tangkai tandan dan kotoran lainnya. - Nomor pemanen dan tanggal panen ditulis pada tangkai tandan - Brondolan ditumpuk di beiakang barisan tandan atau digonikan, tidak boleh bercampur dengan tandan. 3) Pengangkutan hasil - Buah segera diangkut ke PKS, paling lambat 12 jam dari saat panen. - Alat angkut pada umumnya adalah truk, yang nantinya akan membawa buah hingga sampai dipabrik - Krani transport menyortir TBS di TPH, buah sangat mentah (F. 00) tidak dibenarkan diangkat ke truk. - Seluruh tandan yang diangkut dicatat jumlah tandannya per pemanen. - Semua brondolan diangkut ke truk.

IV. PROGRAM MAGANG BERSAMA PEJABAT / STAF / KARYAWAN Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di PTPN II Kebun Sawit Seberang yang berlangsung lebih kurang 30 hari. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan lebih kurang 15 hari, yaitu dari tanggal 21 Juni sampai 21 Juli. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Hari ke 1 Senin, 21 Juni 2010 Registrasi di tempat PKL dan penyampaian program PKL pada karyawan pimpinan di tempat PKL, serta penempatan tempat tinggal (penginapan). Hari ke-2 Selasa, 22 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di Kantor Pembibitan kebun Sawit Seberang. Di mulai dengan perkenalan dengan karyawan maupun karyawan pimpinan di kebun tersebut serta pengumpulan informasi tentang profil PTPN II Kebun Sawit Seberang. Hari Ke-3 Rabu, 23 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di Kantor Pembibitan kebun Sawit Seberang. Di mulai dengan mempelajari pembibitan dimulai dari GS sampai main Nursery di PTPN II Kebun Sawit Seberang. Hari Ke-4 Kamis, 24 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di Kantor Pembibitan kebun Sawit Seberang. Di mulai dengan mempelajari tanaman penutup tanah pada tanaman kelapa sawit. Hari ke-5 jumat, 25 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling V mempelajari tentang pembuatan pasar pikul, gawangan, piringan pada tanaman belum menghasilkan. Hari ke-6 Sabtu, 26 Juni 2010 Istirahat. Hari ke-7 Senin, 27Juni 2010 Istirahat. Hari ke-8 Senin, 28 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling V mempelajari tentang penyiangan secara manual pada tanaman belum menghasilkan. Hari ke-9 Selasa, 29 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling V mempelajari tentang pemberantasan hama Oryctes sp. pada tanaman belum menghasilkan. .Hari ke-10 Rabu, 30 Juni 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling V mempelajari tentang kastrasi pada tanaman belum menghasilkan Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling IX mempelajari tentang pasar mati, umur panen pada tanaman menghasilkan. Hari ke-11 Kamis, 1 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling IX mempelajari tentang kriteria panen pada tanaman menghasilkan. Hari ke-12 Jumat, 2 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling IX mempelajari tentang penentuan

phylotaksis pada tanaman menghasilkan. Hari ke-13 Sabtu, 3 Juli 2010 Istirahat. Hari ke-14 Minggu, 4 Juli 2010 Istirahat. Hari ke-15 Senin, 5 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling IX mempelajari tentang penentuan analisa daun pada tanaman menghasilkan. Hari ke-16 Selasa, 6 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling IX mempelajari tentang alat alat untuk pemanenan seperti dodos dan egrek pada tanaman menghasilkan. Hari ke-17 Rabu , 7 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling I mempelajari tentang telling pada tanaman menghasilkan. Hari ke-18 Kamis, 8 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di kebun afdeling II mempelajari tentang telling pada tanaman menghasilkan. Hari ke-19 Jumat, 9 Juli 2010 Aktivitas PKL dilakukan di Kantor kebun afdeling III mempelajari tentang telling pada tanaman menghasilkan. Hari ke-20 Sabtut, 10 Juli 2010 Aktivitas PKL mempelajari sistem administrasi kebun. Hari ke-21 Minggu, 11 Juli 2010 Aktivitas PKL mempelajari sistem administrasi kebun. Hari ke-22 Senin, 12 Juli 2010 Istirahat. Hari ke-23 Selasa, 13 Juli 2010 Istirahat. Hari ke-24 Rabu, 14 Juli 2010 Aktivitas PKL mempelajari sistem administrasi kebun. Hari ke-25 Kamis, 15 Juli 2010 Membuat laporan PKL. Hari ke-26 Jumat, 16 Juli 2010 Membuat laporan PKL. Hari ke - 27 Sabtu, 17 Juli 2010 Istirahat. Hari ke 28 Minggu, 18 Juli 2010 Istirahat. Hari ke 29 Senin, 19 Juli 2010 Kunjungan. Hari ke 30 Senin, 20 Juli 2010 Hari ke 31 Selasa, 21 Juli 2010

TOPIK PERMASALAHAN DI LOKASI PKL Selama berlangsungnya kegiatan PKL di PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang, para peserta PKL mengamati ada beberapa masalah yang terjadi pada unit Kebun Sawit Seberang. Keterlambatan dalam pengangkutan dan hasil panen sehingga juga dapat menghambat dalam pengolahan TBS sehingga dapat mengurangi rendemen dan kualitas CPO dari kelapa sawit tersebut juga menurun. Afdeling I, II dan III pada Kebun Sawit Seberang dikhususkan untuk tanaman kelapa sawit, sebagian daerah tempat penanaman kelapa sawit adalah berbukit atau bergelombang sehingga sulit dalam hal pemupukan dan pemanenan. Hama dari golongan mamalia adalah lembu (Boss taurus). Banyaknya populasi lembu pada Kebun Sawit Seberang menimbulkan banyak masalah terutama serangan pada daun tanaman kelapa sawit khususnya pada tanaman belum menghasilkan. Kerusakan daun tanaman yang berlebihan dapat mengganggu pertumbuhan kelapa sawit. Keterlambatan dalam pengendalian penyakit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense Pat. juga sering dijumpai di TBM sehingga menyerang tanaman yang berada di sekitarnya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pengendalian gulma dilakukan secara manual, yaitu dengan cara dongkel mata merah dan secara khemis, yaitu dengan menggunakan bahan aktif Paraquat. 2. Pemeliharaan pasar pikul dilakukan dengan rotasi sekali dalam 3 bulan, yang dilaksanakan secara manual dan khemis. 3. Rotasi panen yang digunakan adalah 5/7 dan 6/7. 4. Sistem panen dilakukan dengan meninggalkan minimal dua pelepah daun dibawah dari buah yang hendak dipanen (songgoh dua). 5. Matang panen dapat dilihat setelah 2-3 brondol lepas dari tandannya. Saran Diharapkan kepada seluruh karyawan yang bekerja di kebun agar memanen buah yang sesuai dengan kriteria matang panen.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2004. Sejarah Singkat Kebun Sawit Seberang. PTP N II Kebun Sawit Seberang, Sawit Seberang. Fauzi, Y., Widyastuti, Y.E.,Satyawibawa, I.,Hartono, R, 2005. Kelapa Sawit Edisi Revisi. Penebar Swadaya,Jakarta. http://www.wikipedia.org. Kelapa Sawit. Diakses tanggal 20 Maret 2010. (3 pages). Purba, A.R; A. Purba; C. Utomo; Djafar; E.S. Sutarta; I.Y. Harahap; L. Fadli; R.Y. Purba; S. Prawirosukarto; T. Haryati; W. Darmosarkoro; A. Sutanto; A.D. Koedadiri; Darnoko; D. Siahaan; E. Suprianto; J. Elisabeth; P. Purba; Sugiyono; S. Rahutomo; Winarna dan Y. Yenni. Teknologi Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. PPKS. Medan. Sianturi, H.S.D. 2001. Budidaya Kelapa Sawit. FP-USU. Medan. Soehardjo, H., H.H.H. Harahap, R. Ishak, A. Purba, E. Lubis, S. Budiana dan Kusmahadi. 2002. Vademecum Kelapa Sawit. PTP N IV (Persero) Bah Jambi, P. Siantar, Sumatera Utara Medan.

PENGARUH KEDALAMAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA Junita Sinambela/070301054 Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. ABSTRAK Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat 25 m dpl, pada tanggal 19 November 2009. Percobaan ini bertujuan untuk mencatat kemampuan sejumlah gulma untuk muncul dari kedalaman yang berbeda-beda. Percobaan tersebut menggunakan 2 faktor perlakuan yaitu faktor 1 adalah jenis gulma S1 Amaranthuss sp., S2 Asystasia intrusa. Sedangkan faktor kedua adalah K. K1 0 cm, K2 1 cm, K3 5 cm, K4 15 cm. Dari percobaan diperoleh bahwa gulma yang banyak tumbuh adalah pada kedalaman 15 cm yaitu jenis gulma Amaranthus sp..

Kunci : perkecambahan, kedalaman tanah, gulma PENDAHULUAN Biji-biji gulma mengalami dormansi sekunder mampu berkecambah setelah dibawa kepermukaan tanah. Bila dormansi diperpanjang waktunya akan mengalami imbibisi sehingga jaringan embrio menjadi rusak. Dalam biji terimbibisi ini daya perkecambahan biji masih tetap tinggi (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984). Kedalaman pembenaman tidak selalu berpengaruh pada lamanya hidup biji. Setelah pembenaman sekitar 5 tahun, bij-biji gulma yang masih viabel seperti Sorghum halepense: 48%, Abutilin theophrasti: 30%, Ipomea turbinata: 33%, Anoda cristata: 30%, Sesbania exaltata: 18% dan Ipomea lacunosa: 13% (Moenandir, 1993). Untuk mengidentifikasi semai, tanda-tanda karakteristik yang dapat dipakai misalnya: a) ukuran, warna, permukaan hipokotil (bagian batang yang terletak di bawah kotiledon); b) ukuran, warna, permukaan epikotil (bagian batang yang terletak di atas kotiledon); c) jumlah, bentuk, ukuran, warna, tekstur dan pertulangan kotiledon. Bentuk kotiledon ini sangat bervariasi, sehingga kadang-kadang disiri sebagai tanda kearah suku. Misalnya pada Convolvulaceae, ujung kotiledon selalu terbelah, pada leguminosa kotiledon biasanya tebal karena banyak mengandung cadangan makanan; d) jumlah, bentuk, ukuran, warna, tekstur dan pertulangan daun pertama kadang-kadang dapat tidak sama dengan daun pada gulma yang telah dewasa; e) biji yang tetap melekat pada semai. Hal ini umum dijumpai pada gulma dari golongan teki; f) adanya daun penumpu atau okrea seperti pada gulma dewasa (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984). Faktor tanah yang turut menentukan distribusi gulma antara lain : kelembaban tanah, aerasi, pH tanah, unsur-unsur makanan dalam tanah dan lain-lain. Umumnya gulma mempunyai kemampuan bersaing yang cukup baik pada semua mcam tipe tanah. Kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan terdapat dalam tanah (Sukman dan Yakup, 1995). BAHAN DAN METODE Percobaan ini menggunakan polibag sebagai media tanam, topsoil sebagai media tanam, benih Asystasia intrusa dan Amaranthus sp. sebagai objek pengamatan, label untuk menandai polibag. Dalam percobaan ini polibag diisi topsoil dan benih tersebut diletakkan diatasnya sesuai dengan perlakuan dan diberi label untuk menandai perlakuan serta ulangannya. Diamati gulma apa saja yang tumbuh setiap hari sampai pengamatan terakhir dan dicatat datanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Data Pertumbuhan Kecambah Gulma Amaranthus sp. Dan Asystasia intrussa Nama Gulma Perlakuan S1K0 S1K1 S1K2 S1K3 S1K4 123123123123123 Amaranthus sp. 10 5 10 6 3 4 - 3 - 6 5 5 10 14 16 25 13 3 16 40 Nama Gulma Perlakuan S2K0 S2K1 S2K2 S2K3 S2K4 123123123123123 Asystasia intrussa. 5 8 7 1 2 3 - 2 - - 1 2 2 1 1 20 6 2 - 4 Pembahasan Dari hasil percobaan dapat dilihat pada data, ada gulma yang tidak dapat tumbuh pada suatu kedalaman. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor yaitu dari benih tersebut yang sudah ketuaan, atau karena faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan literatur dari Tjitrosoedirjdo, dkk. (1984) yang menyatakan bahwa biji-biji gulma mengalami dormansi sekunder mampu berkecambah setelah dibawa kepermukaan tanah. Dari hasil percobaan dapat dilihat pada data bahwa benih Amaranthus sp. lebih dominan pada setiap kedalaman tanah dari pada Asystasia intrusa. Hal ini dikarenakan benih Amaranthus sp. memilki ketahanan untuk bertahan hidup pada setiap kedalaman tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Sukman dan Yakup (1991) yang menyatakan bahwa kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan terdapat dalam tanah.

Grafik Pertumbuhan Kecambah Gulma Amaranthus sp. Dan Asystasia intrussa

KESIMPULAN 1. Benih gulma yang paling banyak tumbuh adalah Amaranthus sp pada kedalaman 15 cm yaitu 40. 2. Benih gulma Asystasia intrusa paling banyak tumbuh pada kedalaman 0 cm sebesar 20. DAFTAR PUSTAKA Moenandir, J., 1993. Ilmu Gulma Dalam sistem Pertanian Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sukman, Y., dan Yakup., 1995, Gulma dan Teknik Pengendaliannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroatmodjo, 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia, Jakarta.

PENGENDALIAN GULMA JAJAGOAN (Echinocholoa crussgalli L.) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

PAPER

OLEH :

JUNITA SINAMBELA 070301054/BDP-AGRONOMI 7

LABORATORIUM ILMU GULMA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 PENGENDALIAN GULMA JAJAGOAN (Echinocholoa crussgalli L.) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

PAPER

OLEH : JUNITA SINAMBELA 070301054/BDP-AGRONOMI 7

Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Ilmu Gulma Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Diperiksa Oleh: Asisten Korektor

(Rotambatua Nababan) NIM. 050301035

LABORATORIUM ILMU GULMA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari paper ini adalah Pengendalian Gulma Jajagoan (Echinochloa crussgalli L.) Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.). Paper ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Ilmu Gulma Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu Gulma yaitu Prof.Dr.S.J.Damanik, Prof.Dr.Edison Purba, Ir.Toga Simanungkalit, MP serta para asisten Laboratorium Ilmu Gulma yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini. Penulis menyadari paper ini banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan paper ini. Akhir kata penulis mengucapakan terima kasih dan semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua. Medan, Oktober 2009

Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan Penulisan 3 Kegunaan Penulisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Gulma 4

Habitat dan Penyebaran 6 PENGENDALIAN GULMA JAJAGOAN (Echinocholoa crussgalli L.) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.) Cara Pengendalian 8 Waktu Pengendalian 10 Jenis - Jenis Bahan Untuk Pengendalian 12 KESIMPULAN 14 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tingkat hasil padi yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai aturan dan karantina; secara biologi dengan menggunakan organisme hidup; secara fisik dengan membakar dan menggenangi, melalui budi daya dengan pergiliran tanaman, peningkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara mekanis dengan mencabut, membabat, menginjak, menyiang dengan tangan, dan mengolah tanah dengan alat mekanis bermesin dan nonmesin, secara kimiawi menggunakan herbisida. Gulma pada pertanaman padi umumnya dikendalikan dengan cara mekanis dan kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak lingkungan sehingga perlu dibatasi melalui pemaduan dengan cara pengendalian lainnya (http://balitsereal.litbang.deptan.go.id, 2009). Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obatobatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005). Kehadiran gulma dalam areal pertanaman sangat tidak dikehendaki karena akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperoleh unsur hara, air, dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen yang cukup besar. Persen kehilangan hasil panen akibat gulma di negara bagian Kolumbia (Amerika Serikat) terhadap kacang-kacangan sebesar 51,1 %, jagung 45,6 %, kentang 16,6 %, dan padi 54,4 % (Wudianto, 1999). Echinochloa crussgalli adalah gulma musim panas tahunan dengan batang tebal yang dapat mencapai 5 kaki tingginya. Salah satu dari sedikit rumput liar yang tidak memiliki ligula. Ditemukan di seluruh Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko sebagai

gulma dari banyak agronomi tanaman, pembibitan, lanskap, dan rumput (http://www.ppws.vt.edu, 2009a). Herbisida adalah pestisida yang digunakaan untuk mengendalikan gulma. atau tumbuhan penggenggu yang tidak dikehendaki. Karena herbisida aktif terhadap tumbuhan, maka herbisida bersifat fitotoksik (Djojosumarto, 2000). Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengendalian gulma jajagoan (Echinochloa crussgali L.) pada pertanaman padi (Oryza sativa L.). Kegunaan Percobaan Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Ilmu Gulma Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan Nasution (1986) taksonomi gulma padi-padian adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Echinochloa Spesies : Echinochloa crussgalli L. Akar adalah seperti mahkota, berkembang dengan baik, menembus ke dalam tanah turun sampai 50 cm (http://www.agroatlas.ru, 2009a). Batang gulma ini biasanya tegak, tebal, tanpa bulu (glabrous), sering bercabang di bagian bawah node, dan mungkin berwarna merah ke merah marun di pangkalan (http://www.ppws.vt.edu, 2009b). Daunnya rata/datar dengan panjang 10 20 cm, lebar 0,5 1 cm. Bentuk garis meruncing ke arah ujung, yang mula-mula tumbuh tegak kemudian merunduk, panjang 5 21 cm, terdiri dari 5 40 cm tandan. Biasanya terbentuk piramid sempit, warna hijau sampai ungu tua (http://cetlanget.wordpress.com, 2009a). Bunga memiliki seedhead malai terminal berkisar 4-16 inci panjangnya. Malai mungkin hijau ke warna ungu dan bulir terdiri dari individu yang dapat mengembangkan 2-10 mm terminal lama (http://www.ppws.vt.edu, 2009c). Bulirnya banyak, anak bulir panjang 2 3,5 mm, berambut. Kepala sarinya mempunyai diameter 0,6 0,85 mm. Buah E. crusgalli disebut caryopsis, berbentuk lonjong, tebal, panjang 2 3,5 mm. Biji yang tua berwarna kecoklat-coklatan sampai kehitam-hitaman (http://cetlanget.wordpress.com, 2009b). Habitat dan Penyebaran Distribusi tumbuhan ini meliputi Kaukasus, Siberia Barat, Siberia Timur di selatan, dan

Timur Jauh, Asia Tengah; selatan Skandinavia, Eropa Tengah dan Atlantik, Mediterania, Asia Minor, Mongolia, Himalaya, Jepang, Cina, Amerika Utara, Amerika Selatan, Australia, Afrika. Ekologinya yaitu thermophil, hygrophilous, lebih suka ringan oleh struktur mekanik, basah, tidak dikompresi, agak kaya, sangat lembut tanah aluvial. Tumbuh baik terutama di lembab (irigasi dan banjir) ladang, padang rumput basah dan basah. Kelompok tanaman bertemu di padang rumput kering dan ruderal daerah. Daur kelembaban bertahan buruk. Luas digarap gulma pada tanaman di zona stepa. Dalam zona taiga kehilangan makna sebagai tanaman gulma eurysynusic, pertemuan jarang. Mencapai perbatasan utara pertanian. Kelimpahan dan terjadinya penurunan dari selatan ke utara. Ini adalah berlebihan dalam zona Chernozem, Kaukasus dan Timur Jauh. (http://www.agroatlas.ru, 2009b). Terdistribusi dan tersebar luas di semua wilayah hangat di dunia, baik yang beriklim sedang dan tropis; sering berumput. Di wilayah baratdaya AS, itu terjadi dalam lembab, sering terganggu tanah liat, di rawa-rawa, daerah rembesan, dan di lumpur dan air danau, selokan dan dataran banjir. Ekologi tumbuhan ini mulai dari boreal lembab atau basah hingga tropis sangat kering atau daerah hutan hujan tropis. Echinochloa crussgalli dilaporkan mentoleransi presipitasi tahunan 3,1-25,0 dm (berarti dari 59 kasus = 9,7), suhu tahunan 5,7-27,8 C (rata-rata dari 59 kasus = 14,9), dan pH 4,8-8,2 (berarti dari 53 kasus = 6,4). Disesuaikan dengan hampir semua jenis tempat-tempat yang basah, dan sering gulma yang umum di sawah, pinggir jalan, daerah dibudidayakan, dan bidang kosong. Tumbuh di berbagai situs basah seperti selokan, daerah rendah di croplands subur dan basah limbah, sering tumbuh di air. Berhasil di daerah dingin, tapi lebih baik disesuaikan dengan daerah di mana suhu tahunan rata-rata 14-16 C. Tidak dibatasi oleh pH tanah (http://www.hort.purdue.edu, 2009). E. crusgalli terdapat di tempat-tempat basah, kadang-kadang terdapat juga di tempat setengah basah. Di sawah tumbuh bersama padi, akan tetapi umumnya lebih tinggi dan berbunga lebih dulu dari pada padi (http://cetlanget.wordpress.com, 2009c). PENGENDALIAN GULMA JAJAGOAN (Echinochloa crussgali) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

Cara Pengendalian Metode pengendalian gulma dapat dikelompokkan ke dalam kelompok kultur teknis, manual, mekanis, kimia dan biologi. Masing-masing pengendalian gulma memiliki keunggulan dan kerugian, dan pengendalian gulma secara tunggal jarang mencukupi bila menginginkan agar pengendalian gulma tersebut efektif dan ekonomis (Sebayang 2005). Pengendalian gulma dengan sistem budidaya disebut juga cara pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu: a) Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Contoh: padi-tebu-

kedelai, padi-tembakau-padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya. b) Budidaya pertanaman dilakukan dengan penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma. Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan gulma. Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma. Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas. c) Penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops) yang berguna untuk mencegah perkecambahan dan pertumbuhan gulma, sambil membantu pertanaman pokoknya dengan pupuk nitrogen yang kadang-kadang dapat dihasilkan sendiri. Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis. Sebagai contoh pengendalian biologis dengan insekta yang berhasil ialah pengendalian kaktus Opuntia spp. Di Australia dengan menggunakan Cactoblastis cactorum, dan pengendalian Salvinia sp. dengan menggunakan Cyrtobagous singularis. Demikian juga eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek Neochetina bruchi dan Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang , dan Cerospora sp. untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadap spesies-spesies tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya. Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila caracara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih lanjut.

Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan, pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain. (http://fp.uns.ac.id, 2009). Pemberantasan gulma pada padi sawah dapat dilakukan secara mekanik dengan penyiangan manual, tetapi kurang efetif karena memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Untuk pengendalian secara kimiawi sebaiknya menggunakan senyawa kimia yang selektif untuk menghambat atau mematikan gulma tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman padi. Tanggap atau respon beberapa jenis gulmaterhadap herbisida amat tergantung pada jenis herbisida yang digunakan itulah yang digolongkan kedalam herbisida selektif atau non selektif. Herbisida berbahan aktif 2,4 dimetilamina (2,4 D) merupakan jenis herbisida yang selektif untuk pertanaman padi, bersifat sistemik artinya dapat bergerak dari daun dan bersama proses metabolisme ikut kedalam jaringan tanaman sasaran (http://stppgowa.ac.id, 2009). Waktu Pengendalian Pada dasarnya pengendalian gulma telah dilakukan sejak pra kultivasi yaitu sebelum tanah diolah dan sebelum ada tanaman hingga pasca tumbuh tanaman (post emergence). Dalam hal ini pengendalian yang akan dibahas lebih lanjut yaitu pengendalian secara kimiawi/kemis yaitu dengan aplikasi herbisida. Klasifikasi berdasarkan waktu aplikasi yaitu: a) pra kultivasi, herbisida diaplikasikan sebelum tanah diolah dan sebelum ada tanaman (paraquat) b) pra tanam, herbisida diaplikasikan sebelum tanam, sesudah tanah diolah (triazin, EPTC) c) pra tumbuh, herbisida diaplikasikan sebelum tanaman tumbuh (muncul) (nitralin) d) pasca tumbuh, herbisida diaplikasikan setelah tanaman tumbuh dan muncul, demikian pula gulmanya (MCPA atau propanil pada padi, glyphosat dan dalapon pada karet) (Moenandir, 1990). Gulma harus dibuang dari tanaman padi sesegera mungkin. Dengan demikian herbisida harus diaplikasikan selama fase pertumbuhan awal tanaman. Waktu aplikasi herbisida bergantung pada struktur herbisida, gulma sasaran, cu