efektivitas herbisida ipa glifosat 486 sl untuk ... · daftar gambar. 1 kondisi lahan percobaan di...

34
EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK PENGENDALIAN GULMA PADA BUDIDAYA TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muel. Arg) BELUM MENGHASILKAN I GEDE SUPAWAN DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Upload: dinhtram

Post on 07-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK PENGENDALIAN GULMA PADA BUDIDAYA TANAMAN

KARET (Hevea brasiliensis Muel. Arg) BELUM MENGHASILKAN

I GEDE SUPAWAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURAFAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2013

Page 2: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian
Page 3: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DANSUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Herbisida IPA Glifosat 486 SL untuk Pengendalian Gulma pada Budidaya Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) Belum Menghasilkan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

I Gede SupawanNIM A24090024

Page 4: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

ABSTRAK

I GEDE SUPAWAN. Efektivitas Herbisida IPA Glifosat 486 SL untuk Pengendalian Gulma pada Budidaya Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) Belum Menghasilkan. Dibimbing oleh HARIYADI

Penelitian dilakukan di perkebunan PTPN VIII Cikumpay Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, pada bulan September 2012 sampai Desember 2012. Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas herbisida IPA glifosat 486 SL. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor. Penelitian ini menggunakan 7 perlakuan dengan empat ulangan. Perlakuan dosis IPA glifosat 486 SL yang diberikan adalah 1.0 l ha-1 (P1), 1.5 l ha-1 (P2), 2.0 l ha-1 (P3), 2.5 l ha-1 (P4), 3.0 l ha-1 (P5), Penyiangan Manual (P6), dan Kontrol (P7). Herbisida IPA glifosat 486 SL tidak efektif menekan pertumbuhan gulma di perkebunan karet belum menghasilkan. Perhitungan rata-rata perlakuan herbisida pada setiap dosis tidak menunjukan perbedaan yang nyata walaupun secara umum terjadi penurunan berat kering gulma pada setiap perlakuan. Selama pengamatan tidak ditemukan gejala keracunan pada tanaman karet untuk setiap perlakuan dosis. Hal tersebut menunjukan bahwa aplikasi herbisida IPA glifosat 486 SL tidak berbahaya pada tanaman karet belum menghasilkan.

Kata kunci: aplikasi, dosis, gulma, herbisida, IPA glifosat

ABSTRACT

I GEDE SUPAWAN. Effectiveness of Herbicide Glyphosate IPA 486 SLfor Weed Control in Immature Rubber Crops (Hevea brasiliensis Muel. Arg.). Supervised by HARIYADI

The research was conducted in the plantation PTPN VIII Cikumpay Purwakarta, West Java, from September 2012 until December 2012. This reaserch was conducted to test the effectiveness of the herbicide glyphosate IPA 486 SL. The experimental design used in this research were randomized design Complete Group (RKLT) with one factor. This research use seven treatments with four replications. Treatment doses of glyphosate IPA 486 SL given is 1.0 l ha-1

(P1), 1.5 l ha-1 (P2), 2.0 l ha-1 (P3), 2.5 l ha-1 (P4), 3.0 l ha-1 (P5), Weeding Manual (P6), and Control (P7). Herbicide glyphosate IPA 486 SL was not effective in suppressing the growth of weeds in immature rubber plantations.. Calculation the average herbicide treatments at any dose did not show significant differences, although in general there is a decrease in weed dry weight each observation. During observations did not symptoms of poisoning in the rubber plant for each treatment dose. It shows that the application of glyphosate IPA 486 SL herbicide is not dangerous to immature rubber plants.

Key words: application, dose, herbicide, glyphosate, weed

Page 5: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

Skripsisebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanianpada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK PENGENDALIAN GULMA PADA BUDIDAYA TANAMAN

KARET (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) BELUM MENGHASILKAN

I Gede Supawan

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURAFAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2013

Page 6: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian
Page 7: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

Judul Skripsi: Efektivitas Herbisida IPA Glifosat 486 SL untuk Pengendalian Gulma pada Budidaya Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) Belum Menghasilkan

Nama : I Gede SupawanNIM : A24090024

Disetujui oleh

Dr. Ir. Hariyadi, MSPembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgrKetua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

Judul Skripsi: Efektivitas Herbisida IPA Glifosat 486 SL untuk Pengenda1ian Gulma pada Budidaya Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mue!. Arg.) Belum Menghasilkan

Nama : I Gede Supawan NIM : A24090024

Disetujui oleh

(

f. If. Hariyadi, MS Pembimbing

Tanggal Lulus:

Page 9: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah pengandalian lingkungan perkebunan karet, dengan judul Efektivitas Herbisida IPA Glifosat 486 SL untuk Pengendalian Gulma pada Budidaya Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) Belum Menghasilkan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Hariyadi, MS selaku pembimbing, serta seluruh dosen dan staf Departemen AGH yang telah banyak membantu dan memberi masukan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ihsan Baharudin, dan seluruh mandor dari PTPN VIII Cikumpay serta Bapak Hendri Antoro beserta staf dari Stasiun BMKG Dramagadan Ray March Syahadat yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluargaseluruh teman-teman AGH, Faperta, IPB, serta seluruh pihak atas segala, bantuandoa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

I Gede Supawan

TI

Page 10: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL viDAFTAR GAMBAR viDAFTAR LAMPIRAN viPENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1Perumusan Masalah 2Tujuan Penelitian 2Manfaat Penelitian 2Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2Karet 2Gulma 3Persaingan Gulma dan Tanaman Karet 3Pengendalian Gulma 4Glifosat 5

METODE 5Tempat dan Waktu 5Bahan dan Alat 6Metode Penelitian 6Pelaksanaan Penelitian 6Pengamatan 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8Kondisi Umum 8Gulma Dominan 9Bobot Kering Gulma Total 12Bobot Kering Gulma Daun Lebar 13Bobot Kering Gulma Rumput 14Fitotoksisitas pada Tanaman Karet Belum Menghasilkan 16Perbandingan dengan Pengendalian Mekanis 17

KESIMPULAN DAN SARAN 18Kesimpulan 18Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19LAMPIRAN 21RIWAYAT HIDUP 23

Page 11: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

DAFTAR TABEL Halaman

1 Rekapitulasi sidik ragam pada tiap waktu pengamatan 92 Nisbah jumlah dominansi (NJD) gulma sebelum aplikasi herbisida 103 Nisbah jumlah dominansi (NJD) gulma setelah aplikasi herbisida 104 Data curah hujan selama percobaan di areal percobaan 125 Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma

total 126 Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma

daun lebar 147 Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma

rumput 158 Data nilai rata-rata tingkat skoring toksisitas pada tanaman karet belum

menghasilkan 169 Perbandingan biaya antara perlakuan penyiangan manual dengan

perlakuan herbisida pada beberapa dosis 19

DAFTAR GAMBAR

1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9

2 Gulma dominan 113 Tidak terlihat adanya keracunan pada batang dan tajuk tanaman karet 17

DAFTAR LAMPIRAN

4 Denah satuan petak perlakuan dan pengambilan contoh gulma 215 Denah lokasi percobaan untuk setiap perlakuan 22

Page 12: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karet (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) merupakan salah satu tanaman yang termasuk ke dalam tanaman perkebunan yang hasil olahan getahnya banyak dimanfaatkan pada alat transportasi. Menurut Madjid (1986) karet telah ditanam secara komersial sejak permulaan abad ke-20. Tanaman ini juga merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia, selain sebagai sumber lapangan kerja utama di daerah, komoditas itu juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai sumber devisa negara.

Menurut Kementrian Pertanian (2012), pada tahun 2011 luas areal perkebunan karet Indonesia mencapai 3.4 juta hektar dan produksi karet 2.8 juta ton. Data ini menunjukan adanya peningkatan produktivitas dari tahun 2010, yaitu 2.41 juta ton. Indonesia sebagai salah satu produsen besar karet memiliki posisi lebih baik dibandingkan dengan Malaysia yang hanya memiliki luas lahan 1,02 juta hektar dengan produksi mencapai 951 ribu ton, namun Indonesia masih kalah dari Thailand dalam hal produksi mencapai 3,1 juta ton dengan luas lahan 2,6 juta hektar. Ketiga negara itu saat ini merupakan produsen karet terbesar di dunia.

Meningkatkan produksi hasil perkebunan sering kali ditemui berbagai kendala, mulai dari ketersedian tenaga kerja hingga adanya serangan hama dan penyakit tanaman (HPT) yang berdampak pada penurunan hasil produksi.Kendala lainnya yang paling sering ditemui adalah banyaknya tanaman yang tidak diinginkan yang tumbuh pada tajuk tanaman utama. Gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman karet diketahui dapat menyebabkan kerugian terhadap karet tersebut akibat adanya kompetisi antara tanaman dengan gulma dalam memanfaatkan sarana tumbuh seperti air, unsur hara, cahaya matahari dan ruang tumbuh. Menurut Wiroatmodjo et al. (1992) gulma atau tanaman yang tidak diinginkan keberadaannya menjadi pesaing utama tanaman utama pada saat pertumbuhan tanaman.

Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat menghentikan pertumbuhan gulma sementara atau seterusnya bila diperlakukan pada ukuran yang tepat (Sembodo 2010). Pemilihan herbisida yang sesuai untuk pengendalian gulma di pertanaman karet merupakan suatu hal yang sangat penting. Pemilihan dilakukan dengan memperhatikan daya efikasi herbisida terhadap gulma dan ada tidaknya fitotoksisitas pada tanaman.

Menurut Katritzky et al. (2002) Indole-3-propionic acid (IPA) adalah hormon tanaman endogen dan konjugasi asam aminonya diketahui untuk berinteraksi dengan albumin serum. Nufarm (2012) menambahkan IPA glifosat merupakan herbisida pasca tumbuh yang diformulasi dalam bentuk larutan yang mudah larut dalam air yang dapat mengendalikan gulma berdaun sempit, berdaun lebar, dan teki-tekian serta mempunyai spektrum yang luas. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui efektivitas dan efek toksisitasnya untuk menekan pertumbuhan gulma pada tanaman karet belum menghasilkan.

Page 13: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

2

Perumusan Masalah

1. Seberapa efektif herbisida IPA glifosat 486 SL untuk mengendalikan gulma pada tanaman karet belum menghasilkan?

2. Perlakuan mana yang paling efektif untuk mengendalikan gulma pada tanaman karet belum menghasilkan?

3. Bagaimanakah efek toksisitas herbisida glifosat 486 SL terhadapa tanaman karet belum menghasilkan?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas herbisida IPA glifosat 486 SL untuk pengendalian gulma pada budidaya tanaman karet (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) belum menghasilkan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang efektivitas dan efek toksisitas herbisida IPA glifosat 486 SL dalam pengendalian gulma pada budidaya tanaman karet (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) belum menghasilkan. Penelitian ini juga bermanfaat untuk memberikan informasi formula dosis herbisida IPA glifosat 486 SL yang efektif.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan analisis vegetasi pada gulma sebelumdan setelah aplikasi herbisida. Analisis vegetasi sebelum aplikasi bertujuan untuk mengetahui gulma dominan pada lahan percobaan. Analisis vegetasi setelah aplikasi herbisida bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari herbisida yang diaplikasikan dan efek toksisitasnya terhadap tanaman karet belum menghasilkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Karet

Tanaman karet adalah tanamn perkebunan yang banyak dibudidayakan di negara tropis. Tanaman karet sendiri memiliki nama latin Hevea brasiliensisMuell. Arg. yang berasal dari Brazilia, Amerika Selatan tepatnya di wilayah Amazon Brazilia. Tanaman karet mulai dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1864 di Jawa Barat. Sedangkan perkebunan karet dimulai di Sumatera Utara tahun 1903, dan di Jawa tahun 1906 (Semangun 2000).

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet.

Page 14: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

3

Hasil karet biasa dimanfaatkan atau diolah menjadi beberapa produk antara lain adalah: RSS I, RSS II, RSS III, Crumb Rubber, Lump, dan Lateks. Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat dijual atau diperdagangkan di masyarakat berupa lateks segar, slab/koagulasi, ataupun sit asap/sit angin. Selanjutnya produk-produk tersebut akan digunakan sebagai bahan baku pabrik Crumb Rubber/Karet Remah, yang menghasilkan berbagai bahan baku untuk berbagai industri hilir seperti ban, bola, sepatu, karet, sarung tangan, baju renang, karet gelang, mainan dari karet, dan berbagai produk hilir lainnya.

Gulma

Gulma atau tumbuhan pengganggu merupakan tumbuhan yang keberdaannya tidak diharapkan oleh manusia. Sifat gulma adalah mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. Selama ini, masalah pada tanaman perkebunan besar adalah masalah tentang gulma. Kehilangan produk pada tanaman perkebunan yang disebabkan oleh gangguan gulma cukup besar, belum lagi ada tambahan biaya untuk pengendaliannya. Penyebaran gulma dari suatu tempat ketempat budidaya lainnya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain oleh manusia, hewan, angin dan alat-alat pertanian yang tidak dibersihkan sebelumnya (Sukman dan Yakup 1991).

Daya kompetisi gulma ditentukan oleh jenis, densitas, distribusi, umur atau lamanya gulma tumbuh bersama tanaman budidaya, kultur teknik yang ditetapkan pada tanaman budidaya dan jenis atau varietas tanaman (Tjitrosoedirdjo et al. 1984)

Secara kualitatif, Suprapto dan Yufdy (1987) menyatakan bahwa pengaruh buruk dari gulma pada tanaman yang kurang mendapat perawatan yang teratur adalah pertumbuhan tanaman terhambat, cabang produksi kurang dan pertumbuhan tanaman muda tidak normal serta daunnya benwarna kuning. Selain faktor kompetisi dan alelopati, keberadaan gulma di pertanaman dapat menjadi inang patogen atau hama bagi tanaman.

Persaingan Gulma dan Tanaman Karet

Gulma yang tumbuh pada pertanaman karet pada umumnya adalah gulma-gulma yang cukup tahan terhadap naungan dan telah berasosiasi serta menyesuaikan diri dengan tanaman tersebut. Menurut Meilin (2008) jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim, sedang pada perkebunan yang telah lama ditanami, gulma yang banyak terdapat adalah dari jenis tahunan. Gulma yang terdapat pada dataran tinggi relatif berbeda dengan yang tumbuh di daerah dataran rendah. Pada daerah yang tinggi terlihat adanya kecenderungan bertambahnya keaneka-ragaman jenis, sedangkan jumlah individu biasanya tidak begitu besar. Hal sebaliknya terjadi pada daerah rendah yakni jumlah individu sangat melimpah, tetapi jumlah jenis yang ada tidak begitu banyak.

Page 15: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

4

Spesies gulma yang umumnya dijumpai pada tanaman karet ialah gulma Digitaria ciliaris, Cynodon dactylon, Echinochloa colona Echinochlo crussgali,Paspalum conjugatum, Paspalum distichum, Eleusine indica, Cyperus rotundus, Borreria latifolia, Borreria alaat, Phyllantus niruri, Cyrtoccocum patens dan Ageratum conyzoides.

Tanaman sangat peka terhadap persaingan dengan gulma sejak awal penanaman sampai dengan seperampat atau sepertiga umur tanaman (Bangun, 1985). Penurunan hasil akibat kompetisi tanaman karet degan gulma dapat berkisar antara 5-6 persen. Gangguan gulma secara langsung terhadap tanamankaret selain melalui kompetisi juga melalui alelopati. Beberapa jenis gulma yang dapat menurunkan hasil tanaman diantaranya ialah Echinochlo crussgali dan Ageratum conyzoides (Kohli 1997).

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma pada hakekatnya merupakan usaha untuk melemahkan daya saing gulma dan meningkatkan daya tumbuh tanaman budidaya ada beberapa teknik pengendalian gulma yang sering digunakan oleh manusia diantaranya, preventif, mekanis, kultur teknis, hayati, kimia dan pengendalian terpadu (integrated weed management). Tindakan pengendalian gulma yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan bahan kimia sintetis yang disebut dengan herbisida.

Menurut Johnson et al. (1998) pengendalian gulma memakai herbisida diperoleh hasil yang cukup memuaskan, namun penggunaan herbisida juga dapat menyebabkan perubhan komposisi spesies dan kepadatan (density) gulma disuatu tempat dalam jangka waktu lama. Selain itu, apabila herbisida diaplikasikan secara terus-menerus dapat mengakibatkan resistensi tumbuhan terhadap herbisida. Bila herbisida tersisa dalam tubuh tumbuhan sampai saat panen maka ada residu dalam tubuh tumbuhan dan yang tersisa dalam tanah menjadi residu dalam tanah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan berikutnya.

Dibalik pengaruh negatif yang ditimbulkan karena pengaplikasian herbisida, pengendalian gulma memakai herbisida juga memiliki kelebihan-kelebihan diantaranya, tidak perlu memakai banyak tenaga kerja, memakan sedikit waktu, dapat mengendalikan gulma dengan cakupan areal yang lebih luas dan cepat dibandingkan pegendalian manual serta lebih hemat tenaga.

Pengendalian gulma (weed control) sendiri sejatinya harus dibedakan dengan istilah pemberantasan gulma (weed eradication). Pengendalian gulma diartikan sebagai suatu proses untuk membatasi pertumbuhan gulma sedemikian rupa, sehingga tanaman pokok yang dibudidayakan dapat berkembang secara efesien dengan produktivitas yang tinggi. Pengendalian gulma tidak bertujuan untuk menekan populasi gulma sampai tingkat nol. Pengendalian hanya bertujuan untuk menekan populasi gulma sampai tingkat yang tidak merugikan secara ekonomis atau tidak melewati ambang batas ekonomi (economic threshold) (Sukman dan Yakup 1991).

Page 16: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

5

Glifosat

Glifosat [N-(phosphonomethyl)glysin] merupakan salah satu herbisida dari golongan phosphono amino acid yang bersifat non selektif dan efektif untuk rerumputan daripada gulma daun lebar Herbisida glifosat bersifat sistemik, mengendalikan gulma dengan cara menghambat proses sintesis asam amino (Taufiq 2003). Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984), herbisida sistemik adalah herbisida yang ditranslokasikan ke dalam jaringan tumbuhan sehingga akan mematikan jaringan sasaran seperti daun, tunas, dan perakaran. Mode of action (cara kerja) glifosat adalah menyerang enzim 5- enoylpyruvate shikimic acid-3-phosphate synthase (EPSP synthase) yang terdapat di kloroplas. Enzim ini berperan dalam biosintesis asam amino aromatik seperti triptopan, fenilalanin, dan tirosin. Nama kimia dari herbisida Glifosat adalah N-(phosphonomethyl) glycine, atau garam isopropylamine dengan rumus empiris C3H8NO5P. Landerdale dan Savannah (1998) menambahkan herbisida ini memiliki titik lebur 230oC dengan massa jenis 0.5 g cm-3, dengan berat molekul 169.07, berwarna putih jernih dan tidak berbau berbentuk kristal bening. Adapun rumus bangun kimia herbisida Glifosat sebagai berikut:

CH – C – CH2 – NH – CH2 – P – (OH)2

Glifosat sangat cocok untuk mengendalikan gulma-gulma jenis rumput, teki-tekian dan daun lebar yang bersifat semusim (annual), dwi tahunan (biennial), dan tahunan (perennial). Selain itu herbisida ini cukup efektif untuk mengendalikan gulma semak berkayu. Setelah herbisida diaplikasikan, herbisida glifosat yang tidak mengenai sasaran atau tercecer akan segera diabsorbsi oleh tanah dan cenderung sulit tercuci. Waktu paruh rata-rata dari herbisida glifosat dalam tanah adalah 60 hari (Landerdale dan Savannah 1998).

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksakan di perkebunan karet (TBM) PTP Nusantara VIII (Persero) Cikumpay, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat dan di Laboratorium Pasca Panen, Departemaen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung selama empat bulan dari bulan September 2012 sampai bulan Desember 2012.

O O

Page 17: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

6

Bahan dan Alat

Kultivar yang digunakan adalah semua klon/jenis karet PR 255 dengan umur yang seragam empat tahun. Herbisida yang digunakan adalah herbisida yang diuji yaitu herbisida IPA glifosat 486 SL serta 15 iter air. Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah sprayer knapsack semi otomatis dan nozel T-jet warna biru, gelas ukur, ember, timbangan, tali, label, plastik, amplop, pisau cuter, spidol, kamera digital, oven dan kuadran dengan ukuran 0.5 m x 0.5 m.

Meteode Penelitian

Penelitian ini menggunkan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor yang terdiri dari tujuh perlakuan dengan empat kali ulangan pada setiap herbisida yang diuji. Perlakuan menggunakan herbisida dengan dosis 1.0 l ha-1, 1.5 l ha-1, 2.0 l ha-1, dosis 2.5 l ha-1 dan 3.0 l ha-1. Perlakuan keenam tidak menggunakan herbisida tetapi dengan cara penyiangan manual dengan teknik babat dempes, yang akan dilakukan sekali pada pengamatan 10 minggu setelah aplikasi (12 MST). Perlakuan ketujuh merupakan kontrol yang digunakan sebagai pembanding yang tidak diberikan penyiangan dan perlakuan apapun. Model rancangan yang digunakan adalah:

Yij = µ + τi + βj + εij

Keterangan: Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-jµ = nilai rata-rata populasiτi = pengaruh aditif dari perlakuan ke-iβj = pengaruh aditif dari kelompok ke-jεij = pengaruh acak dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Pengolahan data dikerjakan menggunakan metode analisis ragam. Apabila perlakuan menunjukkan pengaruh nyata maka akan dulakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) terhadap perbedaan nilai rata-rata pada taraf kepercayaan 5% dengan prosedur uji yang sesuai dengan rancangan percobaan (Gomez dan Gomes 1995). Satuan petak terdiri atas gulma dibawah 5 tanaman karet (TBM) atau dengan luas 3 m x 15 m. Jarak antar satuan petak perlakuan adalah satu tanaman karet di dalam barisan.

Pelaksanaan Penelitian

Analisis vegetasi dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan aplikasi herbisida untuk mengetahui jenis gulma yang dominan. Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan alat kuadran yang berukuran 0.5 m x 0.5 m dengan cara mengambil contoh gulma secara sistematis pada areal percobaan yang terlebih dahulu telah dilakukan pembagian petak percobaan yang disesuaikan berdasarkan perlakuan yang akan diberikan dengan jumlah 28petak percobaan.

Page 18: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

7

Setiap petak berukuran 3 m x 15 m dengan jarak antar ulangan adalah 3 m dan jarak antara petak dalam satu ulangan adalah 2 m. Keadaan tumbuhan karet relatif seragam dengan jarak tanam sesuai dengan kondisi perkebunan setempat yaitu 2.5 m x 6 m dengan jumlah populasi adalah 667 pohon ha-1. Pemeliharaan tanaman karet terpelihara dengan baik sesuai dengan anjuran perkebunan setempat. Penutupan gulma secara umum tidak kurang dari 75% dengan kondisi lingkungan yang mendukung.

Cara dan aplikasi herbisidaCara aplikasi herbisida dan alat yang digunakan disesuaikan dengan

sifat fisik, cara kerja dan bentuk formulasi herbisida yang diuji. Untuk formulasi yang larut dalam air, digunakan alat semprot punggung semi otomatis (semi automatic sprayer) dan nozel T-jet dengan tekanan 1 kg cm-2

(15-20 psi). Pengamatan

Pengamatan gulmaData contoh biomasa gulma pada setiap satuan petak perlakuan.

Diamati sebanyak dua petak kuadrat, menggunakan metode kuadrat berukuran 0.5 m x 0.5 m. Letak petak kuadrat ditetapkan secara sistematis. Waktu pengambilan contoh gulma dilakukan sebelum dan setelah aplikasi. Pengambilan contoh gulma sebelum aplikasi digunakan untuk data biomasa kerapatan dan frekwensi dilakukan sebelum aplikasi dimaksudkan untuk menganalisis vegetasi menggunakan tehnik sum dominance ratio (SDR), yaitu proses perhitungan jumlah dominasi gulma yang ada di areal percobaan tersebut. Pengambilan contoh setelah aplikasi dilakukan setiap 2 minggu sekali setelah aplikasi, yaitu pada 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MSA.

Cara pengambilan contohContoh gulma yang diambil adalah gulma sasaran yang menjadi target

herbisida yang diuji yang diperoleh menggunakan teknik pelemparan alat kuadran perpetak perlakuan. Gulma yang masih segar dipotong tepat setinggi permukaan tanah, kemudian dipisahkan setiap spesies. Selanjutnya gulma dikeringkan pada oven dengan temperatur 80oC selama 48 jam.

Pengamatan karetJumlah contoh tanaman karet untuk pengamatan fitotoksisitas adalah

sebanyak 3 tanaman dalam satuan petak perlakuan dan ditentukan secara acak. Tingkat keracunan dinilai secara visual terhadap populasi kultivar dalam satuan petak perlakuan, diamati pada 2, 4 dan 6 minggu setelah aplikasi atau setelah aplikasi kedua. Skoring keracunan sebagai berikut:

0 = tidak ada keracunan, 0 - 5% bentuk warna daun dan atau pertumbuhan tanaman karet tidak normal

1 = keracunan ringan, >5 - 20% bentuk warna daun dan atau pertumbuhan tanaman karet tidak normal

2 = keracunan sedang,>20-5% bentuk warna daun dan atau pertumbuhan tanaman karet tidak normal

Page 19: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

8

3 = keracunan berat, >50- 75% bentuk warna daun dan atau pertumbuhan tanaman karet tidak normal

4 = keracunan sangat berat, >75% bentuk warna daun dan atau pertumbuhan tanaman karet tidak normal

Kriteria efikasi Efektivitas herbisida yang diuji dibandingkan dengan perlakuan

pembanding dan kontrol. Efikasi herbisida yang diuji disimpulkan berdasarkan analisis

statistik data biomasa spesies gulma sasaran. Sebagai data penunjang adalah keracunan dan tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan karet.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Perkebunan Cikumpay terletak di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Perkebunan Cikumpay berjarak 19 km dari Purwakarta dan 109 km dari Bandung. Lokasi Perkebunan Cikumpay berada di lima wilayah kecamatan di Purwakarta, yaitu Campaka, Cibatu, Bungursari, Darangdan dan Plered. Wilayah Perkebunan Cikumpay terletak kira-kira 70-90 m dpl dengan keadaan topografi datar hingga bergelombang. Kecamatan Campaka terletak pada lintang 06o30’33.9” LS, bujur 107o28’58.5” BT dengan evaluasi 97 meter.

Kondisi pertanaman karet pada awal dimulainya penelitian di areal percobaan terlihat sangat baik dan sesuai dijadikan tempat percobaan (Gambar 1). Umur tanaman karet waktu pada areal penelitian adalah empat tahun. Tajuk tanaman sudah cukup tinggi berkisar 3-4 meter dan belum pernah disadap. Aplikasi dilakukan pada pagi hari yaitu pada tanggal 29 September 2012, pada pukul 08.00 WIB yang diperkirakan tidak turun hujan atau maksimal turun hujan 6 jam setelah aplikasi bertujuan untuk menghindari penguapan herbisida oleh sinar matahari yang dapat mengurangi efektivitas herbisida yang diaplikasikan.

Tingkat curah hujan di areal penelitian selama penelitian berlangsung tidak terlalu tinggi dan pada bulan tersebut intensitas hujan masih rendah. Selain curah hujan, tingkat naungan juga sangat mempengaruhi jumlah populasi gulma yang ada, karena dengan tingginya curah hujan dan tingkat naungan menyebabkan kelembaban tanah tetap terjaga. Menurut Kurniawan et al. (2007) kelembaban tanah yang cukup dapat menyebabkan tumbuhnya sebagian besar biji gulma dalam tanah.

Data rekapitulasi sidik ragam menunjukan bahwa pengamatan bobot kering gulma total untuk perlakuan 4 MSA dan 12 MSA berbeda nyata dengan dengan perlakuan 2, 6, 8, dan 10 MSA. Pada pengamatan bobot kering gulma rumput, perlakuan pada 12 MSA diperoleh sangat berbeda nyata dengan

Page 20: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

9

perlakuan lainnya, sedangkan pada pengamatan bobot kering gulma daun lebar didapat tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan (Tabel 1).

Gambar 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi

Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pada tiap waktu pengamatanWaktu(MSA)

Peubah PengamatanBKGT BKR BKDL

2 tn tn tn4 * tn tn6 tn tn tn8 tn tn tn10 tn tn tn12 * ** tn

a BKDT = Bobot Kering Daun Lebar; MSA = Masa Setelah Aplikasi; BKGT = Bobot Kering Gulma Total ; BKRT = Bobot Kering Rumput * = Berpengaruh nyata pada taraf 5 % ; ** = Berpengaruh nyata pada taraf 1 % ; tn = Tidak berpengaruh nyata

Gulma Dominan

Vegetasi gulma dapat menggambarkan perpaduan jenis gulma disuatu wilayah atau daerah. Suatu tipe vegetasi mampu menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran gulma yang ada baik secara ruang maupun waktu. Rata-rata jumlah kerapatan nisbi, nilai frekuensi nisbi, dan nilai berat kering nisbi gulma yang diperoleh dari analisis vegetasi pada areal penelitian disebut dengan NJD (Nisbah Jumlah Dominansi). Spesies gulma dominan akan ditunjukan oleh besarnya NJD dalam persen pada areal penelitian.

Hasil analisis vegetasi gulma sebelum aplikasi herbisida IPA glifosat 486 SL disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis vegetasi sebelum aplikasi herbisida, diperoleh empat gulma dominan yaitu Paspalum conjugatum, Tetracera indica, Ficus septica, dan Eleusine indica (Tabel 2). Adapun spesies gulma lain seblum aplikasi herbisida yang cukup banyak tumbuh di areal

Page 21: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

10

penelitian yaitu Ottoclhoa nodosa, Cynodon dactylon, Chromolena odoratadan Mikania micrantha.

Tabel 2 Nisbah jumlah dominansi (NJD) gulma sebelum aplikasi herbisidaNomor Spesies gulma Gulma jenis NJD (%)1 Paspalum conjugatum rumput 17.722 Tetracera indica daun lebar 13.903 Ficus septic daun lebar 9.024 Eleusine indica rumput 7.735 Chromolaena odorata daum lebar 6.976 Ottochloa nodosa rumput 6.837 Cynodon dactylon rumput 6.498 Mikania micrantha daun lebar 5.269 Gulma lain campuran 26.08

Analisis vegetasi juga dilakukan pada akhir percobaan untuk mengetahui apakah ada perubahan dari jumlah gulma yang dominan ketika sebelum aplikasi dengan setelah aplikasi herbisida. Hasil analisis vegetasi akhir yang dilakukan pada lahan percobaan memberikan gambaran umum tentang dominansi gulma setelah aplikasi herbisida. Tabel 3 menunjukan bahwa terjadi perubahan dominansi gulma yang terjadi pada akhir percobaan setelah aplikasi herbisida dibandingakan dengan sebelum aplikasi herbisida.

Dominansi gulma yang paling tinggi pada akhir percobaan yaitu gulma dari spesies Borreria alata dan Cyrtococcum patens, dengan persentase masing-masing mencapai 23.42% untuk Borreria alata dan 23.38% untuk Cyrtococcum patens (Tabel 3). Data pada Tabel 3 menunjukan bahwa gulma dari golongan daun lebar (Borreria alata) lebih dominan dari pada gulma dari golongan rumput. Berbeda halnya dengan hasil analisis vegetasi sebelum aplikasi terlihat bahwa gulma dari golongan rumput (Paspalum conjugatum) yang lebih dominan. Secara keseluruhan terjadi perubahan dominansi gulma secara signifikan antara sebelum aplikasi herbisida dengan dominansi gulma setelah aplikasi herbisida (Tabel 3).

Tabel 3 Nisbah jumlah dominansi (NJD) gulma setelah aplikasi herbisidaNomor Spesies gulma Gulma jenis NJD (%)

1 Borreria alata daun lebar 23.422 Cyrtoccocum patens rumput 23.383 Mikania micrantha daun lebar 14.244 Tetracera indica daun lebar 16.475 Gulma lain campuran 22.49

Terjadinya perubahan dominansi gulma sebelum dan setelah aplikasi herbisada dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain pengaruh curah hujan yang mulai meningkat. Herbisida IPA glifosat 486 SL kurang efektif untuk mengendalikan gulma Tetracera indica (Gambar 2). Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, adanya trikoma pada daun, tajuk tanaman yang kuat dan berkayu yang sulit ditembus harbisida sistemik (Barus 2003).

Page 22: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

Gambar 2 Gulma dominan: (kanan atasconjugatum

Adanya perbedaan kepekaan gulma terhadap herbisida sangat ditentukan oleh faktor dalam dan faktor luar sehingga dapat menyebabkan adanya perbedaan jenis gulma yang terdapat pada areal pertanaman. Setiap jenis gulma akan memiliki respon morfologi dan fisiologi yanterhadap efek herbisida yang diberikan merupakan pengaruh dari faktor dalam. Selain jenis gulma, dosis dan sifat herbisida, faktor luar juga sangat berpengaruh terhadap efektivitas suatu herbisida. Faktor lingkungan yang mempengaruhi efektivitas curah hujan, kandungan

Curah hujan yang terjadi di sekitar areal percobaan disaat awalpenelitian berlangsung sangat rendahhujan bernilai nol mm/bulan. Keadaan ini sangat baik untuk melakukan aplikasi herbisida serta dapat memperkecil pengaruh lingkungan. Namun pada saat di pertengahan hingga akhir pengamatan penelitian curah hujan mulai tinggi dan terus mengalami peningkatan. Hal tumbuh gulma. Akibatnya gulma yang tertanam dalam tanah akan lebih cepat berkecambah dan tumbuh kepermukaan. Curah hujan yang tinmempengaruhi keefektifterjadinya pencucian oleh air hujan dan konsentrasi herbisida dalam juga akan terbawa oleh erosi. Berikut adalah data curah hujan selama percobaan berlangsung.

Gambar 2 Gulma dominan: Ficus septica (kiri atas), Tetracera (kanan atas), Eleusine indica (kiri bawah), Paspalumconjugatum (kanan bawah)

perbedaan kepekaan gulma terhadap herbisida sangat ditentukan oleh faktor dalam dan faktor luar sehingga dapat menyebabkan adanya perbedaan jenis gulma yang terdapat pada areal pertanaman. Setiap jenis gulma akan memiliki respon morfologi dan fisiologi yanterhadap efek herbisida yang diberikan merupakan pengaruh dari faktor dalam. Selain jenis gulma, dosis dan sifat herbisida, faktor luar juga sangat berpengaruh terhadap efektivitas suatu herbisida. Faktor lingkungan yang mempengaruhi efektivitas herbisida yang diaplikasikan adalah cahaya, suhu, curah hujan, kandungan bahan faktor, kelembaban dan pH.

Curah hujan yang terjadi di sekitar areal percobaan disaat awalpenelitian berlangsung sangat rendah (Tabel 4). Pada Bulan September curah

bernilai nol mm/bulan. Keadaan ini sangat baik untuk melakukan aplikasi herbisida serta dapat memperkecil pengaruh lingkungan. Namun pada saat di pertengahan hingga akhir pengamatan penelitian curah hujan mulai tinggi dan terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat meningkatkan daya tumbuh gulma. Akibatnya gulma yang tertanam dalam tanah akan lebih cepat berkecambah dan tumbuh kepermukaan. Curah hujan yang tinmempengaruhi keefektifan dari herbisida yang diaplikasikan dikarenakan

ncucian oleh air hujan dan konsentrasi herbisida dalam juga akan terbawa oleh erosi. Berikut adalah data curah hujan selama percobaan

11

Tetracera indicaPaspalum

perbedaan kepekaan gulma terhadap herbisida sangat ditentukan oleh faktor dalam dan faktor luar sehingga dapat menyebabkan adanya perbedaan jenis gulma yang terdapat pada areal pertanaman. Setiap jenis gulma akan memiliki respon morfologi dan fisiologi yang berbeda terhadap efek herbisida yang diberikan merupakan pengaruh dari faktor dalam. Selain jenis gulma, dosis dan sifat herbisida, faktor luar juga sangat berpengaruh terhadap efektivitas suatu herbisida. Faktor lingkungan yang

herbisida yang diaplikasikan adalah cahaya, suhu,

Curah hujan yang terjadi di sekitar areal percobaan disaat awal-awal . Pada Bulan September curah

bernilai nol mm/bulan. Keadaan ini sangat baik untuk melakukan aplikasi herbisida serta dapat memperkecil pengaruh lingkungan. Namun pada saat di pertengahan hingga akhir pengamatan penelitian curah hujan mulai

tersebut dapat meningkatkan daya tumbuh gulma. Akibatnya gulma yang tertanam dalam tanah akan lebih cepat berkecambah dan tumbuh kepermukaan. Curah hujan yang tinggi dapat

an dari herbisida yang diaplikasikan dikarenakan ncucian oleh air hujan dan konsentrasi herbisida dalam juga akan

terbawa oleh erosi. Berikut adalah data curah hujan selama percobaan

Page 23: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

12

Tabel 4 Data curah hujan selama percobaan di areal percobaanBulan Curah hujan (mm/bulan)September 0Oktober 28November 153Desember 217

Sumber: BMKG Dramaga Bogor

Curah hujan merupakan suatu faktor lingkungan yang juga erat kaitannya dengan tingkat kelembaban tanah. Semakin tinggi curah hujan maka akan semakin tinggi tingkat kelembaban tanah. Kelembaban tanah nantinya akan mempengaruhi tingkat proses pengecambahan gulma yang ada dalam tanah. Semakin tinggi tingkat kelembaban tanah maka akan semakin membantu proses pengecambahan gulma yang ada dalam tanah.

Bobot Kering Gulma Total

Bobot kering gulma total merupakan jumlah bobot kering gulma secara keseluruhan pada setiap petak perlakuan dan setiap ulangan. Penentuan berat kering gulma total dilakukan dengan cara menimbang tiap spesies gulma yang telah dioven yang merupakan hasil pengambilan sampel gulma setiap perlakuan dan setiap ulangan. Bobot kering gulma total merupakan jumlah bobot kering gulma secara keseluruhan pada setiap petak perlakuan dan setiap ulangan.

Perlakuan herbisida IPA glifosat 486 SL dengan beberapa dosis berpengaruh nyata pada 4 dan 12 MSA. Tidak ada perbedaan yang nyata dalam menekan pertumbuhan gulma total diantara perlakuan dosis 1.5 l ha-1, 2.5 l ha-1

dan 3.0 l ha-1, namun dari setiap perlakuan dapat dilihat bahwa perlakuan herbisisda IPA glifosat 486 SL dengan dosis 1.5 l ha-1 lebih besar menekan pertumbuhan gulma secara total. Bobot kering gulma total terendah terdapat pada perlakuan herbisida dengan perlakuan manual pada 12 MSA, yaitu 0.748 gram (Tabel 5). Hal ini dapat terjadi karena pengendalian manual mulai dilakukan pada 10 MSA.

Tabel 5 Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma total

Perlakuan Dosis Minggu setelah aplikasi (MSA)

2 4 6 8 10 12

.................................................................(g 0.25-1 m2)...................................................................Kontrol - 11.118 24.390 a 15.715 12.718 10.048 19.523 a

Manual - 11.008 7.303 b 13.463 11.298 10.550 0.748 b

Glifosat 1.0 l/ha 7.480 22.935 a 12.843 21.495 6.420 5.213 bGlifosat 1.5 l/ha 11.773 9.578 b 10.940 10.175 7.445 4.683 b

Glifosat 2.0 l/ha 14.413 7.948 b 11.808 10.853 7.430 9.190 bGlifosat 2.5 l/ha 11.640 13.868 ab 17.610 21.760 15.713 5.918 b

Glifosat 3.0 l/ha 10.850 9.433 b 15.530 21.400 7.965 9.543 ba Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji duncan. Data diatas merupakan data hasil transformasi √(x+4)

Page 24: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

13

Dilihat dari hasil perhitungan data tabel bahwa perlakuan herbisida pada dosis 1.0 l/ha efektif menekan gulma hanya pada 2, 6, 10, dan 12 MSA, sedangkan pada 4 MSA dan 8 MSA merupakan nilai bobot kering gulma total tertingi yang artinya tidak efektif menekan gulma. Pada 2, 6, 8, dan 10 MSA nilai bobot kering gulma total dari perlakuan herbisida dengan dosis 1.0 l/ha tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dan penyiangan manual.

Pengendalian manual dilakukan mulai 10 MSA dikarenakan sebelum 10 MSA pertumbuhan gulma masih kecil dan belum ideal untuk dilakukan pembabatan karena keberadaan dan kondisi gulma belum merugikan secara ekonomis. Bobot kering gulma total tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol pada pengamatan 4 MSA sebesar 22.973 gram. Sastroutomo (1990) menyatakan bahwa secara umum hampir semua biji gulma yang ada dalam tanah berkecambah dalam waktu yang relatif singkat (2 minggu). Rata-rata perkecambahan gulma dimulai setelah 2 minggu dan meningkat jumlahnya setelah 2 bulan (8 MSA).

Berdasarkan data tabel, secara umum perlakuan herbisida dengan dosis 1.0 l ha-1 lebih efektif dan efisien diaplikasikan dari segi biaya dan toksisitas bila dibandingkan dengan perlakuan dosis yang lainnya atau yang lebih tinggi.Karena diantara perlakuan herbisida dengan dosis 1.0 l ha-1 menunjukan hasil yang cukup baik dalam penurunan kuantitas berat kering gulma secara total. Selain itu, apabila perlakuan dosis 1.0 l ha-1 dibandingkan dengan perlakuan manual memang terlihat berbeda nyata, namun jika dibandingkan dengan faktor biaya HOK diantara keduanya, perlakuan akan dapat menutupi dan menggantikan perlakuan manual yang jauh lebih mahal. Sehingga diambil dosis yang paling rendah untuk efisiensi biaya.

Bobot Kering Gulma Daun Lebar

Gulma berdaun lebar cenderung untuk dapat menurunkan hasil panenan yang lebih besar jika dibandingkan dengan gulma rerumputan atau sejenisnya (Sastroutomo 1990). Analisis data Tabel 6 menunjukan bahwa secara keseluruhan aplikasi herbisisda IPA glifosat 486 SL pada gulma berdaun lebar memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MSA. Hal ini menerangkan bahwa setiap dosis perlakuan herbisida yang diaplikasikan tidak efektif untuk mengendalikan gulma dari golongan daun lebar. Perbedaan yang nyata hanya terjadi pada perlakuan 8 MSA dengan dosis 2.5 l ha-1 dan 3.0 l ha-1 terhadap perlakuan kontrol. Nilai bobot kering gulma daun lebar total pada perlakuan 8 MSA dengan dosis 2.5 l ha-1 dan 3.0 l ha-1

adalah salah satu yang terendah mencapai 0.00 gram. Hal ini menunjukan bahwa kerja herbisida IPA glifosat 486 SL masih terlihat hingga 8 MSA.

Bobot kering gulma daun lebar total terendah terdapat pada petak percobaan dengan aplikasi herbisida dengan dosis 1.0 l ha-1 pada 4 MSA, 2.5 l ha-1 dan 3.0 l ha-1 pada pengamatan 8 MSA, serta perlakuan kontrol pada pengamatan 6 dan 12 MSA. Bobot kering gulma daun lebar total tertinggi yaitu dengan dosis 1.5 l ha-1 pada pengamatan 2 MSA. Bobot kering rata-rata gulma daun lebar total tertinggi adalah 10.845 gram dan yang terendah adalah 0.248gram (Tabel 6). Secara keseluruhan nilai rata-rata bobot kering gulma daun

Page 25: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

14

lebar total pada setiap pengamatan mengalami fluktuasi data akibat sebaran gulma daun lebar yang tidak merata ada pada setiap petak percobaan.

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa bobot kering gulma daun lebar total mulai mengalami peningkatan konstan pada 8 MSA pada setiap dosis perlakuan kecuali untuk perlakuan kontrol dan manual yang mengalami penurunan. Peningkatan bobot kering tersebut terjadi dikarenakan terjadinya peningkatan intensitas curah hujan di areal percobaan.

Tabel 6 Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma daun lebar

Perlakuan Dosis Minggu Setelah Aplikasi (MSA)

2 4 6 8 10 12....................................................................(g/0.25 m2)…………………………………………

Kontrol - 2.995 4.370 0.000 5.480 2.740 0.000

Manual - 7.863 1.235 5.155 1.850 5.015 0.640

Glifosat 1.0 l/ha 5.650 0.000 3.765 0.273 5.733 5.230 Glifosat 1.5 l/ha 10.845 0.285 5.168 1.278 3.320 5.518

Glifosat 2.0 l/ha 4.473 1.513 3.183 1.793 1.195 4.383 Glifosat 2.5 l/ha 7.250 7.250 4.305 0.000 2.335 1.405

Glifosat 3.0 l/ha 0.248 2.550 4.353 0.000 3.400 7.693 a Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji duncan. Data diatas merupakan data hasil transformasi √(x+4)

Sembodo (2010) menyatakan bahwa gulma dari spesies yang sama pun kadangkala memberikan respon yang berbeda terhadap herbisida tertentu. Apalagi antar jenis gulma walaupun dalam satu golongan tertentu, respon yang ditunjukkan sering berbeda. Fadhly dan Tabri (2004) menambahkan bahwa setiap golongan gulma memiliki respon yang berbeda atas penerimaan herbisida. Herbisida memiliki efektivitas yang beragam berdasarkan carakerjanya.

Bobot Kering Gulma Rumput

Rumput merupakan suatu golongan gulma yang memiliki ciri-ciri denganmemiliki batang bulat atau pipih dan berongga. Golongan gulma jenis rumput memiliki kesamaan dengan golongan teki, yaitu sama-sama memiliki daun yang sempit, tetapi dari sudut pengendalian terutama responnya terhadap herbisisda berbeda. Berdasarkan dari bentuk masa pertumbuhannya, gulma rumput dibedakan menjadi rumput semusim (annual) dan tahunan (perennial). Dilihat dari segi vegetasi, rumput semusim biasanya tumbuh melimpah tetapi kurang menimbulkan masalah dibandingkan dengan rumput tahunan. Hasil analisis vegetasi yang dilakukan pada petak percobaan didapat beberapa jenis gulma rumput, diantaranya adalah Paspalum conjugatum, Eleusine indica, danCyrtococcum patens.

Hampir semua jenis rerumputan adalah jenis C4, maka pengaruh kompetisinya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan gulma berdaun lebar, dapat dijelaskan sebagai akibat dari pertumbuhannya yang menyebar luas dengan daun yang tumbuh horizontal yang membuatnya semakin kompetitif

Page 26: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

15

akan cahaya. Secara keseluruhan dari data dapat dilihat bahwa aplikasi herbisida IPA glifosat 486 SL tidak memberikan pengaruh yang nyata dari mulai pengamatan 2 MSA hingga 10 MSA (Tabel 7). Pengaruh yang nyata terlihat pada perlaukan dengan dosis 2.5 l ha-1 pada pengamatan 4 MSA terhadap kontrol sedangkan pengaruh yang sangat nyata terlihat pada perlakuan kontrol terhadap semua perlakuan manual dan dosis lainnya.

Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma rumput total dapat dilihat pada Tabel 7. Pada pengamatan mulai dari 2 MSA hingga 4 MSA menunjukan kenaikan jumlah bobot kering gulma rumput yang begitu besar pada perlakuan kontrol. Perlakuan dengan dosis 1.0 l ha-1, 2.5 l ha-

1 dan 3.0l ha-1 mengalami peningkatan bobot kering gulma rumput total pada pengamatan 2 MSA hingga 8 MSA. Namun, pada pengamatan 10 MSA dan 12 MSA mengalami penurunan bobot kering gulma rumput total. Analisis dari data menunjukan bahwa secara keseluruhan bobot kering gulma rumput total pada setiap perlakuan seperti menunjukan pergerakan parabola terbalik mulai dari 2 MSA hingga 12 MSA, kecuali pada perlakuan kontrol yang mengalami kenaikan yang signifikan pada 12 MSA.

Terjadinya kenaikan bobot kering gulma rumput total yang signifikan pada perlakuan kontrol pada 12 MSA menunjukan bahwa adanya pengaruh tingginya intensitas curah hujan yang meningkatkan daya tumbuh gulma. Selain itu perlakuan kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan apapun juga menyebabkan cepatnya pertumbuhkembangan gulma rumput. Terjadinya kenaikan bobot kering gulma rumput pada 2 MSA hingga 4 MSA kemudian mengalami penurunan secara konstan hingga pengamatan 8 MSA seperti pergerakan penurunan menunjukan bahwa aplikasi herbisida IPA glifosat 486 SL cukup efektif untuk mengendalikan gulma rumput pada pertanaman karet belum menghasilkan.

Tabel 7 Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma rumput

Perlakuan Dosis Minggu setelah aplikasi (MSA)

2 4 6 8 10 12.................................................................(g/0.25 m2)......................................................................Kontrol - 8.123 20.020 a 15.715 7.238 7.308 19.523 a Manual - 5.998 10.850 abc 10.988 9.490 10.323 0.370 b Glifosat 1.0 l/ha 4.058 22.935 ab 11.603 21.618 2.708 0.285 b Glifosat 1.5 l/ha 3.928 9.553 abc 7.625 8.898 7.993 1.768 b Glifosat 2.0 l/ha 9.940 8.540 bc 13.248 11.725 7.175 6.330 b Glifosat 2.5 l/ha 9.273 9.660 c 18.045 21.760 13.378 5.533 b Glifosat 3.0 l/ha 6.230 8.850 abc 13.838 21.400 5.453 4.505 ba Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji duncan. Data diatas merupakan data hasil transformasi √(x+4)

Bobot kering gulma rumput total terendah terdapat pada perlakuan manual pada pengamatan 12 MSA atau pengamatan 2 minggu setelah pembabatan gulma dengan bobot sebesar 0.26 gram, dan bobot kering gulma rumput total tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol pada pengamatan 4 MSA sebesar 24.39 gram. Berdasarkan data yang diperoleh, secara umum perlakuan herbisida dengan dosis rendah yaitu 1.5 l ha-1 merupakan yang paling efektif apabila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Selain itu, perbedaan bobot

Page 27: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

16

kering gulma total pada perlakuan dengan dosis 1.5 l ha-1 dengan perlakuan kontrol perbedaannya sangat terlihat. Bobot kering gulma rumput total perlakuan kontrol jauh lebih besar dari perlakuan dengan dosis 1.5 l ha-1.

Fitotoksisitas pada Tanaman Karet Belum Menghasilkan

Salah satu pertimbangan yang penting dalam pemakaian herbisida adalah untuk mendapatkan pengendalian yang selektif, yaitu mematikan gulma, tetapi tidak merusak tanaman budidaya. Respon beberapa jenis tumbuhan yang berbeda pada satu jenis herbisida dengan dosis yang sama akan berbeda pula. Hal ini diakibatkan karena letak kegiatan herbisida itu pada masing-masing tumbuhan juga berbeda ataupun lama beradanya herbisida itu dalam tumbuhan yang berbeda (persistensi). Bagian tubuh tumbuhan di bawah dan diatas permukaan tanah diliputi suatu membran yang disebut dengan kutikula yang terdiri dari membran benda mati, non-seluler, dan lipoida yang merupakan penghalang utama masuknya herbisida (Moenandir 1990).

Pengamatan toksisitas herbisida IPA glifosat 486 SL pada tanaman karet yang dilakukan secara visual tidak menunjukan adanya keracunan pada tanaman karet dari setiap perlakuan dosis herbisida (Tabel 8). Batang tanaman karet yang secara langsung terpapar cairan herbisida biasanya akan seperti terlihat menguning kemudian menghitam seperti terbakar. Namun, tidak terjadi perubahan dan keracunan pada batang karet setelah dilakukan tiga kali pengamatan setelah aplikasi. Hal ini menunjukan bahwa tanaman karet mampu memetabolisme komponen komponen yang terdapat pada herbisida IPA glifosat 486 SL pada dosis perlakuan yang diberikan pada percobaan ini. Tanaman karet di lahan percobaan merupakan tanaman karet yang belum menghasilkan yang telah berumur empat tahun (Gambar 3).

Tabel 8 Data nilai rata-rata tingkat skoring toksisitas pada tanaman karet belum menghasilkan

Perlakuan dosis

Rata-rata tingkat skoring keracunanRata-rata

2 MSA 4 MSA 6 MSA1.0 l ha-1 0 0 0 01.5 l ha-1 0 0 0 02.0 l ha-1 0 0 0 02.5 l ha-1 0 0 0 03.0 l ha-1 0 0 0 0

aMSA: Masa setelah aplikasi

Pada umur 4 tahun kulit batang tanaman karet telah cukup tebal dan tajuk tanamannya juga tinggi, yaitu lebih dari 3 meter. Kulit tanaman yang tebal dapat menghalangi masuknya cairan glifosat ke dalam sistim jaringan simplas tanaman. Selain itu, Menurut Yakup (2002), menyatakan bahwa penghambatan atau pemacuan pertumbuhan suatu tumbuhan ditentukan oleh dosis dan konsentrasi herbisida tersebut. Suatu herbisida pada dosis atau konsentrasi tertentu dapat bersifat selektif, tetapi bila dosis atau konsentrasi dinaikan atau diturunkan berubah menjadi tidak selektif.

Page 28: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

17

Gambar 3 Tidak terlihat adanya keracunan pada batang dan tajuk tanaman karet (4 MSA kiri), (10 MSA kanan).

Perbandingan dengan Pengendalian Mekanis

Salah satu cara yang efektif dan efesien untuk meningkatkan pengendalian gulma pada areal pertanian adalah dengan mengkombinasikan herbisida dengan dosis rendah. Namun, dalam hal pengendalian gulma secara kimia perlu juga mempertimbangkan aspek dari dampak lingkungan yang dihasilkan dari pada pengendalian gulma secara mekanis (Mulyati 2004).

Adapun beberapa teknik pengendalian mekanis yang biasa dilakukan adalah dengan pengolahan tanah, penyiangan, pencabutan, pembabatan, pembakaran, dan penggenangan. Penyiangan manual yang dilakukan dalam percobaan ini membutuhkan waktu rata-rata 25 menit 30 m-2. Teknik yang digunakan adalah babat dempes, yang berarti bila dirata-ratakan untuk 1 ha membutuhkan waktu sekitar 139 jam ha-1 atau sekitar 20 HOK (1 HOK = 7 jam). Sedangkan untuk perlakuan herbisida menggunakan alat sprayer knapsack semi otomatis dengan nozel T-jet, yang menggunakan volume somprot 400 l ha-1, dan memiliki nozel output sebesar 0.8 l menit-1, memerlukan waktu penyemprotan rata - rata 5 menit 30 m-2 atau sekitar 28 jam ha-1 (4 HOK).

Pengendalian secara mekanis selain memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pengendalian secara kimia, juga memerlukan tenaga kerja yang banyak dan biaya yang lebih besar untuk membayar tenaga kerja tersebut. PTPN VIII Cikumpay memiliki standar upah untuk karyawan harian lepas yaitu rata-rata Rp 60 000 HOK-1. Sedangkan untuk harga herbisida IPA glifosat 486 SL yang diujikan dalam percobaan ini diperkirakan mempunyai harga jual sekitar Rp 100 000 untuk satu liter. Perbandingan biaya yang dikeluarkan antara perlakuan penyiangan manual dengan perlakuan herbisidaditunjukan pada Tabel 9.

Perbandingan tingkat kemampuan untuk menekan pertumbuhan gulma antara perlakuan penyiangan manual dengan perlakuan herbisida juga menunjukan bahwa perlakuan herbisida atau pengendalian secara kimia memiliki hasil yang lebih baik untuk menekan pertumbuhan gulma dibandingkan dengan perlakuan penyiangan manual atau secara mekanis. Terlihat pada pengamatan 12 MSA setelah dilakukannya penyiangan manual pada 10 MSA, menunjukan bahwa perlakuan penyiangan manual memiliki

Page 29: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

18

nilai bobot kering gulma yang tidak jauh berbeda dibandingkan perlakuan herbisida pada semua dosis yang diujikan. Namun, dari segi biaya perlakuan manual terlihat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pelakuan dosis lainnya. Oleh sebab itu, walaupun perlakuan manual terlihat lebih efektif dibandingankan perlakuan manual dalam hal data bobot kering. Tetapi dalam segi biaya, perlakuan dosis sudah dapat menggantikan perlakuan manual karena lebih murah.

Tabel 9 Perbandingan biaya antara perlakuan penyiangan manual dengan perlakuan herbisida pada beberapa dosis

PerlakuanJumlah HOK

Upah KHL (Rp)

Biaya herbisida

(Rp)

Biaya total (Rp)

Penyiangan manual 20 60 000/HOK - 1 200 000Dosis 1.0 l ha-1 4 60 000/HOK 100 000 340 000Dosis 1.5 l ha-1 4 60 000/HOK 150 000 390 000Dosis 2.0 l ha-1 4 60 000/HOK 200 000 440 000Dosis 2.5 l ha-1 4 60 000/HOK 250 000 490 000Dosis 3.0 l ha-1 4 60 000/HOK 300 000 540 000 aHOK: Hari orang kerja; KHL: Karyawan harian lepas

Berdasarkan perhitungan data, secara umum perlakuan herbisidadengan dosis 1.0 l ha-1 lebih efektif dan efisien diaplikasikan dari segi biaya dan toksisitas bila dibandingkan dengan perlakuan dosis yang lainnya atau yang lebih tinggi. Karena diantara perlakuan herbisida dengan dosis 1.0 l ha-1

menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan dosis lainnya. Sehingga diambil dosis yang paling rendah untuk efisiensi biaya dan dengan dengan dosis 1.0 l ha-1 sudah mampu menekan pertumbuhan gulma.Akan tetapi jika pengendalian dengan perlakuan herbisida IPA glifosat 486 SL dengan dosis 1.0 – 3.0 l ha-1 dan pengendalian manual dibandingkan dengan kontrol sebaiknya pada umur tanaman karet empat tahun gulma disekitaran tajuk tanaman tidak perlu diberikan aplikasi herbisida. Karena tidak nyata untuk semua perlakuan dan tajuk tanaman sudah mulai menutupi permukaan tanah yang dapat menekan pertumbuhan gulma yan ternaungi tajuk tanaman karet.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Secara umum berdasarkan hasil analisis statistik, rata-rata diantara perlakuan herbisida dengan dosis 1.0 l ha-1, 2.0 l ha-1, 2.5 l ha-1, dan 3.0 l ha-1

tidak efektif pada pengendalian gulma di perkebunan karet belum mengasilkan yang telah berumur 4 tahun. Namun, dari segi biaya perlakuan dosis 1.0 - 3.0 l ha-1 yang lebih murah sudah dapat menggantikan perlakuan manual yang menghabiskan biaya lebih tinggi. Selama percobaan tidak ditemukan gejala keracunan pada perlakuan dosis 1.0 - 3.0 l ha-1, yang menunjukkan bahwa

Page 30: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

19

dosis herbisida yang diaplikasikan tidak membahayakan pertumbuhan tanaman karet.

Saran

Perlu dilakukan percobaan lebih lanjut pada kondisi lahan dan umurtanaman karet yang lebih muda. Perlu juga dilakukan uji percobaan terlebih dahulu sebelum dilakukan aplikasi herbisida untuk mengetahui teknik yang tepat dalam pengambilan sampel gulma yang mewakili luasan gulma yang akan diambil, sehingga nilai koefisien keragamannya tidak akan terlalu tinggi.Selain itu, aplikasi herbisida sebaiknya dilakukan pada saat awal-awal musim hujan.

DAFTAR PUSTAKA

Barus E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.103 hal.

Kementrian Pertanian. 2012. Luas areal dan produksi perkebunan seluruh Indonesia menurut pengusahaan. [Internet]. [diunduhh 2012 Sep 26]. Tersedia pada: http://www. ditjenbun.deptan.go.id.

Fadhly F, Tabri AF. 2004. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung. Pusat dan Pengembangan Tanaman Sereal, Maros. 12:243.

Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Sjamsudin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarata (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research.

Katritzky AR, Khelashvili L, Munawar MA. 2002. Syntheses of IAA - and IPA - Amino Acid Conjugates. Florida (USA): Departement of Chemistry, University of Florida.

Kurniawan W, Abdullah L, Setiana MA. 2007. Produksi dan kualitas rumut Brachiaria humidicola (Rend.) Sch, Digitaria decumbens Stent dan Stenotaphrum (Walter) O.Kunt. di bawah naungan sengon, karet dan kelapa sawit. Media Petern. 30(1):11-17.

Kohli RK. 1997. Ageratum coused threat plant deversity. Project Report India(IND).

Landerdale FT, Savanah. 1998. Spectrum Laboratories: Chemical Fact Sheet. Spectrum Laboratories, Inc. GA, (USA): Chemcal Abstract Number 1071836.

Madjid A. 1986. Masa Depan Karet Indonesia hingga Tahun 2000. Bogor (ID): Asosiasi Pemasaran Bersama Perkebunan PN/PT.

Meilin A. 2008. Studi dominansi dan teknik pengendalian gulma pada perkebunan karet (Studi kasus di Desa Tunas Baru Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi). . [Internet]. [diunduhh 2013 Juni 26]. Tersedia pada: http://www. disbun.kuansing.go.id/_uploads//2010/06/budidaya-tanaman-karet.pdf.

Mulyati S. 2004. Studi efektivitas herbisida glifosat 48% dan herbisida glifosat 24% + 2,4-D 12% untuk mengendalikan gulma pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) belum menghasilkan. [skripsi]. Bogor

Page 31: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

20

(ID): Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian.

Nufarm. 2012. Bahan aktif IPA glifosat. [Internet]. [diunduhh 2012 Nov 6]. Tersedia pada: http://www.nufarm.com/ID/Supra615SL.

Semangun H. 2000. Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Yogyakarta (ID): UGM Press

Sembodo DRJ. 2010. Gulma dan Pengelolaanya. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. 166 hlm.

Sukman Y, Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. 123 hal.

Suprapto Yufdy MP. 1987. Pertanian herbisida dalam pengembangan produksi tanaman lahan kering di Lampung [skripsi]. Lampung (ID): Unila.

Taufiq D. 2003. Studi efektivitas glifosat 480 g l-1 pada beberapa taraf dosis terhadap pengendalian gulma alangalang (Imperata cylindrica(L.)Beauv.). [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tjitrosoedirdjo S, Utomo IH, Wiroatmodjo J. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Jakarta (ID): PT. Gramedia. 210 hal.

Wiroatmodjo J, Utomo IH, Lontoh AP, Adams YM, Martha B. 1992. Pengaruh pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil jahe (Zingiber officinale Rosc.) jenis badak serta periode kritis jahe terhadap kompetisi gulma. Bull. Agro. 20(3):1-9

Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. 123 hal.

Page 32: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

21

LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar denah satuan petak perlakuan dan pengambilan contoh gulma

15 m

Bagan pengambilan contoh gulma dan fitotoksisitas tanaman karet (TBM)Keterangan Gambar:

= Tanaman karet TBM yang diamati tingkat fitotoksisitasnya.

= Satuan petak perlakuan.

=Petak kuadrat pengambilan contoh gulma 1 bulan setelah aplikasi.

=Petak kuadrat pengambilan contoh gulma 2 bulan setelah aplikasi.

= Petak kuadrat pengambilan contoh gulma 3 bulan setelah aplikasi

2 1

3 3

21

1

2

3 m

3

Page 33: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

22

Lampiran 2 Denah lokasi percobaan untuk setiap perlakuan

Dosis 1.0 l ha-1

Utara

Dosis 1.5 l ha-1

Kontrol Dosis 2.5 l ha-1

Dosis 3.0 l ha-1

Manual

Dosis 1.0 l ha-1

ManualKontrol Dosis 3.0 l ha-1

Dosis 2.5 l ha-1

Dosis 2.0 l ha-1

Kontrol Dosis 1.5 l ha-1

Dosis 2.0 l ha-1

Dosis 2.5 l ha-1

Dosis 3.0 l ha-1

Manual

KontrolDosis 2.0 l ha-1

Dosis 3.0 l ha-1

Manual Dosis 2.5 l ha-1

Dosis 1.0 l ha-1

Dosis 2.0 l ha-1

Dosis 1.5 l ha-1

Dosis 1.0 l ha-1

Dosis 1.5 l ha-1

Page 34: EFEKTIVITAS HERBISIDA IPA GLIFOSAT 486 SL UNTUK ... · DAFTAR GAMBAR. 1 Kondisi lahan percobaan di PTPN VIII Cikumpay, Purwakarta sebelum aplikasi 9 ... berdaun lebar, dan teki-tekian

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wangsean pada tanggal 16 September 1990 dari Bapak I Wayan Kebek dan Ibu Ni Wayan Suri. Penulis adalah anak pertamadari dua bersaudara. Ni Kadek Arina adalah nama adik penulis. Penulis lahir dari keluarga petani yang tinggal di Desa Wisma Kerta yang merupakan desa terpencil di Kecamatan Sidemen.

Penulis memlai jenjang pendidikan dari SD Negeri 1 Tangkup pada tahun 1997-2003, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Sidemen tahun 2003-2006. Pendidikan menengah atas ditempuh penulis pada tahun 2006-2009 di SMA Negeri 1 Semarapura. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga pernah aktif dalam organisasis kemahasiswaan, seperti UKM Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (2009-sekarang), UKM PASKIBRA IPB(2009-sekarang), UKM Bola Voli (2009-2011). Selain itu penulis juga pernah aktif sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian periode 2010-2011, anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Kemahasiswaan IPB periode 2011-2012.

Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK) pada tahun 2012. Selain itu, penulis juga pernah menjadi panitia berbagai kegiatan kampus seperti, Turnamen Tenis Meja Nasional IPB (2009-20011), Save Our Earth 2009, Masa Perkenalan Fakultas dan Masa Perkenalan Departemen (2011), Gebyar Pertanian Nasional 2011, dan Festival Buah dan Bunga Nusantara 2012.